case stroke andreas

77
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari / Tanggal Presentasi kasus : Rabu, 20 Mei 2015 SMF ILMU PENYAKIT SARAF RS BHAKTI YUDHA Nama : Andreas NIM : 11-2014-295 Dokter pembimbing : Dr. Hardhi Pranata, Sp.S I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. G Umur : 57 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Guru Alamat : Perum. Maharaja blok H2/12, Depok Tanggal masuk RS : 13 Mei 2015 PASIEN DATANG KE RS Sendiri / bisa jalan / tak bisa jalan / dengan alat bantu Dibawa oleh keluarga : ya / tidak II. SUBJEKTIF 1

Upload: andreas-cahyono

Post on 13-Sep-2015

269 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT SARAFFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari / Tanggal Presentasi kasus : Rabu, 20 Mei 2015SMF ILMU PENYAKIT SARAFRS BHAKTI YUDHA

Nama: AndreasNIM: 11-2014-295Dokter pembimbing: Dr. Hardhi Pranata, Sp.S

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. GUmur: 57 tahunJenis kelamin: Laki-lakiStatus perkawinan: MenikahPekerjaan: GuruAlamat: Perum. Maharaja blok H2/12, DepokTanggal masuk RS: 13 Mei 2015

PASIEN DATANG KE RSSendiri / bisa jalan / tak bisa jalan / dengan alat bantuDibawa oleh keluarga: ya / tidak

II. SUBJEKTIFAnamnesisDiambil dari alloanamnesis tanggal 13 Mei 2015

1. Keluhan UtamaPasien datang dengan keluhan lemas di bagian tubuh sebelah kiri sejak kurang lebih 1 bulan lalu.2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan lemas di bagian tubuh sebelah kiri sejak kurang lebih 1 bulan lalu. Lemas terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton TV. Setelah lemas badan sebelah kiri tidak dapat digerakkan. Keluarga pasien mengaku baru pertama kali melihat pasien lemas. Lemas dibarengi dengan muntah dan pusing serta keringat dingin. Tidak ada rasa kesemutan atau baal pada tubuh saat pasien lemas. Tidak ada penurunan kesadaran saat pasien lemas. Kelopak mata sebelah kanan tidak dapat diangkat. Pasien mengalami kesulitan menelan air dan makanan dan telah dipasang selang ke lambung. Pasien juga mengalami kesulitan bicara. Buang air besar dan kecil sulit dan sedikit, membutuhkan bantuan karena pasien tidak dapat bergerak. Pasien sudah pernah dirawat di rumah sakit karena lemasnya.Terdapat riwayat kencing manis. Keluarga pasien mengaku tidak ada riwayat hipertensi. Pasien selama ini mengkonsumsi obat kencing manis tidak teratur. Kakak pasien pernah mengalami stroke. Tidak ada riwayat kanker. Tidak ada riwayat maag dan alergi obat. Pada tahun 2012, keluarga pernah melihat pasien mengeluh kesemutan di sebelah kanan tubuh tetapi tidak lemas. Pasien pernah didiagnosis dengan penurunan kesadaran karena infeksi TB ke otak. Sudah dirawat di RS namun pengobatan tidak tuntas.3. Riwayat Penyakit keluargaHipertensi (-)Diabetes Melitus (+)Alergi (-)Kejang (-)Stroke (+)4. Riwayat Penyakit DahuluHipertensi (-)Diabetes Melitus (+)Alergi (-)Kejang (-)Stroke (+)5. Riwayat Sosial, Ekonomi, PribadiKesan keadaan sosial ekonomi pasien: cukup.

III. OBJEKTIF1. Status Presensa. Kesadaran: Compos Mentis, GCS E4M6V5 (15)b. Keadaan umum: Tampak sakit beratc. TD: 140/110 mmHgd. Nadi: 84 kali/menit, regular, kuat angkate. Pernafasan: 24 kali/menit, regularf. Suhu: 36,4Cg. Habitus: Astenikush. Gizi: Cukupi. Warna kulit: Sawo matangj. Kuku: Sianosis (-), capillary refill time < 2 detikk. Turgor kulit: Baikl. Kepala: Normosefali, deformitas (-)m. Mata: Udem palpebra -/-, CA -/-, SI -/- Pupil bulat isokor 4 mm/4 mm, RCL -/+, RCTL -/+n. Hidung: Cavum nasi lapang, septum deviasi -, sekret -/-o. Telinga: Normotia, simetrisp. Mulut: Mukosa tidak hiperemisq. Leher: KGB tidak membesarr. Paru: Pergerakan simetris, Vesikuler, wheezing -/- , ronkhi -/-s. Jantung: BJ I & II murni regular, murmur (-), gallop (-)t. Perut: BU (+) normal, tidak teraba pembesaran hepar atau lienu. Ekstremitas: Udem -/-

2. Status Psikikusa. Cara berpikir: Baikb. Perasaan hati: Normotimc. Tingkah laku: Pasifd. Ingatan: Baike. Kecerdasan: Sesuai tingkat pendidikan3. Status Neurologisa. Tanda rangsang meningeni. Sikap: Simetrisii. Pergerakan: Terbatasiii. Kaku kuduk: (+)b. Urat Saraf Kepalai. N. IkanankiriSubjektif NormalDengan bahan Tidak dilakukanii. N. IIkanankiriTajam penglihatan Tidak dilakukanLapangan penglihatan NormalMelihat warnaTidak dilakukanFundus okuliTidak dilakukan iii. N. IIIkanankiriStrabismus (-) (-)Nistagmus (-) (-)Exophtalmus (-) (-)Ptosis (+) (-)Gerakan bola mataSuperior Tidak ada kelainanInferior Tidak ada kelainanMedial Tidak ada kelainanEksoftalmus Tidak ada Endoftalmus Tidak adaPupilBesar 4 mm 4 mmBentuk bulat bulatPosisi Ditengah DitengahRefleks cahaya (-) (+)langsungRefleks cahaya tidak (-) (+)langsungMelihat kembar (-) (-)iv. N.IVkanankiriPergerakan mata(ke bawah-keluar) NormalStrabismus (-) (-)Melihat kembar (-) (-)v. N.VkanankiriMembuka mulut Agak sulitMengunyah Agak sulitMenggigit Agak sulitRefleks kornea Tidak dilakukanSensibilitas baikbaikvi. N.VIkanankiriPergerakan mata ke lateral NormalStrabismus divergen (-) (-)Melihat kembar (-) (-)vii. N.VIIkanankiriKerutan kulit dahi NormalMengerutkan dahi Normal Lipatan nasolabial NormalMenutup mata Normal Menyeringai (+) (-)Mencembungkan pipi NormalBersiul Tidak dilakukanviii. N.VIIIkanankiriDetik arloji Tidak dilakukanSuara berbisik (+)(+)Weber Tidak dilakukanSwabach Tidak dilakukanRinne Tidak dilakukan ix. N.IXkanankiriPerasaan lidah belakang Tidak dilakukan Reflek muntah Tidak dilakukanPharynx Tidak dilakukanx. N.XkanankiriArcus pharynx Tidak dilakukanBicara SulitMenelan Tidak bisa xi. N.XIkanankiriMenoleh NormalMengangkat bahu Tidak dilakukanMemalingkan kepalaTidak dilakukanxii. N.XIIkanankiriMenjulurkan lidah Deviasi ke kiriPergerakan lidah NormalTremor lidah Tidak ada Artikulasi Tidak jelas

d. Badan dan Anggota Geraki. Badan Motorik Respirasi: Simetris dalam keadaan statis dan dinamis Duduk: Sulit Bentuk columna verterbralis: Normal Pergerakan columna vertebralis: Sulit bergerak Sensibilitaskanankiri Taktil (+)(+) NyeriTidak dilakukan ThermiTidak dilakukan DiskriminasiTidak dilakukan LokalisasiTidak dilakukan Refleks Refleks kulit perut atas: Tidak dilakukan Refleks kulit perut bawah: Tidak dilakukan Refleks kulit perut tengah: Tidak dilakukan Refleks kremaster: Tidak dilakukanii. Anggota gerak atas Motorikkanankiri PergerakanNormalTidak normal Kekuatan5-5-5-51-1-1-1 Tonus NormotonusNormotonus Atrofi (-)(-) Sensibilitas kanankiri Taktil (+)(+) Nyeri Tidak dilakukan Thermi Tidak dilakukan Diskriminasi Tidak dilakukan Lokalisasi Tidak dilakukan Refleks kanankiri Biceps (+) (-) Triceps (+) (-) Radius Tidak dilakukan Ulna Tidak dilakukan Hoffman Trommer (-)(-)iii. Anggota gerak bawah Motorikkanankiri PergerakanNormal Tidak normal Kekuatan5-5-5-5 1-1-1-1 Tonus Normotonus Normotonus Atrofi (-) (-) Sensibilitaskanankiri Taktil (+)(+) Nyeri Tidak dilakukan Thermi Tidak dilakukan Diskriminasi Tidak dilakukan Lokalisasi Tidak dilakukan Reflekskanankiri Patella (+)(-) Achilles (+)(-) Babinski (-)(+) Chaddock (-)(+) Rossolimo (-)(-) Mendel-Bechterew (-)(-) Schaefer (-)(+) Oppenheim (-)(+) Gordon (-)(+) Klonus (-)(-) Tes Lasegue Tidak dilakukan Tes Kernig Tidak dilakukan Koordinasi, gait, dan keseimbangan Cara berjalan: Tidak dapat berjalan Tes Romberg: Tidak dilakukan Disdiadokokinesia: Tidak dilakukan Ataksia: Tidak dilakukan Rebound phenomenon: Tidak dilakukan Dismetria: Tidak dilakukan Gerakan-gerakan abnormal Tremor: Negatif Miokloni: Negatif Khorea: Negatif Alat vegetatif Miksi: Sulit Defekasi: Sedikit

PEMERIKSAAN PENUNJANGHematologi (13 Mei 2014)Darah LengkapHemoglobin14,8 g/dlLekosit13,79 ribu/mm3Hematokrit43 %Trombosit375 ribu/mm3LED15 mm/jamMCV75,6 fLMCH26 pgMCHC34,4 g/dlBasofil0 %Eosinofil4%* (nilai normal 1-3 %)Neutrophile stab0%* (nilai normal 3-5 %)Neutrophile segmen80%* (nilai normal 54-62)Limfosit10%* (nilai normal 25-33)Monosit6Kimia DarahDiabetes MelitusGula Darah Sewaktu285 mg/dl* (nilai normal 70mm M.A.P=Sistol+2.diastol 3 Nadi Suhu Pernafasan MotorikUkuran : atropi / hipertropi.Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan.Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.Derajat kekuatan motorik :5:Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas4:Ada gerakan tapi tidak penuh3:Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi2:Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.1:Hanya ada kontraksi0:Tidak ada kontraksi sama sekali. Refleks fisiologisa. Refleks superficial Refleks dinding perut :Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medialRespon : kontraksi dinding perut Refleks cremasterCara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawahRespon : elevasi testes ipsilateral Refleks glutealCara : goresan atau tusukan pada daerah glutealRespon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateralb. Refleks tendon Refleks Biceps (BPR):Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.Respon : fleksi lengan pada sendi siku Refleks Triceps (TPR)Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku Refleks Periosto radialisCara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasiRespon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis Refleks PeriostoulnarisCara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates Refleks Patela (KPR)Cara : ketukan pada tendon patellaRespon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris Refleks Achilles (APR)Cara : ketukan pada tendon AchillesRespon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius Refleks patologis4 BabinskyCara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anteriorRespon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya ChadockCara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anteriorRespon : seperti babinsky OppenheimCara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distalRespon : seperti babinsky GordonCara : penekanan betis secara kerasRespon : seperti babinsky SchaeferCara : memencet tendon achilles secara kerasRespon : seperti babinsky GondaCara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4Respon : seperti babinsky. Saraf cranial4Cara pemeriksaan nervus cranialis :1. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,tembakau, alkohol,dll).2. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):Dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang.3. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata) :Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.4. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III.5. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.6. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III.7. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah)senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.8. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ): test Webber dan Rinne, test Romberg dll9. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterior lidah ):membedakan rasaa manis dan asam (gula dan garam)10. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap ah!11. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus): palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.12. N.XII: Hipoglosus (gerakan lidah) : pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi. Rangsang meningeal4 Kaku kuduk: Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat Kernig sign: Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135, maka dikatakan Kernig sign positif. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik. Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 maka disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60oAda suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive, Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus diwaspadai. F = Face (wajah)Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar. A = Arms Drive (gerakan lengan)Angkat tangan lurus sejajar kedepan (90 derajat) dengan telapak tangan terbuka ke atas selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan sampai tidak bisa digerakkan sama sekali. S = Speech (bicara)Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata (gagu) atau dapat bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain sehingga komunikasi verbal tidak nyambung. T = Three of signs (ketiga tanda diatas)Ada ketiga-tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara.

MANIFESTASI KLINIS5,6Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala utama stroke iskemik akibattrombosiscerebriadalah timbulnya defisit neurologik yang mendadak, didahului dengangejala prodromal, terjadi saat istirahat atau bangun pagi dengan kesadaran yang menurun.Gejala-gejala penyumbatan sistem karotisGejala penyumbatan arteri karotis interna: Buta mendadak Disfasia jika gangguan pada sisi yang dominan Hemiparesis kontralateralGejala penyumbatan arteri cerebri anterior: Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol Gangguan mental Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh Inkontinensia Kejang-kejangGejala penyumbatan arteri cerebri media: Hemihipestesia Gangguan fungsi luhur pada korteks hemisfer dominan yang terserang afasia sensorik/ motorik.Gangguan pada kedua sisi: Hemiplegia dupleks Sukar menelan Gangguan emosional, mudah menangisGejala-gejala ganguan sistem Vertebro-basilerGangguan pada arteri cerebri posterior: Hemianopsia homonim kontralateral dari sisi lesi Hemiparesis kontralateral Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik propioseptif kontralateral (hemianestesia)Gangguan pada arteri vertebralis: Vertigo, muntah, disertai cegukan Analgesis dan termoanestesi wajah homolatearl dan pada badan dan anggota pada sisi kontralateralGangguan pada arteri cerebri posterior inferior Disfagia Nistagmus HemihipestesiaPemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium a. Hitung darah lengkapb. Elektrolit serumc. Kimia darah : GDS, ureum, kreatinin, asam urat, SGOT, SGPT, albumin, globulin, protein total, profil lipid (trigliserid, LDH cholesterol, HDLcholesterol , lipid total)d. Analisis Gas Darahe. Pemeriksaan hemostasis: INR, Prothrombin time (PT), aktifasi waktu tromboplastin parsial (aPTT), kadar fibrinogen, D-dimer, viskositas darahf. C-reactive protein (CRP), laju endap darah (LED)g. Pemeriksaan tambahan atas indikasi: protein S, protein C, ACA, AT III, homosistein, enzim jantung (CK, CK-MB, tingkat troponin), vaskulitis screening (ANA, Lupus AC)Pemeriksaan radiologia. CT scan nonkontrasCT scan memiliki sensitivitas lebih dari 95% bila digunakan dalam identifikasi perdarahan intrakranial dalam 24 jam pertama onset serangan, jadi dapat digunakan untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis perdarahan intracranial sebelum dimulainya tindakan selanjutnya pada pasien stroke. Kelemahan CT scan termasuk sensitivitas rendah untuk iskemia awal (6-8 jam setelah serangan). Kematian sel dan edema akan memperlihatkan daerah hipodens akibat infark jaringan yang diganti oleh cairan serebrospinal.b. Transcranial Doppler (TCD)TCD digunakan dalam evaluasi penyakit serebrovaskular, tetapi sering tidak akurat. Tidak adanya sinyal dalam pemeriksaan awal tidak selalu berarti oklusi. TCD sangat membantu untuk tujuan tindak lanjut setelah evaluasi awal menunjukkan lesi.c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan magnetic resonance angiography (MRA)MRI lebih sensitif dibandingkan CT scan dalam identifikasi iskemia (karena tulang tidak menurunkan gambar). MRI dan magnetic resonance angiography (MRA) sangat membantu dalam menemukan lesi okusif. MRAmemiliki sensitivitas hingga 97% dan spesifisitas hingga 98% bila digunakan untuk mengidentifikasi oklusi vertebrobasilar.d. ArteriografiProsedur ini memberikan pandangan arteri di dalam otak tidak biasanya terlihat dalam sinar-X. Dokter memasukkan tabung tipis, fleksibel (kateter) melalui sayatan kecil, biasanya di pangkal paha. Kateter dimanipulasi melalui arteri utama dan ke dalam arteri karotis atau vertebralis. Kemudian dokter menyuntikkan pewarna melalui kateter untuk menyediakan X-ray dari arteri.e. Rontgen thoraxDapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke dan adakah kelainan lain pada jantung. Selain itu dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi proses manajeman dan memperburuk prognosis.Pemeriksaan neurokardiologia. ElektrokardiografiElectrocardiography harus dilakukan pada semua pasien pada evaluasi awal. Perubahan iskemik dalam EKG harus diselidiki lebih lanjut dengan serum creatine kinase, isoenzim jantung, dan tingkat troponin karena sampai dengan 20% pasien dengan stroke akut memiliki aritmia, juga serangan jantung terjadi pada 2-3% pasien.b. Echocardiografi (transthoracic/transesofagial)Teknologi USG ini menciptakan gambar jantung, memungkinkan dokter untuk melihat apakah bekuan (embolus) dari jantung meuju ke otak dan menyebabkan stroke. Prosedur tambahan dengan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE) untuk melihat jantung dengan jelas dan memungkinkan pandangan yang lebih baik dari bekuan darah yang mungkin tidak terlihat jelas dalam ujian ekokardiografi tradisional.

Tabel 1. Perbedaan stroke iskemik dan hemoragik secara klinisStroke HemoragikStroke Non Hemoragik (iskemik)

Gejala defisit lokalBeratBerat/ringan

Permulaan (onset)Menit/jamPelan (jam/hari)

Nyeri kepalaHebatRingan/tak ada

Muntah pada awalnyaSeringTidak, kecuali lesi di batang otak

HipertensiHampir selaluSeringkali

KesadaranDapat hilangDapat hilang

Kaku kudukAda Tidak ada

HemiparesisSering sejak awalSering dari awal

Gangguan bicaraSeringSering

Stroke HemoragikStroke Non Hemoragik (iskemik)

Gejala defisit lokalBeratBerat/ringan

Permulaan (onset)Menit/jamPelan (jam/hari)

Penegakkan diagnosis stroke didasarkan pada anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik-neurologik dan pemeriksaan penunjang. Sedang untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke hemoragik dilakukan pemeriksaan radiologi Computed Tomography Scanning (CT Scan) otak.

Tabel 2. Klasifikasi stroke berdasarkan Siriraj Stroke ScoreNo.Gejala / TandaPenilaianIndeksSkor

1.Kesadaran(0) Kompos mentis(1) Mengantuk(2) Semi koma / komaX 2,5+

2.Muntah(0) Tidak(1) YaX 2+

3.Nyeri kepala(0) Tidak(1) Ya X 2+

4.Tekanan darahDiastolikX 10%+

5.Ateromaa. DMb. Angina pectorisKlaudikasio intermiten(0) Tidak(1) Ya X (-3)-

6.Konstanta-12-12

Interpretasi (1)SS> 1 : Stroke Hemoragik-1 < SS < 1 : perlu konfirmasi CT ScanSS < -1 : Stroke Non HemoragikKlasifikasi stroke berdasarkan algoritma stroke Gajah Mada

Gambar 1. Algoritma stroke Gajah Mada

PENATALAKSANAAN7Penatalaksanaan stroke iskemikKonsep tentang area penumbra merupakan dasar dalam penatalaksanaan stroke iskemik. Jika suatu arteri mengalami oklusi, maka bagian otak yang mengalami infark akan dikelilingi oleh area penumbra. Aliran darah ke area ini berkurang sehingga fungsinya pun akan terganggu, akan tetapi kerusakan yang terjadi tidak seberat area infark dan masih bersifat reversible jika aliran darah ke area ini cukup adekuat selama masa kritis, maka area ini dapat diselamatkan.Terapi Umumi. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasana. Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu, dan saturasi oksigenb. Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ ETT, bila >2minggu dianjurkan trakeostomic. Pada pasien hipoksia saturasi O2 220 mmHg atau tekanan darah diastolic (TDD) >120 mmHg. Pada pasien yang akan diberi terapi trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan sehingga TDS 185mmHg dan TDD 185 mmHg atau TD diastolik >110 mmHgm. Gula darah < 50 mg/dL atau > 400 mg/Dln. Penggunaan obat antikoagulan oral atau waktu protrombin >15 detik, INR >1,7o. Penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya dan masa tromboplastin parsial memanjangp. Trombosit 180 mmHg atau diastolik >105 mmHg.7. Jika TD sistolik 180-230 mmHg atau diastolic 105-120 mmHg pada 2 atau lebih pembacaan selang 5-10 menit, berikan Labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit. Dosis dapat diulangi atau digandakan tiap 10-20 menit sampai dosis total 300 mg atau berikan bolus pertama diikuti labetolol drip 2-8mg/menit. Pantau TD tiap 15 menit dan perhatikan timbulnya hipotensi.8. Jika TD sistolik > 230 mmHg atau diastolic 121-140 mmHg pada 2 atau lebih pembacaan selang 5-10 menit, berikan labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit. Dosis dapat diulangi atau digandakan tiap 10 menit sampai dosis total 300 mg atau berikan bolus pertama diikuti labetolol drip 2-8 mg/menit. Jika TD tidak terkontrol dapat dipertimbangkan infus sodium nitroprusid.9. Bila TD diastolik >140 mmHg pada 2 atau lebih pembacaan selang 5-10 menit, infus sodium nitroprusid 0,5 ug/kgBB/menit. 10. Tunda pemasangan NGT dan kateter11. Jangan lakukan pungsi arteri, prosedur invasif atau suntikan IM selama 24 jam pertamaTerapi perdarahan pasca trombolisis rt-PA intravena1. Hentikan infus trombolitik.2. Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, fibrinogen, masa protrombin/INR, masa tromboplastin parsial dan trombosit.3. Pasien dipuasakan.4. Siapkan tranfusi darah (PRC), FFP, kriopresipitat atau trombosit atau darah segar. Bila perdarahan banyak (lebih dari 30 % volume sirkulasi), transfusi darah perlu dilakukan.5. Pasang NGT dan lakukan irigasi dengan air es tiap 6 jam sampai perdarahan berhenti.6. Pemberian PPI secara iv dengan dosis 80 mg bolus, kemudian diikuti pemberian infuse 8 mg /jam selama 72 jam berikutnya.

Pemberian antiplatelet1. Aspirin dosis awal 325mg dalam 24-48jam setelah awitan stroke iskemik akut dianjurkan bila tidak diterapi dengan trombolitik rt-PA intravena, namun tidak boleh sebagai pengganti rt-PA. 2. Klopidogrel tunggal atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik, misalnya angina pectoris tidak stabil, non-Q-wave MI, atau recent stenting, pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.Pemberian neuroprotektan Belum menunjukkan hasil yang efektif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2x1000 mg iv 3 hari dan dilanjutkan dengan oral 2x1000mg selama 3 minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS (International Citicholine Trial in Acute Stroke, ongoing).PreventifPencegahan Primer, untuk mencegah terjadinya ateroma, yaitu: Mengatur tekanan darah baik sistoli maupun diastolic Mengurangi makan asam lemak jenuh Berhenti merokok Minum aspirin dua hari sekali (16), 300 mg/hari, pada : Individu dengan anamnesis keluarga dengan penyakit vaskuler Umur lebih dari 50 tahun Tidak ada ulkus lambung Tidak ada penyakit mudah berdarah Tidak ada alergi aspirinPenggunaan aspirin setelah mengalami TIA, dapat mengurangi kematian dan dapat meningkatkan kemungkinan untuk sembuh.Pencegahan sekunderKontrol terhadap penyakit vaskular, seperti :1. Hipertensi Hipertensi harus diatasi untuk mencegah terjadinya serangan ulang stroke. Menurut Canadian Hypertension Education Program (CHEP), target tekanan darah untuk pencegahan stroke adalah