perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf ·...

44
12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Public Relations Kesuksesan penyelenggaraan pesta akbar tidak dapat dilepaskan dari andil bidang public relations (PR), atau padanan kata bahasa Indonesia nya adalah hubungan masyarakat (humas). Public relations berperan untuk mendongkrak citra positif dari acara tersebut, termasuk citra positif dari pihak penyelenggara yang diberi kepercayaan sebagai tuan rumah. (Ardianto, 2009:1) Setyodarmodjo (1997:3) memaparkan bahwa gejala awal kegiatan humas, yaitu mengusahakan simpati dari masyarakat sekitarnya didalam mencapai tujuannya dan usaha tersebut harus terus berkembang bersama dengan berkembangnya masyarakat.” Pemaparan Setyodarmodjo (1997), memberikan gambaran singkat mengenai keberadaan humas untuk mendapatkan simpati dari publik yang telah memberikan kepercayaan kepada perusahaan serta membantu mewujudkan bentuk opini yang baik dan menguntungkan bagi perusahaan. Kepercayaan yang telah dindapatkan dari publik perlu dijaga dengan baik oleh pihak perusahaan. Penilaian tersebut dapat menjaga dukungan yang stabil dan berkelanjutan seperti yang dikemukakan dalam buku Effective Public Relations (Cutlip, 2006:6), menjelaskan mengenai definisi public relations adalah:

Upload: vominh

Post on 07-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

DALAM MENERAPKAN PESTISIDA ORGANIK DI DESA

KARANGBANGUN KECAMATAN JUMAPOLO

KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Oleh : YAYUK SUSENO

H0406080

Dosen Pembimbing:

1. Dr. Ir. Kusnandar, MSi

2. Dra. Suminah, MSi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

DALAM MENERAPKAN PESTISIDA ORGANIK DI DESA

KARANGBANGUN KECAMATAN JUMAPOLO

KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh

YAYUK SUSENO

H0406080

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 23 Desember 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

__Dr. Ir. Kusnandar, MSi__ NIP. 19670703 199203 1 004

Anggota I

____Dra. Suminah, MSi___ NIP. 19661001 200003 2 001

Anggota II

Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001

Surakarta, 25 Januari 2011 Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

_Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS_ NIP. 19551217 198203 1 003

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Menerapkan Pestisida Oganik di

Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar”. Tidak

lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga selaku Pembimbing

Utama dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Suminah, MSi selaku Pembimbing Akademik dan juga selaku

Pembimbing Pendamping dalam penulisan skripsi.

4. Bapak Ir. Supanggyo, MP selaku dosen penguji tamu yang telah banyak

memberikan arahan maupun bimbingan.

5. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

6. Kepala Bappeda dan Kesbangpolinmas Kabupaten Karanganyar yang telah

mempermudah perijinan pengumpulan data.

7. Kepala Desa Karangbangun yang telah memberikan ijin untuk mengadakan

penelitian

8. Penyuluh di Desa Karangbangun yang telah membantu mempermudah

pengumpulkan data.

9. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data.

10. Kedua orang tua penulis, Ibu Sriwanti dan Bapak Moelyono, terimakasih atas

doa dan dukungan yang tiada henti. Kakakku Mini dan Kak Riswyanto yang

selalu memberikan motivasi.

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

11. Teman-teman Kost Rilda (Herning, Kung_fuyan, dek Nopi, dan Gilang)

teman-teman mantan Tc (Ule, Febry, Jeng sich, Ifati, Juket), teman-teman

PKM Jenang Pelok (Datyo, Nuril, Santi) dan teman-teman seperjuangan di

PKP’06.

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-

pihak yang memerlukan.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

RINGKASAN .................................................................................................. xi

SUMMARY ..................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 4

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5

B. Kerangka Berfikir ................................................................................. 20

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 21

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 21

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 25

B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 25

C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ............................................. 45

D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 28

F. Metode Analisis Data ........................................................................... 29

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis ............................................................................... 33

B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 34

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 38

D. Kelembagaan petani .............................................................................. 39

E. Pestisida organik .................................................................................. 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden ............................................................................. 43

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi keputusan petani dalam

menerapkan pestisida organik ............................................................... 45

C. Keputusan petani ................................................................................. 58

D. Pengaruh faktor terhadap keputusan petani dalam menerapkan

pestisida organik ................................................................................... 60

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 66

B. Saran ................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Ternak petani ........................................................................ 24

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 26

Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan .......................................... 28

Tabel 4.1 Luas Wilayah ..................................................................................... 31

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Karangbangun Menurut Umur dan Jenis Kelamin ............................................................................................. 33

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Desa Karangbangun Menurut Umur ................. 34

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendapatan ............................ 35

Tabel 4.5 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................................ 36

Tabel 4.6 Komoditas Pertanian ......................................................................... 37

Tabel 4.7 Peternakan ......................................................................................... 37

Tabel 4.8 Kelembagaan Petani .......................................................................... 38

Tabel 5.1 Umur Responden ............................................................................... 46

Tabel 5.2 Jumlah Anggota Keluarga Responden .............................................. 42

Tabel 5.3 Pendidikan Formal Responden .......................................................... 44

Tabel 5.4 Pendapatan ......................................................................................... 45

Tabel 5.5 Luas Usahatani .................................................................................. 46

Tabel 5.6 Pengalaman ....................................................................................... 48

Tabel 5.7 Perbedaan Harga Pestisida Kimia dan Organik ................................ 50

Tabel 5.8 Frekuensi Penggunaan Saluran ......................................................... 51

Tabel 5.9 Kredibilitas Penyuluh ........................................................................ 52

Tabel 5.10 Sifat Inovasi ...................................................................................... 53

Tabel 5.11 Keputusan.......................................................................................... 55

Tabel 5.12 Omnibush Test................................................................................... 57

Tabel 5.14 Hasil Uji Regresi ............................................................................... 59

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menerapkan Pestisida Organik ............................................................................................. 21

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner ..................................................................................... 70

Lampiran 2. Identitas reponden ....................................................................... 78

Lampiran 3. Tabulasi ....................................................................................... 80

Lampiran 4. Output regresi .............................................................................. 83

Lampiran 5. Foto kegitan ................................................................................. 89

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

RINGKASAN

Yayuk Suseno, H0406080 “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Menerapkan Pestisida Organik di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Kusnandar, MSi dan Dra. Suminah, MSi.

Salah satu bagian dari pembangunan pertanian adalah pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan dan holtikultura, dimana kedua subsektor ini merupakan salah satu faktor penting bagi kesejahteraan masyarakat. Menurut data BPS (2009), selama empat periode terakhir ini, kontribusi sektor tanaman pangan, khususnya padi di Jawa tengah mengalami fluktuasi. Oleh sebab itu, berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hal ini. Adanya terobosan pestisida organik merupakan salah satu solusi yang diharapkan dapat membantu permasalahan petani. Meski sebagian masyarakat tani sudah banyak yang mengenal inovasi pestisida organik tapi belum seluruhnya masyarakat mau memutuskan untuk menerapkan pembuatan dan penggunaan pestisida organik. Adapun keputusan inovasi merupakan proses mental sejak seseorang mulai mengenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya inovasi tersebut.

Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar serta mengkaji seberapa besar peluang dan kecenderungan faktor-faktor tersebut mempengaruhi keputusan dalam menerapkan pestisida organik di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Metode dasar penelitian ini adalah kuantitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive). Pengambilan sampel petani dilakukan dengan Stratified Random Sampling dengan sampel sebanyak 60 responden. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar digunakan analisis Regresi Logistik.

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan formal petani yang terbanyak adalah selama 6 tahun, luas lahan petani pada umumnya adalah sedang, yaitu 0,5-1 Ha, rata-rata pendapatan petani tergolong sedang 32 (54,3 persen). Rata-rata pengalaman berusahatani lebih dari 10 tahun, frekuensi penggunaan saluran mengenai inovasi pestisida organik tergolong dalam kategori rendah yakni kurang dari 13 kali dalam 1 tahun sebanyak 43 responden (71.7 persen). Kredibilitas penyuluh menurut petani responden termasuk dalam kategori tinggi 43 (71,7 persen). Persepsi masyarakat terhadap pestisida organik tergolong baik dan Sebanyak 20 responden (33,33 persen) menerapkan pestisida organik dan 40 (66,67 persen) responden tidak menerapkan pestisida organik

Berdasarkan Analisis probabilitas Logit Model dengan menggunakan metode maksimum Log Likelihood, diperoleh informasi bahwa angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 artinya Logit Model dapat menjelaskan hubungan fungsional antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Nagelkerke R square yang sama-sama menjelaskan ketepatan model sebesar 0,412. Hal ini menunjukkan besarnya variabel x (pendidikan formal, pendapatan, luas usahatani, pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran, kredibilitas penyuluh dan sifat inovasi) menjelaskan variabel y (keputusan menerapkan pestisida organik). Adapun setelah dilakukan pengolahan data diketahui nilai Nagelkerke yakni sebesar 0,412 atau 41,2 persen yang artinya bahwa model ini mampu menjelaskan variasi keputusan menerapkan pestisida organik sebesar 41,2 persen sedangkan sisanya 58, 8 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan tingkat α 0,05 didapatkan tidak ada pengaruh antara pendidikan formal, luas lahan, pengalaman, kredibilitas, dan frekuensi penggunaan saluran, namun pendapatan dan sifat inovasi yang berupa keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan, ketercobaan dan keteramatan mempengaruhi keputusan petani untuk menerapkan pestisida organik.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY Yayuk Suseno, H0406080 "Factors Affecting Farmers' Decision on

Implementing the Organic Pesticides in the Karangbangun Village Jumapolo Karanganyar District." Faculty of Agriculture, University of Surakarta Sebelas March. Under the guidance of Dr. Ir. Kusnandar, MSI and Dra. Suminah, MSi

One part of agricultural development is the development of agricultural food crops and horticulture, where the two sub-sector is one important factor for the welfare of the community. According to BPS (2009), during the last four periods, the contribution of food crop sector, especially paddy in central Java has fluctuated. Therefore, in many ways taken to overcome this. The presence of organic pesticide breakthrough is one solution that is expected to help the problems of farmers. Although most people who knew the farmer has a lot of innovation but not yet wholly organic pesticides society would decide to implement manufacture and use of organic pesticides. The innovation decision is a mental process since someone began to recognize an innovation to decide to accept or reject the innovation.

This research aims to study the factors influencing farmers' decision making in applying organic pesticides in the Karangbangun Village Jumapolo Karanganyar District as well as assess how big the opportunities and trends of these factors affect the decision in applying organic pesticides in the Karangbangun Village Jumapolo Karanganyar District.

The basic method of this research is quantitative. Location of the study determined intentionally (purpossive). Sampling was carried out by farmers Stratified Random Sampling with sample size of 60 respondents. To know the factors that affect farmers' decisions in the Karangbangun Village Jumapolo Karanganyar District used logistic regression analysis.

The results showed that most farmers' formal education was for 6 years, lowland farmers in general are being, namely 0.5 to 1 ha, the average income of farmers classified as being 32 (54.3 percent). Average farming experience more than 10 years, frequency of use of organic pesticides saluaran about innovation is categorized in the low category of less than 13 times in 1 Year 43 respondents (71.7 percent). Credibility of extension by farmer respondents included in the high category 43 (71.7 percent). Public perception of organic pesticides are classified as good and the total of 20 respondents (33.33 percent) to apply an organic pesticide and 40 (66.67 percent) of respondents did not apply an organic pesticide

Logit Model Based on probability analysis using the maximum Log Likelihood method, the information that the number of significance of 0.000 is smaller than 0.05 means that α Logit Model to explain the functional relationship between independent variables with the dependent variable. Nagelkerke R square value equally explain the accuracy of the model of 0.412. This shows the amount of the variable x (formal education, income, size of farm, farming experience, frequency of use of the channel, the credibility of the instructor and the nature of innovation) to explain the variable y (the decision to apply an organic pesticide). The data processing is known after Nagelkerke value which is equal to 0.412 or

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

41.2 percent, which means that this model can explain the variations of organic pesticide registration decisions applying the 41.2 percent while the remaining 58, 8 percent is explained by other variables outside the model.

Based on the results of logistic regression analysis with α 0.05 level found no effect of formal education, land area, experience, credibility, and frequency of use of the channel, but the revenue and the nature of innovation in the form of relative advantage, compatibility, complexity, triability and observability influence decisions farmers to adopt organic pesticides.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan

untuk selalu menambah produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi

pendapatan dan produktivitas usahatani. Salah satu bagian dari pembangunan

pertanian adalah pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan dan

holtikultura, dimana kedua subsektor ini merupakan salah satu faktor penting

bagi kesejahteraan masyarakat. Menurut data BPS (2009), selama empat

periode terakhir ini, kontribusi sektor tanaman pangan, khususnya padi di

Jawa tengah mengalami fluktuasi. Kenaikan produksi padi terjadi pada tahun

2008, sebesar 87 persen (519.550 Ton padi) sedang, penurunan produksi padi

terjadi pada tahun 2007 sebesar -19 persen (-112.436 Ton padi) dan tahun

2009 sebesar 32 persen (189.718 Ton padi). Dari data tersebut diketahui bahwa

usaha peningkatan sektor pertanian menjadi masalah yang mendesak untuk

ditangani. Oleh sebab itu, berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hal ini.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan pestisida yang

dapat meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu

tanaman (OPT). Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat

bersifat racun, menghambat pertumbuhan, tingkah laku, perkembangbiakan,

kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul,

sebagai pemikat, penolak dan aktivitas lain yang mempengaruhi organisme

pengganggu tanaman (OPT). Kehilangan hasil akibat OPT pada saat prapanen

diperkirakan sebesar 30-35 persen sedang pada pascapanen diperkirakan

sebesar 10-20 persen, dengan demikian kehilangan hasil keseluruhan yang

diakibatkan OPT dapat mencapai 40-55 persen. Beberapa kasus lain

menyatakan bahwa, OPT dapat mengakibatkan gagal panen (Kardinan, 2001).

Dilema yang dihadapi dalam menangani masalah produksi pertanian

khususnya pangan adalah apabila kegiatan pertanian dilaksanakan tanpa

penggunaan pestisida maka sulit diperoleh produksi pertanian yang memadai,

namun dilain pihak penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana

menurut Cooper dalam bukunya “Agriscience Fundamentals and Aplication”

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2  

 

(1979) dampak dari penggunaan pestisida setelah diteliti oleh ilmuan biologi

sangat besar terhadap alam dan lingkungan. Beberapa kasus yang merugikan

tersebut diantaranya kasus keracunan hasil produk pertanian, polusi

lingkungan (kontaminasi air tanah, udara dan dalam jangka panjang serta

terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya), perkembangan

serangga menjadi resisten ataupun toleran terhadap pestisida serta dampak

negative lainnya.

Upaya yang dilakukan guna menghadapi berbagai tantangan

pembangunan pertanian, yakni pemerintah bersama masyarakat harus mampu

membuat terobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan

keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap

lingkungan dan mengutamakan keberpihakan terhadap petani. Suatu alternatif

pengandalian hama penyakit yang murah praktis dan relatif aman terhadap

lingkungan yakni dengan penerapan pembuatan dan penggunaan pestisida

organik atau biasa kita kenal dengan istilah pestisida alami.

Menurut Andoko (2007) menyatakan bahwa pestisida organik adalah

pengendali hama yang di buat dengan memanfaatkan zat racun. Zat racun

tersebut dapat berasal dari tanaman ataupun limbah hewan misal urin sapi.

Bahan-bahan ini mudah didapatkan, sehingga dapat membantu petani dalam

mengatasi penurunan hasil produksi usahatani. Adapun kegunaan dari

pestisida organik diantaranya dapat menekan populasi serangan hama dan

penyakit, menolak hama dan penyakit tanaman, mengundang makanan

tambahan musuh alami, dan dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan

pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh

dan dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras serta dapat menghindari

ketergantungan pada pestisida kimia.

Pestisida organik merupakan sebuah inovasi saat ini. Meskipun dianggap

sebagai suatu hal yang bukan baru karena sudah diterapkan oleh petani

pendahulu. Petani menjadi bagian yang penting dalam proses pengambilan

keputusan. Hal ini dikarenakan petani adalah pihak yang mengambil keputusan

untuk menerima atau menolak inovasi yang ada. Proses yang dilalui individu

(petani) dalam pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap yakni

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3  

 

pengetahuan (knowledge) pertama tentang suatu inovasi, kepembentukan sikap

mengenai inovasi, sampai pada suatu keputusan untuk menerima dan menolak,

melaksanakan ide-ide baru dan adanya konfirmasi tentang keputusan tersebut

(Rogers,1983).

B. Rumusan Masalah

Melambungnya harga-harga di pasar akibat krisis ekonomi telah

berimbas terhadap harga-harga input produksi pertanian semisal pupuk dan

pestisida yang semakin tidak dapat dijangkau oleh petani. Di sisi lain

penggunaan pupuk kimia dan zat kimia lain oleh petani dalam budidaya

tanaman telah menyebabkan pencemaran lahan, pencemaran lahan ditandai

dengan semakin banyaknya ion-ion positif terakumulasi yang mengubah tanah

sehat menjadi lingkungan yang menyebabkan berkembangnya penyakit.

Akibatnya, serangga dan mikroorganisme yang tidak menimbulkan kerusakan

yang nyata pada tanaman tiba-tiba menjadi patogen dan agen penyebab

penyakit dan serangga yang resisten terhadap pestisida kimia yang selalu

digunakan oleh petani khususya petani di Desa Karangbangun Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Keputusan inovasi adalah proses mental sejak seseorang mulai mengenal

suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya dan

pengukuhan terhadap keputusan itu. Adanya terobosan pestisida organik

merupakan salah satu solusi yang diharapkan dapat membantu permasalahan

petani di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Meski sebagian masyarakat tani sudah banyak yang mengenal inovasi pestisida

organik tapi belum seluruhnya masyarakat tani Desa Karangbangun

memutuskan untuk menerapkan pembuatan dan penggunaan pestisida organik

tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengkaji

apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani

dalam menerapkan pestisida organik, serta seberapa besar peluang dan

kecenderungan faktor-faktor tersebut mempengaruhi keputusan petani dalam

menerapkan pestisida organik di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo

Kabupaten Karanganyar.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4  

 

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam

menerapkan pestisida organik di Desa Karangbangun Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

2. Menganalisis keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik di

Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar

3. Menganalisis seberapa besar peluang dan kecenderungan faktor-faktor

tersebut mempengaruhi keputusan dalam menerapkan pestisida organik di

Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah untuk :

1. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mengkaji lebih dalam mengenai faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menerapkan

pestisida organik, sekaligus sebagai sarana yang ditempuh untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengambil kebijakan diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan

menerapkan pembuatan dan penggunaan pestisida organik.

3. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk

melakukan penelitian sejenis

4. Bagi petani diharapkan dapat menjadi motivasi untuk lebih

mengembangkan pestisida organik

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

 

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk

melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan

ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga

masyarakat untuk jangka panjang. Dilaksanakan oleh pemerintah yang

didukung oleh partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi

yang terpilih (Mardikanto, 1993).

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak

terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional.

Keberhasilan pembangunan pertanian terutama dalam hal peningkatan

pendapatan dan ketersediaan bahan pangan pokok bagi masyarakat, akan

memacu perkembangan sektor industri dan jasa serta mempercepat

transformasi struktur perekonomian nasional (Sutopo, 1997).

Proses dalam membangun pertanian dapat diwujudkan dalam bentuk

bantuan terhadap petani, bantuan dalam bidang penelitian, adanya

pemberian inovasi baru, serta pengelolaan hama dan sertifikasi rencana

pengelolaan tanah secara spesifik. Hal tersebut harus dilakukan mengingat

bahwa adanya pembangunan pertanian membawa sebuah revolusi kearah

pertanian yang menguntungkan dan berkelanjutan (USDA, 2010)

Visi dari pembangunan pertanian yakni terwujudnya masyarakat

sejahtera khususnya petani melalui pengembangan sistem agribisnis dan

usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan

desentralisasi.

1. Berdaya saing dicirikan antara lain berorientasi pasar, meningkatkan

pangan pasar khususnya pasar internasional dan mengandalkan

produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal (capital

driven), pemanfaatan teknologi (inovation driven) serta kreativitas

sumber daya terdidik (skill driven).

5

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6  

 

2. Berkerakyatan dicirikan antara lain dengan mendayagunakan sumber

daya yang dimiliki, dikuasai rakyat banyak, menjadikan organisasi

ekonomi dan jaringan organisasi ekonomi rakyat banyak menjadi pelaku

utama pembangunan agribisnis sehingga nilai tambah yang tercipta

dinikmati secara nyata oleh rakyat banyak.

3. Berkelanjutan dicirikan antara lain memilki kemampuan merespon

perubahan pasar yang cepat dan efisien, berorientasi jangka panjang,

inovasi teknologi yang terus-menerus, menggunakan teknologi ramah

lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan hidup.

4. Desentralisasi yang dicirikan antara lain berbasis pada pendayagunaan

keragaman sumber daya lokal, berkembang pelaku ekonomi lokal,

kemampuan pemerintah daerah sebagai pengelola utama pembangunan

agribisnis dan meningkatkan bagian nilai tambah yang dinikmati rakyat

lokal.

(Departemen Pertanian, 2003)

Menurut Mosher (1978), terdapat lima macam fasilitas dan jasa yang

harus tersedia bagi para petani jika pertanian hendak dimajukan. Masing-

masing merupakan syarat pokok. Tanpa salah satu dari padanya tidak akan

ada pembangunan pertanian. Kelima syarat pokok itu adalah:

1. Pasaran untuk hasil usahatani

2. Teknologi yang selalu berubah

3. Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal

4. Perangsang produksi bagi petani

5. Pengangkutan

Adapun ciri pertanian modern sebagai wujud implementasi

pembangunan pertanian antara lain:

1. Usahanya merupakan industri atau perusahaan pertanian memenuhi skala

ekonomi dan menerapkan teknologi maju. Menghasilkan produk segar

dan berdaya saing dipasar global (produk pertanian organik) serta mampu

tumbuh dan berkelanjutan secara berkelanjutan.

2. Petaninya mampu mengambil keputusan yang rasional dan inovatif

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7  

 

3. Organisasinya mempunyai organisasi/ asosiasi diantara petani yang kuat

dan berjenjang dari tingkat desa ketingkat nasional serta bisa mengakses

lembaga keuangan dan lembaga bisnis.

4. Tetap berpihak kepada petani, khususnya dalam perdagangan global

(Mardikanto, 2009)

2. Pengambilan Keputusan

Keputusan “Decision” didefinisikan sebagai suatu pilihan dari dua

atau lebih alternatif (Salusu, 2003:51; Wiyadi, 2004:48). Sedang

pengambilan suatu keputusan diartikan suatu proses pemilihan alternatif

terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti

sebagai suatu cara untuk memecahkan masalah. Proses tersebut digunakan

untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi (Atmosudirjo, 1970:51;

Siagian, 1979:83; Tahunompson, 1979:13; Hasan, 2002:9; Setiadi,

2008:117). Adapun proses dalam pengambilan keputusan menurut Key

Roland dalam bukunya “Farm Management” (1986) dapat diformalkan

menjadi langkah logis dan teratur yakni: mengidentifikasi masalah,

mengidentifikasi solusi alternatif, mengkoreksi data dan iformasi,

menganalisis dan memilih salah satu alternatif solusi, mengimplementasikan

keputusan, memonitor, dan menerima respon.

Keputusan inovasi menurut Rogers dalam bukunya “Diffusion of

Inovation” (1983) adalah proses mental sejak seseorang mulai mengenal

suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya dan

pengukuhan terhadap keputusan itu. Sedangkan proses keputusan inovasi

adalah proses yang dilalui individu atau unit pengambilan keputusan lain

yang terdiri dari lima tahap yakni:

1. Pengetahuan (knowledge)

Terjadi ketika individu atau unit lain pengambil keputusan

mengetahui adanya suatu inovasi dan memperoleh beberapa

pemahaman tentang fungsinya. Terdapat tiga tipe pengetahuan

mengenai adanya inovasi yakni pengetahuan kesadaran akan adanya

inovasi, pengetahuan teknis yang meliputi informasi yang diperlukan

mengenai cara pemakaian atau penggunaan inovasi. Adopter harus

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

 

mengetahui seberapa banyak inovasi itu dapat memberikan keamanan

baginya serta bagaimana menggunakan inovasi sebaik-baiknya. Dalam

kasus inovasi yang rumit orang harus memiliki pengetahuan teknis

lebih banyak daripada inovasi yang sederhana. Jika belum diperoleh

informasi yang cukup agaknya akan terjadi adanya penolakan atau

pembatalan penggunaan inovasi. Salah satu dampak adanya Informasi

yang buruk yakni dapat menyebabkan kepercayaan yang keliru

terhadap inovasi yang diberikan (Drummond,1995). Adapun tipe

pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip

berfungsinya suatu inovasi.

2. Persuasi

Terjadi ketika individu atau unit lain pengambil keputusan

menyikapi baik atau buruk terhadap suatu kegiatan yang akan menuju

pada suatu pilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi. Jika

aktivitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya

fungsi kognitif, aktivitas mental pada tahap persuasi yang utama adalah

afektif (perasaan).

3. Keputusan

Terjadi ketika individu atau unit lain terpilih dalam kegiatan yang

mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.

Seluruh proses keputusan inovasi merupakan serangkaian pemilihan

pada setiap tahap.

4. Pelaksanaan terjadi ketika individu atau unit lain pengambil keputusan

mengambil suatu inovasi untuk digunakan

5. Konfirmasi terjadi ketika unit lain pengambil keputusan mencari

penguatan keputusan inovasi yng telah diambil namun bisa juga

kebalikan dari tersebut. Pada tahap konfirmasi, seseorang individu

berusaha untuk menghindari ketidakcocokan atau menguranginya jika

hal tersebut terjadi. Pengurangan ketidakcocokan akan terjadi apabila:

a. Ketika seseorang individu sadar akan kebutuhannya dan mencari

informasi mengenai inovasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

 

b. Ketika seorang individu tahu mengenai sebuah ide baru dan

mempunyai keinginan untuk mengubah sikap namun belum

mengadopsi.

c. Setelah keputusan inovasi untuk mengimplementasinya seorang

individu memutuskan untuk tidak mengadopsi inovasi tersebut.

Dalam hal pembuatan keputusan oleh individu diketahui adanya

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan yang dibuat yaitu

keterbatasan. Kemampuan mental manusia. Menurut simon dalam Sudibjo

(2001) kapasitas ukuran manusia untuk merumuskan dan memecahkan

masalah adalah sangat kecil dibandingkan dengan besarnya masalah yang

memerlukan cara cara yang obyektif, meskipun cara cara tersebut hanya

merupakan aproksimasi terhadap rasionalitas yang obyektif/.Beberapa faktor

perilaku yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh Gibson

dalam Sudibjo (2001) dikemukakan juga adanya empat faktor perilaku

individu yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu:

1. Nilai-nilai seseorang mengambil keputusan yang merupakan pedoman

dan keyakinan dasar yang digunakan jika ia berhadapan dengan situasi

dimana harus dilakukan suatu pilihan

2. Kepribadian, para pengambil keputusan dipengarui faktor psikologis

baik maupun sadar maupun tidak, salah satu faktor penting adalah

kepribadian mereka yang tampak jelas dari pilihan yang mereka ambil.

3. Kecenderungan mengambil resiko yang lebih besar dalam kelompok

dibanding individu.

4. Kemungkinan ketidakcocokan kognitive, yang timbul jika terdapat

konflik antara apa yang kita percayai dengan realita.

Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat petani secara

perorangan, akan tetapi petani membuat keputusan tersebut berdasarkan

keinginan untuk memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya.

Oleh karenanya mereka tergantung pada hasil yang didapat dari usahatani.

Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan kepada petani

dalam mengambil keputusan, dipihak lain keinginan petani untuk

memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya merupakan

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

 

dorongan yang efektif dalam banyak hal untuk meningkatkan produktivitas

usahatani (Soetriono, 2006).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

Menurut Iqbal hasan di bukunya yang berjudul “Teori pengambilan

keputusan” (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengarui

pengambilan keputusan antara lain: posisi/ kedudukan, masalah atau

problem yang menjadi penghalang tercapainya suatu tujuan, situasi yang

diartikan sebagai keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan

satu sama lain dan bersama-sama berpengaruh terhadap apa yang hendak

kita perbuat. Selain itu juga dipengaruhi adanya faktor kondisi dan tujuan

yang hendak dicapai.

Proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolak atau

menerima suatu inoasi juga banyak tergantung pada sikap mental dan

perbuatan yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut, misalnya umur,

pendidikan, status sosial, luas lahan, tingkat pendapatan, pengalaman serta

situasi lingkungan misalnya frekuensi kontak dengan sumber informasi,

kesukaan mendengar radio, menonton televisi, menghadiri temu karya dan

sebagainya (Soekartawi, 1988).

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa kecepatan didalam proses

pengambilan keputusan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: a. Sifat

inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya

sendiri) maupun sifat ekstrinsik (menurut/dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan), (b). Sifat sasarannya, (c). Cara pengambilan keputusan, (d).

Saluran komunikasi yang digunakan, (e). Keadaan penyuluh. Berkaitan

dengan kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi, perlu juga diperhatikan

kemampuan beremphati atau kemampuan untuk merasakan keadaan yang

sedang dialami atau perasaan orang lain, (f). Ragam sumber informasi.

Berdasarkan pendapat dari berbagai sumber literatur diatas, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penerapan

pestisida organik di Desa Karangbangun meliputi:

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11  

 

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran

yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra

sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Menurut Soekartawi (1998),

petani yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi suatu

inovasi, begitupula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah,

mereka agak sulit untuk melakukan proses pengambilan keputusan.

Seorang agen perubahan dapat mencapai hasil yang lebih ketika

berhadapan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang

lebih tinggi (Madigan, 1996).

2. Luas usaha tani

Semakin luas lahan pertanian, semakin cepat petani (pengadopsi

awal) mengambil keputusan untuk menerapkan inovasi yang diberikan

karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik jika dibandingkan

dengan petani yang berlahan sempit yakni yang luas lahannya kurang

dari 0,5 Ha. Petani yang menguasai lahan sawah yang luas (lebih dari 2

Ha) akan memperoleh hasil produksi yang besar dan begitu sebaliknya.

Umumnya pada situasi normal petani yang mempuanyai lahan yang luas

akan menerapkan suatu strategi yang membuka peluang terhadap

masuknya inovasi baru sebagai adaptasi dari kondisi ekologi dalam

upaya peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya input

(Mardikanto, 1993; Widiyanto et all, 2010).

3. Tingkat pendapatan

Petani dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi maka semakin

cepat dalam mengambil keputusan untuk mau menerapkan inovasi yang

ditawarkan (Lionberger dalam Mardikanto, 1993). Penelitian yang

dilakukan oleh Sajogyo, (1983) menyatakan bahwa masyarakat petani

melakukan sistem srabutan atau bekerja diluar sektor pertanian guna

mencukupi kekurangan kebutuhan keluarga yang dirasa kebanyakan

masyarakat petani.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12  

 

4. Tingkat patisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian

Menurut Tahuneodorson dalam Mardikanto (1994) partisipasi

merupakan keikutsertaan seseorang dalam kegiatan tertentu. Keterlibatan

yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif melainkan bersifat aktif

ditujukan oleh orang yang bersangkutan. Adanya upaya penekanan

partisipasi masyarakat terhadap pertanian berbasis organik yakni dengan

berbagai alasan antara lain:

1. Alasan ekologis yakni pengembangan pertanian berkelanjutan

mendasarkan diri pada pengembangan suatu ekosistem dimana

interaksi masyarakat dengan ekosistem bersifat menentukan.

2. Alasan yang terkait dengan keberlanjutan yakni pengembangan

pertanian akan berkelanjutan hanya terjadi kalau didukung secara

penuh secara terus menerus oleh masyarakat.

3. Alasan yang terkait dengan prinsip pendidikan, bahwa

masyarakatlah yang pertama-tama perlu diberdayakan.

(Winangun, 2005)

5. Kredibilitas Penyuluh

Berlo (1960:72) dalam Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa

kulaifikasi seorang penyuluh setidaknya harus mencakup kemampuan

berkomunikasi, kualifikasi pengetahuan sikap dan keadaan latar belakang

sosial budaya masyarakat sasaran.

a. Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi

Yang dimaksud dengan kemampuan berkomunikasi disini tidak

hanya menyangkut ketrampilan untuk memilih pesan, menerjemahkan

pesan, dan ketrampilan memilih saluran komunikasi akan tetapi yang

lebih penting untuk diperhatikan adalah bagaimana seorang penyuluh

mampu berinteraksi dengan masyarakat sasarannya. Berinteraksi pada

dasarnya memerlukan saling ketergantungan antara pihak yang

berkomunikasi dalam artian saling membutuhkan umpan balik. Oleh

karenanya pihak-pihak yang terkait harus mampu untuk saling

berempati.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13  

 

b. Sikap penyuluh

Sikap penyuluh yang harus diperhatikan didalam melaksanakan

tugasnya meliputi sikap terhadap dirinya sendiri, sikap terhadap pesan

yang disampaikan, dan sikap terhadap sasaran. Sehubungan dengan

hal tersebut penyuluh juga harus dapat mencerminkan bahwa mereka

menghayati terhadap profesinya, menyakini bahwa pesan yang

disampaikan teruji kemanfaatanya, serta mencintai masyarakat

sasarannya.

c. Pengetahuan penyuluh

1) Isi atau makna dari pesan yang disampaikan. Serta adanya fungsi

yang terkandung dan dampaknya yang melekat pada pesan yang

disampaikan kepada masyarakat sasaran.

2) Latar belakang masyarakat sasaran. Yakni yang terkait dengan latar

belakang pribadi dan lingkungan, serta kebutuhan nyata yang

diperlukan masyarakat sasaran.

3) Hal yang menyebabkan masyarakat sasaran menerima atau

menolak pesan yang di sampaikan. Tentang hal ini, dapat

dikemukakan beberapa keadaan yang biasanya membuat

ditolaknya atau terhambatnya penerimaan pesan.

d. Keadaan sosial budaya penyuluh

Keberhasilan penyuluh juga dipengarui oleh nilai-nilai sosial

budaya yang dimiliki oleh penyuluh. Artinya penyuluh yang memiliki

latar belakang sosial budaya yang sama dengan masyarakat sasaran

akan lebih berhasil melaksanakan tugasnya dalam membantu

masyarakat untuk mau mengambil keputusan dalam menerapkan

sebuah inovasi yang diberikan, jika dibanding dengan penyuluh yang

memiliki latar belakang yang berbeda dengan masyarakat sasaran.

6. Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang baik dan dapat dijadikan sebuah

pedoman untuk mengambil keputusan untuk menerapkan sebuah inovasi.

Pengambilan keputusan berdasar pengalaman memiliki manfaat bagi

pengetahuan praktis. Hal ini dikarenakan, pengalaman seseorang dapat

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14  

 

memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung rugi

sebuah inovasi yang diambil, serta baik buruknya keputusan yang

dihasilkan (Hasan, 2002; Zuriah, 2006).

Apabila sebuah keputusan harus diambil biasanya orang

memperlihatkan kejadian-kejadian dimasa lalu. Seseorang melihat dan

mengerti persoalan sehubungan dengan konsepsi yang telah dikenal.

Dalam kasus tertentu orang akan menentang cara pendekatan baru yang

sama sekali asing baginya. Pengalaman memberikan petunjuk untuk

pembuatan keputusan, kiranya nilai terpenting dari pengalaman dalam

bidang pengambilan keputusan adalah pengembangan suatu kemampuan

untuk mendiskriminasi dan menggeneralisasi situasi lampau

(Firdaus, 2007).

7. Saluran komunikasi

Menurut Roger dalam bukunya “Diffusion of Inovation”(1983: 200)

menyatakan bahwa saluran komunikasi dalam keputusan inovasi adalah

alat yang dipergunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi yang

mungkin berpengaruh terhadap kecepatan pengambilan keputusanan

inovasi. Saluran inovasi terdiri dari saluran interpersonal dan media

massa serta saluaran lokal dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal

adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan

penerima) antara dua orang atau lebih, sedangkan saluran media massa

adalah alat-alat penyampaian pesan yang memungkinkan sumber

mencapai suatu audiens dalam jumlah yang besar dan dapat menembus

ruang dan waktu misalnya radio, televisi, surat kabar, buku dan lain

sebagainya.

Saluran interpersonal dapat bersifat kosmopolit yakni jika

menghubungkan dengan sumber di dalam atau di luar sistem sosialnya.

Saluran antar pribadi disebut lokalit jika kontak-kontak langsung itu

sebatas daerah atau sistem sosial itu saja, sebaliknya media massa dapat

bersifat kosmopolit, masing-masing macam komunikasi mempunyai

kemampuan tersendiri yang berbeda beda. Pada intinya saluran

komunikasi pada media massa lebih banyak dipergunakan pada tahap

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15  

 

pengenalan inovasi, sedang saluran interpersonal lebih penting perananya

pada tahap pembentukan sikap atau persuasi.

8. Motivasi

Secara psikologis kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dilatar

belakangi oleh adanya motivasi yaitu tekanan atau dorongan (yang

berupa kebutuhan, keinginan, harapan dan tujuan) yang menyebabkan

seseorang melakukan kegiatan tersebut. Menurut Mc Clellad dalam

Mardikanto (1993), terdapat tiga macam kebutuhan yang dirasakan oleh

seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan yaitu:

a. Kebutuhan berafiliasi atau bergabung dengan pihak lain

b. Kebutuhan akan kekuasaan atau menguasai pihak lain

c. Kebutuhan berprestasi

Motivasi ekonomi sering diasumsikan menjadi dorongan utama

untuk mengadopsi inovasi, terutama jika ide baru yang diketemukan

adalah mahal. Faktor ekonomi tidak diragukan lagi dan sangat penting

bagi tipe tertentu inovasi dan pengadopsi mereka seperti penggunaan

inovasi pertanian oleh petani Amerika Serikat (Rogers, 1983).

9. Lingkungan budaya

Lingkungan budaya petani yang dapat diartikan sebagai pola

perilaku yang dipelajari dan dipegang oleh setiap warga masyarakat,

diteruskan secara turun menurun dari generasi kegenarasi. Kebudayaan

tidak mencakup kepercayaan, kebiasaan serta moral akan tetapi juga

sikap, perbuatan, pikiran, adat, motivasi serta seni yang dimiliki oleh

masyarakat yang bersangkutan, dalam masyarakat yang taraf

kebudayaan masih rendah tindakan manusia dalam mempertahankan

hidup dan kondisi lebih banyak bersikap menyerah dan menggantungkan

diri kepada alam. Sedang masyarakat bertaraf kebudayaan maju maka

peranan suatu inovasi atau sebuah teknologi dalam masyarakat tersebut

mempunyai peran yang sangat penting (Wiyarti dan Sutapa, 2007; levis,

1996).

Suatu inovasi kadang-kadang tidak diadopsi sama sekali sebab

bertentangan dengan nilai sosial yang mapan dalam suatu masyarakat.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16  

 

Pahud (1969) dalam Rogers mengemukakan bahwa petani yang

mempunyai cita-cita jabatan atau kedudukan tinggi untuk anak-anaknya

mempunyai tingkat adopsi inovasi yang tinggi. Frekuensi kontak dengan

penyuluh juga memudahkan adopsi inovasi suatu variasi baru.

10. Urgensitas masalah yang harus ditangani

Suatu proses pengambilan keputusan juga ditentukan oleh beberapa

faktor yang salah satunya adalah urgensitas masalah yang yang dihadapi.

Kecepatan dalam proses pengambilan keputusan oleh seseorang sangan

ditentukan oleh urgensitas (kepentingan segera) masalah dan

kebutuhanya. Jika suatu inovasi yang diberikan dapat menjawab masalah

yang sedang dihadapi masyarakat pada saat itu, maka masyarakat akan

lebih cepat menerima inovasi dari pada yang tidak urgen dengan

kepentingan (masalah dan kebutuhan) mereka sendiri (Levis, 1996;

Hasan, 2002).

11. Kebijakan pemerintah

Menurut mardikanto (1996) kebijakan pemerintah terlepas dari

ragam karakteritik individu dan masyarakat, cara pengambilan keputusan

yang dilakukan untuk menerapkan suatu inovasi juga akan mempengarui

kecepatan pengambilan keputusan, dalam hal ini jika keputusan

pengambilan keputusan dapat dilakukan pribadi relatif lebih cepat

dibanding pengambilan keputusan secara kelompok. Apalagi jika harus

menunggu peraturan tertentu seperti rekomendasi pemerintah dan

penguasa.

Sampai saat ini kebijakan pemerintah yang digunakan adalah

penetapan BMR dan penyempurnaannya sesuai dengan kerangka

kebijakan nasional perlindungan masyarakat terhadap dampak pestisida

kimia. Pengendalian hama terpadu merupakan satu-satunya program

pemerintah yang diatur oleh UU No.12 Tahun 1992: “sistem

pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan perlu

ditumbuhkembangkan dalam pembangunan pertanian secara menyeluruh

dan terpadu”. Masalah PHT dalam UUBT no.12/1992 tertuang dalam

pasal 20 sampai dengan 27. Pada dasarnya sistem PHT merupakan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17  

 

kelanjutan program PHT yang dilahirkan melalui inpres No.3 tahun 1986

yang dikoordinasikan oleh Bappenas secara lintas sektoral

(Sutanto, 2002; Suwahyono, 2010)

12. Lingkungan biofisik

Pertanian sebagai bidang usaha dalam banyak hal tergantung

kepada kondisi fisik yang tidak selalu dapat dikuasai atau diatur oleh

petani berkaitan dengan lingkungan fisik efektivitas atau keberhasilan

pertanian akan sangan ditentukan oleh sifat alami yang dimilki

(sumberdaya alam) seperti bahan-bahan alami yang dapat digunakan

sebagai bahan pembutan pestisida organik (Heruwati, 2005).

13. Persepsi petani terhadap karakteristik inovasi

Van den Ban (2004) menyebutkan, terdapat beberapa variabel

penjelas kecepatan pengambilan keputusan suatu inovasi. Salah satunya

adalah sifat inovasi. Ray (1998) menyebutkan terdapat lima atribut yang

menandai setiap gagasan atau cara-cara baru, yaitu:

1) Keuntungan-keuntungan relatif (relatif advantages); yaitu apakah

cara-cara atau gagasan baru ini memberikan suatu keuntungan relatif

daripada inovasi sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut,

Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa sebenarnya keuntungan

tersebut tidak hanya terbatas pada keuntungan dalam ati ekonomi,

tetapi mencakup:

a) Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi,

ketahanan terhadap resiko kegagalan dan berbagai gangguan

yang menyebabkan ketidakberhasilannya.

b) Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan

atau keuntungan yang lebih tinggi.

c) Kemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan,

fisiologis (pangan), kebutuhan psikologis (pengakuan atau

penghargaan dari lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya

diri), maupun kebutuhan-kebutuhan sosiologis (pakaian, papan,

status sosial dan lain-lain).

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18  

 

2) Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi mempunyai sifat

lebih sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan

kebutuhan yang diperlukan penerima.

3) Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan

rumit. Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) menambahkan bahwa

inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan

manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi

komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan

oleh komunikasinya.

4) Dapat dicobakan (triability); yaitu suatu inovasi akan mudah

diterima apabila dapat dicobakan dalam ukuran kecil.

5) Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan

dengan mata.

5. Pestisida Organik

Perlindungan tanaman merupakan sebuah proses yang kompleks

yang memerlukan pemahaman. Perlindungan tanaman tidak hanya terdiri

dari satu tindakan yang spesifik tetapi memerlukan kombinasi yang cocok

tergantung faktor tanaman, iklim, dan kondisi wilayah (Stoll, 1992). Salah

satu bentuk dari perlindungan tanaman adalah dengan adanya penggunaan

pestisida organik. Saat ini berkembang tren baru dikalangan petani, mereka

beramai-ramai menggunakan pestisda organik sebagai pengganti pestisida

kimia. Bahannya cukup beragam mulai dari laos, daun mimba, serai,

tembakau sampai dengan gadung (Utami, 1999).

Menurut Andoko (2007) terdapat 2 jenis pestisida organik yakni

pestisida nabati dan pestisida hewani. Sesuai namanya, bahan-bahan

pembuatan pestisida nabati berasal dari tumbuhan. Secara alami tanaman

memproduksi senyawa beracun untuk melindungi spesiesnya dari

kepunahan akibat serangan OPT. Senyawa-senyawa ini disebut metabolit

sekunder. Spesies tanaman yang tidak pernah diserang OPT dan atau

menjadi pengganggu tanaman lain bisa jadi mengandung bahan metabolit

sekunder yang dapat dipakai sebagai pestisida (Novizan, 2002).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19  

 

Pestisida nabati bersifat pukul dan lari, yaitu apabila diaplikasikan

akan membunuh hama pada waktu itu, dan setelah terbunuh maka residunya

akan cepat hilang di alam, dengan demikian akan terbebas dari residu dan

aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan

untuk meninggalkan atau menggagalkan tetapi meminimalkan penggunaan

pestisida sintesis, sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun

dapat dikurangi (Purnomo, 2006).

Pestisida hewani berasal dari hewan dan sampai saat ini urine telah

banyak diketahui berkhasiat sebagai pestisida hewani khususnya untuk

memberantas penyakit virus dan cendawan. Meskipun dikatakan dengan

istilah pestisida organik, bahan-bahan yang digunakan untuk beberapa

ramuan masih mengandung unsur lain seperti garam dan sabun (detergen)

yang berfungsi sebagai pencampur dan peningkat daya bunuh. Namun,

persentase bahan tersebut sangat kecil dan masih dibawah ambang bahaya

baik terhadap kualitas tanah maupun kesehatan manusia. Sifat pestisida

organik tidak berlaku umum, tetapi berlaku khusus lokasi. Ini disebabkan

jenis tanaman atau hewan sebagai bahan pestisida organik tersebut hidup di

suatu tempat yang kandungan bahan aktifnya berbeda dengan ditempat lain.

Oleh karena itulah ramuan pestisida organik termasuk dosis atau ukuran

pemakaiannya akan berbeda untuk suatu tempat, dengan demikian

efektivitas ramuan pestisida organik tersebut sangat tergantung dari

percobaan atau pengalaman setempat.

Adanya pestisida hayati saat ini banyak mendapatkan perhatian sebagai

salah satu usaha kearah pengembangan teknologi pertanian alternatif.

Tingkat penggunaanya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan

(Suwahyono, 2010).

Manfaat atau keunggulan pestisida organik dalam OISCA (1998) antara

lain sebagai berikut:

a. Daya kerjanya selektif

b. Hanya mematikan hama tertentu sehingga keseimbangan alam tetap

terjaga

c. Residu cepat teruarai sehingga tidak meracuni hasil pertanian

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20  

 

d. Tidak mengakibatkan pencemaran air dan udara

e. Serangga-serangga berguna (predator hama) tidak ikut musnah

f. Murah, karena dapat dibuat dengan sumber daya yang ada dan dibuat

sendiri oleh petani

g. Tidak berbahaya bagi petani.

B. Kerangka Berpikir

Pembangunan pertanian diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan

untuk selalu menambah produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi

pendapatan dan produktivitas usahatani. Salah satu bagian dari pembangunan

pertanian adalah pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan dan

holtikultura, dimana kedua sub sektor ini merupakan salah satu faktor penting

bagi kesejahteraan masyarakat. Selama empat periode terakhir ini, kontribusi

sektor tanaman pangan khususnya padi di Jawa tengah mengalami fluktuasi

oleh karenanya sistem ketahanan pangan perlu ditingkatkan untuk membantu

produktivitas pangan kita.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan pestisida yang

dapat meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu

tanaman (OPT), namun dilain pihak penggunaan pestisida yang kurang

bijaksana semisal pestisida kimia sering merugikan keseimbangan lingkungan.

Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan tersebut

mendorong masyarakat petani desa karangbangun khususnya, untuk kembali

ke sistem pertanian organik yang salah satunya dengan menerapkan

pembuatan dan penggunaan pestisida organik dalam budidaya tanaman

pertanian.

Keputusan petani untuk menerapkan atau tidak menerapakan pestisida

organik, sebagai sebuah inovasi saat ini, hal tersebut dapat dipengaruhi

beberapa faktor. Faktor tersebut antar lain adalah pendidikan, luas usahatani,

tingkat pendapatan, pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran

komunikasi, kredibilitas penyuluh serta persepsi petani terhadap karakteristik

inovasi seperti keuntungan relatif, kompatibilitas inovasi, kerumitan inovasi,

tingkat pengujian inovasi, dan observabilitas. Berdasar uraian diatas diduga

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21  

 

faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keputusan petani dalam

menerapkan pestisida organik, dimana dalam tahap ini akan menghasilkan

keputusan akhir apakah petani di desa Karangabangun mau menerapkan atau

bahkan menolak adanya inovasi.

Kerangka pemikiran di atas secara sistematis dapat digambarkan sebagai

berikut:

: Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Menerapkan pestisida Organik.

C. Hipotesis

Diduga terdapat pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan (pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan, pengalaman

berusahatani, frekuensi penggunaan saluran komunikasi, kredibilitas penyuluh

serta persepsi petani terhadap karakteristik inovasi seperti keuntungan relatif,

kompatibilitas inovasi, kerumitan inovasi, tingkat pengujian inovasi, dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pestisida organik: 1. Pendidikan formal (Tahun) 2. Pendapatan usahatani (Rp) 3. Luas usahatani (Ha) 4. Pengalaman berusahatani (Tahun) 5. Frekuensi penggunaan saluran

komunikasi 6. Kredibilitas penyuluh 7. Sifat inovasi:

a. Keuntungan relatif b. Kompatibilitas inovasi c. Kerumitan inovasi d. Tingkat pengujian invasi e. observabilitas

 

Variabel bebas (X) 

Tingkat Partisipasi  dalam kelompok dan organisasi diluar 

lingkunganya sendiri. 

urgensitas masalah (dampak revolusi hijau yang harus segera 

ditangani) 

Dampak Revolusi Hijau

Lingkungan budaya Lingkungan biofisik

Kebijakan pemerintah PHT yang diatur dalam UUBT.

no 12 tahun 1992 (contoh aplikasi tipe keputusan

otoriter)

Variabel terikat (Y) 

Pengambilan Keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik

Motivasi ekonomi, motivasi afiliasi motivasi  berprestasi 

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22  

 

observabilitas) dengan keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik

di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

D. Pembatasan Masalah

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan

pestisida organik yang diteliti pada penelitian ini adalah (pendidikan, luas

usahatani, tingkat pendapatan, pengalaman berusahatani, frekuensi

penggunaan saluran komunikasi, kredibilitas penyuluh serta persepsi petani

terhadap sifat inovasi seperti keuntungan relatif, kompatibilitas inovasi,

kerumitan inovasi, tingkat pengujian inovasi, dan observabilitas

2. Jenis pestisida organik pada penelitian ini adalah pestisida nabati dan

pestisida hewani.

3. Petani penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani di

Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yang

pernah mengikuti penyuluhan mengenai Pestisida organik.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adopsi pestisida organik antara

lain adalah:

a. Pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan yang ditamatkan pada

bangku pendidikan formal. Diukur dengan tingkat pendidikan

tertinggi yang dicapai petani di bangku sekolah.

b. Luas usahatani, yaitu luas lahan yang diusahakan petani baik milik

sendiri, menyewa, maupun menyakap. Diukur dengan luas lahan

responden yang dinyatakan dalam hektar (Ha)

c. Tingkat pendapatan, tingkat pendapatan yang diperoleh petani baik

melalui kegiatan usahatani maupun non usahatani. Diukur dengan

menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam 1

Tahun.

d. Pengalaman usaha tani, adalah lama petani melakukan usahatani

hingga saat penelitian dilakukan. Diukur dengan banyaknya tahun

atau lama petani melakukan usahataninya tersebut (Tahun).

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23  

 

e. Frekuensi akses saluran komunikasi adalah frekuensi petani dalam

mengakses saluran komunikasi untuk mendapatkan informasi

mengenai pestisida organik. Diukur dengan frekuensi dalam

memperoleh informasi mengenai pestisida organik baik melalui

saluran interpersonal maupun saluran media massa.

f. Kredibilitas penyuluh

Yakni kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi atau berinteraksi,

dengan masyarakat sasaran.

g. Sifat inovasi, yaitu sifat-sifat yang melekat pada inovasi yang secara

langsung naupun tidak langsung keberadaannya dapat mendorong atau

menghambat dalam adopsi pestisida organik yang meliputi:

1) Keuntungan relatif (relatif advantages), yaitu tingkat dimana

pestisida organik dianggap sebagai inovasi yang memberikan

keuntungan secara teknis maupun ekonomi bagi petani.

Keuntungan relatif ini dapat diukur melalui keuntungan-

keuntungan yang diperoleh dari pestisida organik melalui persepsi

petani.

2) Kesesuaian (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi

pestisida organik dengan kebutuhan petani, kondisi sosial-budaya,

kondisi ekonomi dan kondisi lingkungan. Kesesuain dapat diukur

melalui persepsi petani terhadap pestisida organik dengan

kebutuhan petani, kondisi sosial-budaya, kondisi ekonomi dan

kondisi lingkungan.

3) Kerumitan (complexity), yaitu tingkat dimana dinovasi pestisida

organik dirasa sulit/tidaknya untuk diterapkan oleh petani.

Kerumitan diukur melalui persepsi petani terhadap tingkat

kerumitan pestisida organik dalam hal mendapatkan bahan baku,

pembuatan, dan penggunaannya.

4) Dapat dicobakan (complexity), yaitu tingkat dapat dicobanya

inovasi pestisida organik oleh petani. Diukur melalui persepsi

petani terhadap dapat atau tidaknya inovasi pestisida organik

dibuat.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24  

 

5) Dapat dilihat (observability), yaitu tingkat dapat dilihatnya inovasi

pestisida organik oleh petani. Diukur melalui persepsi petani

terhadap dapat atau tidaknya inovasi pestisida organik

dilihat/diamati dalam pembuatan maupun pada saat diaplikasikan

pada tanaman.

Kredibilitas penyuluh dan karakteristik inovasi diukur dengan

pernyataan-pernyataan positif dan negatif dengan kriteria sebagai

berikut:

Pernyataan Positif

Setuju (S) : skor 3

Tidak tahu/ragu-ragu (TT) : skor 2

Tidak setuju (TS) : skor 1

Pernyataan Negatif

Setuju (S) : skor 1

Tidak tahu/ragu-ragu (TT) : skor 2

Tidak setuju (TS) : skor 3

2. Pengambilan keputusan oleh petani dalam menerapkan pestisida organik

merupakan sebuah keputusan petani untuk menerima atau menolak inovasi

pestisida organik. Apabila petani menerapkan inovasi pestisida organik

dilambangkan dengan angka 1, sebaliknya apabila petani tidak

menerapkan inovasi pestisida organik maka dilambangkan dengan angka

0.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25  

 

II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

melibatkan lima komponen informasi ilmiah yaitu teori, hipotesis, observasi,

generalisasi empiris dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Mengandalkan

adanya populasi dan teknik penarikan sampel. Kemudian menggunakan

kuisioner untuk mengumpulkan datanya. Selanjutya mengemukakan variabel

penelitian dalam analisis datanya dan yang terakir berusaha menghasilkan

kesimpulan secara umum, baik yang berlaku untuk populasi dan/atau sampel

yang diteliti (Singgih, 2006).

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis

terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan

penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model

matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.

Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif

karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan

empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Pemilihan atau penetapan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara

sengaja (purposive) oleh peneliti didasarkan atas kriteria atau

pertimbangan tertentu. Wilayah yang diambil adalah Desa Karangbangun

Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Wilayah ini memiliki

kondisi alam yang mendukung untuk penerapan pembuatan dan

penggunan pestisida organik. Adapun pemilihan lokasi di Desa

Karangbangun, karena di Desa Karangbangun memiliki jumlah ternak

sapi terbanyak (lihat Tabel 3.1), alasan tersebut berkaitan dengan

pembuatan pestisida organik yang salah satu bahan berasal dari limbah

25

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26  

 

kotoran sapi yakni urine sapi. Di Desa Karangbangun juga didukung

dengan adanya tanaman empon-empon serta tanaman lain yang tumbuh

disekitar rumah penduduk. Tanaman tersebut banyak mengandung zat

beracun bagi hama perusak tanaman pangan ataupun tanaman

holtilkultura.

Tabel 3.1 Jumlah Ternak Masing-Masing di Kecamatan Jumapolo NO Desa Jumlah Ternak Sapi (Ekor) 1 Karangbangun 394 2 Lemahbang 135 3 Paseban 60 4 Jatirejo 112 5 Kwangsan 375 6 Jumapolo 125 7 Ploso 143 8 Giriwondo 298 9 Kadipiro 268 10 Jumantoro 296 11 Kedawung 276 12 Bakalan 320

Sumber: Kecamatan Jumapolo dalam Angka 2009

2. Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung di

dalam kelompok tani yang ada di desa Karangbangun, Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

b. Sampel

Di Desa Karangbangun terdapat 8 kelompok tani, kemudian

dari 8 kelompok tani tersebut diambil 4 (50% dari 8 kelompok tani

yang ada) secara acak yakni dengan melakukan pengundian.

Kemudian untuk menentukan besarnya sampel (60 petani) dari empat

kelompok tani dilakukan dengan mempergunakan metode simple

random sampling yakni dengan mengundi semua nama yang sudah

terdapat didata, kemudian nama yang terambil ditulis langsung

dikuisioner sebagai acuan untuk menentukan responden yang ingin

diwawancara. Masing-masing kelompok dibedakan antara petani yang

menerapkan dengan petani yang tidak menerapkan pestisida organik,

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27  

 

dari masing-masing kategori tersebut diambil secara proposional (lihat

Tabel 3.2). Sedangkan untuk mengetahui jumlah sampel secara

proporsional digunakan rumus sebagai berikut :

ni =Nnk

x n

Dimana:

ni : jumlah petani sampel masing-masing desa

nk : jumlah petani dari masing-masing desa yang memenuhi syarat

sebagai responden

N : jumlah petani dari seluruh populasi

n : jumlah petani sampel yang diambil yaitu 60 petani

Tabel 3.2. Petani Sampel

No. Nama Kelompok Tani

Populasi (orang) Sampel (orang)

Menerapkan Pestisida organik

Tidak menerapakan

pestisida organik

Menerapkan Pestisida organik

TIdak menerapakan

Pestisida organik

1. Manunggal II 32 58 8 14 2. Manunggal IV 30 55 7 14 3. Manunggal V 12 24 3 6 4. Manunggal Tekad 10 25 2 6

Jumlah 84 162 20 40 Sumber: BPK Kecamatan Jumapolo, 2009

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28  

 

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, yaitu data mengenai identitas responden serta faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik

seperti pendidikan, luas usahatani, pendapatan, pengalaman, frekuensi

penggunaan saluran, kredibilitas penyuluh dan sifat inovasi yang diambil

langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alatnya.

2. Data sekunder adalah data mengenai keadaan umum desa, kependudukan,

keadaan pertanian dan jumlah anggota masing-masing kelompok tani yang

dikumpulkan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian,

dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi

yang ada.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan

data pendukung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3. 3 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan

Data yang digunakan Sifat Data Sumber Pr Sk Kn Kl I Data Pokok Identitas responden X X Petani Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penerapan inovasi pestisida organik

Pendidikan formal Luas usahatani Tingkat pendapatan Pengalaman Frekuensi penggunaan saluran komunikasi Kredibilitas penyuluh Karakteristik inovasi

X X X X X X X

X X X X X X X

Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani

II Data Pendukung Monografi Desa

Data jumlah petani X

X X

X Desa BPK

Keterangan :

Pr = primer Kn = kuantitatif Sk = sekunder Kl = kualitatif

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29  

 

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode sebagai berikut :

1. Wawancara yaitu mengumpulkan data mengenai identitas responden dan

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan

pestisida organik seperti pendidikan, luas usahatani, pendapatan,

pengalaman, frekuensi penggunaan saluran, kredibilitas penyuluh dan sifat

inovasi dengan menggunakan interview guide (panduan) berupa daftar

pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

2. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap sasaran penelitian untuk

mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian pestisida

organik, misal mengenai langkah dan cara pembuatan pestisida organik

serta aplikasinya di lapang.

3. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat sumber

informasi dari pustaka, hasil wawancara maupun data kependudukan dan

kondisi wilayah petani yang berasal dari dokumen atau instansi yang

terkait dengan penelitian

E. Metode analisis

Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

penerapan dengan tingkat penerapan inovasi pestisida organik oleh petani di

Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar digunakan analisis Regresi

Logistik dengan rumus sebagai berikut (Agung, 2002):

p/(1-p) = exp (β0 + β1X)

atau

In p/(1-p) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7

Dimana:

In p/(1-p) = odd ratio yang menjelaskan kecenderungan terhadap berbuat/ melakukan

sesuatu yaitu kecenderungan petani untuk menerapkan pestisida organik

β0 = Konstanta

β1, …...β7 = Koefisien regresi

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30  

 

X1 = Pendidikan formal responden (Tahun)

X2 = Luas usahatani responden (Ha)

X3 = Tingkat pendapatan responde n(Rp)

X4 = Pengalaman Usahatani (Tahun)

X5 = Frekuensi penggunaan saluran

X6 = Sifat Inovasi

X7 = Kredibilitas penyuluh

P = Probabilitas kecenderungan menerapkan pestisida organik

Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap

variabel tak bebas secara individu digunakan uji wald dengan α 0,05 dengan

rumus

W = βi SE(βi)

Dimana :

W : Uji Wald

βi : Koefisien regresi

SE(βi) : Galat dari βi

Keputusan:

1. Jika W ≥ Zα/2 berarti Ho ditolak, artinya ada pengaruh antara faktor yang

mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani untuk menerapkan

pestisida organik, di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar.

2. Jika W< Zα/2 berarti Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh antara faktor

yang mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani untuk

menerapkan pestisida organik, di Desa Karangbangun Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas

secara serentak digunakan uji G dengan α 0,05:

G = -2ln ∑ −−

niYi

nn

Ynnnn

)1(1

00

10

1)1()/()/(

π

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31  

 

Dimana:

n1 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y=1)

n0 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P (Y=0)

n = total jumlah sampel

Statistik G berdistribusi chi kuadrat dengan derajat bebas p. Ho ditolak

jika G > X2(α,p), artinya model yang terdiri dari seluruh variabel signifikan

pada tingkat signifikan α. Adapun nilai α yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 0,05.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32  

 

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Kondisi Geografi dan Topografi

Desa Karangbangun mempunyai luas wilayah sebesar 346,2940 Ha.

Adapun batas wilayah Desa Karangbangun adalah sebagai berikut:

Utara : Desa Ploso

Timur : Desa Jatisuko

Selatan : Desa Jati Mulyo

Barat : Desa Lemahbang

Jarak Desa ke pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 km. Jarak

desa dari pusat administrasi dan pemerintahan kabupaten adalah 18 km

sedangkan jarak desa menuju ibukota provinsi adalah 300 km.

2. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan

Secara keseluruhan luas wilayah Desa Karangbangun adalah

346,2940 Ha atau sekitar 10,2 persen dari luas wilayah Kecamatan

Jumapolo secara keseluruhan. Adapun perincian tersebut dijabarkan dalam

Tabel 4.1 :

Tabel. 4.1 Luas Desa Karangbangun Menurut Penggunaan Lahan No. Penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%)1. 2. 3. 4.

Tanah Sawah Tanah Tegal Pekarangan Lainnya

183,1530 39,9140 109,2550 13.972

52,89 11,53 31,55 4,03

Jumlah 346,2940 100

Sumber data : Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di

Desa Karangbangun untuk tanah sawah lebih luas dibanding tanah kering

yakni 52,89 persen. Dengan demikian penggunaan lahan yang ada lebih

besar pemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.

32

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33  

 

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin

Jumlah penduduk di Desa Karangbangun adalah 3.628 jiwa dengan

kepadatan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Karangbangun Tahun 2009

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) 1. 2.

Laki-laki Perempuan

1.811 1.817

Jumlah 3.628 Sumber: Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah penduduk laki-laki 1.811 jiwa dan

jumlah penduduk perempuan 1.817 jiwa. Data pada tabel dapat dicari sex

ratio, dimana sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk

laki-laki dibanding dengan jumlah penduduk perempuan. Terkait dengan

hal tersebut, untuk sex rasio dari penduduk di Desa Karangbangun, dapat

diketahui sebagai berikut :

100xperempuanpenduduk

lakilakipendudukratioSex

∑∑ −

=

67,99100817.1811.1

== x

Sehubungan dengan hal tersebut maka sex ratio di Desa

Karangbangun adalah 99,67 persen. Sex ratio sebesar 99,67 persen

mempunyai arti bahwa setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki. Dapat

diartikan bahwa jumlah penduduk perempuan dengan jumlah penduduk

laki-laki adalah imbang. Dengan demikian pembagian kerja yang harus

ditanggung oleh keduanya tidak jauh berbeda, misalnya dalam menggarap

lahan sawah perempuan cenderung melakukan pekerjaan yang ringan

seperti menanam dan memelihara tanaman.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Penduduk Karangbangun merupakan semua orang yang bertempat

tinggal di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo. Jumlah penduduk

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34  

 

berdasarkan kelompok umur di Desa Karangbangun dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Karangbangun Menurut Umur Tahun 2009

Umur (Tahun) Laki- laki (orang)

Perempuan (orang)

Persentase (%)

0-4 171 182 9,73 5-9 143 150 8,07

10-14 127 123 6,89 15-19 175 150 8,96 20-24 149 163 8,59 25-29 146 154 8,36 30-34 154 158 8,59 35-39 133 127 7,17 40-44 127 116 6,69 45-49 123 113 6,50 50-54 126 128 7,00 55-59 > 60

127 110

129 124

7,06 6,45

Jumlah 1.811 1817 100 Sumber : Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar

penduduk berada pada kelompok umur 0 tahun sampai 4 tahun, yaitu

sebanyak 353 jiwa (9,73 persen) yang terdiri dari 171 laki-laki dan 182

penduduk perempuan. Sedangkan jumlah data terkecil berada pada pada

kelompok umur 60 tahun keatas, sebanyak 234 jiwa (6,45 persen).

Persentase penduduk Desa Karangbangun antara pria dan wanita hampir

seimbang sebesar 49,9 persen untuk penduduk berjenis kelamin laki-laki

dan 50,1 persen untuk penduduk berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui Angka Beban Tanggungan

(ABT) yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak

produktif dengan jumlah penduduk produktif dalam 100 jiwa penduduk,

yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus

menanggung sejumlah penduduk usia nonproduktif.

Menurut Mantra (1995), usia nonproduktif adalah usia 0 – 14 tahun

dan > 64 tahun sedangkan usia produktif adalah usia 15 – 64 tahun,

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35  

 

sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Desa Karangbangun dapat

diketahui sebagai berikut :

100×=∑∑

oduktifPendudukprnproduktifPendudukno

ABT

ABT = ×100 = 45,24

Angka ini menunjukkan bahwa 100 penduduk usia produktif di

Desa Karangbangun harus menanggung antara 45 orang usia non

produktif. Semakin besar ratio antara jumlah kelompok non produktif dan

jumlah kelompok produktif maka akan semakin besar beban tanggungan

bagi kelompok yang produktif terhadap kelompok non produktif. Hal ini

dapat berpengaruh terhadap proses pembangunan perekonomian yang

sedang dijalankan.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk Desa Karangbangun menurut tingkat

pendidikan yang berhasil ditamatkan dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Karangbangun Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Pada Tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Perguruan Tinggi 21 0,6 Akademi 51 1,42 SLTA 791 22,00 SLTP 1.049 29,18 SD 1.088 30,26 Tidak/belum tamat SD 467 12,99 Belum Sekolah 128 3,56

Jumlah 3595 100 Sumber : Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Karangbangun

sebagian besar, tamat sekolah dasar yaitu sebanyak 1.088 jiwa (30,26

persen). Sedangkan yang tamat perguruan tinggi merupakan jumlah

terkecil yaitu sebanyak 21 jiwa orang (0,6 persen).

1.130 2.498

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36  

 

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian

yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan

pembangunan di daerah setempat. Kondisi penduduk menurut mata

pencaharian di Desa Karangbangun dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karangbangun 2009

Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Pertukangan 173 5,80 Buruh Tani 1.818 60,96 Tani 346 11,60 Pensiunan 19 0,63 Perdagangan 231 7,75 Jasa 10 0,36 Angkutan 11 0,37 PNS 63 2,11 Swasta 121 4,05 Lainnya 190 6,37 Jumlah 2982 100

Sumber : Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa sebagian besar

penduduk di Desa Karangbangun bermata pencaharian di sektor pertanian,

hal ini terlihat dari data yang diperoleh diketahui bahwa penduduk yang

bermata pencaharian disektor pertanian yang meliputi petani dan buruh

tani menempati urutan terbesar yakni 1.818 (60,96 persen) untuk buruh

tani dan 346 (11,60 persen) penduduk yang bermata pencaharian sebagai

petani. Tingginya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai

petani menunjukkan bahwa desa Karangbangun merupakan daerah agraris.

Hal ini, juga didukung dengan kondisi alam di desa tersebut yang cocok

untuk kegiatan pertanian. Melihat kondisi tersebut, dalam mengambil

kebijakan pembangunan seharusnya menitikberatkan pada sektor pertanian

yang didukung sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat didaerah setempat.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37  

 

C. Keadaan Pertanian dan Peternakan

Pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk menghasilkan produk

untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan

penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Komoditas

pertanian di Desa Karangbangun yaitu:

Tabel 4.6 Komoditas Pertanian di Desa Karangbangun Tahun 2009

Jenis komoditas Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Padi Jagung Ketela pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Tomat Kacang Panjang Terong Cabe

166 94 98 14 121 18 1 7 1 12

498 376 686 84 423 27 0,5 1

0,7 1,5

3 4 7 6

3,5 1,5 0,5 0,1 0,7

0,125

Sumber : Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.6 produksi pertanian tertinggi dengan luas panen

tertinggi adalah padi, dimana komoditas padi merupakan produk pertanian

utama dari Desa Karangbangun. Produktivitas padi pada periode tahun 2009

adalah sebesar 3 Ton/Ha. Hal ini berarti pada periode tahun 2009

produktivitas padi tergolong sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena

adanya iklim ekstrim (hujan lebat dimalam hari yang berdampak pada

penularan penyakit tanaman padi yang ditimbulkan oleh bakteri dan

cendawan), serta adanya serangan hama sundep dan beluk yang tidak mampu

diantisipasi oleh petani.

Selain produksi yang diperoleh dari sektor tanaman pangan, produksi

lain yang dikembangkan di Desa Karangbangun adalah dari sektor peternakan.

Jenis ternak yang diusahakan adalah ternak ayam, itik, kambing, sapi, dan

babi.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38  

 

Tabel 4.7 Peternakan di Desa Karangbangun tahun 2009 No Jenis Ternak Jumlah (Ekor) 1. 2. 3. 4. 5.

Ayam Kampung Itik Kambing Sapi Babi

13.635 105 894 394 393

Sumber : Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jumlah ternak yang

banyak dimiliki petani adalah ayam kampung sebesar 13.635 ekor. Ternak

unggas lebih diminati penduduk di Desa Karangbangun karena perawatannya

yang cukup mudah. Potensi pertanian dan peternakan tersebut dapat menjadi

salah satu alternatif petani dalam memperoleh penghasilan tambahan. Adanya

ternak sapi juga sangat membantu petani khususnya dalam bidang pertanian,

karena selain dimanfaatkan dagingnya, keduanya juga dapat dimanfaatkan

limbah atau kotorannya sebagai pupuk atau bahan pembuatan pestisida

organik. Berikut data mengenai jumlah ternak sapi yang dibudidayakan petani

di Desa Karangbangun:

Tabel 4.8 Jumlah Ternak Sapi Yang dimiliki Petani Responden di Desa Karangbangun tahun 2009

No Jumlah ternak (Ekor) Jumlah responden (Jiwa) 1. 2. 3.

0 1 2

32 19 9

Total 60 Sumber : Data Primer 2010

D. Kelembagaan Petani

Adanya kelembagaan penyuluhan petani dapat menunjukkan sejauh

mana wilayah tersebut aktif untuk berpartisipasi dalam pembangunan

khususnya pembangunan pertanian. Salah satu kelembagaan penyuluhan

pertanian adalah kelompok tani dan GAPOKTAN. Berdasarkan Tabel 4.8,

dapat dilihat kelembagaan penyuluhan pertanian di Desa Karangbangun :

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39  

 

Tabel 4.9 Kelembagaan Petani Pertanian di Desa Karangbangun

No Kelembagaan Petani Dusun Jumlah anggota (Jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8

Kelompok Tani ”Manunggal Tekad” Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 1” Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 2’’ Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 3 Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 4” Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 5” Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 6” Kelompok Tani ”Manunggal Tekad 7”

Kebonkulon Randurante Karangbangun II Gentan II Ngrandu IV Ngentak Kebonwetan VI Kebonwetan V

35 40 90 38 85 35 60 36

Total 419 Sumber: Data Monografi Desa Karangbangun Tahun 2009

Berdasarkan data pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa Desa

Karangbangun dapat dikatakan sebagai wilayah yang cukup berpartisipsi aktif

dalam pembangunan pertanian dilihat dari kelembagaan petani yang ada.

Kelompok tani sebagai tempat atau kelas belajar bagi para anggotanya artinya

kelompok tani merupakan media pertemuan dan interaksi bagi para

anggotanya, untuk saling tukar-menukar informasi yang berkaitan dengan

inovasi semisal adanya pestisida organik, serta dapat mengadopsinya.

Dibentuknya kelompok tani dalam jangka panjang diharapkan mampu

menghilangkan ketergantungan dari pihak lain atau dengan kata lain petani

dapat tumbuh dengan kemandiriannya

Kelompok tani juga dibentuk tidak hanya sekedar sebagai wahana

bertukar ilmu atau informasi akan tetapi dengan dibentuknya kelompok tani

tersebut diharapkan dapat mempermudah petani dalam mendapatkan bantuan

saprodi seperti bibit, pupuk serta simpan pinjam modal usahatani. Karena

pada waktu penyuluhan, petani juga memanfaatkan waktu tersebut untuk

diadakannya arisan kelompok tani.

E. Pestisida Organik

Petani Karangbangun biasa memanfaatkan bahan-bahan sekitar untuk

memproduksi pestisida organik. Bahan baku pembuatan pestisida organik

juga diperoleh dari pasar. Pembuatan pestisida organik pada awalnya dibuat

oleh masing-masing kelompok tani, dengan mendapat bimbingan dari

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40  

 

penyuluh. Hasilnya pun dibagikan kepada anggota kelompok tani, atau dijual

kepada kelompok petani lain, tetapi ada juga petani yang membuat pestisida

organik secara individu dan dalam takaran yang kecil. Partisipasi anggota

kelompok tani dapat dilihat pada waktu pelaksanaan, hal tersebut ditunjukkan

dengan adanya anggota kelompok tani yang membawa masing-masing bahan

pembuat pestisida organik. Adapun beberapa macam pestisida yang dibuat

oleh petani Karangbangun antara lain:

1. Pestisida Pengendali Wereng

a. Bahan

Daun sirsak 1 genggam

Rimpang jeringau 1 genggam

Bawang putih 20 siung

Sabun collek 20 g

Air 20 Liter

b. Cara pembuatan

Daun sirsak, rimpang jeringau dan bawang putih ditumbuk sampai

halus, lalu campurkan dengan sabun colek. Campuran tersebut

direndam dengan 20 L air selama dua hari. Setelah itu, larutan disaring

kain halus

c. Cara pengaplikasian

Setiap I liter air, lalu disemprotkan merata kebagian bawah tanaman

padi.

d. Kandungan aktif bahan pestisida organik

Daun sirsak dan rimpang jeringau berperan sebagai insektisida,

larvasida, repellent (penolak serangga), antifeedant (penurun nafsu

makan) dan antifertalitas (pemandul hama),

2. Rodentisida (pestisida pengendali tikus)

a. Bahan

Umbi gadung racun I kg

Dedak 10 kg

Tepung ikan 1 ons

Kemiri (bahan penarik) -

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41  

 

Air -

b. Cara membuat

Umbi gadung dikupas dan dihaluskan, kemudian semua bahan

dicampur, diaduk dan dibentuk seperti pellet kering.

c. Aplikasi

Pelet dari umbi gadung ditebarkan pada pematang disarang tikus atau

dijalan yang dilewati tikus

d. Catatan

Umbi gadung racun mengandung alkaloid dioskorin yaitu suatu

substansi yang bersifat basa, serta mengandung I atau lebih atom

nitrogen dan bersifat toksik.

3. Fungisida organik pengganti pestisida kimia merek SCORE

a. Bahan

Telur bebek 5 Butir

Alcohol 1 Liter

Susu cair 1 Liter

Madu 5 Sendok

Air 1 Liter

b. Cara membuat

Semua bahan dicampur dan ditutup dalam wadah atau bak selama dua

minggu. Setiap tiga hari sekali dilakukan pengocokan pada bahan yang

berada dalam wadah tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi

jumlah gas yang terlalu besar yang terdapat dalam campuran bahan

pestisida organik ini.

c. Aplikasi

Setelah 2 minggu, tutup bisa dibuka. Setiap 200 ml (Aqua gelas)

pestisida ini dilarutkan dengan 10 liter air (1 tangki sprayer). Pestisida

organik ini diaplikasikan, sebelum dan sesudah tanaman (padi)

bunting.

4. Pestisida sekaligus pupuk bagi tanaman (Herbafarm)

Banyak petani yang sudah memanfaatkan adanya produk organik olahan

pabrik Sidomuncul seperti herbafarm, ini. Adanya produk herbafarm,

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42  

 

juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan penggunaan

pestisida kimia. Dengan adanya sekolah lapang yang diikuti oleh petani,

petani mencoba untuk membuat pestisida yang semisal dengan produk

ini guna menghemat biaya input usahatani, bahan-bahannya adalah

sebagai berikut:

a. Bahan

Urin sapi

Empon-empon (jahe, kunyit, lengkuas dan lain-lain)

b. Cara pembuatan

Empon-empon dihaluskan kemudian dicampur dengan urin sapi.

Setelah itu bahan tersebut dibiarkan selama 14 hari.

c. Aplikasi

Pada waktu aplikasi dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Kemudian

dicampur dengan air yang bertujuan guna menghindari plasmolisis

yang menyebabkan tanaman layu dan mati. Aplikasi pupuk ini bisa

dilakukan dua minggu setelah tanam, hal ini dimaksudkan agar

sebagian unsure hara dalam urine dapat langsung diserap oleh

tanaman, dan sebagian lagi masih harus teruraikan. Aplikasi

penyemprotan menggunakan hand sprayer dan waktu penyemprotan

dilakukan pada sore hari pukul 15.00-17.00 WIB (Wudianto, 1992).

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43  

 

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Identitas responden merupakan kondisi atau keadaan personal responden.

Indentitas responden yang dikaji dalam penelitan ini meliputi usia, dan

jumlah anggota keluarga.

1. Usia Responden

Umur responden pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2 yaitu

kelompok usia produktif dan kelompok usia nonproduktif. Distribusi

petani berdasarkan umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel. 5.1 Identitas Responden menurut Usia

Kriteria Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Produktif (14-64 Tahun) 52 86,7 Non Produktif (>64 Tahun) 8 13,3 Total 60 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Sebagian besar umur anggota petani responden di desa

Karangbangun termasuk dalam kategori usia produktif yakni 14-64

tahun yaitu sebanyak 52 orang (86,7 persen). Artinya, responden yang

berada dalam usia produktif biasanya masih aktif dalam melakukan

kegiatan usahatani. Selain itu responden yang berusia produktif cenderung

lebih mudah menerima inovasi seperti penggunaan pestisida organik yang

ditawarkan dan cenderung potensial untuk lebih meningkatkan peran

sertanya dalam suatu kegiatan.

Responden yang tergolong kategori usia non produktif yakni diatas 60

tahun sebanyak 8 orang (13,3 persen), 2 diantaranya telah menerapkan

pestisida organik dalam usahataninya. Adanya kedua responden ini, dapat

dijadikan contoh kepada petani yang belum menerapkan pestisida organik,

agar mau bersama-sama mengurangi kerusakan lahan dan keracunan

produk pertanian, dengan memutuskan untuk beralih ke penggunaan

pestisida organik.

43

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

 

2. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi jumlah pendapatan

dan konsumsi rumah tangga keluarga. Dimana selain untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, pendapatan juga dimanifestasikan untuk biaya

pendidikan sekolah anak. Apabila semua anggota masih berada di bawah

umur angkatan kerja maka, beban yang harus ditanggung oleh kepala

keluarga semakin besar. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga

maka semakin tinggi biaya yang harus ditanggung oleh kepala keluarga.

Namun hal ini dapat diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja yang

lebih besar yang bersumber dari dalam keluarga. Distribusi petani menurut

jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi petani menurut Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 5 8,3 2 18 30,0 3 21 35,0 4 12 20,0 5 3 5,0 6 1 1,7

Total 60 100,0

Tabel. 5.1 Identitas Responden menurut Usia

Sebanyak 21 (35 persen) responden masih mempunyai tanggungan

keluarga sebanyak 3 orang di ikuti 18 (30 persen) responden yang masih

mempunyai tanggungan sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukan bahwa

beban tersebut relatif ringan, dan karenanya petani akan dapat melakukan

saving, yang berguna dalam akumulasi modal untuk mengembangkan

usahataninya agar mencapai skala ekonomi yang produktif dan efisien,

yakni dengan memutuskan untuk menerapkan pestisida organik dalam

usahataninya.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

 

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan yang

penyelenggaraannnya tersusun dalam kurikulum yang terorganisir. Secara

terperinci, tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden dapat

dilihat dalam Tabel. 5.3:

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Lama Pendidikan (tahun) Jenjang Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0 Tidak Bersekolah 2 3,3 3 Tidak Tamat SD 2 3,3 6 Tamat SD 37 61,7 9 Tamat SLTP 10 16,7 12 Tamat SLTA 7 11,7 13 Tamat Diploma 1 1,7 15 Tamat S1 1 1,7

Total 60 100,0

Sumber : Analisa Data Primer

Sebagian besar petani responden, tingkat pendidikan formal yang

diikuti hanya sampai tingkat SD yaitu sebanyak 37 orang (61,7 persen),

tingkat SLTP sebanyak 10 orang (16,7 persen), tingkat SLTA keatas

sebanyak 7 orang (11,7 persen), sedangkan yang tidak sekolah ataupun

tidak tamat SD masing-masing sebanyak 2 orang (3,3 persen). Hal ini

menandakan bahwa, sebagian besar petani di desa Karangbangun kurang

memperhatikan masalah pendidikan formal, hal ini disebabkan karena

letak sekolah yang jauh serta faktor pendapatan keluarga tani yang rendah,

sehingga mempengaruhi keinginan petani responden untuk meneruskan

pendidikan yang lebih tinggi. Situasi ekonomi yang membelit petani dan

mahalnya biaya pendidikan tersebut membentuk cara berpikir yang kurang

begitu menempatkan pendidikan sebagai salah satu hal yang sama

pentingnya dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Ini artinya

tingkat pengharapan masyarakat untuk memberikan pendidikan yang

layak, secara umum bisa dikatakan masih rendah.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

 

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan petani harus dapat

memanfaatkan berbagai pengalaman yang pernah dialami sebagai

pelajaran berarti dalam mengatur strategi produksi. Penerapan pestisida

organik dirasa cukup menghemat biaya input petani terutama pada masa

pemeliharaan tanaman, biasanya petani yang menggunakan pestisida

kimia rata-rata 3 kali dalam 1 musim tanam (Score) dengan biaya Rp

120.000 Akan tetapi dengan menggunakan pestisida organik bisa

meminimkan pengeluaran untuk masa pemeliharaan tanaman sebesar Rp

25. 000,- untuk 1 musim tanam tiap 1 Ha.

2. Pendapatan Usahatani

Tingkat pendapatan dapat digunakan sebagai tolak ukur

kesejahteraan ekonomi para petani. Sebagian besar petani di desa

Karangbangun memiliki pendapatan tergolong sedang. Pendapatan

dihitung dari pendekatan selisih antara penerimaan dikurangi pengeluaran.

Rata-rata pendapatan responden per tahun adalah sebesar Rp 9.864.000.

Adapun pendapatan dari 60 responden yang diperoleh dari hasil usahatani

dan non usahatani dalam 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.4:

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Pendapatan dalam I Tahun Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Rendah (<3.600.000) 1 1,7 Sedang (3.600.000-8.850.000) 32 53,3 Tinggi (> 8.850.000) 27 45,0

Total 60 100,0

Sumber : Analisa Data Primer

Pendapatan responden pada penelitian ini merupakan pendapatan

yang diperoleh dari penghasilan on farm seperti usahatani padi, melon,

semangka, cabai, kacang panjang dan ternak sebagai tabungan. Jenis

ternak yang dibudidayakan antara lain ayam, itik, kambing dan sapi.

Sedangkan penghasilan off farm seperti berdagang atau menjual hasil

pertanian kepasar (jawa: bakul), dan untuk penghasilan nonpertanian

meliputi profesi guru, kuli (batu atau pasir) dan karyawan di salah satu

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

 

instansi swasta. Petani yang harus bekerja diluar sektor pertanian seperti

kuli batu atau bangunan bertujuan untuk menambah hasil pendapatannya,

karena penghasilan dari sektor pertanian dirasa kurang mampu mencukupi

kebutuhan rumah tangga responden. Akan tetapi ada juga responden yang

yang menjadikan profesi bertani untuk menambah pendapatan. Karena

dirasa adanya usaha tani yang ditekuni dapat menambah penghasilan

keluarga seperti bertanam sayuran organik, yang dalam pemeliharaanya

juga menggunakan pestisida organik.

3. Luas Usahatani

Menurut Hernanto (1996) berdasar luas penguasaan lahan petani,

dapat digolongkan menjadi berikut:

a. Golongan petani luas (lebih dari 2 Ha)

b. Golongan petani sedang (0,5-2 Ha)

c. Golongan petani sempit (kurang dari 0,5 Ha).

Luas kepemilikan lahan, 60 petani responden dapat dilihat pada Tabel 5.5:

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Luas Usahatani

Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Rendah (<0,5) 1 1,67 Sedang (0,5-2) 58 96,66 Tinggi (>2) 1 1,67

Total 60 100,00

Sumber: Analisa Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.5 luas lahan sebagian responden dalam kategori

sedang, dengan Persentase 96,66 persen. Luas kepemilikan lahan yang

dikelola pada penelitian ini adalah luas kepemilikan lahan untuk budidaya

tanaman padi atau sawah. Menurut hasil penelitian mengemukakan bahwa,

kecenderungan kuantitas dan kualitas lahan semakin menurun. Salah satu

penyebabnya adalah banyaknya jumlah penduduk, sedang secara kualitas

diketahui bahwa penurunan tingkat kesuburan lahan disebabkan karena

penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Padahal lahan yang

telah kehilangan lapisan atas yang kaya bahan organik, akan sulit

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

 

dipulihkan kesuburannya seperti semula meskipun menggunakan metode

pengelolaan tanah yang baik dalam jangka waktu 10 tahun (Ulexkull dan

Boshart, 1989).

Terdapat satu petani responden (1,67 persen) yang memiliki luas

lahan lebih dari 2 Ha (Bapak sugeng, dengan kepemilikan lahan seluas

41.500Ha). Lahan ini dimiliki oleh pejabat desa Karangbangun sebagai

gaji selama menjabat.

Kondisi lahan pertanian sawah memberikan banyak pilihan kepada

petani, baik komoditas maupun banyaknya musim panen, akan tetapi

sebagian besar petani Desa Karangbangun pada realisasinya hanya berani

memanfaatkan lahan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Hal ini

disebabkan karena sumber utama saluran irigasi lahan di Desa

Karangbangun hanya mengandalkan hujan. Pada petani dengan lahan

yang relatif luas, mereka melakukan usahatani dengan komoditas yang

berbeda beda. Misalnya pada lahan sawah, pada bulan Oktober-Maret

salah satu blok ditanami padi guna menunjang bahan makanan pokok dan

blok yang lain ditanami palawija. Variasi komoditas ini merupakan strategi

untuk mengurangi resiko kegagalan panen. Apabila pada satu musim

tanam harga gabah turun, maka sebagian petani masih mendapatkan hasil

dari tanaman palawija atau sebaliknya.

Pada musim tanam ke-3 (Januari-Maret) banyak tanaman yang

mengalami gagal panen sebagai akibat perubahan iklim yang pada

gilirannya menyebabkan turunnya pendapatan petani. Pada kondisi seperti

ini langkah yang ditempuh petani adalah masih menanami tanaman

palawija seperti singkong atau memberokan lahan yang dimiliki dan

beralih keusaha non pertanian.

4. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman petani dalam berusahatani diteliti dari lama petani

mengelola usahatani. Lama berusahatani, dapat menunjukkan

keterpaksaan petani, karena memang tidak ada usaha lain yang dapat

ditekuni, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang rendah,

sehingga membuat petani tidak mempunyai keahlian lain kecuali disektor

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

 

pertanian, disisi lain lama berusahatani juga menunjukkan kecintaan petani

terhadap sektor pertanian, karena sektor pertanian dapat memberikan

keuntungan dibanding sektor lain. Hal ini berarti ada tidaknya pengalaman

berusahatani ditentukan oleh bagaimana sikap petani selama kurun waktu

tersebut, berusaha mencari dan menerima perubahan-perubahan yang ada.

Adapun banyaknya pengalaman petani responden dalam mengelola

usahataninya dapat dilihat pada Tabel 5.6:

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Pengalaman berusahatani

Pengalaman Berusahatani Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

4-22 18 30,00 23-41 32 53,33 42-60 10 16,67 Total 60 100,00

Sumber: Analisa Data Primer

Sebagian besar di desa Karangbangun petani sudah mengelola

usahatani lebih dari 10 tahun. Petani yang memiliki pengalaman

berusahatani dalam kategori sedang dan tinggi (53,3 persen dan 16,67

persen) disebabkan karena mereka berasal dari keluarga petani sehingga

mereka sudah aktif ikut mengelola usahatani sejak kecil. Berbagai

pengalaman petani dalam berusahatani dapat kita lihat pada tahap berikut:

a. Pengolahan lahan

Pada bulan kering (Agustus-September) selain beralih ke profesi

non pertanian, sebagian petani di Desa Karangbangun juga

memanfaatkan bulan ini untuk mengolah lahan. Hal ini bertujuan agar

lahan yang dikelola mendapatkan panas yang optimal sehingga pada

saat musim hujan datang lahan bisa langsung ditanami. Petani yang

berlahan luas biasanya mempergunakan traktor dalam mengolah lahan,

mengingat efesiensi waktu dan tenaga, sedangkan sebagian petani juga

ada yang masih mempergunakan cangkul guna menghemat biaya

pengeluaran.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

 

b. Pemilihan bibit unggul

Benih yang baik merupakan syarat untuk mendapatkan hasil

panen yang maksimal guna meningkatkan pendapatan usahatani. Bila

pemilihan benih tidak baik, hasilnya juga kurang maksimal meskipun

pemupukan dan pemeliharaan dengan penggunaan pestisida organik

sudah dilakukan dengan benar. Oleh karenanya pemerintah lewat dinas

pertanian memberikan saprodi berupa 5 jenis benih padi (Inpari 1,2,6,8

dan Menkongga). Dimana 5 jenis benih padi ini akan dikombinasikan

dengan penggunaan pestisida organik dan diujikan ke lahan petani, agar

nantinya dapat diketahui jenis benih yang sesuai dengan kondisi alam di

Desa Karangbangun

c. Penanaman

Petani Karangbangun menjadikan padi sebagai tanaman pokok.

Pola tanam padi sebelum adanya penyuluhan masih berupa sistim tegel

dengan ukuran kurang dari 25 cm x 25 cm, dan umumnya sebagian

besar petani kurang memperhatikan kedalaman bibit saat menanam.

Mereka beranggapan bahwa, penanaman bibit yang kurang dalam akan

mengakibatkan bibit mudah roboh atau rusak pada saat pengairan atau

hujan. Padahal, bibit yang terlalu dalam dibenamkan akan berakibat

pada berkurangnya jumlah anakan tanaman. Hal ini terjadi karena

semakin dalam pembenaman maka akan semakin berkurang suhu tanah,

sehingga mata tunas yang ada dibagian bawah bibit tidak akan

membentuk anakan.

Setelah diadakannya sekolah lapang di Desa Karangbangun,

berdasarkan kondisi lapang sebagian besar petani sudah mampu

menerapkan jajar legowo dengan ukuran 25 x 25 cm, dan menjadikan

dua buku jari tangan sebagai patokan dalam menentukan kedalaman

bibit. Mengingat bahwa tenaga kerja pada saat musim tanam

bersamaan, terkadang untuk mencari tenaga kerja dari lingkungan

sekitar sangat sulit, bahkan terkadang karena sibuk dengan lahannya

masing-masing petani terpaksa harus mengambil tenaga kerja yang

berasal dari luar desa.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

 

d. Pemeliharaan tanaman

Adanya iklim ekstrim akhir-akhir ini dan diprediksikan sampai

dengan 5 tahun kedepan, merupakan faktor pemicu berkembangnya

serangan hama. Sebelum musim tanam tiba, petani Desa Karangbangun

ada yang membeli bahan kimia seperti pupuk dan pestisida atau bahkan

pupuk dan pestisida organik seperti herbafarm yang seharga Rp. 58.000

per botol sebagai bagian dari tabungan mereka, karena apabila

dibelanjakan menjelang musim tanam biasanya harga lebih mahal.

Akan tetapi ada juga kelompok tani yang bersiap-siap membuat

pestisida organik dari awal musim tanam, mengingat pestisida organik

yang jauh lebih murah dan baik untuk perbaikan lahan.

Tabel 5.7 Contoh perbedaan harga pestisida organik dengan pestisida kimia.

Biaya Pestisida organik I MT Biaya Pestisida Kimia I MT Telur bebek: 5 x 1000 = 5.000 Fungisida SCORE Alkohol 1liter = 10.000 @ botol: Rp 40.000 Susu cair 1 liter = 5.000 40.000 x 2 pembelian Madu 5 sendok = 5.000 Air I liter Total 25.000 Rp 80.000

Sumber: Analisis Data Primer

Kedua pestisida diatas sama manfaatnya yakni sebagai fungisida

pengendali penyakit tanaman pangan dan holtikultura. Penerapan

pestisida organik sudah dilakukan sebagian besar petani ± 2 tahun

terakhir. Penggunaan pestisida organik, dilakukan secara periodik,

untuk takaran dipergunakan 1 gelas Aqua, yang kemudian ditambahkan

dengan 10 liter air (untuk 1 tangki sprayer). Sedangkan takaran untuk

pestisida kimia yakni dengan mepergunakan ukuran tutup botol,

kemudian dicampur dengan 10 liter air untuk I tangki sprayer.

Penyemprotan pestisida organik dilakukan 2 minggu setelah tanam.

Selain pestisida hewani, petani juga membuat pestisida lain seperti

pestisida nabati yakni pembasmi pembasmi serangga sekaligus sebagai

pupuk karena mengandung bahan dari urine sapi yang dicampur dengan

empon-empon.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

 

e. Panen

Kendala pada waktu panen yakni apabila harga tanaman komoditi

rendah. Petani menjual harga panen kepada penebas, dimana petani

tidak mempunyai bargaining position yang baik. Maka, langkah yang

ditempuh petani adalah dengan menyimpan hasil panen berupa gabah

kering dan menjualnya sewaktu harga mulai stabil.

f. Pasca panen

Hasil panen terutama berupa kebutuhan pokok seperti padi dalam

bentuk gabah, tidak dijual semuanya melainkan disimpan sebagai

persediaan makanan sembari menunggu musim panen berikutnya. Pada

bulan kering (Agustus-September) petani biasa melakukan penjemuran

gabah. Sedang untuk tanaman holtikultura seperti cabe dan kacang

panjang dengan menjualnya langsung ke pasar.

5. Frekuensi Penggunaan Saluran Komunikasi

Saluran komunikasi terdiri dari saluran interpersonal, media massa

serta saluran lokal dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal adalah

saluran yang melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan penerima)

antara dua orang atau lebih, sedangkan saluran media massa adalah alat-

alat penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu

audiens dalam jumlah yang besar dan dapat menembus ruang dan waktu

misalnya radio, televisi, surat kabar, buku dan lain sebagainya. Frekuensi

penggunaan saluran dalam menerapkan pestisida organik dapat dilihat

pada Tabel 5.8:

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

 

Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Frekuensi Pengguna Pestisida Organik

Frekuensi penggunaan saluran dalam menerapkan pestisida organik

Jumlah (Jiwa)Presentase

(%)

Rendah (<13) 43 71,7 Sedang (13-15) 16 26,7 Tinggi (>15) 1 1,7 Jumlah 60 100,0

Sumber: Analisa Data Primer

Frekuensi penggunaan saluran mengenai inovasi pestisida organik

tergolong dalam kategori rendah yakni kurang dari 13 kali dalam 1 tahun

sebanyak 43 responden (71.7 persen). Pertemuan atau kegiatan penyuluhan

hanya dilakukan selama 10 kali dalam 1 tahun. Sedangkan untuk informasi

dan pelatihan pembuatan pestisida dilakukan sebanyak 3 sampai 4 kali.

Informasi pestisida organik dari media cetak, biasanya hanya pada saat

pelatihan atau penyuluhan. Keterbatasan jumlah media ini juga menjadi

kendala penyampaian informasi dalam menerapkan pestisida organik.

Dari kondisi di lapang media cetak mengenai informasi bahan

pembuatan pestisida organik dan cara aplikasinya yang didistribusikan ke

desa jumlahnya sangat sedikit yakni pada saat penyuluhan, sehingga untuk

membacanya petani harus bergantian dan terkadang harus memperbanyak

sendiri. Untuk media elektronik seperti televisi dan radio petani jarang

mendapatkan informasi tentang pestisida organik langsung. Karena pada

saat tayangan mengenai pestisida organik berlangsung, sebagian petani ada

yang sedang bekerja disawah sehingga tidak dapat menyaksikan informasi

tersebut, informasi mengenai pestisida organik lewat siaran di televisi

seperti acara “Pelangi Desa”setiap Rabu jam 14.00, dan Info Agribisnis

yang ditayangkan setiap Minggu pukul 09.30 WIB di stasiun TVRI

Nasional. Terdapat I (1,7 persen) responden yang banyak memanfaatkan

berbagai media tersebut, dalam mencari berbagai informasi tentang

penerapan pestisida organik dan informasi lain terkait dengan

pengembangan pertanian yakni ketua gapoktan (Bapak Y. Sugiyanto dengan

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

 

frekuensi penggunaan saluran sebanyak 15 kali dalam I tahun) di Desa

Karangbangun.

6. Kredibilitas Penyuluh

Kredibilitas penyuluh didalam penelitian ini adalah kemampuan

penyuluh untuk berkomunikasi atau berinteraksi, dengan masyarakat

sasaran. Persentase penilaian kredibilitas penyuluh di Desa Karangbangun

dapat dilihat dari Tabel 5.9

Tabel 5.9 Kredibilitas Penyuluh Menurut penilaian Petani Desa Karangbangun

Kredibilitas Penyuluh (Skor) Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

Rendah (<47) 3 5,0 Sedang (48-53) 14 23,3 Tinggi (>54) 43 71,7 Total 60 100,0

Sumber: Analisa Data Primer

Kredibilitas penyuluh menurut petani termasuk dalam kategori tinggi

43 (71,7 persen). Sebagian besar responden merasakan akrab dengan

penyuluh, selaras berdampak positif terhadap efektivitas komunikasi.

Dimana petani akan semakin cepat memahami apa yang akan disampaikan

penyuluh. Karena tidak ada hambatan komunikasi. Apabila petani kurang

paham terhadap penyampaian informasi dari penyuluh mereka bisa

menanyakan langsung baik didalam maupun di luar forum. Hal ini berarti

bahwa, kemampuan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki

penyuluh diakui baik oleh responden. Sehingga dapat dikatakan bahwa

petani tidak ada kesulitan dalam menerima informasi dari penyuluh

langsung untuk dapat menerapkan pestisida organik.

7. Sifat Inovasi

Pada kajian pustaka, ditulis bahwa tiap inovasi umumnya

mempunyai karakteristik yang menjadikan pertimbangan seseorang untuk

membuat keputusan apakan seseorang mau menerapkan inovasi atau tidak.

Bahkan karakteristik dari inovasi ini akan sangat penting untuk bisa

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

 

difahamkan kepada para petani yang diharapkan mengadopsi inovasi

karena kefahaman tersebut. Adapun penilaian petani terhadap inovasi

pestisida organik dapat dilihat pada Tabel 5.10:

Tabel 5.10 Distribusi petani berdasarkan score sifat inovasi Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani (x) berdasarkan sifat

inovasi

Keputusan petani dalam menerapakan pestisida organik (Y)

1-10 11-20 21-30

Keuntungan relatif • Rendah • Sedang • Tinggi

-

25 orang

35 orang Kompatabilitas • Tidak Kompatabilitas • Cukup Kompatabilitas • Kompatabilitas

-

28 orang

32 orang Kompleksitas • Sangat rumit • Cukup rumit • Tidak Rumit

-

37 orang

23 orang Triabilitas • Tidak mudah • Cukup mudah • Mudah

-

22 orang

38 orang Observabilitas • Tidak bisa diamati • Cukup bisa diamati • Dapat diamati

-

40 orang

20 orang

Sumber : Analisa Data Primer

a. Keuntungan relatif

Adanya pestisida organik dirasakan dapat memberikan

keuntungan bagi masyarakat tani di Desa Karangbangun. Sebanyak 35

(58,3 persen) responden menilai bahwa pestisida organik

menguntungkan bagi petani. Keuntungan tersebut dapat dilihat dari:

1) Keuntungan ekonomis

Biaya pembuatan pestisida organik yang lebih rendah

dibandingkan pestisida kimia. Dengan adanya pestisida organik

dirasa dapat menghemat biaya pengeluaran usahatani, kebiasaan

petani yang dulu masih menerapkan pestisida kimia merek Decis

dan merek Score seharga Rp.40.000,- (3 kali penggunaan dalam I

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

 

musim tanam, petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.

120.000, atau bahkan bisa lebih), sedangkan untuk penggunaan

pestisida organik petani hanya mengeluarkan biaya sebesar 25.000

dalam 1 kali musim tanam.

2) Keuntungan teknis

Adapun takaran pestisida organik dalam aplikasinya tidak

membingungkan petani, selain itu petani tidak terlalu banyak

menggunakan pengaman seperti masker, sarung tangan ataupun

kacamata seperti waktu menerapkan pestisida kimia yang dirasa

dapat membahayakan tubuh petani. Hal ini terbukti didapati 3

responden yang terkena efek dari pestisida kimia jenis organofosfat

(insektisida seperti curacron, dursban, kreban, dan decis) yang

menyebabkan penyakit kulit dermatitis atau alergi pada kulit.

b. Kesesuaian (Compatability)

Kesesuaian petani dalam menerapkan pestisida organik dapat

dinilai dari penerapan pestisida organik yang disesuaikan dengan

kebutuhan petani baik kesehatan maupun kebutuhan ekonomi,

keamanan lingkungan, serta teknik pengendalian hama yang lain,

seperti dengan adanya pembuatan perangkap. Sebanyak 32 respoden

(61,6 persen) mengadopsi pestisida organik karena menganggap

bahwa adanya pestisida organik sangat sesuai bagi petani. Hal tersebut

seperti yang diungkapkan slamet dalam Mardikanto (1982), yang

menyatakan bahwa setiap inovasi baru akan cepat diadopsi manakala

mempunyai kecocokan atau berhubungan dengan kondisi setempat

dalam suatu masyarakat.

c. Kerumitan (Complexity)

Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa sebanyak 23 responden

menganggap aplikasi pestisida organik tidak rumit. Sedangkan 37

responden menganggap bahwa pembuatan pestisida organik cukup

rumit. Kerumitan ini disebabkan karena daya kerja pestisida organik

yang sangat lambat, sehingga penyemprotan terhadap tanaman padi

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

 

maupun sayuran yang terserang hama harus dilakukan secara

berulang-ulang yakni dengan interval 3 hari sekali.

d. Ketercobaan (Triability)

Ketercobaan pestisida organik dapat diamati melalui jumlah

takaran atau dosis pestisida organik dan penerapannya pada berbagai

kondisi lahan, baik lahan yang sempit maupun lahan yang luas.

Sebanyak 38 (63,6 persen) responden memutuskan menerapkan

pestisida organik dengan alasan dapat dicobakan. Keputusan petani

untuk menerapkan pestisida organik tergolong tinggi. Hal ini

dikarenakan bahwa pestisida organik mudah dicoba oleh semua

petani. Akan tetapi 18 responden akhirnya memutuskan untuk

berhenti. Alasan dari discontinue decision ini disebabkan karena

responden kurang merasa mendapat keuntungan dari adanya

penggunaan pestisida organik, hal ini dikarenakan kesalahan teknis

yang dilakukan petani pada waktu melakukan penyemprotan, kondisi

tanaman budidaya sudah banyak yang diserang hama sehingga petani

tidak dapat mengantisipasinya lagi. Oleh karenanya kepercayaan

terhadap manfaat pestisida organik dirasa kurang dibandingkan

dengan pestisida kimia.

e. Observabilitas (Observability)

Observabilitas dalam penerapan pestisida organik dapat diamati

melalui proses, hasil pembuatan pestisida serta kenaikan hasil panen

dan kualitas produksi tanaman budidaya, seperti berat padi yang lebih

berbobot, bulir padi yang banyak serta tanaman sayuran yang lebih

hijau dan subur. Karena dilain sisi, pestisida organik juga mampu

digunakan sebagai pupuk. Adapun responden yang memutuskan untuk

menerapkan pestisida organik adalah sebesar 20 (33,3 persen). Dilain

sisi petani Desa Karangbangun menganggap bahwa dengan

menerapkan pestisida organik dapat mengurangi takaran penggunaan

pestisda kimia sebesar setengah atau keseluruhan.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

 

C. Keputusan

Keputusan inovasi menurut Rogers dalam bukunya “Diffusion of

Inovation” (1983) adalah proses mental sejak seseorang mulai mengenal suatu

inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya dan

pengukuhan terhadap keputusan itu. Keputusan petani dalam menerapkan

pestisida organik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 5.11 Distribusi Petani dalam Mengambil Keputusan untuk Menerapkan Pestisida Organik

Keputusan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tidak mengadopsi 40 66,7 Mengadopsi 20 33,3 Total 60 100,0

Sumber: Analisa Data Primer

Sebanyak 20 (33,3 persen) petani yang menerapkan pestisida organik

antara lain disebabkan karena:

1. Pergiliran tanaman padi-padi-bero serta kerentanan terhadap pengaruh

iklim ekstrim yang sulit diprediksi, menjadi faktor penyebab

berkembangnya hama sehingga memicu resiko gagal panen, bahkan

peristiwa ini berangsur secara berturut-turut. Hal tersebut yang memicu

petani untuk memutuskan membuat pestisida organik dan melakukan

penyemprotan terhadap tanaman budidaya lebih awal, agar hama bisa

dikendalikan.

2. Dengan mempergunakan pestisida organik, petani juga dapat

mengupayakan kesuburan tanah, meminimalkan terjadinya kerusakan

lingkungan serta menghindari adanya infeksi kulit seperti dermatitis.

3. Dapat menghemat biaya pengeluaran, terutama dalam fase pemeliharaan

tanaman budidaya

4. Adanya penurunan hasil produksi akibat penggunaan pestisida kimia yang

melampaui batas (Law of demmishing return) sehingga hama menjadi

kebal (resisten) sedangkan jumlah kerusakan tanaman yang dibudidayakan

bertambah parah. Setelah menerapkan pestisisda oraganik, kerusakan

tanaman budidaya tidak sebesar sewaktu menggunakan pestisida kimia,

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

 

hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa respoden yang membudidayakan

tanaman pangan ataupun holtikultura dengan menggunakan pestisida

organik sejak awal tanam.

Petani yang tidak mau menerapkan pestisida organik adalah sebanyak

40 responden (66.7 persen) hal ini disebabkan karena:

a. Kurangnya informasi mengenai pestisida organik

b. Kurangnya kesadaran akan bahaya pestisida organik (padahal pengaruh

keefektifan pestisida kimia hanya sesaat, akan tetapi membawa efek

buruk bagi tubuh seperti penurunan fungsi hati, kadar hemoglobin dan

dermatitis)

c. Sebagian petani menganggap pestisida organik dirasa kurang praktis, hal

ini terkait dengan ketidakmauan petani dalam melakukan penyemprotan

secara periodik

d. Hasil dari penggunaan pestisida kimia lebih cepat terlihat, dan tidak perlu

membuat atau membudidayakan tanaman penghasil pestisida.

e. Sebagian petani yang pernah menerapkan pestisida organik kemudian

melakukan pemberhentian (discontinuance decision) yang disebabkan

karena pestisida organik dirasa kurang menguntungkan hal ini

dikarenakan kesalahan teknis yang dilakukan petani pada waktu

melakukan penyemprotan, kondisi tanaman budidaya sudah banyak yang

diserang hama sehingga petani tidak dapat mengantisipasinya lagi. Oleh

karenanya kepercayaan terhadap manfaat pestisida organik dirasa kurang

dibandingkan dengan pestisida kimia.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

 

D. Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan dengan Keputusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengambil

keputusan menerapkan pestisida organik dalam penelitian ini antara lain

meliputi pendidikan formal, pendapatan, luas usahatani, pengalaman

berusahatani, frekuensi penggunaan saluran, kredibilitas penyuluh dan sifat

inovasi. Berdasarkan analisis probabilitas Logit Model dengan menggunakan

metode maksimum Log Likelihood, diperoleh informasi bahwa angka

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 artinya Logit Model dapat

menjelaskan hubungan fungsional antara variabel independen dengan variabel

dependent, atau secara statistic variabel independent dapat dipakai untuk

memprediksi keputusan seseorang untuk menerapkan pestisida organik.

Sesuai ditunjukkan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Omnibus Test Of Model Coefficien

Chi-square Df Sig. Step 21.121 7 .004

Block 21.121 7 .004Model 21.121 7 .004

Sumber: Analisa Data Primer

Hal ini juga ditunjang oleh nilai -2likelihood sebesar 55.260a sedangkan

nilai X2 (5 persen, 7 variabel) = 14,07, dari hasil pengujian tersebut

didapatkan nilai X2 lebih kecil dari nilai statistic uji G yang menunjukkan

bahwa model yang terdiri dari seluruh varibel sudah signifikan secara statitik

pada α 0,05. Sedangkan di Tabel 5.13 didapati nilai Nagelkerke R square

yang sama-sama menjelaskan ketepatan model sebesar 0,412. Ini

menunjukkan besarnya variabel x (pendidikan formal, pendapatan, luas

usahatani, pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran,

kredibilitas penyuluh dan sifat inovasi) menjelaskan variabel y (keputusan

menerapkan pestisida organik). Adapun setelah dilakukan pengolahan data

diketahui nilai Nagelkerke yakni sebesar 0,412 atau 41,2 persen yang artinya

bahwa model ini mampu menjelaskan variasi keputusan menerapkan pestisida

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

 

organik sebesar 41,2 persen sedangkan sisanya 58, 8 persen dijelaskan oleh

variabel lain di luar model.

Tabel 5.13 Model Summary

Sumber: Analisis Data Primer

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dengan

variabel bebas tingkat pendidikan formal, pendapatan, luas usahatani,

pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran, kredibilitas

penyuluh dan sifat inovasi maka digunakan analisis regresi logistik.

Regresi Logistik untuk menganalisis probabilitas terjadinya peristiwa

dalam bentuk Odd atau resiko yaitu perbandingan antara probabilitas

terjadinya suatu peristiwa dengan probabilitas tidak terjadinya suatu peristiwa

(Nachrowi, 2002). Apabila dalam penelitian terdapat serangkaian data yang

memiliki peubah respon yang berskala biner (dikotomi) maka salah satu

metode yang dapat digunakan adalah metode regresi logistik. Peubah respon

yang berskala biner adalah peubah yang menghasilkan dua kategori saja

misalkan “menerapkan” atau “tidak menerapkan”. Umumnya kategori

“menerapkan” sering dikodekan “1” dan “tidak menerapkan” dikodekan “0”.

Data dalam penelitian ini diolah dengan ukuran sampel individu sebanyak 60

responden.

Penarikan kesimpulan dari model regresi logistik yang cocok adalah

dengan menduga odd rasio dari variabel dalam model. Nilai odd rasio dapat

digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat peluang dari variabel yang

berpengaruh dalam model yang terbentuk. Berdasarkan nilai odd ratio dari

hasil pengolahan dengan menggunakan model regresi logistik, maka didapat

hasil pembentukan model pada Tabel 5.14 yang menginformasikan nilai

estimasi, uji Wald, dan nilai Odd Ratio yang merupakan bentuk model yang

didapatkan.

-2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

55.260a .297 .412

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

 

Tabel 5.14 Hasil uji Regresi Logistik

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan (x)

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Pendidikan .168 .138 1.500 1 .221 1.184L.Usahatani .000 .000 .296 1 .586 1.000Pengalaman -.031 .026 1.359 1 .244 .970Pendapatan .000 .000 7.285 1 .007 1.000Sal.Komunikasi -.117 .311 .141 1 .707 .890Kred.Penyuluh -.071 .109 .432 1 .511 .931Sifat Inovasi .055 .028 3.670 1 .045 .947Constant 9.404 5.475 2.951 1 .086 12139.092

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Dari hasil uji regresi logistik pada Tabel 5.14 untuk variabel tingkat

pendidikan mempunyai nilai signifikansi 0,221> α (0,05). Hal tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak berpengaruh terhadap

probabilitas keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik.

Berdasarkan analisis data dilapang, pendidikan petani berkisar antara SD,

SLTP, SLTA, Diploma hingga perguruan tinggi. Dengan latar belakang

pendidikan formal yang berbeda, sebenarnya hanya membentuk karakterter

yang berbeda antara petani satu dengan petani lain. Sehingga jika dalam

pendidikan formal yang ditempuh petani tidak pernah mengkaji tentang

manfaat pestisida organik, maka pendidikan formal petani tidak akan mampu

berperan dalam memutuskan penerapan pestisida organik.

Tingkat pendidikan yang rendah sebagian responden menyebabkan

mereka harus dapat memafaatkan berbagai pengalaman yang pernah dialami,

seperti keikutsertaan mereka dalam melakukan pelatihan atau pendidikan

nonformal. Karena pendidikan formal akan lebih berperan jika didukung oleh

pendidikan nonformal seperti adanya sekolah lapang yang diadakan delapan

kali dalam 1 tahun serta adanya penyuluhan (35 hari sekali, jawa: Selapan).

Dari sinilah penilaian petani terhadap inovasi pestisida organik akan timbul

dan nantinya akan mengahasilkan suatu keputusan untuk dapat menerapkan

pestisida tersebut dalam usahataninya. Jadi tinggi rendahnya pendidikan

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

 

formal yang ditempuh petani tidak berpengaruh terhadap keputusan petani

dalam menerapkan pestisida organik.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel luas lahan

mempunyai tingkat signifikansi 0,58 > α (0,05), hal ini berarti bahwa pada

tingkat α 0,05, maka variabel tidak signifikan untuk ikut menentukan

probabilitas petani dalam menerapkan pestisida organik, dengan tidak

signifikannya variabel ini maka dapat dikatakan bahwa luas usahatani tidak

mempengaruhi keputusan petani untuk menerapkan pestisida organik. Karena

pada kenyataan di lapang, masih terdapat 40 responden yang masih

mempergunakan pestisida kimia dengan berbagai alasan, salah satunya adalah

ketidakmauan petani untuk melakukan penyemprotan secara berulang-ulang

pada tanaman budidaya terutama pada lahan yang lebih dari I Ha.

Variabel pengalaman mempunyai tingkat signifikansi 0,244 > α (0,05),

hal ini berarti bahwa pada tingkat α 0,05, maka variabel tidak signifikan

untuk ikut menentukan probabilitas petani dalam menerapkan pestisida

organik, dengan tidak signifikannya variabel ini maka dapat dikatakan bahwa

variabel pengalaman tidak mempengaruhi keputusan petani untuk

menerapkan pestisida organik. Kenyataan ini terkait dengan apa yang petani

lakukan selama kurun waktu ia melakukan usahatani, dalam kurun waktu

tersebut tentunya banyak terjadi perubahan dalam hal pertanian, perubahan

tersebut akan berarti baik jika petani memiliki respon yang positif termasuk

menerapkan pestisida organik, karena mengingat manfaatnya yang begitu

besar bagi kesehatan manusia dan kelestarian lahan.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel pendapatan petani

mempunyai nilai signifikansi 0,007, sedangkan nilai odd ratio ditunjukkan

pada Tabel 5.14 sebesar 1. Hal ini berarti pada tingkat α 0,05 variabel

pendapatan mempengaruhi keputusan petani atau dengan kata lain semakin

tinggi nilai variabel pendapatan berarti semakin tinggi probabilitas petani

untuk menerapkan pestisida organik. Hal ini sesuai dengan teori Lionberger

dalam Mardikanto (1993) bahwa petani dengan tingkat pendapatan yang lebih

tinggi akan semakin cepat dalam mengambil keputusan untuk mau

menerapkan inovasi yang ditawarkan.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

 

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel saluran

komunikasi mempunyai tingkat signifikansi 0,707 > α (0,05). Hal ini berarti

bahwa pada tingkat α 0,05 maka variabel saluran komunikasi tidak signifikan

untuk ikut menentukan probabilitas petani untuk menerapkan pestisida

organik, dengan tidak signifikannya variabel ini, maka dapat dikatakan bahwa

saluran komunikasi tidak mempengaruhi peluang petani untuk menerapkan

pestisida organik. Adapun saluran komunikasi yang digunakan petani antara

lain penyuluh, media cetak maupun media elektronik.

Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini, dilihat dalam bentuk

kunjungan ke lahan dan pertemuan. Pertemuan dilakukan selama 35 hari

sekali atau 10 kali dalam satu tahun. Selain itu komunikasi dalam bentuk

media cetak dirasa kurang sehingga petani terkadang harus memperbanyak

sendiri. Sedangkan adanya komunikasi yang didistribusikan oleh penyuluh

dalam bentuk leaflet dan brosur, ternyata sulit untuk dipahami petani karena

untuk isi pesan yang disampaikan terlalu singkat. Untuk media elektronik,

petani jarang mengakses karena informasi mengenai pestisida organik sedikit

sekali yang ditayangkan di stasiun televisi.

Variabel kredibilitas penyuluh mempunyai tingkat signifikansi 0,50 lebih

besar dari α (0,05). Hal ini berarti, pada tingkat α 0,05 maka variabel

kredibilitas penyuluh tidak signifikan untuk ikut menentukan probabilitas

petani untuk menerapkan pestisida organik. Karena setelah sasaran bersikap

untuk mau menerima terhadap informasi yang disampaikan oleh penyuluh,

kebanyakan petani masih tetap melakukan pemilihan terhadap materi dengan

kondisi dan situasi petani pada saat itu, seperti resiko kegagalan panen karena

serangan hama yang begitu cepat dan tidak dapat diantisipasi petani. Jika

kerusakan masih dapat dicegah maka petani tentu dapat mengusahakan

penggunaan pestisida organik, tetapi jika kondisinya tidak dapat

ditanggulangi maka sebagian petani percaya pestisida kimialah solusi dari

permasalahan tersebut.

Hasil uji varibel sifat inovasi dalam Tabel 5.14 didapatkan bahwa nilai

signifikansi variabel sifat inovasi 0,045 sedangkan untuk nilai odd ratio

ditunjukkan sebesar 0,947. Hal ini berarti pada tingkat α 0,05 variabel sifat

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

 

inovasi menentukan keputusan petani atau dengan kata lain semakin tinggi

nilai variabel sifat inovasi maka semakin tinggi pula probabilitas petani untuk

menerapkan pestisida organik. Hal ini sesuai dengan teori Mardikanto (1993)

yang menyatakan bahwa kecepatan didalam proses pengambilan keputusan

dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah sifat inovasi.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik di Desa

Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar dapat

disimpulkan bahwa:

1. Faktor-faktor yang keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik

di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar

a. Rata-rata pendidikan petani responden hanya sampai pada tingkat SD

(kategori rendah yakni sebanyak 37 responden)

b. Rata-rata pendapatan usahatani adalah sebesar Rp 9.864.000 dan

tergolong dalam kategori sedang yakni sebanyak 32 responden

c. Luas lahan yang dimiliki petani rata rata 0,83 Ha dan tergolong dalam

kategori sedang yakni sebanyak 58 responden

d. Pengalaman usahatani tergolong kategori tinggi, yakni rata-rata lebih

dari 10 tahun

e. Frekuensi penggunaan saluran komunikasi tergolong rendah

f. Kredibilitas penyuluh melalui persepsi petani tergolong kategori tinggi

g. Karakteristik inovasi

1) Keuntungan relatif tergolong kategori tinggi

2) Kompatabilitas tergolong kategori tinggi

3) Kompleksitas tergolong kategori sedang

4) Triabilitas tergolong kategori tinggi

5) Observabilitas tergolong kategori sedang

2. Keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik

Sebanyak 20 (33,3 persen) petani yang menerapkan pestisida organik

antara lain disebabkan karena:

a. Pengaruh iklim ekstrim yang sulit diprediksi

b. Meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan serta menghindari

adanya infeksi kulit seperti dermatitis.

66

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

 

c. Dapat menghemat biaya pengeluaran, terutama dalam fase

pemeliharaan tanaman budidaya

d. Adanya penurunan hasil produksi akibat penggunaan pestisida kimia

yang melampaui batas (Law of demmishing return)

Sebanyak 40 responden (66.7 persen) petani yang tidak mau

menerapkan pestisida kimia hal ini disebabkan karena:

a. Kurangnya informasi mengenai pestisida organik

b. Kurangnya kesadaran akan bahaya pestisida organik

c. Sebagian petani menganggap pestisida organik dirasa kurang praktis,

hal ini terkait dengan ketidakmauan petani dalam melakukan

penyemprotan secara periodik

d. Hasil dari penggunaan pestisida kimia lebih cepat terlihat, dan tidak

perlu membuat atau membudidayakan tanaman penghasil pestisida.

e. Sebagian petani yang pernah menerapkan pestisida organik kemudian

melakukan pemberhentian (discontinuance decision) yang disebabkan

karena pestisida organik dirasa kurang menguntungkan.

3. Besar peluang dan kecenderungan faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik di Desa

Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

a. Berdasarkan analisis probabilitas Logit Model dengan menggunakan

metode maksimum Log Likelihood, diperoleh informasi bahwa angka

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 artinya Logit Model

dapat menjelaskan hubungan fungsional antara variabel independen

dengan variabel dependent

b. Dari ketujuh variabel yang diteliti (pendidikan, luas lahan,

pengalaman, pendapatan, kredibilitas penyuluh, frekuensi penggunaan

saluran serta sifat inovasi) didapati nilai yang signifikan terdapat pada

variabel pendapatan dan sifat inovasi.

c. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel pendapatan petani

mempunyai nilai signifikansi 0,007 sedangkan untuk nilai odd rasio

ditunjukan sebesar 1. Hal menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5976/1/188681211201101511.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

 

variabel pendapatan berarti semakin tinggi probabilitas petani untuk

menerapkan pestisida organik.

d. Nilai signifikansi variabel sifat inovasi 0,045 sedangkan untuk nilai

odd rasio ditunjukan sebesar 0,947 menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai variabel sifat inovasi maka semakin tinggi pula

probabilitas petani untuk menerapkan pestisida organik.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan pendapatan petani, diharapkan petani dapat

meminimalkan jumlah pengeluaran usahatani semisal tidak melakukan

penambahan pupuk dan pestisida pada tanaman yang sudah banyak

terserang hama. Serta perlunya pertimbangan untuk membangun

infrastruktur seperti pembuatan dam (penampungan air permanen) atau

sumur artetis yang mampu menjamin ketersediaan air bagi kegiatan

pertanian terutama dimusim tanam ke-3.

2. Mengingat inovasi pestisida organik bersifat repellent (penolak hama),

maka sebaiknya untuk penggunaan pestisida organik tidak dilakukan pada

saat tanaman sudah banyak terserang hama seperti yang telah dilakukan

kebanyakan responden sebelumnya, melainkan dilakukan pada waktu awal

tanam (2 minggu setelah tanam).

3. Penelitian ini hanya dibatasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan

keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik yang antara lain

meliputi pendidikan formal, pendapatan, luas usahatani, pengalaman

berusahatani, frekuensi penggunaan saluran, kredibilitas penyuluh dan

sifat inovasi. Untuk masa yang akan datang diharapkan penelitian ini dapat

dilanjutkan dengan memperluas ruang lingkup dan mengikutsertakan

faktor-faktor lain yang memungkinkan ikut mempengaruhi keputusan

petani dalam menerapkan pestisida organik di Desa Karangbangun

Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganya