sistem biliaris ss

22
SISTEM BILIARIS ANATOMI Sistem biliaris disebut juga sistem empedu. Sistem biliaris dan hati tumbuh bersama. Berasal dari divertikulum yang menonjol dari foregut, dimana tonjolan tersebut akan menjadi hepar daan sistem biliaris. Bagian kaudal dari divertikulum akan menjadi gaall bladder (kandung empedu), ductus cysticus, ductus biliaris communis (ductus choledochus) dan bagian cranialnya menjadi hati dan ductus hepaticus biliaris. Kandung empedu berbentuk buah pear kecil yang diliputi oleh peritoneum dan menempel ke permukaan bawah dari lobus kanan dan lobus quadratus hati. Kandung empedu panjangnya ± 10 cm, diameter 3-5 cm dan menganduing 30-60 cc bile. Secara anatomis, kandung empedu terbagi menjadi : fundus (ujung), corpus, infundibulum dan leher yang berhubungan dengan ductus cysticus. Ductus cysticus berjalan dari hati ke arah kandung empedu, panjangnya 1-2 cm, diameter 2-3 cm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa yang banyak sekali membentuk duplikasi (lipatan- lipatan) yang disebut VALVE OF HEISTER, yang mengatur pasase bile ke dalam kandung empedu dan menahan alirannya dari kandung empedu. Ductus cysticus bergabung dengan ductus hepaticus communisv menjadi ductus biliaris communis (ductus choledochus). Ductus choledochus panjangnya 10 – 15 cm dan berjalan menuju duodenum dari sebelah belakang, akan menembus pankreas dan bermuara di sebelah medial dari duodenum descendens. Tempat muaranya ini disebut PAPILLA VATERI. Dalam keadaan normal, ductus 1

Upload: suzan-lai

Post on 22-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BATU EMPEDU

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Biliaris SS

SISTEM BILIARIS

ANATOMI

Sistem biliaris disebut juga sistem empedu. Sistem biliaris dan hati tumbuh bersama.

Berasal dari divertikulum yang menonjol dari foregut, dimana tonjolan tersebut akan menjadi hepar

daan sistem biliaris. Bagian kaudal dari divertikulum akan menjadi gaall bladder (kandung

empedu), ductus cysticus, ductus biliaris communis (ductus choledochus) dan bagian cranialnya

menjadi hati dan ductus hepaticus biliaris.

Kandung empedu berbentuk buah pear kecil yang diliputi oleh peritoneum dan menempel

ke permukaan bawah dari lobus kanan dan lobus quadratus hati. Kandung empedu panjangnya ± 10

cm, diameter 3-5 cm dan menganduing 30-60 cc bile. Secara anatomis, kandung empedu terbagi

menjadi : fundus (ujung), corpus, infundibulum dan leher yang berhubungan dengan ductus

cysticus.

Ductus cysticus berjalan dari hati ke arah kandung empedu, panjangnya 1-2 cm, diameter 2-

3 cm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa yang banyak sekali membentuk duplikasi (lipatan-

lipatan) yang disebut VALVE OF HEISTER, yang mengatur pasase bile ke dalam kandung empedu

dan menahan alirannya dari kandung empedu. Ductus cysticus bergabung dengan ductus hepaticus

communisv menjadi ductus biliaris communis (ductus choledochus).

Ductus choledochus panjangnya 10 – 15 cm dan berjalan menuju duodenum dari sebelah

belakang, akan menembus pankreas dan bermuara di sebelah medial dari duodenum descendens.

Tempat muaranya ini disebut PAPILLA VATERI. Dalam keadaan normal, ductus choledochus

akan bergabung dengan ductus pancreaticus WIRSUNGI (baru mengeluarkan isinya ke duodenum)

Tapi ada juga keadaan di mana masing-masing mengeluarkan isinya, pada umumnya bergabung

dulu. Pada pertemuan (muara) ductus choledochus ke dalam duodenum, disebut

choledochoduodenal junction (di tempat ini ada sphincter ani).

1

Page 2: Sistem Biliaris SS

FISIOLOGI

1. Fungsi Empedu:

o Berperan untuk penyerapan lemak yaitu dalam bentuk emulsi, juga penyerapan

mineral. Contoh : Ca, Fe, Cu

o Merangsang sekresi enzim (Contoh: lipase pankreas)

o Penyediaan alkalis untuk menetralisir asam lambung di duodenum

o Membantu ekskresi bahan-bahan yang telah dimetabolisme di dalam hati

2. Fungsi sistem bilier ekstrahepatik (transport saluran empedu)

o Transportasi empedu dari hepar ke usus halus

o Mengatur aliran empedu

o Storage (penyimpanan) dan pengentalan dari empedu

Hati menghasilkan ± 600 – 1000 cc bile/ hari dengan BJ ± 1,011 yang 97%-nya air

Kandung empedu akan mengentalkan empedu 5 – 10 kali dengan cara menyerap air dan

mineral lalu mengekskresinya dengan BJ 1.040.

Kendati tidak terdapat makanan di dalam usus, hati tetap secara kontinu mensekresi bile yang

kemudian disimpan sementara di dalam saluran empedu oleh karena kontraksi dari sphincter

odi.

Bila tekanan dalam saluran empedu meningkatkan maka terjadi refleks dari empedu masuk ke

dalam kandung empedu di mana akan disimpan dan dikentalkan.

Begitu makanan masuk dari lambung ke duodenum maka akan keluar hormon cholecystokinin

2

Page 3: Sistem Biliaris SS

Pengaruh hormon disertai dengan rangsang saraf akan menyebabkan kontraksi dinding kandung

empedu dan relaksasi sphincter odi sehingga menyebabkan bile mengalir ke usus

Lemak dan protein merangsang kuat terhadap kontraksi dari kandung empedu sedangkan

karbohidrat sedikit pengaruhnya

Nyeri yang timbul dari kandung empedu dan ductus empedu disebabkan karena distensi dan

sering disertai dengan nausea, muntah

Rasa nyeri itu diakibatkan oleh serat-serat sensoris simpatis yaitu dari segment T7-10 dan rasa

nyeri dirasakan di daerah epigastrium.

Nyeri yang timbul bersifat intermitten (Hilang timbul), berkaitan dengan tekanan di dalam

sistem biliaris.

Peradangan kandung empedu juga akan menyebabkan nyeri di daerah hypochondrium kanan,

daerah infra scapula, daerah substernal dan kadang-kadang berhubungan dengan rangsang

N.phrenicus sehingga menyebabkan nyeri di daerah puncak bawah bahu kanan.

Distensi kandung empedu dan salurannya secara refleks dapat mengakibatkan penurunan aliran

darah dalam A.coronaria sehingga menyebabkan aritmia jantung.

CHOLELITHIASIS

PENDAHULUAN

Batu empedu / cholelithiasis merupakan penyakit yang sering ditemukan di seluruh dunia

terutama pada wanita gemuk, umur > 40 tahun (Female, fat, forty), mempunyai banyak anak dan

sering pada penderita diabetes mellitus. Pada anak-anak jarang kecuali pada hemolitik anemia.

Insidensnya sangat tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh orang kulit putih dan akhirnya

orang Amerika dan Afrika. Wanita 4x laki-laki.

Angka kejadian penyakit batu empedu dan penyakit saluran empedu lainnya di Indonesia

diduga tidak jauh berbeda dengan angka di negara lain di Asia Tenggara.

PATOGENESIS

Batu empedu merupakan endapan 1 atau lebih komponen empedu : kolesterol bilirubin,

garam empedu, kalsium dan protein. Batu empedu dapat terbentuk dari bilirubin saja, kolesterol

saja atau dapat berupa batu campuran kolesterol. Batu campuran ini juga mengandung kalsium.

3

Page 4: Sistem Biliaris SS

Kondisi klinis yang dikaitkan dengan insidens batu empedu yang tinggi adalah :

- Diabetes

- Sirosis hati

- Pankreatitis

- Kanker kandung empedu

- Penyakit atau reseksi ileum

- Hiperlipidemi tipe IV

- Obesitas

- Kehamilan

Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada bagian

saluran empedu lainnya. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna, akan

tetapi faktor predisposisi yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh

perubahan susunan empedu, statis empedu dan infeksi kandung empedu.

Perubahan susunan empedu, merupakan yang paling penting pada pembentukan batu empedu.

Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita penyakit batu kolesterol berlebihan

ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya.

Stasis empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan

pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme Sfingter Oddi

atau keduanya dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan, dapat

dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu. Jika ada statis maka reabsorbsi

akan meningkat, kemungkinan mengambil air lebih besar sehingga meningkatkan konsentrasi

kolesterol dan kolesterol menjadi mudah mengendap.

Infeksi bakteri dalam saluran empedu berperan melalui peningkatan deskuamasi sel dan

pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur selular atau bakteri dapat

berperanan sebagai pusat presipitasi. Tapi, infeksi mungkin lebih sering menjadi akibat

pembentukan batu empedu daripada sebab pembentukan batu empedu.

JENIS BATU

Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya terdapat 3 golongan besar batu

empedu :

1. Batu kolesterol

Proses pembentukan batu kolesterol melalui 4 tahap yaitu :

1) Penjenuhan empedu oleh kolesterol

Keadaan ini disebabkan oleh :

i. Bertambahnya sekresi kolesterol, dapat terjadi pada keadaan :

4

Page 5: Sistem Biliaris SS

obesitas

diit tinggi kalori dan kolesterol

pemakaian obat yang mengandung estrogen dan klofibrat

ii. Penurunan relatif asam empedu atau fosfolipid

Terjadi pada penderita :

Gangguan absorbsi di ileum

Gangguan daya pengosongan primer kandung empedu

Penjenuhan kolesterol yang berlebihan tidak dapat membentuk batu,

kecuali bila ada nidus dan ada proses lain yang menimbulkan kristalisasi.

2) Pembentukan nidus

Nidus dapat berasal dari pigmen empedu, mukoprotein, lendir, protein lain,

bakteria atau benda asing lain.

3) Kristalisasi

Setelah kristalisasi meliputi suatu nidus akan terjadi pembentukan batu.

4) Pertumbuhan batu

Pertumbuhan batu terjadi karena pengendapan kristal kolesterol diatas matriks

inorganik dan kecepatannya ditentukan oleh kecepatan relatif pelarutan dan

pengendapan. Struktur matriks berupa endapan mineral yang mengandung

garam kalsium.

2. Batu Kalsium Bilirubinat

Disebut juga batu lumpur atau batu pigmen. Batu ini sering ditemukan dalam

ukuran besar oleh karena batu kecil ini bersatu. Batu kalsium bilirubinat yang sangat

besar dapat ditemukan di dalam saluran empedu. Batu kalsium bilirubinat adalah batu

empedu dengan kadar kolesterol < 25 %. Pembentukan batu ini berhubungan jelas

dengan bertambahnya usia.

Pada penderita batu kalsium bilirubinat, tidak ditemukan empedu yang sangat jenuh

dengan kolesterol baik di dalam kandung empedu maupun di hati, konsentrasi bilirubin

yang tidak berkonjugasi meningkat baik di dalam kandung empedu maupun di dalam

hati.

Infeksi, stasis dekonjugasi bilirubin dan ekskresi kalsium merupakan faktor kausal.

Stasis disebabkan adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi billier dan parasit

(Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica dan Ascaris lumbricoides).

5

Page 6: Sistem Biliaris SS

Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. coli, kada enzim glukoronidase

dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukuronat. Kalsium

mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Umumnya batu ini

terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi.

3. Batu pigmen hitam / batu bilirubin

Batu ini banyak ditemukan pada pasien dengan gangguan keseimbangan metabolik

seperti anemia hemolitik dan sirosis hati tanpa didahului infeksi.

Batu pigmen ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Patogenesis

terbentuknya batu pigmen ini belum jelas. Umumnya terbentuk dalam kandung

empedu dengan empedu yang steril.

Kebanyakan batu ductus choledocus berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga batu

yang terbentuk primer di dalam saluran empedu ekstrahepatik maupun intrahepatik.

Tabel 1. Perbedaan 3 Jenis Batu

Batu Cholesterol Batu Calsium Bilirubinat Batu Pigmen Hitam

Bentuk Bulat / oval /

mulberry

Tidak teratur, rapuh Tidak berbentuk,

seperti bubuk

Ukuran Besar, soliter /

multiple

Kecil-kecil, banyak Kecil, majemuk

Warna Kuning pucat Coklat, kemerahan, hitam Hitam / hitam

kecoklatan

Komponen 70 % kolesterol,

sisanya : kalsium

karbonat, kalsium

palmitit, kalsium

bilirubinat

Kalsium bilirubinat,

kolesterol < 25 %

Derivat polymerized

bilirubin sisa zat hitam

yang tidak terekstrasi

Insidens

terbanyak di :

Negara barat : 80 % Umum di seluruh

dunia, banyak di Asia

Timur

6

Page 7: Sistem Biliaris SS

LOKASI BATU EMPEDU

o Batu kandung empedu

Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu.

Kalau batu kandung empedu (kolesistolitiasis) ini berpindah ke dalam saluran empedu

ekstrahepatik, disebut batu saluran empedu sekunder atau koledokolitiasis sekunder. Istilah

kolelitiasis menunjukkan penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung

empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya.

Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga batu

yang terbentuk primer di dalam saluran empedu ekstrahepatik maupun intrahepatik. Batu

primer saluran empedu, harus memenuhi kriteria sebagai berikut: ada masa asimptomatik

setelah kolesistektomi, morfologi cocok dengan batu empedu primer, tidak ada striktur pada

duktus koledokus atau tidak ada sisa duktus sistikus yang panjang. Khusus untuk orang Asia,

dapat ditemukan sisa cacing askaris atau cacing jenis lain di dalam batu tersebut.

Morfologik batu primer saluran empedu antara lain bentuk ovoid, lunak, rapuh, seperti

lumpur atau tanah, dan warna coklat muda sampai coklat gelap.

Di dunia barat di mana yang predominan adalah batu kolesterol, batu kandung empedu

lebih banyak ditemukan pada usia muda di bawah 40 tahun. Pada usia yang lebih tua di atas 60

tahun, insidens batu saluran empedu meningkat.

Untuk kurun waktu puluhan tahun, jenis batu empedu yang predominan di wilayah Asia

Timur adalah batu kalsium bilirubinat, yang dapat primer terbentuk di mana saja di dalam

sistem saluran empedu, termasuk intrahepatik (hepatolitiasis). Tentu saja kedua jenis batu

empedu tersebut dapat saja ditemukan di wilayah manapun di dunia, yang berbeda barangkali

insidensnya saja.

Perubahan gaya hidup, termasuk perubahan makanan, berkurangnya infeksi parasit, dan

menurunnya frekuensi infeksi empedu, mungkin menimbulkan perubahan insidens

hepatolitiasis.

Hepatolitiasis ialah batu empedu yang terdapat di dalam saluran empedu dari awal

percabangan duktus hepatikus kanan dan kiri meskipun percabangan tersebut mungkin terdapat

di luar parenkim hati. Batu tersebut umumnya berwarna coklat, lunak, bentuk seperti lumpur

7

Page 8: Sistem Biliaris SS

dan rapuh, serta mengandung lebih dari 30 % bilirubin yang bersenyawa dengan kalsium.

Hepatolitiasis akan menimbulkan kolangitis rekurens yang sering sulit penanganannya.

Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus melalui duktus

sistikus. Di dalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan

sumbatan aliran empedu secara parsial atau komplit sehingga menimbulkan gejala kolik

empedu. Pasase batu empedu berulang melalui duktus sistikus yang sempit dapat menimbulkan

iritasi dan perlukaan sehingga dapat menimbulkan peradangan dinding duktus sistikus yang

selanjutnya dapat menimbulkan striktur. Kalau batu terhenti di dalam duktus sistikus karena

diameter batu yang terlalu besar atau tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada disana

sebagai batu duktus sistikus.

o Batu duktus koledokus

Batu duktus koledokus dapat soliter atau multipel dan ditemukan pada 4-12 % kasus

yang akan dilakukan kolesistektomi. Pada kasus-kasus yang jarang, batu mulai terbentuk pada

duktus koledokus tersebut. Batu ini disebut batu primer, berbeda dengan batu sekunder yang

mulai terbentuk pada kandung empedu. Batu primer pada umumnya lunak, nonfaceted (tidak

bergerigi), berwarna coklat kekuning-kuningan, dan fruable. Pada pasien dengan infeksi parasit

seperti Clonorchis sinensis dan pada penduduk Asia, batu dapat terbentuk sendiri pada kandung

empedu dan duktus koledokus. Meskipun batu berukuran kecil, akan tetapi duktus koledokus

yang merupakan bagian tersempit (diameter 2-3 mm) dan mempunyai dinding yang tebal

dapat menghambat pasase batu tersebut. Edema, spasme, atau fibrosis pada bagian distal duktus

koledokus, sekunder dari iritasi kronik oleh batu selanjutnya akan menimbulkan obstruksi aliran

empedu. Kedua saluran empedu baik intrahepatik maupun ekstrahepatik akan berdilatasi. Juga

dapat ditemukan penebalan dinding duktus koledokus dan infiltrasi sel-sel inflamasi.

Obstruksi bilier kronik dapat menyebabkan sirosis empedu dengan pembentukan

trombus, proliferasi saluran-saluran empedu dan fibrosis dari saluran porta. Juga dapat

menimbulkan infeksi pada saluran-saluran empedu, kolangitis asendens, dan pada sebagian

kasus akan menjalar sampai ke hepar menimbulkan abses hepar. Mikroorganisme penyebab

infeksi adalah E. coli.

8

Page 9: Sistem Biliaris SS

Pankreatitis yang disebabkan oleh batu empedu pada umumnya terjadi pada batu di

duktus koledokus. Pada pemeriksaan eksplorasi dapat ditemukan pankreas seluruhnya normal

atau dapat menunjukkan edema maupun nekrosis (necrotizing pancreatitis).

Riwayat hayati empedu litogenik

Empedu litogenik

RIWAYAT ALAMIAH BATU EMPEDU

Batu bisa memerlukan waktu selama 8 tahun untuk mencapai ukuran maksimum. Bisa

memerlukan waktu bertahun-tahun untuk timbulnya gejala setelah batu mulai terbentuk. Cara

terbaik untuk memeriksa riwayat alamiah batu empedu adalah dengan membagi pasien batu

empedu dalam 2 kategori simptomatik dan asimptomatik.

MANIFESTASI KLINIS

ANAMNESIS

½ sampai 2/3 penderita batu kandung empedu adalah simptomatik. Cholelithiasis

asimptomatik biasanya diketahui secara kebetulan, keluhan yang mungkin ada berupa dispepsia

yang kadang disertai intolerans terhadap makanan berlemak.

cholecystolithiasis

Choledocolithiasis sekunder

Pankreatitis Kolik Bilier Ikterus Obstruktif Cholangitis

Choledocolithiasis / Hepatolithiasis primer

Cholangiolitis

( Cholangitis suppurative )

9

Page 10: Sistem Biliaris SS

Gejala timbul bila batu menyebabkan peradangan atau obstruksi pada ductus cysticus atau

common bile duct ( CBD ). Pada yang simptomatik, keluhan utama adalah nyeri di daerah

epigastrium, kuadran kanan atas subhepatic atau prekordium. Sumbatan batu dalam ductus cysticus

atau dinamakan kolik biliar terjadi > 15 menit, baru menghilang beberapa jam kemudian. Nyeri

menyebar ke punggung bagian tengah, skapula atau ke puncak bahu kanan, disertai mual dan

muntah. ¼ penderita melaporkan bahwa nyeri menghilang setelah makan antasid.

PEMERIKSAAN FISIK

Kalau ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi seperti kolesistitis

akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrops kandung empedu, empiema kandung empedu atau

pankreatitis.

Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum di daerah letak

anatomik kandung empedu.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes Laboratorium

Batu kandung empedu yang asimptomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan

laboratorik. Bila terjadi peradangan akut terjadi leukositosis. Bila ada sindrom Mirizzi, ditemukan

kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan ductus choledocus oleh batu.

Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan batu di dalam ductus choledocus.

Bila obstruksi saluran empedu lengkap, bilirubin serum memuncak 25 sampai 30 mg per 100 ml.

Nilai > 30 mg per 100 ml berarti terjadi bersaamaan dengan hemolisis atau disfungsi ginjal atau sel

hati.

Alanin aminotransferase ( SGOT = Serum Glutamat – Oksalat Transaminase ) dan aspartat

aminotransferase ( SGPT = Serum Glutamat – Piruvat Transaminase ) merupakan enzym yang

disintesis dalam konsentrasi tinggi di dalam hepatosit. Peningkatan serum sering menunjukkan

kelainan sel hati, tapi bisa timbul bersamaan dengan penyakit saluran empedu terutama obstruksi

saluran empedu.

Fosfatase alkali disintesis dalam sel epitel saluran empedu. Kadar yang sangat tinggi,

sangat menggambarkan obstruksi saluran empedu karena sel ductus meningkatkan sintesis enzym

ini.

10

Page 11: Sistem Biliaris SS

Pemeriksaan Radionuklida

Asam dimetil iminodiasetat ditandai dengan taknetium 99 m ( 99m Tc-HIDA ) dan asam

parisopropil iminodiasetat ( Tc-PIPIDA ) merupakan zat pemancar gamma yang bila diberikan sel

intravena, cepat diekstraksi oleh hepatosit dan di sekresi ke dalam empedu. Fungsi primernya

dalam mendiagnosis kolesistitis akut bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksinya di ductus

cysticus.

Pemeriksaan Radiologi

1. Ultrasonografi ( USG )

Merupakan metode non invasif yang sangat bermanfaat, ketepatan mencapai 95 %.

Kriteria batu kandung empedu pada ultrasonografi yaitu acoustic shadowing dari gambaran

opasitas dalam kandung empedu. Dapat digunakan pada pasien ikterus dan mencegah

ketidakpatuhan pasien dan absorpsi zat kontras oral. Namun untuk mendiagnosis batu

saluran empedu relatif rendah.

2. Foto Polos Abdomen

Murah namun jarang dilakukan karena diagnostiknya rendah. Hanya 15 % batu

empedu mengandung cukup kalsium untuk memungkinkan identifikasi pasti. Jarang terjadi

kalsifikasi hebat dalam dinding vesika biliaris ( dinamai vesika biliaris porselen ) atau

empedu “ susu kalsium “

Udara di dalam lumen dan dinding vesika biliaris terlihat pada kolesistitis

“emfisematosa” yang timbul sekunder terhadap infeksi bakteri penghasil gas.

3. Kolesistografi Oral

Murah dan akurat, namun tidak dapat dikerjakan pada :

- Kadar bilirubin > 2 mg %

- Kehamilan

- Alergi terhadap kontras

- Mual, muntah, diare dan malabsorbsi

Merupakan standar yang paling baik bagi diagnosis penyakit vesika biliaris, zat

organik diyodinasi biasanya 6 tablet asam yopanoat ( Telepaque ) diberikan per oral pada

malam sebelumnya dan pasien dipuasakan. Obat diabsorpsi, diikat ke albumin, diekstraksi

oleh hepatosit, disekresi ke dalam empedu dan dipekatkan di dalam vesika biliaris,

opasifikasi vesika biliaris terjadi dalam 8 – 12 jam. Batu empedu atau tumor tampak

sebagai cacat pengisian.

11

Page 12: Sistem Biliaris SS

4. Computed Tomography ( CT )

Metode yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu, pelebaran empedu dan

choledocolithiasis.

5. Percutaneous Transhepatic Cholangiography ( PTC ) dan Endoscopic Retrograde

Cholangio Pancreaticography ( ERCP )

Bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab obstruksinya

seperti choledocolithiasis.

ERCP melibatkan opasifikasi langsung batang saluran empedu dengan kanulasi

endoskopi ampulla Vateri dan suntikan retrograd zat kontras. Didapatkan radiografi yang

memuaskan dari anatomi ductus biliaris ( dan pankreatikus ). ERCP digunakan pada pasien

ikterus ringan atau bila lesi tidak menyumbat seperti batu ductus choledocus, cholongitis

scleroticans atau anomali kongenital dicurigai.

ERCP juga dapat digunakan utnuk terapi, dengan melakukan sfingterotomi ampula

Vateri diikuti ekstraksi batu. PTC merupakan tindakan invasif yang melibatkan pungsi

transhepatik perkutis pada susunan ductus biliaris intrahepatik yang menggunakan jarum

Chiba “Kurus” ( ukuran 21 ) dan suntikan prograd zat kontras. Penggunaan primernya

adalah dalam menentukan tempat dan etiologi ikterus obstruktif dalam persiapan bagi

intervensi bedah.

Resiko PTC :

Perdarahan interperitoneum atau kebocoran empedu di tempat tusukan ( 1 – 3 % )

Kolongitis ringan ( 5 – 10 % )

Hemobilia ( < 1 % )

Tusukan tak sengaja viskus lokal ( vesika biliaris, kavitas pleuralis )

Komplikasi ERCP :

Perdarahan pasca operasi

Injury to the bile ducts or right hepatic artery

Kebocoran empedu

Infeksi

Embolisme Pulmonary

Trombosis vena profunda

Infeksi traktus respiratorius atau urinarius

12

Page 13: Sistem Biliaris SS

6. Endoscopic Ultrasound

Metode yang sangat sensitif untuk mendeteksi batu di ampula.

7. MR Cholangiography

Berguna untuk melihat ductus pancreaticus dan saluran empedu.

TERAPI

1. Kolesistektomi

Kolesistektomi elektif ditujukan untuk :

- pasien simptomatik

- pasien yang pernah mengalami komplikasi dari cholelithiasis

- pasien dengan penyakit dasarnya dapat meningkatkan resiko terjadi komplikasi

(kalsifikasi atau porselen kandung empedu)

Laparaskopik kolesistektomi menyebabkan lesi yang minimal, dan prosedur ini lebih dipilih

pada kolesistektomi elektif.

2. Litolisis Sistemik

Terapi asam empedu oral yang dianjurkan adalah kombinasi :

- CDCA ( Chenodeoxy Cholic Acid ) : 8 – 10 mg / kg BB / hari ( 250 – 1500 mg /

hari ) mengurangi sintesis kolesterol hepatik.

- UDCA ( Ursodeoxycholic acid ) : 8 – 10 mg / kg BB / hari mengurangi penyerapan

kolesterol intestinal

Syarat litolisis oral :

- kepatuhan untuk berobat selama 2 tahun

- batu tipe kolesterol

- kandung empedu harus berfungsi pada kolesistografi oral

- batu tidak terlalu besar

13

Page 14: Sistem Biliaris SS

Tidak dianjurkan pada :

Penderita cholelithiasis asimptomatik, batu non kolesterol dan bagi pasien yang vesika

biliarisnya tak berfungsi.

3. Litolisis Lokal

Memberikan Methyl Terbuthyl Ether ( MTBE ) yang dapat melaruntukan batu

kolesterol melalui kateter 5 FR yang dimasukkan melaui hati ke kandung empedu dengan

bimbingan ultrasound atau CT. MTBE diberikan sebanyak 3 – 7 cc untuk meliputi batu dan

biasanya batu akan larut dalam 4 – 16 jam.

4. Extra Corporeal Shock – Wave – Lithotripsy ( ESWL )

Batu empedu dapat dipecahkan dengan gelombang kejutan yang dihasilkan oleh alat

elektrohidrolik, elektromagnetik atau elektrik – Pieza. Biasanya digunakan ultrasonografi

untuk mengarahkan gelombang ke arah batu yang terletak di kandung empedu. Gelombang

akan melewati jaringan lunak dengan sedikit absorpsi dan batu akan menyerap energi dan

terpecahkan. Biasanya teknik ini diikuti dengan pemberian asam empedu oral CDCA atau

UDCA. ESWL dikerjakan bila terdapat kurang dari 3 batu cholesterol , diameter < 0.5 cm,

patent cystic duct, dan tidak ada inflamasi pada kandung empedu

DIAGNOSA BANDING

- Pancreatitis acute

- Perforasi ulcus ventriculi

- Abses hepar

KOMPLIKASI

- Hidrops vesica felea

- Cholesistitis akuta (Suppurative, Gangrenous, Perforated )

- Cholesistitis kronika

- Choledocholithiasis

- Peritonitis

- Cholangitis

14

Page 15: Sistem Biliaris SS

DAFTAR PUSTAKA

1. Frank H Netter. Abdomen. Atlas of human anatomy. Edisi ke 4, 2006, hal 247-350

2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Saluran Empedu dan Hati, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,

EGC, Jakarta, 2005. Hal. 561-580.

3. Mansjoer, A , Kapita Selekta Kedokteran, jilid II, Medis Aesculapius. FKUI. 2002

4. Sabiston, Buku ajar Bedah, bagian 2, EGC, Jakarta : 1994.

15