chron disease

Upload: moh-sholeh

Post on 04-Apr-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Chron Disease

    1/29

    BAB I

    TINJAUAN KLINIS CROHNS DISEASE

    1.1. DEFINISICrohns disease merupakan penyakit inflamasi kronis

    transmural pada saluran cerna dengan etiologi yang tidak

    diketahui. Crohns disease dapat melibatkan setiap bagian dari

    saluran cerna mulai dari mulut hingga anus tetapi paling sering

    menyerang usus halus dan colon ([1]).

    1.2. ASPEK SEJARAH CROHNS DISEASEKasus Crohns disease pertama kali didokumentasikan dan

    dideskripsikan oleh Morgagni pada tahun 1761. Pada tahun 1931,Dalziel, seorang ahli bedah berkebangsaan Skotlandia,

    mendeskripsikan sembilan kasus penyakit inflamasi saluran cerna.

    Deskripsi mengenai gambaran klinis dan patologis yang terperinci

    mengenai penyakit ini dilakukan oleh Crohn, Ginzburg, dan

    Oppenheimer pada tahun 1932 (1). Meskipun penyakit ini akhirnya

    diberi nama Crohns disease, namun masih belum dibedakan

    secara sempurna dari penyakit colitis ulcerativa hingga tahun 1959([2]).

    Saat ini, diagnosis Crohns disease mencakup aspek klinis,

    radiologis, endoskopis, patologis, dan pemeriksaan spesimen

    faeces. Radiografi dengan menggunakan zat kontras dapat

    menentukan luasnya kelainan, tingkat keparahan dan perjalanan

    penyakit. Pencitraan computed tomography (CT scanning)

    memungkinkan pencitraan potong lintang untuk menentukan

    keterlibatan mural dan ekstramural. Endoskopi memungkinkan

    visualisasi langsung ke mukosa dan memungkinkan pengambilan

    spesimen biopsi untuk kepentingan pemeriksaan histologis.Ultrasonografi and MRI memberikan alternatif pencitraan potong

    lintang terhadap individu-individu yang tidak memungkinkan

    menerima paparan radiasi (2).

    1.3. EPIDEMIOLOGISecara umum Crohns disease merupakan penyakit bedah

  • 7/30/2019 Chron Disease

    2/29

    primer usus halus, dengan insidens sekitar 100.000 kasus per

    tahun. Insidens tertinggi didapatkan di Amerika Utara dan Eropa

    Utara (1). Di Amerika Serikat, dan Eropa Barat insidens Crohns

    disease mencapai 2 kasus per 100.000 populasi, dengan prevalensi

    sekitar 20 40 kasus per 100.000 populasi (2). Dilaporkan bahwatelah terjadi peningkatan insidens Crohns disease secara dramatis

    di Amerika Serikat antara tahun 1950-an hingga 1970-an, untuk

    selanjutnya menjadi stabil pada tahun 1980-an ([3]).

    Menurut jenis kelamin, insidens Crohns disease lebih

    tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dengan

    rasio 1,1 1,8 : 1. Beberapa ahli percaya bahwa distribusi jenis

    kelamin ini berhubungan dengan proses-proses autoimun yang

    terjadi pada Crohns disease(2)

    .Crohns disease mempunyai 2 puncak insidens

    berdasarkan kelompok usia. Puncak insidens pertama adalah pada

    1825 tahun. Puncak usia berikutnya adalah antara 6080 tahun.

    Pada pasien yang berusia lebih muda dari 20 tahun Crohns disease

    lebih banyak menyerang usus halus, sedangkan pada yang berusia

    diatas 40 tahun Crohns disease lebih banyak menyerang colon.

    Penyebab perbedaan lokasi penyakit ini tidak diketahui (2,3).

    Meskipun Crohns disease dapat menyerang setiap bagian

    dari saluran cerna, namun terdapat tiga lokasi primer baik secara

    klinis maupun anatomis yang paling sering, yaitu hanya usus halus

    saja (30%), usus halus bagian distal dan colon (45%), dan hanya

    colon saja (25%). 30% dari seluruh kasus Crohns disease terjadi

    bersamaan dengan penyakit rektal, dan 3350% terjadi bersamaan

    dengan penyakit perianal seperti fisura ani, abses perianal, dan

    fistula perianal (1,2).

    1.4. ETIOLOGI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKOEtiologi dari Crohns disease masih belum diketahui

    (1,2,3,[4]). Terdapat beberapa penyebab potensial yang diperkirakan

    secara bersama-sama menimbulkan Crohns disease, yang paling

    mungkin adalah infeksi, imunologis, dan genetik. Kemungkinan

  • 7/30/2019 Chron Disease

    3/29

    lain adalah faktor lingkungan, diet, merokok, penggunaan

    kontrasepsi oral, dan psikososial. (1,2,3,[5]).

    1.4.1. Faktor InfeksiMeskipun terdapat beberapa agen-agen infeksi yang

    diduga merupakan penyebab potensial Crohns disease, namunterdapat dua agen infeksi yang paling menarik perhatian yaitu

    mycobacteria, khususnya Mycobacterium paratuberculosis dan

    virus measles (1). Infeksi lain yang diperkirakan menjadi penyebab

    Crohns disease adalah Chlamydia, Listeria monocytogenes,

    Pseudomonas sp, dan retrovirus (3).

    1.4.2. Faktor Imunologis

    Kelainan-kelainan imunologis yang telah ditemukan pada

    pasien-pasien dengan Crohns disease mencakup reaksi-reaksiimunitas humoral dan seluler yang menyerang sel-sel saluran

    cerna, yang menunjukkan adanya proses autoimun. Faktor-faktor

    yang diduga berperanan pada respons inflamasi saluran cerna pada

    Crohns disease mencakup sitokin-sitokin, seperti interleukin (IL)-

    1, IL-2, IL-8, dan TNF (tumor necroting factor). Peranan respons

    imun pada Crohns disease masih kontroversial, dan mungkin

    timbul sebagai akibat dari proses penyakit dan bukan merupakan

    penyebab penyakit (1).

    1.4.3. Faktor GenetikFaktor genetik tampaknya memegang peranan penting

    dalam patogenesis Crohns disease, karena faktor risiko tunggal

    terkuat untuk timbulnya penyakit ini adalah adanya riwayat

    keluarga dengan Crohns disease (1). Sekitar 1 dari 5 pasien dengan

    Crohns disease (20%) mempunyai setidaknya satu anggota

    keluarga dengan penyakit yang sama (3). Pada berbagai penelitian

    didapatkan bahwa Crohns disease berhubungan dengan kelainan

    pada gen-genHLA-DR1 danDQw5(2).1.4.4. Faktor-faktor Lain

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI

    merupakan faktor proteksi terhadap timbulnya Crohns disease (3).

    Merokok dan penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko

    timbulnya Crohns disease dan risiko ini meningkat sejalan dengan

  • 7/30/2019 Chron Disease

    4/29

    lamanya penggunaan (2).

    1.5. PATOLOGIStadium dini Crohns disease ditandai dengan limfedema

    obstruktif dan pembesaran folikel-folikel limfoid pada perbatasan

    mukosa dan submukosa. Ulserasi mukosa yang menutupi folikel-folikel limfoid yang hiperplastik menimbulkan pembentukkan

    ulkus aptosa. Pada pemeriksaan mikroskopis, ulkus aptosa terlihat

    sebagai ulkus-ulkus kecil yang berbatas tegas dan tersebar, dengan

    diameter sekitar 3 mm dan dikelilingi oleh daerah eritema. Sebagai

    tambahan, lapisan mukosa menebal sebagai akibat dari inflamasi

    dan edema, dan proses inflamasi tersebut meluas hingga

    melibatkan seluruh lapisan usus (3,5).

    Ulkus aptosa cenderung membesar atau saling bersatu,menjadi lebih dalam dan sering menjadi bentuk linear. Sejalan

    dengan makin buruknya penyakit, dinding usus menjadi semakin

    menebal dengan adanya edema dan fibrosis, dan cenderung

    menimbulkan pembentukkan striktura. Karena lapisan serosa dan

    mesenterium juga mengalami inflamasi, maka lengkungan-

    lengkungan usus menjadi saling menempel. Akibatnya, ulkus-

    ulkus yang telah meluas hingga keseluruhan dinding usus akan

    membentuk fistula antar lengkungan usus yang saling menempel.Tetapi lebih sering terjadi saluran sinus yang berakhir buntu ke

    dalam suatu cavitas abses di dalam ruang peritoneal, mesenterium,

    atau retroperitoneum (5).

    1.6. DIAGNOSIS1.6.1. Anamnesis

    Gambaran klinis umum pada Crohns disease adalah

    demam, nyeri abdomen, diare, dan penurunan berat badan. Diare

    dan nyeri abdomen merupakan gejala utama keterlibatan colon.Perdarahan per rectal lebih jarang terjadi. Keterlibatan usus halus

    dapat berakibat nyeri yang menetap dan terlokalisasi pada kuadran

    kanan bawah abdomen (2,3,5).

    1.6.2. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada kuadran

  • 7/30/2019 Chron Disease

    5/29

    kanan bawah abdomen yang dapat disertai rasa penuh atau adanya

    massa. Pasien juga dapat menderita anemia ringan, leukositosis,

    dan peningkatan LED (2).

    Obstruksi saluran cerna merupakan komplikasi yang

    paling sering terjadi. Pada stadium dini, obstruksi pada ileum yangterjadi akibat edema dan inflamasi bersifat reversibel. Sejalan

    dengan makin memburuknya penyakit, akan terbentuk fibrosis,

    yang berakibat menghilangnya diare yang digantikan oleh

    konstipasi dan obstruksi sebagai akibat penyempitan lumen usus (2).

    Pembentukkan fistula sering terjadi dan menyebabkan

    abses, malabsorpsi, fistula cutaneus, infeksi saluran kemih yang

    menetap, atau pneumaturia. Meskipun jarang, dapat terjadi

    perforasi usus sebagai akibat dari keterlibatan transmural daripenyakit ini (2,3).

    1.6.3. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah x-foto

    polos, x-foto kontras tunggal saluran cerna bagian atas dengan

    follow-though usus halus atau enteroclysis dengan CT, dan

    pemeriksaan kontras ganda usus halus. USG dan MRI dapat

    digunakan sebagai penunjang jika terdapat masalah dengan

    penggunaan kontras.

    Hingga saat ini tidak ada pemeriksaan laboratorium

    spesifik yang berguna dalam diagnosis Crohns disease, atau yang

    berhubungan dengan aktivitas klinis penyakit.

    Pemeriksaan radiologi pada Crohns disease akan dibahas

    lebih lanjut pada Bab II.

    1.7. DIAGNOSIS BANDINGPenyakit-penyakit yang harus dipikirkan sebagai doagnosis

    banding Crohns disease antara lain (2):

    Cholangitis

    Colitis iskemik

    Colitis pseudomembranosa

    Diverticulitis colon

    Tuberculosis gastrointestinalis

  • 7/30/2019 Chron Disease

    6/29

    Colitis ulserativa

    Enteritis infeksiosa

    Colitis infeksiosa

    1.8. PENATALAKSANAAN1.8.1. Terapi Medikamentosa

    Penatalaksanaan medikamentosa Crohns disease dapat

    dibagi menjadi terapi terhadap kekambuhan akut dan terapi

    pemeliharaan. Dalam terapi terhadap kekambuhan akut, pemicu-

    pemicu seperti infeksi yang mendasari, fistula, perforasi, dan

    proses patologi lainnya harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum

    dilakukannya terapi glukokortikoid intravena (2).

    Obat-obatan yang digunakan dalam terapi terapi Crohns

    disease mencakup antibiotika, aminosalisilat, kortikosteroid, danimunomodulator (3).

    Sebagai terapi utama pada kondisi akut, hidrokortison atau

    metilprednisolon intravena sering digunakan sebagai tambahan

    terhadap metronidazole dan pengistirahatan usus. Penggunaan

    terapi steroid terbatas untuk mencapai respons yang cepat dalam

    waktu singkat karena pada penggunaan jangka lama mempunyai

    berbagai efek samping, seperti osteonekrosis, myopati,

    osteoporosis, dan gangguan pertumbuhan. Dapat pula digunakaninhibitor imunitas yang diperantarai sel yaitu cyclosporine secara

    intravena jika pasien menunjukkan respons yang buruk terhadap

    terapi kortikosteroid (2,3).

    Tujuan dari terapi kronis adalah menghilangkan inflamasi

    usus. Aminosalisilat merupakan terapi pilihan karena aktivitas

    antiinflamasinya. Berbagai obat telah digunakan, yang masing-

    masing mempunyai target lokasi yang berbeda pada usus.

    Sulfasalazine dan balsalazide terutama dilepaskan di colon.Dipentum dan Asacol terutama dilepaskan di ileum distal dan

    colon. Pentasa dapat dilepaskan di duodenum hingga colon bagian

    distal, sementara Rowasa secara spesifik digunakan untuk rectum

    dan colon bagian distal (2,3).

    Methotrexate, azathioprine, dan 6-mercaptopurine adalah

  • 7/30/2019 Chron Disease

    7/29

    modulator sistem imun non-steroid yang dapat ditoleransi dengan

    baik. Azathioprine, yang secara non-enzymatis dikonversi di dalam

    tubuh menjadi 6-mercaptopurine, selanjutnya dimetabolisme

    menjadi asam thioinosinic, yang merupakan zat inhibitor sintesa

    purin. Efek samping dari azathioprine and 6-mercaptopurine jarangterjadi dibandingkan dengan steroid (2,3).

    Methotrexate, efektif untuk pasien-pasien yang tidak

    memberikan respons terhadap azathioprine dan 6-mercaptopurine.

    Efek samping utamanya mencakup leukopenia, nyeri pada saluran

    cerna, dan pneumonitis hipersensitivitas (2,3).

    Terapi yang baru adalah Infliximab, Etanercept dan

    CDP571 yang merupakan anti TNF-, yang semakin luas

    dipergunakan dan menunjukkan hasil yang menjanjikan, denganadanya peningkatan tingkat remisi hingga 48% setelah 4 minggu

    terapi dan dengan penutupan fistula secara sempurna pada 55%

    pasien setelah 80 hari pemberian infliximab. Obat-obat lain seperti

    mycophenolate telah dikembangkan untuk menghambat sintesa

    nukleotida guanin dan oleh karena itu menghambat limfosit B dan

    T (2,3).

    1.8.2. Terapi BedahAntara 70 80% pasien dengan Crohns disease

    membutuhkan terapi bedah. Indikasi terapi bedah pada Crohns

    disease mencakup kegagalan terapi medikamentosa dan/atau

    timbulnya komplikasi, seperti obstruksi saluran cerna, perforasi

    usus dengan pembentukan fistula atau abses, perforasi bebas,

    perdarahan saluran cerna, komplikasi-komplikasi urologis, kanker,

    dan penyakit-penyakit perianal (1,2). Terapi bedah pada pasien

    dengan Crohns disease harus ditujukan kepada komplikasinya,

    hanya segmen usus yang terlibat dalam komplikasi saja yang

    direseksi dan tidak boleh lebih luas, untuk menghindari terjadinyashort bowel syndrome(1).

    Anak-anak penderita Crohns disease dengan gejala-gejala

    sistemik seperti gangguan tumbuh-kembang, akan mendapatkan

    keuntungan dengan menjalani terapi bedah reseksi usus. Meskipun

    komplikasi ekstraintestinal Crohns disease bukan merupakan

  • 7/30/2019 Chron Disease

    8/29

    indikasi utama terapi bedah, namun sering mengalami perbaikan

    setelah reseksi usus (1).

    Reseksi segmental usus yang terbukti terlibat penyakit

    yang diikuti dengan anastomosis merupakan prosedur pilihan

    dalam terapi bedah Crohns disease. Alternatif prosedur lain darireseksi segmental dari lesi-lesi yang mengobstruksi adalah

    stricturoplasty. Teknik ini memungkinkan ditinggalkannya daerah

    permukaan usus dan terutama cocok untuk pasien dengan penyakit

    yang menyebar luas dan telah mengalami striktura fibrotik yang

    mungkin telah pernah menjalani operasi sebelumnya dan dalam

    risiko timbulnya short bowel syndrome. Namun teknik

    stricturoplasty mempunyai risiko kekambuhan yang cukup tinggi.

    Prosedur-prosedur bypass usus kadang-kadang perlu dilakukan jikatelah terjadi abses-abses intramesenterial atau jika usus yang sakit

    telah bersatu membentuk massa inflamasi yang padat, yang tidak

    memungkinkan dilakukannya mobilisasi usus. Prosedur bypass

    (gastrojejunostomy) juga digunakan jika telah terjadi striktura

    duodenum, dimana prosedur stricturoplasty maupun reseksi

    segmental sulit dilakukan. Sejak tahun 1990-an, telah dilakukan

    prosedur operasi laparoskopik terhadap pasien-pasien dengan

    Crohns disease, namun hasilnya masih belum memuaskan dan

    teknik operasinya sulit (3).

    1.9. KOMPLIKASIManifestasi ekstraintestinal Crohns disease mencakup

    aptosa oral, ulkus, eritema nodosum, osteomalacia dan anemia

    sebagai akibat dari malabsorpsi kronis; osteonekrosis sebagai

    akibat terapi steroid kronis; pembentukkan batu empedu sebagai

    akibat keterlibatan ileus yang menyebabkan gangguan reabsorpsi

    garam empedu; batu oksalat ginjal sebagai akibat dari penyakit

    colon; pancreatitis sebagai akibat dari terapi sulfasalazine,

    mesalamine, azathioprine atau 6-mercaptopurine; pertumbuhan

    bakteri yang berlebihan rebagai akibat reseksi bedah; dan

    manifestasi-manifestasi lainnya seperti amyloidosis, komplikasi

    tromboembolik, penyakit hepatobiliaris, dan kolangitis sklerosis

    primer (1,2,3,5).

  • 7/30/2019 Chron Disease

    9/29

    1.9.1. Abses

    Abses terbentuk pada sekitar 15 20% pasien dengan

    Crohns disease sebagai akibat dari pembentukkan saluran sinus

    atau sebagai komplikasi pembedahan. Abses dapat ditemukan di

    mesenterium, cavum peritoneal, atau retroperitoneum, atau dilokasi ekstraperitoneal. Lokasi tersering abses retroperitoneal

    adalah fossa ischiorectal, ruang presacral, dan regio iliopsoas.

    Ileum terminal merupakan lokasi tersering sumber abses. Abses

    merupakan salah satu penyebab utama kematian pada Crohns

    disease (2).

    1.9.2. Obstruksi

    Obstruksi terjadi pada 20 30% pasien dengan Crohns

    disease. Pada awal perjalanan penyakit, terlihat adanya obstruksiyang reversibel dan hilang timbul pada saat setelah makan, yang

    disebabkan oleh edema dan spasme usus. Setelah beberapa tahun,

    inflamasi yang menetap ini akan secara bertahap memburuk hingga

    terjadi penyepitan dan striktur lumen akibat fibrostenotik(2).

    1.9.3. Fistula

    Pembentukkan fistula merupakan komplikasi yang sering

    dari Crohns disease pada colon. Komplikasi fistula yang disertai

    abses atau penyakit berat paling sulit ditangani. Hal ini terjadi pada

    pasien dengan Crohns disease. Peranan terapi medikamentosa

    hanyalah untuk mengontrol obstruksi, inflamasi, atau proses-proses

    supuratif sebelum dilakukannya terapi definitif, yaitu pembedahan.

    Perlu dilakukan operasi untuk meng-evakuasi abses dan, jika tidak

    ada kontraindikasi berupa sepsis, dilanjutkan dengan reseksi usus

    yang sakit. Fistula dapat berakibat perforasi usus spontan pada 1

    2% pasien (2).

    1.9.4. Keganasan

    Keganasan saluran cerna merupakan penyebab utamakematian pada Crohns disease. Adenocarcinoma biasanya timbul

    pada daerah-daerah dimana terjadi penyakit kronis. Sayangnya,

    sebagian besar kanker yang berhubungan dengan Crohns disease

    tidak terdeteksi hingga tahap lanjut dan mempunyai prognosis

    yang buruk. Selain keganasan saluran cerna, keganasan

  • 7/30/2019 Chron Disease

    10/29

    ekstraintestinal (misalnya, squamous cell carcinoma pada pasien

    dengan penyakit kronis di daerah perianal, vulva atau rectal) dan

    limfoma Hodgkin atau non-Hodgkin juga terbukti lebih sering

    terjadi pada pasien-pasien dengan Crohns disease (2).

    1.10. PROGNOSISRata-rata timbulnya komplikasi pada pasien dengan

    Crohns disease yang sudah menjalani terapi bedah adalah antara

    15 30%. Komplikasi bedah yang paling sering terjadi adalah

    infeksi luka operasi, pembentukkan abses-abses intraabdominal,

    dan kebocoran anastomosis (1,3).

    Sebagian besar pasien yang telah menjalani reseksi usus

    mengalami kekambuhan penyakit, yaitu 70% dalam waktu 1 tahun

    setelah operasi dan 85% dalam waktu 3 tahun setelah operasi.Kekambuhan klinis ditandai dengan berulangnya gejala-gejala

    Crohns disease. Sekitar pasien membutuhkan operasi ulang

    dalam waktu 5 tahun setelah operasi yang pertama (1,3).

    BAB II PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    PADA CROHNS DISEASE

    2.1. X-FOTOPeranan x-foto polos dalam mengevaluasi Crohns diseaseadalah terbatas. Dua keunggulan utama x-foto polos adalah (1)

    untuk memastikan adanya obstruksi usus dan (2) untuk

    mengevaluasi adanya pneumoperitoneum sebelum dilakukannya

    pemeriksaan radiologis lanjutan. Melalui x-foto polos dapat pula

    diketahui adanya sacroiliitis atau batu ginjal oksalat yang mungkin

    terjadi pada penderita Crohns disease (1,2).

    Pemeriksaan barium enema kontras ganda bermanfaat

    dalam mendiagnosis penyakit inflamasi usus dan untuk

    membedakan antara Crohns disease dengan colitis ulcerativa,

    khususnya pada tahap dini penyakit. Pada pemeriksaan kontras

    ganda, Crohns disease tahap dini ditandai dengan adanya ulkus

    aptosa yang tersebar, yang terlihat sebagai bintik-bintik barium

  • 7/30/2019 Chron Disease

    11/29

    yang dikelilingi oleh edema yang radiolusen. Ulkus-ulkus aptosa

    seringkali terpisah oleh jaringan usus yang normal dan terlihat

    sebagai skip lesions (2,5).

    Gambar 2. 1. Pemeriksaan barium enema kontras ganda padaCrohns disease menunjukkan sejumlah ulkusaptosa

    Gambar 2. 2. Pemeriksaan barium enema kontras ganda pada

    Crohns disease menunjukkan ulserasi, inflamasi, dan

    penyempitan lumen colon kanan.

    Sejalan dengan makin parahnya penyakit, ulkus-ulkus

    yang kecil akan membesar, lebih dalam, dan saling berhubungan

    menjadi ulkus-ulkus yang berbentuk seperti bintang, berpinggiran

    tajam, atau linear. Ulkus-ulkus ini paling sering terlihat di daerah

    ileum terminal disepanjang perbatasan mesenterium. Gambaran ini

    patognomonik dari Crohns disease. Sebagaimana inflamasi

    menembus lapisan submukosa dan muskularis, ulkus-ulkus

    tersebut terpisah satu sama lain oleh edema pada dinding usus dan

    pada pemeriksaan dengan kontras terlihat gambaran pola-pola

    cobblestone atau nodular, yaitu pengisian kontras pada lekukan

    ulkus yang terlihat radioopaque dikelilingi mukosa usus yang

    radiolusen (2,5).

    Gambar 2. 3. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan

    fokus pada ileum terminalis memperlihatkan

    ulserasi linear, longitudinal dan transversal yang

    membentuk cobblestone appearance.

    Kadang-kadang terjadi inflamasi transmural yang

    berakibat pengecilan diameter lumen usus dan distensinya menjadi

    terbatas. Hal ini tampak sebagai string sign (2,5).

  • 7/30/2019 Chron Disease

    12/29

    Gambar 2. 4. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan

    fokus pada ileum terminalis memperlihatkan

    beberapa penyempitan dan striktura, yang

    memberikan gambaran string sign.

    Gambar 2. 5. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan

    fokus pada ileum terminalis memperlihatkan

    gambaran string sign.

    Ulkus Aptoid dapat terdeteksi melalui pemeriksaan barium

    enema pada 25 50% pasien dengan Crohns disease. Secara

    umum, didapatkan hasil negatif palsu sebanyak 18 20% kasus.Akan tetepi, barium enema mempunyai akurasi sebesar 95% dalam

    membedakan antara Crohns disease dengan colitis ulserativa (2).

    2.2. CT-SCANPeranan pencitraan CT dalam evaluasi Crohns disease

    telah diterima secara luas. Kemampuan CT untuk mencitrakan

    keterlibatan usus dan patologi ekstraluminal (misalnya, abses,

    obstruksi, fistula) membuatnya menjadi cara pencitraan yang

    penting. Hasil pencitraan CT pada Crohns disease tahap diniadalah penebalan dinding usus, yang biasanya melibatkan usus

    halus bagian distal dan colon, meskipun setiap segmen pada

    saluran cerna dapat terlibat. Biasanya, penebalan dinding usus

    mencapai 515 mm (2,5).

    Gambar 2. 6. Gambaran CT Scan pada pasien dengan Crohns

    disease, tampak penebalan dinding ileum dan

    inflamasi mesenterium.

    Ulserasi pada mukosa dapat terdeteksi pada potongan tipis

    CT. dapat pula terlihat adanya lilitan mesenterium, penebalan

    lapisan lemak mesenterium, adenopati lokal, fistula, dan abses (2,5).

  • 7/30/2019 Chron Disease

    13/29

    Gambar 2. 7. CT scan pada Crohns disease menunjukkan

    penebalan dinding usus halus, dan inflamasi dan

    adenopati pada mesenterium.

    Edema atau inflamasi jaringan lemak mesenterium

    menimbulkan peningkatan hilangnya densitas lemak, yang disebut

    hazy fatpada CT. Inflammasi atau fibrosis jaringan lemak yang

    lebih besar menimbulkan menghilangnya densitas pita linear

    jaringan lunak yang melintasi mesenterium. Pada CT, sebuah

    massa yang berbatas kabur dengan densitas campuran dapat

    menunjukkan adanya flegmon atau tahap dini pembentukan abses.

    Pembesaran kelenjar limfe biasanya terlihat proksimal terhadapdinding usus disepanjang sisi mesenterium (2,5).

    Pada CT scan, abses-abses terlihat sebagai massa

    berbentuk bulat atau oval dengan densitas rendah, berbatas jelas,

    dan seringkali multilokus. Terlihatnya gambaran gelembung-

    gelembung gas menunjukkan adanya hubungan fistula dengan usus

    atau, lebih jarang, timbul dari infeksi oleh mikroorganisme yang

    menghasilkan gas (2).

    Gambar 2. 8. CT scan pada Crohns disease menunjukkan

    penebalan dinding colon kanan dengan inflamasi

    pada jaringan lemak mesenterium yang

    berhubungan.

    Gambar 2. 9. CT scan pada Crohns disease fase kronismenunjukkan penebalan dinding colon kanan tanpa

    inflamasi pada jaringan lemak mesenterium yang

    berhubungan, dan sejumlah besar proliferasi lemak

    disekeliling colon kanan yang memisahkan colon

    dari keseluruhan usus, sehingga disebut creeping

  • 7/30/2019 Chron Disease

    14/29

    fat.

    CT Scan merupakan prosedur radiologis pilihan pertama

    pada pasien-pasien dengan gejala-gejala akut Crohns disease.Kemampuan CT Scan dalam mencitrakan dinding usus, organ-

    organ abdomen yang lokasinya berdekatan dengan usus,

    mesenterium dan retroperitoneum membuatnya lebih unggul

    terhadap pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras

    barium dalam mendiagnosis komplikasi-komplikasi yang

    menyertai Crohns disease. CT Scan dapat secara langsung

    menunjukkan penebalan dinding usus, edema mesenterika,

    limfadenopati, phlegmon dan abses. Sensitivitas CT Scan untuk

    Crohns disease adalah sekitar 71% (2).CT Scan tidak hanya merupakan prosedur diagnostik

    terpilih, tetapi dapat pula digunakan dalam penatalaksanaan abses,

    yaitu melalui prosedur CT-guided percutaneous abscess drainage,

    yang telah menampakkan hasil yang sangat memuaskan (2).

    2.3. MRISecara tradisional, MRI hanya memberikan manfaat yang

    terbatas dalam pemeriksaan abdomen karena banyaknya artefak

    yang bergerak. Dengan adanya peningkatan gradien dan pencitraandengan menahan napas telah memungkinkan pencitraan MRI

    terhadap abdomen dan pelvis pada sebagian besar pasien. Serbagai

    tambahan, untuk mencapai pencitraan yang optimal dengan MRI

    seringkali membutuhkan penggunaan sejumlah besar volume zat

    kontras positif atau negatif yang diberikan baik secara oral atau

    melalui selang nasojejunal atau rectal. Akan tetapi, pasien dengan

    penyakit akut mungkin tidak dapat men-toleransi pemberian

    sejumlah besar cairan per oral. Jika terjadi distensi usussuboptimal, akan terjadi gangguan dalam mendeteksi segmen-

    segmen usus yang ter-inflamasi (2).

    Secara tradisional, MRI dapat mengevaluasi komplikasi-

    komplikasi anorectal Crohns disease dengan baik. MRI dengan

    teknik regular fast spin-echo,dapat mendeteksi adanya fistula,

  • 7/30/2019 Chron Disease

    15/29

    saluran sinus, dan abses pada regio anorectal (2,5).

    Saluran sinus dan fistula sering terlihat hiperintense pada

    pencitraan T1-weighteddan hiperintense pada T2-weightedkarena

    kandungan cairannya. Dengan supresi lemak, sinyal cairan dapat

    di-intensifikasi dan dengan mudah terlihat hiperintense padapencitraan T2-weighted. Suatu abses sering terlihat sebagai

    pengumpulan yang terisolasi dari daerah-daerah dengan intensitas

    sinyal tinggi (high-signal-intensity areas) pada pencitraan T2-

    weighted, khususnya pada fossa ischioanal (2)

    Parameter-parameter penyakit aktif mencakup penebalan

    dinding, proliferasi fibrosa dan lemak, dan enhancement dinding

    usus dengan zat kontras gadolinium-based. Selama fase inflamasi

    aktif, enhancement gadolinium dinding usus dapat pula terlihatpada pencitraan T2-weighted, dan dapat dengan mudah dibedakan

    dari usus yang normal. Pola enhancementdideskripsikan oleh Koh

    et al sebagai berlapis-lapis dan spesifik untuk Crohns disease (2,)

    Gambar 2. 10. Pencitraan MRI pada pasien dengan Crohns

    disease menunjukkan penebalan dinding

    colon kanan dengan peningkatan sinyal

    intramural pada pencitraan T1-weighted. Hal

    ini dipercaya sebagai gambaran adanya

    deposisi lemak intramural.

    Gadolinium-enhanced spoiled gradient-echo MRI

    mempunyai sensitivitas sekitar 85 89%, spesifisitas sekitar 96

    94%, dan akurasi sekitar 94 91% untuk mendeteksi penyakit

    akut. Sementara single-shot fast spin-echo MRI mempunyaisensitivitas sekitar 51 52%, spesifisitas sekitar 98 96%, dan

    akurasi sekitar 83 84%. Hasil positif palsu paling sering terjadi

    jika terdapat enhancement gadolinium tanpa adanya penebalan

    usus. Hasil negatif palsu paling sering terjadi jika terdapat distensi

    usus yang suboptimal (2)

  • 7/30/2019 Chron Disease

    16/29

    2.4. USGHasil pemeriksaan USG mempunyai variabilitas yang

    tinggi, yang tergantung pada keahlian pemeriksa dalam mendeteksi

    perubahan-perubahan pada dinding usus.

    USG dapat menjadi alternatif dari CT Scan dalammengevaluasi manifestasi-manifestasi intra dan ekstra luminal dari

    Crohns disease. Dinding saluran cerna yang normal terlihat

    sebagai 5 konsentris dari lapisan-lapisan echogenic dan

    hypoechoic yang berseang-seling; gambaran ini dikenal sebagai

    the gut signature. Dinding saluran cerna yang normal

    mempunyai ketebalan kurang dari 5 mm (2,)

    Pada kasus Crohns disease aktif, ketebalan dinding usus

    berkisar antara 5 mm hingga 2 cm dengan gambaran lapisan-lapisan yang menghilang sebagian atau seluruhnya, yang

    merefleksikan adanya edema transmural, inflamasi, atau fibrosis.

    Jika terjadi inflamasi yang hebat, dinding usus akan tampak

    hypoechoic merata dengan garis hyperechoic ditengahnya yang

    berhubungan dengan penyempitan lumen. Gerakan peristalsis

    menurun atau menghilang, dan segmen usus yang sakit tidak dapat

    dikompresi dan kaku dengan hilangnya haustra (2).

    Gambar 2. 11. A dan B, hasil pencitraan USG pada pasien dengan

    Crohns disease, terlihat adanya penebalan

    dinding usus yang hypoechoic, hilangnya gut

    signature, dan garis hyperechoic yangmenunjukkan penyempitan lumen usus.

    USG dapat mencitrakan adanya ballooning dari segmen-segmen yang tidak terlibat, yang terlihat sebagai kantung-kantung

    fokal. Hasil pemeriksaan ini merefleksikan skip lesions pada

    Crohns disease. Akurasi USG dapat ditingkatkan dengan

    menggunakan pencitraan berwarna Doppler, yang dapat

    bermanfaat dalam mendeteksi dinding usus yang hiperemis atau

  • 7/30/2019 Chron Disease

    17/29

    terinflamasi selama fase aktif penyakit (2).

    Dengan adanya inflamasi transmural, terjadilah edema and

    fibrosis dari mesenterium yang berhubungan, berakibat adanya

    proyeksi jaringan lemak mesenterium yang terlihat seperti jari-jari

    yang mencengkram permukaan serosa usus. Pada ultrasonogram,gambaran ini tampak sebagai massa yang hyperechoic, yang secara

    klasik terlihat pada batas cephalic ileum terminal. Dengan penyakit

    yang telah berlangsung lama, gambaran ini akan terlihat lebih

    heterogen atau bahkan hypoechoic (2).

    2.5. RADIONUKLIRLeukosit yang diberi penanda technetium-99m-HMPAO

    atau indium-111 dapat digunakan untuk menentukan inflamasi

    aktif usus pada inflammatory bowel disease. Dibandingkan denganpenanda 111In, penanda 99mTc HMPAO mempunyai karakteristik

    pencitraan yang lebih baik dan dapat lebih cepat dicitrakan segera

    setelah injeksinya. Akan tetapi, biasanya pencitraan harus

    dilakukan dalam waktu beberapa jam setelah injeksi leukosit

    berlabel 99mTc HMPAO sebagaimana telah terjadi ekskresi normal

    ke usus, tidak seperti leukosit berlabel 111In, yang tidak mempunyai

    ekskresi ke usus (2).

    Molnar dkk menemukan bahwa pencitraan leukositberlabel 99mTc HMPAO pada Crohns disease yang aktif

    mempunyai sensitivitas 76,1% dan spesifisitas 91,0%, dan lebih

    baik dalam mendeteksi aktivitas inflamasi segmental dibandingkan

    dengan CT Scan, sementara CT Scan lebih unggul dalam

    mendeteksi adanya komplikasi (2).

    Positif palsu dapat terlihat pada perdarahan saluran cerna,

    tertelannya leukosit (misalnya, dari uptake yang berhubungan

    dengan sinusitis atau nasogastric tubes), atau aktivitas yang

    berhubungan dengan pelepasan enteric tubes. Sebagai tambahan,

    uptake leukosit tidak spesifik untuk Crohns disease dan akan

    terlihat pada sebagian besar proses-proses infeksius atau inflamasi

    usus (2).

  • 7/30/2019 Chron Disease

    18/29

    DAFTAR PUSTAKA

    [1]. Sabiston. Textbook of Surgery. 17th ed. Ch. 43. WB Saunders.

    Philadelphia. 2002. pp 88895.

    [2]. Yung-Hsin C. Crohn Disease. 2004.

    http://www.emedicine.com/radio/topic197.htm[ONLINE]

    [3]. Kodner IJ, Fry RD, Fleshman JW, Birnbaum EH, Read TE.

    Colon, Rectum, and Anus. Schwartz Principles of Surgery. 7th

    Ed. Vol. 2. Ch. 26. McGraw-Hill. Singapore. pp 131828.[4]. Crohns Disease.

    http://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htm

    [ONLINE]

    [5]. Taveras JM, Kelvin FM. Crohns Disease. Radiology on CD-

    ROM. Lippincott-Raven. Philadelphia-Pennsylvania.

    Crohns Disease

    U.S. Department of Health and Human Services

    http://www.emedicine.com/radio/topic197.htmhttp://www.emedicine.com/radio/topic197.htmhttp://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htmhttp://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htmhttp://seniorhealth.about.com/cs/digestivetract/a/crohns.htmhttp://www.emedicine.com/radio/topic197.htm
  • 7/30/2019 Chron Disease

    19/29

    What is Crohns disease?

    Crohns disease is an ongoing disorder that causes inflammation of the digestive tract,also referred to as the gastrointestinal (GI) tract. Crohns disease can affect any area of

    the GI tract, from the mouth to the anus, but it most commonly affects the lower part of

    the small intestine, called the ileum. The swelling extends deep into the lining of theaffected organ. The swelling can cause pain and can make the intestines empty fre-

    quently, resulting in diarrhea.

    Crohns disease is an inflammatory bowel disease, the general name for diseases that

    cause swelling in the intestines. Because the symptoms of Crohns disease are similar to

    other intestinal disorders, such as irritable bowel syndrome and ulcerative colitis, it canbe difficult to diagnose. Ulcerative colitis causes inflammation and ulcers in the top layer

    of the lining of the large intestine. In Crohns disease, all layers of the intestine may be

    involved, and normal healthy bowel can be found between sections of diseased bowel.

    Crohns disease affects men and women equally and seems to run in some families.

    About 20 percent of people with Crohns disease have a blood relative with some form ofinflammatory bowel disease, most often a brother or sister and sometimes a parent or

    child. Crohns disease can occur in people of all age groups, but it is more often

    diagnosed in people between the ages of 20 and 30. People of Jewish heritage have anincreased risk of developing Crohns disease, and

    NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH

    The digestive system

    African Americans are at decreased risk for developing Crohns disease.

    Crohns disease may also be called ileitis or enteritis.

    What causes Crohns

    disease?

    Several theories exist about what causes Crohns disease, but none have been proven.

    The human immune system is made from cells and different proteins that protect people

    from infection. The most popular theory is that the bodys immune system reacts

    abnormally in people with Crohns disease, mistaking bacteria, foods, and other

    National Digestive Diseases Information Clearinghouse

    substances for being foreign. The immune systems response is to attack these invad-

    ers. During this process, white blood cells accumulate in the lining of the intestines,

  • 7/30/2019 Chron Disease

    20/29

    producing chronic inflammation, which leads to ulcerations and bowel injury.

    Scientists do not know if the abnormality in the functioning of the immune system inpeople with Crohns disease is a cause, or a result, of the disease. Research shows thatthe inflammation seen in the GI tract of people with Crohns disease involves several

    factors: the genes the patient has inherited, the immune system itself, and the environment. Foreign substances, also referred to as antigens, are found in the environment. One

    possible cause for inflammation may

    be the bodys reaction to these antigens, or that the antigens themselves are the cause for

    the inflammation. Scientists have found that high levels of a protein produced by the

    immune system, called tumor necrosis factor (TNF), are present in people with Crohnsdisease.

    What are the symptoms?

    The most common symptoms of Crohns disease are abdominal pain, often in the lower

    right area, and diarrhea. Rectal bleed ing, weight loss, arthritis, skin problems, and fevermay also occur. Bleeding may be seri ous and persistent, leading to anemia. Chil dren

    with Crohns disease may suffer delayed development and stunted growth. The range andseverity of symptoms varies.

    How is Crohns disease

    diagnosed?

    A thorough physical exam and a series of tests may be required to dia gnose Crohns

    disease.

    Blood tests may be done to check for ane mia, which could indicate bleeding in the

    intestines. Blood tests may also uncover a high white blood cell count, which is a sign ofinflammation somewhere in the body. By testing a stool sample, the doctor can tell if

    there is bleeding or infection in the intestines.

    The doctor may do an upper GI series to look at the small intestine. For this test, theperson drinks barium, a chalky solu tion that coats the lining of the small intes tine,before x rays are taken. The barium shows up white on x-ray film, revealing

    inflammation or other abnormalities in the intestine. If these tests show Crohns disease,more x rays of both the upper and lower digestive tract may be necessary to see how

    much of the GI tract is affected by the disease.

    The doctor may also do a visual exam of the colon by performing either a sigmoidoscopy

    or a colonoscopy. For both of these tests, the doctor inserts a long, flexible, lighted tubelinked to a computer and TV monitor into the anus. A sigmoidoscopy allows the doctor to

    examine the lining of the lower part of the large intestine, while a colonoscopy allows the

    doctor to examine the lining of the entire large intestine. The doctor will be able to seeany inflammation or bleeding during either

  • 7/30/2019 Chron Disease

    21/29

    2 Crohns Disease

    of these exams, although a colonoscopy is usually a better test because the doctor can see the entire lainvolves taking a sample of tissue from the lining of the intes tine to view with a microscope.

    What are the complications

    of Crohns disease?

    The most common complication is blockage of the intestine. Blockage occurs because the disease ten

    tissue, narrow- ing the passage. Crohns disease may also cause sores, or ulcers, that tunnel through tbladder, vagina, or skin. The areas around the anus and rectum are often involved. The tunnels, called

    a common complication and often become infected. Sometimes fistulas can be treated with medicine

    addition to fistulas, small tears called fissures may develop in the lining of the mucus membrane of th

    Nutritional complications are common in Crohns disease. Deficiencies of proteins, calories, and vita

    caused by inad equate dietary intake, intestinal loss of protein, or poor absorption, also referred to as

    Other complications associated with Crohns disease include arthritis, skin problems, inflammation in

    diseases of the liver and biliary system. Some of these prob lems resolve during treatment for diseas

    in the digestive system, but some must be treated separately.

    What is the treatment for

    Crohns disease?

    Treatment may include drugs, nutrition supplements, surgery, or a combination of these options. Thcorrect nutri tional deficiencies, and relieve symptoms like abdominal pain, diarrhea, and rectal blee

    disease by lowering the number of times a person experiences a recur- rence, but there is no cure. and severity of disease, complications, and the persons response to previous medical treat- ments wh

    Some people have long periods of remission, sometimes years, when they are free of symp toms. Hoa persons lifetime.

    This changing pattern of the disease means one cannot always tell when a treatment has helped. Pred

    will return is not possible.

    Someone with Crohns disease may need medical care for a long time, with regular doctor visits to m

    Drug Therapy

    Anti-inflammation drugs. Most people are first treated with drugs containing mesala mine, a subst

    the most commonly used of these drugs. Patients who do not benefit from it or who cannot tolerate it

  • 7/30/2019 Chron Disease

    22/29

    generally known as 5-ASA agents,

    3 Crohns Disease

    such as Asacol, Dipentum, or Pentasa. Pos sible side effects of mesalamine-containing

    drugs include nausea, vomiting, heartburn, diarrhea, and headache.

    Cortisone or steroids. Cortisone drugs and steroidscalled corticosteriodsprovide

    very effective results. Prednisone is a common generic name of one of the drugs in thisgroup of medications. In the beginning, when the disease is at its worst, prednisone is

    usually prescribed in a large dose. The dosage is then lowered once symptoms have been

    controlled. These drugs can cause serious side effects, includ ing greater susceptibility to

    infection.

    Immune system suppressors. Drugs that suppress the immune system are also used totreat Crohns disease. Most commonly prescribed are 6-mercaptopurine or a related drug,azathioprine. Immunosuppressive agents work by blocking the immune reac tion that

    contributes to inflammation. These drugs may cause side effects like nausea, vomiting,

    and diarrhea and may lower a per- sons resistance to infection. When patients are treatedwith a combination of corticoster oids and immunosuppressive drugs, the dose of

    corticosteroids may eventually be lowered. Some studies suggest that immunosuppres

    sive drugs may enhance the effectiveness of corticosteroids.

    Infliximab (Remicade). This drug is the first of a group of medications that blocks the

    bodys inflammation response. The U.S. Food and Drug Administration approved thedrug for the treatment of moderate to severe Crohns disease that does not respond to

    standard therapies (mesalamine substances, corticosteroids, immunosuppressive agents)and for the treatment of open, draining fistu las. Infliximab, the first treatment approved

    specifically for Crohns disease, is an anti- TNF substance. Additional research will need

    to be done in order to fully understand the range of treatments Remicade may offer tohelp people with Crohns disease.

    Antibiotics. Antibiotics are used to treat bacterial overgrowth in the small intestine

    caused by stricture, fistulas, or prior surgery. For this common problem, the doctor may

    prescribe one or more of the following antibiotics: ampicillin, sulfonamide, cepha

    losporin, tetracycline, or metronidazole.

    Antidiarrheal and fluid replacements.

    Diarrhea and crampy abdominal pain are often relieved when the inflammation sub

    sides, but additional medication may also be necessary. Several antidiarrheal agents couldbe used, including diphenoxylate, loper amide, and codeine. Patients who are dehy

    drated because of diarrhea will be treated with fluids and electrolytes.

    Nutrition Supplementation

  • 7/30/2019 Chron Disease

    23/29

    The doctor may recommend nutritional supplements, especially for children whose

    growth has been slowed. Special high- calorie liquid formulas are sometimes used forthis purpose. A small number of patients may need to be fed intravenously for a brieftime through a small tube inserted into the vein of the arm. This procedure can help

    patients who need extra nutrition tem porarily, those whose intestines need to rest, or

    those whose intestines cannot absorb enough nutrition from food. There are no knownfoods that cause Crohns disease. However, when people are suffering a flare in disease,foods such as bulky grains, hot spices, alcohol, and milk products may increase diarrhea

    and cramping.

    4 Crohns Disease

    Surgery

    Two-thirds to three-quarters of patients with Crohns disease will require surgery at some point in themedications can no longer control symptoms. Surgery is used either to relieve symptoms that do not

    such as blockage, perforation, abscess, or bleeding in the intestine. Surgery to remove part of the intnot a cure. Surgery does not eliminate the disease, and it is not uncom- mon for people with Crohns inflammation tends to return to the area next to where the diseased intestine was removed.

    Some people who have Crohns disease in the large intestine need to have their entire colon removedmade in the front of the abdominal wall, and the tip of the ileum, which is located at the end of the sopening, called a stoma, is where waste exits the body. The stoma is about the size of a quarter and is

    near the beltline. A pouch is worn over the opening to collect waste, and the patient empties the pouc

    to live normal, active lives.

    Sometimes only the diseased section of intes tine is removed and no stoma is needed. In this operatiarea and reconnected.

    Because Crohns disease often recurs after surgery, people considering surgery should carefully weigtreatments. Surgery may not be appropriate for everyone. People faced with this decision should get

    who work with colon surgery patients, called enterostomal therapists; and other patients. Patient advo

    gest support groups and other information resources. (See For More Information on page 7 for the na

    People with Crohns disease may feel well and be free of symptoms for substantial spans of time whe

    medication for long periods of time and occasional hospitaliza- tions, most people with Crohns disea

    successfully at home and in society.

    5 Crohns Disease

    Can diet control Crohns

  • 7/30/2019 Chron Disease

    24/29

    disease?

    People with Crohns disease often experi- ence a decrease in appetite, which can affecttheir ability to receive the daily nutrition needed for good health and healing. In addition,

    Crohns disease is associated with diarrhea and poor absorption of necessary nutrients.

    No special diet has been proven effective for preventing or treating Crohns disease, butit is very important that people who have Crohns disease follow a nutritious diet and

    avoid any foods that seem to worsen symptoms. There are no consistent dietary rules to

    follow that will improve a persons symptoms.

    People should take vitamin supplements only on their doctors advice.

    Can stress make Crohns

    disease worse?

    There is no evidence showing that stress causes Crohns disease. However, people with

    Crohns disease sometimes feel increased stress in their lives from having to live with achronic illness. Some people with Crohns disease also report that they experience a flarein disease when they are experiencing a stressful event or situation. There is no type ofperson that is more likely to experience a flare in disease than another when under stress.

    For people who find there is a connection between their stress level and a worsening of

    their symptoms, using relaxation techniques, such as slow breathing, and taking specialcare to eat well and get enough sleep, may help them feel better.

    Is pregnancy safe for women

    with Crohns disease?

    Research has shown that the course of preg nancy and delivery is usually not impaired in

    women with Crohns disease. Even so, women with Crohns disease should discuss thematter with their doctors before preg- nancy. Most children born to women with Crohns

    disease are unaffected. Children who do get the disease are sometimes more severely

    affected than adults, with slowed growth and delayed sexual development in some cases.

    Hope through Research

    The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) conducts

    and supports research into many kinds of digestive disorders, including Crohns disease.Several clinical trials

    are currently evaluating the efficacy and safety of different therapies for the treatment ofCrohns disease.

    Participants in clinical trials can play a more active role in their own health care, gain

    access to new research treatments before they are widely available, and help others by

    contributing to medical research. For information about current studies, visit

    www.ClinicalTrials.gov.

  • 7/30/2019 Chron Disease

    25/29

    6 Crohns Disease

    For More Information

    Crohns & Colitis Foundation of America

    386 Park Avenue South, 17th FloorNew York, NY 10016 Phone: 18009322423 or 2126853Internet: www.ccfa.org

    Reach Out for Youth with Ileitis and Colitis, Inc. P.O. Box 857 Bellmore, NY 11710Phone: 6312933102 Email: [email protected] Internet: www.reachoutforyouth.orgUnited Ostomy Associations of America, Inc.

    P.O. Box 512Northfield, MN 550570512 Phone: 18008260826 Email: [email protected] InterAcknowledgments

    Publications produced by the Clearinghouse are carefully reviewed by both NIDDK scientists and ou

    Crohns & Colitis Foundation of America.

    You may also find additional information about this topic by visiting MedlinePlus at www.medlinepl

    This publication may contain information about medications. When prepared, this publication includ

    or for questions about any medications, contact the U.S. Food and Drug Administration toll- free at 1

    www.fda.gov. Consult your health care provider for more information.

  • 7/30/2019 Chron Disease

    26/29

    U.S. Government does not endorse or favor any specific commercial product or company. Trade, pro

    used only because they are considered necessary in the context of the information provided. If a produ

    ly that the product is unsatisfactory.

    7 Crohns Disease

    This publication is not copyrighted. The Clearinghouse encourages users of thispublication to duplicate and distribute as many copies as desired.

    This publication is available at www.digestive.niddk.nih.gov.

    National Digestive Diseases Information Clearinghouse

    2 Information Way Bethesda, MD 208923570 Phone: 18008915389 TTY: 18665691162 Fax: 7037384929 Email: [email protected] Internet:www.digestive.niddk.nih.gov

    The National Digestive Diseases Information Clearinghouse (NDDIC) is a service of the

    National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). The NIDDKis part of the National Institutes of Health of the U.S. Department of Health and HumanServices. Established in 1980, the Clearinghouse provides information about digestive

    diseases to people with digestive disorders and to their families, health care professionals,

    and the public. The NDDIC answers inquiries, develops and distributes publications, andworks closely with professional and patient organizations and Government agencies to

    coordinate resources about digestive diseases.

  • 7/30/2019 Chron Disease

    27/29

    ByGugum Indra FirdausCrohns diseaseatau kalau dalam bahasa Indonesia disebut Penyakit Crohnsadalah sebuah penyakit di mana terjadi inflamasi (peradangan) pada salurancerna sehingga mempengaruhi saluran cerna. Penyakit Crohns ini menyebabkanperadangan dan pembengkakan pada saluran pencernaan dan paling umummempengaruhi ileum (bagian dari usus kecil), namun, pennyakit ini dapat pulaterjadi pada seluruh saluran pencernaan dari mulut samapi ke anus.

    Walaupun dikatakan dalam beberapa literatur bahwa Crohns Disease merupakanpenyakit yang dapat diderita seumur hidup dan tidak jelas sebabnya, namunterdapat berbagai macam metode penanganan dan terapi yang efektif bagi

    kebanyakan orang dalam mengendalikan gejala yang mereka rasakan.

    Gejala dan Penyebab Penyakit Crohns (Crohns Disease)Terjadinya inflamasi (peradangan) dari saluran cerna karena Crohns diseasemengakibatkan banyak gejala yang tidak mengenakan penderita, seperti rasanyeri di daerah perut dan diare yang sering menyebabkan dehidrasi beratsehingga membahayakan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan malnutrisi yangdapat disebabkan malabsorbsi yang mana terjadi ketidakmampuan dalammenyerap nutrisi. Bahkan hal ini juga dapat menyebabkan kehilangan proteinusus.

    Seseorang dengan Crohns disease sering mengalami kehilangan nafsu makandan kebiasaan makan yang tidak baik sehingga mereka kekurangan gizi.

    Sementara itu penyebab pasti dari Crohns disease ini masih merupakan misteriyang belum terpecahkan di kalangan ilmuan dan peneliti khususnya di bidangkesehatan. Ada suatu hasil penelitian empiris yang mengatakan bahwa mungkinsaja reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri yang salah

    http://www.youtube.com/user/FansReviewshttp://www.youtube.com/user/FansReviewshttp://www.youtube.com/user/FansReviewshttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://3.bp.blogspot.com/_mpZK31vpKsY/TUbtzFgvQJI/AAAAAAAAAMQ/NR4hzbPawr4/s1600/crohn's-disease.jpghttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/01/asap-tembakau-berwarna-biru.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2011/02/apa-yang-dimaksud-crohns-disease.htmlhttp://www.youtube.com/user/FansReviews
  • 7/30/2019 Chron Disease

    28/29

    menginterpretasikan atau merespon secara berlebihan terhadap apa yangdialami tubuhnya.

    Respon sistem kekebalan tubuh ini menyebabkan peningkatan kadar sel-selradang (dalam hal ini sel darah putih) di usus, sehingga terjadi proses

    peradangan yang bersifat kronik yang akhirnya mengakibatkan kerusakan darimukosa usus dan ulserasi usus, akan tetapi, penelitian tersebut juga belummemastikan apakah reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh itulah yangmenyebabkan crohns disease atau justru sebaliknya inflamasi tersebutlah yangdisebabkan oleh penyakit crohns. Beberapa penelitian juga mengatakan bahwakondisi ini dapat disebabkan kelaina genetik atau herediter di mana banyakpenderita yang mempunyai orang tua dengan keluhan serupa.

    Penatalaksanaan Crohn DiseaseSampai saat ini belum ada terapi definitif dari penyakit crohns, lha orangpenyebabnya aja belum diketahui pasti, heheTapi pengobatan dapat dilakukanuntuk meringankan gejala yang dialami pasien. Namun, tentunya sesuai denganderajat keparahan dari penyakit itu sendiri. Dalam beberapa kasus, seseorangdapat mengalami remisi jangka panjang dari penyakit ini setelah perawatanmedis yang biasanya terdiri dari pengobatan medis dan operasi (jika diperlukan).

    Obat-obatan yang digunakan biasanya adalah obat-obat anti inflamasi gunamengurangi proses inflamasi yang notabene bertanggung jawab terhadap gejala

    yang dialami penderita. Akan tetapi, karena banyaknya pertimbangan yang harusdipikirkan dan juga banyaknya macam-macam obat ini, maka dokterlah yangpaling tepat untuk memutuskannya. Selain itu, obat-obat yang dipakai jugamemungkinkan menyebabkan efek serius dan berisiko serta harusdipertimbangkan antara perbandingan keuntungan dan kerugian memilih obat-obat tertentu. Dengan demikian, mungkin antara dokter satu dengan dokterlainnya memiliki pertimbangan khusus yang berbeda untuk menentukan obat

    http://drgugum.blogspot.com/2010/12/my-undergraduate-thesis-phyllanthus.htmlhttp://drgugum.blogspot.com/2010/12/my-undergraduate-thesis-phyllanthus.htmlhttp://4.bp.blogspot.com/_mpZK31vpKsY/TUbt-4w4kUI/AAAAAAAAAMU/l15s8cc6PDA/s1600/saluran-cerna.jpghttp://drgugum.blogspot.com/2010/12/my-undergraduate-thesis-phyllanthus.html
  • 7/30/2019 Chron Disease

    29/29

    mana yang dipilih.

    Dalam kasus Crohns disease yang lebih berat atau ketika usaha pengobatangagal, maka tindakan bedah dapat merupakan pilihan untuk memperbaiki ataumenghilangan bagian yang rusak pada saluran cerna. Kira-kira tiga dari empat

    penderita membutuhkan tindakan bedah, tapi biasanya ini juga merupakanusaha untuk mengurangi gejala yang dirasa sangat mengganggu, jadi adakemungkinan penderita akan membutuhkan operasi ke dua bahkan mungkin ketiga atau lebih.

    Bagi penderita Crohns disease ini, sangat penting bagi anda untuk mengikutiseluruh rencana pengobatan oleh dokter anda. Selain itu hendaklah andamelakukan check up secara rutin untuk mencegah komplikasi yang lebih seriusyang dapat mengancam kehidupan.

    Semoga bermanfaat, saya telah berusaha menghindari istilah medis yang terlaluberat, semata agar dapat dipahami juga oleh khalayak ramai. Terima kasih.

    http://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/http://drgugum.blogspot.com/