case lepto 1

Upload: sephyros88

Post on 11-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan kuasa-Nya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang berjudul Leptospirosis. Tugas presentasi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso serta agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:dr. Sri Sulastri, Sp.A, sebagai pembimbingdr. Rismali Agus, Sp.Adr. Dewi Murniati, Sp.ADr. dr. I Made Setiawan, Sp.Adr. Dyani Kusumowardhani, Sp.Adr. Ernie Setyawati, Sp.ASaya menyadari bahwa tugas presentasi kasus ini jauh dari sempurna dan untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga tugas case ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 15 April 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................1DAFTAR ISI.........................................................................................................................2LATAR BELAKANG...........................................................................................................3DATA IDENTITAS..............................................................................................................4ANAMNESA.........................................................................................................................4PEMERIKSAAN FISIS........................................................................................................7PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................................9RESUME..............................................................................................................................14DIAGNOSA..........................................................................................................................15PENATALAKSANAAN......................................................................................................15PROGNOSIS........................................................................................................................15RIWAYAT RAWAT INAP..................................................................................................15RESUME SAAT PASIEN PULANG...................................................................................17TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................19PEMBAHASAN KASUS......................................................................................................25KESIMPULAN......................................................................................................................27DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

LATAR BELAKANG

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan binatang. Penyakit menular ini adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan Leptospira. Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul dikarenakan banjir.Dibeberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd, demam rawa, penyakit weil, demam canicola.Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter hewan, dan personel militer. Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir. Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Oleh sebab itu, kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko penyakit yang lebih berat

PRESENTASI KASUSKEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARARSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSOOF. PROF Kasus DBD Daniel Aditya (406112007)__________________________________________________________________________I. DATA IDENTITASI.1. IDENTITAS MAHASISWANama Lengkap: Yunita WidyaningsihNIM: 406137003Periode: 17 Februari 2014 26 April 2014Pembimbing: dr. Sri Sulastri, Sp.ATopik: Leptospirosis

I.2.IDENTITAS PASIENNama : An. Mogan Baihaqi PutraNo. Rekam Medis: 32.18.96Jenis Kelamin : Laki-lakiUmur: 4 tahun 3 bulanAgama: IslamAlamat: Jln. Warakas Gang 23 RT 003/007Pendidikan : Belum Sekolah

I.3. IDENTITAS ORANG TUANama Ayah: Tn. Muh. Abdul AzizUmur: 43 tahunPekerjaan: Pengawas proyek bangunanAlamat: Jln. Warakas Gang 23 RT 003/007Agama: IslamBangsa/ Suku: IndonesiaHubungan dengan orang tua : Anak kandung.

II. ANAMNESATanggal masuk rumah sakit: 7 Maret 2014, pukul 23:00 WIBTanggal pemeriksaan: 10 Maret 2014, pukul 14.00 WIBDiambil dari: Autoanamnesis dan AlloanamnesisKeluhan Utama: Demam naik turun sudah 2 hariKeluhan Tambahan: Mual dan muntah sudah 5x sejak pagi. Batuk 6 hariSMRS

II.1.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien datang ke RSPI SS (7/3/14) dengan keluhan demam yang naik turun sejak 2hari. Sudah di beri obat penurun panas tetapi panasnya hanya turun sebentar dan setelah beberapa jam naik lagi. Batuk (+), dahak (-) 6 hari SMRS. Awal demam, suhu pasien tidak terlalu tinggi, panas tidak mendadak sehingga ibunya tidak segera membawa pasien ke rumah sakit. Keesokan harinya keadaan pasien tidak membaik, sehingga ibunya membawa pasien berobat ke klinik dan di beri obat renalty syrup, narfoz syrup dan puyer tetapi tidak membaik. Ibu pasien mengatakan sebelum kerumah sakit pasien sempat mual dan muntah 5x volume setengah gelas aqua, isi makanan.Badan terasa lemas. Ibu pasien mengatakan pasien mengeluh kepala dan perutnya sakit, matanya perih dan berair. Tidak ada mimisan & gusi berdarah. Tidak terdapat luka pada tubuh pasien.Riwayat BAK seperti biasa tetapi warnanya pekat seperti teh. Tidak terdapat nyeri saat buang air kecil. Sedangkan riwayat BAB, ibu pasien mengatakn jika pasien belum buang air besar sejak 2 hari sejak demam. Biasanya rutin setiap hari. Ibu pasien mengatakan sejak sakit, nafsu makan pasien menurun tetapi minum banyak. Sebelum sakit pasien suka jajanMenurut ibu pasien, di lingkungan keluarga, tetangga dan teman pasien tidak ada yang menderita sakit demam. Ibu pasien mengatakan pasien demam setelah pasien bermain air genangan banjir di sekitar rumahnya. Pasien merupakan korban banjir.Riwayat pengobatan yang didapat selama di rumah sakit antara lain amoxicillin (3 x sehari), sistenolforte (3 x tab), Puyer 3 x sehari).

II.2.RIWAYAT PENYAKIT DAHULUPasien belum pernah dirawat di rumah sakit. Riwayat kejang, asma, alergi makanan, alergi obat dan penyakit paru disangkal.

II.3.RIWAYAT KELUARGAPenderita adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayah pasien berumur 43 tahun, bekerja sebagai pengawas proyek bangunan. Ibu penderita berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga. Ayah dan ibu penderita sehat. Dalam keluarga penderita tidak ada yang menderita asma, tidak ada yang menderita darah tinggi, tidak ada yang menderita kencing manis.II.4.RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINANIbu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter, tidak mengalami gangguan atau kelainan selama proses kehamilan.KelahiranTempat kelahiran: Rumah PasienPenolong persalinan: BidanCara persalinan: SpontanMasa gestasi: Cukup bulan

Keadaan bayiBerat badan lahir: Sekitar 3700 gramPanjang badan lahir: 67 cmLingkar kepala: Tidak tahuLangsung menangis: IyaNilai APGAR: Tidak tahuKelainan bawaan: Tidak ada

II.5.RIWAYAT IMUNISASI DASARPasien mendapat imunisasi lengkap:BCG: (+)DPT: (+), ibu pasien lupa berapa kali dan waktunya secara tepatHepatitis B: (+), ibu pasien lupa berapa kali dan waktunya secara tepatPolio: (+), ibu pasien lupa berapa kali dan waktunya secara tepatCampak: (-)

II.6.RIWAYAT PERTUMBUHANMenurut ibu pasien pertumbuhan anaknya cukup baik, berat badan dan tinggi badan bertambah seiring bertambahnya usia. Tidak ada gangguan selama periode perumbuhan pasien hingga saat ini.

II.7.RIWAYAT PERKEMBANGANPertumbuhan gigi pertama: tidak tahuGangguan perkembangan mental dan emosi: tidak adaPsikomotor: Tengkurap: tidak tahu Duduk: tidak tahu Berdiri: usia 11 bulan Berjalan: tidak tahu Berbicara: tidak tahu Membaca dan menulis: tidak tahu

II.8.RIWAYAT MAKANANPasien mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 2 tahun, dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Kemudian secara bertahap pasien mengkonsumsi biskuit, bubur susu, dan makanan untuk dewasa dalam porsi yang cukup dengan frekuensi 3/hari hingga saat ini.

Umur (bln)ASIBuah/BiskuitBubur SusuNasi Tim

0-2

2-4

4-6

6-8

8-10

10-12

III. PEMERIKSAAN FISISDilakukan pada hari: Senin, 10 Maret 2014 (pukul 14.00)

III.1.PEMERIKSAAN UMUM Keadaan umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis Tekanan darah: Tidak dilakukan pengukuran Nadi: 98 x/menit, pada arteri radialis, teraba kuat dan teratur Pernafasan: 26 x/menit, tipe abdominal-thorakal Suhu: 37,1 oC, pada axila kanan Berat badan: 15 kg (saat pasien pertama masuk R.S.) Tinggi badan: Tidak dilakukan pengukuran Keadaan gizi: Kesan baik

III.2.PEMERIKSAAN SISTEMATISKepala: Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, ubun- ubun besar sudah menutupMata: Kelopak mata tidak ada kelainan, konjungtiva tidak anemis dan tidak hiperemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3 mm, refleks cahaya +/+Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat serumen, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler, KGB pre dan retro aurikuler tidak teraba membesarHidung : Bentuk normal, sekret (-), tidak ada septum deviasi , pernapasan cuping hidung (-)Tenggorok: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang tidak hiperemisMulut: Mukosa bibir basah, tidak tampak perioral sianosis, lidah tidak kotorLeher: Trakea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah bening submandibular, supra-infraclavicular tidak teraba membesarDinding toraks : Ukuran normal, tidak ada retraksi otot supraclavicula, intercostalis dan subcostalis.Paru: Inspeksi : Simetris dalam diam dan pergerakan nafas Palpasi: Stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat Perkusi: Sonor Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-Jantung: Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis Palpasi: Teraba pulsasi ictus cordis Perkusi: Redup Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Inspeksi: Datar Palpasi: Supel, hepar dan lien tidak membesar, ballotemen (-), nyeri tekan abdomen (-) Perkusi: Timpani Auskultasi: Bising usus (+), normalEkstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema(-), rash konvalesen (-)Tulang belakang: Bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosisKulit: Tidak ada rash konvalesen, tidak ada hematoma

III.3.PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Rangsang Meningeal: (-) Refleks Fisiologis: Biceps: tidak dilakukan pemeriksaan Triceps: +/+, normal Patela: +/+, normal Tendo Achilles: +/+, normal Refleks Patologis: (-) Parese: (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGTabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (7 Maret 2014)HematologiHasilNilai normal

Leukosit19.33.8 10.6 ribu/L

Eritrosit1.544.4 5.9 juta/L

Hb4.813.2 17.3 g/dL

Ht1540 52 %

Trombosit416150 440 ribu/L

MCV9869 93 fL

MCH3122 34 pq

MCHC3132 36 g/dL

Tabel Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit (7 Maret 2014)Hitung JenisHasilNilai Normal

Basofil00 - 1 %

Eosinofil02 - 4 %

Batang23 - 5 %

Segmen5650 - 70 %

Limfosit4025 - 50 %

Monosit22 - 8 %

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Faal Hati dan Faal Ginjal (7 Maret 2014) PemeriksaanHasilNilai NormalSatuan

Faal Hati

SGOT410.00 36.00U/L

Bilirubin total1.450.00 1.00mg/dL

Pemeriksaan Laboratorim (7 Maret 2014) Leptospira IgM: (-) Leptospira IgG: (-)

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (8 Maret 2014)HematologiHasilNilai normal

Leukosit17.25.00 15.00 ribu/L

Eritrosit2.983.00 5.00 juta/L

Hb8.810.00 15.00 g/dL

Ht2831 43 %

Trombosit363217 497 ribu/L

MCV9472 88 fL

MCH3023 31 pq

MCHC3126 34 g/dL

Tabel Pemeriksaan Urine Lengkap (8 Maret 2014)PemeriksaanHasilNilai NormalSatuan

Urinalisa

Berat jenis1.0151.003 1.035

pH7.54.5 8.0

Lekosit esterase-Negatif/L

Nitrit-Negatif

Albumin-Negatifmg/dL

Glukosa-Negatifmg/dL

Keton-Negatifmg/dL

Urobilinogen+ 1mg/dL

Bilirubin-Negatifmg/dL

Darah-Negatif/L

Sedimen Mikroskopis

Eritrosit2< 3/L

Lekosit8< 10/L

Silinder-0 1/LP

Epitel+

Bakteri+

Kristal-

Makroskopis

WarnaKuning

KejernihanAgak Keruh

Tabel Pemeriksaan Feses Lengkap (9 Maret 2014)PemeriksaanHasilNilai NormalSatuan

Parasitologi Makroskopis

WarnaCoklat

KonsistensiPadat

Lendir-

Darah-

Mikroskopis

Sisa Pencernaan-

Lemak+

Karbohidrat-

Serat-Serat-

Lekosit0-1/LPB

Eritrosit0-1/LPB

Parasit-Negatif

Telur Cacing-Negatif

Jamur+ (spora)

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Faal Hati, Faal Ginjal dan Diabetes (10 Maret 2014) PemeriksaanHasilNilai NormalSatuan

Faal Hati

SGOT250,00 36,00U/L

SGPT110,00 29,00U/L

Gamma GT150,00 23,00U/L

Alkaline Fosfatase1520,00 644,00U/L

Bilirubin total0.490,00 1,00mg/dL

Bilirubin direk0.27< 0,2mg/dL

Bilirubin indirek0.22g/dL

Protein total5.736,00 8,00g/dL

Albumin4.053,00 5,00g/dL

Globulin1.681,8 4mg/dL

Faal Ginjal

Ureum / BUN16< 48mg/dL

Creatinin0,340,00 1,00mg/dL

Diabetes

Glukosa Sewaktu9650,00 100,00mg/dL

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (10 Maret 2014)HematologiHasilNilai normal

Leukosit9.45.00 15.00 ribu/L

Eritrosit4.643.00 5.00 juta/L

Hb13.210.00 15.00 g/dL

Ht4131 43 %

Trombosit304217 497 ribu/L

MCV8972 88 fL

MCH2823 31 pq

MCHC3226 34 g/Dl

Pemeriksaan Hepatitis (12 Maret 2014) HbsAg: (-) Negatif Anti HAV IgM: (-) NegatifPemeriksaan Imunosero lain (12 Maret 2014) CRP (C-Reactive Protein) : (-) Negatif

V. ResumeTelah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 4 tahun 3 bulan datang dengan keluhan demam yang naik turun sejak 2 hari. Batuk (+), dahak (-) 6 hari SMRS, Awal demam, suhu pasien tidak terlalu tinggi, panas tidak mendadak. Pasien sudah berobat ke klinik tetapi tidak juga membaik. sebelum kerumah sakit pasien sempat mual dan muntah 5x volume setengah gelas aqua, isi makanan.Badan terasa lemas. Ibu pasien mengatakan pasien mengeluh kepala dan perutnya sakit, matanya perih dan berair.Riwayat BAK seperti biasa tetapi warnanya pekat seperti teh. Tidak terdapat nyeri saat buang air kecil. Sedangkan riwayat BAB, ibu pasien mengatakn jika pasien belum buang air besar sejak 2 hari sejak demam. Ibu pasien mengatakan sejak sakit, nafsu makan pasien menurun tetapi minum banyak. Sebelum sakit pasien suka jajan. Ibu pasien mengatakan pasien demam setelah pasien bermain air genangan banjir di sekitar rumahnya. Pasien merupakan korban banjir.Pada pemeriksaan fisis ditemukan: Keadaan umum: Tampak sakit ringan, compos mentis Tekanan darah: tidak di lakukan pemeriksaan Nadi: 120 x/menit, pada arteri radialis, teraba kuat dan teratur Pernafasan: 60 x/menit, tipe abdominal-thorakal Suhu: 36,8 oC, pada axila kanan Kepala: Mata: CA -/-, SI +/+, pupil isokor, refleks cahaya +/+ Telinga: serumen -/- Hidung: sekret -/- Mulut: mukosa mulut dan lidah basah, faring tidak hiperemis, lidah tidak kotor, tidak tampak sianosis Leher: KGB tidak teraba pembesaran Thorax: Cor dan Pulmo: dbN Abdomen: Datar, supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, terdapat nyeri tekan, timpani, bising usus (+) normal Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada edema, Tidak terdapat rash konvalesen Kulit: tidak terdapat rash konvalesen Pemeriksaan neurologis: Rangsang meningeal (-), refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)Pada pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan: Leukosit: 19,300 /mm3 (nilai tertiggi : 19,300) Hb: 4,800 g/dL (Nilai terendah : 4,800) Ht: 15 % (nilai terendah: 15 %) Trombosit: 416.000 / L MCV : 98 MCH: 31 MCHC: 31 Bilirubin total : 1,45 SGOT : 41 Leptospirosis IgM: (-) Leptospirosis IgG: (-)

VI. DIAGNOSADiagnosa: Susp. Leptospirosis Diagnosa Banding: Hepatitis

VII. PENATALAKSANAAN IVFD NS 0,9% 1250 cc/24 jam PRC 2x200cc Amoxicillin 3x500/IV Sistenol 3x1/2 tab Narfoz 3x1 cth

VIII. PROGNOSIS Susp. Leptospirosis Ad vitam : ad bonam Ad function: ad bonam Ad sanationam: ad bonam

IX. RIWAYAT RAWAT INAPJumat , 7 Maret 2014(Rawat hari ke - 1)Sabtu, 8 Maret 2014(Rawat hari ke - 2)Minggu, 9 Maret 2014(Rawat hari ke 3)

S Kuning di seluruh badan sejak 2 hari SMRS Muntah 5x sejak pagi SMRS isi makanan Demam 2hari SMRS Batuk (+), dahak (-) 6 hari SMRS Makan sedikit, minum banyak, sering jajan BAK seperti biasa BAB sejak 2 hari SMRS belum BAB, biasanya rutin BAB setiap hari. Sakit kepala, nyeri perut Demam (-), muntah (-), batuk (+) Makan mau, minum banyak BAK normal, BAB belum sejak 3hari SMRS Demam (-), Mual (-), Muntah (-) Batuk (+), Pilek (-) BAB 2x, warna kuning BAK Normal

O KU: CM N: 120 x/menit RR: 60 x/menit S: 36,8 C Mata: CA + / +, SI + /+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesar KU: CM N: 100 x/menit RR: 32 x/menit S: 37,2 C Mata: CA + / +, SI + /+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesar KU: CM N: 108 x/menit RR: 34 x/menit S: 36,8 C Mata: CA + / +, SI + /+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesar

ASusp. Leptospirosis DD/ Hepatitis Susp Leptospirosis DD/ Hepatitis Anemia Susp. Leptospirosis DD/ Hepatitis Anemia

P IVFD NS 0,9% 1250 cc/24 jam PRC 2x200cc Amoxicillin 3x500/IV Sistenol 3x1/2 tab Narfoz 3x1 cth IVFD NS 0,9% 1250 cc/24 jam PRC 2x200cc Amoxicillin 3x500/IV Sistenol 3x1/2 tab Narfoz 3x1 cth

IVFD NS 0,9% 1000 cc/24 jam PRC 2x200cc Amoxicillin 3x500/IV Sistenol 3x1/2 tab (k/p jika suhu > 38 C)

Senin, 10 Maret 2014(Rawat hari ke 4)Selasa, 11 Maret 2014(Rawat hari ke 5)Rabu, 12 Maret 2014(Rawat hari ke 6)

S Demam (-), Mual (-), Muntah (-) Batuk sudah mulai berkurang, Pilek (-) BAB Normal, BAK normal Nafsu makan dan minum baik Demam (-), Mual (-), Muntah (-) Batuk sekali-sekali, Pilek (-) BAB Normal, BAK normal Nafsu makan dan minum baik Demam (-), Mual (-), Muntah (-) Batuk (-) Pilek (-) BAB Normal, BAK normal Nafsu makan dan minum baik

O KU: CM N: 96 x/menit RR: 24 x/menit S: 36 C Mata: CA -/-, SI +/+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesar KU: CM N: 93 x/menit RR: 26 x/menit S: 36,3 C Mata: CA -/-, SI + /+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesar KU: CM N: 96 x/menit RR: 24 x/menit S: 36 C Mata: CA -/-, SI + /+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesar

A Susp. Leptospirosis DD/ Hepatitis Susp Leptospirosis Susp Leptospirosis (Klinis) perbaikan Boleh Pulang

P IVFD NS 0,9% 1000 cc/24 jam PRC 2x200cc Amoxicillin 3x500/IV Sistenol 3x1/2 tab (k/p jika suhu > 38 C) IVFD Kaen 3B 1500cc/24 jam Amoxicillin 1 ampul Sistenol (k/p) Amoxicillin 400mg 3x1 Bcomp 3x1/2 tab Sistenol (k/p)

X. RESUME SAAT PASIEN PULANGNama: An. Mogan BaihaqiUsia: 4 tahun 3 bulanJenis kelamin: Laki-lakiTanggal MRS: 7 Maret 2014Tanggal keluar: 12 Maret 2014Diagnosa akhir: Susp Leptospirosis (klinis) perbaikanRINGKASAN RIWAYAT & PENEMUAN FISIS PENTINGRiwayat: Demam 2hari SMRS, Muntah 5x sejak pagi SMRS isi makanan, , Batuk (+), dahak (-) 6 hari SMRS, Makan sedikit, minum banyak, sering jajan, BAK warna seperti teh, BAB sejak 2 hari SMRS belum BAB, biasanya rutin BAB setiap hari.Pemeriksaan fisis: KU: CM, N: 120 x/menit, RR: 60 x/menit, S: 36,8 C Mata: CA - / -, SI + /+ Cor: BJ I, II Normal Reguler. Pulmo: Rh -/-, Wh -/-. Abdomen: Datar, supel, timpani, turgor baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar Ext: Akral hangat, CRT < 2detik KGB coli tidak teraba membesarHasil pemeriksaan laboratorium, radiologi dan konsultasi yang penting: IgG dan IgM Leptospira (-) Anti HAV dan HbsAG (-) CRP(-) Leukosit : 19,300 Hb: 4,800 Ht: 15% Bilirubin total : 1,45 SGOT: 41Keadaan saat pulang: Perbaikan.Pengobatan saat keluar R.S.: Amoxicillin 3x400mg + Bcomp 3x1/2 tab

RIWAYAT PENGOBATAN SELAMA DI R.S.IVFD NS 0,9% 1250cc/24 jam, IVFD Kaen 3B 1500cc/24 jam, PRS 2x200cc, Amoxicillin 3x500/IV, Sistenol 3x1/2 tab, Narfoz 3x1 cth, Amoxicillin 3x400mg, Bcomp 3x1/2 tab.

TINJAUAN PUSTAKALEPTOSPIROSIS

PENDAHULUANLeptoapirosis adalah penyakit demam akut dengan gambaran klinis yang luas disebabkan oleh leptospira, suatu jenis bakteri golongan spirocheta. Tahun 1886, Weil menggambarkan untuk pertama kalinya penyakit leptospirosis, tetapi baru pada tahun 1915 penyebabnya yaitu spirochaeta dari genus leptospira di temukan oleh Inada. Leptospira adalah organisme yang berbentuk langsing seperti benang dengan diameter 0,1 mikron dan panjang 6-12 mikron, berlingkar rapat pada sumbu panjangnya. Diantara genus leptospira, hanya spesies interrogans yang patogen untuk binatang dan manusia. Sekurang-kurangnya ada 180 serotipe dan 18 serogrup. Satu jenis serotipe dapat meimbulkan gambaran klinis yang berbeda, sebaliknya suatu gambaran klinis, misalnya meningitis aseptik, dapat disebabkan oleh serotipe.1

EPIDEMIOLOGIPada umumnya semua mamalia dapat terinfeksi leptospira dan menyebarluaskan penyakit tersebut. Binatang seperti tikus, landak, anjing, musang dan ternak dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia, jua burung, ikan, dan reptil. Transmisi leptospira kepada manusia terjadi karena (1) kontak dengan urin, darah atau organ dari binatag yang terinfeksi. Urin sapi yang terinfeksi misalnya, dapat mengandung 100 juta leptospira permililiter, (2) Kontak dengan lingkungan (tanah, air) yang terkontaminasi leptospira.Organisme dapat hidup beberapa waktu dalam air dan alam terbuka, misalna ladang padi. Temperatur yang panas (25oC), lembab dan pH tanah/air antara 6,2-8 merupakan kondisi optimal untuk hidup leptospira. Leptospira dapat hidup ditanah yang sesuai sampai 43 hari, dan didalam air juga dapat hidup berminggu-minggu lamanya. Air tawar, terutama yang terkontaminasi merupakan sumber penularan yang penting bagi infeksi leptospira.Keseimbangan biologis dapat terjadi antara beberpa serotipe leptospira dengan jenis hewan tertentu. Organisme tersebut dapat beridiam didalam tubulus ginjal hewan yang terinfeksi tanpa menimbulkan kerusakan pada epitel tubulus. Bila keadaan keseimbangan biologis ini tidak terjadi, binatang tersebut dapat sakit atau mati. Manusia merupakan titik akhir dari rantai penularan, meskipun transmisi dari orang ke orang secara teori masih mungkin. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada individu yang pekerjaannya banyak berhubungan dengan ternak, anjing, babi, atau air terkontaminasi. Pada suatu penelitian st. Louis, tahun 1974, 15-40% anjing dinyatakan terinfeksi. Uji terhadap galur spesifik menunjukan bahwa 31% anak diperkotaan dan 10% anak dipinggiran kota, mempunyai antibodi terhadap leptospira.1

ETIOLOGILeptospira merupakan gram negatif dengan bentuk berbelit, tipis, fleksibel dengan panjang 515 m, dengan salah satu ujung spiral membengkok membentuk kait (hook). Meskipun tidak memiliki flagella eskternal, leptospira sangat motil karena memiliki sepasang flagela aksial dan tampak sebagai kokus kecil-kecil melalui mikroskop lapang gelap. Bakteri ini bersifat aerob obligat dan butuh media khusus seperti medium Fletcher (media semisolid terbuat dari serum) serta waktu berminggu-minggu untuk tumbuh dengan suhu 2830 C. Leptospira dapat bertahan hidup berminggu-minggu di air.Manusia dapat terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah, dan lumpur yang telah terkontaminasi urin binatang reservoir seperti tikus, anjing, sapi, babi, lembu, kuda, kucing, marmot, dan binatang lainnya. Selain itu, dapat pula melalui kontak langsung dengan urin binatang terinfeksi (atau cairan tubuh lainnya, kecuali saliva), meminum air terkontaminasi leptospira, inhalasi aerosol cairan tubuh, dan transplasental.Transmisi dari manusia ke manusia jarang terjadi. Tikus merupakan vektor (reservoir) utama L. icterohaemorrhagica yang menginfeksi manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira berkoloni dan berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan mengalir di dalam filtrat urin. Pada musim hujan, terdapat genangan air yang terkontaminasi urin. Kulit utuh yang terekspos dengan genangan air tersebut dalam waktu lama atau kulit yang luka, serta gigitan binatang infeksius dapat menyebabkan leptospirosis. Selain kulit, leptospira juga dapat menembus membran mukosa mata, hidung, dan mulut. Orang yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis adalah petani, penambang, pekerja di rumah potong hewan, nelayan, peternak, dokter hewan, dan anggota militer yang bertugas di hutan.2

PATOFISIOLOGILeptospira dapat masuk melalui luka dikulit atau menembus jaringan mukosa seperti konjungtiva, nasofaring dan vagina. Setelah menembus kulit atau mukosa, organisme ini ikut aliran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Leptospira juga dapat menembus jaringan seperti serambi depan mata dan ruangan subarachnoid tanpa menimbulkan reaksi peradangan yang berarti.1Faktor yang bertanggung jawab untuk virulensi leptospira masih belum diketahui. Sebaliknya leptospira yang virulen dapat bermutasi jadi tidak virulen. Virulensi tampaknya berhubungan dengan dengan resistensi terhadap proses pemusnahan didalam serum oleh neurotrofil. Antibodi yang terjadi meningkatkan klirens leptospira dari darah melalui peningkatan opsonisasi dan dengan demikian mengaktifkan fagositosis.1Beberapa penemuan menegaskan bahwa leptospira yang lisis dapat mengeluakan enzim, toksin, atau metabolit lainyang dapat menimbulkan gejala-gejala klinis. Hemolisis pada leptospira dapat terjadi karena hemolisin yang tersirkulasi diserap oleh eritrosit, sehinggan eritrosit tersebut lisis, walaupun di dalam darah sudah ada antibodi.1Diastesis hemoragik pada umumnya terbatas pada kulit dan mukosa, pada keadaan tertentu dapat terjadi perdarahan gastro intestinal atau organ vital dan dapat menyebabkan kematian. Beberapa peneliti mencoba menjelaskan bahwa proses hemoragik tersebut disebabkan rendahnya protrombin serum dan trombositopenia. Namun terbukti, walaupun aktivitas protrombin dapat dikoreksi dengan pemberian vitamin K, beratna diastesis hemoragik tdak terpengaruh. Juga trombisitopenia tidak selalu ditemukan pada pasien dengan perdarahan. Jadi, diastesis hemoragik ini merupakan refleksi dari kerusakan endotelium kapiler yang meluas. Penyebab kerusakan endotel ini belum jelas, tapi diduga desebabkan oleh toksin.1Beberapa teori menjelaskan terjadinya ikterus pada leptospirosis. Terdapat bukti yang menunjukan bahwa hemolisis bukanlah penyebab ikterus. Disamping itu, hemoglobinuria dapat ditemukan pada awal perjalanan leptospirosis, bahkan sebelum terjadinya ikterus. Namun akhir-akhir ini ditemukan bahwa anemis hanya ada pada pasien leptospirosis dengan ikterus.Tampaknya hemolisis hanya terjadi kasus leptospirosis berat dan mungkin dapat menimbulkan ikterus pada beberapa kasus. Penurunan fungsi hati juga sering terjadi, namun nekrosis sel hati jarang terjadi sedangkan SGOT dan SGPT hanya sedikit meningkat. Gangguan fungsi hati yang paling mecolok adalah (1) ikterus, (2) gangguan faktor pembekuan, (3) albumin serum menurun, (4) globulin serum meningkat.1Gagal ginjal merupakan penyebab kematian yang penting pada leptospirosis. Pada kasus yang meninggal pada minggu pertama perjalanan penyakit, terlihat pembengkakan atau nekrosis sel epitel tubulus ginjal. Pada kasus yang meninggal pada minggu ke-2, terlihat banyak fokus nekrosis pada epitel tubulus ginjal. Sedangkan yang meninggal setelah hari ke-12, ditemukan sel radang yang menginfiltrasi seluruh ginjal (medula dan korteks). Penurunan fungsi ginjal disebabkan oleh hipotensi, hipovolemia dan kegagalan sirkulasi. Gangguan aliran darah keginjal menimbulkan nefropati pada leptospirosis. Kadang-kadang dapat terjadi insufisiensi adrenal karena perdarahan pada kelenjar adrenal.1Gangguan Fungsi jantung seperti miokarditis, perikarditis dan aritmia dapat menyebabkan hipoperfusipada leptospirosis. Gangguan jantung ini terjadi sekunder karena hipotensi, gangguan elektrolit, hipovolemia atau uremia. Mialgia merupakan keluhan umum pada leptospirosis, hal ini disebabkan oleh vakuolisasi sitoplasma pada miofibril. Keadaan lain yang dapat terjadi antara lain pneumonia hemoragik akut, hemoptisis, meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis, radikulitis, mielitis dam neuritis perifer. Peningkatan titer antibodi didalam serum tidak disertai peningkatan antibodi leptospira (hampir tidak ada) didalam cairan bola mata, sehingga leptospira masih dapat bertahan hidup diserambi depan mata selama berbulan-bulan. Hal ini penting dalam terjadina uveitis rekurens, kronik atau laten pada kasus leptospirosis.1

MANIFESTASI KLINISLeptospirosis merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang ditandai dengan vaskulitis yang menyeluruh. Karakteristik perjalanan penyakitnya adalah bifasik. Kasus sub klinis sering kali ditemukan. Masa inkubasi 7-12 hari, bahkan ditemukan antara 2-20 hari. 1Dalam perjalanan penyakit leptospirosis dibedakan dalam 2 fase:Fase I atau fase septikemia, berlangsung 4 7 hari. Pada akhir fase ini, leptospirosis menghilang dari darah, dari cairan serebrospinal dan jaringan lain, kecuali cairan aqueous humor mata dan parenkim ginjal. 1Fase II, awal fase ini ditandai dengan meningkatnya titer antibodi leptospira secara cepat, oleh sebab itu fase ini disebut jugafase imun. Fase II berlangsung 4-30 hari. Pada saat initerjadi leptospira yang berlangsung 1 minggu sampai 1 bulan. Peran antibiotik sedikit sekalipada fase imun ini. Meningitis, gangguan hati dan ginjal, akan mencapai puncaknya pada fase ini. 1Beberapa peneliti menyebutkan adanya fase ke-3 atau fase konvensalens. Fase ini terjadi antara minggu ke-2 dan ke-4, pada saat ini demam dan nyeri dapat timbul kembali. Patogenesis fase ini belum diketahui pasti. Leptospira pada saat kehamilan dihubungkan dengan meningkatnya keatian janin. Kasus leptospirosis dapat mengalami ikterus (10%) atau an-ikterus (90%).1 Leptospirosis An-ikterikFase septikemia didahului oleh demam, malaise, nyeri otot, nyeri kepala, dan nyeri abdomen. Gejala ini menghilang dengan lisisnya leptospira. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri otot (otot betis, pinggang dan abdomen), keluhan pada konjungtiva, yaitu fotofobia, nyeri mata, perdarahan konjungtiva, dehidrasi, limfadenopati menyeluruh, hepatosplenomegali, ruam kulit (makula, makulopapula, urtikaria, eritema, ptekie, purpura hemoragik atau deskuamasi). Ruam tampak jelas pada bagian badan. Disamping gejala tersebut, dapat ditemukan pula faringitis , artritis, parotitis, orkitis, epididimitis, prostatitis, artalgia dan otitis media. Hipotensi jarang ditemukan pada leptospirosis an-ikterik. Pada anak dapat ditemukan dilatasi kandung empedu non-obstruktif. 1Fase imun pada kasus leptospirosis an-ikterik ditandai oleh demam, uveitis, ruam, nyeri kepala dan meningitis. Demam tidak setinggi saat terjadi septikemia dan berlangsung singkat. Tanda khas untuk fase imun pada leptospirosis an-ikterik ialah adanya meningitis. Hai ini digambarkan pleositosis pada cairan serebrospinal dengan atau tanpa gejala meningeal. Beratnya meningitis bervariasi dan tidak tergantung dari beratnya gejala klinis leptospirosis lainnya. Pleositosis cairan serebrospinal dapat menetap 2-3 bulan, tetapi biasanya menghilang dalam 7-21 hari. 1Bersamaan dengan meningginya antibodi, Leptospira menghilang dari cairan serebrospinal terjadi pada minggu ke-2 perjalanan penyakit, reaksi meningeal dapat ditemukan kurang 80% pasien, namun hanya 50% yang jelas menunjukan tanda meningitis. Jumlah sel cairan serebrospinal berkisar antara normal sampai 500 sel/ml. Sel leukosit PMN sering ditemukan pada fase awal fase imun dan selanjutnya lebih banyak ditemukan sel mononuklear. Konsentrasi glukosa biasanya normal. Ensefalitis, spastisitas, paralisis, paralisis saraf kranial, neuritis perifer, nistagmus, radikulitis, kejang, gangguan pengelihatan, mielitis atau sindrom yang menyerupai Gullain Barre dapat timbul pada atau setelah fase imun. 1Gejala lain yang khas pada fase imun pada leptospirosis an-ikterik adalah leptospiuria. Hal ini tidak berkaintan dengan gangguan fungsi ginjal. Berbeda dengan binatang, manusia bukanlah resevoir leptospira. Leptospiuria pada manusia bersifat sementara. Pada leptospirosis an-ikterik, proteinuria, piuria, hematuria mikroskopik, dan azotemia ringan atau sedang dapat ditemukan. 1Leptospirosis Ikterik (Sindrom Weil)Manifestasi Leptospirosis yang berat ini terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Gejala awalnya serupa dengan leptospirosis an-ikterik. Yang berbeda adalah fase imun, yaitu dapat terjadi gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, kegagalan sirkulasi, gangguan kesadaran, sehingga angka mortalitas tinggi (5-10%). Gejala ikterus dan azotemia dapat demikian berat sehingga ciri bifasik perjalanan penyaktinya tidak jelas. Ditemukan demam yang menetap antara fase spetikemia dan fase imun. Demam pada fase imun lebih tinggi dan lebih lama dari pada demam leptospirosis an-ikterik. Ikterus tampak mulai hari ke-3 atau mulai pada minggu ke-2. Kadar bilirubin dapat mencapai 60-80 mg/dl, tapi sebagian besar kurang dari 20 mg/dl. Bilirubin direk maupun indirek meningkat. Peningkatan alkali fosfatase, penurunan fase protrombin plasma, penurunan albumin serum, dan hipoprotrombinemia dapat ditemukan. Hipoprotrombinemia dapat dicegah dengan pemberian vitamin K. 1Gangguan fungsi ginjal, kelainan sirkulasi, dan penyulir perdarahan terjadi pada kasus dengan gejala ikterus berat. Pada akhir septikemia, kelainan sedimen urin ditemukan pada 80% kasus. Proteinuria paling sering ditemukan dan biasanya ringan. Hematuria makroskopik dan mikroskopik juga sering ditemukan. Hal ini menggambarkan diastesis hemoragik dan bukan kerusakan glumerolus. Oliguria dan anuria lebih sering terjadi setelah minggu pertama, tapi dapat pula terjadi karena hipotensi, syok dan kekurangan cairan. Gangguan jantung pada umumnya jarang, dan dapat berupa gangguan jantung kongestif dan kolaps kardiovaskular. Gambaran EKG abnormal dan non-spesifik dapat ditemukan pada 90% kasus. Hiponatremia juga sering ditemukan pada kasus ikterik yang berat, dan terapi yang terbaik adalah pembatasan cairan. 1DIAGNOSISDiagnosis pertama yang ditegakkan pada leptospirosis adalah meningitis, hepatitis, nefritis, fever unknown origin (FUO), influenza, sindrom kawasaki, sindrom syok toksik, dan penyakit legionela. Leptospirosis harus dipikirkan pada semua kasus demam dengan anamnesis kontak dengan binatang atau tanah/air yang terkontaminasi urin hewan, terlebih lagi bila ada gejala akut demam, menggigil, mialgia, kekeruhan kunjungtiva, nyeri kepala, mual dan muntah. Diagnosis pasti ditetapkan apabila (1) Leptospira dapat diisolasi dari cairan tubuh, (2) Gambaran Klinis yang sesuai dengan leptospirosis, (3) Adanya kenaikan titter antibodi 4x lipat atau lebih antara fase akut dan konvalesens. 1

LABORATORIUMIdentifikasi OrganismeLeptospira dapat ditemukan dalam darah atau cairan serebrospinal pada fase septikemia dan dapat ditemukan dalam urin pada fase imun. Selain dari cairan tubuh, leptospira juga dapat ditemukan dalam jaringan biopsi. Jumlah leptospira yang sedikit memerlukan waktu lama untuk tumbuh, maka diperlukan lebih dari satu biakan dengan inkubasi 5-6 minggu dalam ruangan gelap. Cairan tubuh yang akan dibiakkan harus segera dimasukkan ke dalam media, seperti media fletcher. Namun bila media biakan tidak tersedia, leptospira dapat bertahan hingga 11 hari dalam darah dengan antikoagulan, misalnya natrium oksalat. Impregnasi perak dan teknik fluoresens antibodi dapat digunakan dengan mengidentifikasi leptospira pada jaringan atau cairan tubuh. Demikian juga dengan mikroskop fase kontras atau lapangan gelap, namun untuk cara ini diperlukan konsentrasi leptospira 10.000-20.000/ mililiter. 1

Uji SerologikDiagnosis lebih sering ditegakkan dengan tes serologik. Biasanya digunakan serum, tetapi cairan serebrospinal, urin, empedu atau cairan bola mata dapat juga digunakan. Uji serologik dapat dilakukan dengan macroscopic slide agglutination test yang menggunakan organisme mati. Selain tu yang kini lebih sering digunakan adalah microscopic agglutination test yang menggunakan organisme hidup. Cara terbaru yang dikembangkan adalah ELISA, dapat merupakan pemeriksaan alternatif bagi microscopic agglutination test karena snsitif, dapat dilakukan standardisasi, dan sederhana. 1

DIAGNOSA BANDINGTermasyuk dalam diagnosis banding adalah infeksi virus dengue, baik demam dengue maupun demam berdarah dengue, hemorrhagic fever yang lain, dan penyakit lain yang ditularkan melalui arthropod-borne dan rodent-borne yang patogen. 3

PENGOBATANAntibiotik sebaiknya diberikan sebelum organisme merusak endotel pembuluh darah dan berbagai organ jaringan. Kesulitan melihat hasil pengobatan adalah bahwa fakta umumnya leptospira merupakan penyakit self limiting dengan prognosis yang cukup baik. Bahkan pasien dengan leptospirosis ikterus yang berat dapat sembuh tanpa pengobatan spesifik. Beberapa peneliti menunjukan tak jelasnya efek antibiotik terhadap beratnya penyakit, atau pencegahan terjadinya gangguan saraf pusat, hati, ginjal, atau penyulit perdarahan. Juga dibuktikan bahwa lamanya leptospiremia dan adanya organisme dalam cairan serebrospinal tidak terpengaruh oleh pengobatan. 1Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin G 6-8 juta U/m2/hari secara IV dalam 6 dosis selama 7 hari atau tertrasiklin 10-20mg/kgBB/hari/IV dalam 4 dosis selama 7 hari. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah perawatan suportif. Pemasukan cairan dan balans elektrolit harus diperhatikan. Keadaan seperti gagal ginjal akut, dehidrasi dan kegagalan sirkulasi memerlukan penanganan yang spesifik dan cermat.

PROGNOSISPrognosis Leptospirosis umumnya baik, ergantung dari virulensi kuman dan daya tahan tubuh pasien. Usia juga berpengaruh terhadap meningkatnya mortalitas. Pada anak angka kematian lebih rendah dibandingakna dengan orang dewasa, mortalitas pada kasus diatas 51 tahun adalah 56%. Pada kasus leptospirosis an-ikterik, mortalitasnya jauh lebih rendah, tetapi dengan terjadinya ikterus mortalitas mencapai 15-40%. Prognosis jangka panjang pada kasus leptospirosis dengan lesi ginjal akut adalah baik, daa filtrasi glomerolus dapat kembali normal, namun beberapa kasus masih menunjukan disfungsi tubular, seperti gangguan kapasitas konsentrasi ginjal. 1

PENCEGAHANKebersihan harus diantisipasikan di perternakan, kolam renang, dan tempat pemotongan hewan. Imunisasi terhadap pekerja dengan resiko tinggi sudah dilakukan diberbagai tempat dengan hasil baik. Imunisasi terhadap hewan juga dapat dilakukan, tetapi derajat keberhasilannya tergantung dari potensi antigenik pada vaksin tersebut. 1

PEMBAHASAN KASUSEPIDEMIOLOGI :Pada umumnya semua mamalia dapat terinfeksi leptospira dan menyebarluaskan penyakit tersebut. Binatang seperti tikus, landak, anjing, musang dan ternak dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia, jua burung, ikan, dan reptil. Transmisi leptospira kepada manusia terjadi karena (1) kontak dengan urin, darah atau organ dari binatag yang terinfeksi. Urin sapi yang terinfeksi misalnya, dapat mengandung 100 juta leptospira permililiter, (2) Kontak dengan lingkungan (tanah, air) yang terkontaminasi leptospira. Kemungkinan pasien tertular melalui kontak dengan air banjir yang terkontaminasi leptospiraGEJALA KLINISLeptospirosis An-ikterikFase septikemia didahului oleh demam, malaise, nyeri otot, nyeri kepala, dan nyeri abdomen. Gejala ini menghilang dengan lisisnya leptospira. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri otot (otot betis, pinggang dan abdomen), keluhan pada konjungtiva, yaitu fotofobia, nyeri mata, perdarahan konjungtiva, dehidrasi, limfadenopati menyeluruh, hepatosplenomegali, ruam kulit (makula, makulopapula, urtikaria, eritema, ptekie, purpura hemoragik atau deskuamasi). Ruam tampak jelas pada bagian badan. Disamping gejala tersebut, dapat ditemukan pula faringitis , artritis, parotitis, orkitis, epididimitis, prostatitis, artalgia dan otitis media. Hipotensi jarang ditemukan pada leptospirosis an-ikterik. Pada anak dapat ditemukan dilatasi kandung empedu non-obstruktif. Pada pasien ini terdapat demam, malaise, nyeri kepala dan nyeri abdomen. Pada pemeriksaan fisik terdapat fotofobia

DIAGNOSISDiagnosis pertama yang ditegakkan pada leptospirosis adalah meningitis, hepatitis, nefritis, fever unknown origin (FUO), influenza, sindrom kawasaki, sindrom syok toksik, dan penyakit legionela. Leptospirosis harus dipikirkan pada semua kasus demam dengan anamnesis kontak dengan binatang atau tanah/air yang terkontaminasi urin hewan, terlebih lagi bila ada gejala akut demam, menggigil, mialgia, kekeruhan kunjungtiva, nyeri kepala, mual dan muntah. Diagnosis pasti ditetapkan apabila (1) Leptospira dapat diisolasi dari cairan tubuh, (2) Gambaran Klinis yang sesuai dengan leptospirosis, (3) Adanya kenaikan titter antibodi 4x lipat atau lebih antara fase akut dan konvalesens. Pada pasien ini terdapat riwayat bermain genangan air hujan yang kemungkinan terkontaminasi leptospira. Pada pasien ini juga terdapat gejala demam, nyeri kepala, mual dan muntah.

LABORATORIUMIdentifikasi OrganismeLeptospira dapat ditemukan dalam darah atau cairan serebrospinal pada fase septikemia dan dapat ditemukan dalam urin pada fase imun. Selain dari cairan tubuh, leptospira juga dapat ditemukan dalam jaringan biopsi. Jumlah leptospira yang sedikit memerlukan waktu lama untuk tumbuh, maka diperlukan lebih dari satu biakan dengan inkubasi 5-6 minggu dalam ruangan gelap. Cairan tubuh yang akan dibiakkan harus segera dimasukkan ke dalam media, seperti media fletcher. Namun bila media biakan tidak tersedia, leptospira dapat bertahan hingga 11 hari dalam darah dengan antikoagulan, misalnya natrium oksalat. Impregnasi perak dan teknik fluoresens antibodi dapat digunakan dengan mengidentifikasi leptospira pada jaringan atau cairan tubuh. Demikian juga dengan mikroskop fase kontras atau lapangan gelap, namun untuk cara ini diperlukan konsentrasi leptospira 10.000-20.000/ mililiter. Pada pasien ini IgG leptospira dan IgM leptospira (-)

PENATALAKSANAANAntibiotik sebaiknya diberikan sebelum organisme merusak endotel pembuluh darah dan berbagai organ jaringan. Kesulitan melihat hasil pengobatan adalah bahwa fakta umumnya leptospira merupakan penyakit self limiting dengan prognosis yang cukup baik. Bahkan pasien dengan leptospirosis ikterus yang berat dapat sembuh tanpa pengobatan spesifik. Beberapa peneliti menunjukan tak jelasnya efek antibiotik terhadap beratnya penyakit, atau pencegahan terjadinya gangguan saraf pusat, hati, ginjal, atau penyulit perdarahan. Juga dibuktikan bahwa lamanya leptospiremia dan adanya organisme dalam cairan serebrospinal tidak terpengaruh oleh pengobatan. Pada pasien ini telah diberikan IVFD NS 0,9% 1250cc/24 jam, IVFD Kaen 3B 1500cc/24 jam, PRS 2x200cc, Amoxicillin 3x500/IV.

KESIMPULANPada kasus pasien ini telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 4 tahun 3 bulan, dengan diagnosis Susp. Leptospirosis. Dengan ditemukannya gejala klinis demam yang naik turun selama 2 hari dan bila diberi penurun panas tidak pernah turun sampai suhu normal. Terdapat mual muntah, badan terasa lemas, nyeri abdomen, fotofobia, nafsu makan menurun, dan riwayat kontak dengan air genangan banjir. Kesulitan dalam mendiagnosa pasien ini adalah pada pemeriksaan penunjang tidak mendukung ke arah leptospirosis, tetapi pada tanda dan gejala klinisnya mengarah ke leptospirosis. Pada pasien ini di diagnosa banding dengan Hepatitis karena pada gejala klinisnya juga mendukung ke arah penyakit tersebut, namun pada pemeriksaan penunjang juga tidak mendukung diagnosa banding.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sumarmo , Garna H, Hadinegoro S. Infeksi dan Pediatri Tropis. Buku Ajar edisi kedua. IDAI. FKUI, Jakarta : 20102.Herliani Dwi PH. Leptospirosis [Internet]. [Updated 2012; cited 2014 April 01]. Available from: http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/infeksi-imunologi/leptospirosis/3.Setadi B, Setiawan A, Effendi D, Hadinegoro SRS: Leptospirosis. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember 2001

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRSPI Sulianti SarosoPeriode 17 Februari 2014 26 April 2014Page 27