pbl sementara ss
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK PBL
MODUL I KULIT
BLOK INDERA KHUSUS
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
Pembimbing : dr. Rachmat Faisal Syamsu
Suyudi Kimiko Putra La Udo 110 211 0151
Agustin Nurush 110 213 0003
Nurfi Resni Fitra 110 213 0016
Siti Hikmaniar Husraini 110 213 0028
Muhammad Fachreza P. Goma 110 213 0042
A. Nadiah Nurul Fadilah 110 213 0048
Zulfa Mahfudzah 110 213 0063
Ghea Anisah 110 213 0057
Rizka 110 213 0106
Adhe Ikhmaynar Putri 110 213 0145
Ulfah Anggraini Syarief 110 215 0160
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

A. SKENARIO
Skenario 2
Perempuan berusia 29 tahun datang ke poliklinik dengan bintik-bintik merah bersisik
pada wajah, punggung dan dada sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan disertai gatal dan
pasien merasa ingin menggaruk teetapi ringan. Jika beerobat keluhan seembuh tapi
kemudian muncul kembali. Gejala semakin berat setelah pasien dipecat dari pekerjaannya
dan belum kembali bekerja, sejak 3 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisis ditemukan
makula eritema dan skuama agak kasar sebagian halus. Sudah berobat kee puskesmas
berulang kali tetapi tidak mengalami perubahan malah semakin banyak dan keluhan
seemakin hebat karena penderita stres. Riwayat kakak pasien memiliki keluhan yang
sama. Pasien sering merasa nyeri pada sendi-sendi besar.
B. KATA SULIT
1. Makula : kelainan kulit berbwtas tegas berupa perubahan warna
2. Eritema: kemerahan pada kulit yang disebabka pelebaran peembuluh darah
kapileryang reversible
3. Skuama: lapisan startum korneum yang teerlepasdari kulit
Fk ui hal. 49-51
C. KATA/KALIMAT KUNCI
1. Perempuan, 29 tahun
2. Bintik merah bersisik pada wajah, punggung dan dada
3. Gatal
4. Hasil pemfis: makula eritema dan skuama
5. Berobat berulang kali
6. Keluhan semakin hebat karena stress
7. Riwayat kakak keluhan yang sama
8. Nyeri sendi-sendi besar

Analisa Masalah:
1. Mengapa keluhan bertambah setelah stres?
Jawab :
Patogenesis Stres menyebabkan gatal
Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat populer dalam percakapan
sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu
proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh proliferasi teknologi, perubahan
tatanan hidup serta kompetisi antar individu yang makin berat.[1]
Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak
terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan.
Taylor (1995) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif
disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang
bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang
menyebabkan stres. [1]
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan
atas 3 golongan yaitu: [1]
a. Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-
lain.
b. Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian,
jatuh cinta dan lain-lain.
c. Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.
Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia. Wheaton (1983) membedakan
stres akut dan kronik sedangkan Holmes dan Rahe (1967) menekankan pembagian
pada jumlah stres (total amount of change) yang dialami individu yang sangat
berpengaruh terhadap efek psikologiknya. Ross dan Viowsky (1979) dalam
penelitiannya berpendapat, bahwa bukan jumlah stres maupun beratnya stres yang
mempunyai efek psikologik menonjol akan tetapi apakah stres tersebut diinginkan
atau tidak diinginkan (undesirable) yang mempunyai potensi besar dalam

menimbulkan efek psikologik. Stres baik ringan, sedang maupun berat dapat
menimbulkan perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku. [1]
Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi
yang terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh
melalui saraf otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon
dan terjadilah perubahan keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan
menimbulkan perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti
membuktikan stres telah menyebabkan perubahan neurotransmitter
neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary
Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan
HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori mekanisme
yang paling banyak diteliti. [1]
Aksis limbic-hypothalamo-pitutary-adrenal (LHPA) menerima berbagai input,
termasuk stresor yang akan mempengaruhi neuron bagian medial parvocellular
nucleus paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut akan
mensintesiscorticotropin releasing hormone (CRH) dan arginine
vasopressin (AVP), yang akan melewati sistem portal untuk dibawa ke hipofisis
anterior. Reseptor CRH dan AVP akan menstimulasi hipofisis anterior untuk
mensintesis adrenocorticotropin hormon (ACTH) dari prekursornya, POMC
(propiomelanocortin) serta mengsekresikannya. Kemudian ACTH mengaktifkan
proses biosintesis dan melepaskan glukokortikoid dari korteks adrenal kortison
pada roden dan kortisol pada primata. Steroid tersebut memiliki banyak fungsi
yang diperantarai reseptor penting yang mempengaruhi ekspresi gen dan regulasi
tubuh secara umum serta menyiapkan energi dan perubahan metabolik yang
diperlukan organisme untuk proses coping terhadap stresor. [1]
Pada kondisi stres, aksis LHPA meningkat dan glukokortikoid disekresikan
walaupun kemudian kadarnya kembali normal melalui mekanisme umpan balik
negatif. Peningkatan glukokortikoid umumnya disertai penurunan kadar androgen
dan estrogen. Karena glukokortikoid dan steroid gonadal melawan efek fungsi
imun, stres pertama akan menyebabkan baik imunodepresi (melalui peningkatan

kadar glukokortikoid) maupun imunostimulasi (dengan menurunkan kadar steoid
gonadal). Karena rasio estrogen androgen berubah maka stres menyebabkan efek
yang berbeda pada wanita dibanding pria. Pada penelitian binatang percobaan,
stres menstimulasi respon imun pada betina tetapi justru menghambat respon
tersebut pada jantan. Suatu penelitian menggunakan 63 tikus menunjukkan kadar
testosteron serum meningkat bermakna dan berahi betina terhadap pejantan
menurun. [1]
Peningkatan stimulasi respon imun dapat meningkatkan sensitivitas respon imun.
Hal ini menyebabkan sistem imun akan bekerja secara berlebihan dan melepaskan
mediator inflamasi secara berlebihan pula. Mediator inflamasi klasik, antara lain
prostaglandin, bradikinin, leukotrien, serotonin, pH yang rendah dan substansi P,
dapat mensensitisasi nosiseptor secara kimiawi. Mediator inflamasi tersebut
menurunkan ambang rangsang reseptor terhadap mediator lain seperti histamin
dan capsaicin, sebagai akibatnya terjadi induksi rasa gatal. [2]
Aktivitas nosiseptor kimia pada penderita gatal kronis menimbulkan sensitisasi
sentral sehingga meningkatkan sensitivitas terhadap rasa gatal. Terdapat dua tipe
peningkatan sensitivitas terhadap rasa gatal, salah satunya adalah aloknesis yang
analog dengan alodinia terhadap rangsang nyeri. Alodinia artinya rabaan atau
tekanan ringan yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan rasa nyeri oleh
penderita dirasakan nyeri, sedangkan aloknesis adalah rabaan atau tekanan ringan
yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan rasa gatal oleh penderita
dirasakan gatal. Aloknesis sering dijumpai, bahkan pada penderita dermatitis
atopik aloknesis merupakan gejala utama. Aloknesis dapat menerangkan keluhan
rasa gatal yang berhubungan dengan berkeringat, perubahan suhu mendadak, serta
memakai dan melepas pakaian. Seperti halnya alodinia, fenomena ini
memerlukan aktivitas sel saraf yang terus berlangsung (ongoing activity). [2]
Referensi:
1) Gunawan B, Sumadiono. Stress dan sistem imun tubuh: suatu pendekatan
psikoneuroimunologi. [Online]. 2007 [cited 2012 March 29; 4 screens].

Available from:
URL:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/154_08_Stresimunitastubuh.pdf/
154_08_Stresimunitastubuh.html
2) Elvina PA. Hubungan rasa gatal dan nyeri. [Online]. 2011 May-June [cited
2012 March 29; 2 screens].
Available from:
URL:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_185Hubunganrasagatal.pdf/
09_185Hubunganrasagatal.pdf
2. Apa yang menyebabkan bintik-bintik merah bersisik pada wajah, punggung,
dada?
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga
penyebab bercak-bercak merah bermacam-macam, antara lain:
a. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan bercak-bercak merah,
baiksecaraimunologikmaupun non-imunologik. Obatsistemik (penisilin,
sepalosporin, dandiuretik) menimbulkan bercak-bercak merah secara imunologik
tipe I atau II.Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang
sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras. Ada juga
obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta-adrenergic blocking
agents, litium, antimalaria, dan penghentian medadak kortikosteroid sistemik.
Karena kortikosteroid merupakan obat bermata dua. Pada permulaan,
kortikosteroid dapat menyembuhkan psoriasis, tetapi apabila obat ini dihentikan,
penyakit akan kambuh kembali, bahkan lebih berat daripada sebelumnya
menjadi psoriasis pustulosa atau generalisata.
Erupsi obat Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption ialah reaksi
alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian
obat dengan cara sistemik. Pada pemeriksaan fisik, hampir di seluruh tubuh

tampak papul eritematous diskret. Pengobatannya dengan terapi sistemik berupa
kortikosteroid dan antihistamin dan topikal.
b. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting, umumnya akibat reaksi imunologik.
Makanan yang sering menimbulkan bercak-bercak merah adalah telur, ikan,
kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, vetsin.
c. Gigitan atau sengatan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan bercak-bercak merah
setempat, hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe
IV).
d. Bahan fotosenzitiser
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid,
bahankosmetik, dan sabungermisid sering menimbulkanbercak-bercak merah.
e. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), sporajamur, rangsangan iklim,
debu, asap, bulu binatang, gangguan emosidan aerosol, umumnya lebih mudah
menimbulkan bercak-bercak merah alergik (tipe I).
f. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan bercak-bercak merah ialah kutu
binatang, serbuk tekstil, air liurbinatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan
kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik.
g. Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, factor panas, factor
tekanan, danemosi menyebabkan bercak-bercak merah, baik secara imunologik
maupun non imunologik. Dapat timbul bercak-bercak merah setelah goresan
dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian.
Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena Darier. Ada juga Trauma
yang disebabkan oleh Gesekan dan tekanan pada kulit sering dapat menimbulkan
lesi pada tempat trauma, dan ini disebut dengan fenomena kobner.
h. Infeksi dan Infestasi

Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkanbercak-bercak merah,
misalnya infeksi bakteri (staphylococcus, streptococcus), virus (rubela dan
varicella zoster) ,jamur, maupun infestasi parasit (tungau maupun kutu).
- Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri umum pada kulit
yang juga dikaitkan dengan jerawat . Staphylococcus epidermidis bercampur
keringat menyebabkan iritasi seperti bercak merah (menusuk-nusuk), gatal
dan ruam lepuh yang sangat kecil, biasanya di daerah lokal dari kulit.
- Rubella, Rubela atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah
penyakit menular. Yang biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan
seperti hidung dan tenggorokan. Virus yang menyebabkan terjadinya campak
jerman (jerman hanya simbol) yang menyerang anak-anak, orang dewasa,
termasuk ibu hamil.Virus rubela juga dapat menyerang bagian saraf atau otak
yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah
seperti campak biasa.
- virus zoster merupakan penyebab cacar air dan cacar ular (herper zoster).
Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan. Virus ini tetap aktif
dalam susunan saraf penderita cacar dan dapat aktif kembali. Gejala awalnya
adalah mati rasa, gatal dan nyeri yang berdenyut. Kemudian gejala akan
bertambah, seperti bintik merah kecoklatan, berair, nyeri, hanya pada sebelah
bagian tubuh atau wajah.
- Jamur candida ablicans, tergolong jamur pembelot, karena merupakan bagian
dari bakteri flora normal yang seharusnya melindungi kulit dari serangan
infeksi jamur yang merugikan. Candida albicans biasa terdapat pada saluran
cerna, kulit, dan selaput lendir (mulut dan vagina). Gejalanya seperti Bila
terdapat bercak-bercak selaput warna putih sampai abu-abu dan saat kita
melepas selaput tersebut tampak dasar bercak-bercak berwarna merah terang.
i. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler
j. Genetik

Faktor genetik juga berperan penting terjadinya bercak-bercak merah,
walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal dominant.
k. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan bercak-
bercak merah, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-
antibodi.
Referensi : Djuanda, Adhi. 2012.Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI Ed 6. FKUI : Jakarta.
3. Apa hub. gejala yg dialami pasien dgn nyeri sendi besar?
Jawab :
Psoriasi dapat juga disertai arthritis dan secara klasik menyerang sendi
interfalang distal. Pada pasien ini tidak ditemukan factor rheumatoid. Arthritis
tidak selalu berkaitan dengan beratnya psoriasis. Terdapat kerentanan multigen.
Beberapa tipe HLA (Cw6) berhubungan dengan kelainan kulit saja, namun tipe
lainnya (misalnya B27) berhubungan dengan penyakit sendi tambahan. Psoriasis
dikenal dua tipe : tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II
dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya
factor genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I
berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan
dengan HLA-B27 dan Cw6, sedangkan psoriasis pustulosa berhubungan dengan
HLA-B27Infeksi, stress, atau obat-obatan dapat mencetuskan terjadinya serangan
psoriasis. Plak ditandai dengan gambaran patologis ganda yaitu hiperproliferasi
epidermis dan inflamasi kutan.
Sumber :
Davey, Patrick. 2005. At a glance medicine ; alih bahasa, Annisa Rahmalia, Cut
Novianty; editor, Amalia Safitri. Jakarta : Erlangga
Price, Sulvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit Ed.6 ; editor bahasa indonesia Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC

Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi.2013.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Keenam.Badan penerbit : FKUI
4. Mengapa gejala berulang?
Jawab:
Etiopatogenesis psoriasis secara pasti belum diketahui, namun teori yang ada
mengemukakan psoriasis merupakan penyakit autoimun yang ditandai adanya
proliferasi epidermal dan pembuluh kapiler akibat pelepasan sitokin oleh
limfosit.1,2
Berdasarkan referensi di atas jelas terlihat bahwa salah satu kemungkinan
terjadinya psoriasis ialah karena adanya proses autoimun dimana terjadi
kesalahan pada system imun dalam tubuh dimana system imun dalam tubuh
menganggap bahwa bagian tubuh yang lain ialah suatu antigen sehigga terjadi
reaksi antigen antibody dalam tubuh antara system imun dengan berbagai organ
tubuh yang sehat. Proses ini menyebabkan terjadi kelainan pada organ tubuh
yang diserang oleh system imun tersebut. Diantara bagian tubuh yang dapat
diserang ialah sendi dan kulit seperti yang terdapat pada scenario dimana dapat
dilihat terjadi kelainan pada kulit dan sendi pasien, terlihat pasien telah pergi
berobat ke puskemas dan pasien telah mendapatkan pengobatan akan tetapi
kebanyakan obat yang diberikan di puskesmas ialah untuk mengobati gejala
yang muncul pada pasien hal ini karena proses autoimun tidak dapat dilihat
hanya dengan pemeriksaan standar tanpa menggunakan pemeriksaan penunjang
sehingga kebanyakan proses autoimun itu sendiri tidak terdeteksi, hal ini
memang dapat menghilangkan gejala yang diderita oleh pasien akan tetapi
penyebab dari munculnya gejala tersebut tidak diatasi sehingga akan ada
kemungkinan gejala tersebut muncul kembali karena proses autoimun dalam
tubuh terus berlangsung.
Referensi :

1. Langley R, Krueger G, Griffiths C. Psoriasis: epidemiology, clinical features,
and quality of life. Ann Rheum Dis. 2005;64:ii18-ii23.
2. Neimann A, Porter S, Gelfand J. The epidemiology of psoriasis. Expert Rev.
Dermatol. 2006;1(1), 63-75.
5. Apakah ada hubungan riwayat keluarga dengan gejala pada pasien?
Dengan gejala yang ada, diduga pasien menderita psoriasis.
Pada Psoriasis Faktor genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita
psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%. Sedangkan jika salah seorang
orangtuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan
awitan penyakit dikenal dua tipe : psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat
familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain
yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan
HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6.
Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangankan psoriasis
pustulosa berkolerasi dengan HLA-B27.
Referensi :
Djuanda, Adi,prof. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV. Hal 189. FK
UI.2005

LO
1. Anatomi, fisiologi, histologi kulit (nurush, kak kim, ulfa)
Anatomi
Kulit
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena
posisinya yang terletak dibagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan
berat kira-kira 15% berat badan. Lapisan kulit pada dasarnya sama disemua
bagian tubuh kecuali ditelapak tangan, telapak kaki dan bibir. Tebalnya bervariasi
dari 0,5 mm dikelopak mata sampai 4mm di telapak tangan.
Jenis kulit :
Kulit yang elastis dan longgar : palpebra, bibir dan preputium
Kulit tebal dan tidak meregang : telapak tangan dan kaki orang dewasa.
Kulit tipis : wajah
Kulit lembut : leher dan badan
Kulit kasar : kepala
Kulit tdd 3 lapisan, yaitu :

1. Lapisan epidermis / kutikel (lapisan terluar kulit)
Lapisan epidermis terdiri dari :
a. Stratum korneum
b. Stratum lucidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum spinosum
e. Stratum basal
2. Lapisan dermis / korium
Lapisan dermis terdiri dari :
a. Pars papillari
Mengandung banyak pembuluh darah
dan pembuluh limfe
b. Pars retikulare
Menonjol ke subkutis, lebih tebal dan
jaringan penyambung
3. Lapisan subkutis (hipodermis)
a. Kelenjar kulit
Glandula sudorifera
Kelenjar ekrin dan apokrin
Glandula sebasea
b. Rambut
Terdiri dr akar rmbut dan batang rmbut
2 tipe rmbut yaitu :
Lanugo : rambt halus,tidak mengandung pigmen pada bayi
Terminal : rambut yg lbh kasar, bnyk pigmen, mempunyai medula,pada orang
dewasa

Kuku
Nail root : bagian kuku yg terbenam dlm kulit jari
Nail plate : bagian yang terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung
jari tersebut
Nail groove : sisi kulit agak mencekung membentuk alur kulit
Eponikium : kulit tipis yg menutupi kuku proksimal
Hiponikium : kulit yg ditutupi bag kuku bebas
Sumber : Wibowo, Daniel S. Anatomi Tubuh Manusia. 2010. Penerbit Grasindo
Jakarta. Hal 13-29
Fisiologi

2. Efloresensi Kelainan Kulit
Defenisi Berbagai Efloresensi Kulit/kelainan Kulit Dan Istilah-Istilah Yang
Berhubungan Dengan Kelainan Tersebut
- Macula adalah kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-
mata. Contoh adalah melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.
- Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh
darah kapiler yang reversible.
Berikut adalah morfologi yang berisi cairan :
- Urtika adalah edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan.

- Vesikel adalah gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½
cm garis tengah dan mempunyai dasar ; vesikel berisi darah disebut vesikel
hemoragik.
- Pustule adalah vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah
vesikel disebut vesikel hipopion.

- Bula adalah vesikel yang berukuran lebih besar. D ikenal juga istilah bula
hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion.
- Kista adalah ruangan berdinding berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista
terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun dapat meradang. Kista terbentuk
dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah,
saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi kista terdiri atas serum, getah
bening, keringat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk, dan rambut.
- Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di
dalam kutis atau subkutis. Batas antara ruangan yang berisikan nanah dan
jaringan disekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrate radang.

Sel dan jaringan hancur membentuk nanah. Dinding abses terdiri dari jaringan
sakit, yang belum menjadi nanah.
Berikut adalah morfologi yang berisi jaringan padat :
- Papul adalah penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip,berukuran diameter
lebih kecil dari ½ cm, berisikan zat padat. Warna papul dapat merah akibat
peradangan, pucat, hiperkrom, putih, atau seperti kulit di sekitarnya. Letak papul
dapat epidermal atau kutan.
- Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat
menonjol, jika diameternya lebih kecil dari 1 cm disebut nodulus.
- Plak adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi
zat padat (biasanya infiltrat), diameternya 2 cm atau lebih. Contohnya papul
yang melebar atau papul-papul yang berkonfluensi pada psoriasis.
- Tumor adalah istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel
maupun jaringan.
- Infiltrate adalah tumor terdiri atas kumpulan sel radang.
- Vegetasi adalah pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang
menjadi satu. Vegetasi dapat dibawah permukaan kulit.
- Sikatriks adalah terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tdk normal, permukaan
kulit licindan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit
mencekung dan dapat hipertrofik yang secara klinis terlihat menonjol karena
kelebihan jaringan ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik,
pertumbuhan melampaui batas luka disebutkeloid (sikatriks yang pertumbuhan
selnya mengikuti pertumbuhan tumor), dan ada kecenderungan terus membesar.
- Anetoderma adalah bila kutis kehilangan elastisitas tanpa perubahan berarti pada
pada bagian kulit yang lain, dapat dilihat bagian-bagian yang bila ditekan dengan
jari-jari seakan-akan berlubang. Bagian yang jaringan elastiknya atrofi disebut
anetoderma.
- Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak
melampaui stratum basal.

- Ekskoriasi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan
sampai stratum papilare.
- Ulkus adalah hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi.
- Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat
halus sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran
kertas. Dapat dibedakan misalnya pitirasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-
lapis), iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis),
membranosa (lembaran-lembaran), dan keratotik (terdiri atas zat tanduk).
- Krusta adalah cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan
nekrotik. Maupun benda asing (kotoran, obat dan sebagainya). Warnanya ada
beberapa macam adalah kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan
berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari darah.
- Likenifikasi adalah penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
- Guma adalah infiltrat sirkumskrip, menahun, destruktif, biasanya melunak.
- Eksentama adalah kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat
dan tidak berlangsung lama, umumnya didahului oleh demam.
- Fagedenikum adalah proses yang menjurus ke dalam dan meluas.
- Terebrans adalah proses yang menjurus ke dalam.
- Monomof adalah kelainan pada kulit yang satu ketika terdii atas hanyan satu
macam ruam kulit.
- Polimorf adalah kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri atas bermacam-
maca eflolesensi.
- Telangiektasis adalahpelebaran kapiler yang menetap pada kulit.
- Roseola adalah eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis
dan frambusia.
- Eksantema skariatiniformis adalah erupsi yang difus dapat generalisata atau
lokalisata, berbentuk eritema nummular.
- Eksantema morbiliformis adalah erupsi yang berbentukk eritema yang lentikular.
- Galopans adalah proses yang sangat cepat meluas

Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran dan lokalisasi
dijelaskan sbb.
a. Ukuran
Miliar : sebesar kepala jarum pentul
Lentikular : sebesar biji jagung
Nummular : sebesar uang logam 100 rupiah
Plakat : lebih besar dari nummular
b. Susunan Kelainan/Bentuk
Liniar : seperti garis lurus
Sirsinar/anular : seperti lingkaran
Polisiklik : bentuk pinggiran yang sambung menyambung
Arsinar : berbentuk bulan sabit
Korimbiformis : susuan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya
c. Bentuk lesi
Teratur : misalnya bulat, lonjong, dsb
Tidak teratur : tidak mempunyai bentuk teratur
d. Penyebaran dan Lokalisasi
Sirkumskrip : berbatas tegas
Difus : tidak berbatas tegas
Generalisata : tersebar pada sebagian besar bagian tubuh
Regional : mengenai daerah tertent badan
Universalis : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90 – 100%)
Solitary : hanya satu lesi
Herpetiformis : vesikel bekelompok seperti pada herpes zoster
Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
Diskret : terpisah satu dengan yang lain
Serpiginosa : proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan
pada bagian yang ditinggalkan
Irisformis : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel wana yang lebih
gelap ditengahnya
Simetrik : mengenai kedua belah badan yang sama

Bilateral : mengenai kedua belah badan
Unilateral : mengenai sebelah badan .
3. Langkah-langkah Diagnosis
a. Anamnesis
- Identitas
- Keluhan utama
- Onset
- Riwayat perjalanan penyakit dan kejadian selama penyakit berlangsung
- Faktor yang mempengaruhi penyakit (menjadikan lebih berat atau buruk,
lebih baik atau berkurang)
- Faktor genetic atau penyakitdi keluarga seedarah dan faktor predisposisi,
- Riwayat penggunaan obat tertentu
b. Pemeriksaan Fisis
Inspeksi:
- Bantuan pemeriksaan dengan kaca pembesar
- Pemeriksaan dilakukan di ruangan cukup cahaya
- Inspeksi seluruh kulit tubuh pasien. Minta dengan hormatagar pasien
bersedia diperiksa seluruh tubuhnya dan terangkan tujuan dan manfaat
dengan jelas.
- Yang perlu diperhatikan : warna, bentuk, batas, ukuran setiap jenis
morfologi
Palpasi :
- Palpasi untuk mengetaui tekstur kulit, elastisitas, suhu kulit, kuli
lembab atau kring atau berminyak dan permukaan masing-masing
jenis lesi halus atau kasar, konsistensi lesi mislanya padat, kenyal ,
lunak nyeri pada penekanan, tanda-tanda radang akut tumor, colour,
dolor, fingsiolesa.
- Cara membedakan adanya kemerahan pada kulit yaitu dengan cara
ditekan denga jari dan digeser. Pada eritema warna akan menghilang

dan akan timbul kembali setelah jari dilepas karena terjadi vasodilatasi
kapiler. Sebaliknya, purpura tidak menghilang sebab terjadi
perdarahan di kulit demikian pula telangiektasis akibat pelebaran
pembuluh darah kapiler yang menetap.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan langsung dari kerokan kulit
- Slit skin smear(khusus untuk pemeriksaan M. Lepra)
- Cairan tubuh guna pemeriksaan bakteriologik dan jamur
- Pemeriksaan darah, urin, fesses dan bipopsi jaringan kulit untuk
pemeriksaan histopatologik atau pemeriksaan imunohistokimia, serta
tes serologik
- Pemeriksaan khusus kulit misalnya tes tempel dan testusuk (prick test)
dilakukan sesuai indikasi
4. DD (psoriasis rosea, psoriasis vulgaris, dermatitis ekstraskuamosa ) (zulfa, ghea)
I. PITIRIASIS ROSEA
Definisi
Pitiriasis rosea adalah salah satu penyakit kulit yang digambarkan oleh
Camille Melchior Gilbert (tahun 1860) sebagai penyakit kulit
papulosquamous (Robert A Allen, MD), yakni penyakit kulit dengan tanda
bercak bersisik halus, berbentuk oval dan berwarna kemerahan. Sementara
Richard Lichenstein, MD, menyebutkan bahwa Pitiriasis rosea sudah dikenal
sejak lebih dari 2 abad yang lalu. Pitiriasis rosea bersifat self limited atau
sembuh sendiri dalam 3-8 minggu.
Etiologi
Penyebab pitiriasis rosea masih belum pasti, tetapi banyak gambaran
klinis dan epidemiologi yang menunjukkan bahwa agen penginfeksi bisa
terlibat. Epidemik sejati belum dilaporkan, dan kemungkinan bahwa

pengalaman klinis terbaru dengan penyakit ini dapat meningkatkan
kecenderungan untuk mendiagnosa kasus-kasus selanjutnya bisa mengarah
pada kesan yang keliru bahwa penyakit ini menular. Akan tetapi, bukti
epidemiologi yang dilaporkan untuk keterlibatan infeksi (meskipun rendah)
mencakup perjangkitan yang jarang dalam keluarga atau rumah tangga,
dengan fluktuasi musiman dan dari tahun ke tahun, bukti statistik untuk
pengelompokan dalam ruang dan waktu, dan kejadian yang lebih tinggi
diantara para ahli dermatologi dibanding para juru bedah telinga, hidung dan
tenggorokan dan ahli-dermatologi pra-spesialisasi.
Riwayat alami penyakit, yakni lesi utama yang bisa terdapat pada
tempat inokulasi, erupsi sekunder menular setelah interval tertentu dan tidak
seringnya serangan kedua, menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan banyak
penyakit yang penyebabnya telah dipastikan infeksi. Gejala-gejala
konstitusional ringan yang sesekali telah dilaporkan dan bisa mendukung
keterlibatan infeksi pada penyakit ini, tetapi tidak sering ditemukan pada 108
pasien yang mengalami pitiriasis rosea dibanding dengan kontrol yang
jumlahnya sama. Perburukan kondisi yang menyertai terapi steroid oral
ditemukan pada beberapa kasus dan erupsi-erupsi mirip pitiriasis rosea telah
dilaporkan setelah transplantasi sumsum tulang, walaupun beberapa efek
etiologi bisa terlibat pada situasi seperti ini.
Ada beberapa laporan yang mengkaitkan erupsi-erupsi mirip pitiriasis
rosea dengan obat. Ruam-ruam yang disebabkan oleh arsenik, bismuth, emas
dan metopromazin tampaknya lebih besar kemungkinannya memiliki reaksi
lichenoid atipikal. Obat-obat lain yang terlibat mencakup antara lain
metronidazol, barbiturat, klonidin, captopril dan ketotifen. Pada beberapa
laporan, kemiripan erupsi dengan pityriasis rosea tidak terlalu dekat, dan pada
beberapa laporan lainnya kemiripan yang kebetulan ini bisa menjelaskan
hubungan tersebut. Sehingga, meskipun beberapa erupsi obat bisa
menyerupai kondisi ini, belum ada bukti meyakinkan bahwa pityriasis rosea
tipikal bisa disebabkan oleh obat.

Sementara ahli yang lain mengaitkan dengan berbagai faktor yang diduga
berhubungan dengan timbulnya Pitiriasis rosea, diantaranya:
Faktor cuaca hal ini karena Pitiriasis rosea lebih sering ditemukan pada
musim semi dan musim gugur.
Faktor penggunaan obat-obat tertentu seperti bismuth, barbiturat,
captopril, merkuri, methoxypromazine, metronidazole, D-penicillamine,
isotretinoin, tripelennamine hydrochloride, ketotifen, dan salvarsan.
Diduga berhubungan dengan penyakit kulit lainnya (dermatitis atopi,
seborrheic dermatitis, acne vulgaris) dikarenakan Pitiriasis rosea dijumpai
pada penderita penyakit dengan dermatitis atopik, dermatitis seboroik, acne
vulgaris dan ketombe.
Gejala klinis
Tahap awal Pitiriasis rosea ditandai dengan lesi (ruam) tunggal (soliter)
berbentuk oval, berwarna pink dan di bagian tepi bersisik halus. Diameter
sekitar 1-3 cm. Kadang bentuknya tidak beraturan dengan variasi ukuran 2-10
cm. Tanda awal ini disebut herald patch yang berlangsung beberapa hari
hingga beberapa minggu. Rasa gatal ringan dialami oleh sekitar 75 %
penderita dan 25 % mengeluh gatal berat.
Tahap berikutnya timbul sekitar 1-2 minggu (rata-rata 4-10 hari) setelah
lesi awal, ditandai dengan kumpulan lesi (ruam) yang berbentuk seperti
pohon cemara terbalik (Christmas tree pattern). Tempat tersering (predileksi)
adalah badan, lengan atas dan paha atas. Pada tahap ini Pitiriasis rosea
berlangsung selama beberapa minggu. Selanjutnya akan sembuh sendiri
dalam 3-8 minggu.
Selain bentuk ruam kemerahan bersisik halus, variasi bentuk yang tidak
khas (atipik) dapat dijumpai pada sebagian penderita Pitiriasis rosea, terutama
pada anak-anak, berupa urtikaria, vesikel dan papul.

Tanda dan gejala klinis pada Pitiriasis Rosea
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan penemuan klinis. Pemeriksaan darah rutin
tidak dianjurkan karena biasanya memberikan hasil yang normal.
Diagnosis banding
o Tinea korporis
Gambaran klinis mirip yaitu berupa eritema dan skuama di pinggir serta
bentuknya anular. Perbedaanny yaitu pada pitiriasis rosea rasa gatal tidak
begitu berat jika dibandingkan dengan tinea korporis, dan skuama pada tinea
korporis lebih kasar. Untuk memastikan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan KOH.
Penatalaksanaan

Pengobatan yang diberikan bersifat simptomatis, untuk gatal dapat
diberikan sedativa, sedangkan sebagai obat topical dapat diberikan bedak
asam salisilat yang dibubuhi mentol 1/2 – 1 %.
Edukasi
Walaupun Pitiriasis rosea bersifat self limited ( sembuh sendiri ),
bukan tidak mungkin penderita merasa risau dan sangat terganggu. Untuk itu
diperlukan penjelasan kepada penderita tentang penyakit yang dideritanya,
antara lain: Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya bahwa Pitiriasis
rosea akan sembuh dalam waktu lama.
Lesi kedua rata-rata berlangsung 2 minggu, kemudian menetap selama
sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2 minggu. Pada
beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis rosea berlangsung hingga 3-4
bulan.
II. PARAPSORIASIS
Definisi
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui
penyebabnya, pada umumnya tanpa keluhan, kelainan kulit ditandai dengan
adanya eritema dan skuama, pada umumnya tanpa keluhan dan berkembang
secara perlahan-lahan dan kronik. Tahun 1902, Brock pertama kali
menggambarkan 3 tanda utama yaitu Pitiriasis lichenoides (akut dan kronik),
Parapsoriasis plak yang kecil dan Parapsoriasis plak yang luas (parapsoriasis
dan plak).
Epidemiologi
Diagnosis parapsoriasis jarang dibuat dikarenakan criteria diagnosis

masih controversial. Di Eropa lebih banyak dibuat diagnosis parapsoriasis
daripada di Amerika Serikat.
Klasifikasi
Pada umumnya parapsoriasis dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
Parapsoriasis gutata
Parapsoriasis variegata
Parapsoriasis en plaque
Gambaran klinis
Parapsoriasis Gutata
Bentuk ini terdapat pada dewasa muda terutama pada pria dan relative paling
sering ditemukan. Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, ertiema dan
skuama dapat hemoragik, kadang-kadang berkonfluensi, dan umumnya
simetrik. Penyakit ini sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat
predileksi pada badan, lengan atas dan paha, tidak tedapat pada kulit kepala,
muka dan tangan.
Bentuk ini biasanya kronik, tetapi dapat akut dan disebut parapsoriasis
gutata akut ( penyakit Mucha-Habermann). Gambaran klinisnya mirip
varisela, kecuali ruam yang telah disebutkan dapat ditemukan vesikel,
papulonekrotik dan krusta. Jika sembuh meninggalkan sikatriks seperti
variola, karena itu dinamakan pula psoriasis varioliformis akuta atau pitiriasis
likenoides et varioliformis akuta atau pitiriasis likenoides et varioliformis.
ParapsoriasisVariegata
Kelainan ini terdapat pada badan, bahu dan tungkai, bentuknya seperti kulit
zebra; terdiri atas skuama dan eritema yang brgaris-garis.
Parapsoriasis en Plaque
Insidens penyakit ini pada orang kulit berwarna rendah. Umumnya mulai
pada usia pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami remisis, lebih

sering pada pria daripada wanita. Tempat predileksi pada badan dan
ektremitas. Kelainan kulit berupa bercak eritematosa, permukaan datar, bukat
atau lonjong dengan diameter 2,5 cm dengan sedikit skuama yang berwarna
merah jambu, coklat atau agak kuning. Bentuk ini sering berkembang
menjadi mikosis fungoides.
Tanda dan Gejala Klinis pada parapsoriasis
Histopatologi
Parapsoriasis gutata
Terdapat sedikit infiltrat limfohistiositik di sekitar pembuluh darah
superficial, hyperplasia epidermal yang ringan dan sedikit spongiosis
setempat.
Parapsoriasis variegata
Epidermis tampak meinipis disertai keratosis setempat-setempat. Pada dermis
terdapat infiltrat menyerupai pita terutama terdiri atas limfosit.
Parapsoriasis en plaque
Gambarannya tak khas, mirip dermatitis kronik.
Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding adalah ptiriasis rosea dan psoriasis.
Psoriasis berbeda dengan parapsoriasis, karena pada psoriasis skuamanya
tebal,kasar, berlapis-lapis, dan terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspitz.

Selain itu gambaran histopatologiknya berbeda.
Ruam pada pitiriasis rosea juga terdiri atas eritema dan skuama, tetapi
perjalanannya tidak menahun seperti pada parapsoriasis. Perbedaan lain
adalah pada pitiriasis rosea susunan ruam sejajar dengan lipatan kulit dan
kosta. Pitiriasis rosea ditandai dengan suatu lesi yang berukuran 2-10 cm.
Biasanya pitiriasis rosea berawal sebagai suatu bercak tunggal dengan ukuran
yang lebih besar, yang disebut herald patch atau mother patch. Beberapa hari
kemudian akan muncul bercak lainnya yang lebih kecil. Bercak sekunder ini
paling banyak ditemukan di batang tubuh, terutama di sepanjang tulang
belakang dan penyebabnya tidak diketahui.
Penatalaksanaan
Penyinaran dengan lampu ultraviolet merupakan terapi yang paling
sering mendatangkan banyak manfaat dan dapat membersihkan sementara
ataupun menetap, atau bahkan hanya meninggalkan scar yang minimal.
Penyakit ini juga dapat membaik dengan pemberian kortikosteroid topikal
seperti yang digunakan pada pengobatan psoriasis. Meskipun demikian
hasilnya bersifat sementara dan sering kambuh. Obat yang digunakan
diantaranya : kalsiferol, preparat ter, obat antimalaria, derivat sulfon, obat
sitostatik, dan vitamin E.
Adapun pengobatan parapsoriasis gutata akut dengan eritromisin (40
mg/kg berat badan) dengan hasil baik juga dengan tetrasiklin. Keduanya
mempunyai efek menghambat kemotaksis neutrofil.
Prognosis
Parapsoriasis secara khusus memiliki perjalanan penyakit yang kronik
dan lama, kecuali parapsoriasis en plaque yang berpotensi untuk menjadi
mikosis fungoides, yang berpotensi lebih fatal.

Referensi : Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 2015. Edisi 7.Adhi
Juanda.Dermatosis Eritroskuamosa.223-227.Balai Penerbit FKUI.Jakarta.
III. Dermatosis eritroskuamosa
ialah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema
dan skuama. Eritema merupakan kelainan pada kulit berupa kemerahan
yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapiler yang bersifat
reversibel. Skuama merupakan lapisan dari stratum korneum yang
terlepas dari kulit. Maka, kelainan kulit yang terdapat pada dermatosis
eritroskuamosa adalah berupa kemerahan dan sisik/terkelupasnya kulit.
Dermatosis eritroskuamosa terdiiri dari beberapa penyakit kulit
yang digolongkan didalamnya, antara lain: psoriasis, parapsoriasis,
dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, dan eritroderma.1
I. Psoriasis
a. Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar
genetik yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan
diferensiasi sel epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga adanya
perngaruh sistem saraf. Umumnya lesi berupa plak eritematosa
berskuama berlapis berwarna putih keperakan dengan batas yang tegas.
Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku, lutus atau kulit kepala
(scalp) atau menyerang hampir 100% luas tubuhnya.2
b. Epidemiologi
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka
kesakitan (insiden rate) yang berbeda. Pada orang kulit putih lebih tinggi
dibanding kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di
Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Insidens pada pria
agak lebih banyak daripada wanita Sedangkan dari segi umur, Psoriasis
dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai pada

orang dewasa.1
c. Etiologi
Penyebab Psoriasis hingga kini belum diketahui secara pasti.
Diduga beberapa faktor sebagai pencetus timbulnya Psoriasis, antara
lain:1,2
Faktor herediter (genetik).
Disebutkan bahwa seseorang beresiko menderita Psoriasis sekitar
34-39% jika salah satu orang tuanya menderita Psoriasis, dan sekitar 12%
jika kedua orang tuanya tidak menderita Psoriasis. Berdasarkan awitan
penyakit dikenal dua tipe psoriasis yaitu tipe I dengan awitan dini bersifat
familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal
lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis
berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13,
B17, Bw57 dan Cw6, sedangkan psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-
B27 dan Cw2.
Faktor psikis.
Sebagian penderita diduga mengalami Psoriasis karena dipicu oleh
faktor psikis. Sedangkan stress, gelisah, cemas dan gangguan emosi
lainnya berperan menimbulkan kekambuhan. Padahal penderita Psoriasis
pada umumnya stress lantaran melihat bercak di kulitnya yang tak
kunjung hilang.
Faktor infeksi fokal.
Beberapa infeksi menahun (kronis) diduga berperan pada
timbulnya Psoriasis. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan
salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata yang umumnya
disebabkan oleh streptococcus.
Penyakit metabolik (misalnya diabetus melitus laten).
Faktor cuaca.
Pada beberapa penderita mempunyai kecenderungan membaik saat
musim panas dan kambuh pada musim hujan.

Silang pendapat seputar faktor-faktor pemicu timbulnya Psoriasis
masih berlangsung. Karenanya tak perlu heran jika kita mendengar
berbagai perbedaan terkait pencetus Psoriasis.
d. Gambaran klinis
Pada tahap permulaan, mirip dengan penyakit-penyakit kulit
dermatosis eritroskuamosa (penyakit kulit yang memberikan gambaran
bercak merah bersisik). Namun gambaran klinis akan makin jelas seiring
dengan waktu lantaran penyakit ini bersifat menahun (kronis).1
Gejala-gejala Psoriasis adalah sebagai berikut sebagian penderita
hanya mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi di kulit, terutama di
siku, lutut, daerah tulang ekor (lumbosakral), mukosa, dan sendi tetapi
tidak mengganggu rambut.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi
pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang
dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna
putih seperti mika serta trasnparan. Besar kelainan bervariasi : lentikular,
nummular atau plakat dan dapat berkonfluensi., jika seluruhnya atau
sebagian besar lentikular disebut dengan psoriasis gutata.1,2
Pada Psoriasis terdapat fenomena tetesan lilies, Auspitz dan
Kobner. Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap
khas,sedangkan fenomena kobner dianggap tak khas. Fenomena tetesan
lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih seperti lilin
yang digores disebabkan oleh karena berubahnya indeks bias. Cara
menggores dapat menggunakan pinggir gelas alas. Fenomena Auspitz
tampak seperti serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh
papilomatosis, caranya : skuama yang berlapis-lapis dikerik dengan
menggunakan pinggir gelas alas. Setalah skuamanya habios, pengerokan
dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak
perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata.

Trauma pada kulit penderita psoriasis misalnya akibat garukan, dapat
menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis yang disebut
fenomena kobner. 1
e. Bentuk klinis
Berdasarkan bentuk klinis psoriasis dibedakan menjadi beberapa
macam, yakni;1,2
1. Psoriasis vulgaris
Kira-kira 90% pasien mengalami mengalami psoriasis vulgaris,
dan biasanya disebut psoriaasis plakat kronis. Lesi ini biasanya dimulai
dengan makula eritematosa berukuran kurang dari satu sentimeter atau
papul yang melebar ke arah pinggir dan bergabung beberapalesi menjadi
satu, berdiameter satu sampai beberapa sentimeter. Lingkaran putih pucat
mengelilingi lesi psoriasis plakat yang dikenal dengan Woronoff's ring.
Dengan proses pelebaran lesi yang berjalan bertahap maka bentuk lesi
dapat beragam seperti bentuk utama kurva linier (psoriasis girata), lesi
mirip cincin (psoriasis anular), dan papul berskuama pada mulut folikel
pilosebaseus (psoriasis folikularis). Psoriasis hiperkeratonik tebal
berdiameter 2-5cm disebut plak rupoid, sedangkan plak hiperkeratonik
tebal berbentuk cembung menyerupai kulit tiram disebut plak ostraseus.
Umumnya dijumpai di skalp, siku, lutut, punggung, lumbal, dan
retroaurikuler. Hampir 70% pasien mengeluh gatal, rasaterbakar atau
nyeri, terutama bila kulit kepala terserang. Uji Auspitz ternyata tidak
spesifik untuk psoriasis, karena uji positif dapat dijumpai pada dermatitis
seboroik atau dermatiitis kronis lainnya.
2. Psoriasis Inversa
Psoriasis inversa ditandai dengan letak lesi di daerah
intertrignosa, tampak lembab dan eritematosa. Berbentuk agak berbeda
dengan psoriasis plakat karena nyaris tidak berskuama dan merah
merona, mengkilap, berbatas tegas, sering kali mirip ruam intertrigo,
misalnya infeksi jamur. Lesi dijumpai didaerah aksilla, fosa antekubital,

poplitea, lipat inguinal, inframamae, dan perineum.
3. Psoriasis gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbul
mendadak dan diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus di
saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada
anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang
lain, baik bakterial maupun viral.
4. Psoriasis eksudativa
5. Psoriasis seboroik
Gambaran klinis bentuk ini merupakan gabungan antara
psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi
agak berminyak dan agak lunak.
6. Psoriasis pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis jenis ini, pertama dianggap
sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis.
Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata.
Bentuk lokalisata, contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar (Barber).
Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (von Zumbusch).
i. Psoriasis pustulosa palmo-plantar (Barber)
Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau
telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok
pustul kecil steril dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa
gatal.
ii. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)
Sebagai faktor provokatif banyak, misalnya obat yang tersering karena
penghentian kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan
derivatnya (ampisilin dan amoksisilin) serta antibiotik betalaktam yang
lain, hidroklorokuin, kalium jodida, morfin, sulfapiridin, sulfonamida,
kodein, fenilbutason dan salisilat. Faktor lain selain obat, ialah

hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi
bakterial dan virus.
Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah
menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum
pernah menderita psoriasis.
Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala
umum berupa demam, malaise, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang
telah ada makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak
edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam
timbul banyak pustul milier pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-
pustul berkonfluensi membentuk “lake of pus” berukuran beberapa cm.
Kelainan-kelainan semacam itu akan berlangsung terus menerus
dan dapat menjadi eritroderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukan
leukositosis (dapat mencapai 20.000/μl), kultur pus dari pustul steril.
7. Psoriasis eritroderma
Dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat
atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas
untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama
tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar,
yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
8. Psoriasis artritis
Psoriasis ini bermanifestasi pada sendi sebanyak 30%
kasus. Psoriasis tidak selalu dijumpai pada pemeriksaan kulit, tetapi
seringkali pasien datang pertama kali untuk keluhan sendi. Keluhan
pasiean yang sering dijumpai adalah artritis perifer, entesitis,
tenosinovitis, nyeri tulang belakang, dan atralgia non spesifik, dengan
gejala kekakuan sendi pagi hari, nyeri sendi peristen, atau nyeri sendi
fluktuatif bila psoriasis kambuh. Keluhan pada sendi kecil maupun besar,
bila mengenai distal interfalangeal maka umumnya pasien juga
mengalami psoriasis kuku. Bila keluhan ini terjadi sebaiknya pasien
segera dirujuk untuk penanganan yang lebih komprehensif untuk

mengurangi komplikasi.
f. Histopatologi
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi yang khas
yasitu parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat
kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu terdapat juga
papilomatosis dan vasodilatasi subepidermal.1
g. Diagnosis banding
Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa
pada psoriasi terdapat tanda-tanda yang khas yakni skuama yang kasar,
transparan dan berlapis-lapis,fenomena tetesan lilin dan Auspitz.
Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan bahwa eritema
dapat terjadi, hanya di pinggir, hingga menyerupai Dermatofitosis.
Perbedaannya ialah pada dermatofitosis gatal sekali dan ditemukan jamur
pada sediaan langsung.1
Dermatitis seboroik, berbeda dengan psoriasis karena
skuamanya berminyak dan kekuningan serta bertempat predileksi di
tempat yang seboroik.1
h. Penatalaksanaan
Mengingat bahwa hingga kini belum dapat diberikan pengobatan
kausal (menghilangkan penyebabnya), maka pengobatan yang dilakukan
adalah upaya untuk meminimalisir keluhan, yakni:1,2
1. Menekan atau menghilangkan faktor pencetus (stress, infeksi fokal,
menghindari gesekan mekanik, dll).
2. Mengobati bercak-bercak psoriasis.
Pengobatan topikal (obat luar: salep, krim, pasta, larutan) merupakan
pilihan utama untuk pengobatan psoriasis. Obat-obat yang lazim
digunakan, antara lain:
- Kortikosteroid topical memberikan hasil yang baik. Potensi dan
vehikulum bergantung pada lokasi. Pada scalp, daerah muka, lipatan dan

genitalia eksterna dipilih potensi sedang. Pada batang tubuh dan
ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat
bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan maka
potensinya dan frekuensinya diturunkan perlahan-lahan.
- Ter (misalnya, LCD 2-5%). Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%,
dimulain dengan konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi
dinaikkan. Asam salisilat dapat ditambahkan untuk meningkatkan daya
penetrasi supaya pengobatan lebih efektif.
- Antralin dikatakan efektif. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-
0,8%, dalam pasta, salap atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam
sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.
- Pengobatan penyinaran dengan ultraviolet. Sinar ultraviolet mempunyai
efek menghambat mitosis, sehingga digunakan untuk pengobatan
psoriasis. Sinar UV yang digunakan diantaranya sinar A yang dikenal
dengan UVA.
Pengobatan sistemik (obat minum, suntikan). Cara ini dilakukan dengan
berbagai pertimbangan karena adanya kemungkinan efek samping yang
ditimbulkannya pada pemakaian jangka panjang. Obat-obat yang biasa
digunakan diantaranya:1
- Kortikosteroid dapart mengontrol psoriasis. Dosisi ekuivalen dengan
prednisone 30 mg perhari. Setelah membaik dosisi diturunkan perlahan-
lahan, kemudian diberikan dosis pemeliharaan.
- Metotreksat (MTX) adalah obat sitostatik yang biasa digunakan.
Indikasinya adalah psoriasis, psoriasis pustulosa. Cara penggunaan
metotreksat ialah mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk
mengetahui apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak
terjadi efek yang tidak dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg dengan
interval 12 jam dalam seminggua dengan dosis total 7,5 mg. jika tidak
tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu.
- Retinoid digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-
obat lain mengingat efek sampingnya. Dosisnya bervariasi; pada bulan

pertama diberikan 1 mg/kgBB, jika belum terjadi perbaiakn dosis dapat
dinaikkan menjadi 1½ mg/kgBB.
- Siklosporin berefek imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik.
Pengobatan kombinasi , cara ini meliputi: kombinasi psoralen dengan
penyinaran ultraviolet (PUVA), kombinasi obat topikal dan sistemik.
i. Prognosis
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, namun
penyakit ini bersifat kronik residif. Belum ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan secara total karena penyebab pasti psoriasis belum
diketahui. Namun, psoriasis dapat dikendalikan agar tidak mudah
kambuh dengan cara menghindari faktor-faktor pencetusnya.2
Referensi :
1. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 2008. Edisi 8. Adhi Juanda.
Dermatosis Eritroskuamosa. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.
2. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 2015. Edisi 7. Adhi Juanda.
Dermatosis Eritroskuamosa. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.
5. Prespektif islam
Surah An Nisa ayat 56
Artinya :
"Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami
masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus,

Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya
azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu;
Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung
ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III
(luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya
rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya
ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi.
Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia
menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan
pedihnya azab Allah tersebut.
Mahabesar Allah yang telah menyisipkan firman-firman-Nya dan informasi
sebagian kebesaran-Nya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh
syaraf dsb. Rabbana makhalqta hada batila, Ya…Allah tidak ada sedikit pun
yang engkau ciptakan itu sia-sia.
6. Patomekanisme setiap gejala (rizka)
Patomekanisme bintik merah
Kemerahan yang terjadi diakibatkan karena proses inflamasi. Proses
inflamasi sangat berkaitan erat dengan sistim imunitas tubuh. Secara garis besar,
imunitas tubuh dibagi atas dua yaitu sistim munitas bawaan/nonspesifik dan
sistem imun didapat/spesifik. Sistem imun nonspesifik akan menyerang semua
antigen yang masuk, sedangkan sistem imun spesifik merupakan pertahanan
selanjutnya yang memilih-milih antigen yang masuk. Ketika antigen masuk
kedalam tubuh, fagosit (makrofag dan neutrofil) akan memfagosit antigen
tersebut. Hal tersebut bersamaan dengan terjadinya pelepasan histamin oleh sel
mast didaerah jaringan yang rusak. Histamin yang dilepaskan ini membuat
pembuluh darah bervasodilatasi untuk meningkatkan aliran darah pada daerah
yang terinfeksi. Selain itu, histamin juga membuat permeabilitas kapiler

meningkat sehingga protein plasma yang seharusnya tetap berada didalam
pembuluh darah akan mudah keluar ke jaringan. Hal ini yang menyebabkan kulit
berwarna kemerahan akibat proses inflamasi.
Referensi:
Tjut Nurul Alam Jacob. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI. Hal: 214.
Patomekanisme gatal
Pruritus, atau gatal, adalah sensasi yang menimbulkan keinginan kuat
untuk melakukan penggarukan. Definisi ini bahkan telah diungkapkan oleh
Samuel Hafenreffer sekitar 340 tahun yang lalu. Secara umum, pruritus adalah
gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi priemr maupun lesi sekunder,
meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi kulit.
Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial (pruritus sine
materia)
Senyawa terpenting adalah histamin. Histamin merupakan produk
degranulasi sel mast dan basofil, selain dapat dihasilkan oleh makrofag dan
limfosit. Jenis histamin H1 ditemukan menyebabkan gatal.
Histamin banyak dilepaskan setelah terjadi cidera yang melibatkan dermal.
Sementara itu, reseptor H3 terlibat dalam modulasi gatal, dan bekerja antagonis
dengan H1. H4 juga dapat m.enyebabkan gatal.
Histamin menyebabkan dilatasi arteriole dan meningkatkan permeabilitas
venula dibawah kulit. Sehingga cairan serta sel yang keluar dari pembuluh darah
akan merangsang ujung saraf perifer kulit sehingga timbul rasa gatal.
Referensi :
Djuanda, A. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Patomekanisme nyeri sendi besar
Psoriasis merupakan penyakit yang diturunkan, meskipun cara penurunannya
belum dimengerti sepenuhnya. Riwayat keluarga ditemukan pada 66% pasien

psoriasis. Antigen leukosit manusia histokompabilitas HLA-13, HLA-B17 dan
HLA Cw6 meningkat empat kali lipat pada pasien psoriasis. Penyakit kulit ini
dapat juga disertai arthritis dan secara klasik menyerang sendi interfalang distal.
Pada pasien ini tidak ditemukan factor rheumatoid. Arthritis tidak selalu
berkaitan dengan beratnya psoriasis. Terdapat kerentanan multigen. Beberapa
tipe HLA (Cw6) berhubungan dengan kelainan kulit saja, namun tipe lainnya
(misalnya B27) berhubungan dengan penyakit sendi tambahan. Psoriasis dikenal
dua tipe : tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan
awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya factor
genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Psoriasis tipe I
berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan
dengan HLA-B27 dan Cw6, sedangkan psoriasis pustulosa berhubungan dengan
HLA-B27Infeksi, stress, atau obat-obatan dapat mencetuskan terjadinya
serangan psoriasis. Plak ditandai dengan gambaran patologis ganda yaitu
hiperproliferasi epidermis dan inflamasi kutan.
Sumber : Davey, Patrick. 2005. At a glance medicine ; alih bahasa, Annisa
Rahmalia, Cut Novianty; editor, Amalia Safitri. Jakarta : Erlangga
Price, Sulvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit Ed.6 ; editor bahasa indonesia Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC
Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi.2013.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Keenam.Badan penerbit : FKUI
7.

