case ss
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
Dispepsia dengan DM tipe 2, Hipertensi Grade 2
disertai Electrolit Imbalance
Dokter Pembimbing :
DR. Dr. Suyanto Sidik Sp.PD, KGEH, FINASIM
Nama Mahasiswa :
Benediktus Dhewa Setiadharma
030.08.057
Jakarta, 4 Januari 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSAL Mintohardjo
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Dispepsia
dengan DM tipe 2, Hipertensi Grade 2 disertai Electrolit imbalance” ini tepat pada
waktunya.
Laporan kasus ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian ilmu penyakit dalam RSAL Dr.Mintohardjo. Pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terimaksih kepada DR. Dr. Suyanto Sidik Sp.PD, KGEH selaku dokter
pembimbing dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koass yang ikut
memberikan bantuan dan semangat secara moril.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam
bidang ilmu penyakit dalam khususnya dan bidang kedokteran pada umumnya.
Jakarta, 4 Januari 2013
Penyusun
Benediktus Dhewa Setiadharma
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuhatau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik (misalnya tukak peptik, gastritis, kolesistitis, dan lainnya), bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. maupun yang bersifat nonorganik/fungsional/ dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya
Menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Menurut John Adam klasifikasi diabetes melitus dibagi atas empat kelompok yaitu diabetes melitus tipe-1, diabetes melitus tipe-2, diabetes melitus bentuk khusus, dan diabetes melitus gestasional.
Hiponatremia adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang kurang dari 135 mEq/L (kadar natrium serum normal adalah 140 +/- 5 mEq/L), dan dapat disebabkan oleh dua mekanisme utama: retensi air atau kehilangan natrium.
Hiponatremia menunjukkan bahwa kelebihan air yang relatif terhadap zat terlarut total mengencerkan cairan tubuh. Natrium merupakan ion ECF utama, sehingga hiponatremia umumnya berkaitan dengan hipo-osmolalitas plasma (<287 mOsm/kg). Osmolalitas plasma yang rendah menyebabkan perpindahan air masuk kedalam sel.
Hipokalemia (K+ serum < 3,5 mEq/L) merupakan salah satu kelainan elektrolit yang ditemukan pada pasien rawat inap. Di Amerika, 20% dari pasien rawat-inap didapati mengalami hipokalemia1, namun hipokalemia yang bermakna klinik hanya terjadi pada 4—5% dari para pasien ini. Kekerapan pada pasien rawat-jalan yang mendapat diuretik sebesar 40%2. Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan pada banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami karena semua intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium serum.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 72 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Askes non AL
No. Rekam Medik : 082866
Alamat : Kompleks Hankam Slipi Palmerah Jakpus
Tanggal masuk RS : 7 Desember 2012
2. Anamnesa
Alloanamnesa dengan istri pasien pada 19 Desember 2012 pukul 10.00 WIB di P.
Selayar RSAL dr. Mintohardjo
Keluhan Utama : Lemas sebelum 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Nafsu makan menurun, mual, muntah, dan BAB tidak lancar
Riwayat P enyakit S ekarang :
Pasien datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan Lemas sejak 1 hari SMRS,
Pasien muntah 4x, nafsu makan menurun, dan mual. Pasien sempat batuk- pilek 2 minggu
yang lalu tanpa demam. Saat ini pasien tidak demam. BAB tidak lancar selama 3 hari dan
perut terasa kembung. Pasien juga menyangkal pernah BAB berdarah atau BAB hitam. BAK
saat ini normal. Pasien juga riwayat menderita hipertensi sejak muda dan DM sejak tahun
2007 dan pasien baru mengetahui mengidap DM pada saat akan operasi prostat pada tahun
2007. Sebelumnya pasien pernah mengalami stroke dan mengalami lumpuh pada bagian
tubuhnya sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu Asma disangkal Riwayat Hipertensi (+) Riwayat DM (+) Alergi obat disangkal
5
Riwayat stroke (+) Riwayat Operasi prostat tahun 2007
R iwayat K ebiasaan
Pasien tidak pernah berolahraga. Pasien sering makan makanan yang berlemak.
Pasien memiliki riwayat merokok saat usia 19 tahun, tetapi sudah berhenti beberapa
tahun yang lalu. Riwayat minum alcohol disangkal oleh pasien.
Riwayat P enyakit K eluarga
Ayah pasien menderita hipertensi
Ibu pasien menderita DM
Riwayat pengobatan
Amaryl 1x2mg
Captopril 2x25mg
Amlodipine 1x5mg
3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 19 Desember 2012 pada jam 10.00 WIB di P.Selayar.
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah: 160/100 mmHg, diukur di lengan kanan
Nadi : 88x/menit,isi cukup,reguler
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 24 x/menit,tipe pernafasan thorakoabdominal
6
Antropometri
1. Tinggi badan : 163 cm
2. Berat badan : 70 kg
3. BMI : 26,3
4. Gizi : Overweight
1. Kulit
Warna : sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik dan tidak sianosis
Lesi : tidak terdapat efloresensi bermakna
Rambut : tumbuh rambut pada permukaan kulit.
Turgor : baik
Suhu raba : hangat
2. Kepala
Simetri wajah : simetris
Nyeri tekan sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus
Pertumbuhan Rambut : distribusi merata, warna hitam
Deformitas : tidak terdapat deformitas
3. Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor +/+, diameter 5 mm, reflex cahaya langsung dan
tidak langsung +/+
4. Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : -/-
Nyeri tarik auricular : -/-
Nyeri tekan tragus : -/-
5. Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
7
Septum : terletak di tengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak terdapat hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : perdarahan (-)
6. Mulut dan tenggorok
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-Geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak kotor
Tonsil : T1/T1 tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcusfaring simetris, uvula di tengah
7. Leher
Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena, JVP 5+2 CmH2O
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah
8. Kelenjar getah bening
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB di leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran KGB di aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran KGB di inguinal
9. Thorax
Pulmo
Inspeksi : Dinding dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi intercostal(-),
gerak tertinggal(-),jejas(-),spider nervi(-),pelebaran vena(-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus paru kanan = paru kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, suara tambahan rhonkhi (-/-),wheezing(-/-)
Thorax belakang
Inspeksi ; Bentuk simetris,gerak nafas simetris saat statis maupun dinamis
Palpasi : Nyeri tekan(-),vokal fremitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, suara tambahan rhonkhi (-/-),wheezing(-/-)
Cor
8
Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : teraba pulsasi ictus cordis pada ICS VI, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS III - V linea sternalis dextra
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
Batas kiri jantung : ICS VI 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1&2 reguler, murmur(-), gallop(-)
10. Abdomen
Inspeksi : permukaan cembung, venektasi(-),spidernervi(-)
Palpasi : supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan(-), ballotement (-)
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen,nyeri
ketuk(-), shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus 4-5x/ menit, normal
11. Ekstremitas
- Superior : oedem(-/-), jari tabuh (-/-),sianosis (-/-),akral hangat(+/+)
- Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-),Akral hangat (+/+)
9
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 7-12-2012
8-12-2012
9-12-2012
10-12-2012
12-12-2012
14-12-2012
15-12-2012
17-12-2012
18-12-2012
Glucotest 135↑ 154↑ 157↑ 176↑ 158↑ 161↑ 146↑ 147↑
HbA1c 7,2↑
Trigliseride 95
HDL 178
LDL 115
As.urat 5,7
Na 134 131↓ 128↓ 127↓ 120↓ 134↓ 132↓ 135 137
K 2,7 2,9↓ 3,3↓ 3,0↓ 2,3↓ 2,2↓ 2,6↓ 2,6↓ 2,1↓
Cl 99 101 104 105 104 101 101 100 98
Leukosit 6.900 7.400 7.400
Eritrosit 4,69 4,84 4,44
LED
Hb 13,5 13,8 12,6
Ht 41 42 38
Thrombosit
161.000 174.000 234.000
Basofil -
Eosinofil 2
Batang -↓
Segmen 75↑
Limfosit 12↓
Monosit 1↓
Protein total
5,2↓
10
Albumin 3,2↓
Globulin 2,0↓
Bil. total 0,97
Bil. direk 0,42
Bil.indirek 0,12
Ca 7,2↓ 10,4
Tanggal 20-12-2012
22-12-2012
23-12-2012
24-12-2012
25-12-2012
26-12-2012
27-12-2012
Glucotest 161↑ 200↑ 157↑ 167↑ 126↑ 139↑ 148↑
HbA1c
Trigliseride
HDL
LDL
As.urat
Na 142 135 135 137
K 3,6 2,2↓ 3,5 2,5↓
Cl 107 97 107 96
Leukosit 36.200↑ 6.700 16.500↑ 6.600
Eritrosit 4,36 4,5 4,03 4,2
LED 10
Hb 12,4 12,7 13,5 12,8
Ht 38 34 36 37
Thrombosit
285.000 209.000
226.000 197.000
11
Basofil -
Eosinofil -↓
Batang -↓
Segmen 79↑
Limfosit 12↓
Monosit 9↑
Protein total
Albumin
Globulin
Bil. direk
Bil. indirek
Ca
Typhus H +/positif 1/320
Paratyphus AH
-
Typhus O -
Paratyphus AO
-
b. Pemeriksaan rontgent thorax PA
Cor : CTR>50%, aorta dilatasi, elongasi, dan kalsifikasi
Pulmo : Cefalisasi
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang dan soft tissue baik
Kesan : Cardiomegali disertai dilatasi, elongasi, Atherosclerosis aorta.
Tanda Bendungan paru dini
12
c. Pemeriksaan CT scan - Tampak lesi hipodens di kapsula interna kanan- Sulci dan gyri prominen- Midline pada posisi tengah- System ventrikel, ruang subarachnoid dan cistema prominen- Cerebellum lainnya,pons dan medulla oblongata yang terscan baik- Perselubungan sinus maxilla kanan, sinus paranasal lainnya dan mastoid baik- Cerebellopontine angle baik, tidak tampak lesi patologik- Orbita dan soft tissue maxillofascial yang terscan baik- Tulang- tulang intak
Kesan : - Infark cerebri kanan
- atropi cerebri
- Sinusitis maxillaris kanan
d. Pemeriksaan USG abdomen- Hati : Permukaan rata, sudut tumpul, echo kasar merata- Kandung empedu : Besar dan bentuk normal, dinding tipis, batu (-)- Saluran empedu: tidak melebar- Ginjal kanan : Cortex normal, pelvis renis normal, batu (-)- Ginjal kiri : Cortex normal, pelvis renis batas kabur- Limpa : tidak membesar- Pankeras : normal- Lain- lain : Vesica urinaria dinding menebalKesan : Fatty liver dengan ischaemic renal sinistra + Cystitis
4. ResumePasien datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan Lemas sejak 1 hari SMRS,
Pasien muntah 4x, nafsu makan menurun, dan mual. Pasien sempat batuk- pilek 2 minggu
yang lalu tanpa demam. Saat ini pasien tidak demam. BAB tidak lancar selama 3 hari dan
perut terasa kembung. Pasien juga menyangkal pernah BAB berdarah atau BAB hitam. BAK
saat ini normal. Pasien juga riwayat menderita hipertensi sejak muda dan DM sejak tahun
2007 dan pasien baru mengetahui mengidap DM pada saat akan operasi prostat pada tahun
2007. Sebelumnya pasien pernah mengalami stroke dan mengalami lumpuh pada bagian
tubuhnya sebelah kiri. Riwayat hipertensi (+), riwayat stroke (+), riwayat DM (+).Pasien
tidak pernah berolahraga. Pasien sering makan makanan yang berlemak. Pasien
memiliki riwayat merokok saat usia 19 tahun, tetapi sudah berhenti beberapa tahun
yang lalu. Ayah pasien menderita hipertensi dan ibu pasien menderita DM.
13
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dan compos mentis. Pada tanda-
tanda vital didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit,regular,isi
cukup,frekuensi pernafasan 24 x/menit teratur tipe abdominothorakal, suhu 36,6oC axila, pada
Pemeriksaan thorax jantung didapatkan pulsasi ictus cordis pada ICS VI, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra , batas Kanan Atas jantung ICS II linea parasternalis dextra, batas kiri
atas jantung ICS III 1 cm lateral linea midklavikularis sinistra,batas kanan bawah jantung
ICS V linea parasternalis dextra,batas kiri bawah jantung: ICS VI 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra,Auskultasi didapatkan bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur(-),
gallop(-).
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Desember 2012 didapatkan glucotest 135
dan HbA1c 7,2% dan terdapat hipokalemia. Pada tanggal 8 sampai 12 Desember 2012
didapatkan hiponatremi dan hipokalemia. Pada tanggal 22 Desember terdapat peningkatan
leukosit sebesar 36.200 dan pada tanggal 24 terdapat penurunan leukosit sebesar 16.500. pada
tanggal 26 Desember 2012 didapatkan penurunan leukosit sampai nilai normal yaitu 6.600.
Pada pemeriksaan rontgent thorax PA didapatkan kesan Cardiomegali disertai
dilatasi, elongasi, Atherosclerosis aorta dan tanda Bendungan paru dini.
Pada pemeriksaan CT- Scan didapatkan kesan infark cerebri kanan, atropi cerebri,
dan Sinusitis maxillaris kanan.
Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan Fatty liver dengan ischaemic
renal sinistra dan Cystitis.
5. Diagnosis KerjaDispepsia, DM tipe 2 dan Hipertensi grade 2 dengan elektrolit imbalance
6. Diagnosis TambahanHemipareses dextra et causa infark cerebri hemisfer sinistra et causa stroke non hemorrhagic
7. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa :
- Observasi tanda-tanda vital
- Tirah baring
- Diet Rendah Garam
- Diet DM 1700 kalori
- Fisioterapi
Medikamentosa:
- IVFD RL 20 tpm14
- Ranitidin 2x1 amp
- Ondansentron 3x1 amp
- Glukopak 500mg 2x500
- Tensivash 1x5mg
- KSR 1x1
- OMZ 2x1
- Novorapid 3x4 iu
- Lacbon 2x2
- Oralit 3x1
- Aspar K 3x2
- Levofloxacin 500mg 1x1
- Enzyplex 3x1
- IVFD RL + drip KCl 25meq 8tpm 2x/hari
9 . Prognosis
ad vitam : dubia ad bonam
ad functionam : dubia ad malam
ad sanationam : dubia ad malam
15
Follow up
7-12-2012 8-12-2012 10-12-2012 12-12-2012
S : BAB 1x warna
kuning, keras
S: BAK merah,
BAB cair 1x,
ampas (+)
S:BAB cair
warna
kekuningan,
perut
membuncit
S: BAB cair (-),
makan minum
(+)
O:KU: tampak sakit
sedang
TD:150/100
T:36,5oC
N:100x/menit
P:24x/menit
Kepala:
konjungtiva
anemis -/-
sklera ikterik -/-
Leher: DBN
Thorax : DBN
Abdomen: DBN
Ekstremitas:
Akral hangat +
Oedem -
O:TD:190/130
P:20x/menit
N:88x/menit
T:36,2oC
Lab :
Na : 131↓
K : 2,9↓
O:TD:160/90
P:26x/menit
N:90x/menit
T:36,6 oC
Lab :
Na : 127↓
K : 3,0↓
O:TD 170/90
R:26x/menit
N:88x/menit
T:36,5 oC
Lab :
Na : 134↓
K : 2,2↓
A: Dispepsia
DM tipe 2
A: DM tipe 2
HT grade 2
A: DM tipe 2
HT grade 2
A: DM tipe 2
HT grade 2
16
HT grade 2
Hipokalemia
Dispepsia
Hipokalemia
Dispepsia
Hipokalemia
Hiponatremia
Dispepsia
Hipokalemia
Hiponatremia
P:-IVFD RL 20 tpm
-Inj.Ranitidin 2x1
amp
-Inj.Ondansentron
3x1 amp
-Glukopak 2x500mg
-Tensivash 1x5mg
-Novorapid 3x4iu
P: -Diet DM
1700kal
-IVFD RL
20tpm
-KSR 1x1
-Ranitidin 2x1
amp
-Ondansentron
3x1 amp
-Glukopak
3x500mg
-Tensivash
1x10mg
P:Terapi
lanjutkan
P:-OMZ 2x1
Terapi lain
lanjutkan
17-12-2012 19-12-2012 22-12-2012 26-12-2012
S : Sakit perut,
mencret
S: Diare
berkurang
S:Tidak sadar S: Agak demam
tadi malam,
lemas
O:TD:150/100
T:36,5oC
N:100x/menit
P:24x/menit
Lab :
Na : 132↓
K : 2,4↓
O:TD:170/100
R:20x/menit
N:82x/menit
T :36 oC
O:TD:90/60
R
:20x/menitN
:62x/menit
T 36,2oC
O:TD:170/100
R:20x/menit
N 82x/menit
T 36,2 oC
Lab :
Widal typhoid
H : + / positif
1/320
17
A: Dispepsia
DM tipe 2
HT grade 2
Hipokalemia
Hiponatremia
A: DM tipe 2
HT grade 2
Dispepsia
Hipokalemia
Hiponatremia
A: DM tipe 2
HT grade 2
Hipokalemia
Hiponatremia
A: DM tipe 2
HT grade 2
Demam tifoid
P:-Aspar K 3x2
-Oralit 3x1
-Cedocard 5mg 3x1
-Lacbon 2x2
Terapi lain lanjutkan
P: -IVFD NaCl
0,9% 8tpm
-KCl 25meq
2x/ hari
Terapi lain
lanjutkan
P:Terapi
lanjutkan
P:-Levofloxaxin
500mg 1x1
-Enzyplex 3x1
Terapi lain
lanjutkan
18
BAB III
ANALISA KASUS
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Gejala seperti muntah, nafsu makan menurun, mual,
BAB tidak lancar dan perut kembung merupakan gejala umum yang biasa disebabkan
oleh gangguan pada sistem pencernaan.
Pada pasien ini termasuk dalam tipe dyspepsia organic karena terdapat
kelainan organic seperti DM yang dapat mengakibatkan neuropati sentral sehingga
mengganggu aktivitas saluran cerna dan riwayat stroke yang dapat berakibat
gastroparesis. Pasien datang ke IGD RSAL Mintohardjo dengan keluhan lemas sejak
1 hari SMRS, Pasien muntah 4x, nafsu makan menurun, dan mual. Saat ini pasien
tidak demam. BAB tidak lancar selama 3 hari dan perut terasa kembung. Pasien juga
menyangkal pernah BAB berdarah atau BAB hitam.
Pasien ini kemudian mendapat terapi Ondansentron yaitu golongan selective
5- HT3 receptor antagonist sebagai anti emetik. Pasien juga mendapat terapi Ranitidin
yang merupakan golongan obat antagonis reseptor H2, yang dapat menghambat
sekresi asam lambung sehingga mengurangi mual.
DM tipe 2 disebabkan oleh resistensi reseptor insulin sehingga walaupun
kadar insulinnya normal tetapi glukosa dalam darah tetap tidak dapat dimasukkan
kedalam sel.
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin,
atau hemoglobin glikosilasi disingkat sebagai A1C, merupakan cara yang digunakan
untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini tidak dapat
digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan A1C
dianjurkan dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.
Pada kasus pasien ini termasuk DM tipe 2 karena tidak didapatkan faktor
juvenile dan didapatkan gula darah yang tinggi serta riwayat DM sebelumnya. HbA1c
pada pasien ini 7,2% dan pada riwayat keluarga, ibu pasien juga menderita DM.
19
Pasien juga rutin minum obat DM seperti Glukopak dan Amaryl. Diet DM pada
pasien ini berdasarkan tinggi 163 dan berat badan 70 adalah sebanyak 1700kal dengan
rumus Broca. Walaupun kadar insulin dalam tubuhnya meningkat, tetapi jika tidak
dibarengi dengan sensitivitas terhadap insulin, maka kadar glukosa dalam darahnya
akan tetap tinggi. Merujuk pada kasus ini, maka terapi yang digunakan adalah obat
yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin seperti metformin dan
glimepirid.
Hipertensi adalah meningkatnya resistensi perifer yang disebabkan oleh
banyak faktor. Menurut JNC 7 Hipertensi pada pasien ini termasuk hipertensi grade 2
karena tekanan darah pada pasien ini lebih dari 160 untuk systole dan lebih dari 110
untuk diastole. Pada pasien ini juga didapatkan hipertensi dan riwayat hipertensi
sebelumnya serta riwayat keluarga hipertensi yaitu ayah pasien. Pasien juga rutin
minum obat penurun tekanan darah. Pasien juga ada riwayat stroke yang dapat
merupakan komplikasi akibat hipertensi tetapi pada gambaran CT-scan dan diagnosa
dokter neurologi stroke pasien ini termasuk stroke non hemoragic. Penyebab
hipertensi pada pasien ini tidak diketahui. Penyebabnya kemungkinan dapat berasal
dari makanan yang banyak mengandung garam, stress, serta riwayat hipertensi pada
keluarga. Komplikasi yang dapat terjadi dari hipertensi sendiri adalah dapat mengenai
organ-organ seperti jantung, ginjal, serta pembuluh – pembuluh darah kapiler.
Apabila terkena pada pembuluh darah kapiler di otak maka akan terjadi stroke
hemoragik dan terjadi ischemi dari jaringan otak.
Hiponatremia adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang
kurang dari 135 mEq/L (kadar natrium serum normal adalah 140 +/- 5 mEq/L), dan
dapat disebabkan oleh dua mekanisme utama: retensi air atau kehilangan natrium.
Hiponatremia menunjukkan bahwa kelebihan air yang relatif terhadap zat terlarut total
mengencerkan cairan tubuh. Natrium merupakan ion ECF utama, sehingga
hiponatremia umumnya berkaitan dengan hipo-osmolalitas plasma (<287 mOsm/kg).
Sodium deficit pada pasien ini dapat dihitung dengan rumus 0,5 x 70 (kg) x (135-
120) = 525 mEq. Kemudian water excess pada pasien ini juga dapat diukur dengan
rumus Total Body Water x (1- PNa/140 ) = …ml = (0,6x70)x (1-120/140 ) =
42x0,143 = 6ml. Jadi Water excess pada pasien ini 6ml.
Hiponatremia pada pasien ini termasuk hiponatremi hypertonic yang
disebabkan hiperglikemi pada diabetik karena ada riwayat DM dan kadar glukosa
20
yang tinggi sehingga penanganan hiponatremia yang berkaitan dengan keadaan
hiperglikemia diabetik, tidak bertujuan untuk meningkatkan kadar natrium serum,
karena keadaan ini tidak mencerminkan hiponatremia yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, penanganannya adalah dengan pemberian insulin dan glukosa.
Hipokalemia adalah kelainan elektrolit yang ditandai dengan kadar K+ serum
< 3,5 mEq/L. Pada pasien ini juga terdapat hipokalemia yang disebabkan hiperglikemi
pada diabetic karena ada riwayat DM dan kadar glukosa yang tinggi. Hiperglikemi
merangsang insulin dan insulin diketahui dapat merangsang influx kalium kedalam sel
otot. Selain itu penyebab hipokalemia yang lain pada pasien ini adalah penggunaan
insulin karena insulin dan obat katekolamin simpatomimetik dapat merangsang influx
kalium ke dalam sel otot. Koreksi hipokalemia pada hipokalemia ringan dapat
diberikan KCl drip 2 mEq/jam dan sebaiknya tidak didrip dalam larutan dextrose
karena dapet merangsang insulin tubuh. Koreksi hipokalemia pada pasien ini adalah
sekitar 48 mEq/hari atau sekitar 50mEq/hari.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Price Sylvia A., dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Memphes, Tennessee. EGC. 2005.
2. Guyton & Hall. Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical Physiology). Mississippi. EGC. 1997.
3. Mcphee Stphen J, dkk. Current Medical Diagnosis and Treatment. 2011.4. Horne Mima M., dkk. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa. Tennesse. EGC. 2000.5. Hyponatremia : Fluid and Electrolite Metabolism Merck manual.
(http://www.merckmanuals.com/professional/sec12/ch156/ch156d.html) diambil pada tanggal: 4 Januari 2013
6. Kasper, Brauwald, dkk. 16th Edition Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA. McGraw Hill. 2005.
7. Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien. Edisi 3. Jakarta : EGC
8. Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran (IAPK)
9. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapilus10. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium Replacement in
Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436. 11. Gennari F.J. Hypokalemia: Current Concept. The New England Journal of Medicine 1998 Aug
13;339(7): 451-458 12. Tannen R.L. Potassium Disorders. In Kokko & Tannen. Fluid and ELectrolytes. WB Saunders
Company 3rd ed., p.123 13. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A problem-based
approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358 14. Sunil Gomber and Viresh Mahajan. Clinico-Biochemical Spectrum of Hypokalemia. Indian
Pediatrics 1999;36:1144-1146 15. AJ Nicholls & IH Wilson. Perioperative Medicine : managing surgical patients with medical
problems. OXFORD University Press; 2000. 16. http://tbmcalcaneus.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=73 diambil pada
tanggal : 2 Januari 201317. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penanganan%20dispepsia%20pada%20lanjut%20usia
%20(prof%20wibawa).pdf diambil pada tanggal : 2 Januari 201318. http://info-medis.blogspot.com/2009/01/dispepsia.html diambil pada tanggal 3 Januari 201319. http://drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/dispepsia-fungsional.html diambil pada
tanggal 2 Januari 2013
22