perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id faktor-faktor

54
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI USIA 6-24 BULAN DI KLINIK BABY SMILE KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak Oleh RIADINI WAHYU UTAMI S021308064 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTORIK

KASAR BAYI USIA 6-24 BULAN DI KLINIK BABY SMILE

KABUPATEN KARANGANYAR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak

Oleh

RIADINI WAHYU UTAMI

S021308064

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat dan karunia-Nya yang tidak bisa ternilai. Shalawat dan salam kita

ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para

pengikutnya. Tesis dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Motorik Kasar di Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar” ini dapat tersusun atas

bantuan berbagai pihak dan instansi terkait baik secara moril maupun materiil. Untuk

itu, perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan pembimbing II

4. Ir. Ruben Dharmawan, dr, PhD selaku pembimbing I atas bimbingan, masukan,

pengarahan dan motivasi bagi penulis

5. Keluarga tercinta, khususnya anakku, suami dan kedua orang tua yang selalu

memberikan dukungan serta doa yang tulus kepada penulis

6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan

serta membantu dalam penyelesaian Tesis ini.

Sebagai buah karya manusia, penulis menyadari tulisan ini tidak luput dari

segala kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap adanya masukan serta saran yang

membangun demi perbaikan karya ini.

Surakarta, November 2015

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

PERSEMBAHAN

Buah kerja keras dengan kumpulan semangat, tawa serta air mata ini

kupersembahkan untuk:

Harta paling berharga dalam hidupku, anakku Haidar Adhyastha Fawwaz.

Terimakasih karena selalu memberikan semangat agar bunda segera

menyelesaikan Tesis ini. Semoga kelak Dhyas lebih hebat dari bunda dan ayah

ya…

Suamiku tercinta, Hananto Wibowo yang tak pernah absen dalam

mengingatkanku walau kita terpisah oleh jarak.

Untuk uti, kakung di Kebumen dan uti, kakung di Jogja, terimakasih telah ikut

merawat Dhyas selama proses sekolah s2 ini. Do’a dan harapan dari kalian tetap

akan selalu Qpinta…

KeluargaQ: Om Awan terimaksih lho sudah ikut momong Dhyas. Semoga

sukses dan semakin berkembang!; Pakdhe Wegig, Budhe Aan dan semuanya.

Luv u all…

Qpersembahkan karya tulis ini untuk kalian. Terimakasih telah menemaniku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

Riadini Wahyu Utami. S021308064. 2015. Faktor-faktor yang MempengaruhiPerkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 6-24 Bulan di Klinik Baby SmileKabupaten Karanganyar. Pembimbing I: Ruben Dharmawan, Pembimbing II: BhismaMurti. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca SarjanaUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang: Upaya kesehatan anak sejak di dalam kandungan diperlukan agarkualitas hidup anak mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental,emosional maupun sosial. Banyak faktor yang mempengaruhi proses perkembanganmotorik, selain faktor genetik terdapat faktor lingkungan. Faktor lingkungan akanmengoptimalkan potensi genetik yang dipunyai seorang anak. Penelitian ini bertujuanmenganalisis hubungan pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis kelamin, ASI (AirSusu Ibu) eksklusif, riwayat penyakit infeksi, dan status gizi dengan perkembanganmotorik kasar bayi usia 6-24 bulan.Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasionaldengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah anak balita usia 6-24bulan di Klinik Baby Smile Karanganyar sebanyak 100 responden pada bulan Agustus2015. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik ganda.Hasil: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik antara ASIeksklusif (OR=33,77; CI 95% 5,35-213,18; p<0,001) dan status gizi (OR=7,03; CI 95%1,19-41,70; p=0,032) dengan perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan. Adahubungan antara pendidikan ibu (OR=0,31; CI 95% 0,03-4,00; p=0,373), pendapatankeluarga (OR=7,56; CI 95% 0,18-313,73; p=0,287), jenis kelamin anak balita(OR=0,52; CI 95% 0,15-1,72; p=0,281), dan riwayat penyakit infeksi (OR=3,07; CI95% 0,93-10,10; p=0,065) dengan perkembangan motorik kasar anak balita usia 6 – 24bulan namun tidak signifikan secara statistik.Kesimpulan: Bayi yang mendapat ASI eksklusif dan berstatus gizi baik mempunyaiperkembangan motorik kasar normal. Pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jeniskelamin anak dan riwayat penyakit infeksi tidak berpengaruh tehadap perkembanganmotorik kasar bayi usia 6-24 bulan.

Kata kunci: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, ASI eksklusif, status gizi,perkembangan motorik kasar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

Riadini Wahyu Utami. S021308064. 2015. The Factors Affecting Gross MotorDevelopment of 6-24 Months Babies at Baby Smile Clinic Karanganyar. Supervisor I:Ruben Dharmawan, Supervisor II: Bhisma Murti. Master of Public Health, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Background: The improving of children’s health since inside the womb is needed inorder to make the life quality of children can grow well physically, mentally,emotionally, and socially. Many factors affect the motor development; beside geneticfactors, there are environmental factors. Environmental factors will optimize thegenetic potential which belongs to a child. This research aimed to analyze therelationship between maternal education, family income, the sex of baby, exclusivebreastfeeding, history of infectious diseases, nutritional status and gross motordevelopment of infants aged 6-24 months.Subjects and Methods: This study was an observational quantitative study with crosssectional approach. The subjects were 100 children under the age of 6-24 months at theclinic Baby Smile Karanganyar in August 2015. The analysis used was multiple logisticof regression analysis.Results: This study explains that there were positive and statistically significant effectsamong exclusive breastfeeding (OR = 33.77; 95% CI 5.35 to 213.18; p <0.001) andgross motor development of 6-24 months babies, the nutritional status of children andmotor development of 6-24 months babies (OR = 7.03; 95% CI 1.19 to 41.70; p=0.032).There was a relationship between maternal education (OR = 0.31; 95% CI 0.03 to 4.00;p = 0.373), family income (OR = 7.56; 95% CI 0.18 to 313.73; p = 0,287), sex of underfive years children (OR = 0.52; 95% CI 0.15 to 1.72; p = 0.281), history of infectiousdisease (OR = 3.07; 95% CI 0.93 to 10, 10; p = 0.065) and gross motor development of6-24 months babies, but not statistically significant.Conclusion: The babies who are exclusively breastfed and good nutritional status havenormal gross motor development of 6-24 months babies. The maternal education, familyincome, sex of children and a history of infectious disease did not affect gross motordevelopment of 6-24 months babies.

Keywords: Maternal educations, family income, exclusive breastfeeding, nutritionstatus, gross motor development.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

ABSTRAK........................................................................................................... v

ABSTRACT.......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3

C. Tujuan .............................................................................................................. 3

D. Manfaat ............................................................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................. 6

A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 6

B. Penelitian yang Relevan................................................................................... 14

C. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 15

D. Hipotesis .......................................................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 15

A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 17

B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................... 17

C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 17

D. Variabel Penelitian........................................................................................... 18

E. Definisi Operasional ........................................................................................ 18

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 19

G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 36

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks 14

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.2 Analisis Bivariat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Motorik 23

Kasar dengan Uji Chi Square

Tabel 4.3 Analisis Bivariat Pendapatan Keluarga dengan Perkembangan 23

Dengan Uji Chi Square

Tabel 4.4 Analisis Bivariat Jenis Kelamin Bayi dengan Perkembangan 24

Dengan Uji Chi Square

Tabel 4.5 Analisis Bivariat Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan 24

Motorik Kasar dengan Uji Chi Square

Tabel 4.6 Analisis Bivariat Riwayat Penyakit Infeksi dengan Perkembangan 24

Motorik Kasar dengan Uji Chi Square

Tabel 4.7 Analisis Bivariat Status Gizi dengan Perkembangan Motorik 25

Kasar dengan Uji Chi Square

Tabel 4.8 Analisis Bivariat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Motorik 25

Kasar dengan Uji Chi Square

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin studi pendahuluan

Lampiran 2. Surat ijin penelitian

Lampiran 3. Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 4. Surat persetujuan menjadi responden

Lampiran 5. Kuesioner data responden

Lampiran 6. Lembar DDST

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia

seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu

yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk

menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir selamat. Upaya kesehatan yang

dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama

kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus

meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik

fisik, mental, emosional maupun sosial (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai

hasil dari proses pematangan saraf dan otot. Perkembangan motorik merupakan

kemampuan gerak seorang anak yang merupakan hasil pola interaksi yang

kompleks dari berbagai bagian dan sistem tubuh yang dikontrol oleh otak

(Marimbi, 2010). Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin,

antara lain dengan menggunakan KMS untuk memantau pertumbuhan atau dengan

KKA (Kartu Kembang Anak) untuk memantau perkembangannya, dengan

demikian setiap ada penyimpangan tumbuh kembang dapat segera diketahui

(Soetjiningsih, 2012).

Banyak faktor yang mempengaruhi proses perkembangan motorik, selain

faktor genetik terdapat faktor lingkungan. Dilihat dari faktor genetik, jenis kelamin

mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan bayi, dalam hal ini bayi laki-

laki lebih aktif daripada bayi perempuan. Bayi laki-laki lebih awal dalam

kemampuan mengangkat kepala, duduk dan berdiri tanpa dibantu oleh orang lain

bila dibandingkan dengan bayi perempuan (Piek, 2006; June, 2010). Menurut

Campbell (1999), salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah

meningkatnya kadar testosterone pada bayi laki-laki bila dibandingkan dengan bayi

perempuan. Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perkembangan motorik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

2

anak antara lain adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, ASI eksklusif, riwayat

penyakit infeksi dan status gizi. Faktor lingkungan akan mengoptimalkan potensi

genetik yang dipunyai seorang anak.

Soetjiningsih (2012), berpendapat bahwa bayi laki-laki lebih sering sakit bila

dibandingkan dengan bayi perempuan. Dalam penelitian Litmann (2013),

menyatakan bahwa terdapat korelasi antara riwayat kesakitan bayi dengan

kesehatan bayi di masa yang akan datang. Bayi yang mempunyai riwayat berat lahir

kurang dari 2500 gram dan lahir dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu lebih

banyak terserang infeksi dan gangguan sistem pernafasan pada usia 4 bulan dan

seterusnya. Riskesdas (2007), menyebutkan bahwa prevalensi penyakit tertinggi

pada balita adalah ISPA yakni lebih dari 35% dan diare adalah penyakit kedua yang

sering diderita oleh balita yaitu 16,7%. Dampak yang terjadi pada bayi dengan

ISPA dan bayi yang mengalami kejadian diare berulang adalah sama yakni

kehilangan cairan dan elektrolit. Selain itu, absorpsi mikronutrien juga terganggu

sehingga ada penurunan berat badan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, nilai

OR 18, 947 yang menunjukkan bahwa bayi yang memiliki riwayat penyakit ISPA

dan diare berpeluang 18, 947 kali mengalami tumbuh kembang yang tidak sesuai

dengan usianya dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit ISPA dan

diare (Astuti, 2011; Tregoning, 2010; WHO, 2002).

Pada masa perkembangan bayi, nutrisi menjadi kebutuhan pokok untuk

proses tumbuh kembang. Nutrisi awal yang didapat oleh bayi adalah ASI (Air Susu

Ibu). Pemberian ASI secara eksklusif tentu membawa banyak manfaat bagi

kesehatan bayi karena ASI adalah satu-satunya makanan yang dapat diserap

sempurna oleh usus bayi sehingga kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi (Apriadji,

2014). Berbagai nutrien diantaranya taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang

seperti DHA, AA, omega 3 dan omega 6 di dalam ASI dapat meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan otak, sehingga pemberian ASI secara eksklusif

dapat mempengaruhi perkembangan bayi secara keseluruhan termasuk

perkembangan motorik bayi (Yum, 2007; Roesli, 2000). Penyapihan dini bayi dari

ASI pada sumber nutrisi yang tidak memadai seperti susu sapi yang tidak cocok

dan tidak bersih dapat menyebabkan kekurangan protein dan kekurangan gizi pada

bayi (Santrock, 2011). Kekurangan gizi pada usia dibawah 2 tahun akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

3

menyebabkan sel otak berkurang 15-20% sehingga anak kelak dikemudian hari

mempunyai kualitas otak sekitar 80-85% (Sari, 2012).

Setelah melewati enam bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) dan makanan keluarga setelah bayi berusia 12 bulan.

Pendapatan keluarga berkaitan erat dengan pemenuhan nutrisi bayi. Keluarga

dengan pendapatan tinggi dapat membeli semua jenis makanan yang dibutuhkan

oleh bayi dan ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung dapat mendapatkan

banyak informasi mengenai nutrisi bayi. Hal ini berdampak pada pada status gizi

bayi. Status gizi yang buruk akan mengganggu proses perkembangan bayi (Solihin

dan Faisal, 2013; Lindawati, 2013). Hasil penelitian Hasiroh (2010), menunjukkan

bahwa terdapat kaitan antara kurang gizi pada anak usia dini dengan perkembangan

motorik, salah satunya tercermin dalam keadaan marasmus dan kwashiorkor yang

berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan nilai IQ. Bila kondisi tersebut

dibiarkan terus menerus akan berakibat pada penurunan asupan mikro/

makronutrien yang berlanjut pada gangguan neurotransmitter, gangguan pemusatan

perhatian dan penurunan integrasi sensori sehingga perkembangan motorik

terganggu.

Perkembangan motorik bayi pada tahun-tahun pertama kehidupan begitu pesat,

dan yang berperan utama dalam pengasuhan bayi adalah ibu. Ibu mempunyai

kedekatan yang lebih dalam terhadapa anak karena ibu yang melahirkan dan

menyusui. Pola pengasuhan yang diterapkan oleh ibu terhadap anak bergantung

pada pendidikan dan pengalaman ibu. Ibu yang memiliki tinggi akan mudah

menerima sumber informasi (Apriastuti, 3013; Trimanto, 2008). Sesuai dengan

teori Grossman (1970) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang cenderung

meningkatkan kesadaran akan status kesehatan sehingga demand terhadap layanan

kesehatan juga besar. Pencarian informasi mengenai pertumbuhan dan

perkembangan anak pun semakin sering terjadi sehingga ibu yang berpendidikan

tinggi cenderung lebih sering menstimulasi anaknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis merumuskan masalah

sebagai berikut: “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan motorik

kasar bayi usia 6-24 bulan?”

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik

kasar bayi usia 6-24 bulan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan ibu dengan perkembangan

motorik bayi usia 6-24 bulan.

b. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan orangtua dengan perkembangan

motorik bayi usia 6-24 bulan.

c. Untuk menganalisis pengaruh jenis kelamin dengan perkembangan motorik

bayi usia 6-24 bulan.

d. Untuk menganalisis pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan

perkembangan motorik bayi usia 6-24 bulan.

e. Untuk menganalisis pengaruh riwayat penyakit infeksi dengan

perkembangan motorik bayi usia 6-24 bulan.

f. Untuk menganalisis pengaruh status gizi dengan perkembangan motorik

bayi usia 6-24 bulan.

D. MANFAAT

1. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang berharga bagi

pengembangan ilmu pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik bayi seperti pemberian ASI eksklusif, status gizi, jenis

kelamin, riwayat kesehatan bayi, pendidikan ibu, dan sosial ekonomi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

5

2. Manfaat teoritis

a. Bagi tenaga kesehatan

Membantu memberi informasi kepada tenaga kesehatan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi.

b. Bagi ibu yang memiliki bayi

Memberikan masukan kepada ibu yang memiliki bayi untuk memperhatikan

status gizi yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Perkembangan motorik bayi

a. Perkembangan motorik pada bayi

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan bayi dan semakin

matangnya fungsi syaraf di otak perkembangan motorik adalah gerakan-gerakan

tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat.

Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot

yang rumit. Ketrampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot

dan bagian badan yang terkait yaitu ketrampilan motorik kasar dan motorik

halus (Dewi, 2012; Desmita, 2006).

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan

ketrampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan otot-otot

besar bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar. Sesuai dengan pendapat

(Darrah et.al, 1998 dan Piek, 2006), kemampuan gerak dasar dibagi menjadi

empat kategori yaitu lokomotor, nonlokomotor, manipulatif, dan koordinasi.

Kemampuan lokomotor adalah kemampuan yang digunakan untuk

memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain, contoh gerakan antara

lain adalah lompat, berjalan, berlari. Kemampuan nonlokomotor adalah gerak

berpijak tetap atau dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai,

gerak nonlokomotor seperti menenkuk, meregang, meliuk, bergoyang.

Kemampuan manipulatif adalah kemampuan gerak menggunakan alat sebagai

objek. Kemampuan gerak ini dikembangkan ketika anak sedang menguasai

beberapa objek. Contoh gerak manipulatif antara lain menendang, melempar,

menangkap, memukul.

b. Tahapan perkembangan motorik kasar bayi

Perkembangan bayi usia 0-2 tahun sangat pesat. Pada tahap ini bayi sedang

mengembangkan ikatan cinta dan kepercayaan dengan orangtua serta orang lain.

Cara orangtua berpelukan dan bermain akan memberikan dasar bagaimana bayi

berinteraksi dengan orang lain. Pada tahun pertama, bayi belajar untuk fokus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

7

pada keinginannya untuk menjangkau dan menjelajah serta mempelajari apa ada

yang disekitarnya (Brazelton, 1979, Winnicot, 1960). Seperti dijelaskan oleh

Marimbi (2010) dan Wisconsin (2008), kemampuan bayi 6 bulan umumnya

adalah duduk tanpa dibantu, tengkurap dan membalikkan badannya sendiri. Pada

saat ini bayi mulai berlatih merangkak untuk meraih benda atau mendekati

seseorang.

Saat usia bayi menginjak 9 bulan, bayi sudah dapat memposisikan dirinya

untuk duduk tanpa bantuan dan bayi mulai belajar berdiri sendiri dengan

berpegangan pada sofa, dinding atau orangtua. Pada tahapan ini bayi kerap jatuh,

namun bayi berusaha untuk berdiri kembali. Bersamaan dengan itu bayi sudah

merangkak, mengeksplor area disekitarnya (Barroso et. al, 2010; Campbell et.

al, 2002).

Memasuki usia 12 bulan, bayi sudah semakin stabil dalam memposisikan

dirinya. Bayi dapat bergerak memutar dalam kondisi duduk. Beberapa bayi

sudah mampu berjalan bahkan tanpa berpegangan dan tetap menjaga

keseimbangan. Umumnya usia ini bayi sudah dapat bergerak dari posisi duduk

ke berdiri dengan berlutut hingga akhirnya bayi berdiri (Dewi, 2012; Egeland

and Farber, 1984).

Kemampuan motorik kasar bayi usia 12-18 bulan adalah mampu berjalan

mengeksplorasi rumah seta sekeliling rumah, bayi juga dapat menyusun 2-3

kotak. Sedangkan bayi usia 18-24 bulan bayi umumnya memiliji kemampuan

untuk naik turun tangga, menyusun 6 kotak dan menunjukmata dan hidungnya.

c. Penilaian perkembangan motorik bayi

DDST (Denver Development Screening Test) merupakan salah satu

metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak sejak lahir sampai 6

tahun. DDST memiliki prosedur yang sederhana dan cepat. Formulir DDST

berfungsi untuk meng-skrining beberapa masalah perkembangan anak antara

lain personal sosial, bahasa, motorik halus dan motorik kasar. Di dalam formulir

DDST, hal itu disebut dengan sektor perkembangan. Terdapat tiga kode

penilaian dalam tiap item/ kotak tugas perkembangan ini yaitu lulus (P=

Passed), gagal (F= Failed), menolak (M), atau anak tidak dapat kesempatan

melakukan tugas (NO= No Opportunity. Prosedur pertama pelaksanaan skrining

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

8

ini membuat garis vertikal sesuai umur bayi yang akan memotong kotak-kotak

tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah dilakukan tes, dilanjutkan

dengan menghitung nilai sesuai kriteria pada masing-masing sektor, berapa

banyak untuk nilai P dan berapa banyak nilai F yang didapat. Untuk interpretasi

hasil tes skrining DDST pada sektor perkembangan motorik ini adalah dengan

melihat nilai P serta F dan bayi dikatakan: normal bila anak gagal/ menolak

tugas pada kotak di sebelah kanan garis umur, bila anak lulus, gagal/ menolak

tugas dimana garis umur berada diantara 25-75% (warna putih); waspada apabila

anak gagal atau menolak tugas pada kotak dimana garis umur berada diantara

75-90% (warna hijau) dan terlambat bila anak gagal / menolak tugas pada item

yang berada di sebelah kiri garis umur. Bila tugas-tugas yang dikerjakan berada

pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umum (area putih di dalam kotak),

maka hal ini bukan merupakan suatu keterlambatan perkembangan, karena

terdapat kontrol lebih lanjut mengenai perkembangan selanjutnya (Drotar, 2008;

Ringwalt, 2008, Dewi, 2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi

a. Pendidikan ibu

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan

apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan mencakup tiga ranah

antara lain ranah kognitif yang mencerminkan pemahaman, ranah afektif yang

mencerminkan sikap dan minat terhadap sesuatu dan ranah psikomotor yang

menggambarkan ketrampilan seseorang terhadap suatu hal. Perbedaan tingkat

pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan, semakin tinggi

tingkat pendidikan semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan

pengetahuan dan teknologi sehingga akan meningkatkan kesejahteraan keluarga

(Bloom, 1956; Kusmiyati, 2008; Tirtarahardja, 2010). Seperti yang

dikemukakan oleh Apriastuti (2013), Trimanto (2008), dan Grossman (1970),

bahwa pendidikan seorang ibu juga berpengaruh terhadap cara asuh terhadap

anaknya dan informasi yang ibu dapat. Bila pendidikan ibu tinggi pendidikan

maka akan meningkatkan kesadaran akan status kesehatan keluarganya dan ibu

cenderung lebih sering menstimulasi anaknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

9

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang dicapai dan

kemampuan yang dikembangakan. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003, jalur

pendidikan dibagi menjadi jalur formal, jalur informal dan jalur non formal.

Untuk jalur formal antara lain: a) Pendidikan dasar (9 tahun), yaitu pendidikan

yang diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk

hidup dalam bermasyarkat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan

ketrampilan dasar. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang

sederajat; b) Pendidikan menengah, yakni pendidikan yang berfungsi sebagai

lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan keatas

memepersiapakan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun

memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan

menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti SMA, MAN, SMK,

MAK atau bentuk lain yang sederajat; c) Pendidikan tinggi, pendidikan ini

merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau

kesenian. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas.

b. Pendapatan orangtua

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi.

Pendapatan adalah salah satu tolok ukur ekonomi suatu keluarga. Pendapatan

keluarga adalah pendapatan yang diperoleh suami yang bekerja dapat pula

ditambah dengan pendapatan yang diperoleh karena istri yang bekerja.

Pendapatan keluarga diukur dengan banyaknya akumulasi pendapatan keluarga,

setelah dikonversi menjadi per bulan, sehingga satuannya rupiah per bulan.

Pendapatan bulanan atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Karanganyar

adalah Rp. 1.226.000,- (Andini, 2014; Banadji, 2015; Keputusan Gubernur Jawa

Tengah Nomor 560/ 85 Tahun 2014).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

10

Peningkatan pendapatan rumah tangga menentukan kesejahteraan

keluarga. Keluarga dengan pendapatan cukup akan berkaitan dengan

kemampuan memberikan makanan yang bernutrisi bagi anggota keluarga

dimana makanan berdampak pada status gizi bayi sehingga secara tidak

langsung mempengaruhi perkembangan motorik bayi. Anak yang tumbuh dalam

keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara anggota

keluarga yang lain. Anak dibawah usia dua tahun merupakan usia paling rentan

terhadap perubahan keadaan gizi dan kesehatan. Jika pada masa tersebut anak

tidak mendapatkan energi dan zat gizi baik maka akan mudah mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Susanti, 2014, Susanty dan Ani,

2012; Kartika, 2002).

Pendapatan di dalam suatu keluarga juga berkontribusi dalam

perkembangan bayi. Keluarga dengan pendapatan cukup memungkinkan

orangtua memberikan alat permainan sebagai sarana stimulasi perkembangan

anak. Keluarga tersebut juga cenderung menyekolahkan anaknya pada

pendidikan usia dini yang mana secara tidak langsung anak tersebut lebih sering

berinteraksi dengan lingkungan sehingga stimulasi perkembangan terjadi, baik

interaksi fisik maupun verbal. Perkembangan bayi dapat optimal bila orangtua

atau lingkungan memberikan pengasuhan yang baik (Freitas, 2013; Briawan,

2013; Martani, 2012; Hastuti, 2009; Ernawati, 2006).

c. Jenis kelamin

Setiap bayi yang sehat mempunyai pola perkembangan yang sama, mulai

dari tengkurap, merangkak, berjalan dan seterusnya, namun faktor herediter

seperti jenis kelamin mempunyai pengaruh yang berbeda. Seperti halnya pada

remaja, perubahan sistem endokrin mempengaruhi produksi dan kinerja hormon

yang lain, pun bila ada gangguan pada sistem endokrin tersebut. Pertumbuhan

dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan

cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan

sampai waktu tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh hormon testosteron yang

lebih tinggi pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan. Bayi atau

anak laki-laki lebih tertarik pada kegiatan yang terorganisir, menjadi lebih

agresif dan impulsif bila dibandingkan pada bayi perempuan yang lebih senang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

11

pada kegiatan yang tenang dan nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa bayi laki-

laki lebih menunjukkan perannya dan punya kesenangan yang lebih terhadap

sesuatu yang menantang sehingga bayi laki- laki lebih aktif (Nurdiah, 2014;

Alexander and Wilcox, 2012; Batubara, 2010; Spinillo, 2009; Miller et al., 2006;

Alimul, 2006; Conellan et al., 2000; Campbell, 1999; Thomas et al., 1985).

d. Riwayat penyakit infeksi

Pada periode pascanatal, perkembangan motorik awal bayi adalah reflek

primitif dan reflek postural. Reflek primitif timbul sejak masa empat bulan

terakhir masa prenatal sampai empat bulan postnatal, mulai menghilang dalam

umur kurang lebih tiga bulan, diganti oleh reflek postural yang terdiri dari reflek

righting yang mulai muncul pada umur 3-9 bulan serta reflek proteksi dan

keseimbangan pada umur 6-18 bulan, dan akhirnya berkembang menjadi gerak

yang sempurna (Hutahean, 2007). Perkembangan pada masa tersebut dapat

terganggu apabila bayi menderita suatu penyakit terutama penyakit infeksi

seperti ISPA dan diare. ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

atau virus dengan gejala yang timbul antara lain hidung tersumbat atau berair,

batuk, nyeri tenggorakan dan infeksi saluran pernafasan ini timbul 14 hari. Diare

adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor antara lain makanan.

BAB lebih dari lima kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair merupakan

gejala dari diare. Diare dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan dan

absorpsi nutrisi dalam usus tidak maksimal. Kejadian diare berulang dapat

mengarah ke KEP bahkan kematian pada bayi. Bayi atau anak dapat mengalami

stress berkepanjangan akibat dari penyakitnya. Perawatan kesehatan yang

teratur, tidak saja bila bayi sakit akan menunjang perkembangan bayi

(Soetjiningsih, 2012; Hasyuti, 2011).

e. Pemberian ASI eksklusif

ASI (Air Susu Ibu) eksklusif menurut WHO (World Health Organization)

adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air

putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6

bulan sistem pencernaan bayi belum berfungsi dengan sempurna, dan akan

menimbulkan reaksi seperti alergi bila bayi diberikan makanan selain ASI. Para

ahli anak telah mengadakan penelitian terhadap keunggulan ASI, antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

12

ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi termasuk

kadar laktosa yang tinggi sehingga memudahkan penyerapan berbagai jenis

mineral, ASI mengandung berbagai antibodi yang dapat melindungi bayi dari

penyakit infeksi, ASI tidak mengandung beta laktoglobulin sehingga risiko

alergi pada bayi sangat kecil. Selain lebih ekonomis dan praktis, ASI dapat

menjadi perantara untuk menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi (Marimbi,

2010; Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2012).

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada akan berpengaruh

positif pada kesehatan dan status gizi bayi. Pemberian ASI secara eksklusif

mendukung pertumbuhan bayi, meningkatkan perkembangan sel otak,

perkembangan bahasa, dan perkembangan motorik bayi karena ASI

mengandung berbagai nutrien diantaranya taurin, laktosa dan asam lemak ikatan

panjang seperti DHA, AA, omega 3 dan omega 6 yang dapat meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan otak, sehingga pemberian ASI secara eksklusif

dapat mempengaruhi perkembangan bayi secara keseluruhan termasuk

perkembangan motorik kasar bayi (Roesli, 2000; Yum, 2007; Olof, et al., 2013;

Mary et al., 2012).

f. Status gizi

Nutrisi memegang peranan penting pada pertumbuhan dan perkembangan

bayi. Selama periode perkembangan prenatal, kekurangan nutrisi akan

mempengaruhi perkembangan pada implantasi ovum hingga melahirkan. Masa

pertumbuhan pada bayi membutuhkan kalori yang cukup dan terdapat kaitan

antara berat badan yang lebih serta tingginya kadar subkutan terhadap penurunan

perkembangan motorik, seperti pada kondisi marasmus dan kwashiorkor yang

berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan nilai IQ. Bila kondisi

tersebut dibiarkan terus menerus akan berakibat pada penurunan asupan mikro/

makronutrien yang berlanjut pada gangguan neurotransmitter, gangguan

pemusatan perhatian dan penurunan integrasi sensori sehingga perkembangan

motorik terganggu (Hasiroh, 2010; Marimbi, 2010; Meghan et al., 2012;

Hidayah, 2013; Solihin dan Faisal, 2013).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

13

Salah satu indikator dalam penilaian status gizi adalah dengan

menggunakan metode penilaian antropometri. Penilaian ini relatif mudah dan

cepat serta digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Untuk membantu

dalam menginterpretasi data antropometri, pengukuran umumnya dinyatakan

sebagai suatu indeks seperti berat badan menurut umur. Umur sangat memegang

peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan

interpretasi status gizi yang salah. Ketentuan umur bayi atau anak 1 tahun adalah

12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Bila kurang dari 15 hari maka dibulatkan

kebawah, bila lebih dari sama dengan 15 hari dibulatkan ke bulan selanjutnya

(Sudiman, 2006; Supariasa, 2006; Soetjiningsih, 2012).

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling

sering digunakan, karena berat badan dapat memberikan gambaran keadaan saat

ini. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena

penyakit infeksi maupun karena konsumsi makan yang menurun. Pada masa

bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik

maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,

edema dan adanya tumor (WHO, 1986; Woodruff dan Duffied, 2002; Onis, et

al., 2006; Mei dan Laurence, 2007; Proverawati, 2010)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

14

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)Berat badan menurut

umur (BB/U)Anak usia 0-60 bulan

Gizi burukGizi kurang

Gizi baikGizi lebih

<-3 SD-3 SD sampai dengan <-2 SD-2 SD sampai dengan 2 SD

> 2 SD

Panjang badanmenurut umur

(PB/U) atau tinggibadan menurut umur

(TB/U)Anak usia 0-60 bulan

Berat badan menurutpanjang badan(BB/PB) atau

(BB/TB)Anak usia 0-60 bulan

Indeks masa tubuhmenurut umur

(IMT/U)Anak usia 0-60 bulan

Indeks masa tubuhmenurut umur

(IMT/U)Anak usia 5-18 tahun

Sangat pendekPendekNormalTinggi

Sangat kurusKurus

NormalGemuk

Sangat kurusKurus

NormalGemuk

Sangat kurusKurus

NormalGemukObesitas

<-3 SD-3 SD sampai dengan <-2 SD-2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD

<-3 SD-3 SD sampai dengan <-2 SD-2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD

<-3 SD-3 SD sampai dengan <-2 SD-2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD

<-3 SD-3 SD sampai dengan <-2 SD-2 SD sampai dengan 2 SD

>2 SD

Sumber: Depkes RI, 2010

B. PENELITIAN RELEVAN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Usia 12-18

Bulan Di Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin (Kartika dan Latinulu, 2002), dengan

hasil terdapat perbedaan signifikan pada antara status gizi dengan perkembangan

motorik bayi yang dilihat dari angka kecukupan konsumsi energi dan protein. Pada

keluarga miskin terdapat 6 bayi (40%) yang memiliki status gizi kurang dan

mengalami keterlambatan perkembangan motorik. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang terdahulu adalah pada variabel dependennya yakni perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

15

motorik bayi serta adanya korelasi antara status gizi dengan perkembangan motorik

kasar bayi. Sedangkan perbedaannya adalah pada waktu, tempat dan sampel

penelitian serta pada variabel independen yaitu pemberian ASI eksklusif, jenis

kelamin, riwayat penyakit infeksi, dan pendidikan ibu.

C. KERANGKA PIKIR

Keterangan:

: Mempengaruhi

: Tidak diteliti

D. HIPOTESIS

Sesuai dengan pemikiran yang dikemukakan dalam landasan teori diatas maka

perumusan hipotesis yang akam diuji kebenarannya adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan ibu diatas SMA berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik

kasar bayi usia 6-24 bulan.

2. Pendapatan orangtua ≥Rp.1.226.000,- berpengaruh positif terhadap

perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.

3. Bayi berjenis kelamin laki-laki berpengaruh positif terhadap perkembangan

motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.

Pemberian ASI eksklusif Jenis Kelamin Pendidikan ibu

Perkembangan motorik kasar bayiRiwayat kesehatan bayi

Status Gizi

Pendapatan orangtua

Sadar informasi

Stimulasi bayi

Peningkatan hormone testosteronImunitas bayibaik

Makanan bernutrisi Beli alat permainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

16

4. Bayi yang tidak pernah menderita penyakit infeksi berpengaruh positif terhadap

perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan.

5. ASI eksklusif berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik kasar bayi

usia 6-24 bulan.

6. Status gizi berpengaruh positif terhadap perkembangan motorik kasar bayi usia

6-24 bulan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan

cross sectional, karena meneliti variabel bebas pendidikan ibu, pendapatan

orangtua, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, pemberian ASI eksklusif, serta

status gizi dan variabel terikat perkembangan motorik dalam satu waktu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar.

2. Waktu

1-6 Agustus 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Bayi usia 6-24 bulan di Klinik Baby Smile pada bulan Agustus 2015 yakni

sebanyak 500 bayi.

2. Sampel

Bayi usia 6-24 bulan yang datang ke Klinik Baby Smile Kabupaten

Karanganyar. Menurut Murti (2013), rasio subjek penelitian dalam analisis

multivariat adalah:

n = 15 – 20 subjek per variabel independen

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 subjek yang datang

ke Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar serta memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

Bayi yang berusia 6-24 bulan dan sehat.

b. Kriteria eksklusi

Bayi yang retardasi mental dan bayi dengan cacat fisik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

18

D. Variabel Penelitian

1. Variabel dependen: perkembangan motorik kasar bayi usia 6-24 bulan

2. Variabel independen: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis kelamin, ASI

eksklusif, riwayat penyakit infeksi, dan status gizi.

E. Definisi Operasional

1. Pendidikan ibu

a. Definisi: Pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh ibu dari subjek

penelitian.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: pendidikan dasar dan menengah

(SD dan SMP) dan nilai 1: pendidikan lanjutan (SMA/SMK).

2. Pendapatan orangtua

a. Definisi: Pendapatan yang diperoleh orangtua (ayah dan ibu) subjek penelitian

dalam kurun waktu 1 bulan.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala data: Kontinu. Untuk keperluan pengolahan data maka data kontinu

diubah menjadi data nominal dikotomi dengan nilai 0: dibawah UMK

Kabupaten Karanganyar (Rp. 1.226.000,-) dan nilai 1: lebih dari sama dengan

UMK Kabupaten Karanganyar (Rp. 1.226.000,-).

3. Jenis kelamin

a. Definisi: Jenis kelamin subjek penelitian.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: perempuan dan nilai 1: laki-laki

4. ASI eksklusif

a. Definisi: Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun

termasuk susu formula dan air putih pada subjek penelitian.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: tidak ASI eksklusif dan nilai 1:

ASI eksklusif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

19

5. Riwayat penyakit infeksi

a. Definisi: Riwayat subjek penelitian mengalami penyakit infeksi seperti ISPA

(batuk pilek selama 14 hari) dan diare (BAB lebih dari 4 kali dalam sehari dan

konsistensi cair) dari semenjak lahir sampai dengan saat penelitian.

b. Alat ukur: Kuesioner

c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: pernah menderita ISPA atau diare

atau keduanya dan nilai 1: tidak pernah menderita ISPA atau diare.

6. Status gizi

a. Definisi: Penilaian status gizi pada subjek penelitian dengan rumus BB/U.

b. Alat ukur: Infant baby scale

c. Skala data: Kontinu. Untuk keperluan pengolahan data, data kontinu diubah

menjadi data nominal dikotomi dengan nilai 0: status gizi abnormal dan nilai 1:

status gizi normal.

7. Perkembangan motorik

a. Definisi: Kemampuan bayi dalam menggerakkan otot tubuh seperti duduk,

merangkak, berdiri, berjalan dan berlari.

b. Alat ukur: Denver Development Screening Test II (DDST)

c. Skala data: Nominal dikotomi dengan nilai 0: terlambat perkembangan, dicurigai

(suspect terlambat perkembangan) dan nilai 1: normal

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengambilan data primer untuk mengetahui perkembangan bayi pada penelitian

ini adalah dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test)

untuk mengetahui apakah perkembangan bayi sesuai dengan usianya atau ada

keterlambatan. Untuk data mengenai pendidikan terakhir ibu, pendapatan

orangtua, jenis kelamin bayi, riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian ASI

dan status gizi diperoleh dari wawancara kepada ibu bayi secara langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah kunjungan bayi di Klinik

Baby Smile Kabupaten Karanganyar bulan April 2015.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

20

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar DDST II (Denver

Development Screening Test), kuesioner yang berisi tentang pernyataan

mengenai pendidikan terakhir ibu, pendapatan orangtua, jenis kelamin bayi,

riwayat penyakit infeksi, dan riwayat pemberian ASI serta infant baby scale

untuk mengukur status gizi.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Pendidikan terakhir ibu

Data ini didapat dengan wawancara langsung kepada ibu, apakah ibu sudah lulus

SMA/ sederajat atau SMP/ sederajat atau SD/ sederajat atau belum lulus SD atau

sudah lulus S1 atau Diploma.

b. Pendapatan orangtua

Data ini didapat dengan wawancara langsung kepada ibu tentang pendapatan ibu

selama sebulan atau suami selama sebulan atau ibu dan suami selama sebulan.

c. Jenis kelamin bayi

Data ini didapat dengan cara melihat pada buku KMS atau buku KIA milik bayi.

d. ASI eksklusif

Data ini didapat dengan cara wawancara langsung kepada ibu apakah setelah

bayi baru lahir sampai dengan usia enam bulan bayi pernah diberikan air putih

atau susu formula atau makanan pendamping seperti bubur, pisang, atau nasi.

e. Riwayat penyakit infeksi

Data ini didapat dari buku KIA atau menanyakan langsung kepada ibu apakah

anaknya pernah menderita batuk, sesak nafas, hidung tersumbat atau berair

dengan lama 14 hari dan diare (BAB >5 kali dalam 24 jam dan konsistensi cair)

sejak bayi baru lahir hingga penelitian ini dilakukan.

f. Status gizi

Status gizi didapat dengan rumus BB/U dimana berat badan bayi diukur dengan

menggunakan infant baby scale yang sudah dipastikan sebelumnya bahwa jarum

ada pada angka nol dan alat tersebut bebas dari pemberat seperti pengalas. Saat

bayi dilakukan penimbangan, terlebih dahulu meminimalkan atau menanggalkan

berat tambahan seperti mainan atau sepatu bayi. Untuk usia bayi didapat dari

penghitungan tanggal lahir bayi hingga tanggal dilakukan pemeriksaan. Patokan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

21

usia bayi dalam satu bulan adalah 30 hari, bila dalam penghitungan usia kurang

dari 15 hari maka dibulatkan kebawah, dan bila ≥15 hari dibulatkan

keatas.untuk penyajian status gizi dengan ambang batas Z-score.

g. Perkembangan motorik bayi

Pada lembar DDST ditarik garis vertikal sesuai usia bayi sehingga memotong

kotak-kotak tugas perkembangan formulir DDST. Setelah itu dinilai apakah bayi

dapat melewati tugas perkembangan pada sektor motorik kasar dengan kriteria

penilaian: P (Passed) atau L (Lulus) bila bayi mampu melewati tugas dan F

(Failed) atau G (Gagal) bila bayi belum mampu melakukan tugas perkembangan

dan R (refusal) atau M (Menolak) bila bayi menolak untuk melakukan tugas

perkembangan pada sektor motorik kasar. Interpretasi hasil tes skrining DDST

pada sektor perkembangan motorik kasar ini adalah dengan melihat nilai P serta

F dan bayi dikatakan: normal bila anak gagal/ menolak tugas pada kotak di

sebelah kanan garis umur, bila anak lulus, gagal/ menolak tugas dimana garis

umur berada diantara 25-75% (warna putih); waspada apabila anak gagal atau

menolak tugas pada kotak dimana garis umur berada diantara 75-90% (warna

hijau) dan terlambat bila anak gagal / menolak tugas pada item yang berada di

sebelah kiri garis umur.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan komputerisasi, dan langkah-langkah analisis

data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada

secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang

dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu,

pendapatan orangtua, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, pemberian ASI

eksklusif dan status gizi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua

variabel antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang digunakan pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

22

analisis bivariat ini dengan menggunakan uji Chi Square untuk menentukan

hubungan dua gejala atau tata jenjang dengan data berskala nominal.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Uji statistik ini menggunakan uji regresi logistik

berganda. Analisis regresi logistik berganda digunakan untuk mendapatkan nilai

odds ratio ( Exponen β) yang telah disesuaikan. Regresi logistik ganda adalah

bagian dari analisis regresi, dimana variabel dependen merupakan variabel

dikotomi. Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen yang dilihat dari besarnya r².

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan Klinik Baby Smile Kabupaten Karanganyar yang

terletak di jalan Kabupaten Karanganyar. Klinik ini melayani pijat bayi, terapi uap,

dan baby spa.

B. HASIL PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah 100 bayi usia 6 – 24 bulan yang datang ke

Klinik Baby Smile pada tanggal 1-6 Agustus 2015. Bayi yang datang ke klinik yang

menjadi sampel telah memenuhi kriteria inklusi.

1. Gambaran distribusi frekuensi

Tabel 4.1 Karakteristik RespondenNo. Variabel N %1 Pendidikan ibu

Pendidikan dasar 8 8Pendidikan lanjutan 92 92

2 Pendapatan keluarga< UMK 3 3≥ UMK 97 97

3 Jenis kelaminLaki-laki 56 56Perempuan 44 44

4 ASI eksklusifYa 48 48Tidak 52 52

5 Riwayat penyakit infeksiPernah sakit 38 38Tidak pernah sakit 62 62

6 Status giziNormal 85 85Abnormal 15 15

Tabel 4.1 Menunjukkan sebagian besar subjek penelitian memiliki latar

belakang pendidikan lanjutan dan pendapatan keluarga yang tinggi pula, sedangkan

proporsi jumlah subjek penelitian laki-laki dan perempuan hampir sama. 48 dari

100 subjek penelitian pada penelitian ini mendapat ASI eksklusif hingga 6 bulan

dan 15 % responden memiliki status gizi kurang dan lebih. 62% subjek penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

24

tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti ISPA dan diare dari lahir hingga

penelitian dilakukan.

2. Pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar

Tabel 4.2. Analisis Bivariat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Motorik

Kasar dengan uji Chi Square

Pendidikan ibu Perkembangan Motorik Kasar Total OR pTerlambat NormalN % N % N %

Dasar 2 2 6 6 8 8 0,94 0,946Lanjutan 24 24 68 68 92 92Total 26 26 74 74 100 100

Sumber: Data Primer Agustus 2015

Berdasarkan tabel diatas, terdapat hubungan negatif antara pendidikan ibu

dan perkembangan motorik kasar balita usia 6-24 bulan meskipun secara

statistik tidak signifikan. Anak balita umur 6-24 bulan yang ibunya

berpendidikan SMA keatas memiliki kemungkinan untuk mempunyai

perkembangan motorik kasar normal 0,9 kali lebih kecil daripada pendidikan

dibawah SMA (OR= 0,94; CI 95% 0,18 – 5,00; p= 0,946). Hasil analisis tentang

hubungan variabel dengan p=0,946 mengandung arti bahwa hasil tersebut tidak

bisa diandalkan, karena peristiwa mendapat hasil seperti itu karena kemungkinan

peluang sangat besar yaitu 946 kebetulan dari 1000 peristiwa.

3. Pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik kasar

Tabel 4.3. Analisis Bivariat Pendapatan Keluarga dengan Perkembangan

Motorik Kasar dengan uji Chi Square

Perkembangan Motorik Kasar Total OR pPendapatan Terlambat Normalkeluarga N % N % N %< UMK 2 2 1 1 3 3 6,08 0,103≥ UMK 24 24 73 73 97 97Total 26 26 74 74 100 100

Sumber: Data Primer Agustus 2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

25

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa pendapatan lebih dari UMK mempunyai

hubungan yang positif dengan perkembangan anak balita meski secara statistik

tidak signifikan (p=0,103). Anak balita umur 6-24 bulan yang keluarganya

mempunyai pendapatan diatas UMK memiliki kemungkinan untuk mempunyai

perkembangan motorik kasar normal 6,10 kali lebih besar daripada balita yang

pendapatan keluarganya kurang dari UMK (OR= 6,08; CI 95% 0,53 – 70,01;

p=0,103).

4. Jenis kelamin dengan perkembangan motorik kasar

Tabel 4.4. Analisis Bivariat Jenis Kelamin Bayi dengan Perkembangan Motorik

Kasar dengan uji Chi Square

Perkembangan Motorik Kasar Total OR pJenis kelamin Terlambat Normalbayi N % N % N %Perempuan 10 10 34 34 44 44 0,68 0,394Laki-laki 17 17 39 39 56 56Total 27 27 73 73 100 100

Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki

kecenderungan perkembangan motorik kasarnya 0,68 kali lebih kecil daripada

bayi perempuan (OR=0,68; CI 95% 0,27 – 1,67; p= 0,394).

5. Riwayat pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar

Tabel 4.5. Analisis Bivariat Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan

Motorik Kasar dengan uji Chi Square

Riwayat Perkembangan Motorik Kasar Total OR ppemberian ASI Terlambat Normaleksklusif N % N % N %Ya 24 24 24 24 48 48 25,0 <0,001Tidak 2 2 50 50 52 52Total 26 26 74 74 100 100

Sumber: Data Primer Agustus 2015

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat hubungan positif dan signifikan secara

statistik antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

26

bayi usia 6 – 24 bulan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki

kemungkinan perkembangan motorik kasar yang normal 25 kali lebih besar

daripada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif (OR= 25,00; CI 95% 5,45 –

114,58; p<0,001).

6. Riwayat penyakit infeksi dengan perkembangan motorik kasar

Tabel 4.6. Analisis Bivariat Riwayat Penyakit Infeksi dengan Perkembangan

Motorik Kasar dengan uji Chi Square

Riwayat Perkembangan Motorik Kasar Total OR ppenyakit Terlambat Normalinfeksi N % N % N %Ya 17 17 21 21 38 38 4,77 0,001Tidak 9 9 53 53 62 62Total 26 26 74 74 100 100

Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan secara statistik antara riwayat penyakit infeksi dan perkembangan

motorik kasar bayi usia 6 – 24 bulan. Bayi usia 6 – 24 bulan yang tidak pernah

menderita penyakit infeki seperti ISPA dan diare memiliki kemungkinan

perkembangan motorik kasarnya normal 4,77 kali lebih besar daripada bayi yang

pernah menderita ISPA atau diare sejak lahir hingga penelitian dilakukan (OR=

4,77; CI 95% 1,84 – 12,36; p=0,001).

7. Status gizi dengan perkembangan motorik kasar

Tabel 4.7. Analisis Bivariat Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar

dengan uji Chi Square

Perkembangan Motorik Kasar Total OR pStatus gizi Terlambat Normal

N % N % N %Abnormal 7 7 8 8 15 15 3,04 0,048Normal 19 19 66 66 85 85Total 26 26 74 74 100 100

Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan secara statistik antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar

bayi usia 6 – 24 bulan. Bayi usia 6 – 24 bulan yang status gizinya normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

27

memiliki kemungkinan 3,04 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya

normal daripada bayi yang mempunyai status gizi kurang atau lebih (OR= 3,04;

CI 95% 0,97 – 9,46; p= 0,048).

8. Analisis multivariat

Analisis multivariat adalah kelanjutan dari analisis bivariat yang bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang

signifikansinya <0,05 adalah variabel pemberian ASI eksklusif dan status gizi.

Tabel 4.8. Analisis Multivariat Faktor-faktor yang MempengaruhiPerkembangan Motorik Kasar yang Normal dengan Uji Regresi LogistikBerganda

Variabel independenExp (b) CI 95%

pOR

Batasbawah

Batasatas

Pendidikan ibu ( ≥ SMA) 0,31 0,03 4,00 0,373Pendapatan keluarga (≥ Rp. 1.226.000,-) 7,56 0,18 313,73 0,287Jenis kelamin bayi (laki-laki) 0,52 0,15 1,72 0,281ASI eksklusif 33,77 5,35 213,18 <0,001Riwayat tidak pernah menderita penyakit infeksi 3,07 0,93 10,10 0,065Status gizi (normal) 7,03 1,19 41,70 0,032N observasi 100-2log likehood 71,7Nagelkerke R square 51,2%

Sumber: Data Primer Agustus 2015

Tabel 4.8 menyajikan hasil analisis regresi logistik ganda faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar yang normal pada anak balita

usia 6 – 24 bulan. Terdapat hubungan antara pendidikan ibu, pendapatan

keluarga, jenis kelamin bayi, pemberian ASI eksklusif, riwayat penyakit infeksi,

dan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita usia 6-24 bulan.

Hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar anak

memiliki hubungan negatif dan pengaruh sedang, namun secara statistik tidak

signifikan (OR= 0,31; CI 95% 0,03-4,00; p= 0,373).

Anak balita yang pendapatan keluarga ≥ UMK mempunyai kemungkinan

7,56 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya normal daripada anak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

28

balita yang keluarganya berpendapatan kurang dari UMK. Hubungan

pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik kasar memiliki pengaruh

positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan (OR=7,56; CI 95%

0,18-313,73; p=0,287).

Anak balita yang berjenis kelamin laki-laki memiliki kemungkinan

perkembangan motorik kasarnya normal 0,52 kali lebih kecil daripada anak

balita perempuan. Hubungan jenis kelamin anak balita dengan perkembangan

motorik kasar memiliki pengaruh negatif dan sedang namun secara statistik tidak

signifikan (OR= 0,52; CI 95% 0,15-1,72; p= 0,281).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga 6 bulan memiliki kemungkinan

33,77 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya normal daripada tidak

diberikan ASI eksklusif. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan

perkembangan motorik kasar memiliki pengaruh positif dan sangat kuat, secara

statistik signifikan (OR= 33,77; CI 95% 5,35-213,18; p<0,001).

Anak balita yang tidak pernah menderita penyakit infeksi memiliki

kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal 3,07 kali lebih besar

daripada anak balita yang pernah sakit. Hubungan riwayat penyakit infeksi

dengan perkembangan motorik kasar memiliki pengaruh yang kuat dan positif,

namun secara statistik tidak signifikan (OR=3,07; CI 95% 0,93-10,10; p=0,065).

Status gizi normal anak balita memiliki kemungkinan perkembangan

motorik kasarnya normal 7,03 kali lebih besar daripada anak balita yang status

gizinya kurang atau lebih. Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik

kasar memiliki pengaruh yang positif dan kuat, secara statistik signifikan

(OR=7,03; CI 95% 1,19-41,70; p= 0,032).

Nilai -2log likelihood merupakan parameter yang menunjukkan kesesuaian

antara model analisis regresi logistik dan sampel yang dianalisis, makin kecil

parameter tersebut, makin sesuai antara model dan datanya. Pada penelitian ini

nilai -2log likelihood 71,7 yang mengandung arti bahwa model ini cukup baik

untuk menggambarkan data/ hubungan variabel di dalam sampel karena nilainya

<100 sebagai batasan. Nilai Nagelkerke R square 51,2% mengandung arti

bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model (pendidikan ibu,

pendapatan keluarga, jenis kelamin bayi, pemberian ASI eksklusif, riwayat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

29

penyakit infeksi, dan status gizi) secara bersama mampu menjelaskan variasi di

dalam perkembangan motorik kasar bayi usia 6 – 24 bulan.

C. PEMBAHASAN

1. Hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar

anak balita usia 6-24 bulan

Pendidikan memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Perbedaan pendidikan menyebabkan perbedaan

penahaman, persepsi, dan pengetahuan kesehatan. Pendidikan seorang ibu juga

berpengaruh terhadap cara asuh terhadap anaknya. Bila pendidikan ibu tinggi

maka akan meningkatkan kesadaran akan status kesehatan keluarganya dan ibu

cenderung lebih sering menstimulasi anaknya (Trimanto, 2008 dan

Grossman,1970).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat 92 subjek

penelitian yang ibunya lulus pendidikan lanjutan dan 8 subjek dengan ibu yang

hanya lulus pendidikan dasar. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan motorik kasar

anak balita (OR=0,31; CI 95% 0,03-4,00; p=0,373), dengan demikian ibu yang

lulus ≥ SMA memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasar anaknya

normal yakni 0,31 kali lebih kecil daripada <SMA. Hubungan antara pendidikan

ibu dengan perkembangan motorik kasar anak balita menunjukkan bahwa

pendidikan ibu memiliki pengaruh yang negatif dan sedang terhadap

perkembangan motorik kasar anak balita, namun secara statistik tidak signifikan.

Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Carneiro et.al (2011) dalam

studinya yakni pendidikan ibu cukup berperan dalam perkembangan kognitif

dan motorik anak, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik (p>0,05).

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Apriatuti (2013) di Kabupaten

Boyolali, didapatkan hasil yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

perkembangan anak (p<0,001). Adanya perbedaan hasil tersebut adalah karena

faktor kebetulan yang besar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

30

2. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik

kasar anak balita usia 6-24 bulan

Pendapatan berpengaruh dalam perkembangan bayi. Keluarga dengan

pendapatan cukup memungkinkan orangtua memberikan alat permainan sebagai

sarana stimulasi perkembangan anak. Keluarga tersebut juga cenderung

menyekolahkan anaknya pada pendidikan usia dini yang mana secara tidak

langsung anak tersebut lebih sering berinteraksi dengan lingkungan sehingga

stimulasi perkembangan terjadi, baik interaksi fisik maupun verbal

(Freitas, 2013).

Presentasi subjek penelitian yang mempunyai keluarga dengan pendapatan

lebih dari UMK dibandingkan kurang dari UMK adalah 97 dibanding 3 subjek.

Analisis hubungan antara pendapatan keluarga dengan perkembangan motorik

kasar anak balita bahwa anak balita yang keluarganya mempunyai pendapatan

≥UMK memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal 7,56

kali lebih besar daripada yang kurang dari UMK. Hasil statistik menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang positif dan kuat, namun secara statistik tidak

signifikan (OR=7,56; CI 95% 0,18-313,73; p=0,287). Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Briawan (2013), di dalam studinya dijelaskan bahwa anak

yang mempunyai keluarga dengan pendapatan kurang, perkembangan anaknya

adalah normal (p>0,05).

Berbeda dengan hasil studi yang dilakukan oleh Kartika dan Latinulu

(2002) di Kabupaten Ciomas, Bogor, dari total subjek 43 anak balita, didapat

75% sampel dari keluarga miskin mempunyai kemampuan motorik kasar yang

lambat dan 25% dari keluarga yang tidak miskin. Sebaliknya terdapat 65%

sampel dari keluarga tidak miskin memunyai perkembangan motorik kasar

normal, sedangkan dari keluarga miskin hanya 35% (OR=5,6; CI 95% 1,13-

2,06; p<0,05).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

31

3. Hubungan antara jenis kelamin bayi dengan perkembangan motorik kasar

anak balita usia 6-24 bulan

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak adalah faktor genetik, dalam hal ini jenis kelamin anak juga berperan.

Perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung

lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai

waktu tertentu (Campbell, 1999; Nurdiah, 2014). Conellan (2000), dalam

studinya mengemukakan bahwa bayi laki-laki lebih cenderung untuk bergerak

(berpindah-pindah) dibandingkan dengan bayi perempuan. Hal yang sama juga

dijelaskan oleh McIntyre dan Edwards (2009), anak laki-laki lebih banyak

menghabiskan waktu diluar rumah. Selain itu anak laki-laki lebih senang

bermain senjata mainan serta kendaraan yang banyak melibatkan gerak fisik

dibandingkan dengan anak perempuan. Lebih cepatnya perkembangan motorik

kasar anak balita laki-laki disebabkan oleh hormon testosteron yang lebih tinggi

pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan sehingga anak balita

perempuan lebih senang pada kegiatan yang tenang dan nyaman (Alexander dan

Wilcox, 2012).

Pada penelitian ini, hasil analisis hubungan antara jenis kelamin anak

balita dengan perkembangan motorik kasar didapatkan hasil terdapat hubungan

dengan kedua variabel tersebut, yaitu anak balita yang berjenis kelamin laki-laki

memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal setengah kali

lebih kecil daripada anak balita berjenis kelamin perempuan. Hasil tersebut tidak

dapat diandalkan secara statistik (OR=0,52; CI 95% 0,15-1,72; p=0,281).

Presentasi subjek anak balita yang berjenis kelamin laki-laki dibanding anak

balita berjenis kelamin perempuan adalah 56 dibanding 44 anak balita. Hasil

analisis tentang hubungan variabel dengan p=0,281 mengandung arti bahwa

hasil tersebut tidak bisa diandalkan karena peristiwa mendapat hasil seperti itu

karena kemungkinan peluang sangat besar yaitu 281 kebetulan dari 1000

peristiwa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

32

4. Hubungan antara ASI eksklusif dengan perkembangan motorik kasar anak

balita usia 6-24 bulan

Pemberian ASI pada anak balita berpengaruh positif pada kesehatan dan

status gizi bayi. Pemberian ASI secara eksklusif mendukung pertumbuhan bayi,

meningkatkan perkembangan sel otak, perkembangan bahasa, dan

perkembangan motorik bayi karena ASI mengandung berbagai nutrien

diantaranya taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang seperti DHA, AA,

omega 3 dan omega 6 yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan otak, sehingga pemberian ASI secara eksklusif dapat

mempengaruhi perkembangan bayi secara keseluruhan termasuk perkembangan

motorik kasar bayi (Yum, 2007; Olof, et al., 2013; Mary et al., 2012).

Sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana terdapat hubungan antara ASI

eksklusif dengan perkembangan motorik kasar. Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif selama 6 bulan mempunyai kemungkinan perkembangan motorik

kasarnya normal lebih besar 33,77 kali lebih besar perkembangan motorik

kasarnya daripada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Hasil tersebut

menunjukkan hubungan yang positif, kuat, dan secara statistik signifikan (OR=

33,77; CI 95% 5,35-213,18; p<0,001). Presentasi subjek bayi yang mendapat

ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif

adalah 52 dibanding 48 anak balita.

Hal yang sama dijelaskan oleh Dewey (2001) dalam studinya di Honduras.

Studi tersebut menghasilkan perbedaan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif

dan tidak. Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan penuh lebih

cepat merangkak dan berjalan pada usia 12 bulan. Hal yang sama juga dijelaskan

oleh Novita, dkk (2008), bahwa bayi yang yang mendapat ASI eksklusif selama

enam bulan penuh lebih mempunyai funsi lokomotor yang lebih baik (p=0,001).

5. Hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan perkembangan motorik

kasar anak balita usia 6-24 bulan

Hasil analisis hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan

perkembangan motorik kasar anak balita usia 6-24 bulan menunjukkan bahwa

anak balita yang tidak pernah menderita penyakit infeksi mempunyai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

33

kemungkinan 3,07 kali lebih besar perkembangan motorik kasarnya normal

daripada anak balita yang pernah menderita penyakit infeksi seperti ISPA atau

diare atau keduanya (OR= 3,07; CI 95% 0,93-10,10; p=0,065). Hasil tersebut

secara statistik tidak signifikan. Presentasi subjek anak balita yang tidak pernah

sakit dibandingkan dengan anak balita yang pernah sakit adalah 62 dibanding

38.

Hasyuti (2011), juga melakukan penelitian di Kabupaten Jeneponto,

Makasar pada 123 anak balita dan didapatkan hasil bahwa riwayat penyakit

infeksi seperti ISPA dan diare tidak mempunyai pengaruh dengan

perkembangan motorik kasar anak balita. Berbeda halnya dengan hasil

penelitian yang didapat oleh Tanjung (2007) yang melaporkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna pada pertumbuhan dan perkembangan anaka balita

yang terkena penyakit infeksi dan tidak.

Perkembangan bayi, balita dan anak dapat terganggu apabila bayi

menderita suatu penyakit terutama penyakit infeksi seperti ISPA dan diare.

Diare dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan dan absorpsi nutrisi dalam

usus tidak maksimal. Kejadian diare berulang dapat mengarah ke KEP bahkan

kematian pada bayi (Soetjiningsih, 2012).

6. Hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak

balita usia 6-24 bulan

Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik

kasar anak balita menunjukkan bahwa anak balita usia 6-24 bulan yang status

gizinya normal memiliki kemungkinan perkembangan motorik kasarnya normal

7,03 kali lebih besar daripada anak balita yang status gizinya kurang atau lebih.

Hasil ini secara statistik signifikan dan menunjukkan hubungan yang positif dan

kuat (OR= 7,03; CI 95% 1,19-41,70; p=0,032). Presentasi subjek antara anak

balita yang status gizi normal dibandingkan dengan status gizi abnormal adalah

85 dibanding 15 anak balita.

Sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Ati dkk (2013) di RSUD

Tugurejo Semarang, yakni dari 50 responden didapat 66% perkembangan

motorik kasarnya normal dan sisanya memiliki perkembangan motorik kasar

yang terlambat (p=0,000; α=0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

34

terdapat hubungan yang positif antara status gizi dengan perkembangan motoric

kasar anak balita. Semakin baik status gizi seorang anak maka perkembangan

motorik kasarnya senderung normal.

D. KETERBATASAN

1. Penelitian ini menggunakan rumus besar sampel multvariat, sehingga

mendapatkan hasil tidak signifikan, diperlukan penggunaan rumus yang lebih

akurat. Selain itu, adanya perbedaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah karena adanya faktor kebetulan sangat besar.

2. Pemilihan subjek penelitian tidak menggunakan teknik random sehingga

populasi anak balita tidak memiliki peluang yang sama menjadi subjek

penelitian.

Dengan adanya keterbatasan penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat

dijadikan inspirasi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Bayi yang mendapat ASI eksklusif dan memiliki status gizi normal mempunyai

pengaruh yang positif terhadap perkembangan motorik kasar .

2. Pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jenis kelamin bayi, dan riwayat penyakit

infeksi tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan motorik kasar anak

balita usia 6 – 24 bulan.

B. IMPLIKASI

Implikasi praktis dari temuan penelitian ini, keterlambatan perkembangan motorik

kasar anak balita usia 6 – 24 bulan dapat terhindar bila memperhatikan ASI

eksklusif dan status gizi anak balita.

C. SARAN

1. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya bisa meneliti pengaruh status gizi ibu dan ASI eksklusif

terhadap perkembangan anak balita secara menyeluruh.

2. Bagi ibu yang memiliki bayi

Bagi ibu yang memiliki bayi agar dapat memberikan ASI secara eksklusif

selama enam bulan dan memperhatikan status gizi anaknya dimana kedua hal

tersebut berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

36

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, G and Wilcox, T. Sex Differences in Early Infacy. Child Development Prespectives.Volume 6 Number 4.

Alimul. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Andini, KN. 2014. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Pemakaian Alat KontrasepsiIUD di Kelurajan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Universitas SebelasMaret: Karya Tulis Ilmiah.

Apriadji, WH. 2014. Buku Super Lengkap Makanan Bayi Sehat Alami. Pustaka Bunda: Jakarta.

Apriastuti, DA. 2013. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orangtua denganPerkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 4 No. 1

Astuti, R. 2011. Hubungan Antara Riwayat ISPA dan Diare dengan Tumbuh Kembang AnakUsia 1-5 Tahun di Posyandu Desa Cetan Kabupaten Klaten. Jurnal KomunikasiKesehatan. Vol 2 No 02.

Ati CA, Alfiyanti D, Solekhan A. 2013. Hubungan Antara Status Gizi dengan PerkembanganMotorik Kasar Anak Balita di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2013. Jurnal IlmuKeperawatan dan Kebidanan. Vol 1, No 4.

Banadji, RM. 2015. Hubungan ingkat Pendapatan Orangtua dengan Status Gizi Balita diKelurahan Pungawan Kecamaan Banjarsari Surakarta. Universitas Sebelas Maret: Skripsi.

Barroso RMA, Schapiro L, Liang W, Rodrigues O, Shafir T, Kaciroti N, Jacobson SW, LozoffB. 2010. Motor Development in 9-Month-Old Infants in Relation to Cultural Diffrencesand Iron Status. Developmental Psychobiology.

Batubara, J. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri Volume 12Nomor 1.

Bloom, BS, Engelhart, MD, Furst, EJ, Hill, WH, & Krathwohl, DR. 1956. Taxonomy ofeducational objectives the classification of educational goals handbook I: Cognitivedomain. New York: David McKay Company, Inc.

Brazelton, TB. 1979. Four Early Stages in the Development of Mother-Infant Interaction. ThePsychoanalytic Study of the Child. Vol 34, 349-369.

Briawan, D dan Herawati, T. 2013. Peran Stimulasi Orangtua Terhadap Perkembangan AnakBalita Keluarga Miskin. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB Volume 1 No. 1

Campbell SK, Kolobe THA, Wright BD, Linacre JM. 2002. Validity of the Test of Infant MotorPerformances for Prediction of 6-, 9- and 12-month Scores on the Alberta Infant MotorScale. Developmental Medicine and Child Neurology 44, 4;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

37

Campbell, DW and Warren. 1999. Sex Differences in the Activity Level of Infants. Departementof Psychology University of Manitoba Canada.

Carneiro P, Meghir C, Parey M. 2011. Maternal Education, Home Environment and theDevelopment of Children and Adolescents. www.ucl.ac.uk

Conellan J, Baron-Cohen S, Wheelwright S, BAtki A, Ahluwalia J. 2000. Sex differences inHuman Neonatal Social Perception. Infant Behavior & Development 23 (2000) 113–118

Dahlan, MS. 2010. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran DanKesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Darrah, J, Piper M, Watt MJ. 1998. Assesment of gross motor skills of at-risk infants: predictivevalidity of the Alberta Infant Motor Scale. Developmental Medicine and Child Neurology.Volume 40 issue 7

Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Dewi, VNL. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Dewey KG, Cohen RJ, Brown KH, Rivera LL. 2001. Effect of Exclusive Breastfeeding for FourVersus Six Months on Maternal Nutritional Status and Infant Motor Development: Resultsof Two Randomized Trials in Honduras. J. Nutritional 131(2): 262-7.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Propinsi Jawa TengahTahun 2012. Dinkes Propinsi Jawa Tengah.

Drotrar D, Stancin T, Dworkin P. 2008. Pediatic Developmental Screening: Understanding andSelecting Screening Instruments. Journal Pediatric.

Egeland B and Farber EA. 1984. Infant –Mother Attachment: Factors elated to Its Developmentand Changes over Time. Child Development Vol. 55, No. 3

Ernawati, A. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan, TingkatKonsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kabupaten SemarangTahun 2003. Universitas Diponegoro: Tesis.

Freitas, TC, Gabbard C, Cacola P, Montebelo, Santos. 2013. Family socioeconomic status andthe provision of motor affordances in the home. 2013 Jul-Aug;17(4):319-27. doi:10.1590/S1413-35552013005000096. Epub 2013 Aug 1.

Grossman M (1972). On the concept of health capital and the demand for health. Journal ofPolitical Economy. 80: 223-255

Hasiroh, Y. 2010. Perubahan Anak Balita Gizi Buruk yang Dirawat di RSUP H. Adam MalikMedan. Universitas Sumatera Utara: Skripsi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

38

Hasyuti, N. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Perkembangan Motorik KasarBaduta Usia 6-18 Bulan di Kabupaten Jenenpoto Tahun 2011. Universitas Hasanudin:Skripsi.

Hastuti,D. 2009. Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain dan Pengaruhnya PadaPerkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, dan Moral/Karakter Anak. Jurnal IlmuKeluarga dan Konsumen IPB Volume 2 Nomor 1.

Hidayah, F. 2013. ASI Eksklusif Sebagai Faktor Risisko Kejadian Stunting PAda Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Yogyakarta. Tesis: Universitas Gadjah Mada.

Hutahean, BP. 2007. Gangguan Perkembangan Neurologis Pada Bayi dengan RiwayatHiperbilirubinemia. Universitas Diponegoro: Tesis.

June C, Davis, Milles MS. 2010. Effects of gender on the Health an\d Development of Medicallyat Risk Infants. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 39(5): 536–549.

Kartika, V dan Latinulu. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan MotorikAnak Usia 12-18 Bulan di Keluarga Miskin dan Tidak Miskin.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/1424/2945

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/85 Tahun 2014 Tetang Upah Minimum Pada 35(Tiga Puluh Lima) Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.

Kusmiyati, I. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Fungsi Keluarga denganPerkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus pada Anak Usia Toddler. UniversitasIndonesia: Tugas Akhir.

Lindawati. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Anak UsiaPra Sekolah. Jurnal Health Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 - 76

Litmann, B and Parmele. Medical Correlates of Infant Development. Pediatrics. 61(3):470-4

Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta:Nuha Medika.

Marry JR, Felicis MM, Wade, A et al. 2012. Support for Healthy Breastfeeding Mothers withHealthy Term Babies. Cochrane Database System Rev.; 5: CD001141.

Martini, W. 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Jurnal PsikologiUGM Volume 39 Nomor 1.

McIntyre M and Edwards C. 2009. The Early Development of Gender Differences. AnnualReview of Anthropology 38, pp. 83-97

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

39

Meghan S, Adair LS, Goldman BD, Borja JB, Bentley M. 2012. Infant Overweight is Associatedwith Delayed Motor Development. J Pediatr. Vol. 157(1). 20–25

Mei Z and Grummer, LM. 2007. Standart Deviation of Antropometric Z-scores as a Data QualityAssesment Tool Using the 2006 WHO Growth Standards: a Cross Country Analysis.Bulletin of the World Health Organization 85 (6)

Miller JL, Macedonia C, Sonies BC. 2006. Sex Differences in Prenatal Oral-Motor Function andDevelopment. Developmental Medicine and Child Neurology; Jun 2006; 48, 6; ProQuestNursing & Allied Health Source pg. 46.

Murti, B. 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di BidangKesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Novita L, Gurnida DA, Garna H. 2008. Perbandingan Fungsi Kognitif Bayi Usia 6 bulan yangMendapat dan Tidak Mendapat ASi Eksklusif. Universitas Padjadjaran Bandung.

Nurdiah, Muhamada A, Halida. 2014. Pengembangan Kecerdasan Gerak Tubuh Usia 5-6 Tahundi TK Primanda Untan Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Volume 3 Nomor5.

Olof, HJ, Inga T, Gunnlaugsson G, Fewtrell MS, Hibberd PL, Kleinman RE. 2013. ExclusiveBreastfeeding and Developmental Behavioral Status in Early Childhood. Nutrients. Vol. 5,4414-4428.

Onis M, Onyango AW, Barghi E, Garza C, Yang H. 2006. Comparison of the World HealthOrganization (WHO) Child Growth Standards and the National Center for HealthStatistics/WHO international growth reference: implications for child health programmes.Public Health Nutrition: 9(7), 942–947

Piek, JP. 2006. Infant Motor Development. Human Kinetics: USA.

Ringwalt S. 2008. Developmental Screening and Assesment Instruments with an Emphasis onSocial and Emotional Development for Young Children Ages Birth trough Five. TheNational Early Childhood Technical Assistance Center.

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Niaga Swadaya.

Sari DW, Endang N, Purwanto, Setyo. 2012. Hubungan Antara Status Gizi denganPerkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati KetelanBanjarsari Surakarta. Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621 Vol. 5 No.2

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat Ditjen Dikti.Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

40

Solihin, Rindu DM, Anwar F, Sukandar D. 2013. Kaitan Antara Status Gizi, PerkembanganKognitif, dan Perkembangan Motorik pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Penelitian Gizidan Makanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI Volume 36 nomer 1.Available at: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/3396/3387.

Spinillo A, Montanari L, Gardella B, Roccio M, Stronati M, Fazzi E. 2009. Infant sex, ObstetricRisk Factors, and 2-year Neurodevelopmental Outcome Among Preterm Infants.Developmental Medicine and Child Neurology; Jul 2009; 51, 7; ProQuest Nursing &Allied Health Source pg. 518.

Sudiman, H. 2006. Perbandingan Status Gizi Balita dengan Indeks Antropometri Berdasar BakuRujukan WHO-NCHS dan Baku WHO 2005. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 34nomor 3.

Supariasa, IGD. 2006. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Susanti, NY. 2014. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Kejadian Balita dengan Berat Badan DiBawah Garis Merah (BGM) di Polindes Bidan Irma Desa Sumberejo KecamatanBanyuputih Kabupaten Situbondo Tahun 2014.

Susanty, NM dan Margawati, A. 2012. Hubungan Derajat Stunting, Asupan Zat Gizi dan SosialEkonomi Rumah Tangga dengan Perkembangan Motorik Anank Usia 24-36 Bulan diwilayah Kerja Puskesmas Bugangan Semarang. Journal of Nutrition College Volume 1Nomor 1.

Taufiqqurohman M.A. 2008. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF: Klaten.

Thomas JR, French KE. 1985. Gender differences across age in motor performance: A meta-analysis. Psychological Bulletin, Vol 98(2), 1985, 260-282.

Tregoning, JS. Schwarze. 2010. Respiratory Viral Infections in InFants: Causes, ClinicalSymptoms, Virology, and Immunology. Clinical microbiology reviews. Volume 23 No 1

Trimanto, A. 2008. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluaraga, danModal Sosial dengan Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Sragen. Universitas SebelasMaret: Tesis. Tidak dipublikasikan.

Winnicott, DW. The Theory of the Parent-Infant Relationship. The International Journal ofPsychoanalysis. 41:585-595.

Wooddruff BA and Duffield. 2002. Antropometric Assesmentof Nutritional Status inAdolescent Populations in Humanitarian Emergencies. European Journal of ClinicalNutrition (2002) 56, 1108–1118.

WHO. 2002. Penanganan ISPA Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang:Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior/ Natalia SusiJakarta: EGC

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

41

WHO. 1986. Use and Interprtation of Antropometric Indicators of Nutritional Status. Bulletin ofthe World Health Organtation. 64 (6).

Yum, J. 2007. The Effects of Breast Milk Versus Infant Formulae on Cognitive Development.Journal On Developmental Disabilities, Volume 13 Number 1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user