chron disease
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Chron Disease
1/29
BAB I
TINJAUAN KLINIS CROHNS DISEASE
1.1. DEFINISICrohns disease merupakan penyakit inflamasi kronis
transmural pada saluran cerna dengan etiologi yang tidak
diketahui. Crohns disease dapat melibatkan setiap bagian dari
saluran cerna mulai dari mulut hingga anus tetapi paling sering
menyerang usus halus dan colon ([1]).
1.2. ASPEK SEJARAH CROHNS DISEASEKasus Crohns disease pertama kali didokumentasikan dan
dideskripsikan oleh Morgagni pada tahun 1761. Pada tahun 1931,Dalziel, seorang ahli bedah berkebangsaan Skotlandia,
mendeskripsikan sembilan kasus penyakit inflamasi saluran cerna.
Deskripsi mengenai gambaran klinis dan patologis yang terperinci
mengenai penyakit ini dilakukan oleh Crohn, Ginzburg, dan
Oppenheimer pada tahun 1932 (1). Meskipun penyakit ini akhirnya
diberi nama Crohns disease, namun masih belum dibedakan
secara sempurna dari penyakit colitis ulcerativa hingga tahun 1959([2]).
Saat ini, diagnosis Crohns disease mencakup aspek klinis,
radiologis, endoskopis, patologis, dan pemeriksaan spesimen
faeces. Radiografi dengan menggunakan zat kontras dapat
menentukan luasnya kelainan, tingkat keparahan dan perjalanan
penyakit. Pencitraan computed tomography (CT scanning)
memungkinkan pencitraan potong lintang untuk menentukan
keterlibatan mural dan ekstramural. Endoskopi memungkinkan
visualisasi langsung ke mukosa dan memungkinkan pengambilan
spesimen biopsi untuk kepentingan pemeriksaan histologis.Ultrasonografi and MRI memberikan alternatif pencitraan potong
lintang terhadap individu-individu yang tidak memungkinkan
menerima paparan radiasi (2).
1.3. EPIDEMIOLOGISecara umum Crohns disease merupakan penyakit bedah
-
7/30/2019 Chron Disease
2/29
primer usus halus, dengan insidens sekitar 100.000 kasus per
tahun. Insidens tertinggi didapatkan di Amerika Utara dan Eropa
Utara (1). Di Amerika Serikat, dan Eropa Barat insidens Crohns
disease mencapai 2 kasus per 100.000 populasi, dengan prevalensi
sekitar 20 40 kasus per 100.000 populasi (2). Dilaporkan bahwatelah terjadi peningkatan insidens Crohns disease secara dramatis
di Amerika Serikat antara tahun 1950-an hingga 1970-an, untuk
selanjutnya menjadi stabil pada tahun 1980-an ([3]).
Menurut jenis kelamin, insidens Crohns disease lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dengan
rasio 1,1 1,8 : 1. Beberapa ahli percaya bahwa distribusi jenis
kelamin ini berhubungan dengan proses-proses autoimun yang
terjadi pada Crohns disease(2)
.Crohns disease mempunyai 2 puncak insidens
berdasarkan kelompok usia. Puncak insidens pertama adalah pada
1825 tahun. Puncak usia berikutnya adalah antara 6080 tahun.
Pada pasien yang berusia lebih muda dari 20 tahun Crohns disease
lebih banyak menyerang usus halus, sedangkan pada yang berusia
diatas 40 tahun Crohns disease lebih banyak menyerang colon.
Penyebab perbedaan lokasi penyakit ini tidak diketahui (2,3).
Meskipun Crohns disease dapat menyerang setiap bagian
dari saluran cerna, namun terdapat tiga lokasi primer baik secara
klinis maupun anatomis yang paling sering, yaitu hanya usus halus
saja (30%), usus halus bagian distal dan colon (45%), dan hanya
colon saja (25%). 30% dari seluruh kasus Crohns disease terjadi
bersamaan dengan penyakit rektal, dan 3350% terjadi bersamaan
dengan penyakit perianal seperti fisura ani, abses perianal, dan
fistula perianal (1,2).
1.4. ETIOLOGI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKOEtiologi dari Crohns disease masih belum diketahui
(1,2,3,[4]). Terdapat beberapa penyebab potensial yang diperkirakan
secara bersama-sama menimbulkan Crohns disease, yang paling
mungkin adalah infeksi, imunologis, dan genetik. Kemungkinan
-
7/30/2019 Chron Disease
3/29
lain adalah faktor lingkungan, diet, merokok, penggunaan
kontrasepsi oral, dan psikososial. (1,2,3,[5]).
1.4.1. Faktor InfeksiMeskipun terdapat beberapa agen-agen infeksi yang
diduga merupakan penyebab potensial Crohns disease, namunterdapat dua agen infeksi yang paling menarik perhatian yaitu
mycobacteria, khususnya Mycobacterium paratuberculosis dan
virus measles (1). Infeksi lain yang diperkirakan menjadi penyebab
Crohns disease adalah Chlamydia, Listeria monocytogenes,
Pseudomonas sp, dan retrovirus (3).
1.4.2. Faktor Imunologis
Kelainan-kelainan imunologis yang telah ditemukan pada
pasien-pasien dengan Crohns disease mencakup reaksi-reaksiimunitas humoral dan seluler yang menyerang sel-sel saluran
cerna, yang menunjukkan adanya proses autoimun. Faktor-faktor
yang diduga berperanan pada respons inflamasi saluran cerna pada
Crohns disease mencakup sitokin-sitokin, seperti interleukin (IL)-
1, IL-2, IL-8, dan TNF (tumor necroting factor). Peranan respons
imun pada Crohns disease masih kontroversial, dan mungkin
timbul sebagai akibat dari proses penyakit dan bukan merupakan
penyebab penyakit (1).
1.4.3. Faktor GenetikFaktor genetik tampaknya memegang peranan penting
dalam patogenesis Crohns disease, karena faktor risiko tunggal
terkuat untuk timbulnya penyakit ini adalah adanya riwayat
keluarga dengan Crohns disease (1). Sekitar 1 dari 5 pasien dengan
Crohns disease (20%) mempunyai setidaknya satu anggota
keluarga dengan penyakit yang sama (3). Pada berbagai penelitian
didapatkan bahwa Crohns disease berhubungan dengan kelainan
pada gen-genHLA-DR1 danDQw5(2).1.4.4. Faktor-faktor Lain
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI
merupakan faktor proteksi terhadap timbulnya Crohns disease (3).
Merokok dan penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko
timbulnya Crohns disease dan risiko ini meningkat sejalan dengan
-
7/30/2019 Chron Disease
4/29
lamanya penggunaan (2).
1.5. PATOLOGIStadium dini Crohns disease ditandai dengan limfedema
obstruktif dan pembesaran folikel-folikel limfoid pada perbatasan
mukosa dan submukosa. Ulserasi mukosa yang menutupi folikel-folikel limfoid yang hiperplastik menimbulkan pembentukkan
ulkus aptosa. Pada pemeriksaan mikroskopis, ulkus aptosa terlihat
sebagai ulkus-ulkus kecil yang berbatas tegas dan tersebar, dengan
diameter sekitar 3 mm dan dikelilingi oleh daerah eritema. Sebagai
tambahan, lapisan mukosa menebal sebagai akibat dari inflamasi
dan edema, dan proses inflamasi tersebut meluas hingga
melibatkan seluruh lapisan usus (3,5).
Ulkus aptosa cenderung membesar atau saling bersatu,menjadi lebih dalam dan sering menjadi bentuk linear. Sejalan
dengan makin buruknya penyakit, dinding usus menjadi semakin
menebal dengan adanya edema dan fibrosis, dan cenderung
menimbulkan pembentukkan striktura. Karena lapisan serosa dan
mesenterium juga mengalami inflamasi, maka lengkungan-
lengkungan usus menjadi saling menempel. Akibatnya, ulkus-
ulkus yang telah meluas hingga keseluruhan dinding usus akan
membentuk fistula antar lengkungan usus yang saling menempel.Tetapi lebih sering terjadi saluran sinus yang berakhir buntu ke
dalam suatu cavitas abses di dalam ruang peritoneal, mesenterium,
atau retroperitoneum (5).
1.6. DIAGNOSIS1.6.1. Anamnesis
Gambaran klinis umum pada Crohns disease adalah
demam, nyeri abdomen, diare, dan penurunan berat badan. Diare
dan nyeri abdomen merupakan gejala utama keterlibatan colon.Perdarahan per rectal lebih jarang terjadi. Keterlibatan usus halus
dapat berakibat nyeri yang menetap dan terlokalisasi pada kuadran
kanan bawah abdomen (2,3,5).
1.6.2. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada kuadran
-
7/30/2019 Chron Disease
5/29
kanan bawah abdomen yang dapat disertai rasa penuh atau adanya
massa. Pasien juga dapat menderita anemia ringan, leukositosis,
dan peningkatan LED (2).
Obstruksi saluran cerna merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi. Pada stadium dini, obstruksi pada ileum yangterjadi akibat edema dan inflamasi bersifat reversibel. Sejalan
dengan makin memburuknya penyakit, akan terbentuk fibrosis,
yang berakibat menghilangnya diare yang digantikan oleh
konstipasi dan obstruksi sebagai akibat penyempitan lumen usus (2).
Pembentukkan fistula sering terjadi dan menyebabkan
abses, malabsorpsi, fistula cutaneus, infeksi saluran kemih yang
menetap, atau pneumaturia. Meskipun jarang, dapat terjadi
perforasi usus sebagai akibat dari keterlibatan transmural daripenyakit ini (2,3).
1.6.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah x-foto
polos, x-foto kontras tunggal saluran cerna bagian atas dengan
follow-though usus halus atau enteroclysis dengan CT, dan
pemeriksaan kontras ganda usus halus. USG dan MRI dapat
digunakan sebagai penunjang jika terdapat masalah dengan
penggunaan kontras.
Hingga saat ini tidak ada pemeriksaan laboratorium
spesifik yang berguna dalam diagnosis Crohns disease, atau yang
berhubungan dengan aktivitas klinis penyakit.
Pemeriksaan radiologi pada Crohns disease akan dibahas
lebih lanjut pada Bab II.
1.7. DIAGNOSIS BANDINGPenyakit-penyakit yang harus dipikirkan sebagai doagnosis
banding Crohns disease antara lain (2):
Cholangitis
Colitis iskemik
Colitis pseudomembranosa
Diverticulitis colon
Tuberculosis gastrointestinalis
-
7/30/2019 Chron Disease
6/29
Colitis ulserativa
Enteritis infeksiosa
Colitis infeksiosa
1.8. PENATALAKSANAAN1.8.1. Terapi Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa Crohns disease dapat
dibagi menjadi terapi terhadap kekambuhan akut dan terapi
pemeliharaan. Dalam terapi terhadap kekambuhan akut, pemicu-
pemicu seperti infeksi yang mendasari, fistula, perforasi, dan
proses patologi lainnya harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum
dilakukannya terapi glukokortikoid intravena (2).
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi terapi Crohns
disease mencakup antibiotika, aminosalisilat, kortikosteroid, danimunomodulator (3).
Sebagai terapi utama pada kondisi akut, hidrokortison atau
metilprednisolon intravena sering digunakan sebagai tambahan
terhadap metronidazole dan pengistirahatan usus. Penggunaan
terapi steroid terbatas untuk mencapai respons yang cepat dalam
waktu singkat karena pada penggunaan jangka lama mempunyai
berbagai efek samping, seperti osteonekrosis, myopati,
osteoporosis, dan gangguan pertumbuhan. Dapat pula digunakaninhibitor imunitas yang diperantarai sel yaitu cyclosporine secara
intravena jika pasien menunjukkan respons yang buruk terhadap
terapi kortikosteroid (2,3).
Tujuan dari terapi kronis adalah menghilangkan inflamasi
usus. Aminosalisilat merupakan terapi pilihan karena aktivitas
antiinflamasinya. Berbagai obat telah digunakan, yang masing-
masing mempunyai target lokasi yang berbeda pada usus.
Sulfasalazine dan balsalazide terutama dilepaskan di colon.Dipentum dan Asacol terutama dilepaskan di ileum distal dan
colon. Pentasa dapat dilepaskan di duodenum hingga colon bagian
distal, sementara Rowasa secara spesifik digunakan untuk rectum
dan colon bagian distal (2,3).
Methotrexate, azathioprine, dan 6-mercaptopurine adalah
-
7/30/2019 Chron Disease
7/29
modulator sistem imun non-steroid yang dapat ditoleransi dengan
baik. Azathioprine, yang secara non-enzymatis dikonversi di dalam
tubuh menjadi 6-mercaptopurine, selanjutnya dimetabolisme
menjadi asam thioinosinic, yang merupakan zat inhibitor sintesa
purin. Efek samping dari azathioprine and 6-mercaptopurine jarangterjadi dibandingkan dengan steroid (2,3).
Methotrexate, efektif untuk pasien-pasien yang tidak
memberikan respons terhadap azathioprine dan 6-mercaptopurine.
Efek samping utamanya mencakup leukopenia, nyeri pada saluran
cerna, dan pneumonitis hipersensitivitas (2,3).
Terapi yang baru adalah Infliximab, Etanercept dan
CDP571 yang merupakan anti TNF-, yang semakin luas
dipergunakan dan menunjukkan hasil yang menjanjikan, denganadanya peningkatan tingkat remisi hingga 48% setelah 4 minggu
terapi dan dengan penutupan fistula secara sempurna pada 55%
pasien setelah 80 hari pemberian infliximab. Obat-obat lain seperti
mycophenolate telah dikembangkan untuk menghambat sintesa
nukleotida guanin dan oleh karena itu menghambat limfosit B dan
T (2,3).
1.8.2. Terapi BedahAntara 70 80% pasien dengan Crohns disease
membutuhkan terapi bedah. Indikasi terapi bedah pada Crohns
disease mencakup kegagalan terapi medikamentosa dan/atau
timbulnya komplikasi, seperti obstruksi saluran cerna, perforasi
usus dengan pembentukan fistula atau abses, perforasi bebas,
perdarahan saluran cerna, komplikasi-komplikasi urologis, kanker,
dan penyakit-penyakit perianal (1,2). Terapi bedah pada pasien
dengan Crohns disease harus ditujukan kepada komplikasinya,
hanya segmen usus yang terlibat dalam komplikasi saja yang
direseksi dan tidak boleh lebih luas, untuk menghindari terjadinyashort bowel syndrome(1).
Anak-anak penderita Crohns disease dengan gejala-gejala
sistemik seperti gangguan tumbuh-kembang, akan mendapatkan
keuntungan dengan menjalani terapi bedah reseksi usus. Meskipun
komplikasi ekstraintestinal Crohns disease bukan merupakan
-
7/30/2019 Chron Disease
8/29
indikasi utama terapi bedah, namun sering mengalami perbaikan
setelah reseksi usus (1).
Reseksi segmental usus yang terbukti terlibat penyakit
yang diikuti dengan anastomosis merupakan prosedur pilihan
dalam terapi bedah Crohns disease. Alternatif prosedur lain darireseksi segmental dari lesi-lesi yang mengobstruksi adalah
stricturoplasty. Teknik ini memungkinkan ditinggalkannya daerah
permukaan usus dan terutama cocok untuk pasien dengan penyakit
yang menyebar luas dan telah mengalami striktura fibrotik yang
mungkin telah pernah menjalani operasi sebelumnya dan dalam
risiko timbulnya short bowel syndrome. Namun teknik
stricturoplasty mempunyai risiko kekambuhan yang cukup tinggi.
Prosedur-prosedur bypass usus kadang-kadang perlu dilakukan jikatelah terjadi abses-abses intramesenterial atau jika usus yang sakit
telah bersatu membentuk massa inflamasi yang padat, yang tidak
memungkinkan dilakukannya mobilisasi usus. Prosedur bypass
(gastrojejunostomy) juga digunakan jika telah terjadi striktura
duodenum, dimana prosedur stricturoplasty maupun reseksi
segmental sulit dilakukan. Sejak tahun 1990-an, telah dilakukan
prosedur operasi laparoskopik terhadap pasien-pasien dengan
Crohns disease, namun hasilnya masih belum memuaskan dan
teknik operasinya sulit (3).
1.9. KOMPLIKASIManifestasi ekstraintestinal Crohns disease mencakup
aptosa oral, ulkus, eritema nodosum, osteomalacia dan anemia
sebagai akibat dari malabsorpsi kronis; osteonekrosis sebagai
akibat terapi steroid kronis; pembentukkan batu empedu sebagai
akibat keterlibatan ileus yang menyebabkan gangguan reabsorpsi
garam empedu; batu oksalat ginjal sebagai akibat dari penyakit
colon; pancreatitis sebagai akibat dari terapi sulfasalazine,
mesalamine, azathioprine atau 6-mercaptopurine; pertumbuhan
bakteri yang berlebihan rebagai akibat reseksi bedah; dan
manifestasi-manifestasi lainnya seperti amyloidosis, komplikasi
tromboembolik, penyakit hepatobiliaris, dan kolangitis sklerosis
primer (1,2,3,5).
-
7/30/2019 Chron Disease
9/29
1.9.1. Abses
Abses terbentuk pada sekitar 15 20% pasien dengan
Crohns disease sebagai akibat dari pembentukkan saluran sinus
atau sebagai komplikasi pembedahan. Abses dapat ditemukan di
mesenterium, cavum peritoneal, atau retroperitoneum, atau dilokasi ekstraperitoneal. Lokasi tersering abses retroperitoneal
adalah fossa ischiorectal, ruang presacral, dan regio iliopsoas.
Ileum terminal merupakan lokasi tersering sumber abses. Abses
merupakan salah satu penyebab utama kematian pada Crohns
disease (2).
1.9.2. Obstruksi
Obstruksi terjadi pada 20 30% pasien dengan Crohns
disease. Pada awal perjalanan penyakit, terlihat adanya obstruksiyang reversibel dan hilang timbul pada saat setelah makan, yang
disebabkan oleh edema dan spasme usus. Setelah beberapa tahun,
inflamasi yang menetap ini akan secara bertahap memburuk hingga
terjadi penyepitan dan striktur lumen akibat fibrostenotik(2).
1.9.3. Fistula
Pembentukkan fistula merupakan komplikasi yang sering
dari Crohns disease pada colon. Komplikasi fistula yang disertai
abses atau penyakit berat paling sulit ditangani. Hal ini terjadi pada
pasien dengan Crohns disease. Peranan terapi medikamentosa
hanyalah untuk mengontrol obstruksi, inflamasi, atau proses-proses
supuratif sebelum dilakukannya terapi definitif, yaitu pembedahan.
Perlu dilakukan operasi untuk meng-evakuasi abses dan, jika tidak
ada kontraindikasi berupa sepsis, dilanjutkan dengan reseksi usus
yang sakit. Fistula dapat berakibat perforasi usus spontan pada 1
2% pasien (2).
1.9.4. Keganasan
Keganasan saluran cerna merupakan penyebab utamakematian pada Crohns disease. Adenocarcinoma biasanya timbul
pada daerah-daerah dimana terjadi penyakit kronis. Sayangnya,
sebagian besar kanker yang berhubungan dengan Crohns disease
tidak terdeteksi hingga tahap lanjut dan mempunyai prognosis
yang buruk. Selain keganasan saluran cerna, keganasan
-
7/30/2019 Chron Disease
10/29
ekstraintestinal (misalnya, squamous cell carcinoma pada pasien
dengan penyakit kronis di daerah perianal, vulva atau rectal) dan
limfoma Hodgkin atau non-Hodgkin juga terbukti lebih sering
terjadi pada pasien-pasien dengan Crohns disease (2).
1.10. PROGNOSISRata-rata timbulnya komplikasi pada pasien dengan
Crohns disease yang sudah menjalani terapi bedah adalah antara
15 30%. Komplikasi bedah yang paling sering terjadi adalah
infeksi luka operasi, pembentukkan abses-abses intraabdominal,
dan kebocoran anastomosis (1,3).
Sebagian besar pasien yang telah menjalani reseksi usus
mengalami kekambuhan penyakit, yaitu 70% dalam waktu 1 tahun
setelah operasi dan 85% dalam waktu 3 tahun setelah operasi.Kekambuhan klinis ditandai dengan berulangnya gejala-gejala
Crohns disease. Sekitar pasien membutuhkan operasi ulang
dalam waktu 5 tahun setelah operasi yang pertama (1,3).
BAB II PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PADA CROHNS DISEASE
2.1. X-FOTOPeranan x-foto polos dalam mengevaluasi Crohns diseaseadalah terbatas. Dua keunggulan utama x-foto polos adalah (1)
untuk memastikan adanya obstruksi usus dan (2) untuk
mengevaluasi adanya pneumoperitoneum sebelum dilakukannya
pemeriksaan radiologis lanjutan. Melalui x-foto polos dapat pula
diketahui adanya sacroiliitis atau batu ginjal oksalat yang mungkin
terjadi pada penderita Crohns disease (1,2).
Pemeriksaan barium enema kontras ganda bermanfaat
dalam mendiagnosis penyakit inflamasi usus dan untuk
membedakan antara Crohns disease dengan colitis ulcerativa,
khususnya pada tahap dini penyakit. Pada pemeriksaan kontras
ganda, Crohns disease tahap dini ditandai dengan adanya ulkus
aptosa yang tersebar, yang terlihat sebagai bintik-bintik barium
-
7/30/2019 Chron Disease
11/29
yang dikelilingi oleh edema yang radiolusen. Ulkus-ulkus aptosa
seringkali terpisah oleh jaringan usus yang normal dan terlihat
sebagai skip lesions (2,5).
Gambar 2. 1. Pemeriksaan barium enema kontras ganda padaCrohns disease menunjukkan sejumlah ulkusaptosa
Gambar 2. 2. Pemeriksaan barium enema kontras ganda pada
Crohns disease menunjukkan ulserasi, inflamasi, dan
penyempitan lumen colon kanan.
Sejalan dengan makin parahnya penyakit, ulkus-ulkus
yang kecil akan membesar, lebih dalam, dan saling berhubungan
menjadi ulkus-ulkus yang berbentuk seperti bintang, berpinggiran
tajam, atau linear. Ulkus-ulkus ini paling sering terlihat di daerah
ileum terminal disepanjang perbatasan mesenterium. Gambaran ini
patognomonik dari Crohns disease. Sebagaimana inflamasi
menembus lapisan submukosa dan muskularis, ulkus-ulkus
tersebut terpisah satu sama lain oleh edema pada dinding usus dan
pada pemeriksaan dengan kontras terlihat gambaran pola-pola
cobblestone atau nodular, yaitu pengisian kontras pada lekukan
ulkus yang terlihat radioopaque dikelilingi mukosa usus yang
radiolusen (2,5).
Gambar 2. 3. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan
fokus pada ileum terminalis memperlihatkan
ulserasi linear, longitudinal dan transversal yang
membentuk cobblestone appearance.
Kadang-kadang terjadi inflamasi transmural yang
berakibat pengecilan diameter lumen usus dan distensinya menjadi
terbatas. Hal ini tampak sebagai string sign (2,5).
-
7/30/2019 Chron Disease
12/29
Gambar 2. 4. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan
fokus pada ileum terminalis memperlihatkan
beberapa penyempitan dan striktura, yang
memberikan gambaran string sign.
Gambar 2. 5. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan
fokus pada ileum terminalis memperlihatkan
gambaran string sign.
Ulkus Aptoid dapat terdeteksi melalui pemeriksaan barium
enema pada 25 50% pasien dengan Crohns disease. Secara
umum, didapatkan hasil negatif palsu sebanyak 18 20% kasus.Akan tetepi, barium enema mempunyai akurasi sebesar 95% dalam
membedakan antara Crohns disease dengan colitis ulserativa (2).
2.2. CT-SCANPeranan pencitraan CT dalam evaluasi Crohns disease
telah diterima secara luas. Kemampuan CT untuk mencitrakan
keterlibatan usus dan patologi ekstraluminal (misalnya, abses,
obstruksi, fistula) membuatnya menjadi cara pencitraan yang
penting. Hasil pencitraan CT pada Crohns disease tahap diniadalah penebalan dinding usus, yang biasanya melibatkan usus
halus bagian distal dan colon, meskipun setiap segmen pada
saluran cerna dapat terlibat. Biasanya, penebalan dinding usus
mencapai 515 mm (2,5).
Gambar 2. 6. Gambaran CT Scan pada pasien dengan Crohns
disease, tampak penebalan dinding ileum dan
inflamasi mesenterium.
Ulserasi pada mukosa dapat terdeteksi pada potongan tipis
CT. dapat pula terlihat adanya lilitan mesenterium, penebalan
lapisan lemak mesenterium, adenopati lokal, fistula, dan abses (2,5).
-
7/30/2019 Chron Disease
13/29
Gambar 2. 7. CT scan pada Crohns disease menunjukkan
penebalan dinding usus halus, dan inflamasi dan
adenopati pada mesenterium.
Edema atau inflamasi jaringan lemak mesenterium
menimbulkan peningkatan hilangnya densitas lemak, yang disebut
hazy fatpada CT. Inflammasi atau fibrosis jaringan lemak yang
lebih besar menimbulkan menghilangnya densitas pita linear
jaringan lunak yang melintasi mesenterium. Pada CT, sebuah
massa yang berbatas kabur dengan densitas campuran dapat
menunjukkan adanya flegmon atau tahap dini pembentukan abses.
Pembesaran kelenjar limfe biasanya terlihat proksimal terhadapdinding usus disepanjang sisi mesenterium (2,5).
Pada CT scan, abses-abses terlihat sebagai massa
berbentuk bulat atau oval dengan densitas rendah, berbatas jelas,
dan seringkali multilokus. Terlihatnya gambaran gelembung-
gelembung gas menunjukkan adanya hubungan fistula dengan usus
atau, lebih jarang, timbul dari infeksi oleh mikroorganisme yang
menghasilkan gas (2).
Gambar 2. 8. CT scan pada Crohns disease menunjukkan
penebalan dinding colon kanan dengan inflamasi
pada jaringan lemak mesenterium yang
berhubungan.
Gambar 2. 9. CT scan pada Crohns disease fase kronismenunjukkan penebalan dinding colon kanan tanpa
inflamasi pada jaringan lemak mesenterium yang
berhubungan, dan sejumlah besar proliferasi lemak
disekeliling colon kanan yang memisahkan colon
dari keseluruhan usus, sehingga disebut creeping
-
7/30/2019 Chron Disease
14/29
fat.
CT Scan merupakan prosedur radiologis pilihan pertama
pada pasien-pasien dengan gejala-gejala akut Crohns disease.Kemampuan CT Scan dalam mencitrakan dinding usus, organ-
organ abdomen yang lokasinya berdekatan dengan usus,
mesenterium dan retroperitoneum membuatnya lebih unggul
terhadap pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras
barium dalam mendiagnosis komplikasi-komplikasi yang
menyertai Crohns disease. CT Scan dapat secara langsung
menunjukkan penebalan dinding usus, edema mesenterika,
limfadenopati, phlegmon dan abses. Sensitivitas CT Scan untuk
Crohns disease adalah sekitar 71% (2).CT Scan tidak hanya merupakan prosedur diagnostik
terpilih, tetapi dapat pula digunakan dalam penatalaksanaan abses,
yaitu melalui prosedur CT-guided percutaneous abscess drainage,
yang telah menampakkan hasil yang sangat memuaskan (2).
2.3. MRISecara tradisional, MRI hanya memberikan manfaat yang
terbatas dalam pemeriksaan abdomen karena banyaknya artefak
yang bergerak. Dengan adanya peningkatan gradien dan pencitraandengan menahan napas telah memungkinkan pencitraan MRI
terhadap abdomen dan pelvis pada sebagian besar pasien. Serbagai
tambahan, untuk mencapai pencitraan yang optimal dengan MRI
seringkali membutuhkan penggunaan sejumlah besar volume zat
kontras positif atau negatif yang diberikan baik secara oral atau
melalui selang nasojejunal atau rectal. Akan tetapi, pasien dengan
penyakit akut mungkin tidak dapat men-toleransi pemberian
sejumlah besar cairan per oral. Jika terjadi distensi usussuboptimal, akan terjadi gangguan dalam mendeteksi segmen-
segmen usus yang ter-inflamasi (2).
Secara tradisional, MRI dapat mengevaluasi komplikasi-
komplikasi anorectal Crohns disease dengan baik. MRI dengan
teknik regular fast spin-echo,dapat mendeteksi adanya fistula,
-
7/30/2019 Chron Disease
15/29
saluran sinus, dan abses pada regio anorectal (2,5).
Saluran sinus dan fistula sering terlihat hiperintense pada
pencitraan T1-weighteddan hiperintense pada T2-weightedkarena
kandungan cairannya. Dengan supresi lemak, sinyal cairan dapat
di-intensifikasi dan dengan mudah terlihat hiperintense padapencitraan T2-weighted. Suatu abses sering terlihat sebagai
pengumpulan yang terisolasi dari daerah-daerah dengan intensitas
sinyal tinggi (high-signal-intensity areas) pada pencitraan T2-
weighted, khususnya pada fossa ischioanal (2)
Parameter-parameter penyakit aktif mencakup penebalan
dinding, proliferasi fibrosa dan lemak, dan enhancement dinding
usus dengan zat kontras gadolinium-based. Selama fase inflamasi
aktif, enhancement gadolinium dinding usus dapat pula terlihatpada pencitraan T2-weighted, dan dapat dengan mudah dibedakan
dari usus yang normal. Pola enhancementdideskripsikan oleh Koh
et al sebagai berlapis-lapis dan spesifik untuk Crohns disease (2,)
Gambar 2. 10. Pencitraan MRI pada pasien dengan Crohns
disease menunjukkan penebalan dinding
colon kanan dengan peningkatan sinyal
intramural pada pencitraan T1-weighted. Hal
ini dipercaya sebagai gambaran adanya
deposisi lemak intramural.
Gadolinium-enhanced spoiled gradient-echo MRI
mempunyai sensitivitas sekitar 85 89%, spesifisitas sekitar 96
94%, dan akurasi sekitar 94 91% untuk mendeteksi penyakit
akut. Sementara single-shot fast spin-echo MRI mempunyaisensitivitas sekitar 51 52%, spesifisitas sekitar 98 96%, dan
akurasi sekitar 83 84%. Hasil positif palsu paling sering terjadi
jika terdapat enhancement gadolinium tanpa adanya penebalan
usus. Hasil negatif palsu paling sering terjadi jika terdapat distensi
usus yang suboptimal (2)
-
7/30/2019 Chron Disease
16/29
2.4. USGHasil pemeriksaan USG mempunyai variabilitas yang
tinggi, yang tergantung pada keahlian pemeriksa dalam mendeteksi
perubahan-perubahan pada dinding usus.
USG dapat menjadi alternatif dari CT Scan dalammengevaluasi manifestasi-manifestasi intra dan ekstra luminal dari
Crohns disease. Dinding saluran cerna yang normal terlihat
sebagai 5 konsentris dari lapisan-lapisan echogenic dan
hypoechoic yang berseang-seling; gambaran ini dikenal sebagai
the gut signature. Dinding saluran cerna yang normal
mempunyai ketebalan kurang dari 5 mm (2,)
Pada kasus Crohns disease aktif, ketebalan dinding usus
berkisar antara 5 mm hingga 2 cm dengan gambaran lapisan-lapisan yang menghilang sebagian atau seluruhnya, yang
merefleksikan adanya edema transmural, inflamasi, atau fibrosis.
Jika terjadi inflamasi yang hebat, dinding usus akan tampak
hypoechoic merata dengan garis hyperechoic ditengahnya yang
berhubungan dengan penyempitan lumen. Gerakan peristalsis
menurun atau menghilang, dan segmen usus yang sakit tidak dapat
dikompresi dan kaku dengan hilangnya haustra (2).
Gambar 2. 11. A dan B, hasil pencitraan USG pada pasien dengan
Crohns disease, terlihat adanya penebalan
dinding usus yang hypoechoic, hilangnya gut
signature, dan garis hyperechoic yangmenunjukkan penyempitan lumen usus.
USG dapat mencitrakan adanya ballooning dari segmen-segmen yang tidak terlibat, yang terlihat sebagai kantung-kantung
fokal. Hasil pemeriksaan ini merefleksikan skip lesions pada
Crohns disease. Akurasi USG dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pencitraan berwarna Doppler, yang dapat
bermanfaat dalam mendeteksi dinding usus yang hiperemis atau
-
7/30/2019 Chron Disease
17/29
terinflamasi selama fase aktif penyakit (2).
Dengan adanya inflamasi transmural, terjadilah edema and
fibrosis dari mesenterium yang berhubungan, berakibat adanya
proyeksi jaringan lemak mesenterium yang terlihat seperti jari-jari
yang mencengkram permukaan serosa usus. Pada ultrasonogram,gambaran ini tampak sebagai massa yang hyperechoic, yang secara
klasik terlihat pada batas cephalic ileum terminal. Dengan penyakit
yang telah berlangsung lama, gambaran ini akan terlihat lebih
heterogen atau bahkan hypoechoic (2).
2.5. RADIONUKLIRLeukosit yang diberi penanda technetium-99m-HMPAO
atau indium-111 dapat digunakan untuk menentukan inflamasi
aktif usus pada inflammatory bowel disease. Dibandingkan denganpenanda 111In, penanda 99mTc HMPAO mempunyai karakteristik
pencitraan yang lebih baik dan dapat lebih cepat dicitrakan segera
setelah injeksinya. Akan tetapi, biasanya pencitraan harus
dilakukan dalam waktu beberapa jam setelah injeksi leukosit
berlabel 99mTc HMPAO sebagaimana telah terjadi ekskresi normal
ke usus, tidak seperti leukosit berlabel 111In, yang tidak mempunyai
ekskresi ke usus (2).
Molnar dkk menemukan bahwa pencitraan leukositberlabel 99mTc HMPAO pada Crohns disease yang aktif
mempunyai sensitivitas 76,1% dan spesifisitas 91,0%, dan lebih
baik dalam mendeteksi aktivitas inflamasi segmental dibandingkan
dengan CT Scan, sementara CT Scan lebih unggul dalam
mendeteksi adanya komplikasi (2).
Positif palsu dapat terlihat pada perdarahan saluran cerna,
tertelannya leukosit (misalnya, dari uptake yang berhubungan
dengan sinusitis atau nasogastric tubes), atau aktivitas yang
berhubungan dengan pelepasan enteric tubes. Sebagai tambahan,
uptake leukosit tidak spesifik untuk Crohns disease dan akan
terlihat pada sebagian besar proses-proses infeksius atau inflamasi
usus (2).
-
7/30/2019 Chron Disease
18/29
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Sabiston. Textbook of Surgery. 17th ed. Ch. 43. WB Saunders.
Philadelphia. 2002. pp 88895.
[2]. Yung-Hsin C. Crohn Disease. 2004.
http://www.emedicine.com/radio/topic197.htm[ONLINE]
[3]. Kodner IJ, Fry RD, Fleshman JW, Birnbaum EH, Read TE.
Colon, Rectum, and Anus. Schwartz Principles of Surgery. 7th
Ed. Vol. 2. Ch. 26. McGraw-Hill. Singapore. pp 131828.[4]. Crohns Disease.
http://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htm
[ONLINE]
[5]. Taveras JM, Kelvin FM. Crohns Disease. Radiology on CD-
ROM. Lippincott-Raven. Philadelphia-Pennsylvania.
Crohns Disease
U.S. Department of Health and Human Services
http://www.emedicine.com/radio/topic197.htmhttp://www.emedicine.com/radio/topic197.htmhttp://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htmhttp://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htmhttp://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htmhttp://www.emedicine.com/radio/topic197.htm -
7/30/2019 Chron Disease
19/29
What is Crohns disease?
Crohns disease is an ongoing disorder that causes inflammation of the digestive tract,also referred to as the gastrointestinal (GI) tract. Crohns disease can affect any area of
the GI tract, from the mouth to the anus, but it most commonly affects the lower part of
the small intestine, called the ileum. The swelling extends deep into the lining of theaffected organ. The swelling can cause pain and can make the intestines empty fre-
quently, resulting in diarrhea.
Crohns disease is an inflammatory bowel disease, the general name for diseases that
cause swelling in the intestines. Because the symptoms of Crohns disease are similar to
other intestinal disorders, such as irritable bowel syndrome and ulcerative colitis, it canbe difficult to diagnose. Ulcerative colitis causes inflammation and ulcers in the top layer
of the lining of the large intestine. In Crohns disease, all layers of the intestine may be
involved, and normal healthy bowel can be found between sections of diseased bowel.
Crohns disease affects men and women equally and seems to run in some families.
About 20 percent of people with Crohns disease have a blood relative with some form ofinflammatory bowel disease, most often a brother or sister and sometimes a parent or
child. Crohns disease can occur in people of all age groups, but it is more often
diagnosed in people between the ages of 20 and 30. People of Jewish heritage have anincreased risk of developing Crohns disease, and
NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH
The digestive system
African Americans are at decreased risk for developing Crohns disease.
Crohns disease may also be called ileitis or enteritis.
What causes Crohns
disease?
Several theories exist about what causes Crohns disease, but none have been proven.
The human immune system is made from cells and different proteins that protect people
from infection. The most popular theory is that the bodys immune system reacts
abnormally in people with Crohns disease, mistaking bacteria, foods, and other
National Digestive Diseases Information Clearinghouse
substances for being foreign. The immune systems response is to attack these invad-
ers. During this process, white blood cells accumulate in the lining of the intestines,
-
7/30/2019 Chron Disease
20/29
producing chronic inflammation, which leads to ulcerations and bowel injury.
Scientists do not know if the abnormality in the functioning of the immune system inpeople with Crohns disease is a cause, or a result, of the disease. Research shows thatthe inflammation seen in the GI tract of people with Crohns disease involves several
factors: the genes the patient has inherited, the immune system itself, and the environment. Foreign substances, also referred to as antigens, are found in the environment. One
possible cause for inflammation may
be the bodys reaction to these antigens, or that the antigens themselves are the cause for
the inflammation. Scientists have found that high levels of a protein produced by the
immune system, called tumor necrosis factor (TNF), are present in people with Crohnsdisease.
What are the symptoms?
The most common symptoms of Crohns disease are abdominal pain, often in the lower
right area, and diarrhea. Rectal bleed ing, weight loss, arthritis, skin problems, and fevermay also occur. Bleeding may be seri ous and persistent, leading to anemia. Chil dren
with Crohns disease may suffer delayed development and stunted growth. The range andseverity of symptoms varies.
How is Crohns disease
diagnosed?
A thorough physical exam and a series of tests may be required to dia gnose Crohns
disease.
Blood tests may be done to check for ane mia, which could indicate bleeding in the
intestines. Blood tests may also uncover a high white blood cell count, which is a sign ofinflammation somewhere in the body. By testing a stool sample, the doctor can tell if
there is bleeding or infection in the intestines.
The doctor may do an upper GI series to look at the small intestine. For this test, theperson drinks barium, a chalky solu tion that coats the lining of the small intes tine,before x rays are taken. The barium shows up white on x-ray film, revealing
inflammation or other abnormalities in the intestine. If these tests show Crohns disease,more x rays of both the upper and lower digestive tract may be necessary to see how
much of the GI tract is affected by the disease.
The doctor may also do a visual exam of the colon by performing either a sigmoidoscopy
or a colonoscopy. For both of these tests, the doctor inserts a long, flexible, lighted tubelinked to a computer and TV monitor into the anus. A sigmoidoscopy allows the doctor to
examine the lining of the lower part of the large intestine, while a colonoscopy allows the
doctor to examine the lining of the entire large intestine. The doctor will be able to seeany inflammation or bleeding during either
-
7/30/2019 Chron Disease
21/29
2 Crohns Disease
of these exams, although a colonoscopy is usually a better test because the doctor can see the entire lainvolves taking a sample of tissue from the lining of the intes tine to view with a microscope.
What are the complications
of Crohns disease?
The most common complication is blockage of the intestine. Blockage occurs because the disease ten
tissue, narrow- ing the passage. Crohns disease may also cause sores, or ulcers, that tunnel through tbladder, vagina, or skin. The areas around the anus and rectum are often involved. The tunnels, called
a common complication and often become infected. Sometimes fistulas can be treated with medicine
addition to fistulas, small tears called fissures may develop in the lining of the mucus membrane of th
Nutritional complications are common in Crohns disease. Deficiencies of proteins, calories, and vita
caused by inad equate dietary intake, intestinal loss of protein, or poor absorption, also referred to as
Other complications associated with Crohns disease include arthritis, skin problems, inflammation in
diseases of the liver and biliary system. Some of these prob lems resolve during treatment for diseas
in the digestive system, but some must be treated separately.
What is the treatment for
Crohns disease?
Treatment may include drugs, nutrition supplements, surgery, or a combination of these options. Thcorrect nutri tional deficiencies, and relieve symptoms like abdominal pain, diarrhea, and rectal blee
disease by lowering the number of times a person experiences a recur- rence, but there is no cure. and severity of disease, complications, and the persons response to previous medical treat- ments wh
Some people have long periods of remission, sometimes years, when they are free of symp toms. Hoa persons lifetime.
This changing pattern of the disease means one cannot always tell when a treatment has helped. Pred
will return is not possible.
Someone with Crohns disease may need medical care for a long time, with regular doctor visits to m
Drug Therapy
Anti-inflammation drugs. Most people are first treated with drugs containing mesala mine, a subst
the most commonly used of these drugs. Patients who do not benefit from it or who cannot tolerate it
-
7/30/2019 Chron Disease
22/29
generally known as 5-ASA agents,
3 Crohns Disease
such as Asacol, Dipentum, or Pentasa. Pos sible side effects of mesalamine-containing
drugs include nausea, vomiting, heartburn, diarrhea, and headache.
Cortisone or steroids. Cortisone drugs and steroidscalled corticosteriodsprovide
very effective results. Prednisone is a common generic name of one of the drugs in thisgroup of medications. In the beginning, when the disease is at its worst, prednisone is
usually prescribed in a large dose. The dosage is then lowered once symptoms have been
controlled. These drugs can cause serious side effects, includ ing greater susceptibility to
infection.
Immune system suppressors. Drugs that suppress the immune system are also used totreat Crohns disease. Most commonly prescribed are 6-mercaptopurine or a related drug,azathioprine. Immunosuppressive agents work by blocking the immune reac tion that
contributes to inflammation. These drugs may cause side effects like nausea, vomiting,
and diarrhea and may lower a per- sons resistance to infection. When patients are treatedwith a combination of corticoster oids and immunosuppressive drugs, the dose of
corticosteroids may eventually be lowered. Some studies suggest that immunosuppres
sive drugs may enhance the effectiveness of corticosteroids.
Infliximab (Remicade). This drug is the first of a group of medications that blocks the
bodys inflammation response. The U.S. Food and Drug Administration approved thedrug for the treatment of moderate to severe Crohns disease that does not respond to
standard therapies (mesalamine substances, corticosteroids, immunosuppressive agents)and for the treatment of open, draining fistu las. Infliximab, the first treatment approved
specifically for Crohns disease, is an anti- TNF substance. Additional research will need
to be done in order to fully understand the range of treatments Remicade may offer tohelp people with Crohns disease.
Antibiotics. Antibiotics are used to treat bacterial overgrowth in the small intestine
caused by stricture, fistulas, or prior surgery. For this common problem, the doctor may
prescribe one or more of the following antibiotics: ampicillin, sulfonamide, cepha
losporin, tetracycline, or metronidazole.
Antidiarrheal and fluid replacements.
Diarrhea and crampy abdominal pain are often relieved when the inflammation sub
sides, but additional medication may also be necessary. Several antidiarrheal agents couldbe used, including diphenoxylate, loper amide, and codeine. Patients who are dehy
drated because of diarrhea will be treated with fluids and electrolytes.
Nutrition Supplementation
-
7/30/2019 Chron Disease
23/29
The doctor may recommend nutritional supplements, especially for children whose
growth has been slowed. Special high- calorie liquid formulas are sometimes used forthis purpose. A small number of patients may need to be fed intravenously for a brieftime through a small tube inserted into the vein of the arm. This procedure can help
patients who need extra nutrition tem porarily, those whose intestines need to rest, or
those whose intestines cannot absorb enough nutrition from food. There are no knownfoods that cause Crohns disease. However, when people are suffering a flare in disease,foods such as bulky grains, hot spices, alcohol, and milk products may increase diarrhea
and cramping.
4 Crohns Disease
Surgery
Two-thirds to three-quarters of patients with Crohns disease will require surgery at some point in themedications can no longer control symptoms. Surgery is used either to relieve symptoms that do not
such as blockage, perforation, abscess, or bleeding in the intestine. Surgery to remove part of the intnot a cure. Surgery does not eliminate the disease, and it is not uncom- mon for people with Crohns inflammation tends to return to the area next to where the diseased intestine was removed.
Some people who have Crohns disease in the large intestine need to have their entire colon removedmade in the front of the abdominal wall, and the tip of the ileum, which is located at the end of the sopening, called a stoma, is where waste exits the body. The stoma is about the size of a quarter and is
near the beltline. A pouch is worn over the opening to collect waste, and the patient empties the pouc
to live normal, active lives.
Sometimes only the diseased section of intes tine is removed and no stoma is needed. In this operatiarea and reconnected.
Because Crohns disease often recurs after surgery, people considering surgery should carefully weigtreatments. Surgery may not be appropriate for everyone. People faced with this decision should get
who work with colon surgery patients, called enterostomal therapists; and other patients. Patient advo
gest support groups and other information resources. (See For More Information on page 7 for the na
People with Crohns disease may feel well and be free of symptoms for substantial spans of time whe
medication for long periods of time and occasional hospitaliza- tions, most people with Crohns disea
successfully at home and in society.
5 Crohns Disease
Can diet control Crohns
-
7/30/2019 Chron Disease
24/29
disease?
People with Crohns disease often experi- ence a decrease in appetite, which can affecttheir ability to receive the daily nutrition needed for good health and healing. In addition,
Crohns disease is associated with diarrhea and poor absorption of necessary nutrients.
No special diet has been proven effective for preventing or treating Crohns disease, butit is very important that people who have Crohns disease follow a nutritious diet and
avoid any foods that seem to worsen symptoms. There are no consistent dietary rules to
follow that will improve a persons symptoms.
People should take vitamin supplements only on their doctors advice.
Can stress make Crohns
disease worse?
There is no evidence showing that stress causes Crohns disease. However, people with
Crohns disease sometimes feel increased stress in their lives from having to live with achronic illness. Some people with Crohns disease also report that they experience a flarein disease when they are experiencing a stressful event or situation. There is no type ofperson that is more likely to experience a flare in disease than another when under stress.
For people who find there is a connection between their stress level and a worsening of
their symptoms, using relaxation techniques, such as slow breathing, and taking specialcare to eat well and get enough sleep, may help them feel better.
Is pregnancy safe for women
with Crohns disease?
Research has shown that the course of preg nancy and delivery is usually not impaired in
women with Crohns disease. Even so, women with Crohns disease should discuss thematter with their doctors before preg- nancy. Most children born to women with Crohns
disease are unaffected. Children who do get the disease are sometimes more severely
affected than adults, with slowed growth and delayed sexual development in some cases.
Hope through Research
The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) conducts
and supports research into many kinds of digestive disorders, including Crohns disease.Several clinical trials
are currently evaluating the efficacy and safety of different therapies for the treatment ofCrohns disease.
Participants in clinical trials can play a more active role in their own health care, gain
access to new research treatments before they are widely available, and help others by
contributing to medical research. For information about current studies, visit
www.ClinicalTrials.gov.
-
7/30/2019 Chron Disease
25/29
6 Crohns Disease
For More Information
Crohns & Colitis Foundation of America
386 Park Avenue South, 17th FloorNew York, NY 10016 Phone: 18009322423 or 2126853Internet: www.ccfa.org
Reach Out for Youth with Ileitis and Colitis, Inc. P.O. Box 857 Bellmore, NY 11710Phone: 6312933102 Email: [email protected] Internet: www.reachoutforyouth.orgUnited Ostomy Associations of America, Inc.
P.O. Box 512Northfield, MN 550570512 Phone: 18008260826 Email: [email protected] InterAcknowledgments
Publications produced by the Clearinghouse are carefully reviewed by both NIDDK scientists and ou
Crohns & Colitis Foundation of America.
You may also find additional information about this topic by visiting MedlinePlus at www.medlinepl
This publication may contain information about medications. When prepared, this publication includ
or for questions about any medications, contact the U.S. Food and Drug Administration toll- free at 1
www.fda.gov. Consult your health care provider for more information.
-
7/30/2019 Chron Disease
26/29
U.S. Government does not endorse or favor any specific commercial product or company. Trade, pro
used only because they are considered necessary in the context of the information provided. If a produ
ly that the product is unsatisfactory.
7 Crohns Disease
This publication is not copyrighted. The Clearinghouse encourages users of thispublication to duplicate and distribute as many copies as desired.
This publication is available at www.digestive.niddk.nih.gov.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse
2 Information Way Bethesda, MD 208923570 Phone: 18008915389 TTY: 18665691162 Fax: 7037384929 Email: [email protected] Internet:www.digestive.niddk.nih.gov
The National Digestive Diseases Information Clearinghouse (NDDIC) is a service of the
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). The NIDDKis part of the National Institutes of Health of the U.S. Department of Health and HumanServices. Established in 1980, the Clearinghouse provides information about digestive
diseases to people with digestive disorders and to their families, health care professionals,
and the public. The NDDIC answers inquiries, develops and distributes publications, andworks closely with professional and patient organizations and Government agencies to
coordinate resources about digestive diseases.
-
7/30/2019 Chron Disease
27/29
ByGugum Indra FirdausCrohns diseaseatau kalau dalam bahasa Indonesia disebut Penyakit Crohnsadalah sebuah penyakit di mana terjadi inflamasi (peradangan) pada salurancerna sehingga mempengaruhi saluran cerna. Penyakit Crohns ini menyebabkanperadangan dan pembengkakan pada saluran pencernaan dan paling umummempengaruhi ileum (bagian dari usus kecil), namun, pennyakit ini dapat pulaterjadi pada seluruh saluran pencernaan dari mulut samapi ke anus.
Walaupun dikatakan dalam beberapa literatur bahwa Crohns Disease merupakanpenyakit yang dapat diderita seumur hidup dan tidak jelas sebabnya, namunterdapat berbagai macam metode penanganan dan terapi yang efektif bagi
kebanyakan orang dalam mengendalikan gejala yang mereka rasakan.
Gejala dan Penyebab Penyakit Crohns (Crohns Disease)Terjadinya inflamasi (peradangan) dari saluran cerna karena Crohns diseasemengakibatkan banyak gejala yang tidak mengenakan penderita, seperti rasanyeri di daerah perut dan diare yang sering menyebabkan dehidrasi beratsehingga membahayakan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan malnutrisi yangdapat disebabkan malabsorbsi yang mana terjadi ketidakmampuan dalammenyerap nutrisi. Bahkan hal ini juga dapat menyebabkan kehilangan proteinusus.
Seseorang dengan Crohns disease sering mengalami kehilangan nafsu makandan kebiasaan makan yang tidak baik sehingga mereka kekurangan gizi.
Sementara itu penyebab pasti dari Crohns disease ini masih merupakan misteriyang belum terpecahkan di kalangan ilmuan dan peneliti khususnya di bidangkesehatan. Ada suatu hasil penelitian empiris yang mengatakan bahwa mungkinsaja reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri yang salah
http://www.youtube.com/user/FansReviewshttp://www.youtube.com/user/FansReviewshttp://www.youtube.com/user/FansReviewshttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://3.bp.blogspot.com/_mpZK31vpKsY/TUbtzFgvQJI/AAAAAAAAAMQ/NR4hzbPawr4/s1600/crohn's-disease.jpghttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://www.youtube.com/user/FansReviews -
7/30/2019 Chron Disease
28/29
menginterpretasikan atau merespon secara berlebihan terhadap apa yangdialami tubuhnya.
Respon sistem kekebalan tubuh ini menyebabkan peningkatan kadar sel-selradang (dalam hal ini sel darah putih) di usus, sehingga terjadi proses
peradangan yang bersifat kronik yang akhirnya mengakibatkan kerusakan darimukosa usus dan ulserasi usus, akan tetapi, penelitian tersebut juga belummemastikan apakah reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh itulah yangmenyebabkan crohns disease atau justru sebaliknya inflamasi tersebutlah yangdisebabkan oleh penyakit crohns. Beberapa penelitian juga mengatakan bahwakondisi ini dapat disebabkan kelaina genetik atau herediter di mana banyakpenderita yang mempunyai orang tua dengan keluhan serupa.
Penatalaksanaan Crohn DiseaseSampai saat ini belum ada terapi definitif dari penyakit crohns, lha orangpenyebabnya aja belum diketahui pasti, heheTapi pengobatan dapat dilakukanuntuk meringankan gejala yang dialami pasien. Namun, tentunya sesuai denganderajat keparahan dari penyakit itu sendiri. Dalam beberapa kasus, seseorangdapat mengalami remisi jangka panjang dari penyakit ini setelah perawatanmedis yang biasanya terdiri dari pengobatan medis dan operasi (jika diperlukan).
Obat-obatan yang digunakan biasanya adalah obat-obat anti inflamasi gunamengurangi proses inflamasi yang notabene bertanggung jawab terhadap gejala
yang dialami penderita. Akan tetapi, karena banyaknya pertimbangan yang harusdipikirkan dan juga banyaknya macam-macam obat ini, maka dokterlah yangpaling tepat untuk memutuskannya. Selain itu, obat-obat yang dipakai jugamemungkinkan menyebabkan efek serius dan berisiko serta harusdipertimbangkan antara perbandingan keuntungan dan kerugian memilih obat-obat tertentu. Dengan demikian, mungkin antara dokter satu dengan dokterlainnya memiliki pertimbangan khusus yang berbeda untuk menentukan obat
http://drgugum.blogspot.com/2010/12/my-undergraduate-thesis-phyllanthus.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2010/12/my-undergraduate-thesis-phyllanthus.htmlhttp://4.bp.blogspot.com/_mpZK31vpKsY/TUbt-4w4kUI/AAAAAAAAAMU/l15s8cc6PDA/s1600/saluran-cerna.jpghttp://drgugum.blogspot.com/2010/12/my-undergraduate-thesis-phyllanthus.html -
7/30/2019 Chron Disease
29/29
mana yang dipilih.
Dalam kasus Crohns disease yang lebih berat atau ketika usaha pengobatangagal, maka tindakan bedah dapat merupakan pilihan untuk memperbaiki ataumenghilangan bagian yang rusak pada saluran cerna. Kira-kira tiga dari empat
penderita membutuhkan tindakan bedah, tapi biasanya ini juga merupakanusaha untuk mengurangi gejala yang dirasa sangat mengganggu, jadi adakemungkinan penderita akan membutuhkan operasi ke dua bahkan mungkin ketiga atau lebih.
Bagi penderita Crohns disease ini, sangat penting bagi anda untuk mengikutiseluruh rencana pengobatan oleh dokter anda. Selain itu hendaklah andamelakukan check up secara rutin untuk mencegah komplikasi yang lebih seriusyang dapat mengancam kehidupan.
Semoga bermanfaat, saya telah berusaha menghindari istilah medis yang terlaluberat, semata agar dapat dipahami juga oleh khalayak ramai. Terima kasih.
http://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/