case stroke haemoragik

Upload: lystiani-puspita-dewi

Post on 04-Apr-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    1/40

    CASE PASIEN

    STROKE HAEMORAGIK

    PEMBIMBING

    Dr. Zainal Arifin, Sp.S

    Disusun Oleh

    Tyas Cempaka Sari

    030.06.261

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

    RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR

    PERIODE 18 JUNI 2012 20 JULI 2012

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    2/40

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa laporan

    kasus departemen neurologi yang berjudul Stroke Hemoragik dapat tersusun

    dan terselesaikan tepat pada waktunya.

    Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Zaenal Arifin, Sp.S, selaku

    pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan

    kasus ini.

    Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus stroke

    hemoragik, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaannya pada pasien yang

    dirawat inap selama masa kepaniteraan klinik penulis di Rumah Sakit Marzoeki

    Mahdi Bogor, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan

    mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam memberikan kontribusi positif

    sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih

    banyak terdapat kekurangan di dalam penulisannya, baik di dalam penyusunan

    kalimat maupun di dalam teorinya, mengingat keterbatasan dari sumber referensi

    yang diperoleh penulis serta keterbatasan penulis selaku manusia biasa yang

    selalu ada kesalahan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran.

    Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

    Bogor, Juni 2012

    Penulis

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    3/40

    BAB 1

    STATUS PASIEN

    I. IDENTITAS Nama : Tn. C Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 58 tahun Alamat : KP Jawa Rt01/ Rw10, Ciomas, Jawa Barat Status Pernikahan : Menikah Suku : Sunda Pekerjaan : Buruh Pendidikan Terakhir : SMA Tanggal Masuk RS : 13 Juni 2012 (09.30)

    II. ANAMNESA Keluhan Utama

    Kedua tangan dan kaki tidak bisa digerakan sejak 6 jam yang lalu

    Perjalanan PenyakitPasien datang ke IGD RSMM Bogor dengan keluhan adanya kedua

    tangan dan kaki tiba-tiba lemas sehingga tidak bisa digerakan sejak 6 jam

    sebelum masuk RS. Dikatakan bahwa kedua tangan dan kaki tidak bisa

    digerakan secara tiba-tiba saat pasien bangun tidur untuk pergi ke kamar

    mandi, awalnya pasien sempat berjalan beberapa langkah namun setelah kira-

    kira 20 langkah tiba-tiba pasien terjatuh dengan posisi terduduk dan pelipis

    kiri terbentur tembok namun pasien menyangkal adanya keluar cairan atau

    darah dari lubang hidung atau telinga setelah pasien terjatuh. Pasien

    mengatakan tangan dan kaki kanannya lebih terasa lemah dan lebih tidak bisa

    digerakkan dibanding yang sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya

    bicara yang pelo sejak pasien terjatuh serta nyeri kepala yang disertai mual

    namun pasien tidak muntah.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    4/40

    Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku memiliki riwayat hipertensi sejak lama, namun pasien

    jarang berobat dan minum obat hipertensi tidak teratur. Pasien menyangkal

    kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal, maupun alergi terhadap

    makanan maupun obat.

    Riwayat Penyakit KeluargaPasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki gejala

    penyakit yang sama sepertinya. Terdapat riwayat hipertensi pada

    keluarganya, namun tidak ada riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru,

    ginjal maupun alergi terhadap makanan atau obat di keluarga pasien.

    III. STATUS INTERNA SINGKAT1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang2. Tanda Vital :

    a. Kesadaran : GCS E4M6V5b. Tekanan darah : 260/150 mmHgc. Nadi : 84x/menitd. Suhu : 360Ce. Pernapasan : 28x/menitf. BB : 60 kgg. TB : 162 cm

    3. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)4. Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)5. Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) 3x/menit6.

    Extremitas : Akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-)

    IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT Emosi dan Afek : stabil, serasi Proses Berpikir : baik Kecerdasan : baik

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    5/40

    V. STATUS NEUROLOGIKesan Umum

    Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5

    Pembicaraan :

    Disartri : tidak

    Monoton : tidak

    Scanning : tidak

    Afasia : tidak

    Kepala :

    Besar : normocephali

    Asimetris : tidak

    Tortikolis : tidak

    Mask (topeng) : tidak

    Fullmoon : tidak

    Lain-lain : tidak

    Pemeriksaan Khusus

    1. Rangsang selaput otakKaku kuduk : (-)

    Kernig : 1350/1350

    Brudzinski I : -/-

    Brudzinski II : -/-

    2. Nervus KranialisNervus I

    Hypo/anosmia : (-)Nervus II

    Visus : 6/606/60

    Campus warna : tidak dilakukan

    Melihat warna : baik

    Funduscopi : tidak dilakukan

    Nervus III, IV, VI

    Kedudukan bola mata : ortoforia / ortoforia

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    6/40

    Pergerakan bola mata

    Ke atas : (+)/(+)

    Ke temporal : (+)/(+)

    Ke bawah : (+)/(+)

    Ke temporal bawah : (+)/(+)

    Eksopthalmus : (-)/(-)

    Ptosis : (-)/(-)

    Pupil

    Bentuk : bulat/bulat

    Lebar : 3mm/3mm

    Anisokoria : tidak

    Reaksi cahaya langsung : +/+

    Reaksi cahaya konsensuil :+/+

    Reaksi akomodasi :+/+

    Reaksi konvergensi :+/+

    Nervus V

    Cabang motorik

    Otot masseter : dalam batas normalOtot temporal : dalam batas normal

    Otot pterygoidus int./eks. : dalam batas normal

    Cabang sensorik

    I : baik

    II : baik

    III : baik

    Refleks kornea langsung : +/+Refleks kornea konsensuil : +/+

    Nervus VII

    Waktu diam

    Kerutan dahi : simetris

    Tinggi alis : simetris

    Sudut mata : simetris

    Lipatan nasolabial : simetris

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    7/40

    Sudut mulut : simetris

    Waktu gerak

    Mengerut dahi : tidak simetris (tertarik ke kiri)

    Menutup mata : simetris

    Bersiul : simetris

    Memperlihatkan gigi : tidak simetris (tertarik ke kiri)

    Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

    Hiperakusis : tidak dilakukan

    Sekresi air mata : tidak dilakukan

    Nervus VIII

    Vestibular

    Vertigo : (-)

    Nistagmus : (-)

    Tinnitus aureum : tidak dapat dilakukan

    Cochlear

    Weber : tidak dilakukan

    Rinne : tidak dilakukan

    Schwabach : tidak dilakukanNervus IX, X

    Bagian motorik

    Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa

    Kedudukan arcus faring : simetris

    Kedudukan uvula : di tengah

    Pergerakan arcus faring/ uvula : simetris

    Detak jantung : reguler, murmur (-), gallop (-)Bising usus : (+)

    Menelan : dapat

    Bagian sensorik

    Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan

    Refleks muntah : tidak dilakukan

    Refleks palatum molle : tidak dilakukan

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    8/40

    Nervus XI

    Mengangkat bahu : baik

    Memalingkan kepala : baik

    Nervus XII

    Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah

    Atrofi : tidak

    Fasikulasi/tremor : tidak

    Kekuatan lidah menekan pada bagian dalam pipi: baik

    3. Sistem motorikKekuatan otot

    Tubuh

    Otot perut : baik

    Otot pinggang : baik

    Kedudukan difragma :

    Gerak : simetris

    Istirahat : simetris

    Lengan

    M. deltoid (adduksi lengan atas) : 2/4M. biceps (fleksi lengan atas) : 2/4

    Fleksi sendi pergelangan tangan : 2/4

    Ekstensi sendi pergelangan tangan : 2/4

    Membuka jari-jari tangan : 2/4

    Menutup jari-jari tangan : 2/4

    Tungkai

    Fleksi artic. Coxae : 2/4Ekstensi artic. Coxae : 2/4

    Fleksi sendi lutut : 2/4

    Ekstensi sendi lutut : 2/4

    Fleksi plantar kaki : 2/4

    Ekstensi dorsal kaki : 2/4

    Gerakan jari-jari : 2/4

    Besar otot

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    9/40

    Atrofi : (-)

    Pseudoatrofi : (-)

    Respon terhadap perkusi

    Myoedema : (-)

    Reaksi myotonik : (-)

    Palpasi otot

    Nyeri : (-)

    Kontraktur : (-)

    Konsistensi : baik

    Tonus otot

    Tonus otot Lengan Tungkai

    Hipotoni (-) (-)

    Spastik (-) (-)

    Rigid (-) (-)

    Rebound phenomen (-) (-)

    Gerakan involunter

    Tremor : (-)

    Chorea : (-)

    Athetose : (-)

    Myokloni : (-)

    Ballismus : (-)

    Torsion spasme : (-)

    Fasikulasi : (-)

    Myokymia : (-)

    KoordinasiJari tangan-jari tangan : baik

    Jari tangan-hidung : baik

    Ibu jari kaki-jari tangan : tidak dilakukan

    Tumit-lutut : baik

    Pronasi-supinasi : baik

    Tapping dengan jari-jari tangan : tidak dilakukan

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    10/40

    Station

    Romberg test: jatuh ke: tidak

    4. Sistem SensorikRasa eksteroseptif

    Rasa nyeri superfisial : baik

    Rasa suhu (panas/dingin) : tidak dilakukan

    Rasa raba ringan : baik

    Rasa propioseptif

    Rasa getar : tidak dilakukan

    Rasa tekan : baik

    Rasa nyeri tekan : baik

    Rasa gerak dan posisi lengan tungkai: baik

    Rasa enteroseptif

    Referred pain : tidak dilakukan

    5. Gangguan Fungsi LuhurApraksia : (-)

    Alexia : (-)

    Agraphia : (-)Fingeranogsia : (-)

    Membedakan kanan dan kiri : (-)

    Acalculia : (-)

    6. RefleksRefleks tendon/periost

    Refleks biceps : +/+

    Refleks triceps : +/+Refleks patella : +/+

    Refleks achilles : +/+

    Refleks patologik

    Tungkai

    Babinski : -/-

    Chaddock : -/-

    Oppenheim : -/-

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    11/40

    Rossolimo : -/-

    Gonda : -/-

    Gordon : -/-

    Schaefer : -/-

    Lengan

    Hoffman-tromer : -/-

    Leri : -/-

    Mayer : -/-

    7. SSOMiksi : baik

    Defekasi : baik

    Sekresi keringat : baik

    Salivasi : baik

    Gangguan vasomotor : tidak ada

    Gangguan tropic kulit, kuku, rambut : tidak ada

    8. Columna VertebralisKelainan lokal

    Skoliosis : (-)Khyposis : (-)

    Khyposkoliosis : (-)

    Nyeri tekan/ketok lokal : (-)

    Gerakan cervical vertebrae

    Fleksi : baik

    Ekstensi : baik

    Lateral deviasi : baikRotasi : baik

    Gerakan dari tubuh

    Membungkuk : baik

    Ekstensi : nyeri

    Lateral deviasi : nyeri

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    12/40

    9. Tes Provokasi (D/S) Tes Valsava : (-) Tes Distraksi : (-) Tes Kompresi : (-) Naffziger : (-) Tes Laseque : 700/700 Tes Patrick : (-) Tes Contra Patrick : (-)

    VI. RESUMEPasien laki-laki usia 58 tahun datang dengan keluhan kedua tangan dan kaki

    yang lemas sehingga tidak bisa digerakan sejak 6 jam AMRS. Dikatakan bahwa

    kedua tangan dan kaki tidak bisa digerakan secara tiba-tiba saat pasien bangun

    tidur untuk pergi ke kamar mandi, awalnya pasien sempat berjalan beberapa

    langkah namun setelah kira-kira 20 langkah tiba-tiba pasien terjatuh dengan posisi

    terduduk dan pelipis kiri terbentur tembok. Pasien mengatakan tangan dan kaki

    kanannya lebih terasa lemah dan lebih tidak bisa digerakkan dibanding yang

    sebelah kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya bicara yang pelo sejak pasien

    terjatuh serta nyeri kepala yang disertai mual. Pasien memiliki riwayat hipertensi

    namun jarang berobat dan tidak teratur minum obat.

    Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

    Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda Vital :

    Tekanan darah : 260/150 mmHg

    Nadi : 84x/menit

    Suhu : 360C

    Pernapasan : 28x/menit

    Status generalis : dalam batas normal.

    Status neurologis : GCS E4M6V5

    Tanda Rangsang Meningeal : dalam batas normal

    Saraf kranialis : Parese N.VII dextra

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    13/40

    Sistem motorik :

    Lengan kanan/kiri : 2222/4444

    Tungkai kanan/kiri : 2222/4444

    Sistem sensorik : dalam batas normal

    Refleks fisiologis : dalam batas normal

    Refleks patologis : (-)

    VII. DIAGNOSISDiagnosis Klinis : Hemiparese dextra + Parese N.VII dextra

    Diagnosis Topis : Hemisfer Sinistra

    Diagnosis Etiologi : Stroke ICH

    VIII.PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

    Hemoglobin 13,4 1318

    Leukosit 9.770 400010000

    Trombosit 187.000 150000400000

    Hematokrit 39 4054

    SGOT 45 < 42

    SGPT 43

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    14/40

    Medikamentosa:

    IVFD RL 16 tpm Inj. Takelin 2x500 mg Inj. Piracetam 3x3 mg Inj. Ranitidin 2x1 Amlodipin tab 2x5 mg

    X. PROGNOSISAd vitam : dubia ad bonam

    Ad fungsionam : dubia ad bonam

    Ad sanationam : dubia ad bonam

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    15/40

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Pengertian Stroke dan Stroke HemoragikMenurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang

    secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang

    berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa

    adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke

    yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi

    perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.5, 12

    3.2 Epidemiologi Stroke dan Stroke HemoragikStroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama

    kecacatan.2 Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang

    sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan

    hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti

    semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab

    kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.5

    Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya

    dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral.

    Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke

    iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali

    kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya

    meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada

    48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47%

    wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari

    60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki

    menunjukkan outcome yang lebih buruk.2

    3.3 Etiologi Stroke HemoragikPenyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: 6

    Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    16/40

    Ruptur kantung aneurisma Ruptur malformasi arteri dan vena Trauma (termasuk apopleksi tertunda paska trauma) Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan

    fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan,

    hipofibrinogenemia, dan hemofilia.

    Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak. Septik embolisme, myotik aneurisma Penyakit inflamasi pada arteri dan vena Amiloidosis arteri Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri

    vertebral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.

    3.4 Faktor Risiko Stroke HemoragikFaktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke

    hemoragik dijelaskan dalam tabel berikut. 7

    Faktor Resiko Keterangan

    Umur Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk

    stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%

    terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah

    dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun.

    Hipertensi Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi.

    Hal ini berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan

    untuk resiko perdarahan, atherothrombotik, dan stroke

    lakunar, menariknya, risiko stroke pada tingkat hipertensi

    sistolik kurang dengan meningkatnya umur, sehingga ia

    menjadi kurang kuat, meskipun masih penting dan bisa

    diobati, faktor risiko ini pada orang tua.

    Seks Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada

    laki-laki berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan

    lebih tinggi sebelum usia 65.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    17/40

    Riwayat

    keluarga

    Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara

    kembar monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar

    laki-laki dizigotik yang menunjukkan kecenderungan

    genetik untuk stroke. Pada 1913 penelitian kohort kelahiran

    Swedia menunjukkan tiga kali lipat peningkatan kejadian

    stroke pada laki-laki yang ibu kandungnya meninggal akibat

    stroke, dibandingkan dengan laki-laki tanpa riwayat ibu yang

    mengalami stroke. Riwayat keluarga juga tampaknya

    berperan dalam kematian stroke antara populasi Kaukasia

    kelas menengah atas di California.

    Diabetes

    mellitus

    Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan,

    diabetes meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar

    dua kali lipat hingga tiga kali lipat berbanding orang-orang

    tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi individu untuk

    mendapat iskemia serebral melalui percepatan aterosklerosis

    pembuluh darah yang besar, seperti arteri koronari, arteri

    karotid atau dengan, efek lokal pada mikrosirkulasi serebral.

    Penyakit jantung Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun

    memiliki lebih dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan

    dengan mereka yang fungsi jantungnya normal.

    Penyakit Arteri koroner :

    Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difus vaskular

    aterosklerotik dan potensi sumber emboli dari thrombi mural

    karena miocard infarction.

    Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi :

    Berhubungan dengan meningkatnya kejadian stroke

    Fibrilasi atrial :

    Sangat terkait dengan stroke emboli dan fibrilasi atrial

    karena penyakit jantung rematik; meningkatkan risiko stroke

    sebesar 17 kali.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    18/40

    Lainnya :

    Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke,

    seperti prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek

    septum atrium, aneurisma septum atrium, dan lesi

    aterosklerotik dan trombotik dari ascending aorta.

    Karotis bruits Karotis bruits menunjukkan peningkatan risiko kejadian

    stroke, meskipun risiko untuk stroke secara umum, dan tidak

    untuk stroke khusus dalam distribusi arteri dengan bruit.

    Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi,

    menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan

    peningkatan risiko stroke untuk segala usia dan

    kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan

    jumlah batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok

    mengurangi risiko, dengan resiko kembali seperti bukan

    perokok dalam masa lima tahun setelah penghentian.

    Peningkatan

    hematokrit

    Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika

    hematokrit melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah

    keseluruhan adalah dari isi sel darah merah;

    plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan

    penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia,

    hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya

    menyebabkan gejala umum, seperti sakit kepala, kelesuan,

    tinnitus, dan penglihatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi

    vena retina jauh kurang umum, dan dapat mengikutidisfungsi trombosit akibat trombositosis. Perdarahan

    Intraserebral dan subarachnoid kadang-kadang dapat terjadi.

    Peningkatan

    tingkat

    fibrinogen

    dan kelainan

    system

    Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk

    stroke trombotik. Kelainan sistem pembekuan darah juga

    telah dicatat, seperti antitrombin III dan kekurangan protein

    C serta protein S dan berhubungan dengan vena thrombotic.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    19/40

    pembekuan

    Hemoglobinopat

    hy

    Sickle-cell disease :

    Dapat menyebabkan infark iskemik atau hemoragik,

    intraserebral dan perdarahan subaraknoid, vena sinus dan

    trombosis vena kortikal. Keseluruhan kejadian stroke dalam

    Sickle-cell disease adalah 6-15%.

    Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria :

    Dapat mengakibatkan trombosis vena serebral

    Penyalahgunaan

    obat

    Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk

    methamphetamines, norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain.

    Amfetamin menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang

    dapat mengakibatkan pendarahan petechial menyebar, atau

    fokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan

    sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi .

    Perdarahan subarachnoid dan difarction otak telah

    dilaporkan setelah penggunaan kokain.

    Hiperlipidemia Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan

    dengan penyakit jantung koroner, mereka sehubungan

    dengan stroke kurang jelas. Peningkatan kolesterol tidak

    muncul untuk menjadi faktor risiko untuk aterosklerosis

    karotis, khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun.

    Kejadian hiperkolesterolemia menurun dengan

    bertambahnya usia. Kolesterol berkaitan dengan perdarahan

    intraserebral atau perdarahan subarachnoid. Tidak adahubungan yang jelas antara tingkat kolesterol dan infark

    lakunar.

    Kontrasepsi oral Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko

    stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen

    menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama

    sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang

    lebih dari 35 tahun . Mekanisme diduga meningkat

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    20/40

    koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi

    protein liver, atau jarang penyebab autoimun

    Diet Konsumsi alkohol :

    Ada peningkatan risiko infark otak, dan perdarahan

    subarakhnoid dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol

    pada orang dewasa muda. Mekanisme dimana etanol dapat

    menghasilkan stroke termasuk efek pada darah tekanan,

    platelet, osmolalitas plasma, hematokrit, dan sel-sel darah

    merah. Selain itu, alkohol bisa menyebabkan miokardiopati,

    aritmia, dan perubahan di darah aliran otak dan autoregulasi.

    Kegemukan :

    Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs,

    obesitas telah secara konsisten meramalkan berikutnya

    stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian

    oleh adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif

    lebih dari 30% di atas rata-rata kontributor independen ke-

    atherosklerotik infark otak berikutnya.

    Penyakit

    pembuluh darah

    perifer

    Karena bisa menyebabkan robeknya pembuluh darah.

    Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral

    melalui pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding

    pembuluh darah. Sifilis meningovaskular dan mucormycosis

    dapat menyebabkan arteritis otak dan infark.Homosistinemia

    atau

    homosistinuria

    Predisposisi trombosis arteri atau vena di otak. Estimasi

    risiko stroke di usia muda adalah 10-16%.

    Migrain Sering pasien mengalami stroke sewaktu serangan migrain.

    Suku bangsa Kejadian stroke di Afrika-Amerika lebih tinggi secara tidak

    proporsional dari kelompok lain.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    21/40

    Lokasi geografis Di Amerika Serikat dan kebanyakan negara Eropa, stroke

    merupakan penyebab kematian ketiga paling sering, setelah

    penyakit jantung dan kanker. Paling sering, stroke

    disebabkan oleh perubahan aterosklerotik bukan oleh

    perdarahan. Kekecualian adalah pada setengah perempuan

    berkulit hitam, di puncak pendarahan yang daftar. Di Jepang,

    stroke hemorragik adalah penyebab utama kematian pada

    orang dewasa, dan perdarahan lebih umum dari

    aterosklerosis.

    Sirkadian dan

    faktor musim

    Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi

    dan siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa

    perubahan diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin

    relevan untuk stroke. Hubungan antara variasi iklim

    musiman dan stroke iskemik telah didalihkan. Peningkatan

    dalam arahan untuk infark otak diamati di Iowa. Suhu

    lingkungan rata-rata menunjukkan korelasi negatif dengan

    kejadian cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman

    telah berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark

    dalam usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif,

    dan pada orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.

    3.5 Patogenesis Stroke HemoragikA. Perdarahan Intraserebral

    Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi

    kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokainatau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi

    sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut

    amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)

    melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.7

    Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir,

    luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan

    penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    22/40

    dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan

    intraserebral.7

    B. Perdarahan SubaraknoidPerdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun,

    perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak

    dianggap sebagai stroke.7

    Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan

    yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti

    kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya

    aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang

    menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.7

    Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul

    pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah

    bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri.

    Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.7

    Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari

    pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalamatau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran,

    tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu

    bentuk bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi

    emboli) ke arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang.

    arteri kemudian dapat melemah dan pecah.7

    3.6

    Patofisiologi Stroke HemoragikPenghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran

    dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah

    tujuh hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan

    gangguan di area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini

    adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga

    menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.8

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    23/40

    Dengan menambah Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan

    penimbunan Na+ dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+

    ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan

    penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi

    juga meningkatkan pelepasan glutamat, yang mempercepat kematian sel melalui

    masuknya Na+ dan Ca2+.8

    Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan

    lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi,

    meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian

    sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik

    (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah

    yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.8

    Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan

    kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia)

    akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya

    adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik,

    gangguan persepsi spasial, apraksia, dan hemineglect.8

    Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisitsensorik kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika

    korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik

    kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan

    apatis karena kerusakan dari sistem limbik.8

    Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia

    kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan

    terjadi kehilangan memori.

    8

    Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di

    daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid

    anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis),

    dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri

    komunikans posterior di talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik.8

    Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua

    eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    24/40

    basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan

    medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan:8

    Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, sarafvestibular).

    Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dantetraplegia (traktus piramidal).

    Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajahipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus

    spinotalamikus).

    Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktussalivarus), singultus (formasio retikularis).

    Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, padakehilangan persarafan simpatis).

    Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah(saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus

    (saraf okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).

    Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namunkesadaran tetap dipertahankan).

    3.7 Gejala Klinis Stroke HemoragikGejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan

    perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke

    iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau

    koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik.

    Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus

    dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.2

    Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang

    terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri

    dari hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan

    preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika

    belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri,

    kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    25/40

    visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian

    dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.2

    Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan

    kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat

    kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau

    batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan

    muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari

    semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau

    nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan

    kontralateral tubuh.2,9

    A. Perdarahan IntraserebralSebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari

    jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama

    aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.

    Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk

    sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya

    sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orangmungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau

    hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,

    muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam

    beberapa detik sampai menit.2,9

    B. Perdarahan SubaraknoidSebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali

    menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah

    besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan,

    seperti berikut:2,9

    Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadangdisebut sakit kepala halilintar)

    Sakit pada mata atau daerah fasial Penglihatan ganda

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    26/40

    Kehilangan penglihatan tepiTanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya

    aneurisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke

    dokter segera.2,9

    Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah

    dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan

    kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena

    meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam

    koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan

    mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi

    tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 2,9

    Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak

    mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher

    kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 2

    Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang

    mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9

    Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum) Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa

    Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa

    menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.

    Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius

    lainnya, seperti: 2,9

    HydrocephalusDalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat membeku.Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal) dari

    pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam

    otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan

    menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan, mual, dan

    muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan kematian.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    27/40

    VasospasmSekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan itu, arteri di otak dapat kontrak

    (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak

    mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke

    iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik,

    seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan

    menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.

    Pecah keduaKadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.

    3.8 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Stroke HemoragikDiagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama

    pasien. Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain:

    hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak,

    diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan

    kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak.1

    Pada manifestasi perdarahan intraserebral, terdapat pembagian berdasarkan

    Luessenhop et al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis padapasien stroke dengan perdarahan intraserebral.11

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    28/40

    Khusus untuk manifestasi perdarahan subaraknoid, pada banyak studi

    mengenai perdarahan subaraknoid ini dipakai sistem skoring untuk menentukan

    berat tidaknya keadaan perdarahan subaraknoid ini dan dihubungkan dengan

    keluaran pasien. 10

    Sistem grading yang dipakai antara lain :

    Hunt & Hess Grading of Sub-Arachnoid Hemorrhage

    WFNS SAH gradeWFNS grade GCS Score Major facal deficit0

    1 15 -

    2 13-14 -

    3 13-14 +

    4 7-12 + or -

    5 3-6 + or -

    Modified Hijdra score

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    29/40

    Fisher grade

    Dari keempat grading tersebut yang dipakai dalam studi cedera kepala yaitumodified Hijdra score dan Fisher grade. Sistem skoring pada no 1 dan 2 dipakai

    pada kasus SAH primer akibat rupturnya aneurisma. 10

    Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan

    menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada

    penderita stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan

    darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.2

    Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak

    adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis

    kedaruratan. Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta

    dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak,

    dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang

    dapat digunakan.2

    CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik

    dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari

    patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual

    hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.2

    MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa

    diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat

    mengidentifikasi malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang

    menyebabkan perdarahan.2

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    30/40

    Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG)

    untuk memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia

    miokard memiliki kejadian signifikan dengan stroke.2

    Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:

    ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,

    perdarahan subaraknoid, hematoma subdural, kedaruratan hipertensif,

    hipoglikemia, labirinitis, dan Transient Ischemic Attack(TIA).2

    3.9 Penatalaksanaan Stroke HemoragikA. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat

    1. Evaluasi cepat dan diagnosis2. Terapi umum (suportif)

    a. stabilisai jalan napas dan pernapasanb. stabilisasi hemodinamik/sirkulasic. pemeriksaan awal fisik umumd. pengendalian peninggian TIKe. penanganan transformasi hemoragikf. pengendalian kejangg. pengendalian suhu tubuhh. pemeriksaan penunjang

    B. Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS)Terapi medik pada PIS akut:

    a. Terapi hemostatik1

    Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalahobat haemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang

    resisten terhadap pengobatan faktor VIII replacement dan juga

    bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang normal.

    Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efek menguntungkan. Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah

    highly-significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian

    dilakukan setelah lebih dari 3 jam.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    31/40

    b. Reversal of anticoagulation1 Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya

    diberikan fresh frozen plasma atau prothrombic complex

    concentrate dan vitamin K.

    Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin Kdependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR

    lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih

    rendah sehingga aman untuk jantung dan ginjal.

    Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90g/kg pada pasien PIS yangmemakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit.

    Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan coagulation-factor

    replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.

    Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculerweight heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan

    trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat

    diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet, atau

    keduanya.

    Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan makapemberian obat dapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya

    perdarahan.

    c. Tindakan bedah pada PIS berdasarkan EBM Keputusan mengenai apakah dioperasi dan kapan dioperasi masih

    tetap kontroversial.

    Tidak dioperasi bila: 1 Pasien dengan perdarahan kecil (

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    32/40

    Pasien dengan perdarahan serebelar >3cm dengan perburukanklinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari

    obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah.

    PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AVatau angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan

    outcome yang baik dan lesi strukturnya terjangkau.

    Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besaryang memburuk.

    Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasienusia muda dengan perdarahan lobar yang luas (>50cm3) masih

    menguntungkan.

    C. Penatalaksanaan Perdarahan Sub Arakhnoid1. Pedoman Tatalaksana 1

    a. Perdarahan dengan tanda-tanda Grade I atau II (H&H PSA): Identifikasi yang dini dari nyeri kepala hebat merupakan

    petunjuk untuk upaya menurunkan angka mortalitas dan

    morbiditas.

    Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 dalamruangan dengan lingkungan yang tenang dan nyaman, bila

    perlu diberikan O2 2-3 L/menit.

    Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif. Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat

    kelainan-kelainan neurologi yang timbul.

    b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatanharus lebih intensif: 1

    Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasiendi ruang gawat darurat.

    Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjaminjalang nafas yang adekuat.

    Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    33/40

    Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aanmenyulitkan penilaian status neurologi.

    2. Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA 1a. Istirahat di tempat tidur secara teratur atau pengobatan dengan

    antihipertensi saja tidak direkomendasikan untuk mencegah

    perdarahan ulang setelah terjadi PSA, namun kedua hal tersebut

    sering dipakai dalam pengobatan pasien dengan PSA.

    b. Terapi antifibrinolitik untuk mencegah perdarahan ulangdirekomendasikan pada keadaan klinis tertentu. Contohnya pasien

    dengan resiko rendah untuk terjadinya vasospasme atau

    memberikan efek yang bermanfaat pada operasi yang ditunda.

    c. Pengikatan karotis tidak bermanfaat pada pencegahan perdarahanulang.

    d. Penggunaan koil intra luminal dan balon masih uji coba.3. Operasi pada aneurisma yang rupture 1

    a. Operasi clipping sangat direkomendasikan untuk mengurangiperdarahan ulang setelah rupture aneurisma pada PSA.

    b. Walaupun operasi yang segera mengurangi resiko perdarahan ulangsetelah PSA, banyak penelitian memperlihatkan bahwa secara

    keseluruhan hasil akhir tidak berbeda dengan operasi yang ditunda.

    Operasi yang segera dianjurkan pada pasien dengan grade yang

    lebih baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan

    klinis lain, operasi yang segera atau ditunda direkomendasikan

    tergantung pada situasi klinik khusus.

    c.

    Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yangtinggi untuk perdarahan ulang.

    4. Tatalaksana pencegahan vasospasme 1a. Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada

    hari ke-3 atau secara oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari.

    Pemakaian nimodipin oral terbukti memperbaiki deficit neurologi

    yang ditimbulkan oleh vasospasme. Calcium antagonist lainnya

    yang diberikan secara oral atau intravena tidak bermakna.

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    34/40

    b. Pengobatan dengan hyperdinamic therapy yang dikenal dengantriple H yaitu hypervolemic-hypertensive-hemodilution, dengan

    tujuan mempertahankan cerebral perfusion pressure sehingga

    dapat mengurangi terjadinya iskemia serebral akibat vasospasme.

    Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan ulang pada

    pasien yang tidak dilakukan embolisasi atau clipping.

    c. Fibrinolitik intracisternal, antioksidan, dan anti-inflamasi tidakbegitu bermakna.

    d. Angioplasty transluminal dianjurkan untuk pengobatan vasospasmepada pasien-pasien yang gagal dengan terapi konvensional.

    e. Cara lain untuk manajemen vasospasme adalah sebagai berikut: Pencegahan vasospasme:

    Nimodipine 60 mg per oral 4 kali sehari. 3% NaCl IV 50 mL 3 kali sehari. Jaga keseimbangan cairan.

    Delayed vasospasm: Stop Nimodipine, antihipertensi, dan diuretika. Berikan 5% Albumin 250 mL IV. Pasang Swan-Ganz (bila memungkinkan), usahakan

    wedge pressure 12-14 mmHg.

    Jaga cardiac index sekitar 4 L/menit/m2. Berikan Dobutamine 2-15 g/kg/menit.

    5. AntifibrinolitikObat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obat-

    obat yang sering dipakai adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis

    36 g/hari atau tranexamid acid dengan dosis 6-12 g/hari.1

    6. Antihipertensi 1a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau

    tekanan darah sistolik (TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah

    diastolic (TDD) 90 mmHg (sebelum tindakan operasi aneurisma

    clipping).

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    35/40

    b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHgdan TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.

    c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol

    infuse dosisnya 50-200 mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid

    tidak danjurkan karena menyebabkan vasodilatasi dan memberikan

    efek takikardi.

    d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapatdiberikan vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan

    iskemik penumbra yang mungkin terjadi akibat vasospasme.

    7. HiponatremiBila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3

    L/hari. Bila perlu diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari.

    Diharapkan dapat terkoreksi 0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130

    mEq/L dalam 48 jam pertama.1

    Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari

    oral atau 0,4 mg dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan

    hipotonis sebaiknya dihindari karena menyebabkan hiponatremi.Pembatasan cairan tidak dianjurkan untuk pengobatan hiponatremi.1

    8. Kejang

    Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian

    antikonvulsan tidak direkomendasikan secara rutin, hanya

    dipertimbangkan pada pasien-pasien yang mungkin timbul kejang,

    umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma arteri serebri media,

    kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk menghindari risikoperdarahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti konvulsan

    sebagai profilaksis.1

    Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau

    IV. Initial dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance

    300-400 mg/oral/hari dengan dosis terbagi. Benzodiazepine dapat

    dipakai hanya untuk menghentikan kejang.1

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    36/40

    Penggunaan antikonvulsan jangka lama tidak rutin dianjurkan pada

    penderita yang tidak kejang dan harus dipertimbangkan hanya diberikan

    pada penderita yang mempunyai faktor-faktor risiko seperti kejang

    sebelumnya, hematom, infark, atau aneurisma pada arteri serebri

    media.1

    8. Hidrosefalus 1a. Akut (obstruksi)

    Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari

    pertama. Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk

    ventrikulostomi (atau drainase eksternal ventrikuler), walaupun

    kemungkinan risikonya dapat terjadi perdarahan ulang dan infeksi.

    b. Kronik (komunikan)Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan

    serebrospinal secara temporer atau permanen seperti ventriculo-

    peritoneal shunt.

    9. Terapi Tambahan 1a. Laksansia (pencahar) iperlukan untuk melembekkan feses secara

    regular. Mencegah trombosis vena dalam, dengan memakaistocking atau pneumatic compression devices.

    b. Analgesik: Asetaminofen -1 g/4-6 jam dengan dosis maksimal 4 g/hari. Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM per 4-6 jam. Tylanol dengan kodein. Hindari asetosal. Pada pasien dengan sangat gelisah dapat diberikan:

    Haloperidol IM 1-10 mg tiap 6 jam. Petidin IM 50-100 mg atau morfin SC atau IV 5-10 mg/4-

    6 jam.

    Midazolam 0,06-1,1 mg/kg/jam. Propofol 3-10 mg/kg/jam.

    Cegah terjadinya stress ulcer dengan memberikan: Antagonis H2

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    37/40

    Antasida Inhibitor pompa proton selama beberapa hari. Pepsid 20 mg IV 2 kali sehari atau zantac 50 mg IV 2 kali

    sehari.

    Sucralfate 1 g dalam 20 mL air 3 kali sehari.

    3.10Komplikasi dan Prognosis Stroke HemoragikPeningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang

    paling ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri sering

    mengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga

    berhubungan dengan deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut

    adalah penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada

    pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran

    dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-hal

    yang telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas

    permanen.2

    Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi

    serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah

    berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.

    Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume

    hematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya juga sangat

    buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa

    meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang menggunakan

    antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral juga

    memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi.2

    3.11 Pencegahan Stroke HemoragikPencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan

    mengatasi berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun

    kelompok risiko tinggi yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa

    pencegahan yang dapat dilakukan adalah:1

    Mengatur pola makan yang sehat

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    38/40

    Melakukan olah raga yang teratur Menghentikan rokok Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat Memelihara berat badan yang layak Perhatikan pemakaian kontrasepsi oral bagi yang beresiko tinggi Penanganan stres dan beristirahat yang cukup Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan obat Pemakaian antiplatelet

    Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah

    pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor

    risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA,

    dislipidemia, dan sebagainya.1

  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    39/40

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf

    Indonesia: Jakarta, 2007.

    2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduhdari:http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]

    3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3.Neurological Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.

    4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis inNeurology and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.

    5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 20036. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi

    8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular

    Disease. McGraw Hill: New York, 2005.

    7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.NewYork. Thieme Stuttgart. 2000.

    8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:Jakarta, 2007.

    9. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Diperoleh dari:http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html [Tanggal: 23 Mei

    2010].

    10. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM, 2007.Diunduh dari:

    http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20

    M.doc?nmid=88307927[Tanggal: 24 Mei 2010]

    11. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006.Diunduh dari:

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahO

    tak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html [Tanggal: 24

    Mei 2010]

    http://emedicine.medscape.com/article/793821-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/793821-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/793821-overviewhttp://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.htmlhttp://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.htmlhttp://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://images.omynenny.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@uuzQoKCrsAAFbxtPE1/SAH%20traumatik%20Neurona%20by%20Taufik%20M.doc?nmid=88307927http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/793821-overview
  • 7/30/2019 Case Stroke Haemoragik

    40/40

    12. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6.EGC, Jakarta. 2006.