perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i peranan

74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh DEDY ANGGI SETIAWAN NIM. E1107136 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: lehanh

Post on 13-Jan-2017

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

DEDY ANGGI SETIAWAN

NIM. E1107136

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN

Oleh

DEDY ANGGI SETIAWAN

NIM. E1107136

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Desember 2011

Pembimbing I

Suranto S.H, M,H

NIP. 1956.0812.1986.01.1001

Pembimbing II

Sutedjo S.H, M.M

NIP. 1958.0828.1986.01.1001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN

Oleh

DEDY ANGGI SETIAWAN

NIM. E1107136

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Senin

Tanggal : 30 Januari 2012

DEWAN PENGUJI

1. M. Madalina, S.H., M.Hum : .........................................................

Ketua

2. Sutedjo, S.H., M.M : .........................................................

Sekretaris

3. Suranto, S.H., M.H : .........................................................

Anggota

Mengetahui

Dekan,

(Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum.)

NIP. 19570203 198503 2 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : DEDY ANGGI SETIAWAN

NIM : E1107136

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN adalah betul-betul

karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 30 Januari 2012

Yang membuat pernyataan

DEDY ANGGI SETIAWAN

NIM. E1107136

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Dedy Anggi Setiawan, 2011. PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DALAM MENEGAKKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002

TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN

MAGETAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai peranan

satuan polisi pamong praja dalam menegakkan peraturan daerah nomor 24 tahun

2002 tentang penataan pedagang kaki lima di kabupaten magetan.

Penelitian ini dilihat dari tujuannya termasuk jenis penelitian empiris bersifat

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari

sumber data primer yang berupa hasil wawancara dengan kepala Satuan Polisi

Pamong Praja dan para pedagang kaki lima di kabupaten Magetan. Sumber data

sekunder dari penelitian ini dari buku, literature, peraturan perundang-undangan,

laporan, arsip, dan internet. Setelah data diperoleh lalu dilakukan analisis data

kualitatif dengan model interaktif.

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan Polisi Pamong Praja di kabupaten

magetan dalam menegakkan Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan pedagang

kaki lima di kabupaten Magetan sudah berperan dengan baik antara lain dengan

menjalankan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 dengan memberikan

pembinaan, pengarahan dan solusi tentang Perda Nomor 24 tahun 2002 kepada

pedagang kaki lima yang melakukan pelanggaran. Selain itu Polisi Pamong Praja

kabupaten magetan juga menegakkan Perda Nomor 24 tahun 2002 dengan cara

melakukan sosialisasi, pengawasan, pengontrolan kepada para pedagang kaki

limadan warga masyarakat. Ini juga bertujuan agar masyarakat Magetan tidak

beragapan negatif pada saat polisi pamong praja menjalankan tugasnya menegakkan

Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima. Polisi Pamong

Praja kabupaten Magetan dalam melakukan tugasnya tidak selalu berjalan dengan

baik. Terjadi beberapa hambatan yang di alami Polisi Pamong Praja kabupaten

Magetan dalam menjalankan tugasnya. Hambatan tersebut berupa hambatan secara

internal dan eksternal, hambatan internal yang di alami Polisi Pamong Praja

kabupaten Magetan antara lain kurang maksimalnya Peraturan Daerah Nomor 24

Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima, kurangnya SDM dan pendidikan

yang dimiliki sebagian anggota Satpol PP kabupaten Magetan, serta kurangnya

sarana dan prasarana yang dimiliki satuan polisi pamong praja untuk melaksanakan

dan menegakkan peraturan daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan pedagang

kaki lima. Hambatan secara eksternal yang di alami Satpol PP kabupaten Magetan

antara lain belum adanya tempat khusus yang diberikan pemerintah daerah magetan

bagi pedagang kaki lima untuk melakukan aktivitasnya agar tidak mengganggu

fasilitas umum dalam berdagang, kurangnya kesadaran pedagang kaki lima dalam

mematuhi peraturan daerah serta sebagian dari warga masyarakat Magetan kurang

memperhatikan adanya PKL yang kurang tertata rapi di kabupaten Magetan.

Kata kunci : Peraturan Daerah, Satpol PP, Pedagang Kaki Lima

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Dedy Anggi Setiawan, 2001. UNIT POLICE ROLE IN ESTABLISHING CIVIL

SERVICE LOCALREGULATION NUMBER 24 YEAR 2002 CONCERNING

ARRANGEMENT TRADERS IN FIVE FEET MAGETAN. This study aims to determine clearly the role of the police force to enforce the

civil service in the area number 24 of 2002 concerning the arrangement of street

vendors in Magetan.

Viewed from the objective of this study include the type of

empirical studies are descriptive with qualitative approach. Sources of data in this

study originated from the primary data source in the form of interviews with the head

of Civil ServicePolice Unit and the street vendors in the district Magetan. Sources

of secondary data from the study of books,literature,legislation, reports, archives, and

the Internet. Once the data is obtained and the qualitative data analysis was

performed with an interactive model.

Based on data analysis and results of research conducted by the authors it can

be concluded that the role of the Police Civil Service in Magetan in enforcing the law

No. 24 of 2002 concerning the arrangement of street vendors in the district Magetan

already plays well with others by running a Regional Regulation Number 24

year 2002 by providing guidance, direction and solutions about the law No. 24 of

2002 to vendors who commit violations. In addition the Police Civil Service Magetan

also enforce the 2002 law number 24 by way of socialization, supervision, control to

the street limadan citizens. It is also intended to make people Magetan beragapan not

negative at the time the police carry out their duties to uphold the civil service law

No. 24 of 2002 concerning the arrangement of street hawkers. Police Civil Service

county Magetan in doing its job does not always go well. Occurs some natural

barriers in the Police Civil Service county Magetan in performing their

duties.Barriers in the form of internal and external barriers, internal barriers in the

natural Magetan district Police Civil Service, among others, less maximal Regional

Regulation Number 24 Year 2002 concerning the arrangement of street vendors, the

lack of human resources and education of the part of members of PP Satpol Magetan

district, and the lack facilities and infrastructure owned unit of the police civil service

to implement and enforce local regulations No. 24 of 2002 concerning the

arrangement padagang five feet. Barriers are external in nature Satpol PP Magetan

district, among others, have not been given a special place for local government

Magetan padagang pavement to conduct their activities so as not to interfere with

public facilities in the trade, lack of awareness of street vendors in complying with

local regulations as well as most of the citizens Magetan less attention to the

existence of street vendors who are less well organized in the districts Magetan.

Based on data analysis and results of research conducted by the authors it can be

concluded that the role of the Police Civil Service in Magetan in enforcing the law

No. 24 of 2002 concerning the arrangement of street vendors in the district Magetan

already plays well with others by running a Regional Regulation Number 24

year 2002 by providing guidance, direction and solutions about the law No. 24 of

2002 to vendors who commit violations. In addition the Police Civil Service Magetan

also enforce the 2002 law number 24 by way of socialization, supervision, control to

the street limadan citizens. It is also intended to make people Magetan beragapan not

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

negative at the time the police carry out their duties to uphold the civil service law

No. 24 of 2002 concerning the arrangement of street hawkers. Police Civil Service

county Magetan in doing its job does not always go well. Occurs some natural

barriers in the Police Civil Service county Magetan in performing their

duties.Barriers in the form of internal and external barriers, internal barriers in the

natural Magetan district Police Civil Service, among others, less maximal Regional

Regulation Number 24 Year 2002 concerning the arrangement of street vendors, the

lack of human resources and education of the part of members of PP Satpol Magetan

district, and the lack facilities and infrastructure owned unit of the police civil service

to implement and enforce local regulations No. 24 of 2002 concerning the

arrangement of street hawkers. Barriers are external in nature Satpol PP Magetan

district, among others, have not been given a special place Magetan local

governments for street vendors to conduct its activities so as not to interfere with

public facilities in the trade, lack of awareness of street vendors in complying with

local regulations as well as most of the citizens Magetan less attention to the

existence of street vendors who are less well organized in the districts Magetan.

Key words: Regulation, Satpol PP, Merchant Five Feet

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di

dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika Tuhanmu menghendaki;

sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

“QS. Hud: 108”

Manusia yang paling lemah ialah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih

lemah dari itu ialah orang yang mendapatkan

banyak teman tetapi menyiakannya.

“Ali Bin Abu Thalib”

Rahasia terbesar dalam hidup: Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta,

ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu

hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.

“Safruddin”

Tidak ada keberhasilan dan kegagalan dalam hidup, yang ada hanya

prestasi sebagai batu loncatan.

“Ian Gardner”

Semua masalah yang ada dapat terselesaikan,

karena masalah diciptakan untuk diselesaikan

“Deddy Corbuzier”

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT sang penguasa alam atas segala karunia, rahmat dan nikmat yang telah

diberikan-Nya;

2. Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang telah memberi suri tauladan yang

baik bagi umatnya;

3. Papa dan mama yang telah memberikan kasih sayang yang tiada duanya kepada penulis;

4. Kakakku Selvia Ratih Andriyani yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

5. Kekasihku Risza Yuniar Furiana yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan juga untuk

kekompakan selama ini;

7. Teman-teman Fakultas Hukum UNS angkatan 2007;

8. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Almamaterku, Fakultas Hukum UNS, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan

pengalaman untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat

dan hidayah-Nya. Yang selalu memberikan jalan dan kemudahan kepada penulis

sehingga Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul, “PERANAN SATUAN

POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN PERATURAN

DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN PEDAGANG

KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN” dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat

untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan permasalahan yang

dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara

materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya;

2. Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalan-Nya hingga

akhir jaman;

3. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada

penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;

4. Pembantu Dekan I Bapak Dr. Hari Purwadi, S.H., M.Hum yang telah membantu

dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini;

5. Ibu Maria Magdalena, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara

yang telah membantu memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;

6. Bapak Suranto, S.H., M.H, sekaligus pembimbing skripsi I dalam penulisan

hukum ini yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah membimbing,

mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum

ini;

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

7. Bapak Sutedjo, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi II yang dengan sabar

memberikan bimbingan, arahan selama penulisan hukum ini;

8. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum., selaku Ketua Laboratorium Ilmu

Hukum Fakultas Hukum UNS yang telah membantu penulis dalam menyusun

judul penulisan hukum ini;

9. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, atas semua ilmu pengetahuan yang tiada terkira

berharganya bagi hidup dan kehidupan penulis;

10. Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi Fakultas Hukun Universitas Sebelas

Maret, atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang telah

diberikan;

11. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) Fakultas Hukum UNS;

12. Papa dan Mamaku yang penuh kasih sayang merawat dan membesarkan penulis,

yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil sehingga penulisan hukum

ini dapat terselesaikan;

13. Kakakku Selvia Ratih Andriyani dan juga kekasihku Risza Yuniar Furiana yang

selalu memberikan nasehat serta dukunganya;

14. Teman-teman yang selalu membantuku mas Ajik, Fery, Bagus, Arief, Dimas,

Icol, yudho, candra, ambon, afriszal.

15. Teman-teman Kost “NELLA” galih, roni, febri, tiar, yafie, aries, plonco, iwan,

gasbul, gendok, setyo, nova, gopel, fajar, rizal, rahmat, galih, arief, kliwon,

hafid,dimas, gaplek, opiek, ajik, tyo, ajis, baho, ahonk.

16. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta;

17. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas semua

bantuan baik materiil maupun imateriil.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna,

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan hukum

ini dan kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan penulis terima dengan

senang hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Surakarta, 30 Januari 2012

Dedy Anggi Setiawan

NIM. E1107136

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iv

ABSTRAK………………………………………………………………………v

MOTTO…………………………………………………………………………viii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….ix

KATA PENGANTAR………………………………………………………….x

DAFTAR ISI……………………………………………………………………xiii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………….1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1

B. Perumusan Masalah……………………………………………….4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………….4

D. Manfaat Penelitian………………………………………………...5

E. Metode Penelitian…………………………………………………6

F. Sistematika Penulisan Hukum…………………………………….10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……...………………………………………12

A. Kerangka Teori……………………………………………………12

1. Pemerintahan Daerah………………...……………………….15

2. Otonomi Daerah……………………...……………………….12

3. Penegakan Hukum………………….....………………………18

4. Tinjauan Umum tentang Polisi Pamong Praja……...…………22

5. Tinjauan Umum tentang Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002

………………………………………………………………...24

6. Tinjauan Umum tentang Pedagang Kaki Lima……………….27

B. Kerangka Pemikiran………………………………………………29

1. Bagan…………………………………………………………29

2. Keterangan Bagan……………………………………………..30

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………32

A. HASIL PENELITIAN

1) Deskripsi Objek Penelitian……………………………………32

B. PEMBAHASAN

1) Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menegakkan

Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan

Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Magetan……...………….41

2) Hambatan-Hambatan yang Dialami Satpol PP dalam Mengatasi

Hambatan-Hambatan Itu Sehubungan dengan Penerapan

Peraturan Daerah Tersebut…………………………………….54

BAB IV. PENUTUP……………………………………………………………..….61

A. Kesimpulan………………………………………………………...….61

B. Saran..........…………………………………………………………....63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang ini negara Indonesia menganut sistem Otonomi Daerah, sistem ini

memberikan peluang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan dalam segala bidang termasuk bidang ketertiban

lingkungan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang 1945 Negara Republik Indonesia di

dalam pasal 18, pemerintah daerah berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

kepada daerah bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Melalui

otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan

serta potensi dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas

penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan potensi dan keanekaragaman

daerah. Untuk mencapai efisien dan efektifitas tersebut, daerah diberikan kewenangan

yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan

otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Perihal otonomi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur di dalam Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-

Undang No. 22 Tahun 1999. Jika di dalam UU No. 22 Tahun 1999 lebih

menitikberatkan pada penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan

pelaksanaan asas desentralisasi. Maka dalam UU No. 32 Tahun 2004 ini pada

prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan

pelaksanaan asas otonomi dan tugas pembantuan. Seperti tersebut dalam Pasal 1 butir 1

UU No. 32 Tahun 2004, menyatakan : "Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945". Prinsip otonomi seluas-luasnya yang

dimaksud dalam undang-undang tersebut adalah daerah diberikan kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan

Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum,

dan daya saing daerah.

Kewenangan pemerintah daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

adalah menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, menyediakan

sarana dan prasarana umum, perencanaan dan pengendalian pembangunan. Dengan

pengembangan pembangunan daerah diharapkan dapat tercipta masyarakat yang adil,

makmur dan sejahtera. Tapi dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah juga

harus memperhatikan keteraturan dan ketertiban daerahnya agar tercipta kondisi yang

nyaman bagi seluruh masyarakat.

Kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam terminologi otonomi tersebut

memungkinkan dibuatnya berbagai perangkat-perangkat berupa aparatur daerah yang

berfungsi sebagai pendukung dari pelaksanaan pemerintahan di daerahnya. Salah satu

aparatur yang bertugas sebagai pendukung dari pelaksanaan pemerintahan daerah

adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Satuan ini merupakan perangkat

pemerintah daerah yang bertugas membantu kepala daerah dalam pelaksanaan jalannya

pemerintahan dan sebagai garda atau barisan terdepan dalam bidang ketenteraman dan

ketertiban umum, seperti yang disebutkan pada Pasal 148 ayat (1) UU No. 32 Tahun

2004 : "Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi

Pamong Praja".

Keberadaan Polisi Pamong Praja mempunyai peranan penting dan strategis. Baik dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah maupun pemerintahan secara nasional. Polisi

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pamong Praja merupakan aparatur Pemerintahan Daerah yang bertugas membantu

Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman, ketertiban

umum, menegakkan peraturan daerah dan menegakkan peraturan kepala daerah. Pada

saat sekarang ini Polisi Pamong Praja sangat dibutuhkan dan diperlukan untuk

mencegah dan mengatasi timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban dalam

masyarakat.

Erat kaitannya dengan keberadaan Polisi Pamong Praja di kbupaten Magetan terdapat

potensi yang terus tumbuh besar yaitu Pedagang Kaki Lima. Hal ini akan berdampak

dengan keamanan, kenyamanan, dan ketetuban masyarakat. Pada saat itulah keberadaan

Satpol PP dalam mengamanankan Perda PKL Mgetan dibutuhkan.

Potensi pengembangan pembangunan daerah di sektor informal seperti Pedagang Kaki

Lima (PKL). Yang apabila diolah dengan baik maka akan memberikan kontribusi yang

besar dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, retribusi dari

sektor perdagangan ini dapat dijadikan sumber pendapatan asli daerah yang dapat

dikelola oleh pemerintah daerah yang nantinya akan dapat menambah pendapatan

daerah. Dalam melihat fenomena keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

menjamur di daerah kabupaten Magetan ternyata keberadaannya dapat dijadikan

sebagai salah satu potensi bagi pembangunan daerah yang pengembangannya juga harus

diimbangi dengan keteraturan dan ketertiban agar keberadaanya tidak merugikan pihak

lain.

Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun dalam

sebuah penelitian hukum dengan judul :

PERANAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENEGAKKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PENATAAN

PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MAGETAN.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

Masalah adalah setiap persoalan dan kesulitan yang mengarahkan manusia untuk

memecahkannya. Agar permasalahan yang ada dalam penelitian ini dapat dipecahkan,

maka harus disusun dan dirumuskan secara sistematis. Perumusan masalah dalam suatu

penelitian sangat penting guna mempermudah pelaksanaan dan supaya sasaran

penelitian menjadi jelas, tegas, terarah dan mencapai hasil yang dikehendaki. Selain itu

diharapkan dapat menjadi arahan pembahasan yang jelas sehingga terbentuk hubungan

dengan masalah yang dibahas.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diidentifikasi berbagai masalah dan

Penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peranan Satpol PP dalam menegakkan Peraturan Daerah Nomor

24 Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima di kabuapten Magetan ?

2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang di hadapi Satpol PP dalam menegakkan

Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima

di kabupaten Magetan ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil dari

penelitian dapat dimanfaatkan dengan baik oleh peneliti sendiri ataupun orang lain dan

tujuan Penulis mengadakan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui peranan Satpol PP dalam menegakkan Peraturan Daerah

Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan pedagang kaki lima di Magetan.

b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh Satpol PP dalam upaya

menegakkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan

pedagang kaki lima di Magetan.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk mendapatkan data guna menyusun Penulisan Hukum (skripsi) sebagai

syarat yang harus ditempuh dalam memperoleh gelar kesarjanaan di bidang

Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan Penulis dalam Ilmu Hukum

khususnya Hukum Tata Negara.

c. Untuk menambah pemahaman dan pengalaman Penulis tentang Ilmu Hukum

di lapangan.

D. Manfaat Penelitian

Salah satu aspek penting di dalam kegiatan penelitian adalah menyangkut masalah

penelitian, karena suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut

memberi manfaat dan kegunaan bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat

diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu Hukum pada

umumnya dan Hukum Tata Negara pada khususnya.

b. Memberikan masukan ilmu pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya terutama di bidang hukum tata Negara.

c. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pihak yang berkepentingan

dalam penataan pedagang kaki lima di Kabupaten Magetan.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Mempraktekkan teori penelitian ( hukum ) yang telah penulis dapatkan di

bangku kuliah.

c. Hasil Penelitian ini dapat membantu memberikan gambaran pada

masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Peraturan Daerah

Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima.

d. Melatih penulisan hukum dalam mengungkap permasalahan yang ada

tersebut dengan metode ilmiah sehingga menunjang Ilmu Pengetahuan yang

pernah Penulis terima.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu proses, prinsip, dan prosedur yang berfungsi untuk

menghasilkan analisis dan data yang valid dalam usaha mencari jawaban atas

permasalahan yang ada. Penelitian merupakan kegiatan ilmiah guna menemukan,

mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara

metodelogis dan sistematis ( Soetrisno Hadi, 1991 : 4 ).

Berdasarkan pengertian tersebut, metodelogi penelitian dapat diartikan sebagai cara

untuk memecahkan masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, dan menyusun

data guna mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya

dituangkan dalam penulisan ilmiah. Adapun metode penelitian yang digunakan Penulis

adalah sebagai berikut :

1. Jenis, Pendekatan dan Sifat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan metode Empiris. Penelitian Empiris

adalah penelitian yang bertolak dari data empirik berakhir dengan penemuan teori-teori

(midle-range theory maupun grand theory); dimana kebenaran ditentukan reabilitas dan

validitas data dikumpulkan, diklasifikasikan dan diinterpretasi. Penelitian empiris

dimaksudkan sebagai usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat ( Hilman Hadikusuma, 1995 :

61 ).

Jenis pendekatan penelitian yang Penulis gunakan adalah pendekatan penelitian secara

yuridis sosiologis, yaitu jenis pendekatan yang mengungkapkan aturan-aturan secara

yuridis (hukum) yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan secara

sosiologis sebagai suatu gejala empiris dengan mencocokan kenyataan di lapangan (

Bambang Sunggono, 1997 : 76 ).

Adapun sifat penelitian yang digunakan Penulis yaitu Deskriptif, sifat penelitian

dengan memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala

lainnya ( Soerjono Soekanto,1986 : 10 ).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan oleh penulis dalam melakukan Penelitian guna penyusunan

penulisan hukum ini adalah bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

PP) Kota Magetan, yang berkedudukan di Kabupaten Magetan dan Pedagang Kaki

Lima yang ada di Magetan.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan

yang menjadi objek penelitian atau yang diperoleh langsung dari responden yang berupa

keterangan atau fakta-fakta ( Soerjono Soekanto, 1986 : 12 ).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang terlebih dahulu sudah dikumpulkan dan dilaporkan oleh

orang lain diluar peneliti yang berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer, yaitu sumber yang diperoleh langsung dari

lapangan yaitu dari pejabat dan staf Satpol PP dan beberapa PKL di

kabupaten Magetan.

b. Sumber Data Sekunder adalah sejumlah keterangan atau kata-kata yang

diperoleh secara tidak langsung melalui bahan dokumen, peraturan

perundang-undangan, laporan, arsip, literatur dan hasil penelitian

lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara

Merupakan suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih

berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan

telinga sendiri ( Sutrisno Hadi, 1991 : 192 ). Metode wawancara yang digunakan adalah

metode campuran yaitu dengan menggabungkan antara metode terpimpin ( terstruktur )

dengan metode bebas ( tidak terikat ) dengan cara Penulis membuat pedoman

wawancara terlebih dahulu yang kemudian digunakan dalam proses wawancara dengan

pengembangan secara bebas sebanyak mungkin sesuai kebutuhan data yang ingin

diperoleh. Wawancara ini penulis lakukan dengan para pejabat dan staf Satpol PP

kabupaten Magetan secara langsung berkaitan dengan penegakan hukum terhadap

penataan PKL di kabupaten Magetan dan dengan beberapa PKL di kabupaten Magetan.

b. Studi Kepustakaan

Merupakan metode dengan jalan mencari keterangan-keterangan teori-teori dan data

lain yang diperlukan dalam pembahasan penelitian ini melalui buku-buku literatur dan

peraturan perundang-undangan.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

6. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data ini memegang peranan penting dimana data yang sudah terkumpul,

dapat dipertanggung jawabkan sehingga menghasilkan jawaban dari permasalahan.

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi

suatu laporan. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam

pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. ( Lexi J.Moleong, 2000 :

183 ).

Adapun Analisis data yang digunakan Penulis adalah dengan melalui analisis kualitatif.

Analisis kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan deskriptif analisis

yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku

nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh ( Soerjono Soekanto, 1986 :

5).

Dalam penelitian ini Penulis menggunakan teknis analisis data model interaktif, yaitu

model analisis yang dilakukan dengan menyusun data, menyajikan data dan menarik

kesimpulan. Kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus dan diulang-ulang

sehingga membentuk siklus yang memungkinkan membentuk suatu kesimpulan akhir

yang memadai (H.B.Sutopo, 1998 : 34-38 ), dimana dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data, merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi dari data fieldnote. Proses ini berlangsung terus sampai

laporan akhir penelitian selesai.

2. Sajian data, adalah suatu rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Sajian data dapat

meliputi berbagai jenis matrik, gambar/skema, jaringan kerja, kaitan

kegiatan dan juga tabel.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, dari awal pengumpulan data peneliti

harus sudah memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui mulai

melakukan pencacatan, peraturan-peraturan, pola - pola, pertanyaan-

pertanyaan.

Setelah data terkumpul, maka ketiga komponen tersebut berinteraksi dan apabila dirasa

kesimpulan kurang kuat maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali

mengumpulkan data lapangan. Apabila hal tersebut digambarkan dalam diagram adalah

sebagai berikut :

Gambar 1.1 Model Analisa Interaktif

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, maka penulis menyusun sistematika

penulisan hukum ( skripsi ) sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pengumpulan data

Reduksi data

Sajian data

Penarikan kesimpulan /

verifikasi

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dalam bab ini dipaparkan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul yang diteliti

dan kerangka teori serta kerangka pemikiran. Kerangka teori berisi tentang

Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah, Penegakan Hukum, polisi pamong praja,

Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 dan penataan pedagang kaki lima.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang diperoleh beserta

pembahasan yang dikaitkan dengan permasalahan, kerangka teori, kerangka pemikiran

melalui teknik analisis data yang ditentukan dalam metode penelitian, yaitu antara lain

mengenai Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menegakkan Perda Nomor 24

Tahun 2002 Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Magetan; hambatan-

hambatan yang dihadapi pemerintah kota Magetan ( Satpol PP ) dalam menerapkan

Peraturan Daerah tersebut; upaya-upaya yang dilakukan pemerintah kota ( Satpol PP )

dalam mengatasi hambatan tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan berdasarkan analisis data yang

dilakukan sebagai jawaban atas permasalahan yang ada yang telah dirumuskan. Selain

itu juga akan dipaparkan mengenai saran-saran yang ditujukan para pihak yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Pemerintah Daerah

a) Pengertian pemerintah daerah

Definisi tentang Pemerintah Daerah telah dikemukakan oleh Undang-Undang ataupun

oleh para sarjana. Yang dimaksud Pemerintah Daerah Menurut Pasal 1 huruf (b)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah Kepala Daerah beserta Perangkat

Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Sedangkan menurut Pasal 1

angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah adalah Gubernur,

Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang

diberi hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintah, dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan (hak otonom). Adapun yang dimaksud dengan Pemerintahan Daerah dalam

Pasal 1 huruf d Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yaitu penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas

desentralisasi. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945.

b) Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Pengertian atau batasan mengenai asas-asas yang digunakan dalam menyelenggarakan

pemerintahan di daerah diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

antara lain sebagai berikut :

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

a. Azas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b. Azas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau

kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

c. Azas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada

daerah dan atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota

dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa

untuk melaksanakan tugas tertentu (B.N. Marbun, 2005 : 307-314).

c) Prinsip Dasar Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Daerah diberi kewenangan untuk mengelola daerahnya termasuk didalam

penyelenggaraan pemerintahan, agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat

berjalan dengan lancar berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka

dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a. Prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan

diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam

Undang-Undang ini.

b. Prinsip dimana daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan

daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan serta, prakarsa dan

pemberdayaan masyarakat

c. Prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi

nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan

kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,

hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah,

sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab

adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar

sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada

dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan

nasional

d. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

e. Penyelenggaraan otonomi daerah harus menjamin keserasian

hubungan antara daerah dengan daerah lainnya dan daerah dengan

pemerintah ( Dasar pemikiran huruf b dalam penjelasan umum atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ).

Prinsip-prinsip tersebut diatas dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak

dicapai apabila pemerintah memberi suatu pembinaan berupa pemberian pedoman

seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Disamping itu

diberi pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, pengendalian, koordinasi, pemantauan

dan evaluasi. Bersamaan dengan itu, pemerintah wajib memberikan fasilitas yang

berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar

dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Suatu wilayah yang dibentuk menjadi suatu daerah yang diberi kewenangan untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan undang-undang, adalah

suatu badan hukum. Meskipun dalam undang-undang tidak disebutkan bahwa daerah

tersebut merupakan badan hukum, tetapi dari “basiswetten” tentang pemeritahan daerah,

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dimana pemerintah daerah itu dapat mempunyai kekayaan sendiri, mengadakan

pinjaman uang, dapat mengadakan perjanjian dengan pihak lain, mempunyai perangkat

pemerintahan yang dapat bertindak untuk dan atas nama daerah yang bersangkutan dan

lain sebagainya (Dana Sugandha, 1981 : 3).

Sebagai suatu badan hukum publik, daerah diberi kewenangan khusus yang tidak dapat

dimiliki oleh badan hukum perdata lainnya. Kewenangan-kewenangan tersebut antara

lain adalah sebagai berikut :

a. Kewenangan untuk membuat peraturan daerah yang berlaku untuk

umum dan dapat bersifat memaksa.

b. Hak budget.

c. Dan hak-hak lainnya (Dana Sugandha, 1981 : 4)

2. Tinjauan Umum Otonomi Daerah

Otonomi Daerah merupakan bagian sistem politik yang diharapkan memberi peluang

bagi warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan kreatifitasnya. Dengan

demikian, otonomi daerah merupakan dalam era globalisasi dan reformasi ini. Tanpa

otonomi daerah, masyarakat akan mengalami kesulitan menempatkan diri sejajar

dengan manusia-manusia yang lain di berbagai negara pada saat perdagangan bebas

mulai berlaku ( Andi A. Malarangeng, 2001 : 105).

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia selalu dikaitkan dengan asas desentralisasi.

Dimana dalam UU No.32 tahun 2004 pasal 1 ayat (7) mejelaskan tentang desentrlisasi

yang artinya penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sehingga prakasa, dan tanggung jawab mengenai urusan yang diserahkan

sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah, termasuk kebijakan, perencanaan dan

pelaksanaan. Dimana tujuan dari pelaksanaan desentralisasi ini agar tidak terjadi

pemusatan keuangan dan juga suatu usaha pendemokrasian pemerintah daerah untuk

mengikut sertakan rakyat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Penyelenggaraan asas desentralisasi menghasilkan daerah otonomi, sedangkan urusan

yang diserahkan kepada daerah otonom yang menjadi hak atau wewenangnya disebut

“otonomi daerah” atau “otonomi” saja. Otonomi menurut Amrah Muslimin berarti

pemerintah sendiri ( zelfregering ), ( auto = sendiri, nomes = pemerintahan ). Memang

otonomi itu berarti kemandirian, seperti juga yang dikemukakan Bagir Manan yang

menyatakan “otonomi” mengandung arti kemandirian untuk mengatur dan mengurus

urusan ( rumah tangganya ) sendiri.

Bagir Manan juga mendefinisikan “otonomi” sebagai kebebasan dan kemandirian

satuan pemerintahan lebih rendah untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan

pemerintahan. Urusan pemerintahan yang boleh diatur dan diurus secara bebas dan

mandiri itu menjadi atau merupakan urusan rumah tangga satuan pemerintahan yang

lebih rendah tersebut. Kebebasan dan kemandirian merupakan hakekat isi otonomi.

Muh. Safei mendefinisikan “otonomi seluas-luasnya” sebagai mengurus dan mengatur

rumah tangga daerah yang didasarkan pada kepentingan daerah dan kebutuhan

masyarakat daerah di dalam segala segi peri kehidupan masyarakat dan daerah seperti

dilapangan kemakmuran, kesejahteraan sosial, agama, kebudayaan, ketertiban dan

keamanan umum, keadilan dan sebagainya sepanjang kesemuanya itu tidak termasuk

atau ditark kedalam pengurusan pemerintahan pusat atau daerah otonomi yang lebih

atas.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah yang

diselenggarakan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efesiensi, terdiri

atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan

pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan hak dasar, kesehatan,

pemenuhan kebutuhan dasar minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan

pemerintahan pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

Sedangkan urusan pemerintahan propinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan

pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Menurut ketentuan pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, urusan

wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah khususnya kabupaten atau

kotamadya meliputi :

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

2) Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.

3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

4) Penyediaan sarana dan prasarana umum.

5) Penanganan kesehatan.

6) Penyelenggaraan pendidikan.

7) Penanggulangan masalah sosial.

8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

9) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah

10) Pengendalian lingkungan hidup.

11) Pelayanan pertanahan

12) Pelayanan kependudukan.

13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

14) Pelayanan administrasi penanaman modal.

15) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Urusan yang bersifat pilihan baik oleh pemerintah provinsi dan ataupun kabupaten/kota

ada pada Pasal 14 ayat (2) yang meliputi urusan pemerintah yang secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sesuai dengan kondisi, ciri khas

dan potensi daerah seperti pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, pariwisata

dan lain-lain. Ketika pemerintah daerah menjalankan pemerintahannya maka dalam

pelaksanaanya tidak terlepas dengan pemerintah daerah yang lainnya.

Karena antara pemerintah daerah satu dengan yang lainnya terdapat hubungan yang

tidak dapat terpisahkan yaitu mencakup tentang hubungan wewenang, keuangan,

pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

3. Tinjauan Umum tentang Penegakan Hukum

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan

didalam kaidah-kaidah yang mantap dalam sikap dan tindakan sebagai rangkaian

penjabaran untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian dalam

pergaulan hidup dalam masyarakat. Penjabaran secara konkrit bentuk kaidah-kaidah

hukum yang pada umumnya berisi perintah, larangan, dan hal yang diperbolehkan atau

tidak dilarang. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan yang

harus dipatuhi setiap orang, sehingga penegakan hukum merupakan suatu proses

penyerasian nilai-nilai kaidah yang mengatur pola perilaku atau sikap tindakan

mengarah pada terciptanya kedamaian dalam pergaulan hidup ( Soerjono Soekamto,

2002 : 3 ).

Atas dasar tersebut, inti dari penegakan hukum adalah menciptakan kedamaian yaitu

menciptakan suatu ketertiban dalam masyarakat yang secar konsepsional. Dalam rangka

penegakan hukum, perlu ditingkatkan pengawasan dan langkah-langkah penindaan guna

penertiban aparatur pemerintah serta untuk menanggulangi masalah-masalah

penyalahgunaan wewenang, korupsi, pemborosan kekayaan dari keuangan negara,

praktek-praktek pungutan liar serta penyelewengan lain yang menghambat

pembangunan. Tujuan penegakan hukum adalah untuk meningkatkan ketertiban dan

kepastian hukum dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilaksanakan

pembinaan sikap, perilaku, kemajuan dan kewibawaan aparatur negara, serta penegak

hukum.

Untuk mencapai tujuan penegak hukum tersebut harus diperlukan faktor-faktor sebagai

berikut :

1) Pengetahuan tentang peraturan

Pengetahuan hukum yaitu kesan yang ada dalam pikiran seseorang tentang adanya suatu

peraturan yang menyangkut kehidupan tertentu. Peraturan tersebut berfungsi untuk

mengatur dan menciptakan suatu keadaan yang aman dan tertib. Dalam suatu agar dapat

terwujud dan dapat mewujudkan suatu daerah yang aman dan tertib maka suatu daerah

tersebut membuat peraturan perundang-undangan dalam bentuk peraturan daerah.

Peraturan daerah tersebut dibuat untuk menciptakan suatu daerah yang aman dan tertib.

Warga masyarakat sebagai objek dari suatu aturan hukum paling tidak harus

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mengetahui adanya suatu hukum yang mengaturnya. Oleh karena itu, saluran

komunukasi menjadi penting untuk diperhatiakan sebagai sarana untuk

mensosialisasikan dan memasyarakatkan suatu aturan hukum sehingga masyarakat luas

dapat mengetahui dan untuk selanjutnya dengan sasaran mau untuk melaksanakannya

dan mematuhinya. Melalui saluran komunikasi secara bertahap anggota masyarakat

mengetahui akan aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma yang baru yang selanjutnya

akan diteruskan kepada anggota masyarakat yang lain.

2) Pengertian hukum

Pengertian hukum yaitu pengetahuan tentang isi dan maksud yang terkandung didalam

suatu peraturan tertentu.

3) Penerimaan hukum

Penerimaan hukum yaitu perasaan senang terhadap peraturan sehingga bersedia untuk

mematuhinya.

4) Pola perilaku hukum

Pola perilaku hukum yaitu perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan hukum,

dimana faktor-faktor tersebut merupakan faktor pendukungdari peraturan hukum,

petugas penegak hukum, fasilitas, dan warga masyarakat. Apabila semua faktor

pendukung tersebut menjunjung tinggi keadilan, kesadaran, dan tertib hukukummaka

akan tercipta penegakan hukum yang adil dan beradap.

Pada hakekatnya penegakan hukum merupakan suatu jaminan dan penegak ketertiban

dan keadilan yang dapat memberikan perlindungan dan pengayoman pada warga

masyarakat saran untuk pembaruan masyarakat melalui pembangunan. Sarana

Penegakan Hukum itu sendiri bebas dari pengaruh luar sehingga tercipta iklim aman

dan tertib. Dalam peranannya penegakan hukum diartikan dalam fungsinya sebagai

jaminan penegakan ketertiban dan keadilan, yang dapat memberikan perlindungan dan

pengayoman kepada masyarakat dan sebagai saran pembaruan untuk masyarakat

melalui pembangunan (Kohar Hari Sumarno,1986: 197). Pembangunan dan pembinaan

hukum merupakan kegiatan dan usaha yang menunjang, mengiringi, dan mengarahkan

perubahan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh

masyarakat Indonesia (Kohar Hari Sumarno,1986: 196).

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Penegakan Hukum sebenarnya merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide

menjadi suatu fakta atau kenyataan sebagaimana tertuang dalam Peratura Perundang-

undangan Proses Perwujudan ini merupakan hakikat penegakan hukum. Penegakan

hukum adalah suatu proses logis yang mengikuti kehadiran suatu Peraturan. Peristiwa

yang terjadi mengikuti kehadiran Peraturan hampir sepenuhnya terjadi melalui

pengelolaan logika menjadi acuan dalam penegakan hukum dam pikiran badan

pembuatan hukum yang dirumuskan dalam peraturan (Satjipto Raharjo, 1983: 24).

Berhubungan dengan hal keberlakuan hukum tersebut, maka Soerjono Soekamto

memberikan penjelasan tentang penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Dimana faktor-faktor tersebut meliputi empat faktor

(Soerjono Soekamto, 1982:159).

a. Peraturan itu sendiri

Didalam peraturan itu sendiri, ada kemungkinan terdapat ketidakcocokan peraturan-

peraturan mengenai bidang-bidang hukum tertentu, ketidakcocokan dengan peraturan

yang tidak tertulis atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, apakah penerbitan

peraturan tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yuridis yang ada.

b. Petugas Penegak Hukum

Bagaimana mentalitas petugas penegak hukum. Para petugas penegak hukum yang

mencakup hakim, jaksa, polisi, penasehat hukum dan sebagainya harus memiliki mental

yang baik dalam melaksanakan suatu peraturan hukum, sebab jika terjadinya yang

sebaliknya. Maka akan terjadinya gangguan-gangguan atau hambatan-hambatan dalam

sistem penegakan hukum

c. Fasilitas

Dengan adanya fasilitas sebagai saran untuk mencapai tujuan diharapkan untuk

mendukung pelaksanaan suatu peraturan dalam ruang lingkupnya adalah terutama saran

fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Apabila suatu peraturan sudah baik

ditunjang oleh mentalitas petugas pelaksanaan juga baik, namun tidak ditunjang dengan

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tersedianya fasilitas yang kurang memadai maka juga akan menimbulkan gangguan-

gangguan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.

d. Warga Masyarakat

Berbicara mengenai warga masyarakat, maka hal ini akan berhubungan dengan masalah

tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum sebagai salah satu indikator berfungsinya

aturan hukum di masyarakat (Soerjono Soekamto, 1982 :159).

Kesimpulan yang didapat oleh penulis tentang penegakan hukum yang di maksud

diatas, bahwa penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-

nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dalam sikap dan tindakan

sebagai rangkaian penjabaran untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan

kedamaian dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. Tujuan dari pegakan hukum itu

sendiri untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat untuk

mencapai tujuan tersebut, telah dilaksanakan pembinaan sikap, perilaku, kemajuan dan

kewibawaan aparatur negara, serta penegak hukum.

4. Tinjauan Umum Tentang Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja adalah organisasi perangkat daerah yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 148 yang berbunyi “ untuk

membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggaraan ketertiban

umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja. Di samping

itu Satuan Polisi Pamong Praja atau sering disingkat Satpol PP merupakan perangkat

Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta

menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja

ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Di daerah Provinsi, Satpol PP dipimpin oleh

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui

Sekretaris Daerah. Sedangkan di Daerah Kabupaten atau Kota, Satpol PP dipimpin oleh

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/ Walikota melalui

Sekretaris Daerah.

Tugas pokok dan fungsi Polisi Pamong Praja di dalam mengamankan program-program

pemerintah, khususnya dalam penegakan peraturan daerah sangat diperlukan, sekaligus

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

memantapkan posisinya sebagai salah satu unit kerja di dalam struktur pemerintahan

daerah dalam mendukung suksesnya pelaksanaan program pemerintah. Selain tugas

pokok dan fungsi Polisi Pamong Praja tersebut diatas ada pula tugas penting lainnya

yaitu:

a. Menegakkan ketentraman, dan ketertiban masyarakat merupakan

mitra utama Polri di Daerah dalam menjaga keamanan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

b. Membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi

daerah yang tentram, tertib, dan teratur sehingga

penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan

lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan

aman.

Dalam melaksanakan tugas pokok diatas Polisi Pamong Praja juga memiliki fungsi

yaitu :

a. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda,

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat serta perlindungan masyarakat.

b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala

daerah.

c. pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat di daerah.

d. pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.

e. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan

kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau

aparatur lainnya.

f. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan

hukum agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan

kepala daerah.

g. pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah.

( PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamoing Praja ).

Meskipun dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya Satuan Polisi Pamong Praja

dalam menghadapi permasalahan dan tantangan klasik yaitu : opini masyarakat yang

negative, Sumber Daya Manusia yang terbatas, sarana dan prasarana yang kurang

memadai dan pemberitaan pers yang tidak seimbang. Sebagai jajaran aparatur

pemerintah yang tugasnya bersentuhan langsung dengan masyarakat, Satuan Polisi

Pamong Praja menghadapi persoalan yang rawan terhadap pelanggaran Hak Asasi

Manusia (HAM), seperti halnya pada waktu melaksanakan penertiban, petugas

berhadapan dengan massa yang menolak untuk di tertibkan, akibatnya petugas sering

dihadapkan dengan tindakan kekerasan yang berujung pada pelanggaran HAM yang

berdampak juga pada berlakunya penyelenggaraan pemerintahan dan ketentraman

masyarakat.

5. Tinjauan Umum Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002

Keberadaan PKL di suatu daerah memang tak dapat disangkal lagi dan amat sulit untuk

dihindari meski operasi-operasi penertiban yang terkadang cenderung koersif tak henti-

hentinya terjadi. Sesungguhnya solusi mengenai PKL tidak harus selalu dengan

menggunakan cara-cara yang memaksakan suatu kepentingan namun mengambil jalan

tengah dari kepentingan-kepentingan tersebut. Maraknya pedagang kaki lima yang

sekarang ini mulai meresahkan masyarakat termasuk di kota Magetan kini menjadi

masalah yang menggangu lingkungan kota. Kegiatan bongkar pasang yang dilakukan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

para PKL yang terjadi dikota Magetan sudah sangat memprihatinkan dan sungguh

merisaukan sehingga harus diusahakan untuk dapat menekan, membatasi, dan

mengurangi.

Dalam usaha melakukan penanggulangan pedagang kaki lima khususnya di kabupaten

Magetan, Pemerintah dan masyarakat kota magetan mempunyai tanggung jawab untuk

melaksanakan pembinaan, penataan, dan penertiban terhadap pedagang kaki lima, untuk

itu diperlukan tindakan nyata berupa penegakan hukum dan program nyata yang

merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan nasional maupun

internasional tentang penataan dan pembinaan pedagang kaki lima. Kondisi Pedagang

Kaki Lima (PKL) yang seperti itu jelas sekali akan sedikit menerima perlindungan

karena umumnya mereka tidak terdaftar secara resmi sedangkan pendapatan yang

mereka juga tidak seberapa. Sehingga untuk melindungi, memperdayakan,

mengendalikan dan membina kepentingan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam

melakukan usaha agar berdaya guna serta dapat meningkatkan kesejahteraannya serta

untuk melindungi hak-hak pihak lain/kepentingan umum di kabupaten Magetan maka

ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang

Kaki Lima (PKL). Isi dari Perda tersebut adalah :

a. Perizinan ( pasal 1 )

Izin yang dimaksud dalam Peraturan Daerah tersebut izin yang diberikan oleh Bupati

atau pejabat yang ditunjuk untuk memberikan izin kepada PKL untuk menggunakan

fasilitas umum untuk berdagang atau melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan

Peraturan yang telah ditetapkan.

b. Pembinaan ( pasal 2 )

Pembinaan dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk yang berkewajiban

memberikan bimbingan, pembinaan, dan penyuluhan kepada PKL dalam

mengembangan kegiatan usahanya yang harus sesuai dengan tata cara pembinaan yang

ada dalam Peraturan Daerah.

c. Pengaturan waktu dan tempat kegiatan usaha ( pasal 3 – pasal 4 )

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dalam Peraturan Daerah tersebut diatur mengenai waktu dan tempat yang akan

digunakan PKL dalam menjalankan usahanya. Tempat yang dimaksud harus tempat

yang telah ditentukan dan diberikan ijin untuk digunakan sebagai tempat untuk PKL

menjalankan usahanya. Dalam menjalankan usahanya PKL itu sendiri telah diberikan

waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah tersebut.

d. Ketentuan pidana ( pasal 5 )

Bagi PKL yang melanggar atau menyalahi aturan yang telah ditentukan dalam Peraturan

Daerah tersebut dapat dikenai sanksi pidana berupa pidana kurungan maupun dendan

yang telah ditentukan dalam Peraturan Daerah.

e. Penyidikan ( pasal 6 )

Penyidikan dilakukan kepada PKL yang melanggar Peraturan Daerah dan di proses

secara hukum berdasarkan UU hukum acara pidana yang berlaku, hal ini dilakukan oleh

PPNS yang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap PKL yang tidak

mematuhi aturan yang ada dalam Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima,

bertujuan untuk membina dan menertibkan PKL dalam menjalan kan usahanya agar

sesuai dengan yang diharapkan pemerintah dan tidak mengganggu ketertiban

lingkungan serta mencerminkan lingkungan kota yang rapi dan teratur. Di samping itu

pemerintah juga harus bersikap tegas kepada PKL yang nakal dan tidak menaati aturan

yang telah ada, pemerintah juga harus menyediakan sarana dan prasaran untuk

menunjang kegiatan yang dijalankan PKL tetap berjalan dengan baik, sehingga

diharapkan mampu menciptakan solusi yang efektif dan damai mengingat PKL

bukanlah pelaku kriminal dan hanya bisa merusak tata ruang kota, namun sebaliknya

jika disokong dengan pengetahuan yang luas mengenai dunia usaha dan permodalan

yang cukup disertai kemampuan manajerial yang baik, PKL dapat berguna dalam

penyerapan tenaga kerja dan mendukung pemerataan kesejahteraan. Untuk menerapkan

Peraturan Daerah tersebut, perlu menunjuk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

selaku penegak Peraturan Daerah tersebut.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

6. Tinjauan Umum Mengenai Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima adalah pedagang ekonomi lemah yang menggunakan bagian dari

fasilitas umum sebagai tempat kegiatan usaha dengan menggunakan peralatan bergerak

atau tidak bergerak. PKL juga merupakan pelaku usaha sektor informal yang melakukan

kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu dan bersifat sementara di daerah milik

jalan atau fasilitas umum dengan menggunakan sarana berdagang di pindahkan dan

dibongkar pasang. Konsep sektor informal diperkenalkan dan digunakan untuk pertama

kali oleh Keith Hart, sewaktu ia meneliti di Ghana, Afrika. Kemudian ILO menerangkan

konsep ini dalam berbagai penelitiannya di negara-negara Dunia Ketiga, terutama untuk

membantu memperjelas proses kemiskinan, yang dikaitkan dengan pengangguran, migrasi

dan urbanisasi (Jefta Leibo; 2004:9). Sektor usaha informal adalah sumber kesempatan

kerja terutama untuk penghasilan tambahan dan umumnya menyerap tenaga kerja yang

berpendidikan relatif rendah. Menurut Hans-Dieter Evers sektor informal merupakan sektor

ekonomi bayangan dimana merupakan seluruh kegiatan ekonomi yang tidak terliput oleh

statistik resmi pemerintah dan kurangnya terjangkau oleh aturan dan pajak negara.

Sedangkan hasil dari penelitian Hernando De Soto dalam jurnal The Other Path: The

Economic Answer to Terrorism Hernando De Soto, examines the informal economic system

developed by "excluded" peoples in Lima, Peru. In so doing, he provides a damaging

indictment of the Peruvian government's mercantilist economic system, which in effect

excludes a significant number of individuals from the formal econom.

Selain itu PKL merupakan salah satu sub sektor informal yang keberadaannya sangat

nyata terutama di daerah perkotaan di Indonesia. Keberadaan Pedagang Kaki Lima

merupakan suatu fenomena sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

masyarakat kota, bahkan dapat dikatakan keberadaan PKL merupakan salah satu ciri

dan karakteristik dari negara-negara yang sedang berkembang. PKL dianggap

mendominasi ruang publik dan mengganggu keselarasan antara berbagai kepentingan di

dalam ruang publik. PKL seringkali menggunakan trotoar yang seharusnya

diperuntukkan bagi pejalan kaki, mengambil jalan untuk berjualan, dan membuat tata

kota semrawut.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Menurut Kartini Kartono, definisi dari PKL adalah orang yang dengan modal yang

relatif sedikit berusaha untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu dalam

masyarakat, usaha mana dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis,

dalam suasana lingkungan informal. (Kartini Kartono, 1980:7) Pada masa sekarang ini,

keberadaan pedagang kaki lima diperumpamakan sebagai pisau bermata dua, sebagai

sektor informal pedagang kaki lima mampu menjadi kutup-kutup pengaman ekonomi

saat terjadi krisis ekonomi. Dimana pedagang kaki lima mampu bertahan dan

menampung korban-korban pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga rasa frustasi

akibat kehilangan pekerjaan/mata pencaharian dapat terobati. Roda perekonomian

nasional hampir terhenti/lesu, namun pedagang kaki lima mampu mengerakannnya.

Disisi lain keberadaan pedagang kaki lima yang tidak terkendali menjadi beruang bagi

kelangsungan hidup Pemerintah kota sendiri. Karena keberadaan pedagang kaki lima

yang hanya melibatkan kepentingan sesaat dan pribadi telah bertabrakan dengan

kebijakan pemerintah Kota dalam melindungi kepentingan umum/banyak pihak (Yetty

Sarjono, 2005:144-145). Kegiatan ekonomi sektor informal pedagang kaki lima di

perkotaan dan bahkan di daerah yang merupakan pinggiran kota berkembang sangat

pesat. Sehingga menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan sosial. Tapi disisi lain

keberadaan Pedagang kaki Lima juga memberikan kontribusi yang besar dalam aktivitas

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama golongan ekonomi lemah. Munculnya

Pedagang Kaki Lima (PKL) bukan hanya berbekal satu gerobak sebagai tempat barang

dagangan. Akan tetapi, di dalamnya terdapat kemandirian, kelenturan, dan keefisienan

usaha. Sektor ini dapat bertahan dan berkembang ternyata bukan dari bantuan eksternal,

tetapi justru mengandalkan modal mandiri tanpa bantuan pihak lain. Dari segi

menentukan tempat dan mempertahankannya, mereka telah melalui perjuangan dan uji

ketahanan sehingga mereka dapat eksis dan berkembang (Alisjahbana, 2006:37).

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah yang mengatur mengenai kewenangan daerah dan otonomi daerah, dimana hal

tersebut ditandai dengan adanya penyerahan sebagian besar kewenangan pemerintah

Pusat atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah dibawahnya untuk menjadi urusan

rumah tangganya sendiri yang didasarkan pada keadaan dan faktor-faktor yang nyata di

suatu daerah ( kemampuan, keadaan, dan kebutuhan daerah ). Untuk melaksanakan

Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab maka kelembagaan perangkat

daerah perlu ditata kembali sehingga memiliki daya dukung yang optimal terhadap

penyelenggaraan Otonomi Daerah. Satpol PP sebagai penegak hukum yang

bersangkutan dalam permasalahan ini dalam kinerjanya di tunjang dengan Perda

Peraturan Daerah Magetan Nomor 83 tahun 2006 tentang tugas dan fungsi Satpol PP

UU No. 32 Tahun 2004

Otonomi Daerah

Peraturan Daerah No. 83 Tahun 2006

tentang tugas pokok dan fungsi satpol PP

Hambatan

SATPOL PP

Penegakan

Hukum

Peranan

SATPOL PP

Pedagang Kaki

Lima

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kabupaten Magetan untuk menegakan sebuah Peraturan Daerah, dalam hal ini Peraturan

Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima. Satpol PP

ditunjuk dan bertugas untuk menegakan Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang Penataan

PKL di kabupaten Magetan. Di Dalam Perda Nomor 83 tahun 2006 tersebut terdapat

tugas dan fungsi Satpol PP sebagai aparatur Pemerintah Daerah yang melakasanakan

tugas untuk memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta

menegakan Peraturan Daerah.

Dari berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat terdapat beberapa

permasalahan yang ditangani oleh Satpol PP, salah satunya adalah permasalahan

mengenai penataan pedagang kaki lima di kabupaten Magetan. Disini peranan Satpol

PP dalam masalah ini melakukan sosialisasi kepada PKL di kabupaten Magetan dengan

tujuan menata dan mengatur PKL yang ada di kabupaten Magetan. Penegakan hukum

terhadap Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang Penataan PKL di kabupaten Magetanyang

dilakukan Satpol PP dengan cara melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan

penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di kabupaten Magetan. Selain itu

Satpol PP juga melaksanakan kegiatan dalam rangka peningkatan dan pemantapan

ketentraman dan ketertiban umum. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai

aparatur Pemerintah Daerah hambatan yang di alami Satpol PP dalam menegakkan

Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima juga

menjadi pokok yang belum dapat terpecahkan. Hambatan ini berupa kurangnya

kesadaran dari PKL dalam hal waktu, tempat dan perijinan yang telah ada dalam Perda

tersebut.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Magetan

Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di

bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan

kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-

tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal. Pedagang

kaki lima pada umumnya adalah self-employed, artinya mayoritas pedagang kaki lima

hanya terdiri dari satu tenaga kerja. Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar, dan

terbagi atas modal tetap, berupa peralatan, dan modal kerja. Selain itu dengan

kurangnya pendidikan dan kebutuhan ekonomi yang kurang dapat menimbulkan

seseorang melakukan usaha tambahan dengan menjadi PKL.

Di kabupaten magetan sendiri pada umumnya PKL sudah menjadi usaha yang banyak

digeluti warga kabupaten magetan. Di samping itu dengan tidak meratanya persebaran

industri di kabupaten magetan dapat mendorong penduduk magetan untuk mengalihkan

jalan lain sebagai pedagang kaki lima untuk berjuang hidup. Dalam menjalankan usaha

dagangnya kita dapat jumpai para penduduk tersebut menjalankan akttivitasnya di

sepanjang Jl.Yos Sudarso, sekitar Pasar Sayur dan Pasar Baru, Jl. A.Yani, Jl. Pahlawan,

Jl. Panglima Sudirman dan di sepanjang jalan protocol lainnya. Selebihnya mereka

berdagang dengan cara berkeliling untuk menjajakan dagangannya. Penduduk magetan

memilih berwirausaha dengan jalan berdagang dikarenakan begitu banyaknya penduduk

magetan yang kurang mampu dalam segi ekonomi maupun segi pendidikan. Mereka

lebih memilih menjadi pedagang kaki lima dikarenakan usaha yang dijalankan tersebut

mudah dan tidak memerlukan biaya yang terlalu banyak serta banyaknya tempat yang

menjanjikan untuk berdagang dan memperoleh penghasilan dari berdagang di magetan.

Jenis usaha yang dilakukan pedagang kaki lima di magetan berbagai macam ada yang

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

berjualan nasi goreng, roti bakar, mie ayam, warung kopi dan usaha kecil lain yang

banyak disukai penduduk Magetan pada umumnya. Pedagang kaki lima di magetan

banyak berasal dari luar kota, akan tetapi juga ada yang berasal dari Magetan sendiri

seperti dari kecamatan panekan, parang, plaosan, gorang-gareng, lembeyan dan takeran.

Dengan banyaknya pedagang kaki lima yang bermunculan di magetan ini menimbulkan

suatu hubungan kerja sama antara PKL satu dengan PKL lain dalam menjalankan

usahanya. Ini terbukti dengan banyaknya penjual kopi yang bermunculan di kabupaten

Magetan. Usaha warung kopi sendiri di magetan begitu di minati karena banyaknya

warga magetan yang antusias dalam hal “ngopi”. Ini yang menimbulkan banyaknya

PKL yang bermunculan di kabupaten Magetan sebab potensi PKL di kabupaten

Magetan sangat menguntung bagi mereka yang perekonomian keluarganya kurang.

Selain itu Pedagang Kaki Lima di kabupaten Magetan timbul dari adanya suatu kondisi

pembangunan perekonomian dan pendidikan yang tidak merata yang di alami penduduk

Magetan. PKL ini juga timbul dari akibat dari tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi

rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam berproduksi. Pemerintah dalam hal

ini sebenarnya memiliki tanggung jawab didalam melaksanakan pembangunan bidang

pendidikan, bidang perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan.

Pemilikan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) pada tahun 2008, menunjukkan bahwa

perusahaan kecil mendominasi hampir 94,11 persen dari seluruh perusahaan yang

memiliki SIUP. Jumlah perusahaan yang memiliki SIUP meningkat dari tahun ke tahun.

Bentuk perusahaan yang terdaftar pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibanding

tahun sebelumnya, dengan penambahan jumlah usaha sebanyak 170 usaha (3,78

persen). Perusahaan perorangan tumbuh cukup besar yaitu bertambah sebanyak 123

usaha atau meningkat 3,06 persen. Kondisi ini diharapkan mampu mengangkat ekonomi

rakyat Magetan, sehingga produktifitas dan pendapatan masyarakat semakin membaik.

2. Dasar Hukum

Yang menjadi dasar dari penataan Pedagang Kaki Lima di wilayah pemerintahan

Kabupaten Magetan adalah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, PP Nomor 6 tahun 2006 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Kabupaten Magetan Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di

Kabupaten Magetan, dan Perda Nomor 83 tahun 2006 tentang tugas pokok dan fungsi

Satuan Polisi Pamong Praja di kabupaten Magetan.

3. Gambaran Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Magetan.

Dengan Peraturan Daerah ini susunan organisasi dan tata kerja satuan Polisi Pamong Praja.

Satuan Polisi Pamong Praja dalam Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2006 tentang susunan

organisasi Satuan Polisi Pamong Praja berkedudukan sebagai unsusr penunjang dan

pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Satuan Polisi Pamong Praja.

Unsur penunjang dan pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala kamtor

yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati dan Sekretaris Daerah.

Satuan polisi pamong praja dalam tata kerja dalam menegakkan peraturan Daerah

mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum.

b. Menegakkan peraturan daerah dan peraturan bupati

Dalam melaksanakan tugas tersebut Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi sebagai

berikut :

h. Penyusunan program dan pelaksanaan tugas bidang ketentraman dan

ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

i. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman

dan ketertiban umum.

j. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan

Bupati.

k. pelaksanaan koordinasi pemeliharaan penyelenggaraan

ketenteraman dan ketertiban umum dengan Aparat Kepolisian dan

aparatur lainnya.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

l. pengawasan terhadap masyarakat dalam pelaksanaanPeraturan Daerah

dan Peraturan Bupati.

Dalam menjalankan tugasnya Kepala Satuan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan

Kepala seksi wajib menerapkan prinsip koordinasi, intregrasi, sinkronisasi dan

simplikasi sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Setiap pimpinan satuan

organisasi masing-masing bertanggung jawab memberikan bimbingan dan pembinaan

kepada bawahannya serta melaporkan hasil pelaksanaan tugas menurut jenjang jabatan.

Setiap laporan yang diterima oleh pimpina dari bawahannya wajib diolah dan

dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut serta untuk memberikan

petunjuk-petunjuk kepada bawahan. Dalam menyampaikan laporan kepada atasan

masing-masing, tembusan laporan wajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain

yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

4. Gambaran Susunan Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Magetan.

Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja kabupaten Magetan terdiri dari :

1) Kepala Kantor satuan polisi pamong praja mempunyai tugas :

Kepala satuan polisi pamong praja mempunyai tugas memimpin, melaksanakan

koordinasi, mediasi, dan fasilitas dalam penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah

dibidang pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah

dan Peraturan Bupati.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Menyusun program dan kebijakan bidang ketentraman dan ketertiban

umum, penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

b. Menyusun rencana program pengamanan, pengawasan dalam rangka

penegakan Peraturan Daerah dan peraturan Bupati.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

c. Menyusun rencana program pembinaan dan penyidikan dalam rangka

penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

d. Menyusun pedoman pelaksanaan dan perunjuk operasional ketentraman

dan ketertiban umum.

e. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum.

f. Melaksanakan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan

Bupati.

g. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum dengan aparat Kepolisian, PPNS, dan

aparat lainnya.

h. Melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat dalam mematuhi dan

menaati Perda dan Peraturan Bupati.

i. Melaksanakan operasi dan pengawasan dalam rangka menegakan Perda

dan menciptakan ketentraman dan ketertiban.

j. Melaksanakan koordinasi, fasilitas dan pembinaan Satuan Polisi Pamong

Praja di lembaga Satuan Perangkat Daerah.

k. Melaksanakan penyelidikan dan pembinaan terhadap pelanggaran Perda

dan Peraturan Bupati.

l. Melaksanakan pengamanan dan pengawasan instansi vital Pemerintahan

Daerah.

m. Melaksanakan Pengawasan Pejabat Negara.

n. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan.

o. Melaksanaksn tugas lai yang diberikan oleh Bupati.

2) Sub Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha pada satuan polisi pamong praja mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan pelayanan administrasi, menyusun program pengelolaan keuangan,

kepegawaian dan umum. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

a) Melaksanakan pengelolaan urusan rumaha tangga, administrasi

ketatausahaan, kearsipan dan perpustakaan.

b) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian dan kesejahteraan

pegawai.

c) Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan gaji pegawai.

d) Melaksanakan pengelolaan administrasi perlengkapan dan asset.

e) Menyusun laporan pertanggung jawaban keuangan.

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Satuan.

3) Tugas seksi ketentraman dan ketertiban

Seksi ketentraman dan ketertiban mempunyai tugas merumuskan kebijakan,

mengendalikan operasional, pendataan dan pelaporan dalam menyelenggarakan

ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Perda dan Peraturan Bupati. Dalam

melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas dapat dijabarkan sebagai berikut

:

a) Menyusun rencana program dan petunjuk teknis operasional ketetraman

dan ketertiban.

b) Melaksanakan operasi penertiban dalam rangka penegkan Perda dan

peraturan bupati.

c) Melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan kerja sama dengan lembaga

Perangkat Daerah dibidang ketentraman dan ketertiban.

d) Melaksanakan kegiatan dalam rangka peningkatan dan pemantapan

ketentraman dan ketertiban umum.

e) Menyelenggarakan komunikasi, konsultasi dan kerja sama dalam rangka

memelihara dan memantapkan ketentraman dan ketertiban umum.

f) Melaksanakan penertiban dan penindakan warga masyarakat atau badan

hukum yang melanggar ketentraman dan ketertiban.

g) Menyelenggarakan evaluasi, pengendalian dan penertiban perijinan.

h) Memberikan pertinbangan atau rekomendasi perijinan.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

i) Melaksanakan evaluasi dan monitoring bidang ketentraman dan

ketertiban.

j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

4) Tugas seksi Pengamanan dan Pengawasan

Seksi pengamanan dan pengawasan mempunyai tugas melaksanakan pengawalan

pejabat negara, melaksanakan kesiapsiagaan ( kesamaptaan ), melaksanakan

pengamanan dan pengawasan terhadap situasi wilayah. Dalam melaksanakan tugasnya

sebagaimana dimaksud di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Menyusun rencana program kerja pelaksanaan tugas dibidang

pengamanan dan pengawasan.

b) Menyusun pedoman dan petunjuk pelaksanaan pengamanan dan

pengawasan.

c) Menyusun pedoman dan petunjuk pelaksanakan pengawalan dan

kesiapsiagaan.

d) Melaksanakan penjagaan, pengamanan dan pengawasan dalam

menciptakan ketentraman dan ketertiban.

e) Melaksanakan pengedalian dibidang pengawalan dan pengawasan.

f) Melaksanakan pengedalian dibidang pengawalan dan kesiapsiagaan.

g) Melakasanakan monitoring, evaluasi dan menyusun laporan kegiatan

pengamanan dan pengawasan.

h) Melaksanakan penjagaan, pengawasan dan pengamanan terhadap

instalasi vital Pemerintahan Daerah.

i) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

5) Tugas seksi Penyidikan dan Pembinaan

Seksi penyidikan dan pembinaan mempunyai tugas melaksanakan penyidikan dan

pembinaan terhadap masyarakat atau badan hukum yang melanggar Perda. Tugas yang

dimaksud meliputi :

a) Menyusun rencana program kerja dan kebijakan teknis bidang

penyidikan dan pembinaan.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

b) Melaksanakan koordinasi penyidikan atau pemeriksaan yang dilakukan

oleh PPNS terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas Perda dan Peraturan Bupati.

c) Melaksanakan tata administrasi PPNS dalam penyidikan atau

pemeriksaan dan teknis pelaksanaan penyelesaian ke lembaga Peradilan

atau instansi berwenang.

d) Melaksanakan pembinaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum

yang melakukan pelanggaran Perda dan Peraturan Bupati.

e) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyidikan

terhadap warga masyarakat atau badan hukum yang melakukan

pelanggaran Perda dan Peraturan Bupati.

f) Melaksanakan pengamanan dan pencatatan terhadap barang-barang

sitaan hasil operasi sebagai bahan bukti dan bekerja sama dengan aparat

penegak hukum.

g) Melaksanakan penyiapan tata administrasi sebagai bahan dlam rangka

penyegelan dan pembongkaran.

h) Melaksanakan penyiapan bahan dalam rangka pembinaan dan

penyuluhan mengenai Perda, Peraturan Bupati dan peraturan Perundang-

undangan lainnya yang berlaku.

i) Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta penyusunan laporan

kegiatan penyidikan dan pembinaan.

j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

6) Tugas kelompok jabatan fungsional

Kelompok jabatan fungsional terdiri sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional

yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap

kelompok dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior dan jumlahnya ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Kelompok jabatan fungsional mempunyai

tugas melaksanakan sebagian tugas Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan

keahliannya. Tugas yang dimaksud diatas meliput:

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

a) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan sesuai

dengan bidang tugasnya.

b) Melaksanakan tugas operasional sesuai dengan keahlian,

c) Mempersiapkan bahan-bahan yang mendukung pelaksanaan tugas

fungsionalnya.

d) Memberikan bimbingan tehnis fungsional sesuai dengan keahliannya.

e) Menyampaikan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugasnya.

Dari keterangan diatas mengenai fungsi dan tugasnya dapat dilihat dan dipahami juga

mengenai bagian-bagian yang ada dalam pembagian ruang kerja da susunan organisasi

dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja sebagai berikut:

B. PEMBAHASAN

1. Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam menegakkan Peraturan

Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di

kabupaten Magetan

Sejak krisis ekonomi yang berkepanjangan yang melanda negara Indonesia banyak

faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan dan perjalanan perekonomian disegala

Kepala Kantor Satpol PP

Kelompok Jabatan

Fungsional

Sub Bagian Tata

Usaha

Seksi Ketentraman

dan Ketertiban

Seksi Pengamanan

dan Pengawasan

Seksi Penyidikan

dan Pembinaan

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

aspek maupun bidang kehidupan. Salah satu faktor yang dirasakan masyarakat dari

dampak tersebut yaitu semakin sulitnya lapangan pekerjaan baik dalam pemerintahan

pusat maupun pemerintah daerah. Sulitnya mencari pekerjaan tersebut banyak dirasakan

para pencari kerja dengan basic yang tinggi, apalagi bagi yang berpendidikan rendah

semakin kecil kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan. Saat sekarang ini banyak

orang di kabupaten magetan yang tidak mendapatkan pekerjaan pada instansi

pemerintah mengambil jalan lain dengan inisiatif mendirikan usaha sendiri atau

berwirausaha untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan memenuhi kebutuhan

pokok keluarga. Dampak yang dirasakan masyarakat di kabupaten magetan dalam

mencari pekerjaan semakin sulitnya menjalani hidup mereka tanpa adanya pemasukan

yang didapat karena tidak bekerja. Untuk tetap menyambung hidupnya salah satu

langkah yang mereka ambil yaitu dengan cara berdagang untuk dapat melangsungkan

hidupnya sendiri dan keluarganya.

Pedagang Kaki Lima atau sering kita sebut PKL kebanyakan yang ada merupakan

sistem perdagangan keluarga. Dalam menjalankan aktivitasnya para pedagang kaki lima

di kapupaten magetan hanya sebagian kecil yang menggunakan jasa orang lain

kebanyakan dilakukan dengan anggota keluarga sendiri, selain menghemat pengeluaran

biaya mereka juga lebih percaya pada keluarga sendiri dan tidak ingin bergantung pada

orang lain dalam membantu menjalankan usahanya. Akan tetapi ada juga pedagang kaki

lima di kabupaten magetan yang menjalankan usahanya tanpa dibantu keluarganya.

Namun bagi pedagang kaki lima di kabupaten magetan yang hanya dilakukan sendiri

salah satu faktor yang diperhatikannya adalah tidak bisa menggaji dan usaha yang

dijalankan masih tergolong kecil dan modal yang dimiliki juga kecil. Jenis usaha yang

dilakukan pedagang kaki lima di magetan berbagai macam ada yang berjualan nasi

goreng, roti bakar, mie ayam, warung kopi dan usaha kecil lain yang banyak disukai

penduduk Magetan pada umumnya. Pedagang kaki lima di magetan banyak berasal dari

luar kota, akan tetapi juga ada yang berasal dari Magetan sendiri seperti dari kecamatan

panekan, parang, plaosan, gorang-gareng, lembeyan dan takeran. Dengan banyaknya

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

pedagang kaki lima yang bermunculan di magetan ini menimbulkan suatu hubungan

kerja sama antara PKL satu dengan PKL lain dalam menjalankan usahanya.

Dalam menjalankan usahanya para pedagang kaki lima di kabupaten Magetan harus

menaati setiap peraturan yang telah ditentukan pihak berwenang, mereka dapat

menjajakan dagangannya di daerah sekitar alun-alun, sekitar taman air mancur, sekitar

pasar sayur dan pasar baru selebihnya mereka berdagang secara keliling daru satu

tempat ke tempat lain. Selain itu pedagang kaki lima dalam di kabupaten magetan dalam

menggelar dagangannya ada ketentuan yang sudah ditentukan oleh pemerintah daerah

yaitu mengenai waktu berdagang. Waktu yang ditentukan pemerintah daerah untuk

pedagang kaki lima dapat menggelar dagangannya beragam, di daerah sekitar alun-alun

pedagang kaki lima dapat berdagang antara pukul 16.00 sore sampai 03.00 pagi.

Ketentuan tersebut juga harus diperhatikan dan ditaati para pedagang kaki lima dalam

membuka dan menutup dagangannya. Selain itu pedagang kaki lima dalam menggelar

dagangannya juga harus memperhatikan sarana tempat untuk berdagang dalam

ketentuan peraturan daerah alat yang digunakan dalam tempat berdagangnya tidak boleh

permanen melainkan bisa dibongkar dan dipasang kembali. Kedua hal tersebut harus

diperhatiakan oleh semua pedagang kaki lima baik yang menempati jalan protokol

maupun sekitar daerah sekitar pasar baru, pasar sayur dan area taman air mancur.

Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat

seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman

dan ketertiban umum daerah yang kondusif merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya. Satpol PP mempunyai

tugas membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram,

tertib, dan teratur sehingga penyelenggarakan roda pemerintahan dasar dapat berjalan

dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena

itu, di samping menegakkan Perda, satpol PP juga dituntut untuk menegakkan kebijakan

pemerintah daerah lainnya yaitu peraturan kepala daerah.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Untuk menunjang kinerja satpol PP maka diperlukan sebuah Peraturan tentang satpol

PP yang saat ini telah diatur dalam PP nomor 6 tahun 2010 tentang Satuan Polisi

Pamong Praja. Dalam peraturan tersebut mengatur antara lain mengenai :

1. Tugas ( pasal 4 )

Satpol PP mempunyai tugas menegakkan Perda dan menyelenggarakan ketetiban

umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Perda yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan

pedagang kaki lima.

2. Fungsi ( pasal 5 )

a. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda,

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta

perlindungan masyarakat.

b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan peraturan kepala

daerah.

c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman masyarakat di daerah.

d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.

e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan peraturan kepala

daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur lainnya.

f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum

agar mematuhi dan menaati Perda dan peraturan kepala daerah.

g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala daerah.

3. Kewenangan ( pasal 6 )

a. Melakukan tindakan penertiban non yustisial terhadap warga

masayarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan

pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

c. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan

masyarakat.

d. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas

perda dan/atau peraturan kepala daerah.

e. Melakukan tindakan administrasif terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas perda

dan/atau pertauran kepala daerah.

4. Hak ( pasal 7 )

a. Polisi pamong praja mempunyai hak saran dan prasarana serta

fasilitas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Polisi pamong praja dapat diberikan tunjangan khusus sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah.

5. Kewajiban ( pasal 8 )

a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia,

dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di msyarakat.

b. Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Polisi pamong

praja.

c. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

d. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas

ditemukannya atau diduga adanya tindak pidana.

e. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas

ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Perda

dan/atau peraturan kepala daerah.

Dalam hal ini Polisi Pamong Praja Magetan bertugas menegakkan Perda Nomor 24

tahun 2002 tentang Penataan PKL yang berisi antara lain tentang pengertian PKL, izin

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

mendirikan usaha, tempat usaha untuk PKL, serta waktu bagi PKL untuk mendirikan

usahanya. Pada intinya Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang Penataan PKL

tersebut dibuat untuk mengatur adanya PKL di magetan dengan tujuan agar PKL

magetan dapat menjalankan usahanya dengan baik dan tidak mengganggu kepentingan

umum.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang Penataan PKL tersebut

dijelaskan maksud PKL adalah pedagang ekonomi lemah yang menggunakan bagian

dari fasilitas umum sebagai tempat kegiatan usaha dengan menggunakan peralatan

bergerak atau tidak bergerak. Selain itu juga dijelaskan izin dan tempat usaha. Disini

izin yang dimaksud adalah izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk untuk

memberikan izin. Dalam hal ini izin suatu penempatan bagi pedagang kaki lima dirasa

kurang tersosialisasikan. Hal ini terbukti banyaknya PKL yang secara langsung

menempati suatu tempat tanpa izin yang jelas dari pemerintah kabupaten magetan. Izin

untuk menempati suatu tempat guna berdagang sangatlah penting, selain untuk tertib

administrasi juga sebagai media kontrol untuk melakukan pengawasan terhadap

keberadaan PKL itu sendiri. Pengurusan izin untuk tempat yang akan digunakan untuk

berdagang telah dilakukan dengan tertib. Polisi pamong praja selaku petugas yang

bersangkutan menangani masalah tersebut secara intens melakukan sosialisasi mengenai

Perda Nomor 24 tahun 2002 demi tercapainya suasana kabupaten magetan yang tertib

dan terkendali. Sosialisasi tersebut sangatlah berguna, dimana dengan adanya sosialisasi

dapat mencegah terjadinya permasalahan dan berguna sebagai kejelasan dalam suatu

sistem yang berlaku.

Tempat dan waktu yang dimaksud dalam Perda Nomor 24 tahun 2002 adalah tempat

yang meliputi taman, halaman umum, lapangan dan trotoar yang disediakan dan dibuat

oleh pemerintah daerah. Kemudian waktu yang ditentuakn bagi PKL untuk dapat

menjalankan usahanya dalam Peraturan Daerah tersebut haruslah sesuai dengan

keputusan Bupati Magetan. Dalam Perda Nomor 24 tahun 2002 tempat bagi PKL

untuk menjalankan ushaanya tidak boleh mengganggu fasilitas maupun kepentingan

umum. Sedangkan waktu yang ditentukan pemerintah daerah berdasarkan Peraturan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Daerah Nomor 24 tahun 2002 untuk pedagang kaki lima dapat menggelar dagangannya

beragam, di daerah sekitar alun-alun pedagang kaki lima dapat berdagang antara pukul

16.00 sore sampai 03.00 pagi. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat berjalan dengan baik,

ini dikarenakan masih ada sebagian dari PKL tersebut yang tidak menaati Pertauran

Daerah Nomor 24 tahun 2002. Oleh karena itu disini peran dan fungsi satpol PP dituntut

untuk menegakkan dan menjalankan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang

penataan PKL di magetan. Berdasarkan ketentuan diatas juga merupakan bagian yang

mendasar dari penegakan terhadap Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang

penataan pedagang kaki lima khususnya untuk mewujudkan ketertiban dan keindahan

kabupaten magetan.

Penegakan hukum yang dilakukan Satpol PP untuk mewujudkan peran polisi pamong

praja dalam membina ketentraman dan ketertiban umum di daerah serta menegakkan

peraturan daerah dalam rangka menyamakan dan mengoptimalkan pola standarisasi

pelaksanaan tugas-tugas operasional polisi pamong praja diperlukan suatu pedoman

yang dapat dijadikan acuan dalam bentuk prosedur tetap ( protap ) yang berlaku dan

mengikat pelaksanaan tugas polisi pamong praja.

Maksud, tujuan dan sasaran pedoman prosedur tetap (protap) operasional satuan polisi

pamong praja antara lain :

a) Maksud penyusunan prosedur tetap operasional satuan polisi pamong praja

adalah sebagai pedoman bagi polisi pamong praja dalam melaksanakan tugas

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta meningkatkan

kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap peraturan daerah.

b) Tujuan penyusunan prosedur tetap operasional satuan polisi pamong praja

adalah untuk keseragaman pelaksanaan tugas polisi pamong praja dalam

penyelenggaraaan ketentraman dan ketertiban umum dan penegakkan

peraturan daerah.

c) Sasarannya terciptanya ketentraman dan ketetiban umum dengan sebaik-

baiknya.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Ketentuan di atas tersebut dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan dalam menjalankan

tugasnya dalam hal penertiban, penataan dan pemberian pembinaan di serahkan pada

satuan polisi pamong praja. Satuan polisi pamong praja dalam hal ini tidak mempunyai

wewenang apapun untuk menentukannya tapi hanya menjalankan tugasnya sebagai

pembantu pemerintah daerah yaitu dalam melakukan penertiban, penataan dan

memberikan pembinaan terhadap pedagang kaki lima yang melakukan aktivitasnya.

Dalam ketentuan pasal 4 dalam peraturan daerah Nomor 10 Tahun 2006 tentang

organisasi satuan polisi pamong praja, fungsi dari keberadaan polisi pamong praja

adalah :

a. Pelaksanaan tugas bidang ketentraman dan ketertiban umum, penegakan

Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum.

c. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

d. pelaksanaan koordinasi pemeliharaan penyelenggaraan ketenteraman dan

ketertiban umum.

e. pengawasan terhadap masyarakat dalam pelaksanaanPeraturan Daerah dan

Peraturan Bupati.

Dalam menjalankan fungsi tersebut polisi pamong praja melakukan suatu pengaturan

dilapangan pada pedagang kaki lima. Pengaturan itu sendiri merupakan suatu kegiatan

yang bertujuan untuk melakukan penertiban dan penataan khususnya dalam masalah ini

adalah pedagang kaki lima. Polisi pamong praja dalam melakukan pengaturan tehadap

keberadaan pedagang kaki lima masih sering menemui pedagang kaki lima yang nakal

dan belum terdeteksi keberadaan munculnya oleh paguyupan yang mengelola pedagang

kaki lima di kabupaten magetan sehingga terjadi lempar melempar paguyupan dalam

masalah ini. Dalam melakukan pengaturan terhadap keberadaan PKL di selter jalan yos

sudarso, sekitar taman air mancur, sekitar pasar baru dan pasar sayur, serta daerah timur

alun-alun polisi pamong praja sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik

mengenai waktu tempat dalam menjalankan aktifitasnya. Disisi lain menilik dari

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kewenangan Satpol PP dalam menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum

terutama PKL yang mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat polisi

pamong praja kabupaten magetan telah menjalankan dengan baik. Peran polisi pamong

praja di kabupaten magetan dalam hal ini memberikan pengarahan, pembinaan dan

solusi kepada pedagang kaki lima di magetan untuk menjalin kerja sama paguyupan

agar tidak terjadi suatu pelanggaran dan di akui dalam paguyupan sehingga menjadi

anggota yang syah dalam paguyupan yang menaungi pedagang kaki lima di magetan.

Menurut keterangan Kepala Satuan polisi pamong praja bapak Secondany, dalam

melakukan pengaturan pedagang kaki lima di magetan polisi pamong praja selama ini

tidak mengalami kendala yang berarti dan sudah sesuai dengan ketentuan dan

kesepakatan yang telah di berlakukan baik mengenai waktu, tempat, maupun aturan lain

untuk pedagang kaki lima dalam menjalankan aktivitasnya. Tindakan polisi pamong

praja dalam menata dan menertibkan pedagang kaki lima di magetan berupa pemberian

pengarahan dan pemahaman untuk tidak melakukan aktivitasnya didaerah yang

merupakan fasilitas umum, mengganggu ketertiban umum dan di depan kantor

kabupaten maupun di lingkungan sekitar kantor DPRD. Selain melakukan pengarahan

dan pemahaman kepada pedagang kaki lima polisi pamong praja juga berinteraksi dan

melakukan sosialisasi kepada para pedagang kaki lima, semua ini bertujuan untuk

menciptakan suasana kondusif di wilayah magetan dan dapat mencerminkan keindahan

dan ketertiban kabupaten magetan.

Polisi pamong praja juga melakukan pengaturan lain yaitu pengawasan terhadap tempat

berdagangnya para pedagang kaki lima baik pedagang kaki lima di daerah sekitar alun-

alun, pasar baru, pasar sayur dan sekitar taman air mancur maupun pedagang kaki lima

yang keberadaannya belum terdeteksi paguyupan. Menurut keterangan yang diberikan

Kasat Polisi Pamong Praja Bapak Secondany, pengawasan terhadap pedagang kaki lima

ini dilakukan dengan cara patroli tiap 2 hari sekali atau menyesesuaikan situasi dan

kondisi yang ada. Pengawasan ini dilakukan oleh polisi pamong praja secara bergiliran

pada semua anggota satuan polisi pamong praja sesuai jadwal yang telah ada, selain itu

Bapak Secondany selaku Kasat polisi pamong praja di kabupaten magetan juga ikut dan

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

terjun langsung ke lapangan dalam melakukan pengawasan dan berpatroli dengan anak

buahnya untuk memberikan sosialisasi. Selain melakukan patroli satuan polisi pamong

praja juga melakukan pengontrolan kepada pedagang kaki lima dan juga tempat

usahanya. Dalam hal ini satuan polisi pamong praja telah melakukan wewenangnya

berupa melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau

badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas perda dan/atau peraturan kepala

daerah.

Dalam melakukan pengontrolan polisi pamong praja juga mendata dan melakukan

pengidentifikasian terhadap pedagang kaki lima, maksud dan tujuan semua itu untuk

mencegah terjadinya pedagang nakal atau pedagang yang usahanya belum terdeteksi

oleh paguyupan pedagang kaki lima. Kadang dalam melakukan pengawasan terhadap

pedagang kaki lima, polisi pamong praja masih menemukan pedagang kaki lima yang

nakal yang melakukan aktivitasnya di trotoar atau fasilitas umum lain serta ada juga

pedagang yang mencuri waktu berdagang pada tempat-tempat tertentu yang pada

aturan yang telah di sepakati sudah ada sebagai contoh di daerah alun-alun polisi

pamong praja masih menjumpai adanya pedagang kaki lima yang berdagang atau

melakukan aktivitasnya di daerah tersebut. Padahal dalam ketentuan yang berlaku

dalam Perda kawasan atau daerah sekitar alun-alun tidak boleh digunakan untuk

berdagang atau pun mendirikan lapak ini dikarenakan akan sangat mengganggu

keindahan alun-alun itu sendiri. Kalau pun ada perizinan untuk berdagan didaerah

tersebut sudah ada waktunya sendiri yaitu mulai pukul 16.00, kurang dari itu mereka

tidak boleh berdagang di daerah tersebut. Tindakan dan cara menyikapi hal ini polisi

pamong praja dengan perannya melakukan upaya pengarahan dan memberi peringatan

kepada pedagang kaki lima yang menyalahi aturan tersebut untuk tidak melakukan

aktivitasnya sebelum waktu yang telah disepakati karena dapat mengganggu

kenyamanan pengguna fasilitas umum lain dan dapat merusak pandangan, serta dapat

menimbulkan kesemrawutan jalan.

Selain tindakan diatas polisi pamong praja juga melakukan wewenang lain tentang

fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dengan cara memberikan sosialisasi terhadap pedagang kaki lima dan mengumpulkan

para pedagang maupun pengurus atau ketua paguyupan yang menaungi para pedagang

tersebut untuk di berikan pengarahan pembinaan agar para pedagang dapat menaati

peraturan yang ada dan dapat berdagang tanpa harus mengganggu orang lain. Sosialisasi

biasanya dilakukan dikantor polisi pamong praja, dipaguyupan pedagang kaki lima atau

dilakukan dilapangan. Sosialisasi yang diberikan polisi pamong praja kabupaten

magetan ini dilakukan secara periodik setiap dua minggu sekali. Sosialisasi lebih

kepada kondisional menyangkut pedagang kaki lima di kabupaten magetan agar tetap

sesuai dengan peraturan daerah yang ada. Menurut hasil wawancara yang dilakukan

penulis dengan Bapak Secondany selaku Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, beliau

mengatakan bahwa sebagian besar pedagang kaki lima tersebut setelah adanya tindakan

yang dilakukan polisi pamong praja baik berupa pembinaan, pengarahan, sosialisasi dan

pengontrolan para pedagang kaki lima tersebut mengindahkanya dan dapat di ajak kerja

sama untuk dapat menaati peraturan yang telah ditentukan. Dengan adanya kemitraan

kerja antara polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima ini dapat mencerminkan

suatu kondisi yang dapat menguntungkan satu sama lain.

Pedagang kaki lima kabupaten magetan yang berbuat curang ataupun melakukan

pelanggaran tersebut oleh satuan polisi pamong praja di tindak lanjuti keberadaan dan

masalahnya dengan cara memberi peringatan kepada pedagang kaki lima tersebut. Jika

dalam memberikan peringatan sebanyak tiga kali oleh polisi pamong praja tidak di

gubris atau diindahkan pedagang kaki lima, maka polisi pamong praja akan mengambil

alat dan dagangannya untuk diambil dan dijadikan barang bukti adanya pelanggaran

yang dilakukan pedagang kaki lima tersebut. Ini dilakukan polisi pamong praja

kabupaten magetan semata untuk memenuhi salah satu kewenangan polisi pamong praja

yang berupa menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Dalam hal ini yang

menjadi masalah adalah padagang kaki lima.

Barang bukti yang disita tersebut sebagai jaminan agar pedagang kaki lima tersebut

tidak mengulangi pelanggaran yang pernah dilakukan dan sebagai bukti yang nantinya

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

akan diserahkan ke seksi penyidikan dan pembinaan kantor satuan polisi pamong praja

bagian pejabat penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) untuk ditindak lanjut sesuai

dengan pelanggaran yang telah dilakukan. Biasanya PPNS memberikan inisiatif kepada

pedagang kaki lima untuk menyelesaikan masalahnya melalui pemeriksaan dalam acara

cepat di pengadilan negeri atau dapat diselesaikan melalui seksi penegakan pada kantor

satuan polisi pamong praja kemudian diserahkan pada penyidik pegawai negeri sipil

(PPNS). Berdasarkan ketentuan pasal 5 Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002

tentang penataan pedagang kaki lima sanksi yang akan diberikan bagi pedagang kaki

lima yang melanggar aturan Peraturan Daerah tersebut akan diberi sanksi berupa sanksi

denda paling banyak Rp. 5.000.000 dan pidana kurungan paling lama 6 bulan penjara.

Dengan adanya sanksi tersebut Polisi pamong praja telah melakukan tindakan

administrasif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum terutama PKL

yang melakukan pelanggaran atas perda dan/atau pertauran kepala daerah.

Secara realita fungsi satuan polisi pamong praja di kabupaten Magetan masih jauh

untuk mewujudkannya dan kurang optimal. Hal ini dapat dilihat dengan masih

banyaknya pedagang kaki lima yang melanggar dan menyalahi aturan yang yang ada,

walaupun sudah ada penataan dan juga penertiban tentang pedagang kaki lima yang

dilakukan satuan polisi pamong praja di kabupaten Magetan. Satuan Polisi Pamong

Praja kabupaten magetan memiliki 2 unit truk huru-hara, 2 unit alat bongkar, 8 unit

personil yang terdiri dari 5 orang anggota. Selain itu kurangnya fasilitas yang dimiliki

satuan polisi pamong praja kabupaten magetan juga menjadi permasalahan yang

mengganggu kinerja satpol PP itu sendiri. Demikian ini merupakan permasalahan yang

serius, dimana penegak hukum yang lebih tinggi dituntut tegas dalam segala bentuk

penyelewengan dan pelanggaran yang terjadi. Menurut Peraturan Bupati Magetan

Nomor 83 tahun 2006 tentang tugas pokok dan fungsi satuan polisi pamong praja

kabupaten magetan adalah melaksanakan tugas bupati dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Perda. Dalam

penelitian ini khususnya Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan PKL di magetan.

Polisi pamong praja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pembantu

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

tugas kepala daerah, satuan polisi pamong praja kabupaten magetan dalam mengemban

tugas khususnya dalam melakukan pembinaan, pengawasan, penertiban dan pengamatan

terhadap PKL bertujuan untuk mewujudkan kabupaten magetan yang indah, tertib, rapi

dan kondusif seperti slogan kabupaten magetan sendiri.

Menurut penelitian yang dilakukan penulis, upaya satuan polisi pamong praja dalam

menetralisir permasalahan mengenai PKL khususnya dengan melakukan sosialisasi

secara periodik kepada warga masyarakat maupun PKL sendiri. Upaya ini memang

efektif untuk identifikasi dan prevensi awal terhadap permasalahan PKL. Dalam

melakukan sosialisasi persoalan SDM polisi pamong sendiri juga memiliki peranan

yang dominan. Dengan SDM yang kurang maka polisi pamong praja magetan belum

secara optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai pelaksana pembinaan dan

penyuluhan kepada masyarakat dalam melaksanakan ketaatan dalam Peraturan Daerah.

Oleh karena itu SDM dari polisi pamong praja haruslah memadai dan cukup dalam

melakukan fungsinya sebagai pelaksana pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat

maupun PKL. Upaya lain yang dilakukan polisi pamong praja dalam menetralisir

persoalan mengenai PKL adalah dengan memberikan penjelasan dan pengertian kepada

msyarakat sepeti halnya kepada PKL untuk menaati dan mengerti adanya Perda Nomor

24 Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima di kabupaten Magetan agar tidak

terjadi kesalahpahaman dengan masyarakat apabila Satpol PP melakukan tugasnya

menegakkan Perda tersebut. ngatur jam buka bagi PKL, serta mengatur alat yang

digunakan PKL dalam menjalankan usahanya tidaklah permanen melainkan dapat

dibongkar pasang dan tidak mengganggu kebersihan setelah selesai berdagang.

2. Hambatan – hambatan yang di hadapi Satpol PP dalam menegakkan

Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki

lima di Magetan

Pada umumnya pedagang kaki lima keberadaannya cenderung tumbuh dan berkembang

karena mudah dalam melakukan aktivitas usahanya serta terjangkau dengan

kemampuan diri tanpa memerlukan pendidikan formil. Dalam perkembangan pedagang

kaki lima tumbuh pesat di pusat-pusat kota seperti halnya di daerah magetan. Oleh

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

karena itu kabupaten magetan membuat suatu peraturan daerah tentang penataan

pedagang kaki lima agar dapat menjadikan pedoman PKL dalam melakukan usahanya.

Pemerintah daerah magetan dalam hal ini dibantu satuan polisi pamong praja dalam

menegakkan peraturan daerah tersebut. Dalam menegakkan Perda tersebut polisi

pamong praja kabupaten magetan mengalami suatu hambatan secara internal dan

eksternal dalam mewujudkan dan menegakkan peraturan daerah tentang penaataan

pedagang kaki lima. antara lain tentang peraturan daerah tersebut berjalan, penegak

hukum dalam menjalankan Perda tersebut, fasilitas yang dimiliki penegak hukum dalam

menegakkan Perda, dan warga masyarakat.

Hambatan secara internal yang dihadapi Satpol PP kabupaten Magetan dalam

menegakkan Perda tersebut polisi pamong praja mengalami kendala berupa kurang

maksimalnya Perda tentang penataan pedagang kaki lima yang berlaku di magetan.

Perda tesebut kurang maksimal karena dalam Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang

penataan pedagang kaki lima tersebut tidak diatur bagaimana cara mendirikan tempat

usaha yang baik bagi PKL dalam hal alat dan waktu yang digunakan untuk melakukan

usahanya. Disini dalam Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki

lima di kabupaten magetan juga kurang jelas dalam menata PKL di magetan. Kurang

maksimalnya Perda tersebut juga berupa pembinaan dan tata cara penyidikan benar

serta penataan yang benar untuk PKL yang dilakukan oleh polisi pamong praja. Selain

itu kurang jelasnya peraturan yang ada dalam Perda tersebut dalam menata PKL

mengenai wewenang polisi pamong praja tentang penegakkan hukum seperti

penertiban, sosialisasi, dan penegakan. Tidak adanya peraturan yang jelas tentang

bagaimana menjalankan usaha bagi PKL yang baik dan tidak mengganggu kepentingan

umum juga menjadi hambatan tersendiri bagi polisi pamong praja magetan. Selain itu

kendala utama yang dihadapi polisi pamong praja dalam melakukan pembinaan,

penertiban dan pengawasan terhadap peraturan darah tersebut adalah kurang jelasnya

dasar dan landasan hukum yang kuat untuk dijadikan pijakan dalam melakukan

pembinaan, penertiban serta pengawasan. Dalam menyikapi masalah tersebut polisi

pamong praja kabupaten magetan terutama masalah tentang pedagang kaki lima mereka

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

tetap mengacu pada pasal 3 peraturan daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan

pedagang kaki lima. Selama ini polisi pamong praja kabupaten magetan dalam

melakukan tindakan terhadap pedagang kaki lima yang menyalahi prosedur dalam hal

keberadaan munculnya yang tidak terdeteksi sebelumnya dan tidak boleh menempati

tempat yang sekiranya tidak boleh untuk berdagang dapat ditaati dengan baik. Akan

tetapi juga masih ada pedagang kaki lima yang tdak menaati aturan tersebut dan tetap

berbuat curang dengan tidak mngindahkannya.

Faktor sumber daya manusia juga mempengaruhi kinerja bagi anggota maupun

perangkat satuan polisi pamong praja merupakan salah satu faktor internal yang di alami

oleh polisi pamong praja magetan. SDM merupakan faktor penting bagi instansi apapun

apalagi bagi instansi penegak hukum. Disini polisi pamong praja kabupaten magetan

hampir setengah dari personilnya memiliki pendidikan dan SDM yang kurang dari kata

memadai dan cenderung minim bagi penegak hukum. Selain itu hambatan secara

internal diatas juga berasal dari pendidikan personil polisi pamong praja sendiri.

Dengan adanya pendidikan yang memadai dapat menunjang kinerja polisi pamong praja

dalam menegak Perda Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan PKL di kabupaten

magetan. Selain itu pendidikan yang memadai juga dapat menunjang kinerja polisi

pamong praja dalam menegakkan Perda, sebab dalam menjalankan Peraturan Daerah

yang baik harus ditunjang pengetahuan, pemahaman mengenai Perda yang akan di

laksanakan tersebut. Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan penulis mengenai

faktor pendidikan yang pasti dan memadai dalam personil polisi pamong praja belum

terlaksana dengan baik dan masih banyak personil yang kurang dalam hal pendidikan.

Ini juga dapat mempengaruhi kinerja polisi pamong praja jika diadakan kepelatihan

dalam hal menegakkan Perda. Kepalitahan yang cukup tentang bagaimana menegakkan

Disini Satpol PP sebagai penegak hukum yang bersangkutan mengalami problema

dalam menegakkan Peraturaturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan PKL

di kabupaten magetan. Problema yang dihadapi Satpol PP adalah kurang fasilitas saran

dan prasarana yang dimiliki Satpol PP. ini merupakan persoalan yang cukup serius

apabila dalam melakukan pekerjaan terhambat sarana dan prasaran yang dimiliki. Tugas

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Satpol PP dalam hal ini adalah menertibkan. Dengan kurangnya fasilitas yang memadai

bagi satuan polisi pamong praja dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka kinerja

dilapangan sedikit terhambat. Sarana dan prasarana yang kurang dalam hal ini seperti

contohnya mobil, pakaian khusu huru-hara, alat keamanan maupun alat untuk

membongkar lapak yang sekiranya ilegal atau tidak sesuai aturan yang ada Berkaitan

dengan hal tersebut fasilitas seperti truk, alat bongkar dan juga alat angkut yang masih

kurang dari kata mendukung. Akibatnya saat menjalankan tugas seperti penertiban,

menyita dan mengangkut berjalan tidak efisien dan tidakan sesuai dengan prosedur serta

dapat menyalahi aturan yang telah berlaku di kabupaten Mgetan tentang penataan

pedagang kaki lima. Disamping itu hal tersebut dapat membuang waktu dan tidak

efektif kinerja satuan polisi pamong praja di kabupaten magetan. Walaupun hambatan

secara tehnis tersebut masih tergolong minim tapi pemerintah daerah Magetan tidak

boleh mengesampingkannya. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai

tersebut secara tidak langsung akan menunjang kinerja Satpot PP dalam menegakkan

Perda Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan PKL di kabupaten magetan.

Permasalahan tentang ketertiban suatu tempat untuk berdagang merupakan masalah

yang tradisional. Akan tetapi semua itu dapat teratasi harus dengan adanya fasilitas yang

memadai dari pihak penegak hukum yang bersangkutan. Dengan tidak

mengesampingkan hal diatas faktor keuangan merupakan hal terpenting dalam

menghambat kinerja satuan polisi pamong praja dalam menjalankan tugas, fungsi dan

wewenang dilapangan apabila melakukan penertiban dan penataan pedagang kaki lima

di kabupaten Magetan. Faktor tehnis juga merupakan faktor yang menjadi penghambat

satuan polisi pamong praja dalam melakukan kinerjanya.

Hambatan lain yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan Perda

Nomor 24 tahun 2002 adalah tidak adanya tempat khusus yang disediakan pemerintah

daerah kabupaten magetan bagi PKL untuk berdagang atau menjalankan usahanya.

Walaupun telah ada paguyupan yang menangani adanya PKL di kabupaten magetan itu

pun tidak cukup untuk mengatasi keberadaan PKL di magetan agar dalam menjalankan

usahanya tetap tertib sesuai aturan yang ada. Sekiranya pemerintah daerah magetan

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dapat menyediakan lahan khusus yang dikelola untuk menampung PKL agar PKL

dimagetan tidak semrawut seperti dalam kenyataannya di lapangan. Selain

meminimalisir terjadi PKL nakal atau tidak mempunyai izin yang sesuai dengan aturan

yang ada ini juga dapat mencerminkan situasi yang tertib dan kondusif di kabupaten

magetan. Izin suatu penempatan bagi pedagang kaki lima dirasa kurang

tersosialisasikan. Hal ini terbukti banyaknya PKL yang secara langsung menempati

suatu tempat tanpa izin yang jelas dari pemerintah kabupaten magetan. Izin untuk

menempati suatu tempat guna berdagang sangatlah penting, selain untuk tertib

administrasi juga sebagai media kontrol untuk melakukan pengawasan terhadap

keberadaan PKL itu sendiri. Pengurusan izin untuk tempat yang akan digunakan untuk

berdagang telah dilakukan dengan tertib. Polisi pamong praja selaku petugas yang

bersangkutan menangani masalah tersebut secara intens melakukan sosialisasi mengenai

Perda Nomor 24 tahun 2002 demi tercapainya suasana kabupaten magetan yang tertib

dan terkendali. Sosialisasi tersebut sangatlah berguna, dimana dengan adanya sosialisasi

dapat mencegah terjadinya permasalahan dan berguna sebagai kejelasan dalam suatu

sistem yang berlaku.

Selain faktor diatas, faktor yang menghambat kinerja polisi pamong praja kabupaten

magetan dan juga instansi lain yang mendasar adalah faktor keuangan. Dengan tidak

mengesampingkan hal-hal lain ini merupakan hal terpenting dalam menghambat kinerja

satuan polisi pamong praja dalam mrnjalankan tugas, fungsi dan wewenang dilapangan

apabila melakukan penertiban dan penataan pedagang kaki lima di kabupaten Magetan.

Faktor tehnis juga merupakan faktor yang menjadi penghambat satuan polisi pamong

praja dalam melakukan kinerjanya. Dengan kurangnya fasilitas yang memadai bagi

satuan polisi pamong praja dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka kinerja

dilapangan sedikit terhambat. Walaupun hambatan secara tehnis tersebut masih

tergolong minim tapi pemerintah daerah Magetan tidak boleh mengesampingkannya.

Berkaitan dengan hal tersebut fasilitas seperti truk, alat bongkar dan juga alat angkut

yang masih kurang dari kata mendukung. Akibatnya saat menjalankan tugas seperti

penertiban, menyita dan mengangkut berjalan tidak efisien dan tidaka sesuai dengan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

prosedur serta dapat menyalahi aturan yang telah berlaku di kabupaten Magetan tentang

penataan pedagang kaki lima. Disamping itu hal tersebut dapat membuang waktu dan

tidak efektif kinerja satuan polisi pamong praja di kabupaten magetan.

Hambatan secara eksternal yang dihadapi satuan polisi pamong praja magetan dalam

mewujudkan dan menegakkan peraturan daerah tentang penaataan pedagang kaki lima.

Menurut hasil wawancara penulis dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Bapak

Secondany yang sejak tahun 2009 menjabat sebagai Kasat Polisi Pamong Praja ini ada

beberapa hal yang menjadi penghambat tugas polisi pamong praja dalam melaksanakan

dan menegakkan Peraturan Daerah tersebut, antara lain :

a. Kurangnya kesadaran pedagang kaki lima dalam mematuhi peraturan daerah

tersebut dalam hal melakukan aktivitas berdagang, ketaatan waktu

berdagang pada tempat-tempat tertentu dan tempat berdagang.

b. Masih banyakya pedagang nakal yang belum terdeteksi maupun terdaftar

dalam paguyupan agar dapat diberi sosialisasi dalam hal melakukan

aktivitasnya.

c. Masih banyaknya pedagang kaki lima yang tidak teratur dalam mengikuti

sosialisasi yang diberikan polisi pamong untuk diberikan pengarahan dalam

melakukan aktivitas berdagang.

d. Belum adanya tempat khusus yang diberikan pemerintah daerah magetan

bagi padagang kaki lima untuk melakukan aktivitasnya agar tidak

mengganggu fasilitas umum dalam berdagang.

Dari hambatan yang dihadapi polisi pamong praja kabupaten magetan diatas dapat

dicegah atau minimal dikurangi dengan melakukan upaya atau tindakan sebagai berikut

:

a. Memberikan dan mengadakan sosialisasi kepada pedagang kaki lima secara

berkesinambungan tentang ketentuan yang diatur dan harus dipatuhi dalam

peraturan daerah dalam menetralisir dan menata permasalahan pedagang

kaki lima.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

b. Polisi pamong praja lebih berinteraksi dalam melakukan koordinasi dengan

pedagang kaki lima serta paguyupan yang menjadi wadah bagi PKL dan

SKPD untuk mencegah adanya permusuhan atau kesalahpahaman yang

dialami salah satu pihak.

c. Pemerintah daerah magetan dapat menyediakan tempat khusus bagi PKL

untuk dapat melakukan aktivitas usahanya agar tidak mengganggu

ketertiban, keindahan kabupaten magetan dan mengganggu fasilitas umum

dalam berdagang.

d. Polisi Pamong Praja kabupaten Magetan harus lebih transparan dalam

memberikan sosialisasi dan menidak tegas bagi PKL yang tidak mengikuti

sosialisasi yang diberikan Satpol PP agar dalam menjalankan usahanya PKL

lebih dapat mematuhi aturan yang ada dalam Perda Nomor 24 tahun 2002

tersebut.

Selain faktor diatas, faktor yang menghambat kinerja polisi pamong praja kabupaten

magetan juga berasal dari kesadaran dari masyarakat magetan sendiri tentang

bagaimana Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 bekerja dan berfungsi dengan baik.

Kesadaran masyarakat berguna untuk menunjang kinerja Satpol PP dan juga Perda

tersebut untuk mewujudkan keadaan yang kondusif di kabupaten magetan. Selain itu

Perda ini dapat berjalan dengan baik juga berdasarkan tanggapan masyarakat magetan

tentang PKL yang ada di magetan sudah sesuai dengan Perda Nomor 24 tahun 2002

apakah belum dalam menjalankan usahanya. Ini bertujuan untuk meminimalisir kinerja

Satpol PP kabupaten magetan, sebab informasi dan juga tanggapan masyarakat

sangatlah perlu dan penting untuk menunjang kinerja Satpol PP. Semua itu dapat

berjalan dengan baik apabila pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang

bagaimana kerja Satpol PP dan bagaimana Perda tentang PKL tersebut diberikan secara

jelas dan dapat dipahami oleh masyarakat magetan itu sendiri.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam menegakkan Peraturan

Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di

kabupaten Magetan.

Polisi pamong praja kabupaten magetan sudah berperan cukup efektif dalam

menegakkan peraturan daerah Nomor 24 tahun 2002, hal ini ditunjukkan dengan :

a. Menjalankan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 2002 dengan memberikan

pembinaan, pengarahan dan solusi tentang Perda Nomor 24 tahun 2002

kepada pedagang kaki lima agar dalam menjalankan usahanya sesuai dengan

Peraturan Daerah yang ada dengan cara menjalin kerja sama paguyupan

sehingga PKL tersebut dapat menjadi anggota yang syah dalam paguyupan

yang menaungi pedagang kaki lima di magetan.

b. Menegakkan Perda Nomor 24 tahun 2002 dengan cara melakukan

sosialisasi, pengawasan, pengontrolan kepada para pedagang kaki lima,

semua ini bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif di wilayah

magetan dan dapat mencerminkan keindahan dan ketertiban kabupaten

magetan.

c. Menjadi fasilitator bagi PKL dengan melakukan mengontrolan, mendata dan

mengidentifikasi pedagang kaki lima untuk mencegah adanya pedagang kaki

lima yang nakal atau pedagang kaki lima yang usahanya belum terdeteksi

oleh paguyupan pedagang kaki lima serta untuk meminimalisir kecurangan

ataupun pelanggaran yang dilakukan PKL di kabupaten magetan.

d. Memberikan sosialisasi kepada warga masyarakat dan juga PKL tentang

Perda Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan pedagang kaki lima di

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kabupaten Magetan untuk dapat dipatuhi dan dapat mengantisipasi

terjadinya kesalahpahaman dengan masyarakat.

2. Hambatan – hambatan yang di alami Satuan Polisi Pamong Praja dalam

menegakkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang penataan

pedagang kaki lima di kabupaten Magetan

a. Hambatan secara internal yang dihadapi Satpol PP kabupaten Magetan :

1) Kurang maksimalnya Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2002 tentang

penataan pedagang kaki lima di kabupaten Magetan tentang masalah

pembinaan, penyidikan dan peraturan yang benar dalam hal waktu dan

tempat bagi PKL di kabupaten magetan.

2) Belum adanya prosedur tetap ( protap ) dalam Perda Dalam Nomor 24

tahun 2002 tentang penataan padagang kaki lima untuk menunjang

kinerja Satpol PP kabupaten magetan.

3) Kurangnya SDM dan pendidikan yang dimiliki sebagian anggota Satpol

PP kabupaten Magetan maupun staf satuan polisi pamong praja

kabupaten magetan guna menunjang kinerjanya dalam menegakkan

Perda Nomor 24 Tahun 2002 sebagai penegak hukum.

4) Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki satuan polisi pamong

praja untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan daerah Nomor 24

tahun 2002 tentang penataan padagang kaki lima. Dalam permasalahan

ini Pemerintah daerah Magetan harus dapat menyediakan sarana dan

prasana yang lengkap hal ini bertujuan untuk mendukung kinerja Satpol

PP dalam menegakan Perda Nomor 24 tahun 2002.

b. Hambatan secara eksternal yang dihadapi Satpol PP kabupaten Magetan :

1) Kurangnya kesadaran pedagang kaki lima dalam mematuhi peraturan

daerah tersebut dalam hal melakukan aktivitas berdagang, ketaatan

waktu berdagang pada tempat-tempat tertentu dan tempat berdagang.

Selain itu masih banyakya pedagang nakal yang belum terdeteksi

maupun terdaftar dalam paguyupan agar dapat diberi sosialisasi dalam

hal melakukan aktivitasnya. Oeleh karena itu Satpol PP perlu melakukan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

pembinaan dan sosialisasi tentan Peraturan Daerah kepada PKL di

kabupaten Magetan serta melakukan kerjasama dengan paguyupan untuk

menjaring PKL yang belum terdaftar dalam paguyupan untuk bergabung

dalam paguyupan.

2) Belum adanya tempat khusus yang diberikan pemerintah daerah magetan

bagi padagang kaki lima untuk melakukan aktivitasnya agar tidak

mengganggu fasilitas umum dalam berdagang. Dengan Pemerintah

Daerah kabupaten Magetan memberikan atau menyediakan lahan layak

atau tempat khusus bagi PKL, hal itu dapat mengatasi permasalahan

yang terjadi.

3) Masih banyaknya pedagang kaki lima yang tidak teratur dalam

mengikuti sosialisasi yang diberikan polisi pamong untuk diberikan

pengarahan dalam melakukan aktivitas berdagang. Dalam hal ini

selayaknya Satpol PP lebih tegas dalam melakukan sosialisasi kepada

PKL dan memberikan sanksi khusus kepada PKL yang tidak teratur

dalam mengikuti sosialisasi maka permasalahan tersebut dapat teratasi.

4) Sebagian dari warga masyarakat Magetan kurang memperhatikan adanya

PKL yang kurang tertata rapi di kabupaten Magetan. Maka dari itu

Pemerintah Daerah dan Satpol PP harus selalu berkoordinasi mengenai

PKL yang ada di kabupaten Magetan.

B. SARAN

Dalam menegakkan peraturan daerah Nomor 24 tahun 2002 tentang penataan pedagang

kaki lima pemerintah daerah magetan dan satuan polisi pamong praja mengalami

berbagai hambatan. Untuk mengatasi hambatan tersebut penulis memberikan beberapa

saran yang mungkin dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk polisi pamong

praja. Saran yang akan disampaikan oleh penulis sebagai berikut :

a. Adanya aturan tentang Perda mengenai PKL di kabupaten Magetan yang

bersifat jelas dan terperinci serta mengandung azas kepastian hokum akan

menutup celah akan terjadinya hal-hal yang bersifat melanggar.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERANAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

b. Dengan adanya protap mengenai Satpol PP yang komprehensif maka akan

menciptakan penegakan hukum yang optimal mengenai penataan PKL di

kabupaten Magetan.

c. Pemerintah Daerah Magetan dapat memberikan program peningkatan SDM

dengan cara melakukan pelatihan, sosialisasi, simulasi dan seminar kepada

para anggota anggota Satuan Polisi Pamong Praja kabupaten Magetan guna

menunjang kinerja Satpol PP dalam menegakkan Perda Nomor 24 Tahun

2002.

d. Penambahan sarana dan prasarana itu oleh Pemmerintah Daerah kabupaten

magetan maka dapat menunjang kinerja Satpol PP dalam menegakan Perda

tentang PKL di kabupaten Magetan.

e. Warga masyarakat Magetan setidaknya ikut bekerja sama dengan Satpol PP

dan Pemerintah Daerah untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban guna

menanggulangi permasalahn PKL di kabupaten Magetan.