perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis faktor .../analisis...perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh:
ITA YELLI PRIHANDINI
F. 1110013
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
Diajukan oleh:
ITA YELLI PRIHANDINI
F 1110013
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Pada Tanggal ............. 2013
Surakarta, ........... 2013
Pembimbing
DWI PRASETYANI, SE, M.Si
NIP. 197702172003122003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
Diajukan Oleh:
ITA YELLI PRIHANDINI
F 1110013
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada tanggal .... ................. 2013
Susunan Tim Penguji Skripsi
1. Ketua
Dr. Guntur Riyanto, M.Si ( …………………………………. )
NIP 19580927198611001
2, Pembimbing
Dwi Prasetyani, SE, M.Si ( …………………………………. )
NIP 197702172003122003
3. Anggota
Drs. Sutanto, M.Si ( …………………………………. )
NIP 195611291986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“ Kesuksesan belajar seseorang bukan karena kepandaiannya namun karena
seberapa besar kemauan hati dan kekerasan jiwa untuk belajar dan untuk mencapai
sukses “
“ Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang telah kita miliki tetapi kita selalu
menyesali apa yang belum kita capai “
“ Orang yang pecundang selalu berusaha menhindar dari kegagalannya, namun
orang bijak selalu menghadapi kegagalannya dan membuat mimpi baru ditengah
rasa sakitnya menerima kegagalan “
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ibu dan bapakku, terimakasih kepercayaan selama
ini dan pengorbanannya, aku akan berusaha untuk
mencapai cita-citaku dan masa depanku.
3. Adikku terimakasih untuk doa, motivasi dan
bimbingannya.
4. Wahyu yang selalu ada dihatiku yang selalu
menemaniku, memberi semangat, motivasi.
5. Teman-temanku Ekonomi Pembangunan angkatan
2010
6. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trace
Center (BTC) Surakarta”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana Strata S1 Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari
bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa,
bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi
petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini ;
2. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si, selaku ketua penguji skripsi
3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si, selaku anggota penguji skripsi
4. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ;
5. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta ;
6. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Program Strata Satu Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian ;
7. Seluruh karyawan Manajement Beteng Trade Center (BTC) Surakarta yang telah
memberi informasi tentang BTC dan mendukung penulis sampai selesainya skripsi
ini ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
8. Soulmate Wahyu tersayang yang selalu memberikan bantuan pemikiran dan doa.
9. Sahabat-sahabatku dan semua teman-teman seperjuangan di Ekonomi
Pembangunan 2010 ;
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari sempurna,
kritik dan saran terhadap segala kekurangan yang ada, sangat penulis harapkan dan penulis
mengucapkan terima kasih, penulis berharap semoga skripsi ini turut memberikan
sumbangan manfaat betapapun kecilnya bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
Ita Yelli Prihandini
F 1110013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN .............................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................ iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar .................................................................................... 13
B. Definisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern ...................................... 17
C. Sektor Informal ...................................................................................... 19
D. Pendapatan ............................................................................................. 23
E. Pengertian Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang ............ 25
F. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 29
G. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
H. Hipotesis ................................................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 36
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 36
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 36
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................. 39
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 40
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................................... 49
B. Gambaran Umum Beteng Trade Center (BTC) Surakarta .................... 55
C. Karakteristik Sampel ............................................................................. 57
D. Analisis Data dan Pembahasan .............................................................. 61
E. Interprestasi Hasil Ekonomi ................................................................... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ............................................................................................. 75
B.Saran ....................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
1.1 Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi
Pelayanan Pasar Kota Surakarta Tahun 2005-2010 ................................... .....7
4.1 Kecamatan dan Kelurahan di Kota Surakarta .................................................... 50
4.2 Jumlah Penduduk Di Kota Surakarta Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat
Pertumbuhan Tahun 2004-2011 ...................................................................... 52
4.3 Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota
Surakarta Tahun 2011 ................................................................................ .....53
4.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011(Jutaan Rupiah) .................. 54
4.5 Banyaknya Industri di Kota Surakarta Tahun 2011 .......................................... 55
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Hari .............. 57
4.7 Karakteristik responden Berdasarkan Tingkat Modal ..................................... 58
4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jam Kerja Dagang ................. 58
4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Dagang .............. 59
4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jumlah Tenaga Kerja ........... 60
4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat pendidikan Pedagang ............ 60
4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Pedagang ................. 61
4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kios Pedagang ......................... 61
4.14 Hasil Regresi Linear Berganda ........................................................................ 62
4.15 Hasil Uji Multikolinearitas (Pendekatan Koutsoyiannis) ................................ 64
4.16 Hasil Uji White Cross Term ............................................................................ 65
4.17 Hasil Uji Autokorelasi BG .............................................................................. 67
4.18 Hasil Uji t ....................................................................................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ........................................................................ 33
3.1 Gambar Uji t ................................................................................................. 42
3.2 Gambar Uji F ................................................................................................ 44
3.3 Gambar Kriteria Pengujian Autokorelasi .................................................... 48
4.1 Gambar Uji Autokorelasi .............................................................................. 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEDAGANG KAIN DI BETENG TRADE CENTER ( BTC ) SURAKARTA
ITA YELLI PRIHANDINI
F1110013
Penelitian ini dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk mengetahui deskripsi dan
menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenag
kerja, dan pendidikan pedagang serta untuk mengetahui apakah variable modal, jam kerja,
pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan sensus terhadap
responden melalui observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan terhadap seluruh
pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta. Dalam menganalisis digunakan
teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan model linear, uji statistik (uji t, uji F,
dan koefisiensi determinasi R2) , uji asumsi klasik.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan pedagang kain di Beteng Trade Center
(BTC) Surakarta rata-rata memperoleh pendapatan sebesar RP 7.000.000; s/d Rp
8.000.000; tiap harinya, dengan modal rata-rata Rp. 170.000.000; s/d Rp 180.000.000; jam
kerja rata-rata 7 jam per hari, pengalaman atau lama usaha rata-rata 16 tahun berdagang,
jumlah tenaga kerja rata-rata 4 orang, tingkat pendidikan formal rata-rata lulusan SMA.
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisiensi regresi secara parsial
(uji t) menunjukkna 5 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu
modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang. Uji F
menunjukkan bahwa secara bersama-sama kelima variabel yaitu modal, jam kerja,
pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh terhadap
pendapatan, selanjutnya dengan melihat uji F untuk membuktikan hipotesis kedua ternyata
dari kelima variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta
Variabel modal memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pendapatan, melalui wawancara yang dilakukan sebagaian pedagang menggunakan modal
sendiri serta para pedagang kesulitan dalam dana tambahan sebagai modal, maka
hendaknya pedagang bisa melakukan pinjaman modal ke sumber lainnya misalkan bank,
koperasi, BPR atau lembaga keuangan lainnya.
Kata kunci : pedagang BTC, modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenag kerja,
pendidikan, regresi linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi dalam suatu Negara sangat penting karena
pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mewujudkan
perekonomian mandiri dan handal untuk meningkatkan kemakmuran seluruh
rakyat secara selaras, adil dan merata. Namun pada kenyataannya
perekonomian Indonesia pada saat ini dalam keadaan memprihatinkan.
Masalah yang sering dialami adalah masalah ketenagakerjaan. Tidak semua
penduduk dapat menawarkan tenaga kerja yang dimilikinya karena pekerjaan
yang ditawarkan tidak sesuai dengan ketrampilan yang dimilikinya. Sehingga
banyak diantara meraka yang memilih beralih bekerja di sektor informal.
Lapangan kerja pada sektor formal menjadi prioritas bagi tenaga kerja.
Namun akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, banyak terjadi
PHK pada sektor formal ini. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja
pada sektor informal. Bahwa kelihatannya sektor tidak mampu menapung
tenag kerja seperti harapan kita, pada kenyataanya sektor informal bisa
menjadi penyelamat bagi maslah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Banyak
bidang informasi yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah
satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga
sekaligus dapat menyerap tenag kerja. (Suryananto, 2005:1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Adanya krisis ekonomi pada tahun 1998 semakin menambah beratnya
beban pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan di sektor formal.
Sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi
banyaknya pengangguran yang ada karena lapangan pekerjaan yang semakin
sempit dan sulit. Sektor informal memiliki peran yang cukup besar dalam
menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan. Salah satu
sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah
berdagang. Karena dalam terjun ke dunia perdagangan seseorang harus
mampu mandiri, mempunyai keuletan dalam bekerja agar dapat
meningkatkan pendapatan. Usaha berdagang mempunyai kedudukan dan
peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan (Dhany,
2008:2).
Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya daptasi yang
tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan
usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit
sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya
peluang usaha yang ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal
ini usaha di sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit
sekalipun. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu
mengidentifikasikan peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut
(Harsiwi:2003:2).
Dalam keadaan seperti ini masyarakat tidak bisa berharap terlalu
banyak untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal, masyarakat saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
cenderung bersaing untuk mencari peluang bisnis yang diharapkan mampu
menambah pendapatan. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan
ketrampilan khusus adalah berdagang, dalam hal ini adalah pedagang pasar.
Namun mereka yang bekerja di sektor informal khususnya pedagang harus
mampu mandiri dan ulet dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan
mereka.
Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang paling strategis dalam mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Ada beberapa macam jenis kegiatan berdagang
di sektor informal antara lain, pedagang pasar, pedagang kaki lima, pedagang
makanan, dll.
Surakarta merupakan salah satu kota yang sedang berkembang setelah
terjadi krisis moneter pada akhir tahun 1990-an. Banyak pembangunan
infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat, baik itu mall,
pasar, taman, dan lain-lain.
Pasar Klewer yang merupakan pusat perdagangan sandang terbesar di
Jawa Tengah adalah salah satu penggerak roda perekonomian Kota Solo.
Setiap harinya perputaran uang yang terjadi di pasar tersebut mencapai
miliaran rupiah. Pada beberapa tahun terakhir omset Pasar Klewer mengalami
penurunan, bersamaan dengan didirikannya pusat perdagangan sandang baru
di Kota Solo, yaitu BTC (Beteng Trade Center) dan PGS (Pusat Grosir Solo).
Pusat-pusat perdagangan sandang tersebut berdiri dalam satu lokasi yang
berdekatan. Kedua pusat perdagangan sandang baru yang dikelola oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
swasta tersebut memberikan alternatif bagi masyarakat untuk melakukan
aktivitas jual-beli sandang selain di Pasar Klewer. Keberadaan pusat
perdagangan sandang baru tersebut tentunya akan mempengaruhi pusat
perdagangan yang telah lebih dulu ada. Pasar dalam artian demand dari
konsumen akan menjadi lebih sempit karena supply penyediaan fasilitas
bertambah. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh tren berbelanja akan
mempengaruhi pembagian wilayah pemasaran, mengingat fasilitas
pendukung yang ditawarkan oleh pusat perdagangan sandang baru lebih baik.
Pasar merupakan salah satu tempat yang ada di setiap kota di Indonesia,
disamping untuk menunjang perekonomian masyarakat, pasar juga dapat
memberikan kontribusi Pendapatan Asli daerah (PAD) suatu kota atau
daerah. Walau sekarang banyak berdiri pusat perbelanjaan yang modern
seperti mall, hypermart, indomart, alfamart tetapi pasar masih tetap bertahan.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang saat ini masih menjaga
keberadaan pasar, saat kota Surakarta dipimpin oleh Bapak Ir. Joko Widodo
keberadaan pasar semakin terjaga. Hal ini dapat dilihat sekarang ini banyak
pasar yang direvalitasi untuk menunjang perekonomian masyarakat. Kota
Surakarta memiliki pasar kurang lebih sekitar 43 pasar yang tersebar di kota
Surakarta, dari pasar yang besar sampai pasar yang kecil. hal ini
membuktikan bahwa kota Surakarta juga sebagai kota perdagangan.
Kota Surakarta memang dekat dengan pasar tradisional, ini merupakan
kekuatan yang harus dijaga ditengah investasi besar-besaran pasar modern.
Ada hal yang menarik dari perilaku warga Surakarta, bahwa warga masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
suka berbelanja ke pasar tradisional. Bahkan tidak jarang orang datang ke
pasar dengan mobil senilai ratusan juta. Kondisi yang demikian menjadi
kekuatan utama kota ini. Warga Surakarta juga masih mau untuk menikmati
makanan di pinggir jalan, karena citarasa masakan jalanan tak kalah dengan
rasa restoran. Bisa diamati bahwa di Surakarta banyak terdapat pedagang
makanan dengan keunikan masakan yang ada. Dengan masih banyaknya
orang yang mau ke pasar tradisional dan masih mau menikmati makanan
pinggir jalan, otomatis kekuatan ekonomi masyarakat kelas bawah juga
terangkat. Pasar di kota ini menjadi besar juga karena daerah lain yang
mendukung. Ambil contoh ketika memerlukan daging sapi bisa diambil dari
Boyolali, butuh beras maka Sukoharjo, Sragen, Klaten, dan Karanganyar
merupakan lumbung beras. Ketika butuh palawija, maka Wonogiri
merupakan sentra palawija. Dengan dikelilingi daerah penghasil kebutuhan
pokok tersebut maka harga makanan di Solo relatif lebih murah dibandingkan
dengan daerah lainnya. Semakin sering warga untuk berinteraksi dengan
pasar tradisonal maka semakin kuat kondisi ekonomi masyarakat kelas
bawah. Namun perlu komitmen yang kuat lagi dari pemerintah untuk
menjadikan pasar tradisional sebagai kekuatan ekonomi rakyat. Banyak sekali
mata rantai kegiatan ekonomi yang saling terikat di pasar tradisional, oleh
karena itu komitmen bersama perlu direalisasikan. Pembangunan fisik
memang hal yang mendesak. Namun pembangunan jiwa untuk selalu tetap
berinteraksi dengan pasar tradisional juga harus dijaga..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pada tabel 1.1 dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pasar tradisional
beserta kontribusinya terhadap retribusi pelayanan pasar Kota Surakarta
disumbang dari 43 pasar yang ada di Kota Surakarta. Penyumbang retribusi
paling besar antara lain adalah pasar Legi, Pasar Singosaren, Pasar Gede,
Pasar Harjodaksino, Pasar Jongke dsn Pasar Nusukan. Sementara
penyumbang retribusi terkecil antara lain adalah Pasar Klitihan, Pasar
Notoharjo, Pasar Ngarsopuro, Pasar Pucang sawit, Pasar Panggungrejo, Pasar
Jojglo, Pasar meubel dan Pasar Penumping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tabel 1.1
Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi
Pelayanan Pasar Kota Surakarta Tahun 2005-2010 (%) No Pasar 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Legi 13,22 12,76 13,3 11,7 12,88 12,03
2 Klewer 28,38 28,2 26,36 30,2 28,56 26,99
3 Singosaren 30,62 32,82 27,52 26,03 25,67 25,97
4 Gede 5,72 5,42 5,3 5,05 5,12 5,23
5 Harjodaksino 2,91 3,06 3,17 3,03 3,24 3,18
6 Jongke 3,27 2,8 2,99 2,94 2,84 2,75
7 Nusukan 2,45 1,74 2,99 2,74 3,12 3,46
8 Klithikan 0 0 3,8 0 0 0
9 Notoharjo 0 0 0 4,51 4,59 4,47
10 Ngarsopuro 0 0 0 0 0,47 1,01
11 Windujenar 0,55 0,57 0,57 0,7 0,17 0,81
12 Rejosari 1,05 1,05 1,12 0,92 0,96 1
13 Turisari 1,06 1 1,26 0,94 0,96 1
14 Purwosari 0,53 0,59 0,64 0,54 0,57 0,2
15 Sidodadi 0,76 0,77 1,2 0,82 0,97 0,92
16 Kadipolo 0,79 0,76 0,74 0,74 0,75 0,67
17 Ledoksari 0,51 0,41 0,39 0,4 0,4 0,38
18 Kembang 0,44 0,48 0,63 0,75 0,77 0,72
19 Cinderamata 0 0 0 0,29 0,36 0,39
20 Jebres 0,52 0,48 0,51 0,44 0,5 0,55
21 Tanggul 0,49 0,45 0,45 0,43 0,43 0,39
22 Depok 0,64 0,6 0,69 0,77 0,89 0,97
23 Ayam 0,8 1,07 0,92 0,95 0,99 1,03
24 Kliwon 0,57 0,6 0,62 0,49 0,32 0,6
25 Kabangan 0,73 0,69 0,66 0,6 0,65 0,57
26 Mebel 0,27 0,24 0,46 0,18 0,14 0,12
27 Ayu Balapan 0,78 0,68 0,76 0,62 0,66 0,64
28 Penumping 0,24 0,22 0,22 0,2 0,2 0,19
29 Mojosongo 0,29 0,27 0,41 0,42 0,44 0,46
30 Pucang Sawit 0 0 0 0 0 0
31 Panggung Rejo 0 0 0 0 0 0
32 Ngemplak 0,19 0,18 0,16 0,15 0,16 0,16
33 Bangunharjo 0,6 0,07 0,06 0,06 0,07 0,06
34 Sidomulyo 0,19 0,19 0,18 0,17 0,18 0,16
35 Sangkrah 0,29 0,28 0,29 0,28 0,29 0,31
36 Gading 0,52 0,48 0,56 0,87 0,53 0,79
37 Buah Jurug 0,13 0,12 0,12 0,13 0,15 0,14
38 Tunggul Sari 0,25 0,26 0,26 0,23 0,22 0,23
39 Mojosongo P 0,13 0,11 0,1 0,16 0,17 0,17
40 Joglo 0,15 0,14 0,15 0,01 0,15 0,13
41 Bambu 0,05 0,05 0,05 0,04 0,05 0,04
42 Ngumbul 0,05 0,04 0,05 0,05 0,05 0,04
43 Besi Tua 0,38 0,38 0,39 0,35 0,38 0,41
JUMLAH 100 100 100 100 100 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan
konsekuensi dari gaya hidup masyarakat yang modern. Kenyataan yang ada
di lapangan saat ini adalah di berbagai kota metropolitan bahkan kota – kota
kecil di tanah air dengan mudahnya kita dapat menjumpai minimarket,
supermarket, bahkan hypermarket disekitar tempat tinggal kita. Pasar modern
menjanjikan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja. Namun dibalik
kesuksesan bisnis retail tersebut (pasar modern), terdapat persoalan
khususnya untuk retail kelas menengah dan kelas kecil. Bahkan beberapa
diantaranya memprotes ekspansi secara besar – besaran dari peritel kelas
besar. Eksistensi pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling
nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat disuatu wilayah.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar
jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada
dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau
dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan
makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang
dijual adalah barang yang dapat bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau,
kipas, dan lain-lain. Berbeda dengan pasar tradisional yg identik dengan
lingkungannya yang kotor, pasar modern justru kebalikannya. Maka dari itu,
masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern sebagai tempat
belanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Di Surakarta juga terdapat pusat perdagangan, antara lain adalah Pasar
Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), dan Beteng Trade Center (BTC) yang
merupakan pusat pembelanjaan pakaian. Klewer merupakan pusat
pembelanjaan terbesar di kota surakarta dan memiliki omset tertinggi. Pasar
Klewer menyediakan berbagai jenis pakaian dan merupakan tempat kulakan.
Banyak pendatang dari luar kota yang mendatangi Pasar Klewer untuk
membeli barang dan menjualnya kembali dalam bentuk grosir maupun
eceran. Biasanya di Pasar Klewer hanya melayani pembeli dalam bentuk
grosir. Jarang sekali terdapat pedagang yang melayani pembeli dalam bentuk
eceran. Selain Pasar Klewer terdapat pusat pembelanjaan pakaian lainnya
yaitu Pusat Grosir Solo (PGS). Masyarakat lebih mengenalnya dengan PGS.
PGS merupakan pasar modern yang terdiri dari 3 lantai dan memiliki fasilitas
yang memadai, seperti tersedianya eskalator, tempat parkir yang luas dan
sistem pengambilan tiket parkir yang modern. PGS menyediakan berbagai
macam pakaian, sandal, sepatu, accesories, macam- macam makanan, dan
lain lain. Tepatnya disamping PGS terdapat pusat pembelanjaan yaitu Beteng
Trade Center (BTC) atau masyarakat lebih mengenalnya dengan Pasar
Beteng.
Beteng Trade Centre (BTC) adalah pusat perdagangan yang sudah eksis
semenjak tahun 1992. Dengan konsep sebagai pusat bisnis perdagangan
tekstil, Beteng Trade Center merupakan pusat grosir belanja terlengkap dan
terbesar khususnya di kota Solo dan sekitarnya. Beteng Trade Center ini
menyediakan beraneka ragam Textile baik dari dalam maupun luar negeri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
terdapat ratusan kios yang menjual kain textile dengan sistem timbangan atau
kiloan, jadi tidak salah apabila tempat ini menjadi pusat perkulakan kain bagi
warga Solo dan sekitarnya bahkan ada juga yang dari kota Semarang, Jogja,
Ngawi bahkan dari kota Tegal, disamping harganya yang relatif murah juga
lengkap pilihanya. Belanja di BTC bukan sekedar transaksi jual beli,
Keunikan suasana khas pasar tekstil tradisional yang dikemas dengan
fasilitas modern dan layanan yang prima, memberikan pengalaman berbelanja
yang berkesan bagi pengunjungnya. Pasar tekstil tradisional dimanapun
tempatnya, selalu identik dengan nuansa yang “padat”. Selain terkenal
sebagai tempat wisata budaya, Kota Solo juga terkenal sebagai tempat wisata
belanja, Karena memang antara berwisata dan belanja, tentu tak dapat
dipisahkan. Kebutuhan akan oleh-oleh untuk orang-orang terdekat saat
seseorang pergi berwisata seakan sudah menjadi sebuah kewajiban yang tidak
tertulis. Untuk kota Solo sendiri, banyak pilihan oleh-oleh yang bisa dibawa
pulang oleh para wisatawan, tapi yang paling khas dari kota ini tentunya
adalah batik. Mengunjungi Solo, terasa belum lengkap kalau pulang tidak
membawa oleh-oleh batik. Batik dalam perkembangannya tidak melulu
tampil sebagai busana resmi saja tetapi dari hari ke hari batik juga digunakan
oleh masyarakat semua kalangan baik kalangan atas, menengah maupun
menengah ke bawah. Beteng Trade Center (BTC) Surakarta menyediakan
berbagai macam jenis pakaian, sandal, sepatu, accesories, macam-macam
makanan, dan yang paling terkenal adalah pedagang kain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dengan bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh masyarakat
yang berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan sektor di sektor informal,
karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya di kota
Surakarta dan uraian yang dijelaskan tersebut, maka peneliti menyusun
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Kain Di Beteng Trade Center ( BTC ) Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah variabel modal, Jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga
kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta ?
2. Apakah variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan
pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC)
Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah variabel modal dagang, jam kerja, pengalaman
usaha, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang mempunyai
pengaruh terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center
(BTC) Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Untuk mengetahui apakah variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah
tenaga kerja, dan pendidikan pedagang secara bersama-sama
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center
(BTC) Surakarta secara parsial.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Memberi informasi yang mendukung teori-teori tentang kesempatan kerja
di sektor informal khususnya pedagang kecil dan menengah.
2. Pemerintah Daerah
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk pengembangan dan
pembinaan sektor informal khususnya pedagang di Beteng Trade Center
(BTC) Surakarta.
3. Pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi khususnya
pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta untuk lebih
meningkatkan usahanya, memperbaiki manajemen usahanya dalam rangka
peningkatan pendapatan yang diperoleh serta pemkembangan usaha.
4. Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi taraf hidup
masyarakat golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan
kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar
1. Pengertian Pasar
Dalam kehidupan sehari-hari, pasar diartikan sebagai tempat
bertemunya penjual dan pembeli. Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar
tidak dikaitkan dengan masalah tempat, akan tetapi lebih dititikberatkan
pada kegiatan apabila ada jual beli disebut pasar, dan apabila tidak ada jual
beli maka disebut bukan pasar. Pasar dapat dibentuk dimana saja dan
kapan saja misalnya di dalam bis, di terminal, di halte, dan lain-lain.
Bahkan transaksi jual beli bisa terjadi melalui televisi, radio, telepon, serta
internet. Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual dan
pembeli dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat yaitu adanya penjual,
adanya pembeli, adanya barang yang diperjualbelikan, adanya kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Pengertian Pasar menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut :
a. Dalam ilmu ekonomi, pasar diartikan secara lebih luas. Pasar meliputi
“pertemuan” antar pembeli dan penjual dimana antar keduanyatidak
saling melihat satu sam lain (Sudarman, 1992:8). Pasar tidaklah harus
sebuah tempat pertemuan antar penjual dan pembeli, namun bisa juga
diartikan sebagai lembaga atau perusahaan yang menjalankan aktivitas
jual-beli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Hasibuan (1993: 12) secara sederhana pengertian pasar adalah
pertemuan antara penjual dan pembeli. Pengertian pasar tersebut adalah
dipandang secara nyata. Sedangkan secara abstrak, pasar adalah ratusan
atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi
perdagangan dalam waktu tertentu.
c. Pasar dalam arti sempit adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli.
Contohnya adalah Pasar Klewer di Solo, Pasar Beringharjo di
Jogjakarta. Pasar dalam arti interaksi permintaan dan penawaran adalah
tidak hanya karena adanya penjual dan pembeli dari sebuah barang dan
jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan
permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang
menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2007: 75).
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual dan
pembeli mempunyai peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Adapun fungsi pasar dalam kegiatan ekonomi ada tiga
macam yaitu :
1) Fungsi distribusi
Salah satu kegiatan ekonomi yang pokok adalah kegiatan distribusi
atau kegiatan penyampaian barang dan jasa hasil produksi kepada
konsumen. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-
barang hasil produksi kepada konsumen dengan cara transaksi jual
beli antara penjual dan pembeli. Melalui transaksi jual beli tersebut
konsumen dapat memperoleh barang dan jasa dengan cepat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mudah, sehingga jika pasar dapat berfungsi dengan baik maka
kegiatan distribusi dapat berjalan lancar.
2) Fungsi pembentukan harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli, terlebih dahulu dilakukan tawar-
menawar sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan
pembeli. Dalam proses tawar-menawar itulah keiginan kedua belah
pihak (penjual dan pembeli) bertemu untuk menentukan
kesepakatan harga atau disebut harga pasar.
3) Fungsi promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk mengadakan promosi
karena di pasar banyak dikunjungi pembeli. Promosi dapat
dilakukan dengan berbagai cara misalnya memasang spanduk,
membagikan brosur, member sampel produk kepada calon
konsumen, dan lain-lain.
2. Jenis – jenis Pasar
Di dalam perekonomian, bentuk-bentuk pasar dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli,
pasar persaingan monopolistik, dan pasar oligopoli ( Sadono, 1996 : 227 ).
a. Pasar Persaingan Sempurna
Yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak penjual dan
pembeli, serta setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi
keadaan di pasar. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Perusahaan adalah price taker
2) Perusahaan mudah keluar masuk pasar
3) Menghasilkan barang yang serupa terdapat banyak perusahaan di
pasar.
b. Pasar Monopoli
Adalah suatu pasar yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;
1) Hanya ada satu penjual
2) Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti
output yang dijual monopolist.
3) Penjual sebagai price maker
4) Ada halangan (baik alami maupun buatan) bagi penjual lain untuk
memasuki pasar
c. Pasar Persaingan Monopolistik
Yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak produsen yang
menghasilkan barang yang berbeda corak. Adapun ciri-cirinya antara
lain :
1) Terdapat banyak penjual
2) Barangnya bersifat berbeda corak
3) Perusahaan memiliki sedikit kekuasaan mempengaruhi harga
4) Relatif mudah memasuki pasar
d. Pasar Oligopoli
Yaitu pasar yang terdiri dari hanya beberapa produsen saja.
Dalam pasar oligopoli tidak ada keseragaman dalam sifat-sifat berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
industri. Biasanya struktur dari industri dalam pasar oligopoli adalah
terdapat beberapa perusahaan raksasa yang menguasai sebagian besar
pasar oligopoli. Di samping itu terdapat pula beberapa perusahaan kecil.
Adapun ciri-ciri pasar oligopoli adalah :
1) Menghasilkan barang standar atau berbeda corak
2) Kekuasaan menentukan harga
3) Perusahaan perlu melakukan promosi berupa iklan, terutama oleh
perusahaan yang menghasilkan barang yang berbeda corak.
B. Definisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern
1. Definisi Pasar Tradisional
Menurut Perda No.02 tahun 2009, pasar tradisional adalah pasar yang
dibangun dan dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan
Usaha Milik Negara, Bdan Umum Milik Los, dan tenda yang dimiliki atau
dikelola pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi
dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang
dagangan dengan tawar-menawar.
Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanyatransaksi penjual dan pembeli sacara langsung.
Bangunan terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang
dijual oleh penjual atau pengelola pasar. Sedangkan pasar modern adalah
pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung
melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(barcode) , berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.wikipedia.org).
Kita dapat membedakan antara pasar tradisional dengan pasar modern, jika
kita melihat definisi diantara kedua pasar tersebut. Akan tetapi, dengan
menjamurnya pasar-pasar modern yang semakin banyak mengakibatkan
pedagang-pedagang pasar tradisional gulung tikar karena tidak mampu
bersaing dengan pasar modern yang kita lihat sendiri dari segi modal jauh
lebih besar daripada pedagang pasar tradisional yang bermodalkan kecil.
Sehingga baik dari segi harga dan kualitas jauh lebih murah dan lebih
bagus pasar modern, karena pelayanan di pasar modern yang lebih baik
dan lebih nyaman. Sedangkan pasar tradisional tidak senyaman pasar
modern karena pasar tradisional terkenal becek, bau, dan sebagainya.
2. Definisi Pasar Modern
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa pasar modern adalah pasar
yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode),
berada dalam bangunan dan pelayanannyadilakukan secara mandiri
(swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran berbentuk minimarket, supermarket,
departement store, hypermarket, ataupun grosir yang berbentuk
perkulakan. Toko modern kecil seperti mini swalayan / minimarket adalah
sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kebutuhan sehari-hari secara eceran langsung kepada pembeli akhir
dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya kurang dari 400 m2 (Perda
No. 02/2009 Bab I mengenai Toko Modern).
C. Sektor Informal
Sektor informal memiliki pengertian dan kriteria yang sangat luas. Hal
tersebut merupakan pencerminan bentuk dan latar belakang keberadaan
sektor informal yang beragam. Sektor informal digambarkan suatu kegiatan
usaha berskala kecil yang dikelola oleh individu-individu dengan tingkat
kebebasan yang tinggi dallam mengatur cara bagimana dan dimana usaha
tersebut dijalankan. Sektor informal juga didefinisikan sebagai sektor yang
tidak menerima bantuan dari pemerintahan; sektor yang belum menggunakan
bantuan ekonomi dari pemerintahan meskipun bantuan itu tersedia; dan sektor
yang telah menerima bantuan ekonomi dari pemerintah namun belum
sanggup berdikari (Soetjipto,1985:5)
Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat akibat adanya
urbanisasi dan pemekaran kota menyebabkan kebutuhan lapangan kerja di
perkotaan semakin meningkat. Hal tersebut berdampak pada semakin
besarnya peningkatan jumlah pengangguran di perkotaan karena faktor
formal sudah tidak lagi mampu menyerap seluruh pertambahan angkatan
kerja yang ada. Akibatnya terjadi kelebihan tenaga kerja yang tidak
tertampung, mengalir dan mempercepat tumbuhnya sektor informal. Sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
informal diharapkan dapat berdiri sebagai penyangga antara kesempatan kerja
dan pengangguran.
Sejalan dengan itu Sethuraman dalam Kurniadi dan Tangkilisan
memberikan definisi teoritis mengenai keberadaan sektor informal yang
terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan
mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan
kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu
sangat diharapkan sebagai kendala seperti faktor modal baik fisik maupun
manusia (pengetahuan) dan faktor ketrampilan. Secara umum sektor informal
tidak hanya menyangkut aktivitas dari suatu individu namun juga merupakan
suatu sistem ekonomi.
Oleh karena itu Canagarajah dan Sethuraman (2004: 51) menambahi
bahwa sektor informal merupakan seluruh kegiatan ekonomi yang berada
diluar kerangka institusi formal, yang dimana pemerintah hanya memiliki
sedikit pengawasan terhadap keberadaan sektor ini. sedangkan maksud dari
kerangka institusi formal secara umum tidak hanya menyangkut pada
peraturan pendirian perusahaan tetapi juga beberapa peraturan lainnya seperti
pekerja, keuangan dan juga lingkungan. Disamping beberapa pendapat diatas
Brata (2004: 11) mengungkap bahwa keberadaan sektor informal yang
merupakan hal yang tidak melanggar hukum, serta memberikan kontribusi
besar sebagai penyerap tenaga kerja dan mengurangi resiko-resiko sosial.
Sebagai pelopor masalah perkotaan, Keith Hart membagi dua (2) tipe mata
pencaharian masyarakat kota di Ghana, yakni mereka yang mencari kerja dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mendapat upah (Wage Eaner) dan mereka yang bekerja mandiri (Self
Emploiyer). Kategori buruh yang dibayar atau yang tidak dibayar atas dasar
upah yang permanen memunculkan dua bentuk peluang kerja yang dimudian
dikelompokkan kedalam sektor formal dan sektor informal (Rachbini dan
Hamid, 1994: 1). Dengan kata lain fenomena dari skctor informal merupakan
suatu gambaran unik dari wajah ekonomi kota. Dimana terdapat suatu
komunitas masyarakat yang didak mempunyai akses terhadap sektor ekonomi
formal, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kegiatan usahanya umumnya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama
banyak orang dan sistem pembagian kerja yang tepat. Dengan demikian
dapat dilakukan oleh perseorangan atau keluarga atau usaha bersama atas
dasar kepercayaan tanpa perjanjian tertulis.
b. Skala usahanya relatif kecil
Modal kerja dan omset penjualan umumnya kecil serta dapat dilakukan
secara bertahap.
c. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki ijin usaha seperti halnya
dalam bentuk sektor formal.
d. Bekerja disektor informal umumnya lebih mudah dibandingkan disektor
formal.
Seseorang dapat memulai dan melakukan sendiri usahanya asalkan ia
mempunyai keinginan dan kesediaan untuk itu, misalnya disebabkan oleh
adanya hubungan keluarga.
e. Tingkat penghasilan disektor informal umumnya mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f. Keterkaitan sektor informal dengan usaha lain sangat kecil.
Kebanyakan usaha kecil sektor informal berfungsi sebagai produsen atau
penyalur kecil yang langsung melayani konsumen. Pendeknya jalur usaha
tersebut justru membuat resiko usaha semakin besar dan sangat mudah
berpengaruh dengan perubahan yang terjadi pada konsumen.
g. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam seperti pedagang kaki lima,
pedagang asongan, tukang becak, dan lain-lain.(Simanjuntak, 1996: 115-
117).
Dari studi yang dilakukan oleh Magdalena (dalam Yustika, 2000: 194)
disimpulkan beberapa ciri pokok mengenai sektor informal yang tidak jauh
berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh Simanjuntak, yaitu:
a. Mempunyai kegiatan yang tidak terorganisir secara baik, karena kegiatan
usahanya timbul tanpa adanya bantuan fasilitas atau kelembagaan yang
tersedia disektor formal.
b. Secara umum aktivitas usaha ini tidak mempunyai surat ijin usaha.
c. Mempunyai kegiatan usaha yang tidak teratur secara baik dari segi lokasi
maupun jam kerja.
d. Secara umum kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak
menyentuh pelaku ekonomi sektor ini.
e. Kegiatan usahanya berganti ganti dari satu sub sektor ke sub sektor
lainnya.
f. Menggunakan teknologi sederhana (tradisional).
g. Tidak memiliki modal besar, sehingga skala operasinya kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
h. Usaha didasarkan atas pengalaman sehingga pendidikan tidak terlalu
dibutuhkan.
i. Secara umum usahanya dilakukan oleh satu orang, one man enterprice dan
pekerjaannya direkrut dari keluarga.
j. Hasil produksi atau jasa pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
menengah kebawah.
D. Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapat karena seseorang telah
berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah dikerjakannya. Pendapatan
industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan
seluruh faktor produksi yang telah dikelolanya. Pendapatan yaitu pemasukan
yang telah diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan
dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematika dapat dinyatakan
(William A. Eachern, 2000:98) :
TR = Q x P
Dimana,
TR = Pendapatan Total
Q = Jumlah Produksi
P = Harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah dikurangi
dengan biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
dikeluarkan saat proses produksi berlangsung demi untuk menghasilkan suatu
produk tertentu (Mulyadi, 1990:7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang
secara otomatis tidak dapat dihindari dalam proses produksi.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga (Boediono,
2002:89), yaitu:
a. Gaji dan Upah
Yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan
untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu,
maupun satu bulan.
b. Pendapatan dan usaha sendiri
Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-
biaya yang dibayar. Usaha disini merupakan usaha milik sendiri atau
keluarga. Tenaga kerja berhasil dari anggota keluarga sendiri serta nilai
sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
c. Pendapatan dari usaha lain
Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga, dan biasanya
merupakan pendapatan sampingan antara lain pendapatan dari hasil
menyewakan asset yang dimiliki, bunga dan uang, sumbangan dari pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
lain, pendapatan dari pensiun. Setiap pengusaha memproduksi barang dan
jasa dengan tujuan memperoleh laba atau menghindari kerugian.
Untuk mengukur tingkat pendapatan dapat dilihat dari jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai jual yang tinggi dan
biaya produksi yang rendah, maka dengan sendirinya tingkat keuntungan
yang diperoleh akan tinggi.
E. Pengertian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
a. Modal
Modal merupakan barang-barang produksi tahan lama yang pada
gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi lebih lanjut
(Samuelson, 1996:317), modal adalah proses produksi tidak langsung,
investasi barang modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi
barang modal dari penundaan konsumsi sekarang untuk meningkatkan
konsumsi masa depan. Jadi modal juga terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel yang dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan proses produksi,
maka biaya itu termasuk kedalam modal. Modal adalah segala bentuk
kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri maupun
pihak lain berupa pinjaman (Suparmoko,1993:96). Modal terdiri dari :
1) Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapay
digunakan langsung maupun tidak langsung, untuk menambah output.
Modal usaha pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
adalah kios, peralatan, modal lancar seperti uang kas dan barang
dagangan.
2) Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai operasi
sehari-hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contohnya uang gaji
pegawai dimana uang tersebut akan kembali lagi melalui penjualan.
Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan pasif. Modal aktif adalah
modal yang tertera dalam debit neraca, yang menggambarkan sumber dana
yang diperoleh. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal aktif dapat dibedakan
dalam modal kerja dan modal tetap. Perbedaan fungsional antara modal
kerja dan modal tetap adalah adalah aturan bahwa (Ismawan,1997:20) :
1) Jumlah modal kerja adalah fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih
mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhannya,
sedangkan modal tetap sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau
diperkecil. Dalam keadaan gelombang ekonomi yang menurun, modal
kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat
segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktunya. Demikian pula
sebaliknya dalam keadaan gelombang ekonomi naik, modal tetap tidak
dapat segera diperbesar atau disesuaikan.
2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen modal
kerja akan selalu berubah sesuai kebutuhan, sedangkan susunan modal
tetap relatif permanen dalam jangka waktu tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang
pendek, sedangkan modal tetap terus mengalami proses perputaran
dalam jangka waktu yang panjang.
b. Jam kerja
Jam kerja adalah waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi
barang atau jasa tertentu. Adapun waktu yang dimaksud disini adalah
lamanya jam yang benar-benar digunakan seseorang untuk kegiatan
produktif, maka ia akan menghasilkan produk barang yang semakin
banyak yang berarti meningkatkan pendapatan mereka. Jones dan Bondan
telah membagi lama kerja seseorang menjadi satu minggu menjadi tiga
kategori (Aris Ananta: 1990: 175) :
1) Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, dikategorikan
bekerja di bawah jam kerja normal.
2) Seseorang yang bekerja antara 35-45 jam per minggu, dikategorikan
bekerja pada jam kerja normal.
3) Seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu, dikategorikan
bekerja dengan jam kerja panjang.
Jam kerja yang diperlukan setiap pedagang berbeda-beda, 35 jam
seminggu atau 5,5 jam per hari dianggap sebagai batas kerja penuh.
Seseorang yang bekerja di bawah angka tersebut setengah menganggur,
dan biasanya orang yang setengah menganggur ini akan mencari pekerjaan
tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari pernyataan ini berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bahwa semakin banyak jam kerja maka kemungkinan akan semakin
banyak pula pendapatan yang diperoleh karena kesempatan yang
digunakan dalam bekerja semakin banyak.
c. Pengalaman Usaha
Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan
pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya,
dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang lain.
Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan memiliki
strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola, memproduksi, dan
memasarkan produknya. Karena pengusaha yang memiliki jam terbang
tinggi didalam usahanya akan memiliki pengalaman, pengetahuan serta
mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan. Selain
itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak,
secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang luas
yang berguna dalam memasarkan produknya (Bambang, 2009:24).
d. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di Beteng Trade Center
(BTC) Surakarta, baik itu pemilik sendiri atau ditambah pegawai yang
membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah
atas tenaga yang digunakannya,jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang
masuk dalam pengolahan data yakni semua orang (pedagang atau pemilik
usaha dan pegawai) yang ada dalam Beteng Trade Center (BTC)
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Tingkat Pendidikan Pedagang
Tingkat pendidikan seseorang diduga akan mempengaruhi pendapatan
yang diterimanya dalam bekerja. Pendidikan memberikan pengetahuan
bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan
untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana
yang ada disekitar demi kelancaran pekerjaan. Asumsi dasar teori Human
Capital bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilan dengan cara
meningkatkan tingkat pendidikannya (Simanjuntak, 1985:59). Apabila
ketrampilan yang dimiliki meningkat maka pedagang akan dapat
meningkatkan keuntungannya.
F. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung
penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :
1. Salamatun Asakdiyah dan Tina Sulistyani (2001) dengan judul penelitian “
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta”. Dalam penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan
pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta digunakan variabel analisis
yang terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Dalam penelitian ini
tingkat pendapatan digunakan sebagai variabel terikat, sedangkan jumlah
modal usaha, jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha
digunakan sebagai variabel bebas. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pendapatan pedagang pasar dapat dicari dengan cara menghitung rata-rata
tingkat pendapatan dari ketiga kelompok pedagang pasar di Kota
Yogyakarta yang meliputi: Pasar Demangan, Pasar Kranggan, Pasar
Sentul, dan Pasar Prawirotaman. Demikian pula untuk mengetahui
seberapa jauh jumlah modal usaha yang digunakan, jam kerja yang
dijalankan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta lama usaha yang
telah ditekuni pedagang pasar. Hal ini dapat dicari dengan cara
menghitung rata-rata dari masing-masing variabel.
2. Wulaningsih (2005) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pedagang Pasar Klewer
Surakarta” menunjukkan bahwa variabel total penjualan, modal kerja,
lama usaha, jumlah pelanggan tetap, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer
Surakarta. Sedangkan variabel tingkat pendidikan, letak kios, status
persaingan, dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer Surakarta. Hal tersebut tidak
sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan bahwa faktor total penjualan,
modal kerja, lama usaha, jumlah pelanggan tetap, jumlah tenaga kerja,
tingkat pendidikan, letak kios, status persaingan, dan jenis kelamin
berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer
Surakarta. Nilai R² yang dihasilkan pada model regresi sebesar 0,684 yang
berarti bahwa 68,4% variasi variabel keberhasilan usaha dapat dijelaskan
oleh variasi variabel total penjualan, modal kerja, lama usaha, jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pelanggan tetap, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, letak kios, status
persaingan, dan jenis kelamin. Sedangkan sisanya 31,6% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model.
3. Asmie Poniwatie.2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogjakarta.
Jurnal NeO-Bis.vol.2.No.2. dalam penelitian ini diperoleh hasil Faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisional di
kota Yogjakarta adalah jumlah modal usaha yang digunakan, jumlah
tenaga kerja, dan lama usaha yang dijalankan. Diantara ketiga faktor
tersebut modal usaha merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar. Tingkat pendapatan
yang diperoleh pedagang pasar tradisional di Kota Yogjakarta rata-rata
sebesar Rp.479.000,00 per minggu. Sedangkan jumlah modal usaha yang
digunakan rata-rata sebesar Rp.3.583.000,00. Pedagang pasar tradisional
di Kota Yogjakarta beroperasi atau menjalankan usaha yang dimulai sejak
persiapan sampai pasar tutup rata-rata selama 46,02 jam per minggu atau
rata-rata 6,57 jam per hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata waktu
operasi pedagang pasar tradisional sudah cukup wajar bila dikaitkan
dengan pendapatan yang diperoleh. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang
digunakan pedagang pasar rata-rata berjumlah 2 orang. Hal ini
menggambarkan bahwa usaha perdagangan di Kota Yogjakarta telah
menekuni usahanya rata-rata 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perdagangan pasar cukup prospektif sebagai sumber penghasilan yang
memungkinkan pelakunyamemperoleh pendapatan yang layak.
4. Retno Dewi Wijayanti dengan penelitian “ faktor-faktor yang
mempengaruhi keuntungan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo”
pada tahun 2005. Ia menggunakan 75 responden yaitu pedagang kaki lima
di kawasan alun-alun Setya Negara Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh umur pedagang, pengalaman usaha, jam kerja,
lokasi berdagang, cara berdagang, dan jenis dagangan terhadap
keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya yang mempunyai pengaruh
terhadap besarnya keuntungan adalah faktor jam kerja, lokasi usaha, dan
cara berdagang. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap
keuntungan pedagang kaki lima adalah umur pedagang, pengalaman
usaha, dan jenis barang dagangan.
5. Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo (studi
kasus di pasar nguter kecamatan nguter) “ oleh Nur Rahmat Wahyudi pada
tahun 2010. Ia menggunakan 169 responden yaitu pedagang di pasar
Nguter Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan jam kerja terhadap
pendapatan yang diperoleh pedagang. Hasil yang mempunyai pengaruh
terhadap besarnya pendapatan pedagang di pasar Nguter adalah modal dan
jam kerja. Sedangkan faktor-faktor pengalaman usaha dan tenaga kerja
tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di pasar Nguter Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sukoharjo. Penelitian ini menghasilkan bahwa variabel modal adalah
variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendapatan yang
diperoleh pedagang.
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan gambar 2.1 diatas maka dalam penelitian ini meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kain di Beteng Trade
Center (BTC) Surakarta. Pendapatan pedagang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni modal, jam kerja, pengalaman/ lama usaha, jumlah tenaga kerja,
dan pendidikan pedagang.
Modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin
banyak modal yang dimiliki, maka seorang pedagang akan dapat
memperbesar usahanya dan menambah pendapatan usahanya.
Modal
Jam Kerja
Pengalaman Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Pendidikan Pedagang
PENDAPATAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Jam kerja dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin
lama seorang pedagang membuka usahanya, maka usahanya akan banyak
dicari. Hal ini dikarenakan banyak orang yang tidak bisa belanja pada waktu
jam kerja maka konsumen akan belanja pada waktu sehabis pulang kerja. Dan
apabila pedagang membuka usahanya sampai sehabis jam kerja maka akan
dicari oleh konsumen yang tidak punya waktu pada siang hari untuk
berbelanja dan hal ini juga akan pempengaruhi pendapatan pedagang.
Pengalaman/lama usaha dapat mempengaruhi pendapatan pedagang
karena semakin lama seorang pedagang menekuni usahanya, maka nama dari
usahanya akan semakin terkenal dan dikenal banyak orang, sehingga banyak
orang yang datang untuk membeli, hal itu berpengaruh pada omset penjualan
sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang. Hal ini juga diperkuat
oleh asumsi konsumen bahwa pedagang yang punya pengalaman banyak
dalam arti ini lama membuka usahanya maka kualitas barang dagangannya
bagus.
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam melaksanakan proses produksi, dimana semakin banyak tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk melayani pembeli semakin cepat pembeli dilayani
sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang.
Tingkat pendidikan pedagang mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pendapatan pedagang, karena semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang
maka seorang padagang akan mempunyai pengetahuan dan wawasan yang
luas dalam mengelola usahanya sehingga menambah pendapatan pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
H. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diujikan
kebenarannya. Dalam penelitian ini ditemukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga faktor modal, jam kerja, pengalaman/lama usaha, jumlah tenaga
kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh positif terhadap pendapatan
pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
2. Diduga faktor modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan
pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC)
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pedagang kain di Beteng Trade Center
(BTC) Surakarta yang terletak di Jl. Mayor Sunaryo No. 1 (Beteng), Surakarta,
Jawa Tengah, Indonesia.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
secara langsung di lapangan yang dipandu dengan daftar pertanyaan
(kuesioner) atau angket yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Sumber dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
para pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
2. Data sekunder adalah data yang digunakan dalam penelitian yang
didapatkan sacara tidak langsung antara lain dari BPS Kota Surakarta,
Pengelola Beteng Trade Center (BTC) , jurnal penelitian, media massa, dan
studi kepustakaan.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengambilan Sampel
Djarwanto dan Pangestu (2005:93-94) mendefinisikan populasi atau
universe adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
diduga. Sedangkan sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang
karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan
populasi.
Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan penarikan sampel
berstrata. Artinya bahwa populasi yang ada disekat-sekat menjadi beberapa
kelompok berdasarkan jenis barang dagangan. Menurut Lexy (95:165)
bahwa pada penelitian non kualitatif, sampel itu dipilih dari suatu populasi
yang dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-
benar mewakili ciri-ciri suatu populasi. Berdasarkan data dari pengelola
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, jumlah pedagang kain di Beteng
Trade Center 650 pedagang, sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 87 responden. Jumlah 87 responden tersebut dengan
pertimbangan bahwa sampel dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang
ada. Pengambilan sampel terkecil sebanyak 87 pedagang merupakan
pembulatan dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin
(Sevilla, et. Al, 1993: 161) sebagai berikut :
dibulatkan menjadi 87 responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dimana :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : nilai kritis atau batas kesalahan yang diinginkan, yaitu sebesar
10%.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan :
a) Wawancara
Pengumpulan data dan informasi dengan cara menanyakan secara
langsung kepada para pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC)
Surakarta untuk melengkapi data yang diperlukan yang telah tertulis
dalam kuesioner.
b) Observasi
Pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat
mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses
penyelesaian penelitian ini.
c) Studi Pustaka
Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik dibuku, jurnal,
majalah, koran, internet atau data yang berasal dari instansi yang
berhubungan dengan masalah penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel dari penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen (variabel
terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebasnya. Dan variabel yang
mempengaruhi variabel terikatnya, variabel dependen dalam penelitian ini
adalah tingkat pendapatan, pendapatan adalah hasil yang diterima setiap
harinya oleh pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, diukur
dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel independennya adalah :
a. Modal adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk pertama
kalinya dalam memulai usaha, dengan satuan rupiah
b. Jam kerja adalah waktu yang dimanfaatkan seseorang untuk memproduksi
barang atau jasa tertentu adalah waktu lama responden melakukan kegiatan
perdagangan setiap harinya, dengan satuan jam.
c. Pengalaman/lama usaha adalah jangka waktu yang ditempuh pedagang
mulai membuka usahanya sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Lama
usaha diukur dalam satuan tahun.
d. Jumlah Tenaga Kerja yaitu orang yang bekerja baik itu keluarga maupun
pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan
menerima upah atas tenaga yang digunakannya, jadi dalam variabel tenaga
kerja ini yang masuk dalam pengolahan data yakni orang yang bekerja baik
itu keluarga maupun orang lain.
e. Pendidikan pedagang, adalah jangka waktu yang ditempuh oleh pedagang
dalam menempuh pendidikan formal. Tingkat pendidikan diukur dalam
satuan tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
E. Metode Analisis Data
Dalam menguji hipotesa, dalam penelitian ini menggunakan model
regresi linear berganda yaitu analisis peramalan yang menggunakan lebih dari
satu variabel bebas.
a. Analisis Model Linear Berganda
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan
pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta, maka digunakan
model regresi berganda (Multiple Regression). Hal ini dikarenakan
penggunaan variabel yang lebih dari satu (Multivariabel), dan dapat
dirumuskan sebagai berikut (Gujarati,1999:157) :
Y : β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 +β5 X5 + e ............................ (3.1)
Dimana:
Y : Pendapatan
β0 : Intersep
β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien Regresi
X1 : Modal
X2 : Jam Kerja
X3 : Pengalaman
X4 : Jumlah Tenaga Kerja
X5 : Pendidikan Pedagang
e : Variabel Pengganggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Selanjutnya dengan ordinary least square akan diperoleh koefisien
regresi tersebut dilakukan pengujian. Untuk menguji hipotesis tersebut,
peneliti menguji dengan uji t, uji F, dan uji asumsi klasik.
1. Alat Uji yang digunakan
Selain menganalisis hubungan variabel bebas dengan variabel tidak
bebas maka diadakan pengujian terhadap hipotesis. Teori pengujian
hipotesis berkenaan dengan pengembangan aturan atau periode untuk
memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis.
Dalam penelitian ini menggunakan pengujian sebagai berikut :
a. Uji statistik
1) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, langkah-
langkahnya sebagai berikut (Gujarati,1999:73) :
a) Ho : β1 = 0 (tidak signifikan)
Ha : βi ≠ 0 (signifikan)
b) Nilai tabel :
α = derajat signifikansi
N = jumlah data yang diobservasi
K = jumlah parameter dalam model termasuk intersep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c) Kriteria pengujian
Daerah ditolak Daerah diterima Daerah ditolak
-t (α/2, N-2 ) t(α/2,N-2)
Gambar 3.1 Uji t
Ho diterima apabila –t(α/2,N-2) ≤ t hitung ≤ t(α/2,N-2)
Ho ditolak apabila –t hitung ≤ -t(α/2,N-k) atau t hitung ≥
t(α/2,N-2)
d) Rumus
T hitung =
e) Kesimpulan
Apabila t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka Ho
ditolak, berarti signifikan.
Apabila –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima tapi tidak
signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2) Uji F
Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-samaterhadap variabel dependen secara signifikan atau
tidak. Prosedurnya sebagai berikut (Gujarati,1999:73) :
a) Menentukan Hipotesis
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0
(tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
tidak bebas secara bersama-sama)
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0
(ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel tidak
bebas secara bersama-sama).
b) Tingkat keyakinan (level of significance) α = 0,05%
Nilai F tabel ={ a; (N – K) ; (K – 1) }
Keterangan :
N : jumlah sampel
K : banyaknya parameter
Keterangan :
R2 : koefisien Regresi
N : jumlah sampel/ data
K : banyaknya parameter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c) Kriteria Pengujian
Gambar 3.2 Uji F
F tabel = Fα;n-k; k-1
Ho diterima apabila F tabel ≤ F (α; n-k; k-1)
Ho ditolak apabila F tabel > F (α; n-k; k-1)
d) Kesimpulan
Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel
Ho ditolak apabila F hitung > F tabel
3) Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Koefisien regresi
yang digunakan adalah R² yang telah memperhitungkan jumlah
variabel bebas dalam suatu model regresi arau R² yang telah
disesuaikan (Adjusted R2 atau R
-2). Nilai R
2 dapat dihitung
(Gujarati,1999:44)
Ho diterima Ho ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Keterangan :
N : jumlah sampel
K : banyaknya variabel
R2 : R-square
R-2
: adjusted R-square
Koefisiensi R² dihitung dengan criteria pengujian 0 ≤ R² ≤ 1
dimana nilai R² antara 0 dan 1, dan R² selalu positif. Jika nilai
R2 sebesar 1 berarti hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen bersifat sempurna, jika nilainya sebesar 0
berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
b. Uji asumsi klasik
Dalam regresi linear klasik terdapat faktor pengganggu, model yang
baik mengharapkan faktor-faktor pengganggu tidak muncul. Untuk
mengetahui ada tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model, maka
digunakan pengujian asumsi klasik terhadap model tersebut. Uji
asumsi yang digunakan adalah :
a) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat lebih
dari satu hubungan linear pasti diantara beberapa atau semua
variabel independen dari model regresi. Cara untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas salah satunya adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menggunakan korelasi parsial dengan cara melihat besarnya R2
dan
r2. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan meregresi tiap variabel
bebas dengan variabel bebas lainnya, yang akan menghasilkan r2
pada setiap regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Apabila R2 yang
dihasilkan dalam suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen,
hal ini salah satu yang menyebabkan terjadi multikolinearitas
(Gujarati,1999:157).
b) Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah variansi
residual dari suatu pengamatan lain ada tidak sama. Apabila
variabel tersebut tidak sama maka berarti terjadi masalah
Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas untuk mengetahui
adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji White.
Perintah yang dapat dilakukan adalah dengan meregresi variabel
bebas dan variabel terikat, kemudian dari hasil regresi OLS akan
diperoleh nilai Obs*R-Squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu
dibandingkan dengan nilai Chi-Square. Dengan df sesuai jumlah
regresi dan level of significant yang dipakai. Jika nilai Chi-Square
lebih besar dari nilai Obs*R-squared (tidak signifikan), maka tidak
terdapat heteroskedastisitas dalam model tersebut. Jika variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas (Gujarati,1999:157).
c) Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah
tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Adanya
autokorelasi antara variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak
lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Uji
autokorelasi dapat diketahui dari nilai Durbin – Watson (DW). Jika
nilai DW hitung lebih besar dari nilai DU pada tabel DW maka
disimpulkan tidak terjadi Autokorelasi. Hipotesis yang akan
dibuktikan adalah (Gujarati,1999:157) :
Ho = tidak terdapat autokorelasi positif dalam model regresi
Berikut daerah penerimaan atau penolakan Ho dan nilai DW untuk
mengetahui autokorelasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi
Daerah penolakan Ho dapat dijelaskan sebagai berikut :
Jika Dw hitung terletak didaerah I disimpulkan terjadi
autokorelasi negatif
Jika DW hitung masuk ke daerah II maupun IV maka tidak
dapat disimpulkan karena masuk daerah ragu-ragu
Jika DW hitung masuk daerah III maka disimpulkan tidak
terjadi autokorelasi. Daerah ini merupakan derah penerimaan Ho
Jika DW hitung terletak di daerah IV maka disimpulkan terjadi
autokorelasi positif.
Tidak ada
autokorelasi
Ragu-
ragu Autokolerasi
positif
Ragu-
ragu
Autokolerasi
negatif
0 dl du 4-du 4-dl 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Deskripsi Kota Surakarta ditinjau dari aspek Geografis, Demografi,
Sosial, dan Ekonomi berdasarkan BPS Kota Surakarta adalah :
1. Keadaan Geografis
a. Letak Geografis
Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah, terletak di antara
110°15ʺ Bujur Timur dan 7°36ʺ Lintang Selatan. Sekitar 65 Km
Timur Laut Yogjakarta dan 100 Km Tenggara Semarang. Kota
Surakarta ini berada didaerah rendah (±92 m dari permukaan laut) yang
diapit oleh Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur.
Batasan wilayah Surakarta secara administrasi ialah :
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km², yang dibagi menjadi 5
kecamatan, 51 kelurahan, 595 RW (Rukun Warga), 2.669 RT (Rukun
Tetangga), dan 130.440 KK (Kepala Keluarga). Adapun lima
kecamatan yang terdapat di Kota Surakarta yaitu : Laweyan (11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kelurahan), Serengan (7 Kelurahan), Pasar Kliwon (9 Kelurahan),
Jebres (11 Kelurahan), dan Banjarsari (13 Kelurahan).
Tabel 4.1
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Surakarta
No Kecamatan Kelurahan
1 Laweyan Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping,
Sriwedari, Purwosari, Sandakan, Kerten,
Karangasem, Jajar
2 Serengan Joyontakan, Danukusuman, Serengan, Tipes,
Kratonan, Jayengan, Kemlayan
3 Pasar Kliwon Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon, Gajahan,
Baluwarti,Kampung Baru, Kedung
Lumbu,Karangasem, Sangkrah, Kauman
4 Jebres Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan,
Sudiroprajan, Gandekan, Sewu, Pucang Sawit,
Jagalan, Purwodiningrat, Tegalharjo, Jebres,
Mojosongo
5 Banjarsari Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Stabelan,
Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan,
Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber,
Banyuanyar
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011)
Luas penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha,
yang terdiri dari luas tanah pemukiman (House Compound) 2.737,48
Ha, tanah perusahaan (Establishment) 287,48 Ha, tanah industry
(Manufacture) 101,42 Ha, tanah kosong (Fallow Land) 53,38 Ha,
Tegalan (Dryland) 83,96 Ha, tanah sawah (Wet Land) 146,17 Ha, tanah
kuburan (Cemestry) 72,86 Ha, tanah lapangan olahraga (Sportryard)
65,14 Ha, tanah taman kota (City Park) 31,60 Ha, tanah jasa (Service)
427,13 Ha, dan luas lain-lain (Other) 397,44 Ha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Keadaan Wilayah
1) Keadaan Iklim
Di Kota Surakarta, suhu udara rata-rata berkisar antara 24,7°C
sampai dengan 27,9°C. tingkat kelembaban udara berkisar antara
64% sampai dengan 85%. Pada bulan Februari terjadi hujan
terbanyak, yaitu sebesar 23 hari. Untuk curah hujan terbanyak
sebesar 699 mm, yang jatuh pada bulan Oktober. Sedangkan rata-
rata curah hujan saat hari hujan terbesar juga terjadi pada bulan
November, yaitu sebesar 33,1 m per hari hujan (BPS, Surakarta
Dalam Angka 2008).
2) Keadaan Tanah
Keadaan wilayah Kota Surakarta secara umum adalah datar, hanya
di bagian utara dan timur yang agak bergelombang dengan
ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan laut. Jenis tanah
sebagian merupakan tanah liat berpasir termasuk Regosol kelabu dan
Alluvial, di bagian utara berupa tanah liat Grumosol serta bagian
timur laut tanahnya Litosol Mediteranian.
2. Keadaan Demografi
Banyaknya jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Tingkat Pertumbuhan Tahun 2004-20011
Tahun Jenis Kelamin Jumlah Rasio
Jenis
Kelamin
(%)
Pertumbuhan
Penduduk
(%) Laki-
Laki
Perempuan
2004 249.278 261.433 510.711 95,35 2,71
2005 250.868 283.672 534.540 88,44 4,66
2006 254.259 258.639 512.898 98,31 -4,05
2007 246.132 269.240 515.372 91,42 0,48
2008 247.245 275.690 522.935 89,68 1,47
2009 249.287 278.915 528.202 89,38 1,01
2010 243.96 256.041 499.337 95,02 -5,46
2011 245.283 256.367 501.650 95,68 0,46
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk
Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522.935 jiwa yang terdiri 247.245
orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 275.690 orang penduduk
berjenis kelamin perempuan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
lima tahun sebelumnya pada tahun 2004 hasil sensus sebesar 510.711 jiwa,
berarti dalam lima tahun terakhir Kota Surakarta mengalami kenaikan
sebanyak 12.224 jiwa.
Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota
Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan berkembang
dibandingkan kota-kota lain di Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Keadaan Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3 berikut ini dapat dijelaskan bahwa penduduk di
Kota Surakarta paling banyak adalah tamatan SMA, yaitu sebanyak
129.914 jiwa. Penduduk dengan tingkat pendidikan tamatan SMP
menduduki tempat kedua dengan jumlah 109.036. sedangkan penduduk
yang tidak bersekolah atau tidak mempunyai tingkat pendidikan adalah
sebesar 44.165 jiwa. Keadaan pendidikan penduduk di Kota Surakarta
dapat dilihat melalui tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Banyaknya Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut
Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan 2011
1 Tamat Akademi/PT 49.798
2 Tamat SMA 129.914
3 Tamat SMP 109.036
4 Tamat SD 100.378
5 Tidak Tamat SD 34.662
6 Belum Tamat SD 59.535
7 Tidak Sekolah 44.165
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011
b. Kondisi Perekonomian
Salah satu indicator perkembangan ekonomi suatu daerah dapat dilihat
dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut.
Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun tertentu sebagai dasar. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
mengunakan harga pada setiap tahun. Perhitungan PDRB Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Surakarta tahun 2010-2011 berdasarkan harga konstan 2000 dapat
dilihat dalam tabel 4.4 :
Tabel 4.4
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan UsahaAtas
Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011
(Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha 2010 2011
1 Pertanian 2.908,82 2.911,03
2 Penggalian 1.832,36 1.809,03
3 Industri Pengolahan 1.277.210,09 1.312.945,81
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 119.194,83 128.648,33
5 Bangunan 671.926,81 717.165,29
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran
1.367.808,36 1.466.845,97
7 Pengangkutan dan Komunikasi 514.407,73 549.760,87
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
518.980,77 567.860,96
9 Jasa-Jasa 629.616,47 663.965,04
Total 5.103.886,24 5.411.912,32
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2011)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa PDRB Kota Surakarta
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari semua sector tersebut,
industry perdagangan memberikan kontribusi paling besar pada PDRB
Kota Surakarta baik pada tahun 2010 maupun tahun 2011. Sedangkan
sector yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sector
penggalian sebesar 1.832,36 dan 1.809,03 pada tahun 2010-2011.
Rendahnya kontribusi sector ini dikarenakan Kota Surakarta tidak
memiliki pertambangan.
Total PDRB Kota Surakarta atas dasar kostan tahun 2000 pada tahun
2010 sebesar Rp. 5.103.886.240.000,-; tahun 2011
Rp.5.411.912.320.000,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Jumlah Industri
Perkembangan jumlah industry di Kota Surakarta dari tahun ke tahun
terus mengalami peningkatan.
Tabel 4.5
Banyaknya Industri di Kota Surakarata tahun 2011
No Cabang Industri/Bidang Usaha Jumlah Unit Usaha
2008 2009
1 INDUSTRI BESAR/MENENGAH Besar Menengah
48 115
49 116
2 INDUSTRI KECIL Formal Non Formal
1.225 4.289
1.351 4.429
5.514
Total Industri 5.677 5.945
Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, 2011
Pada tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 jumlah unit
usaha pada industry kecil berjumlah 5.514 unit dari 5.677 unit total
industry di Kota Surakarta atau 97,13%. Sedangkan tahun 2009
berjumlah 5.780 atau 97,22% yang merupakan bagian terbesar dari
keseluruhan jumlah unit di Kota Surakarta yang mencapai 5.945 unit
usaha.
B. Gambaran Umum Beteng Trade Center ( BTC ) Surakarta
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta adalah salah satu pusat
perbelanjaan kain yang berada di tengah pusat kota tepatnya berada di Jl.
Mayor Sunaryo No. 1 (Beteng), Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Beteng
Trade Center (BTC) Surakarta berdiri pada tahun 1992, tetapi pada waktu itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
belum cukup ramai. Pada tahun 1998-1999 terjadi reformasi besar-besaran
yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia termasuk di Kota Surakarta, yang
berakibat lumpuhnya perekonomian semua daerah di Indonesia karena terjadi
penjarahan dan pembakaran yang rata-rata diserang adalah pusat perbelanjaan
dan fasilitas umum. Tetapi setelah tahun 1999 sedikit demi sedikit para
pelaku ekonomi bangkit dari keterpurukan dan mulai membangun lagi
usahanya yang telah dirintis untuk menumbuhkan perekonomian yang telah
terpuruk termasuk para pelaku ekonomi di daerah Surakarta. Pada waktu itu
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta belum cukup ramai seperti sekarang,
dulu cuma beberapa pedagang kain saja yang mendirikan usahanya di Beteng
Trade Center (BTC) Surakarta, tetapi semakin lama banyak pedagang yang
membuka usahanya di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
Pada tahun 2000-an Beteng Trade Center (BTC) Surakarta direnovasi
oleh investor yang ingin menjadikan Beteng Trade Center (BTC) Surakarta
sebuah pusat pasar kain di Kota Surakarta dan dikelola dengan manajeman
yang baik dan menjadikan Beteng Trade Center (BTC) Surakarta pasar
tradisional tetapi dengan konsep modern dan pusat perkulan terlengkap di
kota Surakarta dan sekitarnya. Beteng Trade Center (BTC) Surakarta terdiri
dari 2 lantai yang dibagi menurut jenis barang dagangannya. Lantai dasar
khusus untuk pedagang yang berjualan semua jenis kain tekstil baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, lantai 1 khusus untuk berjualan baju-baju
dan semua jenis asessoris seperti kacamata, tas, dll. Sedangkan lantai 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
khusus untuk berjualan baju batik. Total dari pedagang yang berjualan di
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta adalah sekitar 1000-an pedagang.
C. Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden dan
dari hasil kuisioner dalam penelitian ini diperoleh data tentang pedagang kain
di Beteng Trade Center ( BTC) Surakarta. Data-data tersebut antara lain
mengenai pendapatan, modal, jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga
kerja, dan pendidikan pedagang.
Data-data tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Pendapatan
Berdasarkan pada tabel 4.6 berikut dapat dijelaskan bahwa dari
110 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memiliki pendapatan antara
7.000.000,- sampai 10.999.999,- per hari yaitu sebanyak 30 pedagang
(34,5%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang memiliki pendapatan
antara 18.500.000,- sampai 21.999.999,- per hari yaitu sebanyak 2
pedagang (1,8%).
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
per hari
No Pendapatan (juta) Jumlah Presentase
1 1.000.000 - 3.999.999 16 18,4
2 4.000.000 – 6.999.999 30 34,5
3 7.000.000 – 10.999.999 21 24,1
4 11.000.000 – 13.999.999 12 13
5 14.000.000 – 17.999.999 6 6,9
6 18.000.000 – 20.999.999 2 2,3
JUMLAH 87 100
Sumber : data Primer, diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Modal
Berdasarkan pada tabel 4.7 berikut dapat dijelaskan bahwa dari
87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memiliki modal awal
terbanyak antara 180.000.000,- sampai 249.999.999,- yaitu sebanyak 32
pedagang (36,8%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang memiliki
modal awal sedikit 370.000.000,- sampai 439.999.999,- yaitu sebanyak 4
pedagang (4,6%).
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Modal
Dagang
No Modal Dagang (juta) Jumlah Presentase
1 40.000.000 – 109.999.999 14 16,1
2 110.000.000 – 179.999.999 20 23
3 180.000.000 – 249.999.999 32 36,8
4 250.000.000 – 319.999.999 10 11,5
5 320.000.000 – 369.999.999 7 8
6 370.000.000 – 439.999.999 4 4,6
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah
3. Jam Kerja
Berdasarkan pada tabel 4.8 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87
pedagang, frekuensi tertinggi adalah pedagang yang bekerja 7 jam per hari
yaitu sebanyak 67 pedagang (77%). Sedangkan frekuensi terendah adalah
pedagang yang bekerja 8 jam per hari yaitu sebanyak 20 pedagang (23%).
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jam
Kerja Dagang
No Jam Kerja Jumlah Presentase
2 7 67 77
3 8 20 23
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4. Pengalaman Usaha
Berdasarkan pada tabel 4.9 berikut dapat dijelaskan bahwa dari 87
pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memiliki pengalaman usaha 15-
19 tahun yaitu sebanyak 24 pedagang (27,6%). Sedangkan frekuensi
terendah adalah yang memiliki pengalaman usaha 30-34 tahun yaitu
sebanyak 6 pedagang (6,9%).
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usah
Dagang
No Pengalaman Usaha /Lama Usaha
(Tahun)
Jumlah Presentase
1 5-9 12 13,8
2 10-14 16 18,4
3 15-19 24 27,6
4 20-24 20 23
5 25-29 9 10,3
6 30-34 6 6,9
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah
5. Jumlah Tenaga Kerja
Berdasarkan pada tabel 4.10 berikut dapat dijelaskan bahwa dari
87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang memakai tenaga kerja 4
orang yaitu sebanyak 27 pedagang (32,2%). Sedangkan frekuensi terendah
adalah yang memakai tenaga kerja 1 orang yaitu sebanyak 2 pedagang
(2,3%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga
Kerja
No Jumlah Tenaga Kerja Frekuensi Presentase (%)
1 1 2 2,3
2 2 12 13,8
3 3 22 25,3
4 4 27 32,2
5 5 17 19,5
6 6 6 6,9
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah
6. Pendidikan
Berdasarkan pada tabel 4.11 berikut dapat dijelaskan bahwa dari
87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah pedagang yang lulusan SMA yaitu
sebanyak 37 pedagang (42,5%). Sedangkan frekuensi terendah adalah
pedagang yang lulusan SMP yaitu sebanyak 6 pedagang (6,9%).
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Pedagang
No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1 SMP 6 6,9
2 SMA 37 42,5
3 Diploma 18 20,7
4 Sarjana 26 29,9
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0
7. Tempat Tinggal
Berdasarkan pada tabel 4.12 berikut dapat dijelaskan bahwa dari
87 pedagang, terdapat 66 pedagang (75,87%) yang mengatakan pada saat
ini bertempat tinggal di wilayah Surakarta, sedangkan sebanyak 21
pedagang (24,13%) mengatakan saat ini bertempat tinggal di luar wilayah
Surakarta seperti Karanganyar, Sukoharjo, Klaten,Gresik, Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Pedagang
No Tempat Tinggal Frekuensi Presentase (%)
1 Wilayah Solo 66 75,9
2 Luar Wilayah Solo 21 24,1
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah
8. Status Kios
Berdasarkan pada tabel 4.13 berikut dapat dijelaskan bahwa dari
87 pedagang, frekuensi tertinggi adalah yang mengatakan bahwa status
kepemilikan kios yang ditempati adalah milik sendiri yaitu sebanyak 63
pedagang (72,41%). Sedangkan frekuensi terendah adalah yang
mengatakan bahwa status kepemilikan kios yang ditempati berstatus
menyewa yaitu sebanyak 6 pedagang (6,9%).
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kios
Pedagang
No Status Kios Pedagang Frekuensi Presentase (%)
1 Milik Sendiri 63 72,4
2 Menyewa 6 6,9
3 Milik Orang Tua 18 20,7
Jumlah 87 100
Sumber : data Primer, diolah
D. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan,
dilakukan analisis data yang telah diperoleh, yaitu data tentang
pendapatan, modal dagang, jam kerja, pengalaman dagang, jumlah tenaga
kerja, dan pendidikan pedagang. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan variabel dependen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pendapatan dan variabel independen sebanyak 5 variabel yaitu modal
dagang, jam kerja, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja, pendidikan
pedagang.
a. Hasil Regresi Linear
Tabel 4.14 Coefficient Regresi Log Linear
Variabel Coefficient
LOG (MODAL) 0,319183
JAM KERJA 0,208820
PENGALAMAN 0,018209
JUMLAH TENAGA KERJA 0,103794
PENDIDIKAN 0,071110
Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
LOG(PDPTN) = 6.444361076 + 0.3191826835*LOG(MDL) +
0.2088200068*JK + 0.01820930596*PNGLMN + 0.103793829*JTK +
0.07111021276*PNDKN
Selanjutnya berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui nilai
konstanta dan koefisien regresi yang menunjukkan kontribusi masing-
masing variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil
regresi tersebut dapat diketahui bahwa 5 (lima) variabel bebas yaitu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan
pedagang mempunyai t probabilitas lebih kecil dari batas signifikan 5%
(0,05), yang berarti signifikan. Lebih lanjut dari hasil perhitungan
koefisien kontribusi positif dalam hubungan terhadap pendapatan
pedagang. Besarnya kontribusi pengaruh dari masing-masing variabel
dapat dilihat dari nilai koefisien regresi dalam hasil analisis tersebut.
Sifat variabel yang digunakan antara variabel terikat (Y) dengan
variabel bebas (X) adalah konstan artinya bila koefisien regresi
bertanda positif (+) maka bila X atau D bertambah, Y juga akan
bertambah dan bila bertanda (-) maka bila X atau D bertambah maka Y
akan berkurang.
1) Uji Asumsi Klasik
Persamaan yang baik dalam ekonomet harus memiliki sifat
BLUE (Best Linear Unbrosed Estimator) Gujarati, 1999:(53). Untuk
mengatakan apakah persamaan sudah memiliki sifat BLUE maka
perlu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi multikolinieritas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik yang
digunakan adalah :
a) Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat lebih
dari satu hubungan linear pasti diantara beberapa atau semua
variabel independen dari model regresi. Cara untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas salah satunya adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menggunakan korelasi parsial dengan cara melihat besarnya R2
dan
r2. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan meregresi tiap variabel
bebas dengan variabel bebas lainnya, yang akan menghasilkan r2
pada setiap regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Apabila R2 yang
dihasilkan dalam suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, hal ini
salah satu yang menyebabkan terjadi multikolinearitas. Dengan
melakukan regresi terhadap masing-masing variabel bebas
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel R² r
2 Kesimpula
n
LOG(JK,PNGLMN,JTK,PNDKN) 0,603055 0.283925 Tdk ada
LOG(MDL,PNGLMN,JTK,PNDKN) 0,603055 0.056395 Tdk ada
LOG(MDL,JK,JTK,PNDKN) 0,603055 0.310130 Tdk ada
LOG(MDL,JK,PNGLMN,PNDKN) 0,603055 0.243680 Tdk ada
LOG(MDL,JK,PNGLMN,JTK) 0,603055 0.287604 Tdk ada
Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0
b) Uji Heretokedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah variansi
residual dari suatu pengamatan lain ada tidak sama. Apabila
variabel tersebut tidak sama maka berarti terjadi masalah
Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas untuk mengetahui
adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji White.
Perintah yang dapat dilakukan adalah dengan meregresi variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
bebas dan variabel terikat, kemudian dari hasil regresi OLS akan
diperoleh nilai Obs*R-Squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu
dibandingkan dengan nilai Chi-Square. Dengan df sesuai jumlah
regresi dan level of significant yang dipakai. Jika nilai Chi-Square
lebih besar dari nilai Obs*R-squared (tidak signifikan), maka tidak
terdapat heteroskedastisitas dalam model tersebut. Jika variabel
independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Tabel 4.16 Hasil Uji White cross term
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.828026 Probability 0.076428
Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0
X2 (df=20, α=5%) = 15.31632 > 0.082606 → tidak ada
heterokorelasi.
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah
tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Salah satu cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
untuk meregresi autokorelasi adalah dengan uji Dublin Watson (uji
DW) yang ketentuannya adalah sebagai berikut :
(1) Menggunakan angka Dublin Watson yang diperoleh dari
rumus (Alhusin, 2003 dalam Prayitno, 2009)
Keterangan : d : nilai Dublin Watson
e : residual
(2) Membandingkan angka dengan Dublin Watson dalam tabel a
=5%. Angka dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara
bawah (dl) dengan batas atas (du).
(3) Kriteria pengujiannya adalah :
Gambar 4.1 Uji autokorelasi
0<d<dl = autokorelasi positif/menolak Ho
dl<d<dU = tidak dapat disimpulkan
dU<d<4-dU = tidak terdapat autokorelasdi/menerima Ho
4-dU<d<4-dl = tidak dapat disimpulkan
4-dl<d< a = autokorelasi negatif/menolak Ho
Tidak ada
autokorelasi
Ragu-
ragu Autokolerasi
positif
Ragu-
ragu
Autokolerasi
negatif
0 dl=1,54 dU=1,78 4-dU=2,22 4-dl=2,46 4 2,12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Dari hasil uji DW pada gambar 4.1 diatas diperoleh d
sebesar 2,12 menggunakan derajat keyakinan 5%, dengan
jumlah sampel 87 responden dan variabel penjelas 5 (lima)
maka nilai dl=1,54. Besarnya nilai koefisien DW dari hasil
pengujian sebesar 2,12 terletak antara batas du sebesar 1,78
dan 4-du sebesar 2,22 maka du<d<4-du (1,78<2,12<2,22 )
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah
autokorelasi.
Tabel 4.17 Uji Autokorelasi BG
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.076947
Obs*R-squared 2.309054
Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0
Selain DW, dapat juga digunakan B-G test.
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai
probabilitas semua variabel independen lebih besar dari Level
Of Significance maka tidak terdapat Autokorelasi.
2) Uji Statistik
Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran atau
kepalsuan dari hipotesis nol. Ada 3 uji statistik yaitu :
a) Uji t
Uji dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh masing-masing variasi variabel independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dalam mempengaruhi variasi variabel dependen dengan
menggunakan Level Of Significance (α) sebesar 5%.
Kriteria pengujianlainnya dapat dilakukan adalah dengan
menguji signifikan tidaknya koefisien regresi yaitu dengan
melihat melalui probabilitas. Jika nilai probabilitas yang didapat
lebih kecil dari tingkat signifikan 5% maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti bahwa variabel bebas secara statistik
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat,
demikian juga sebaliknya. Jika nilai probabilitas yang didapat
lebih besar dari tingkat signifikan 5% maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti bahwa variabel bebas secara statistik tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Hasil uji t dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.18 Hasil Uji t
Variabel t hitung Probability Significant
Level
Modal 3.733533 0,0003
Jam Kerja 2.109920 0,0380
Pengalaman 2.557552 0,0124
Jumlah Tenaga
Kerja
2.774336 0,0069
Pendidikan 3.288141 0,0015
Sumber : data Primer, diolah Program Eviews 4.0
(1) Modal (X1)
Nilai t dari hasil perhitungan model regresi pada
variabel X1 sebesar 3.733533 dengan probabilitas sebesar
0,0003 pada tingkat α = 5% ini berarti koefisiensi regresi
dari modal signifikan pada tingkat 5% maka Ho ditolak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
modal (X1) secara statistik berpengaruh positif terhadap
meningkatnya pendapatan pedagang (Y).
(2) Jam Kerja (X2)
Nilai t dari hasil perhitungan model regresi pada
variabel X2 sebesar 2.109920 dengan probabilitas sebesar
0,0380 pada tingkat α = 5% ini berarti koefisiensi regresi
dari jam kerja tidak signifikan pada tingkat 5% maka Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa jam kerja (X2) secara statistik berpengaruh terhadap
meningkatnya pendapatan pedagang (Y).
(3) Pengalaman (X3)
Nilai t dari hasil perhitungan model regresi pada
variabel X3 sebesar 2.557552 dengan probabilitas sebesar
0,0124 pada tingkat α = 5% ini berarti koefisiensi regresi
dari pengalaman signifikan pada tingkat 5% maka Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengalaman (X3) secara statistik berpengaruh positif
terhadap meningkatnya pendapatan pedagang (Y).
(4) Jumlah Tenaga Kerja (X4)
Nilai t dari hasil perhitungan model regresi pada
variabel X4 sebesar 2.774336 dengan probabilitas sebesar
0,0069 pada tingkat α = 5% ini berarti koefisiensi regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dari jumlah tenaga kerja signifikan pada tingkat 5% maka
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa jumlah tenaga kerja (X4) secara statistik
berpengaruh positif terhadap meningkatnya pendapatan
pedagang (Y).
(5) Pendidikan Pedagang (X5)
Nilai t dari hasil perhitungan model regresi pada
variabel X5 sebesar 3.288141 dengan probabilitas sebesar
0,0015 pada tingkat α = 5% ini berarti koefisiensi regresi
dari pendidikan pedagang signifikan pada tingkat 5% maka
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengalaman (X5) secara statistik
berpengaruh positif terhadap meningkatnya pendapatan
pedagang (Y).
b) Uji F
Uji terhadap koefisien regresi persial secara bersama-
sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan
model cukup eksis untuk digunakan.
Hasil uji F diketahui F hitung sebesar 24.61174 lebih besar
dari F tabel 2,37 dengan probabilitas sebesar 0,000000 yang
berarti signifikan pada α=5%. Hal ini berarti bahwa variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
modal, jam kerja, pengalaman berdagang, jumlah tenaga kerja,
dan pendidikan pedagang bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di BTC
Surakarta.
c) Uji R² (Koefisiensi Determinasi)
Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari
variabel bebas dapat menjelaskan dengan baik variasi dari
variabel terikat. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas
tidak menjelaskan dengan baik variasi dari variabel terikatnya.
Jika R2 mendekati 1, maka variasi dari variabel tersebut dapat
menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya.
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.14 diketahui nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,603055 ini berati 60%
variasi variabel dependen (pendapatan) dapat dijelaskan oleh
variabel independennya (modal, jam kerja, pengalaman, jumlah
tenaga kerja, dan pendidikan pedagang), sedangkan sisanya (1-
R2) yaitu 40% disebabkan variabel lain yang tidak ada dalam
model
E. Interprestasi Hasil Sacara Ekonomi
Dari hasil analisis dan pembahasan tersebut diatas dapat
diinterprestasikan bahwa secara ekonomi usaha pedagang kain di Beteng
Trade Center (BTC) Surakarta sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
a. Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trade
Center (BTC) Surakarta.
Hasil analisis menunjukkan coefficient regresi sebesar 0,319183,
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel modal terhadap
pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center Surakarta dengan
tingkat signifikan 5% dengan menganggap variabel independen lainnya
tetap atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah modal
bertambah sebesar Rp 1,- menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar
0,319 %. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang
menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Menurut Asmie
Poniwatie.2008 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogjakarta. Jurnal NeO-
Bis.vol.2.No.2. dalam penelitian ini diperoleh hasil Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisional di kota Yogjakarta
adalah jumlah modal usaha yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan lama
usaha yang dijalankan. Diantara ketiga faktor tersebut modal usaha
merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat pendapatan
pedagang pasar.
b. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kain di Beteng Trade
Center (BTC) Surakarta.
Hasil analisis menunjukkan coefficient regresi sebesar 0,208820,
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel jam kerja terhadap
pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center Surakarta dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tingkat signifikan 5% dengan menganggap variabel independen lainnya
tetap atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila jam kerja
bertambah 1 jam menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar 0,208 %.
Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi
landasan teori dalam penelitian ini. Retno Dewi Wijayanti dengan
penelitian “ faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan Pedagang Kaki
Lima di Kabupaten Sukoharjo” pada tahun 2005. Ia menggunakan 75
responden yaitu pedagang kaki lima di kawasan alun-alun Setya Negara
Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur
pedagang, pengalaman usaha, jam kerja, lokasi berdagang, cara berdagang,
dan jenis dagangan terhadap keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya
yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan adalah faktor
jam kerja, lokasi usaha, dan cara berdagang.
c. Pengaruh Pengalaman Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Kain di
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
Hasil analisis menunjukkan coefficient regresi sebesar 0,018209,
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel pengalaman
terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center Surakarta
dengan tingkat signifikan 5% dengan menganggap variabel independen
lainnya tetap atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
pengalaman bertambah 1 tahun maka menyebabkan kenaikan pendapatan
sebesar 0,018 %. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian
terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Wulaningsih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(2005) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pedagang Pasar Klewer Surakarta”
menunjukkan bahwa variabel total penjualan, modal kerja, lama usaha,
jumlah pelanggan tetap, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer Surakarta.
d. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kain di
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
Hasil analisis menunjukkan coefficient regresi sebesar 0,103794,
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel jumlah tenaga
kerja terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center
Surakarta dengan tingkat signifikan 5% dengan menganggap variabel
independen lainnya tetap atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila tenaga kerja bertambah 1 orang maka akan menyebabkan
kenaikan pendapatan sebesar 0,103 %.. Hasil tersebut sesuai dengan teori
dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini.
Wulaningsih (2005) dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pedagang Pasar Klewer
Surakarta” menunjukkan bahwa variabel total penjualan, modal kerja,
lama usaha, jumlah pelanggan tetap, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap keberhasilan usaha pedagang Pasar Klewer
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
e. Pengaruh Pendidikan Pedagang Terhadap Pendapatan Pedagang Kain di
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta.
Hasil analisis menunjukkan coefficient regresi sebesar 0,071110,
menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel pendidikan
terhadap pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center Surakarta
dengan tingkat signifikan 5% dengan menganggap variabel independen
lainnya tetap atau konstan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pendidikan
bertambah 1 tahun maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar
0,07 %. %..
f. Dari kelima variabel tersebut yaitu faktor modal, jam kerja, pengalaman,
jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang berpengaruh positif
terhadap pendapatan pedagang kain di beteng Trade center (BTC)
Surakarta.
g. Hasil analisis menunjukkan secara bersama-sama kelima variabel modal,
jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan pendidikan pedagang
dengan tingkat signifikansi 5% didialam penelitian ini berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di BTC Surakarta. Terlihat
dari probabilitas F sebesar 0,000000 dan nilai F statistik sebesar 24.61174
lebih besar dibandingkan dengan F tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC)
Surakarta maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kain di
Beteng Trade Center (BTC) Surakarta:
2. Dari 5 variabel yaitu modal, jam kerja, pengalaman, jumlah tenaga kerja,
dan pendidikan pedagang secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap pendapatn pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC)
Surakarta.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
bagi pedagang kain di Beteng Trade Center (BTC) Surakarta yaitu :
1. Variabel modal memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pendapatan, melalui wawancara yang dilakukan sebagaian pedagang
menggunakan modal sendiri serta para pedagang kesulitan dalam dana
tambahan sebagai modal, maka hendaknya pedagang bisa melakukan
pinjaman modal ke sumber lainnya misalkan bank, koperasi, BPR atau
lembaga keuangan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Bagi pedagang baru janganlah berkecil hati apabila hanya memiliki modal
kecil, mungkin pedagang bisa meningkatkan pendapatan dengan memilih
letak kios yang strategis karena bila dengan letak kios yang strategis akan
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Dan memperkenalkan
kiosnya kepada konsumen dengan membuat papan nama kios agar cepat
dikenal konsumen.