perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii lembar

118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR PERSETUJUAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SNOW BALLING DAN PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMK DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 / 2011 Disusun oleh: SUGIHARTO NIM. S850809317 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002 ............................... ................... Pembimbing II Triyanto, S.Si, M.Si NIP. 19720508 199802 1 001 ............................... ................... Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002

Upload: phungtruc

Post on 28-Dec-2016

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SNOW BALLING DAN PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

SMK DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 / 2011

Disusun oleh:

SUGIHARTO NIM. S850809317

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing Jabatan

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si

NIP. 19660225 199302 1 002

............................... ...................

Pembimbing II Triyanto, S.Si, M.Si NIP. 19720508 199802 1 001

............................... ...................

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SNOW BALLING DAN PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMK DI KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2010 / 2011

Disusun oleh:

SUGIHARTO NIM. S850809317

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Pada Tanggal:

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Riyadi, M.Si. …...………………

Sekretaris Dr. Imam Sujadi, M.Si. …...………………

Anggota Penguji 1. Dr. Mardiyana, M.Si. …...………………

2. Triyanto, S.Si, M.Si. …...………………

Surakarta, Februari 2011

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana UNS, Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004

Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK Sugiharto. S850809317. Eksperimentasi Model Pembelajaran Snow Balling dan Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMK Di Kabupaten Grobogan Tahun 2010 / 2011. Pembimbing I: Dr. Mardiyana, M.Si. Pembimbing II: Triyanto, S.Si, M.Si. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah model pembelajaran penemuan terbimbing dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan model snow balling; (2) Apakah model pembelajaran snow balling dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan pengajaran dengan menggunakan model konvensional; (3) Apakah model penemuan terbimbing dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan pengajaran dengan menggunakan model konvensional; (4) Manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik; (5) Pada gaya belajar visual, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau konvensional; (6) Pada gaya belajar auditorial, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau konvensional; (7) Pada gaya belajar kinestetik, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain

faktorial 3´3. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI SMK tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten Grobogan. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 336 orang dengan rincian 107 orang untuk kelas dengan model pembelajaran snow balling, 115 orang untuk kelas penemuan terbimbing dan 114 orang untuk kelas konvensional. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket gaya belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket gaya belajar terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus KR-20, sedangkan uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Cronbach Alpha. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji anava satu jalan dengan sel tak sama, dengan 05,0=a diperoleh kesimpulan bahwa ketiga kelompok dalam keadaan seimbang. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dengan 05,0=a diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yan berdistribusi normal dan homogen.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Terdapat

perbedaan rataan model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing dan konvensional terhadap prestasi belajar matematika (Fa = 23.4914 dengan Ftabel = 3.0234 ). Pembelajaran dengan model snow balling memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, pembelajaran dengan model snow balling memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran dengan model pembelajaran penemuan terbimbing memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. (2) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan faktor gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika (Fb = 2.7423 dengan Ftabel = 3.0234). Pada siswa dengan gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama. (3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika (Fab = 0.6321 dengan Ftabel = 2.3990). Pembelajaran dengan model snow balling dan model penemuan terbimbing selalu memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan model konvensional pada setiap gaya belajar. Serta pembelajaran dengan model snow balling dan model penemuan terbimbing selalu memberikan prestasi belajar yang sama pada setiap gaya belajar.

Kata kunci: Snow Balling, Penemuan Terbimbing, Konvensional, Gaya Belajar

Siswa

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT Sugiharto. S850809317. Experimentation of Mathemathics Learning Snow Balling and Guided Discovery On Mathematics Education Subject Relations and Functions from the Student’s Learning Styles SMK In District Grobogan Year 2010/2011. Supervisor I: Dr. Mardiyana, M.Si. Supervisor II: Triyanto, S.Si, M.Si. Thesis. Mathematics Education Study Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The purposes of this study were to determine: (1) Whether guided discovery learning model can produce math achievement is better than learning by using Snow Balling model; (2) Whether the Snow Balling learning model can produce studying mathematics achievement better than teaching by using the conventional model; (3) Whether the guided discovery learning model can produce studying mathematics achievement better than teaching by using the conventional model; (4) Which one that give better learning achievement , is visual, auditory, or kinesthetic learning styles; (5) In the visual learning styles, Which provides a better learning results, learning model Snow Balling, guided discovery, or conventional; (6) In the auditory learning styles, Which provides a better learning results, learning model Snow Balling, guided discovery, or conventional; (7) In the kinesthetic learning styles, Which provides a better learning results, learning model Snow Balling, guided discovery, or conventional.

This study was an quasi experimental research with 3´3 factorial design.

The population of this study were all grade XI SMK year 2010/2011 in the District Grobogan. Sampling was done by stratified random sampling. The sample in this study are 366 people with details of 107 people for class Snow balling, 115 people for class Guided Discovery and 114 people for class conventional. The instruments used to collect data are mathematics achievement test and student learning styles questionnaire. Before being used for data collection, the instruments firstly tested. Validity of the content of test instruments and questionnaires were assessed by the validator. Reliability of test instruments tested using KR-20 formula, while the questionnaire instrument using Cronbach alpha formula. Discriminant of test and internal consistency of questionnaires using the product moment correlation formula of Karl Pearson. Average balance test using one way anova with not the same cell , with 05.0=a concluded that both the experimental group in a balance condition. Prerequisites test include normality test using Lilliefors test method and homogeneity test using Bartlett method by Chi Square test statistic. With 05.0=a concluded that the samples come from populations with normal distribution and homogeneous.

Based on the hypothesis test, it can be concluded that: (1) There are differences in the average Snow Balling model of learning, guided discovery and conventional on mathematics achievement (Fa = 23.4914 with Ftabel = 3.0234 ). In the learning with Snow Balling model gives the same math achievement by

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

learning with guided discovery model, in the learning with Snow Balling model give better achievement than conventional learning, in the learning with guided discovery model give better achievement than conventional learning; (2) There is no significant effect students' learning style factors to mathematics achievement (Fb = 2.7423 with Ftabel = 3.0234). In the students with visual learning styles, auditory learning styles and kinesthetic learning styles have the same learning achievement. (3) There was no significant effect between learning models with learning styles of mathematics achievement (Fab = 0.6321 with Ftabel = 2.3990). In the learning with Snow Balling model and guided discovery model always gives better achievement than learning with the conventional model at each learning styles. And learning with Snow Balling model and guided discovery model always gives the same learning achievement in each learning styles.

Keywords: Snow Balling, Guided Discovery, Conventional, Students’ Learning

Styles

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sugiharto

NIM : S850809317

Program Studi : Pendidikan Matematika

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:

”Eksperimentasi Model Pembelajaran Snow Balling dan Penemuan

Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Relasi dan

Fungsi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMK Di Kabupaten Grobogan

Tahun 2010 / 2011” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan

karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan dtunjukkan dalam daftar pustaka

Demikian pernyataan saya, apabila pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Yang menyatakan

Sugiharto

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul

”Eksperimentasi Model Pembelajaran Snow Balling dan Penemuan Terbimbing

Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi Ditinjau Dari

Gaya Belajar Siswa SMK Di Kabupaten Grobogan Tahun 2010 / 2011” dapat

terselesaikan dengan baik.

Tesis ini disusun sebagai tugas akhir perkuliahan di Program Studi

Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Tesis ini dapat terselesaikan atas bantuan, dorongan dan motovasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian ini.

2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana yang telah mengesahkan proposal penelitian ini dan selalu

memberikan dorongan untuk menyelesaikan penulisan tesis.

3. Dr. Mardiyana, M.Si dosen Pembimbing I dan Triyanto, S.Si, M.Si

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam

penyusunan tesis ini.

4. H. Sugiyanto, S.H, M.M, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan yang

telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian.

5. Drs. Murmanto, M.M, Kepala SMK Negeri 1 Purwodadi yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Purwodadi.

6. Drs. Kustadji, M.M, Kepala SMK Pancasila Purwodadi yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMK Pancasila

Purwodadi.

7. Johanes Prasodjo, BA, Kepala SMK Kristen Purwodadi yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMK Kristen Purwodadi.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

8. Priyono, S.Pd, guru matematika SMK Negeri 1 Purwodadi, Rusmin, S.Pd,

guru matematika SMK Pancasila Purwodadi dan Heny Puspowati, S.Pd, guru

matematika SMK Kristen Purwodadi yang telah membantu selama

pelaksanaan penelitian ini.

9. Segenap siswa SMK Negeri 1 Purwodadi, SMK Pancasila Purwodadi dan

SMK Kristen Purwodadi yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan

2009 yang telah membantu terselesaikanya penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan, mendapat balasan

pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi

pembaca semuanya. Amin.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

ABSTRAK.................................................................................................... iv

ABSTRACT.................................................................................................... vi

PERNYATAAN............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................. 8

C. Pemilihan Masalah ................................................................ 9

D. Pembatasan Masalah .......................................................... 9

E. Perumusan Masalah ............................................................ 10

F. Tujuan Penelitian ................................................................. 11

G. Manfaat Penelitian ............................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori ......................................................................... 14

1. Pembelajaran Matematika............................................... 14

2. Model Pembelajaran ...................................................... 20

3. Model Pembelajaran Snow Balling ................................. 22

4. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing .................. 26

5. Model Pembelajaran Konvensional ................................ 31

6. Gaya Belajar.................................................................... 34

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

7. Prestasi Belajar................................................................ 38

B. Penelitian yang Relevan ....................................................... 42

C. Kerangka Berfikir ................................................................ 44

1. Kaitan Model Pembelajaran dengan Prestasi Belajar

Matematika ....................................................................... 44

2. Kaitan Antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar ....... 46

3. Kaitan Model Pembelajaran dan Gaya Belajar dengan

Prestasi Belajar ................................................................. 47

D. Hipotesis ............................................................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 52

C. Subjek Penelitian .................................................................. 52

D. Variabel dan Rancangan Penelitian ..................................... 55

E. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen ...... 57

F. Teknik Analisis Data ............................................................ 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A........................................................................................ Deskri

psi Data ................................................................................. 80

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen......................................... 80

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa.................. 82

3. Data Skor Gaya Belajar Matematika Siswa...................... 83

B........................................................................................ Penguji

an Persyaratan Analisis ......................................................... 84

1. Uji Prasyarat Perlakuan .................................................... 84

2. Uji Prasyarat Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel

Tak Sama .......................................................................... 85

C........................................................................................ Hasil

Pengujian Hipotesis............................................................... 87

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.......... 87

2. Uji Lanjut Pasca Anava .................................................... 88

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

D........................................................................................ Pemba

hasan Hasil Analisis Data ..................................................... 88

1. Hipotesis Pertama, Kedua, dan Ketiga ............................ 88

2. Hipotesis Keempat............................................................ 89

3. Hipotesis Kelima, Keenam dan Ketujuh .......................... 90

E. ....................................................................................... Keterb

atasan Penelitian.................................................................... 91

BAB V PENUTUP

A........................................................................................ Kesim

pulan...................................................................................... 92

B........................................................................................ Implik

asi .......................................................................................... 93

C........................................................................................ Saran

............................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Peran Guru dan Siswa dalam model Penemuan Terbimbing ..... 28

Tabel 2.2. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Konvensional ... 33

Tabel 3.1. Rancangan penelitian .................................................................. 57

Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa .................... 83

Tabel 4.2. Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa ............................................ 84

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Nilai Awal ................................................ 85

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal ............................................. 85

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 86

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas................................................................ 87

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel

Tak Sama..................................................................................... 87

Tabel 4.8. Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel........................................ 88

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Tabel 2.1. Interaksi dalam Kegiatan Pembelajaran Penemuan

Terbimbing ................................................................................. 29

Tabel 2.2. Hubungan Antar Variabel ........................................................... 48

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP Model Snow Balling ...................................................... 101

Lampiran 2 : RPP Model Penemuan Terbimbing........................................ 127

Lampiran 3 : RPP Model Konvensional ...................................................... 151

Lampiran 4 : Kisi-kisi angket gaya belajar siswa ....................................... 176

Lampiran 5 : Soal uji coba angket gaya belajar matematika ...................... 179

Lampiran 6 : Angket gaya belajar matematika Lembar validasi soal tes ... 186

Lampiran 7 : Lembar jawab angket gaya belajar matematika .................... 192

Lampiran 8 : Lembar validasi instrumen angket gaya belajar tipe visual ... 193

Lampiran 9 : Analisis angket gaya belajar visual ....................................... 199

Lampiran 10 : Analisis angket gaya belajar auditorial ................................ 204

Lampiran 11 : Analisis angket gaya belajar kinestetik ................................ 209

Lampiran 12 : Reliabilitas angket gaya belajar visual ................................. 214

Lampiran 13 : Reliabilitas angket gaya belajar auditorial ........................... 219

Lampiran 14 : Reliabilitas angket gaya belajar kinestetik ........................... 224

Lampiran 15 : Kisi-kisi tes prestasi belajar.................................................. 229

Lampiran 16 : Uji coba tes prestasi belajar matematika ............................. 231

Lampiran 17 : Kunci jawaban tes prestasi belajar ....................................... 237

Lampiran 18 : lembar jawab tes prestasi belajar.......................................... 238

Lampiran 19 : Lembar validasi instrumen tes prestasi belajar..................... 239

Lampiran 20 : Daya pembeda dasn tingkat kesukaran ................................ 241

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 21 : Reliabilitas tes prestasi belajar ............................................. 251

Lampiran 22 : Uji normalitas kelas Snow balling ....................................... 261

Lampiran 23 : Uji normalitas kelas penemuan ............................................ 266

Lampiran 24 : Uji normalitas kelas kontrol ................................................. 271

Lampiran 25 : Uji homogenitas ................................................................... 276

Lampiran 26 : Uji keseimbangan ................................................................. 278

Lampiran 27 : Uji normalitas kelas Snow balling........................................ 280

Lampiran 28 : Uji normalitas kelas penemuan ............................................ 285

Lampiran 29 : Uji normalitas kelas kontrol ................................................. 290

Lampiran 30 : Uji normalitas gaya belajar visual ........................................ 295

Lampiran 31 : Uji normalitas gaya belajar auditorial .................................. 301

Lampiran 32 : Uji normalitas gaya belajar kinestetik .................................. 307

Lampiran 33 : Uji homogenitas model pembelajaran.................................. 310

Lampiran 34 : Uji homogenitas gaya belajar ............................................... 312

Lampiran 35 : Uji hipotesis......................................................................... 314

Lampiran 36 : Surat permohonan ijin penelitian ......................................... 320

Lampiran 37 : Surat keterangan telah melaksanakan penelitian.................. 322

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era globalisasi di abad XXI ini, diperlukan persiapan

sumber daya manusia yang merupakan kunci utama untuk memetik

kemenangan dalam persaingan era globalisasi tersebut. Perkembangan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan setiap manusia

memperoleh informasi dengan cepat, mudah dan melimpah dari berbagai

sumber. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh,

memilih, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk menghadapi keadaan

yang selalu berubah, kompetitif dan tidak pasti. Kemampuan ini menuntut

siswa agar berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Beratnya

tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam multidimensi telah

menempatkan bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat strategis

bagi pengentasan kesulitan bangsa.

Pendidikan merupakan proses, wahana dan sarana yang sangat baik

dalam pembinaan manusia untuk mengembangkan potensi diri. Salah satu

upaya mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan

yaitu melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa.

1

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Sementara ini hasil pendidikan belum seperti apa yang diharapkan.

Menurut Nurhadi (2003: 3) selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari

kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Banyak siswa mampu menyajikan

tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang disampaikan oleh guru, tetapi

kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi

materinya. Terkadang masyarakatpun beranggapan bahwa keberhasilan

pendidikan hanya dilihat dari prestasi rata-rata hasil ujian dan ulangan umum.

Sedangkan unsur prestasi lainnya yaitu kemampuan keterampilan, sikap siswa

serta proses pembelajaran kurang mendapatkan perhatian dalam penilaian di

sekolah.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menduduki peran

penting dalam pendidikan. Matematika merupakan cabang ilmu yang

bertujuan untuk mendidik siswa menjadi manusia yang dapat berpikir logis,

kritis dan rasional serta menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan.

Pada kenyataannya, matematika perlu mendapatkan perhatian khusus karena

masih ada anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang

menakutkan, sulit dan tidak menarik bagi siswa.

Selain itu, menurut Crockcroft (Fadjar Shodiq, 2007: 3) ” it would be

very difficult – perhaps imposible – to live a normal life in very many parts of

the word in the twentieth century without making use of mathematics of some

kind”. Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di

bagian bumi ini pada abad ke-20 tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pada abad ini, dapat diamati bahwa hampir di segala bidang kehidupan,

matematika mempunyai peran.

Students’ low success level in mathematics has been a worry for a

long time in many countries. There are a lot of factors affecting success in

mathematics. One of these factors is students’ mathematical anxiety, in other

words, their mathematical fear (Murat Peker, 2008). Sudah sejak dulu

rendahnya prestasi belajar matematika siswa menjadi salah satu

kekhawatiran di banyak negara. Banyak faktor yang mempengaruhi

kesuksesan belajar matematika. Salah satu dari faktor tersebut adalah

ketakutan pada matematika.

Mathematics anxiety is a multifaceted construct with affective and cognitive dimensions. Personality, self concept, self esteem, learning style, parental attitudes, high expectation of parents, negative attitude toward mathematics, avoidance of mathematics, teachers’ attitudes, innefective teaching styles, negative school experiences and low degree of achievement in mathematics are among the concepts and construct related to mathematics anxiety (Fulya Yuksel-Sahin, 2008).

Ketakutan pada matematika adalah gabungan yang kompleks dari

dimensi afektif dan kognitif. Kepribadian, konsep diri, harga diri, gaya belajar,

pola asuh orang tua, tuntutan yang tinggi dari orang tua, sikap negatif pada

matematika, menghindari matematika, sikap guru, gaya belajar yang tidak

efektif, pengalaman belajar yang negatif dan penghargaan yang kurang adalah

konsep dan konstruksi yang berhubungan dengan ketakutan terhadap

matematika.

Banyak orang berpendapat bahwa mutu pendidikan Indonesia

terutama mata pelajaran matematika, masih rendah. Data dari Trends in

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007

kemampuan matematika Indonesia berada pada peringkat 36 dari 48 negara

yang di survei, dengan rata-rata nilai 397. Nilai rata-rata Indonesia masih

jauh di bawah nilai rata-rata internasional yaitu 500. Nilai rata-rata Indonesia

juga masih berada di bawah Thailand (441), Malaysia (474) dan Singapura

(593). Data UNESCO juga menunjukkan peringkat matematika Indonesia

berada di deretan 34 dari 38 negara yang diteliti. Selain itu, matematika

sebagai salah satu mata pelajaran yang di-UAN-kan, di banyak sekolah juga

menjadi penyebab utama ketidaklulusan siswanya. Berbagai data tersebut

dapat memberikan gambaran bahwa kualitas pendidikan matematika di

Indonesia memang masih perlu ditingkatkan

Lebih lanjut, di tingkat Jawa Tengah angka ketidaklulusan UN untuk

SMK meningkat, pada tahun 2009 ketidaklulusan hanya 5,64% namun,

pada tahun 2010 angka ketidaklulusan meningkat menjadi

7,68%.(http://izaskia.wordpress.com/2010/04/25/kumpulan-berita-terkini-

seputar-pengumuman-hasil-un-smasmkma-tahun-2010)

Sejalan dengan hasil tersebut dalam ruang lingkup yang lebih sempit

tepatnya di kabupaten Grobogan. Menurut Pusat Penilaian Pendidikan

(Badan Penelitian dan Pengembangan) rata-rata mata pelajaran matematika

menurun. Hasil Ujian Nasional tingkat SMK di kabupaten Grobogan tahun

pelajaran 2008/2009 rata-rata UN matematika adalah 7,98, sedangkan pada

tahun pelajaran 2009/2010 rata-rata UN matematika adalah 7,33. Matematika

sebagai salah satu mata pelajaran yang di-UAN-kan, di banyak sekolah juga

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

menjadi salah satu penyebab utama ketidaklulusan siswanya. Berbagai data

tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa kualitas pendidikan

matematika di Indonesia memang masih perlu ditingkatkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi belajar matematika,

yang secara garis besar dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dari luar dan

dari dalam diri siswa tersebut. Faktor dari dalam diri siswa tersebut yang

berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa. Faktor-faktor tersebut misalnya

intelengensi, minat belajar, motivasi belajar, aktivitas belajar, gaya belajar

dan lain sebagainya sedangkan faktor dari luar misalnya dari segi model atau

metode pembelajaran tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dari tahun

ke tahun. Meskipun upaya pembaharuan model atau metode mengajar telah

banyak disosialisasikan, namun kenyataannya pembelajaran matematika di

sekolah masih menggunakan pola lama, yaitu pembelajaran yang berpusat

pada guru.

Hal ini menjadi diskusi dan musyawarah rekan teman sejawat guru

matematika SMK pada forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Matematika SMK kabupaten Grobogan, beberapa permasalahan yang menjadi

kendala dalam pembelajaran matematika yaitu siswa masih belum aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran matematika dikelas, daya serap siswa pada

pelajaran matematika dan hasil belajar yang masih kurang di beberapa materi

antara lain : logaritma, persamaan dan pertidaksamaan,persamaan kuadarat,

integral, dan hitung keuangan. Salah satu dari materi tersebut yang sering di

keluhkan siswa adalah materi pokok bahasan relasi dan fungsi.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Menurut pemaparan sebagian besar guru, biasanya kesulitan yang

dialami siswa adalah mereka sukar dalam menyelesaikan soal cerita aplikasi

dari fungsi linier dan fungsi kuadrat, karena biasanya guru mengajarkan

materi ini dengan memberikan rumus-rumus sebagai patokan dalam

mengerjakan operasi-operasi bilangan sementara siswa tidak memahami

maknanya. Kesulitan lain yang dialami siswa adalah mereka cenderung

menghafal rumus dan contoh soal, sehingga apabila diberi soal yang berbeda

dengan contoh soal, mereka akan merasa kesulitan.

Pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya masih dilakukan

dengan model pembelajaran dengan paradigma mengajar yang konvensional.

Guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuan dan siswa

sebagai obyek yang dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa. Ciri-ciri

pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, gabungan

antara metode ceramah dan pemberian tugas dimana siswa cenderung pasif,

pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang

benar, aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat dan menyalin,

dan guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal

yang lebih bersifat prosedural. Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak

mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan

kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, sehingga dengan melakukan

aktivitas belajarnya siswa mampu memperoleh pengetahuan dari

pemahamannya sendiri. Dalam pembelajaran matematika, aktivitas belajar

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

matematika akan lebih efektif apabila siswa berperan aktif sebagai subjek

pembelajaran dan guru sebagai pengelola proses pembelajaran. Dengan

demikian siswa dituntut untuk lebih kritis, kreatif, mandiri serta mampu

berpikir ilmiah dalam pembelajaran, sehingga keberhasilan kompetensi

matematika siswa dapat tercapai.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan model pembelajaran

yang tepat. Guru harus mempunyai strategi agar siswa dapat belajar secara

efektif dan efisien. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat

sangat penting, karena tidak semua pendekatan dapat digunakan pada tiap

pokok bahasan. Model pembelajaran adalah pola hubungan interaksi guru-

siswa-lingkungan belajar untuk dijadikan contoh dan diterapkan dalam

pelaksanaan pembelajaran. Diantaranya yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran Snow Balling, yang mana penerapan model ini siswa dilatih

untuk saling bertukar pikiran dengan temannya dan bekerja sama dalam

kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan serta dengan model

Penemuan Terbimbing memungkinkan siswa aktif, guru aktif. Guru hanya

sebagai fasilitator dan membimbing dimana siswa mengalami kesulitan.

Selain model pembelajaran, keberagaman gaya belajar dan

kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran juga turut andil dalam

penentuan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Siswa

yang belajar dengan gaya belajar mereka yang dominan saat mengerjakan tes,

akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar

dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. Dengan demikian

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

model pembelajaran Snow Balling dan model penemuan terbimbing dengan

memperhatikan gaya belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika yaitu dengan meningkatnya prestasi balajar

matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti dapat

mengidentifikasi masalah - masalah yang timbul dalam penelitian, meliputi :

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa

disebabkan karena dalam mengajar seorang guru belum memanfaatkan

media pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi yang

dipelajari. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan, apakah penggunaan

media pembelajaran dapat memberikan perbedaan pengaruh terhadap

prestasi belajar siswa.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada

kemungkinan disebabkan oleh metode ataupun model pembelajaran yang

kurang tepat. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan apakah dengan

pemilihan metode ataupun model pembelajaran yang sesuai dan tepat

dapat memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa di

pengaruhi beberapa faktor yang terdapat dalam diri siswa seperti kesiapan,

minat, intelegensi, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Terkait dengan hal

ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah faktor

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dalam diri siswa dapat memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi

belajar siswa.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa

disebabkan oleh gaya belajar siswa yang berbeda, Terkait dengan hal ini

muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah dengan

mengetahui gaya belajar siswa sehingga guru dapat mengokomodasikan

gaya belajar yang berbeda dapat memberikan perbedaan pengaruh

terhadap prestasi belajar siswa.

C. Pemilihan Masalah

Berdasarkan keempat permasalahan di atas, peneliti hanya akan

melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan kedua dan keempat.

Alasan dipilihnya masalah tersebut adalah model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru agar lebih menarik, kreatif dan inovatif sehingga siswa

dapat berpikir analitis dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang

disesuaikan dengan gaya belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian ini dapat lebih

terfokus, perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang dibandingkan adalah model pembelajaran Snow

Balling dan model pembelajaran penemuan terbimbing pada kelas

eksperimen dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Karakteristik siswa yang dilihat adalah gaya belajar siswa yang meliputi

gaya belajar tipe visual, tipe auditorial dan tipe kinestetik.

3. Penelitian dilakukan di SMK di kabupaten Grobogan kelas XI semester

ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika

pada pokok relasi dan fungsi

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah dan

pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi,

apakah model pembelajaran penemuan terbimbing dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

pengajaran dengan menggunakan model snow balling?

2. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi,

apakah model pembelajaran snow balling dapat menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan pengajaran

dengan menggunakan model konvensional?

3. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi,

apakah model penemuan terbimbing dapat menghasilkan prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibandingkan dengan pengajaran dengan

menggunakan model konvensional?

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi,

manakah yang memberikan hasil belajar yang lebih baik, siswa dengan

gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik?

5. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi

dengan gaya belajar visual, manakah yang memberikan hasil belajar yang

lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau

konvensional?

6. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi

dengan gaya belajar auditorial, manakah yang memberikan hasil belajar

yang lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing,

atau konvensional?

7. Pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi

dengan gaya belajar kinestetik, manakah yang memberikan hasil belajar

yang lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing,

atau konvensional?

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang

perbedaan prestasi belajar matematika peserta didik karena pengaruh model

pembelajaran yang digunakan, dan gaya belajar siswa. Secara operasional

penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:

1. Pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing dan model snow

balling terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Pengaruh model pembelajaran snow balling dan pembelajaran

konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa.

3. Pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran

konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa.

4. Pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.

5. Pada gaya belajar visual, manakah yang memberikan hasil belajar yang

lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau

konvensional.

6. Pada gaya belajar auditorial, manakah yang memberikan hasil belajar yang

lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau

konvensional.

7. Pada gaya belajar kinestetik, manakah yang memberikan hasil belajar yang

lebih baik, model pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing, atau

konvensional.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas

pendidikan matematika siswa kelas XI SMK Negeri se-Kabupaten Grobogan,

manfaat lain dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

meningkatkan mutu pendidikan melalui penggunaan model pembelajaran

Snow Balling dan model Penemuan Terbimbing dalam upaya peningkatan

prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari gaya belajar siswa.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi calon guru matematika dalam menentukan

model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif lain selain model

pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru matematika dalam

pengajaran matematika.

b. Memberi informasi kepada guru atau calon guru matematika untuk

lebih meningkatkan minat belajar siswa dalam mencapai prestasi

belajar.

c. Memberikan masukan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan

belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir positif dalam

mengembangkan dirinya dalam meraih keberhasilan belajar atau

prestasi belajar yang optimal.

d. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan atau referensi ilmiah

untuk penelitian selanjutnya.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

a. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

belajar dilakukan peserta didik atau siswa. Dalam proses kegiatan

belajar mengajar, di satu pihak guru melakukan kegiatan atau

perbuatan – perbuatan untuk membawa siswa ke arah tujuan dimana

siswa melakukan serangkaian kegiatan atau perbuatan yang disediakan

oleh guru yaitu kegiatan yang terarah pada tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Syaiful Sagala (2003 : 61) pembelajaran adalah

membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori

belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Sedangkan Uzer Usman (2006 : 4) mengemukakan bahwa

pembelajaran adalah proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang

harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima

14

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pembelajaran (sasaran didik) sedangkan mengajar menunjuk pada apa

yang harus dilakukan guru sebagai pengajar (Nana Sudjana, 2000: 28).

Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki

strategi, agar dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada

tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki srategi itu

ialah harus menguasai teknik – teknik penyajian atau biasanya disebut

strategi mengajar.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran terdiri dari dua komponen yaitu belajar dan mengajar

yang mana keduanya tidak dapat dipisahkan.

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan tingkah laku pada diri individu. Perubahan ini

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya

pengetahuan, penalaran, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan

maupun aspek-aspek yang lain.

Menurut Bruner dalam Suherman (2003:43) belajar

merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk

menemukan hal-hal yang baru diluar informasi yang diberikan

kepada dirinya. Sedangkan Gagne dalam Slameto (2003:13)

memberikan dua definisi yaitu:

a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang diperoleh dari instruksi.

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2003:27-28)

antara lain:

a) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

· Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi

aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk

mencapai tujuan instruksional.

· Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

instruksional.

· Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak

dapat mengembangkan kemampuan dan belajar dengan

efektif.

· Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b) Sesuai hakikat belajar

· Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap

menurut perkembangannya.

· Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

discovery.

· Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara

pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga

mendapatkan pengertian yang diharapkan.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

· Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki

struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah

menangkap pengertiannya.

· Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d) Syarat keberhasilan belajar

· Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa

dapat belajar dengan tenang.

· Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali

agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada

siswa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan sebagai:

a) Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu

sendiri, antara lain:

(1) Faktor jasmaniah, seperti kesehatan dan cacat tubuh.

(2) Faktor psikologi, seperti intelegensi, penalaran, perhatian,

minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

(3) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani, maupun

kelelahan rohani.

b) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak atau

individu, antara lain :

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(1) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi

antar anggota keluarga suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga dan lain-lain.

(2) Faktor sekolah, seperti metode mengajar guru, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar.

(3) Faktor masyarakat, seperti teman bergaul, mass media,

bentuk kehidupan masyarakat dan kegiatan siswa dalam

masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku yang dilakukan secara aktif oleh

setiap individu yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan

aspek sikap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

2) Pengertian Mengajar

Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang

berbeda, akan tetapi keduanya terdapat hubungan yang erat.

Antara keduanya terdapat interaksi satu sama lain, saling

mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Dengan

adanya mengajar maka proses belajar dapat berlangsung dengan

maksimal.

Lilis Setiawati dan Moh. Uzer Usman (1993: 6)

berpendapat bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing

siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat pula dikatakan

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengkoordinasi

lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan

pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada

diri siswa.

Nana Sudjana (2000: 29) mengajar adalah proses

mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa

sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan

proses belajar.

b. Matematika

Pengertian matematika beraneka ragam. Di bawah ini ada

beberapa definisi matematika sebagai berikut:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisir secara sistematis.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta yang

kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang

logika.

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang kotak.

Menurut Kline dalam Mulyono (2003: 203) ” Matematika

adalah bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

bernalar deduktif, tetapi yang juga tidak melupakan cara bernalar

induktif ”.

Menurut Ruseffendi (1991 : 263), ”Matematika adalah ilmu

tentang struktur yang teroganisasikan, yaitu terdiri dari unsur – unsur

yang tidak terdefinisikan, unsur – unsur yang didefinisikan, aksioma –

aksioma dan dalil – dalil, dimana setelah dalil – dalil itu dibuktikan

kebenarannya berlaku secara umum. Oleh karena itu, matematika

sering disebut ilmu deduktif”. Matematika sebagai ilmu mengenai

struktur dan hubungan-hubungan mengenai simbol-simbol. Simbol-

simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan

dengan operasi ditetapkan.

Menurut pengertian pembelajaran dan matematika di atas maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar

mengajar dalam kelas yang mempelajari tentang cabang ilmu pengetahuan

eksak yang terorganisir secara sistematis tentang bilangan dan operasinya,

fakta – fakta yang kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, dan

stuktur-struktur logika sebagai solusi permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi

pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah

model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai

oleh strategi atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan

agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan

belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

(Mohammad Asikin, 2001:3).

Menurut Markaban (2008:12) model pembelajaran adalah pola

komprehensif yang patut dicontoh, menyangkut bentuk utuh pembelajaran,

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan

pendekatan pembelajaran adalah cara pandang terhadap pembelajaran dari

sudut tertentu untuk memudahkan pemahaman terhadap pembelajaran

yang selanjutnya diikuti perlakuan pada pembelajaran tersebut.

Metode dapat menjadi model jika memenuhi empat unsur yang

dikemukakan Joyce dan Weil (1986: 14-15), bahwa setiap model belajar

mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut:

a. Sintaks (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang

menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce

dan Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada

proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?

b. Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan

hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan

guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada

satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang

lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c. Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana

guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap

apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran

atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada

model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap

siswanya, terutama untuk hal-hal yang berkait dengan kreativitas.

d. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana,

bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model

tersebut.

3. Model Pembelajaran Snow Balling

Dalam proses pembelajaran kehadiran model pembelajaran

mempunyai arti yang cukup penting karena dalam kegiatan tersebut,

ketidakjelasan yang disampaikan dibantu dengan menghadirkan model

sebagai perantara. Salah satunya dengan menggunakan model snow

balling.

J Valenti dan S. Latourelle ( 2001 ) berpendapat “ Snow balling is

A pair of students answer worksheet questions, a lab report conclusion or

other written work. Two pairs come together and compare. An option is to

have two groups of four come together and compare. One person from a

group of eight writes answers or conclusions on the board ”. Snow balling

adalah sepasang siswa menjawab pertanyaan worksheet, kesimpulan

laporan kerja lab atau tertulis lainnya. Dua kelompok bergabung dan

membandingkan jawabannya. Sebuah pilihan adalah memiliki dua

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kelompok dari empat datang bersama-sama dan membandingkan. Satu

orang dari dari salah satu kelompok menulis jawaban atau kesimpulan di

papan.

David Kimber (1996) menyatakan “ …, 'snow-balling' (starting

with pairs which then join together as four, eight, sixteen etc. until the

entire class reforms) can be used ”. 'snow-balling' (mulai dengan

pasangan yang kemudian bergabung bersama sebagai empat, delapan,

enam belas dan lain-lain sampai seluruh kelas) dapat digunakan.

Model snow balling (Hisyam Zaini, dkk.2007) menyatakan

bahwa model ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan

dari diskusi siswa secara bertingkat.

Menurut Marno dan M. Idris ( 2008:175 ), snow balling adalah

model pembelajaran yang memberdayakan seluruh siswa dengan membagi

pertanyaan atau permasalahan yang berbeda – beda pada kelompok kecil.

Setiap anggota kelompok berkewajiban merumuskan jawaban atau

pemecahan masalah sebagai bekal tatkala bergabung pada kelompok baru.

Karena itu, setiap anggota kelompok yang baru berkewajiban berbagi

jawaban atau pemecahan masalah dari hasil kelompok sebelumnya.

Model pembelajaran snow balling merupakan teknik

pembelajaran dengan cara ” penggabungan kelompok kecil bertingkat

menjadi kelompok besar ” yaitu setelah kelompok kecil yang

beranggotakan dua siswa mendapatkan jawaban soal materi yang sudah

diberikan oleh guru kemudian bergabung dengan kelompok lainnya untuk

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mendiskusikan hasil dari soal tersebut. Dimana kelompok besar tadi yang

beranggotakan empat orang menyampaikan dan menjelaskan jawaban

yang diperoleh dan seterusnya disesuaikan dengan jumlah siswa dan

alokasi waktu. Sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga

jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara kelompok.

Ada beberapa alasan mengapa model pembelajaran snow balling

perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam

menciptakan pembelajaran matematika. Pertama, harapan untuk dapat

diterapkan dalam lingkungan siswa atau dalam situasi baru yang belum

familiar. Kedua, snow balling memberi kesempatan dan dapat mendorong

siswa untuk berdiskusi dengan siswa yang lainnya yaitu pada proses

menyelesaikan persoalan. Model ini akan berjalan dengan baik jika materi

yang dipelajari menurut pemikiran yang mendalam atau menurut siswa

untuk berpikir analisis bahkan mungkin sintesis. Materi yang bersifat

faktual, yang jawabannya sudah ada di dalam buku teks mungkin tidak

tepat diajarkan dengan model ini.

Langkah – langkah dari model pembelajaran snow balling yaitu :

a. Sampaikan topik materi yang akan diajarkan.

b. Minta siswa untuk menjawab secara berpasangan (dua orang).

c. Setelah siswa yang bekerja berpasangan tadi mendapatkan jawaban,

pasangan tadi digabungkan dengan pasangan di sampingnya. Dengan

ini terbentuk kelompok dengan empat orang.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d. Kelompok berempat ini mengerjakan tugas yang sama seperti dalam

kelompok dua orang. Tugas ini dapat dilakukan dengan

membandingkan jawaban kelompok dua orang dengan kelompok yang

lain. Dalam langkah ini perlu ditegaskan bahwa jawaban kedua

kelompok harus disepakati oleh semua anggota kelompok baru.

e. Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap

kelompok digabungkan dengan satu kelompok yang lain. Dengan ini

muncul kelompok baru yang anggotanya delapan orang.

f. Yang dikerjakan oleh kelompok baru ini sama dengan tugas pada

langkah keempat di atas. Langkah ini dapat dilanjutkan sesuai dengan

jumlah siswa atau waktu yang tersedia.

g. Masing – masing kelompok diminta menyampaikan hasilnya di depan

kelas.

h. Pengajar akan membandingkan jawaban dari masing–masing kelompok

kemudian memberikan ulasan–ulasan dan penjelasan–penjelasan

secukupnya sebagai klarifikasi dari jawaban siswa.

Model pembelajaran Snow balling menuntut guru terampil

merangsang siswa mengungkapkan dan mengaktifkan siswa terhadap

materi belajar yang dikuasai dan dimiliki. Dengan kegigihan guru

menyajikan pertanyaan - pertanyaan yang mendorong siswa menjadi lebh

kreatif dan berinisiatif, dampaknya kegiatan pembelajaran menjadi lancar

dan bermanfaat.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Unsur-unsur dasar model pembelajaran Snow Balling adalah:

siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di

dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. Siswa harusnya melihat

bahwa semua anggota di dalam kelompok mempunyai tujuan yang sama.

Siswa harusnya membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara

anggota kelompoknya. Siswa dikenakan evaluasi atau akan diberikan

hadiah / penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.

Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Siswa akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam

kelompok Snow balling.

Dengan model pembelajaran Snow balling, diharapkan siswa

tertarik dan senang belajar matematika yang akhirnya dapat meningkatkan

minat siswa dalam belajar matematika yang diwujudkan dengan

kemampuannya dalam mengkomunikasikan materi yang dipelajari baik

secara lisan maupun tertulis sehingga hasil belajar dan prestasi siswa juga

akan meningkat.

4. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Menurut Rachmadi Widdiharto (2004:4) mendefinisikan model

penemuan terbimbing dengan model pembelajaran dari sebagian banyak

model pembelajaran dimana menempatkan guru sebagai fasilitator,

membimbing siswa dimana dia diperlukan dan siswa didorong untuk

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

berpikir sendiri, menganalisis sendiri dengan memanfaatkan

pengalamannya sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan

bahan atau data yang disediakan oleh guru. Seberapa jauh siswa

dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang

dipelajari.

Menurut Bruner dalam Prince dan Felder (2006):

“Discovery learning is an inquiry-based approach in which students are given a question to answer, a problem to solve, or a set of observations to explain, and then work in a largely self-directed manner to complete their assigned tasks and draw appropriate inferences from the outcomes, “discovering” the desired factual and conceptual knowledge in the process”. Belajar dengan penemuan adalah satu pendekatan yang berbasis

pemeriksaan dimana para siswa diberi suatu pertanyaan untuk menjawab,

suatu masalah untuk dipecahkan, atau pengamatan-pengamatan untuk

menjelaskan, dan mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugas-

tugas mereka yang ditugaskan dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang

sesuai dari hasil-hasil, "menemukan" pengetahuan konseptual dan berdasar

fakta yang diinginkan di dalam proses.

Prince dan Felder (2006:123) mengemukakan bahwa model

penemuan terbimbing merupakan salah satu model mengajar secara

inductive, sedangkan inductive teaching bertolak belakang pada teori

kontruktivisme, sehingga model penemuan terbimbing merupakan aplikasi

dari kontruktivisme. Lebih lanjut Prince dan Felder (2006:123)

berpendapat bahwa Lebih lanjut Prince dan Felder (2006:123) berpendapat

bahwa “Inductive teaching and learning methods is an umbrella term that

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

encompasses a range of instructional methods, including inquiry leaning,

problem base learning, project base learning, case based teaching,

discovery learning, and just-in-time teaching”.

Berdasarkan definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing adalah model

pembelajaran yang terpusat pada siswa yang dimana siswa dihadapkan

kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan,

terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error), yang menghendaki

guru sebagai penunjuk jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan

ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk

menemukan pengetahuan yang baru.

Secara sederhana, peran guru dan siswa dalam model penemuan

terbimbing ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Peran Guru dan Siswa dalam Model Penemuan Terbimbing Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa

Sedikit bimbingan · Menyatakan persoalan

· Menemukan pemecahan

Banyak Bimbingan · Menyatakan persoalan

· Memberikan bimbingan

· Mengikuti petunjuk · Menemukan

penyelesaian

(Rachmadi Widdiharto, 2004:5)

Biknell-Holmes & Hoffman dalam Castronova (2002:2)

menjelaskan tiga ciri utama belajar menemukan antara lain:

a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.

b. Berpusat pada siswa.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

c. Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan

yang sudah ada.

Model penemuan terbimbing lebih menekankan pada adanya

interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat juga

terjadi antara siswa dengan siswa (S – S), siswa dengan bahan ajar (S – B),

siswa dengan guru (S – G), siswa dengan bahan ajar dan siswa (S – B – S)

dan siswa dengan bahan ajar dan guru (S – B – G). Interaksi yang mungkin

terjadi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Interaksi dalam Kegiatan Pembelajaran Penemuan Terbimbing.

(Markaban, 2008:12)

Langkah–langkah dalam Penemuan Terbimbing dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data

secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang

menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak

salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,

mengorganisasi, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini,

bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah

yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun perkiraan dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, perkiraan (konjektur) yang telah dibuat siswa

tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk

meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah

yang hendak dicapai (guru memberikan penegasan).

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,

maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa

untuk menyusunnya.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru

menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah

hasil penemuan itu benar. (Markaban, 2008:17-18)

Menurut Marzano dalam Markaban (2008:18) kelebihan model

penemuan terbimbing antara lain:

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry(menemukan).

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi

dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses

menemukanya.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut:

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Beberapa

siswa masih terbiasa dengan metode ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya

topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan

dengan model penemuan terbimbing. (Markaban, 2008:18-19)

5. Model Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah salah satu pembelajaran yang

sudah lama dikenal dan merupakan suatu pengajaran dimana dalam proses

belajar mengajar, penyampaian pelajaran masih mengandalkan metode

ceramah yaitu suatu metode mengajar dengan menyampaikan informasi

atau pengetahuan secara lisan kepada siswa yang pada umumnya

mengikuti secara pasif.

Dalam pembelajaran ini guru berperan sangat aktif, dan siswa

berkesan pasif, hanya mendengarkan guru secara teliti serat mencatat hal-

hal penting yang dikemukakan oleh guru. Guru memegang peranan yang

penting dalam menentukan urutan-urutan langkah-langkah dalam

menyampaikan isi atau materi pelajaran kepada siswa. Hal ini

mengakibatkan siswa menjadi jenuh, kurang kreatif, kurang inisiatif,

sangat tergantung oleh guru dan tidak terlatih untuk berdiri sendiri dalam

belajar. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menetukan konsep yang

diajarkan, sehingga siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Ciri-ciri pembelajaran antara lain:

1. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai

keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual.

2. Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis,

dan media lain menurut pertimbangan guru.

3. Siswa umumnya bersifat pasif, karena yang utama mendengarkan

uraian guru.

4. Kecepatan belajar siswa tergantung dari kecepatan guru mengajar.

5. Keberhasilan belajar siswa dinilai guru secara subjektif.

6. Guru berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan (sebagai

sumber informasi/pengetahuan).

Belajar dengan pembelajaran konvensional menyebabkan siswa

menjadi belajar menghafal (rote learning) yang tidak mengakibatkan

timbulnya pengertian. Siswa menjadi pasif dan daya kritis siswa akan

terhambat. Untuk itu diperlukan suatu pembaharuan metode pembelajaran

yang dapat mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa. Suatu

metode yang dapat membuat siswa aktif dalm belajar, membentuk siswa

yang kreatif, berpikir logis, kritis, dan inovatif.

Kelebihan dan kekurangan dari model ini dapat dikembangkan

sebagai berikut, kelebihannya antara lain:

a. Relatif banyak materi yang dapat disampaikan

b. Dapat menampung kelas besar.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

c. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.

d. Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.

e. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual

maupun klasikal.

Sedangkan kekurangan dari metode ceramah antara lain:

a. Tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental

siswa.

b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi(bahan

pelajaran).

c. Jika terlalu dominan pada ceramah terus menerus, siswa akan cepat

bosan.

Kesimpulan dari pembahasan dan definisi model pembelajaran

konvensional di atas maka langkah-langkah dalam model pembelajaran

konvensional dapat dituangkan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Konvensional

FASE PERAN GURU a. Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa. Guru memperkenalkan menjelaskan tujuan materi yang diajarkan, latar belakang pelajaran.

b. Mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan.

Guru mendemonstrasikan keterampilan dan menyampaikan informasi tahap demi tahap.

c. Memberikan contoh soal dan pelatihan.

Guru memberikan contoh soal dan membahasnya.

d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas, memberi umpan balik

e. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Guru mempersiapkan pelatihan lanjutan, dengan penerapan khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

6. Gaya belajar

Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan

kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Menurut Adi

W. Gunawan (2006: 139) gaya belajar adalah cara yang lebih disukai

dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu

informasi. Menurut Susan Sze (2009: 361): “Every student’s brain

functions differently and processes information differently. Due to this,

students have different types of learning style. Once the teacher can

understand the disability and the preffered learning styles of the sudent,

they can better adapt to the student. Setiap siswa mempunyai fungsi otak

yang berbeda dan pemprosesan informasi mereka juga berbeda. Sehingga

mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda pula. Jika guru dapat

memahami kekurangan dan kelebihan gaya belajar siswa, mereka dapat

beradaptasi dengan lebih baik.

Learning styles is characteristic cognitive, affective and

psychological behaviours that serve as relatively stable indicators of how

learners perceive, interact with, and respond to the learning environment

(Keefe(1979, p.4) dalam David Taiwei Ku dan Chun-Yi Shen). Gaya

belajar adalah karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikologik yang

mengindikasikan bagaimana perasaan peserta didik, interaksi mereka

dengan lingkungan belajar.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan gaya

belajar mereka yang dominan saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai

yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang

tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. Gaya belajar setiap orang

merupakan kombinasi dari lima kategori, yaitu:

a. Lingkungan : suara, cahaya, temperatur, desain.

b. Emosi : motivasi, keuletan, tanggung jawab, struktur.

c. Sosiologi : sendiri, berpasangan, kelompok, tim, dewasa, bervariasi.

d. Fisik : cara pandang, pemasukan, waktu, mobilitas.

e. Psikologi : global/analitis, otak kiri-otak kanan, implusif/reflektif.

Gaya belajar seseorang menurut DePorter (2001: 110) adalah

kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemudian mengatur serta

mengolah informasi. Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara

langkah pertama adalah mengenali modalitas seseorang, yaitu berdasarkan

pada visual (penglihatan), auditorial (pendengaran), atau kinestetik

(sentuhan dan gerakan) yang selanjutnya dikenal dengan nama modalitas

V-A-K.

a. Gaya Belajar Visual

Siswa dengan gaya belajar visual, yang memegang peranan

penting adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya lebih banyak atau

dititikberatkan pada peragaan atau media agar mereka langsung dapat

melihat obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Ciri-ciri gaya belajar visual:

1) Rapi dan teratur.

2) Bicara dengan cepat.

3) Teliti terhadap detail.

4) Menampilkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi.

5) Mengingat yang dilihat daripada yang didengar.

6) Tidak mudah terganggu oleh keributan.

7) Membaca cepat dan tekun.

8) Lebih suka membaca daripada dibacakan.

9) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai

memilih kata-kata.

10) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato.

11) Lebih suka seni daripada musik.

12) Mengingat dengan asosiasi visual.

13) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika

ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

14) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan.

(DePorter, 2001: 116)

b. Gaya Belajar Auditorial

Siswa dengan gaya belajar auditorial mengandalkan kesuksesan

belajarnya melalui telinga (alat pendengaran). Misalnya mendengarkan

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

ceramah atau penjelasan gurunya, mendengarkan bahan audio seperti

kaset, CD dan sebagainya. Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah:

1) Saat bekerja suka bicara pada diri sendiri.

2) Penampilan rapi.

3) Mudah terganggu oleh keributan.

4) Lebih suka musik daripada seni.

5) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan dari pada yang dilihat.

6) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

7) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku

ketika membaca.

8) Biasanya ia pembicara yang fasih.

9) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.

10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

11) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan

satu sama lain.

12) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.

13) Lebih suka gurauan lisan dari pada membaca komik.

(DePorter, 2001: 117)

c. Gaya Belajar Kinestetik

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kecerdasan kinestetik memuat kemampuan seseorang untuk

secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk

berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik:

1) Berbicara perlahan.

2) Penampilan rapi.

3) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan.

4) Belajar melalui memanipulasi dan praktek.

5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

6) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca.

7) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.

8) Menyukai buku-buku yang berorientasi plot mereka mencerminkan

aksi dengan gerakana tubuh saat membaca.

9) Kemungkinan tulisannya jelek.

10) Menyukai permainan yang menyibukkan.

(DePorter, 2001:118).

7. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Banyak pakar pendidikan yang mengemukakan definisi prestasi

belajar matematika. Saifuddin Azwar (1999: 164) mengemukakan

bahwa prestasi atau keberhasilan belajar dapat dilihat dalam bentuk

indikator-indikator yang berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka

kelulusan predikat keberhasilan dan semacamnya. Sedangkan Mulyono

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Abdurahman (2003: 37) mengemukakan bahwa prestasi belajar atau

hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan

kegiatan.

Berdasarkan hal ini, prestasi belajar siswa dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa

ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan

pembelajaran di sekolah.

2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya

karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan

atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai

atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru

terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang

ditempuhnya.

Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar

nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi

kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada

siswa dan orang tua melalui buku rapor yang disampaikan pada waktu

pembagian raport akhir semester atau kenaikan atau kelulusan. Jadi,

prestasi belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa

dalam prosas pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat

dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapain hasil belajar

siswa.

Sutartinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan bahwa

prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam

periode tertentu.

Berdasarkan pandangan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar matematika adalah keberhasilan yang dicapai siswa

setelah melakukan kegiatan belajar matematika dalam jangka waktu

tertentu, berupa penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang

diyatakan dalam bentuk nilai yang berupa simbol-simbol baik angka,

huruf maupun kalimat.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang

berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi siswa terdiri dari : kecerdasan, bakat, minat dan

perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga,

lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar. Agar hal

ini lebih jelas, diuraikan berikut ini:

1) Faktor kecerdasan

Biasanya, kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan

rasional matematis. Rumusan di atas menunjukkan kecerdasan

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan

rasional memahami, mengerti, memecahkan problem, tetapi

termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan

lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari

pengalamannya.

2) Faktor bakat

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang

dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang

tua. Bagi seorang siswa, bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada

siswa yang berbakat dalam bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu

pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di bidang ilmu sosial

akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya.

Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan

dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi

yang tinggi.

3) Faktor minat dan perhatian

Minat adalah kencenderungan yang besar tehadap sesuatu.

Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti

terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat.

Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu,

biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik.

4) Faktor motif

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat

sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha

seta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motif yang baik dan kuat,

hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi

yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalm belajar akan

memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajar.

5) Faktor gaya belajar

Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh gaya belajar

siswa. Gaya belajar yang efektif memungkinkan mencapai prestasi

lebih tinggi dibandingkan dengan gaya belajar yang tidak efisien.

Gaya belajar yang efisien sebagai berikut:

a) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.

b) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.

c) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari,

dan berusaha menguasainya dengan sebaik-baiknya.

d) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal.

B. Penelitian Yang Relevan

Pembahasan yang relevan merupakan urutan sistematis tentang hasil-

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan ada

hubungannya dengan penelitian yang hendak dilakukan.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian yang relevan

dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Maasawet (2009)

penggunaan model kooperatif Snowballing dan NHT untuk memberdayakan

kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif siswa, dan sikap sosial siswa

pada sekolah multietnis, karena terbukti dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, hasil belajar, dan sikap sosial siswa

Penelitian yang dilakukan Sutji Rochaminah (2006), Penelitian

eksperimen ini berfokus pada upaya untuk mengungkap perbandingan metode

penemuan dan konvensional dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis mahasiswa calon guru matematika sekolah menengah. Berdasarkan

hasil analisis data dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran penemuan lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa calon guru

pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) klasifikasi baik,

LPTK klasifikasi cukup, LPTK klasifikasi rendah.

Nur Janah (2009) menyatakan bahwa ketiga tipe belajar siswa yaitu

visual, auditorial dan kinestetik tidak memberikan perbedaan prestasi yang

signifikan.

Endang Rahayu (2008), menyatakan bahwa prestasi belajar

matematika siswa yang diberikan pendekatan pembelajaran konstruktivisme

lebih baik daripada siswa yang diberikan pendekatan konvesional serta siswa

dengan gaya belajar visual lebih baik prestasi belajar matematikanya

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dibandingkan dengan siswa dengan gaya belajar auditorial dan gaya belajar

kinestetik.

Dorin Dumitrascu (2009), melakukan penelitian yaitu Integration of

Guided Discovery in the Teaching of Real Analysis. Berdasarkan hasil analisis

data dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa guided discovery

method can be turned into an effective and enjoyable learning experience for

most students in a Real Analysis class. Jadi penemuan terbimbing dapat

menjadi satu pembelajaran menyenangkan dan efektif untuk kebanyakan para

siswa di suatu kelas analisis real.

Berdasarkan kesimpulan dari beberapa penelitian di atas mengenai

beberapa model pembelajaran yang digunakan, akan mempengaruhi

peningkatan prestasi belajar siswa. Di sini, penelitian yang akan dilakukan

adalah penggunaan model pembelajaran aktif tipe Snow Balling dan model

Penemuan Terbimbing dalam pembelajaran matematika ditinjau dari gaya

belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

1. Kaitan Model Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika umumnya lebih rendah bila

dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal ini disebabkan oleh

banyak faktor baik internal maupun eksternal. Belajar matematika

merupakan belajar konsep. Hal yang paling penting adalah bagaimana

siswa dapat memahami konsep-konsep dasar dalam matematika. Dalam

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

proses pembelajaran, siswa diharapkan tidak hanya mendengarkan,

mencatatat dan menghafalkan materi maupun rumus-rumus yang diberikan

guru, melainkan siswa dituntut aktif berperan dalam kegiatan

pembelajaran, mereka harus mampu berpikir kritis dan berargumen dalam

memecahkan berbagai persoalan dalam matematika.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan model

pembelajaran yang tepat. Guru harus mempunyai strategi agar siswa dapat

belajar secara efektif dan efisien. Oleh karena itu pemilihan model

pembelajaran yang tepat sangat penting, karena tidak semua pendekatan

dapat digunakan pada tiap pokok bahasan. Model pembelajaran adalah

pola komprehensif yang patut dicontoh, menyangkut bentuk utuh

pembelajaran, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran.

Diantaranya yaitu dengan menggunakan model Snow Balling,

yang mana penerapan model ini siswa dilatih untuk saling bertukar pikiran

dengan temannya dan bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan

suatu permasalahan serta dengan model Penemuan Terbimbing merupakan

model pembelajaran yang terpusat pada siswa yang dimana siswa

dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik

kesimpulan, terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error), yang

menghendaki guru sebagai penunjuk jalan dalam membantu siswa agar

mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari

untuk menemukan pengetahuan yang baru. Sehingga dalam

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pembelajarannya siswa dituntut menggunakan kreativitasnya pada saat

trial and error pemecahan masalah, semakin tinggi kreativitas siswa

semakin cepat pula memperoleh tujuannya.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat, akan menentukan

keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang

tidak tepat akan dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.

Rendahnya prestasi belajar matematika diakibatkan oleh sistem

pembelajaran yang dipakai oleh kebanyakan guru masih bersifat

tradisional, yaitu sistem pengajaran konvensional dimana dalam

pembelajaran siswa tidak dilibatkan secara aktif dan hanya bertindak

sebagai obyek. Guru sering hanya memperhatikan ketuntasan materi bukan

ketuntasan penguasaan materi oleh siswa, sehingga dalam pembelajaran

khususnya matematika guru cenderung tergesa-gesa dalam menyampaikan

materi. Hal ini yang membuat sebagian besar siswa kurang tertarik dan

termotivasi untuk belajar. Untuk itulah guru harus mengupayakan suatu

model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Model konvensional

yang selama ini dipakai harus segera ditinggalkan karena menjadikan

siswa hanya memperoleh sebatas pengertian konsep.

2. Kaitan Antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar

Di sisi lain, gaya belajar siswa selama proses pembelajaran juga

harus mendapat perhatian. Proses belajar dan menyelesaikan masalah pada

tiap siswa tidaklah sama. Hal ini dikarenakan gaya belajar mereka yang

berbeda-beda. Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.

Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan gaya belajar

mereka yang dominan saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang

jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak

sejalan dengan gaya belajar mereka.

Siswa dengan gaya belajar visual, yang memegang peranan

penting adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini model

pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya lebih banyak atau

dititikberatkan pada peragaan atau media agar mereka langsung dapat

melihat obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Siswa

dengan gaya belajar auditorial mengandalkan kesuksesan belajarnya

melalui telinga (alat pendengaran). Misalnya mendengarkan ceramah atau

penjelasan gurunya, mendengarkan bahan audio seperti kaset, CD dan

sebagainya. Sedangkan kecerdasan kinestetik memuat kemampuan

seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh

tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Dalam

pembelajaran, sumber belajar biasanya disajikan dalam bentuk data-data

visual seperti gambar, diagram, bentuk-bentuk benda yang dapat diamati

dengan penglihatan. Jadi siswa dengan gaya belajar visual cenderung akan

lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dibandingkan siswa

dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik.

3. Kaitan Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa dengan Prestasi

Belajar Matematika

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Model pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa

akan membuat siswa lebih mudah menangkap informasi dan memahami

materi pembelajaran. Model pembelajaran Snow balling dan penemuan

terbimbing menekankan pada proses interaksi antar siswa melalui diskusi

kelompok. Sehingga siswa dengan gaya belajar auditorial yang memiliki

karakteristik suka berdiskusi akan sangat menyukai model ini. Sedangkan

siswa dengan gaya belajar visual akan belajar dengan memperhatikan

catatan yang dibuat oleh teman diskusinya ketika menjelaskan sehingga

pembelajaran penemuan terbimbing akan lebih baik disbanding Snow

Balling.

Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik, secara karakteristik

antara model pembelajaran Snow balling dan penemuan terbimbing hampir

sama yaitu menekankan pada diskusi antar siswa, akan tetapi pada Snow

Balling siswa banyak melakukan aktivitas gerakan dan praktek pesentasi,

maka diduga model pembelajaran Snow Balling memberikan prestasi

belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran penemuan

terbimbing.

Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian

ini dapat digambarkan sebagai :

:

Gambar 2.2

Hubungan Antar Variabel

Model Pembelajaran

Gaya Belajar Siswa

Prestasi Belajar siswa

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, kajian teori dan kerangka pemikiran dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi dengan

menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing dapat

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan

dengan pengajaran dengan menggunakan model Snow Balling.

2. Pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi dengan

menggunakan model pembelajaran Snow Balling dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

pengajaran dengan menggunakan model konvensional.

3. Pembelajaran matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi dengan

menggunakan model Penemuan Terbimbing dapat menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan pengajaran

dengan menggunakan model konvensional.

4. Tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, yang

artinya antara ketiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial dan

kinestetik tersebut memberikan prestasi belajar yang sama.

5. Pada gaya belajar visual, pembelajaran dengan model Penemuan

Terbimbing memberikan prestasi yang lebih baik daripada model

pembelajaran Snow Balling, akan tetapi model pembelajaran Snow Balling

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

memberikan prestasi yang sama dengan pembelajaran menggunakan

model konvensional.

6. Pada gaya belajar auditorial, baik pembelajaran dengan model

pembelajaran Penemuan Terbimbing maupun model Snow Balling

memberikan prestasi yang sama, akan tetapi keduanya lebih baik daripada

pembelajaran menggunakan model konvensional.

7. Pada gaya belajar kinestetik pembelajaran dengan model pembelajaran

Snow Balling memberikan prestasi yang sama dengan pembelajaran

dengan model Penemuan Terbimbing dan keduanya lebih baik dari model

konvensional.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitianh eksperimental semu. Alasan

digunakan penelitian eksperimental semu adalah peneliti tidak

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang

relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82), tujuan

eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan

perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan

atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

Dalam penelitian eksperimental semu yang melibatkan dua

kelompok, kedua kelompok diasumsikan sama dalam semua segi, hanya

berbeda dalam pendekatan pembelajarannya. Pada penelitian ini, model

pembelajaran yang digunakan pada kelompok eksperimen adalah model

Penemuan Terbimbing dan Snow Balling, sedangkan pada kelompok kontrol

adalah pembelajaran konvensional. Ketiga model pembelajaran tersebut

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

merupakan variabel bebas dari penelitian, sedangkan variabel bebas lain

adalah gaya belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga SMK di kabupaten Grobogan yaitu

SMK N 1 Purwodadi, SMK Kristen Purwodadi dan SMK Pancasila

Purwodadi, dengan subjek penelitiannya siswa kelas XI(sebelas). Pada tiap-

tiap sekolah, dipilih 3 kelas dengan rincian dua kelas sebagai kelompok kelas

eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Juli 2010 - Januari 2011, dengan rincian sebagai berikut :

a. Tahap persiapan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal penelitian,

penyusunan instrumen penelitian, konsultasi proposal penelitian, konsultasi

instrumen penelitian, dan pengajuan ijin penelitian dilakukan pada bulan

Juli 2010 sampai dengan bulan September 2010.

b. Tahap pelaksanaan uji coba instrumen penelitian, kemudian diuji validitas,

indeks kesukaran, daya beda, konsistensi internal, dan reliabilitasnya.

Setelah instrumen siap, selanjutnya dilakukan pengambilan data penelitian.

Tahap pelaksanaan ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

November 2010.

c. Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data hasil penelitian dan

penyusunan laporan akhir dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai

dengan bulan Januari 2011.

51

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2005:108). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah

keseluruhan siswa kelas XI SMK tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten

Grobogan yang terdiri dari 16 SMK. Berikut data berdasarkan peringkat:

1. SMK Negeri 1 Purwodadi

2. SMK Negeri 2 Purwodadi

3. SMK YASIHA Gubug

4. SMK Bina Negara Gubug

5. SMK PEMNAS Purwodadi

6. SMK YATPI Godong

7. SMK Kristen Wirosari

8. SMK Pancasila Purwodadi

9. SMK Muh. Gubug

10. SMK Darul Falah Gubug

11. SMK Islam Sudirman

Kedungjati

12. SMK Nusantara Gubug

13. SMK Kristen Purwodadi

14. SMK Muh. Purwodadi

15. SMK PGRI Kuwu

16. SMK Negeri 1 Wirosari

(Pusat Penelitian Pendidikan Kab. Grobogan)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti

(Arikunto, 2005: 104). Sampel dari penelitian ini akan diambil tiga kelas,

kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Snow Balling dan

model Penemuan Terbimbing dan kelas kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah stratified cluster random sampling. Adapun langkah-langkah yang

ditempuh dalam pengambilan sampel adalah:

a. Dari populasi, seluruh siswa SMK kelas XI se-Kabupaten Grobogan

yang berjumlah 16 SMK yang terdiri dari 3 SMK Negeri dan 13 SMK

Swasta dibagi berdasarkan peringkatnya,yaitu :

1) SMK peringkat atas ( 5 sekolah )

2) SMK peringkat tengah ( 5 sekolah )

3) SMK peringkat bawah ( 6 sekolah )

Dari masing – masing peringkat dipilih secara random satu sekolah

melalui teknik random sampling. Secara acak terpilih tiga SMK, yaitu

SMK N 1 Purwodadi dengan peringkat atas, SMK Pancasila Purwodadi

dengan peringkat tengah, dan SMK Kristen Purwodadi dengan

peringkat bawah.

b. Selanjutnya dari 3 SMK yang terpilih di atas, diambil masing – masing

dua kelas sebagai kelompok eksperimen yang nantinya akan diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran Snow Balling dan model

Penemuan Terbimbing serta satu kelas sebagai kelompok kontrol yang

akan diberi model konvensional. Pada kelas XI SMK N 1 Purwodadi

secara acak terpilih kelas XI AK1 sebagai kelas eksperimen dengan

model pembelajaran Snow balling, kelas XI AK3 sebagai kelas

eksperimen dengan model pembelajaran penemuan terbimbing dan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

kelas XI AK2 sebagai kelas kontrol. Sedangkan di SMK Kristen

Purwodadi secara acak terpilih kelas XI PJ (Penjualan) sebagai kelas

eksperimen dengan model pembelajaran Snow balling, kelas XI

AK(Akuntansi) sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran

penemuan terbimbing dan kelas XI AP1 (Administrasi Perkantoran)

sebagai kelas kontrol. Di SMK Pancasila Purwodadi kelas XI TKR1

(Teknik Otomotif Ringan) sebagai kelas eksperimen dengan model

pembelajaran Snow balling, kelas XI TKR2 sebagai kelas eksperimen

dengan model pembelajaran penemuan terbimbing dan kelas XI TKR 3

sebagai kelas kontrol.

D. Variabel dan Rancangan Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang

diteliti, dapat pula dikatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang

menggolongkan anggota – anggota kelompok ke dalam beberapa

golongan, (Budiyono, 2009 : 4). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel

bebas dan satu variabel terikat, yaitu :

a. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2009 : 4) Variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

peneitian ini adalah model pembelajaran dan gaya belajar siswa.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(1). Model pembelajaran

- Definisi operasional : model pembelajaran adalah pola

komprehensif yang patut dicontoh, menyangkut bentuk utuh

pembelajaran, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran, yang meliputi pembelajaran dengan

model pembelajaran Snow Balling dan model Penemuan

Terbimbing pada kelompok eksperimen dan pembelajaran

konvensional untuk kelompok kontrol.

- Indikator : berupa langkah – langkah dari masing – masing

model pembelajaran.

- Skala pengukuran : nominal dengan tiga kategori.

- Simbol : A

(2). Gaya belajar

- Definisi operasional : Gaya belajar adalah semua cara yang

cenderung disukai oleh siswa sehingga dia dapat menerima

pelajaran dengan baik dan efekif.

- Indikator : skor angket gaya belajar siswa.

- Skala pengkuran : Interval, kemudian diubah menjadi skala

nominal dengan tiga kategori yaitu : gaya belajar visual,

auditorial dan kinestetik. Aturan penentuan penggolongan

gaya belajar berdasarkan skor tertinggi, apabila memiliki

skor yang sama maka data tersebut dihapus.

- Simbol : B

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b. Variabel terikat.

Menurut Sugiyono (2009 : 4) variabel terikat adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

matematika siswa.

- Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah nilai

hasil tes siswa pada pokok bahasan relasi dan fungsi.

- Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika siswa pada pokok

bahasan relasi dan fungsi.

- Skala pengukuran : Interval

- Simbol : Xij , untuk i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3

2. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3 x 3 untuk

mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 3.1 Rancangan penelitian

Gaya Belajar (B)

Model (A)

Visual

(b1)

Auditorial

(b2)

Kinestetik

(b3)

Snow balling (a1) a1b1 a1b2 a1b3

Penemuan terbimbing (a2) a2b1 a2b2 a2b3

Konvensional (a3) a3b1 a3b2 a3b3

E. Metode Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dan keterangan-

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

keterangan yang dibutuhkan dalam suatu penelitian maka perlu menentukan

metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

1. Sumber Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Metode Kuesioner

Kuesioner atau yang dikenal sebagai angket merupakan salah

satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan

tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan

sebelumnya, dan harus diisi oleh responden.

Alat pengumpul data dengan kuesioner adalah berupa daftar

pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti untuk disampaikan kepada

responden yang jawabannya di isi oleh responden sendiri.

Dalam penelitian ini, metode angket (kuesioner) digunakan

untuk mengumpulkan data tentang gaya belajar siswa. Angket yang

digunakan adalah pilihan ganda yaitu suatu bentuk angket dimana

siswa memilih jawaban yang disediakan. Bentuk angket yang

digunakan yaitu angket langsung tertutup. Langsung artinya angket

tersebut diisi secara langsung oleh subjek penelitian. Tertutup artinya

alternatif jawaban sudah ada dan subjek diminta untuk memilih satu

alternatif saja.

b. Metode Tes

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

Dalam mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan

objek yang diteliti, digunakan tes. Untuk manusia, instrumen yang

berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan

prestasi.

Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui prestasi

belajar matematika siswa.

c. Metode Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan metode bantu dokumentasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) dokumentasi di sini yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,

dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data

berupa nama-nama dan nilai tes mid semester gasal siswa.

2. Pembuatan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, metode tes digunakan untuk memperoleh data

mengenai prestasi belajar siswa dalam matematika. Bentuk tes yang

digunakan yaitu tes obyektif. Tes obyektif adalah tes yang dalam

pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Prosedur yang ditempuh dalam pembuatan instrumen yang baik

adalah:

a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan varibel,

kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan

dan pembuatan tabel spesifikasi.

b. Penulisan butir soal.

c. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman

mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu.

d. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.

e. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan

saran-saran dan sebagainya.

f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik dan

mendasar dari pada data yang diperoleh sewaktu ujian.

Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan

perencanaan yang telah disusun. Untuk menghindari ketidak layakan soal

tes, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang digunakan.

3. Uji Coba Instrumen

a. Tes

1) Analisis Butir Instrumen Tes

a) Derajat Kesukaran

Menurut Joesmani (1988:119), derajat kesukaran menunjuk

seberapa jauh soal itu dijawab dengan benar. Karena itu derajat

kesukaran ditunjukkan dengan berapa persen dari seluruh peserta

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tes yang menjawab soal tersebut benar. Derajat kesukaran dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

keterangan:

P = Derajat kesukaran.

B = Jumlah siswa yang memberi responsi betul.

T = Total (jumlah peserta tes).

Derajat kesukaran antara 25% - 75% dipandang sebagai

derajat kesukaran yang memadai.

b) Daya Pembeda

Menurut Joesmani (1988:119), daya beda soal digunakan

untuk mengetahui apakah soal tersebut sebagai instrumen dapat

membedakan hasil belajar antara kelompok siswa yang pandai dan

kelompok siswa yang bodoh. Daya beda dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

keterangan:

= indeks konsistensi internal untuk butir ke-i.

= banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen).

= Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba).

= total skor (dari subjek uji coba).

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

(Budiyono, 2003:65)

2) Analisis Instrumen Tes

a) Validitas Isi

Menurut Allen dan Yen (1979:95-96) mengatakan bahwa

instrumen dikatakan valid jika mengukur apa yang hendak diukur.

Lebih lanjut, Allen dan Yen membedakan validitas isi menjadi dua

tipe, yaitu validitas tampang (face validity) dan validitas logik

(logic validity) atau validitas sampling (sampling validity).

Validitas tampang dipenuhi apabila terdapat similaritas

(kesesuaian) antara hasil tes dengan kemampuan yang relevan yang

diukur dengan tes tersebut. Validitas logik dipenuhi apabila

behaviour yang diukur oleh tes dan disain logik dari butir -butir tes

telah mencakup aspek-aspek penting dalam domainnya.

Menurut Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60)

langkah-langkah dalam melakukan validasi isi antara lain:

(1) Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur (pada tes

prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau

pokok-pokok bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi),

(2) Membentuk panel-panel ahli (qualified) dalam domain-domain

tersebut,

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

(3) Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan

butir-butir soal dengan domain perfomans yang terkait, dan

(4) Mengumpulkan data yang diperoleh dari proses pencocokan

pada langkah (3).

Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi,

harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif

untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran

tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut

proses belajar.

(2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan

titik berat bahan yang telah diajarkan.

(3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum

diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar.

Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat

soal melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Mengindentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan

beserta tujuan instruksionalnya.

(2) Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. Cara yang

ditempuh adalah membuat tabel dua jalan yang memuat isi

pokok bahasan yang akan diukur dan aspek tingkah laku yang

akan dinilai (menurut Taksonomi Bloom, misalnya).

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

(3) Menyusun soal tes beserta kuncinya. Dalam hal ini menyusun

kunci sesaat setelah menulis soal tes sangat dianjurkan.

(4) Menelaah soal tes sebelum dicek. Penelaahan ini akan lebih

baik apabila dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari ahli-ahli

yang relevan. (Budiyono, 2003:58-59)

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat

ukur. Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen disebut

reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah

sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang

yang sama pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi

yang sama) pada waktu yang berlainan.

Uji reliabilitas dalam instrumen ini menggunakan rumus

Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut:

dengan:

= indeks reliabilitas instrument.

n = banyaknya butir instrument.

= proporsi banyaknya yang menjawab benar pada butir ke-i

= 1 - .

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

= variansi total.

Uji reliabilitas dalam instrumen tes ini dikatakan reliabel jika

> 0,7.

(Budiyono, 2003:69)

b. Angket

1) Validitas Isi

Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi

yang tinggi, biasanya pnelitian ini dilakukan oleh para pakar atau

validator. (Budiyono, 2003:59)

2) Konsistensi Internal

Butir-butir dalam sebuah instrumen haruslah mengukur hal

yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.

Konsistensi internal masing-masing butir dapat dilihat dari korelasi

antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya.

Untuk menghitung konsistensi internal dapat dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:

= indeks konsistensi internal untuk butir ke-i.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

= banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen).

= Skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba).

= total skor (dari subjek uji coba).

Jika indeks untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir

tersebut tidak konsisten.

(Budiyono, 2003:65)

3) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas butir angket menggunakan rumus Alpha

Cronbach, sebagai berikut:

dengan:

= indeks reliabilitas instrument.

n = banyaknya butir instrument.

= variansi butir ke-i, i = 1,2,…,n.

= variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba.

Uji reliabilitas dalam instrumen angket ini dikatakan reliabel

jika > 0,7.

(Budiyono, 2003:70)

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel populasi ini

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, menguji normalitas ini

digunakan Metode Lilliefors sebagai berikut:

1) Hipotesis

Ho: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Taraf Signifikansi: = 0,05

3) StatistikUji:

L = Maks ) -

dimana:

F(zi) = P(Z zi) dengan Z ~ N(0,1).

S(zi) = proporsi cacah Z zi terhadap seluruh cacah zi.

S = standar deviasi atau simpangan baku.

zi = skor standar untuk X, dengan zi = .

4) Daerah Kritik:

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

DK = { L > . Harga dapat diperoleh dari tabel

Lilliefors pada tingkat signifikansi dengan derajat kebebasan n.

5) Keputusan Uji

Ho ditolak jika L DK

Ho diterima jika L DK

(Budiyono, 2009:170-171)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk menguji apakah populasi

mempunyai variansi yang sama. Metode yang digunakan adalah metode

Bartlett. Prosedur pemakaiannya yaitu:

1) Hipotesis

H0 : 22

322

21 .... kssss ====

H1 : Paling tidak ada satu pasang (i,j) sehingga 22ki ss ¹ dengan

i ≠ j, untuk i = 1, 2, 3, ..., k; j = 1, 2, 3, ..., k

2) Taraf signifikansi 05,0=a

3) Statistik uji

[ ]å-= 22 loglog303,2

jj sfRKGfc

c

dengan :

2c ~ ( )12 -kc

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

k = banyaknya populasi

f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k

fj = derajat bebas untuk sj = nj – 1

j = 1, 2, …, k

N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

( ) ú

úû

ù

êêë

é-

-+= å jfk

cj

1113

11

åå=

j

j

f

SSRKG

( )j

jjj n

XXSS

2

2 åå -=

4) Daerah kritik

{ ( )}21:

22 | ->= kDK accc

5) Keputusan uji

H0 ditolak jika DKÎ2c atau diterima jika DKÏ2c

6) Kesimpulan

a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.

b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2000 : 176 – 177)

b. Uji Keseimbangan

Sebelum mengambil sampel dilakukan uji keseimbangan. Uji

keseimbangan dilakukan pada saat sebelum ketiga kelompok, baik

kelompok eksperimen maupun kelas kontrol, dikenai perlakuan yang

berbeda. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga kelompok

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

tersebut dalam keadaan seimbang. Dengan kata lain secara statistik,

apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari tiga populasi yang

independen. Statistik uji yang digunakan adalah anava satu jalan dengan

sel tak sama.

Adapun model untuk data pada populasi pada analisis anava satu

jalan dengan sel tak sama adalah:

dengan :

=ijX data ke-i pada perlakuan ke-j.

=m rerata dari seluruh data (rerata besar”grand mean”).

=-= mma jj efek perlakukan ke-j pada variabel terikat.

=-= jijij X me deviasi data terhadap rerata populasinya yang

berdistribusi normal dengan rerata 0.

i = 1, 2, 3, …, ; j = 1, 2, 3, …, k

k = cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi)

Tata Letak Data .... Total Data Amatan

… … … …

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Cacah Data Jumlah Data Rerata Jumlah Kuadrat Suku Koreksi Variasi

… … … … … …

Dari tabel di atas, perlu diketahui bahwa:

kTTTTG +++== å ...21

NG

X = j

j

jjj n

TXSS

22 -= å

Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

3210 : mmm ==H

:1H paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama

b. Tingkat Signifikansi: α = 0, 05

c. Statistik Uji

( )N

G 2

1 =

( ) å=ji

ijX,

22

( ) å=j j

j

n

T 2

3

Berdasarkan besaran-besaran itu, JKA, JKG, dan JKT diperoleh:

JKA = (3) – (1) JKG = (2) – (3) JKT = (2) – (1)

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat itu adalah:

dkA = k – 1 dkG = N – k dkT = N – 1

Berdasarkan jumlah kuadarat dan derajat kebebasan masig-masing

diperoleh rerata sebagai berikut:

dkAJKA

RKA = dkG

JKGRKG =

Maka statistik ujinya adalah:

RKGRKA

F =

d. Daerah Kritik

{ }kNkFFFDK -->= ,1;/ a

e. Keputusan Uji

0H ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi harga

daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari tabel distribusi F

pada tingkat signifikasi a .

2. Uji Hipotesis

Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk

mengelola data atau menganalisis data hasil penelitian dalam rangka untuk

membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan, yaitu kedua faktor

yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

kolom, dan kombinasi efek baris dan kolom terhadap prestasi belajar

adalah faktor A (metode mengajar) dan faktor B ( gaya belajar ). Asumsi

bagi analisis variansi dua jalan adalah sebagai berikut :

( ) ijkijjiijkX eabbam ++++=

Keterangan:

=ijkX data atau nilai ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.

=m rerata dari seluruh data (rerata besar).

=ia efek baris ke-i pada variabel terikat.

=jb efek kolom ke-j pada variabel terikat.

( ) =ijab interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.

=ijke deviasi data Xijk terhadap rerata populasinya (µij) yang berdistribusi

normal dengan rerata 0.

i = 1, 2, 3 1 = model pembelajaran snow balling.

2 = model penemuan terbimbing.

3 = konvensional;

j = 1, 2, 3 1 = visual; 2 = auditorial; 3 = kinestetik

k = 1, 2, 3, ..., ijn ; ijn = cacah kategori pengamatan setiap sel.

(Budiyono, 2009:207-208)

Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan

yaitu:

a. Hipotesis

1) 0:0 =iAH a untuk setiap i = 1, 2,3

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

:1AH paling sedikit ada satu αi yang tidak nol

2) 0:0 =jBH b untuk setiap j = 1, 2, 3

:1BH paling sedikit ada satu βj yang tidak nol

3) ( ) 0:0 =ijABH ab untuk setiap i = 1, 2,3 dan j = 1, 2, 3

:1ABH paling sedikit ada satu ( )ijab yang tidak nol

b. Taraf signifikansi : α = 0, 05

c. Komputasi

1) Komponen komputasi Gaya belajar Siswa

b1 b2 b3 Total

Snow balling a1 11ba 21ba 31ba A1

Penemuan Terbimbing

a2 12ba 22ba 32ba A2

Konvensional a3 13ba 23ba 33ba A3

Total B1 B2 B3 G

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, didefinisikan

notasi-notasi sebagai berikut:

å ==ji

ijnN,

banyaknya seluruh data amatan.

=ijn banyaknya data amatan pada sel ij.

=hn rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

åji ijn

pq

,

1 .

ij

kijk

kijkij n

X

XSS

2

2

÷ø

öçè

æ

-=å

å

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.

A B

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

=ijAB rataan pada sel ij.

== åi

iji ABA jumlah rataan pada baris ke-i.

== åj

ijj ABB jumlah rataan pada baris ke-j.

== åij

ijABG jumlah rataan semua sel.

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran

(1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:

( )N

G2

1 = ( ) å=j

j

p

B2

4

( ) å=ij

ijSS2 ( ) å=ij

ijAB2

5

( ) å=i

i

q

A2

3

2) Jumlah kuadrat

( ) ( ){ }13 -= hnJKA

( ) ( ){ }14 -= hnJKB

( ) ( ) ( ) ( ){ }4351 --+= hnJKAB

( )2=JKG

JKGJKABJKBJKAJKT +++=

Dimana:

JKA = Jumlah Kuadrat Baris

JKB = Jumlah Kuadrat Kolom

JKAB = Jumlah Kuadrat Interaksi

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

JKG = Jumlah Kuadrat Galat

JKT = Jumlah Kuadrat Total

3) Derajat kebebasan

1-= pdbA

1-= qdbB

( )( ) 111 +--=--= qppqqpdbAB

( ) pqNndbGij

ij -=-= å 1

1-= NdbT

4) Rerata kuadrat

dbAJKA

RKA = dbABJKAB

RKAB =

dbBJKB

RKB = dbGJKG

RKG =

5) Statistika Uji

RKGRKA

Fa = RKG

RKBFb =

RKGRKAB

=abF

d. Daerah kritik

a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK= { }pqNpaa FFF --> ;1;/ a

b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK= { }pqNqbb FFF --> ;1;/ a

c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK= ( )( ){ }pqNqpabab FFF ---> ;11;/ a

e. Keputusan uji

+

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

0H ditolak apabila harga statistik yang bersesuaian melebihi harga

daerah kritiknya. Harga kritik tersebut diperoleh dari tabel

distribusi F pada tingkat signifikasi a .

Rangkuman analisis

Sumber variansi JK Db RK Statistik uji

A (baris) aJK

p-1 ( )1-= pJKRK aa gaa RKRKF =

B (kolom) bJK q-1 ( )1-= qJKRK bb gbb RKRKF =

AB (interaksi) abJK

(p-1)(q-1) ( )( )11 --= qpJKRK abab

gabab RKRKF =

G (galat) gJK

N-pq pqNJKRK gg -= _

Total tJK N-1 _ _

f. Kesimpulan

(Budiyono, 2009:229-231)

Untuk uji lanjut setelah anova digunakan metode Scheffe. Langkah-

langkah dalam menggunakan metode Scheffe sebagai berikut :

a. Komparasi Rataan Antar Baris

Uji scheffe untuk komparasi rataan antar baris adalah:

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=

··

···-·

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

11

2

dengan:

=·-· jiF nilai obsF pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j.

=·iX rataan pada baris ke-i.

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

=·jX rataan pada baris ke-j.

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis

variansi.

=in ukuran sampel baris ke-i.

=jn ukuran sampel baris ke-j.

Sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah:

( ){ }pqNpFpFFDK --->= ,1;1 a

b. Komparasi Rataan Antar Kolom

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=

··

···-·

ji

jiji

nnRKG

XXF

11

2

dengan daerah kritik:

( ){ }pqNqFqFFDK --->= ,1;1 a

Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rataan antar

kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang komparasi ganda

rataan antar baris, hanya dengan mengganti baris menjadi kolom.

c. Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama

adalah sebagai berikut:

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ikij

ikijikij

nnRKG

XXF

11

2

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dengan:

=-ikijF nilai obsF pada pembandingan rataan pada sel ij dan ik.

=ijX rataan pada sel ij.

=ikX rataan pada sel ik.

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis

variansi.

=ijn ukuran sel ij.

=ikn ukuran sel ik.

Sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah:

( ){ }pqNpqFpqFFDK --->= ,1;1 a

d. Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

adalah sebagai berikut:

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

kjij

kjijkjij

nnRKG

XXF

11

2

sedangkan daerah kritik untuk uji itu adalah:

( ){ }pqNpqFpqFFDK --->= ,1;1 a

(Budiyono, 2009:215-217)

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data

prestasi belajar matematika siswa dan data gaya belajar siswa, yaitu sebagai

berikut :

1. Data hasil uji coba instrumen

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah tes

prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan relasi dan fungsi,

sedangkan angket yang digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa.

a. Hasil uji coba tes prestasi belajar matematika

1) Validitas isi uji coba tes prestasi belajar matematika

Tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan

relasi dan fungsi terdiri dari 30 soal obyektif. Dari dua orang

validator (Drs Agus Triyanto, M.Si dan Suyanto, S.Pd)

diperoleh bahwa 30 soal tes prestasi belajar dinyatakan valid

karena telah memenuhi kriteria yang diberikan (selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 19).

2) Daya pembeda uji coba tes prestasi belajar matematika

Tes prestasi yang diujicobakan terdiri dari 30 butir soal

obyektif. Setelah dilakukan perhitungan daya pembeda dengan

rumus korelasi produk momen diperoleh 25 soal yang daya

pembedanya baik, yaitu dengan nilai rxy > 0,3. Sedangkan 5 soal

yang daya pembedanya tidak berfungsi dengan baik adalah

nomor 15, 16, 20, 27, dan 29 karena nilai rxy dari 5 soal tersebut

kurang dari 0,3.(Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 20).

3) Tingkat kesukaran

Dari 30 soal tes uji coba prestasi belajar matematika

semua soal termasuk soal sedang, yang artinya tidak terlalu

80

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

mudah dan tidak terlalu sukar. (Perhitungan selengkapnya pada

Lampiran 20).

4) Reliabilitas uji coba tes pestasi belajar matematika

Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh nilai dari

r11 = 0,901. Karena r11 = 0,901 > 0,7 maka instrumen tes

tersebut reliabel. (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 21).

Setelah dilakukan analisis terhadap 30 soal tes prestasi

belajar matematika diperoleh 5 soal tidak dapat digunakan yaitu

nomor 15, 16, 20 27, dan 29. Sehingga peneliti hanya menggunakan

25 soal untuk melakukan penelitian.

b. Hasil uji coba angket gaya belajar matematika siswa

1) Validitas isi uji coba angket

Angket gaya belajar matematika siswa terdiri dari 45

soal obyektif. Dari dua orang validator (Drs. Agus Triyanto,

M.Si dan Suyanto, S.Pd) diperoleh hasil bahwa 45 soal angket

tersebut dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang

diberikan. (Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8).

2) Konsistensi internal angket

Angket yang diujicobakan terdiri dari 45 butir. Dari hasil

perhitungan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus

korelasi produk moment diperoleh nilai rxy dari 39 butir angket

adalah lebih dari 0,3. Dengan demikian, dari 45 butir angket

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

yang ada, hanya 39 butir saja yang dapat digunakan untuk

penelitian. (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 9, 10, 11).

3) Reliabilitas uji coba angket

Dengan rumus KR-20 diperoleh reliabilitas untuk

masing–masing tipe gaya belajar. r11 visual = 0,7538,

r11 auditorial = 0,7945, r11 kinestetik = 0,7646. Karena nilai dari

masing-masing r11 > 0,70 maka angket dinyatakan reliabel.

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12,13,

14).

2. Data skor prestasi belajar matematika siswa

Dari data prestasi belajar matematika siswa, terlebih dahulu

ditentukan ukuran tendensi sentral yang meliputi rataan ( ), median

(Me), dan modus (Mo). Selain itu ditentukan juga ukuran dispersinya

antara lain adalah jangkauan (J), dan simpangan baku (s) yang dapat

dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Ukuran tendensi sentral Ukuran dispersi Kelas

Mo Me Skor min

Skor maks J s

Eksperimen 1 ( Snow Balling ) 74.2804 72 76 52 96 44 11.5136

Eksperimen 2 ( Penemuan Terbimbing )

74.9913 80 76 48 96 48 11.1619

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Konvensional 63.6842 68 64 28 88 60 13.5165

3. Data skor gaya belajar matematika siswa

Data gaya belajar siswa diperoleh dari angket tentang gaya belajar

siswa, selanjutnya data tersebut dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan

hasil skor pada masing-masing katagori angket. Dengan melihat jumlah

skor masing-masing jenis gaya belajar siswa, maka gaya belajar siswa

merupakan jumlah skor tertinggi diantara ketiga gaya belajar tersebut dan

jika ada dua skor sama, maka akan dilihat dari jumlah soal yang

jawabannya selalu dan sering pada angket dari kedua gaya belajar.

Berdasarkan data yang ada, pada kelas eksperimen 1 (Snow

Balling) terdapat 54 siswa yang termasuk kategori gaya belajar visual, 40

siswa yang termasuk dalam kategori kategori gaya belajar auditorial dan

21 siswa yang termasuk dalam kategori kategori gaya belajar kinestetik.

Pada kelas eksperimen 2 (Penemuan Terbimbing) terdapat 39 siswa yang

termasuk kategori gaya belajar visual, 49 siswa yang termasuk kategori

gaya belajar auditorial dan 19 siswa yang termasuk kategori gaya belajar

kinestetik. Pada kelas konvensional terdapat 54 siswa yang termasuk

kategori gaya belajar visual, 47 siswa yang termasuk kategori gaya

belajar auditorial dan 13 siswa yang termasuk kategori gaya belajar

kinestetik

Hasil dari pengelompokan siswa berdasarkan kategori gaya

belajar disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Cacah siswa Gaya

Belajar Eksperimen 1 (Snow Balling)

Eksperimen 2 (Penemuan Terbimbing)

Kontrol (Konvensional)

Visual 54 39 54 Auditorial 40 49 47

Kinestetik 21 19 13

Jumlah 115 107 114

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Prasyarat Perlakuan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

mempunyai kemampuan awal sama. Sebelum diuji keseimbangan,

masing-masing sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal

atau tidak, serta diuji apakah sampel berasal dari populasi yang homogen

atau tidak. Hasil dari uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen

dan kelas kontrol disajikan alam tabel berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Nilai Awal

Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Eksperimen 1 (Snow Balling)

0.0737 0.0857 Ho diterima Normal

Eksperimen 2 (Penemuan Terbimbing) 0,0536 0,0826 Ho diterima Normal

Konvensional 0,0591 0.0830 Ho diterima Normal

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel nilai

dari Lobs < L0,05;n, sehingga H0 diterima. Ini berarti bahwa masing-masing

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Selain uji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas nilai awal.

Hasil dari uji homogenitas nilai awal kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal

Sampel k χ2 obs χ2

0,05;2 Keputusan Kesimpulan

Kelas 3 4,2034 5,9910 H0 diterima Homogen

Berdasarkan tabel di atas, harga dari χ2 obs < χ2

0,05;2 sehingga

dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.

Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji anava satu

jalan dengan sel tak sama (sebelumnya ketiga kelompok diuji normalitas

dan hasilnya ketiga kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi

normal) diperoleh Fobs = 2,9880 dengan F0,05;2;333 = 3,0228. Karena

F0,05;2;333 < Fobs maka H0 diterima. Ini berarti kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan awal ketiga kelompok

tersebut dalam keadaan seimbang.

2. Uji Prasyarat Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

a. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk masing-masing sampel dilakukan

dengan menggunakan metode Lilliefors. Berdasarkan uji yang telah

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dilakukan diperoleh harga statistik uji untuk taraf signifikansi 0,05

pada masing-masing sampel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Snow Balling 0.0795 0.0857 H0 diterima Normal

Penemuan Terbimbing 0.0736 0.0826 H0 diterima Normal

Konvensional 0,0589 0,0830 H0 diterima Normal

Gaya Belajar Visual 0,0556 0,0731 H0 diterima Normal

Gaya Belajar Auditorial 0,0682 0,0760 H0 diterima Normal

Gaya Belajar Kinestetik 0,0907 0.1217 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel

harga dari Lobs < L0,05;n, ini berarti bahwa masing-masing sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, serta antara gaya belajar siswa dilakukan dengan

menggunakan uji Bartlett pada taraf signifikansi 0,05. Hasil

perhitungan uji homogenitas disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Sampel k χ2

obs χ2 0,05;k-1 Keputusan Kesimpulan

Model Pembelajaran 3 4,8804 5,9910 H0 diterima Homogen

Gaya Belajar Siswa 3 0,3486 5.9910 H0 diterima Homogen

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa

variansi-variansi dari populasi yang diberi perlakuan model

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pembelajaran dan variansi-variansi gaya belajar siswa adalah sama

atau homogen.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan

tingkat signifikansi 0,05 disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber JK dK RK Fobs Ftabel Keputusan A 6805.6971 2 3402.8485 23.4914 3.0234 H0 ditolak

B 794.4667 2 397.2334 2.7423 3.0234 H0 diterima

AB 366.2747 4 91.5687 0.6321 2.3990 H0 diterima

Galat 47367.5441 327 144.8549

Total 55333.9827 335

Dari tabel di atas tampak bahwa H0A ditolak karena nilai uji

Fa = 23.4914 lebih besar dari F0,05;2;327 = 3,0234. Hal ini berarti terdapat

perbedaan rataan model pembelajaran snow balling, penemuan

terbimbing dan konvensional terhadap prestasi belajar matematika.

Sedangkan H0B diterima karena nilai uji Fb = 2.7423 lebih kecil dari

F0,05;2;327 = 3,0234. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh gaya belajar

siswa terhadap prestasi belajar matematika. H0AB juga diterima karena

nilai uji Fab = 0.6321 lebih kecil dari F0,05;4;327 = 2.3993. Hal ini berarti

tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar

terhadap prestasi belajar matematika.

2. Uji Lanjut Pasca Anava

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Dari rangkuman analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

di atas telah diperoleh bahwa :

a. H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda.

Rangkuman uji komparasi ganda dengan metode Scheffe’

disajikan dalam tabel berikut (perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 35)

Tabel 4.8 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris

H0 Fobs Ftabel Keputusan

·· = 21 µµ 0.1934 3.0234 H0 diterima

·· = 31 µµ 50.5285 3.0234 H0 ditolak

·· = 32 µµ 45.1742 3.0234 H0 ditolak

b. H0B diterima, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda.

c. H0AB diterima, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas

dapat dijelaskan ketujuh hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama, kedua, dan ketiga

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh

FA = 23.4914 > F0,05;2;327 = 3,0234. Nilai FA terletak di daerah kritik, oleh

karena itu H0A ditolak yang artinya terdapat perbedaan rataan model

pembelajaran snow balling, penemuan terbimbing dan konvensional

terhadap prestasi belajar matematika.

Setelah dilakukan uji komparasi ganda antar baris, diperoleh

kesimpulan bahwa model pembelajaran snow balling dan penemuan

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

terbimbing memberikan efek yang sama, artinya kedua model

pembelajaran tersebut memberikan prestasi belajar matematika yang

sama pada pokok bahasan relasi dan fungsi. Model pembelajaran snow

balling dan konvensional memberikan efek yang berbeda terhadap

prestasi belajar matematika, artinya pembelajaran snow balling

memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional jika dilihat dari ratannya. Model

pembelajaran penemuan terbimbing dan konvensional memberikan efek

yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, artinya pembelajaran

penemuan terbimbing memberikan prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional jika dilihat dari

ratannya.

2. Hipotesis keempat

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh

FB = 2.7423 < F0,05;2;327 = 3,0234. Nilai FB tidak terletak di daerah kritik,

oleh karena itu H0B diterima yang artinya tidak terdapat pengaruh yang

signifikan faktor gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika

atau antara peserta didik dengan gaya belajar visual, gaya belajar

auditorial dan gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi belajar yang

sama, berarti prestasi belajar matematika antara peserta didik yang

mempunyai gaya belajar visual tidak berbeda dengan gaya belajar

auditorial dan gaya belajar kinestetik, serta prestasi belajar matematika

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

antara peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial tidak

berbeda dengan peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik.

3. Hipotesis kelima, keenam dan ketujuh

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh

FAB = 0.6321 < F0,05;4;327 = 2.3993 . Nilai FAB tidak terletak di daerah

kritik, oleh karena itu H0AB diterima yang artinya tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap

prestasi belajar matematika.

Hal ini menjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap

prestasi belajar matematika pokok bahasan relasi dan fungsi, sehingga

dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Snow Balling dan

model Penemuan Terbimbing selalu lebih baik diterapkan pada setiap

gaya belajar jika dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran

konvensional. Serta penerapan model pembelajaran Snow Balling dan

model penemuan terbimbing selalu memberikan efek yang sama pada

setiap gaya belajar.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Data prestasi yang digunakan pada penelitian ini dianggap kurang murni

karena pada saat mengerjakan soal tes kemungkinan masih ada siswa

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

yang bekerja sama. Begitu pula dengan data gaya belajar siswa dianggap

kurang murni, karena dalam pengisian angket gaya belajar masih banyak

siswa yang kurang jujur, dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan angket.

2. Meskipun koordinasi dengan guru kelas eksperimen telah dilakukan

secara efektif, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih terdapat

banyak kekurangan diantaranya adalah keterbatasan fasilitas di sekolah

yang dapat menunjang pelaksanan pembelajaran di kelas, kondisi

lingkungan sekolah, serta kondisi dari siswanya. Selain itu kekurangan

tersebut juga dapat berasal dari guru yaitu guru dan siswa belum terbiasa

dengan pelaksanaan model pembelajaran Snow Balling dan model

penemuan terbimbing, sehingga guru belum berani untuk melaksanakan

pembelajaran tersebut secara mandiri. Dengan demikian pelaksanaan

pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan oleh guru kelas dengan

didampingi oleh peneliti. Selanjutnya agar manfaat dari penelitian ini

dapat tercapai, setelah pelaksanaan pembelajaran dilakukan refleksi dan

diskusi dengan guru kelas.

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung dengan analisis variansi serta

mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan di awal, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran snow balling dan

penemuan terbimbing memberikan prestasi belajar matematika yang sama

pada pokok bahasan relasi dan fungsi.

2. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran snow balling

memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional.

3. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran penemuan

terbimbing memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional.

4. Peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai prestasi

belajar matematika yang sama dibanding dengan peserta didik yang

mempunyai gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik, begitu juga

peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial mempunyai prestasi

belajar matematika yang sama dibanding dengan peserta didik yang

mempunyai gaya belajar kinestetik.

92

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

5. Pada gaya belajar visual, baik pembelajaran dengan model Snow Balling,

model penemuan terbimbing maupun konvensional memberikan prestasi

belajar yang sama.

6. Pada gaya belajar auditorial, baik pembelajaran dengan model Snow

Balling, model penemuan terbimbing maupun konvensional memberikan

prestasi belajar yang sama.

7. Pada gaya belajar kinestetik, baik pembelajaran dengan model Snow

Balling, model penemuan terbimbing maupun konvensional memberikan

prestasi belajar yang sama.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini,

penulis akan menyampaikan implikasi yang bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

model pembelajaran Snow Balling dan model pembelajaran Penemuan

Terbimbing dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika karena

kedua model pembelajaran tersebut memberikan rerata prestasi yang

sama. Hal ini dapat dilihat pada interksi antara model pembelajaran

dengan gaya belajar peserta didik, yaitu untuk masing- masing kelompok

gaya belajar dengan model pembelajaran Snow Balling dan model

pembelajaran Penemuan Terbimbing keduanya memberikan rerata

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

prestasi belajar matematika yang sama. Akan tetapi kedua model tersebut

memberikan rerata prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional.

Selain itu menunjukkan bahwa pada gaya belajar pengaruhnya

tidak signifikan pada prestasi belajar matematika, yaitu peserta didik

yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik

memperoleh prestasi belajar matematika yang sama. Hal ini dapat dilihat

pada hasil uji analisa data amatan, tidak adanya interaksi antara model

pembelajaran dan gaya belajar siswa.

2. Implikasi Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

para guru untuk memperbaiki kualitas pelaksanakan proses pembelajaran

sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Prestasi belajar tersebut

dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat

serta dengan memperhatikan gaya belajar yang dimiliki oleh masing-

masing siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Snow Balling

dan model pembelajaran Penemuan Terbimbing dapat dipakai oleh guru

sebagai salah satu alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu

sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, guru juga

harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran, diantaranya adalah gaya belajar siswa, model

pembelajaran yang sesuai, sarana dan prasarana, kemampuan awal siswa,

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

kondisi sosial ekonomi serta latar belakang keluarga dan lingkungan

sekitar siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka dapat

disarankan :

1. Bagi Guru Matematika

a. Dalam pelaksanaan pembelajaran, diharapkan guru lebih

menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif selama proses

pembelajaran berlangsung, peran guru hanyalah sebagai fasilitator

dan motivator. Penggunaan model pembelajaran Snow Balling dan

model pembelajaran Penemuan Terbimbing merupakan suatu

alternatif model pembelajaran yang bisa dipakai.

b. Dalam penggunaan model pembelajaran Snow Balling dan model

pembelajaran Penemuan Terbimbing, guru harus selalu kreatif

mempersiapkan bahan dan sumber belajar dengan baik agar siswa

dapat memahami dan siswa mampu bekerjasama dengan baik dalam

suatu kelompok belajar maupun individu untuk menyelesaikan suatu

masalah, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif dan

lancar serta tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

2. Bagi Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah diharapkan selalu mengarahkan guru untuk memakai

model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, diantaranya

adalah mampu mengaitkan pengetahuan yang mereka miliki dengan

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

situasi dunia nyata di sekitar mereka serta mampu bekerjasama

dengan baik dalam suatu kelompok belajar untuk menyelesaikan

suatu masalah, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan

maksimal. Model pembelajaran Snow Balling dan model

pembelajaran Penemuan Terbimbing merupakan suatu pilihan yang

dapat dipakai oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Hendaknya kepala sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran Snow Balling dan model pembelajaran

Penemuan Terbimbing agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan

baik dan lancar serta memperoleh hasil yang maksimal.

3. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan untuk dapat berpartisipasi aktif selama mengikuti

proses pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus terbiasa untuk

berpikir kritis, bekerja secara kelompok dengan baik, berani

mengemukakan ide/pendapat, serta berani untuk mengajukan

pertanyaan.

b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk mengaitkan materi pelajaran

dengan masalah kontekstual dalam pembelajaran matematika,

sehingga mereka akan lebih mudah untuk memahami materi yang

dipelajari.

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi para peneliti diharapkan untuk dapat mengembangkan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian sejenis pada materi pelajaran

yang lain agar penelitian ini dapat dimanfaatkan secara luas

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

DAFTAR PUSTAKA

Adi W Gunawan. 2006. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka. Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian Edisi Ke-2. Surakarta : UNS Press. ________. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press. David Kimber. 1996. Collaborative Learning in Management Education: Issues,

benefits, problems and solutions: A literature review. New Zealand : Royal Melbourne Institute of Technology University ; Original ultiBASE publication.

David Taiwei Ku dan Chun-Yi Shen. 2009. Reliability, Validity and Investigation

Of The Index Of Learning Styles In A Chinese Language Version For Late Adolescents Of Taiwanese. Adolescence; 44, 176; ProQuest Education Journals pg. 827.

De Potter, Bobbi and Hernacki, Mike. 2001. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. Dumitrascu, D. 2009. “Integration of Guided Discovery in the Teaching of Real

Analysis”. Problems, Resources, and Issues in Mathematics Undergraduate Studies. 19 (4). 370.

Endang Rahayu. 2008. Pengaruh Pembelajaran Kontrukstivisme terhadap

Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Surakarta: UNS.

Fadjar Shodiq. 2007. Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?. Tersedia

pada http://fadjarp3g.wordpress.com/2008/07/09/apa-dan-mengapa-matematika-begitu-penting/. Diakses pada tanggal 7 Juni 2010.

Fulya Yuksel-Sahin, 2008. Mathematics Anxiety among 4th and 5th grade Turkish

elementary school students. International Journal of Mathematics Education. Volume 3, Number 3, October 2008.

Hisyam Zaini, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : CTSD – UIN

Yogyakarta. Joesmani. 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Joyce, B & Weil, M. 1992. Models of Teaching. Massachussetts: Allyn and

Bacon.

98

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

J. Valenti, S. Latourelle. 2001. COOPERATIVE LEARNING Descriptions of Some Commonly Used Techniques. The NYS Biology-Chemistry Mentor Network, DDE Title II, FLCC.

Lilis Setiawati dan Moh Uzer Usman. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Maasawet, Elsje Theodora. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif

Snowballing dan Numbered Heads Together (NHT) pada Sekolah Multietnis terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar Kognitif Sains Biologi dan Sikap Sosial Siswa SMP Samarinda. Desertasi UNM.

Markaban. 2008, Model Penemuan Terbimbing pada pembelajaran matematika

SMK, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, Yogyakarta, P4TK Matematika.

Marno dan M.Idris. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta : Ar –

Ruzz Media Group. Allen Mary J. dan Yen Wendy M.1979. Introduction To Measurement Theory.

California: Brooks/Cole Publishing Company. Mohammad Asikin. 2001. Model-Model Pembelajaran Matematika. Semarang:

Universitas Negeri Semarang. Mulyono Abdurahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta

: Rineka Cipta. Murat Peker. 2008. Pre-Service Elementary school Teachers’ Learning Styles and

Attitude towards Mathematics. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1), 21-26.

Nana Sudjana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung. Sinar Baru. Nur Janah. 2009. Metode Pembelajaran Concept Attainment dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Prince, M. J. & Felder, R. M. 2006. “Inductive Teaching and Learning Methods:

Definitions, Comparisons, and Research Bases”. Journal of Engineering Education. 95 (2). 123.

Rachmadi Widdiharto. 2004, Model-model pembelajaran matematika SMP.

Diklat instruktur/pengembang matematika SMP. Yogyakarta. PPPG Matematika.

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Saifuddin Azwar. 1999. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:Pustaka

Pelajar. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta . Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Susan Sze.2009. Learning Style and The Special Needs Child. Jurnal of

Instructional Psycology : ProQuest Education Jurnals pg.360. Sutji Rochaminah. 2006. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. (http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/07_Sutji%20Rochaminah_Penggunaan%20Metode%20Penemuan%20untuk%20meningkatkan%20kemampuan.pdf). Diakses pada tanggal 24 Juli 2010.

Sutartinah Tirtonegoro. 1989. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.

Jakarta : Bumi Aksara. Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Uzer Usman. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii LEMBAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SNOW BALLING

DAN PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

SMK DI KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2010 / 2011

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Matematika

Oleh :

SUGIHARTO

NIM : S850809317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011