case 1.doc

75

Click here to load reader

Upload: etuscello

Post on 17-Nov-2015

362 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Fisiologi Pengunyahan dan Penelanan

Fisiologi Pengunyahan dan Penelanan

Makalah

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dental Science Program 3Dosen Pembina

Ervin Rizali, drg., M.Kes AIFMDisusun oleh

Tutor 6 DSP 3

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG

2014

Tutor 6 DSP 3 :

Lailatul Rahmi 160110130067

Sintia Saputra 160110130068

M. Arfianto Nur 160110130069

Dhani Aristyawan 160110130070

Putri Bella Kharisma

160110130071

Yuriesty Azalia 160110130072

Aulia Bayu Fitri 160110130073

Muthia Belladina S. 160110130074

Vania Izmi S. 160110130075

Mashita Dyah C. 160110130076

Fitria Rahmah 160110130077

Bebby Putri 160110130078

Ririn Fitri 160110130079

Editor :Putri Bella Kharisma

160110130071

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya karena atas kehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini berjudul Fisiologi Pengunyahan dan Penelanan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DSP 3.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes.Dosen pembina, Ervin Rizali, drg., M.Kes AIFM yang telah membimbing saat proses tutorial berlangsung.Orang tua yang telah memberikan semangat dalam pembuatan makalah ini.Teman-teman yang selalu mendukung dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan tentunya bagi pembaca pada umumnya. Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun apabila terdapat kesalahan,penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini.

Jatinangor, 2 November 2014

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................5

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan ........................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6

2.1 Mastikasi.....................................................................................................................6

2.2 Deglutasi.....................................................................................................................40

2.3 Dysphagia...................................................................................................................45

BAB III KASUS & HIPOTESIS......................................................................................49

3.1 Kasus..........................................................................................................................49

3.2 Hipotesis.....................................................................................................................49

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................50

4.1 Kesimpulan................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................51BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem mastikasi, yang mana merupakan unit fungsional dalam pengunyahan mempunyai komponen-komponen yang keseluruhannya harus dapat bekerja serentak secara dinamis dan sinergis dengan fungsi penelanan. Lebih jauh lagi, hubungan anatomis antara saluran pernafasan dan pencernaan baik pada tahap bukal maupun faringeal, harus dijadikan pertimbangan dalam pengkajian fungsi stomatognasi secara menyeluruh sehingga perjalanan makanan di sepanjang saluran cerna dapat berjalan lancar.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja organ yang terlibat dalam mekanisme pengunyahan dan penelanan?

Bagaimana mekanisme pergerakan pengunyahan dan penelanan?

Apa fungsi pengunyahan dan penelanan?

Bagaimana kontrol neurologis pada pengunyahan dan penelanan?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui organ-organ apa saja yang terlibat dalam mekanisme

pengunyahan dan penelan.

Untuk mengetahui proses pergerakan pengunyahan dan penelanan.

Untuk mengetahui fungsi pengunyahan dan penelanan.

Untuk mengetahui kontrol neurologis pada pengunyahan dan penelanan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi MastikasiMenurut Kamus Kedokteran Gigi (2008), mastikasi adalah tindakan mengunyah ketika gigi-gigi molar digunakan untuk menggerus dan gigi-gigi insicivus untuk memotong makanan. Sedangkan menurut McDevitt, mastikasi adalah suatu aktivitas yang dimaksudkan terutama untuk mencerna makanan dan menyiapkannya sebelum ditelan. Selain itu, definisi dari mastikasi adalah Suatu proses penghancuran makanan yg melibatkan organ-organ dalam rongga mulut dan saliva sehingga mengubah ukuran dan konsistensi makanan.Fungsi dan Organ yang Berperan dalam Mastikasi Adapun fungsi mastikasi adalah memotong dan menggiling makanan, membantu mencerna sellulosa, memperluas permukaan makanan, merangsang sekresi saliva, mencampur makanan saliva, melindungi mukosa, dan mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut .

Pada proses mastikasi melibatkan beberapa organ di dalam mulut dan sekitarnya, yaitu bibir, pipi, lidah, palatum, gigi geligi, TMJ (Temporomandibular Joint). Kemudian ada juga otot-otot serta saraf yang terlibat dalam proses mastikasi.Lidah Lidah memiliki pelayanan persarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat persarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf kranial kedua belas). Daya perasarafannya dibagi menjadi persarafan umum, yang menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya, dan rasa pengecap khusus .Persyarafan umum terdiri dari 2/3 anterior lidah yang di persyarafi oleh saraf lingualis cabang saraf mandibularis dan 1/3 posteriorlidah yang di persyarafi oleh saraf glossofaringeus dan saraf vagus. Sedangkan, persarafan khusus untuk pengecapan terdiri dari 2/3 anterior lidah oleh saraf facial dan 1/3 posterior lidah olej saraf glosofaringeus.Dalam mastikasi, lidah berperan untuk menghancurkan makanan lunak, mencampurkan makanan dengan saliva, transfer makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya, memilih permukaan oklusi yang layak, memastikan semua bagian makanan dikunyah dengan baik, Ujung sensorik pada permukaan dorsal lidah membedakan antara bagian makanan yang siap ditelan dan bagian makanan yang butuh mastikasi lanjut, mempunyai fungsi higienis, menghilangkan sisa makanan diantara gigi dan dari vestibuli mulut dengan gerakan menyapu . Gambar 2.1 Lidah

Sumbergambar:

Permukaan lidah ditutupi oleh banyak papilla, antaralain:

Papila circumvalatapapillacircumvallatesebagiantenggelamdi bawah permukaanlidah dandikelilingiolehalur melingkar. papilainimengandungintijaringan pusatikatdenganpapillasekunderdangkalbawahpermukaan dorsal. permukaanhalusdan ditutupi olehepitelorthokeratinized. Taste but ditemukan pada tepi lateral papila. Permukaan papila ini terlihat merah terang.

Filiform papillae

Papila filiformis retdiri dari inti sentral jaringan ikat dengan banyak proyeksi papila sekunder. Keratin papila irregular menutupi jaringan ikat. filiformtidakmemprosessetiap taste buds dan seringcenderungke arahmundur.

Fungiform papillae

Papila fungiformis jauh lebih banyak dari pada papila filiformis. Memiliki batang pendek dan meratakanpermukaanhemispherical. Permukaan lateral tidak memiliki keratin, sedikit taste bud dapat ditemukan pada permkaan dorsal.

Ada 4 macam rasa kecap dasar yang dapat dirasakan pada lokasi-lokasi tertentu pada permukaan lidah.

- rasa asin (lidah bagian depan)

- asam (lidah bagian samping)

- pahit (lidah bagian belakang) - rasa manis (lidah bagian tepi). Bibir Bibir mempunyai fungsi sensoris dan fungsi mekanis. Fungsi sensorisnya adalah untuk mengukur suhu dan memastikan bahan yang masuk ke mulut tidak berbahaya, sedangkan fungsi mekanisnya adalah mencegah keluarnya cairan dan makanan dari mulut agar tidak berceceran. PipiPipi mempunyai fungsi untuk transfer makanan yang masuk vestibula kembali ke dalam mulut saat proses mastikasi. Palatum Dalam mastikasi, palatum berperan untuk mencegah terjadinya pergeseran dan pemindahan makanan yang tidak terkontrol, ideal untuk merubah bentuk makanan lunak oleh lidah, dan bagian akhir palatum keras (sensitif) memegang peranan dalam mengukur kekasaran dari makanan dan membantu lidah dalam menentukan porsi makanan yang siap untuk ditelan.

Gigi Selain dari yang telah disebutkan di atas, organ lain yang turut berperan dalam mastikasi adalah gigi geligi. Oklusi dari gigi geligi membantu untuk menghaluskan makanan di antara permukaan oklusal gigi posterior. Sebagian makanan didorong ke depan oleh lidah, masuk di antara gigi anterior untuk proses yang sangat lembut, kemudian makanan tersebut disempurnakan lagi di antara gigi posterior. Susunan gigi geligi yang lengkap pada oklusi sangat penting karena menghasilkan proses pencernaan makanan yang baik , dimana dengan penghancuran makanan oleh gigi geligi sebelum makanan akan membantu pemeliharaan kesehatan gigi yang baik .

Selama proses pengunyahan gigi geligi cenderung ke fase istirahat, dimana posisi ini semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan istirahat dan adanya celah antara gigi geligi atas dan bawah disebut free way space dan dalam upaya mencapai keadaan tersebut, gigi geligi akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap bahan makanan .Jankelson, Hoffman dan Hendron (1957) mengadakan penelitian mengenai kontak gigi geligi selama pemotongan, proses pengunyahan dan percernaan makanan. Pada saat makanan yang berkonsentrasi keras dipotong, gigi insisivus menutup dalam hubungan edge to edge tetapi tidak pada posisi kontak yang sebenarnya. Mandibula bergerak ke depan sampai makanan berkontak dengan gigi, sebagai tanda dimulainya proses pemotongan makanan setelah itu mandibula retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika resistensi terhadap pemotongan makanan dijumpai. Pada saat gigi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan yang terus menerus .Kesesuaian fungsi kunyah merupakan keseimbangan dan keharmonisan antara komponen sistem pengunyahan, baik gigi-geligi, otot, dan sendi temporomandibula (TMJ) yang semuanya berfungsi dengan baik. Posisi dan oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan menelan. Oklusi dapat diartikan sebagai kontak antara gigi-geligi secara langsung yang saling berantagonis dari satu rangkaian gerakan mandibula .

Gambar 2.2 Rongga Mulut (Bibir, Pipi, dan Gigi)

Sumber gambar: (13 September 2009)

TMJTMJ (sendi temporomandibula) juga memegang peranan penting dalam proses mastikasi. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula.

Ciri khas dari TMJ terletak pada artikular disk. Artikular disk terdiri dari jaringan penghubung fibrosa, seperti kartilago elastic pada daun telinga yang berada diantara 2 buah tulang yang mempunyai hubungan. Artikular disk membagi tiap hubungan ini menjadi dua. Kompartemen atas terbentuk dari artikular disk dan tulang temporal yang meliputi pergerakan translasional meluncur, pergerakan rahang bawah dari sisi ke sisi) dan kompartemen bawah yang terbentuk dari mandibula dan articular disk yang meliputi pergerakan rotasi (gerakan membuka dan menutup). Bagian dari mandibula yang berpasangan dengan bagian bawah dari articular disk adalah condylus dan fossa glenoideus adalah bagian dari tulang temporal yang berpasangan dengan permukaan bagian atas dari disk.

Artikulasi

Kondilus berhubungan dengan tulang temporal pada Fossa mandibula. Fossa mandibula adalah bagian cekung yang mengalami penurunan pada bagian skuamosa dari tulang temporal.

Kedua tulang ini sebenarnya dipisahkan oleh artikular disk, yang membagi TMJ ke dalam 2 kompartement yang berbeda. Kompartement bawah membuat rotasi dari kepala kondilus, yang mana sama dengan 20 mm pertama pada waktu membuka mulut. Setelah mulut terbuka dan diperluas, mulut tidak dapat lebih lama membuka tanpa kompartemen superior dari TMJ menjadi aktif.

Adapun komponen-komponen strukuralnya yaitu:

Bagian skuamosa dari tulang temporal

TMJ terletak di bagian skuamosa tulang temporal. Mempunyai permukaan artikulasi avaskuler yang tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Hubungan dengan tulang temporal meliputi bagian anterior dengan articular eminence, intermediate dengan fossa glenoidal, dan posterior (selaput tymphani sampai tuberkulum postglenoid).

Articular eminence : merupakan prominence dari prosesus zygomaticus

Articular tubercle : terletak pada articular eminence bagian lateral dan merupakan tempat perlekatan ligament temporomandibular

Fossa glenoidal : merupakan daerah depresi tempat condylus berada

Selaput tymphani : selaput yang terdapat pada meatus auditori externa

Tuberculum postglenoid : perpanjangan di daerah inferior dari bagian skuamosa

Tulang temporal merupakan aspek posterior dari fossa glenoidal , tempat perlrkatan kapsul, dan retrodiscal pad.

Condylus mandibula

Berartikulasi dengan articular disk. Berbentuk seperti bola dengan mediolateral (20mm) dan anteroposterior (10mm). condylus dihubungkan dengan prosesus coronoideus dengan bagian yang runcing, bagian sagital yang rata, bentuk puncak pinggiran tulang yang membentuk noktah mandibular. Jarak intercondilar hampir berdekatan ketika berumur kira-kira 7 tahun tetapi condilus masih menyisakan sedikit jarak kecil pada permukaan gigi. Pertumbuhan selanjutnya dan remodelling dari ramus bertambah secara vertical pada proporsi orang dewasa tetapi hasil akhir dari tinggi mandibula akan berbeda masing-masing orangnya.

Permukaan articular dari condilus akan dibungkus oleh lapisan tipis dari kartilago hyaline dengan perikondrium fibrosa hingga berumur kira-kira 20 tahun. Setelah umur ini kartilago akan berosifikasi dan akan digantikan tulang kompak dengan jaringan periosteum dan kolagen fibrosa. Selama pertumbuhan kartilago endokondral dalam pertumbuhan condylus akan terdiri dari beberapa lapisan, yaitu perikondrium fibrosa, lapisan yang sel-selnya aktif bermitosis (endokondrogenesis), hyaline kartilago, degenerasi kartilago aktif, dan tulang yang menggantikan kartilago.

Artikular disk

Merupakan perpanjangan fibrosa dari kapsul diantara dua buah tulang sendi. Terdiri dari jaringan ikat fibrosa tebal. Terletak diantara bagian skuamosa tulang temporal dan condylus mandibula. Articular disk menempel pada capsul. Posisi normal diskus artikularis adalah posisi jam 12, posisi diskus artikularis berhimpit dengan puncak kondilus pada satu garis lurus. Terbagi menjadi 3 berkas:Anterior : bagian tertebal yang berada pada daerah anterior

Intermediate : bagian tertipis terdapat di sepanjang articular eminence dengan mulut tertutup

Posterior : daerah tertebal berada pada daerah superior.Capsul sendi

Kapsul adalah membrane fibrosa yang mengelilingi tulang sendi dan menggabungkan articular eminence. Fungsi kapsul ini adalah untuk mengikat articular eminence, articular disk, dan leher dari kondilus mandibula. Kapsul menutup permukaan artikulasi dari tulang temporal dan condylus. Cukup kuat pada apek medial dan lateral. Lapisan capsule yang meliputi articular disc memproduksi cairan synovial yang melumasi sendi.Perlekatan:

superior : pada seluruh lingkaran permukaan artikulasi temporal

inferior : leher condylus

medial : pada ligamen collateral mediallateral : pada ligament collateral lateral

anterior : pada bagian superior m. pterygoid

posterior : pada seluruh retrodiscal pad

Ligament

Terdapat 3 buah ligament yang berhubungan dengan TMJ, satu ligament mayor dan dua ligament minor. Ligament mayor (temporomandibular ligament) adalah bagian yang paling tebal dari kapsul dan memiliki 2 bagian yaitu sebuah bagian miring dan bagian horizontal. Ligament minor yaitu stylomandibular dan sphenomandibular ligament adalah aksesoris (tambahan) dan tidak secara langsung melekat pada sendi

Ligament temporomandibular

Ligament tertebal pada aspek lateral capsul. Mencegah displacement lateral dan medial dari condylus. Terdiri dari 2 berkas yang terpisah yaitu outer oblique (bagian terbanyak, menempel pada tubercle articular, berjalan secara postinferior untuk menempel dengan bagian inferior condylus sehingga membatasi membukanya mandibula). Dan inner horizontal (berkas kecil yang menempel pada tuberkel articular, berjalan horizontal untuk menempel dengan bagian lateral condylus dan disc, membatasi pergerakan posterior dari articular disc dan condylus)

Ligament stylomandibular

Tersusun dari penebalan fasiacervical. Memanjang dari prosesus styloideus ke sisi posterior dari sudut dan ramus mandibula dan mempunyai fungsi membantu membatasi anterior protusion dari mandibula

Ligament sphenomandibular

Sisa dari kartilago meckel. Memanjang dari spina sphenoid ke lingual dari mandibula. Fungsinya untuk membantu berperan sebagai sumbu pada mandibula ketika membuka atau menutup mulut.

Ligament collateral

Terdiri dari dua ligament, yaitu ligament collateral medial (menghubungkan aspek medial articular disc dengan ujung medial condylus) dan ligament collateral lateral (menghubungkan aspek lateral articular disc dengan ujung lateral condylus). Sering disebut sebagai ligament discal dan terdiri dari jaringan ikat kolagen, sehingga tidak dapat melonggar.

Join cavity

Superior compartement

Berada diantara bagian skuamosa dari tulang temporal dan articular disk. Berfungsi untuk menyediakan pergerakan translasional dari TMJ.Inferior compartement

Berada diantara artikular disc dan condylus. Berfungsi untuk menyediakan pergerakan rotasi dari TMJ.pada tahap ini, jika mulut melanjutkan untuk membuka, tidak hanya kepala kondilus yang berotasi dalam kompartemen bawah dari TMJ, tetapi kepala kondilus dan articular disc juga bertranslasi atau bergeser menuju fossa glenoideus dan turun ke artikular eminence dari tulang temporal.Bilaminar Zone

Bilaminar Zone terdapat di posterior articular disc. Terdiri atas 3 bagian:

Superior LaminaMengandung serat elastis yang mengizinkan disc mengalami translasi sepanjang articular eminence

Retrodiscal PadBagian yang sangat vaskular dan neural. Terbentuk dari serat elastis dan kolagen

Inferior LaminaMengandung serat kolagen yang menjaga hubungan antara disc dan condylus

Inervasi & Vaskularisasi

Sensory inervation berasal dari auriculotemporal dan masseteric cabang V3 (cabang dari nervus trigeminal). Sedangkan supply darah arteri disediakan oleh cabang arteri caritid external mayoritas cabang temporal superfisial.

Otot PengunyahanKomponen stomatognati yang berfungsi mengadakan pergerakan pada mandibula, yaitu otot-otot pengunyahan. Otot-otot pengunyahan terdiri atas:Otot pembuka mulut: M. pterygoideus lateralis, m. digastricus, m. infrahyoid. Pada saat bersamaan m. temporalis, m. masseter dan m. pterygoideus medialis dalam keadaan relaksasiOtot penutup mulut: M. temporalis, m. masseter, m. pterygoideus medialis. Ketika mandibular mulai menutup, m. temporalis dan m. masseter berkontraksi membantu gigi geligi saling berkontak pada oklusi normalOtot-otot tambahan: Otot lidah, m. mylohyoideus, m. geniohyoideus, m. stylohyoideus, m. infrahyodeus, m. buccinator dan labium oris.

Struktur Anatomi Otot-otot Pengunyahan

Otot Masseter:

Musculus masseter adalah suatu massa otot yang tebal, berbentuk empat persegi panjang di sebelah pinggir wajah. Melekat di antara permukaan lateral dari ramus mandibula dan arcus zygomaticus, persis di bawah kulit. Empat persegi panjang itu letaknya diagonal dengan satu sudut yang sangat membulat untuk menyesuaikan dengan garis bentuk yang membulat dari sudut mandibula.

Saraf: nervus trigeminus divisi mandibulae (N V.3)

Fungsi: mengangkat mandibular untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah

Bagian Superior (memiliki serat lebih banyak)

Origo: Dari Proc. Zygomaticus os maxilaris sampai dengan 2/3 anterior arcus zygomaticus

Insersio: Angulus mandibulae sampai 1/2 bawah ramus mandibula bagian lateral

Bagian Inferior

Origo: berada di 1/3 posterior zygomatic arch

Insersio: berada di atas ramus mandibulae dan procesus coronoideus lateral

Otot Temporal:

Musculus temporalis merupakan otot berempal dua dengan origo berbentuk kipas dan tendon yang sangat besar, kuat. Serta berinsersio ke dalam prosesus koronoideus, Krista temporalis profunda dan batas anterior ramus mandibula. Besar dan panjang serabut lebih kecil daripada yang telah diuraikan secara klasik, tetapi lebih panjang daripada serabut-serabut pterygoideus dan masseter. Meskipun itu adalah otot mandibula yang paling besar namun biasanya tidak sebagai salah satu otot kuat yang melekat pada mandibula.

Saraf: nervus temporalis profundi (N. V3)

Fungsi: elevasi dan retrusi mandibula

Origo terbagi 3

Anterior: berjalan hampir vertikal dari procesus angularis (os.frontalis)

Posterior: berjalan lebih horizontal searah telinga dari regio mastoideus (os.temporalis)

Caudal: dari Ala magna (os.spenoidalis)

Insersi : Processus coronoideus bagian anterior hingga dekat M3 dan medial processus coronoideus

Jika seluruh otot ini berkontraksi, akan terjadi gerakan menutup mulut oleh serabut-serabut anterior dan caudal.

Bila hanya serabut posterior yang berkontraksi, serabut horizontalnya akan menarik processus coronoid dalam arah posterior. Hal ini menyebabkan mandibula tertarik ke belakang yang disebut dengan gerakan retrusi. Aksi ini juga dapat terjadi setelah gerakan protrusi (maju)

Otot Pterygoid Medial:

Pterygoideus medialis adalah suatu massa jaringan otot yang kuat, tebal, empat persegi panjang, terletak pada sisi medial dari ramus mandibula. Otot ini tidak selebar dan setebal masseter. Batas posteriornya tersusun serupa dengan batas posterior dari masseter pada proyeksi lateral, tetapi batas anteriornya terletak lebih kearah dorsal. Pada potongan horizontal, separuh atas dari pterygoideus medialis berbentuk baji dengan pinggir yang tipis manghadap kea rah belakang, setengah bawahnya berbentuk oval.

Saraf: nervus trigeminus divisi mandibularis

Memiliki 2 daerah origo:

Profunda (tertutup oleh lateral pterygoid muscle) memiliki daerah yang besar, berasal dari sisi mesial pterygoid plate dan pterygoid fossa

Insersi : Ke-2 caput bersatu di antara foramen mandibulare dan angulus mandibulae (medial ramus)

Superficial berada di bagian anterior, berasal dari tuberositas maxilaris (tepat di belakang M3)

Fungsi: untuk membantu mengangkat mandibular, elevasi mandibular, dan menutup mulut.

Otot Pterygoid Lateral

Otot pterygoideus lateralis menempati suatu posisi yang dalam dan tersembunyi, yaitu terletak dalam pada ramus mandibula dan otot temporalispada dinding samping nasofaring. Otot ini terletak persis di bawah dasar tengkorak , posterior terhadap maksila dan anterior terhadap batas posterior dari ramus mandibula.

Saraf: divisi anterior dari N. trigeminus divisi mandibularis

Memiliki 2 daerah origo yang terpisah:

Superior (lebih kecil) berasal dari puncak infratemporal dan sayap tulang sphenoid

Inferior berasal dari pterygoid plate lateral

Serat-serat tersebut berjalan horizontal ke arah posterior.

Insersi : Fovea pterygoidea ossis mandibularis

Sebagian serat origo superior berinsersi ke dalam kapsul TMJ, sebagian yang lain bersama serat origo inferior masuk ke leher kondiloid

Beberapa aksi yang dihasilkan oleh kontaksi otot:

Origo inferior menarik kondiloid dan membantu memajukan dan menurunkan mandibula. Jika origo inferior kanan dan kiri kontraksi bersama mandibula protrusi dan depresi, jika hanya satu lateral pterygoid yang kontraksi makan akan timbul gerakan ke samping kontra lateralis

Origo superior berfungsi dalam pengunyahan dan mengarahkan pergerakan kondiloid posterior agar dapat kembali ke posisi

Fungsi: untuk menuntun pergerakan posterior discus dan condylus kembali ke posisi sentrik.

Fungsi Otot Pengunyahan:

Untuk pergerakan dari rahang dan laring

Protrusi mandibular

Retrusi mandibular

Penyimpangan lateral dari mandibular

Depresi mandibular

Pergerakan laryngeal

Pergerakan PengunyahanPemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topik yang menarik dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan prostodonti. Salah satu tujuan mengunyah adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan dan untuk mengidentifikasikan posisi mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentang rahang pada alat yang bernama simulator atau articulator.Gigi dirancang untuk mengunyah gigi anterior (incisors), berperan untuk memotong (caninus) dan gigi posterior (molar) berperan untuk menggiling makanan.

Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial kelima dan proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

Refleks Pengunyahan

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses penelanan).Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jaw-closing dan refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan menghasilkan input sensori yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik) electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dan lain-lain dapat menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi tidak menghentikan refleks.Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-kurangnya satu interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jaw-closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi yang sesuai dengan input yang terjadi. Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :Kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.

Penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi refleks melonggarkan otot rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.

Secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

Pengunyahan merupakan hal penting untuk mencerna semua makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut:

Enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi pencernaan.

Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil, kemudian berturut- turut ke dalam semua segmen usus.

Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode.

Pada tahap awal, makanan ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaan makanan.

Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.

Gerakan Pengunyahan Temporomandibular Joint:1. Gerakan protusi, gerakan ini terjadi karena bagian inferior pterigoideus lateral berkontraksi diikuti dengan sedikit kontraksi otot maseter dan pterigoideus medial sedangkan otot temporalis tidak berkontraksi. Otot pterigoideus lateral menarik kondilus mandibula dan diskus artikularis ke anterior menyusuri eminentia artikularis. Sementara otot-otot penutup rahang dan pembuka rahang menjaga kestabilan posisi mandibula terhadap maksila.

Gerakan retrusi, gerakan ini terjadi karena kombinasi kontraksi otot temporalis bagian tengah dengan otot otot pembuka rahang diikuti oleh berbagai aktifitas otot-otot penutup rahang. Sementara itu otot suprahyoid yang berfungsi untuk membuka rahang dinetralisir oleh aktifitas otot penutup rahang.

Gerakan pembukaan rahang, terjadi karena kontruksi otot mylohioid, otot digastrikus dan bagian inferior otot pterigoideus lateralis. Gerakan ini bertujuan untuk memasukan makanan ke dalam mulut. Gerakan pembukaan rahang kadang diikuti oleh proses pemotongan makanan yang menyebabkan mandibula bergerak ke anterior lalu kembali ke posisi semula setelah makanan terpotong.

Gerakan Lateral, dihasilkan oleh variasi asimetris gerak protusi yang disebabkan oleh kombinasi kerja otot pterigoideus lateral di sisi pengimbang dengan otot penutup rahang. Sementara itu bagian tengah otot temporalis di sisi kerja menjaga gerakan TMJ agar kondilus tidak maju ke anterior.

Aktivitas Otot

Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas pola asynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu puncak, tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan oleh factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot pembuka rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup. Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya makanan di antara gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan, lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.

Fungsi Mastikasi Berbagai macam fungsi mastikasi dalam tubuh manusia antara lain adalah: Menjadikan makanan yang berstruktur besar menjadi bolus yang siap untuk proses penelanan Mencerna makanan dengan cara memperkecil ukuran partikel, menstimulasi sekresi caira saliva Mencegah iritasi atau ekskoriasi GIT oleh makanan yang berstruktur besar Memastikan kesehatan jaringan oral dengan self cleansing Mencampur makanan dengan saliva dengan bantuan enzimKontrol Neurologis MastikasiBrain Stem Control Mastication

Brainstem atau batang otak adalah bagian bawah dari otak, lanjutan dari spinal cord. Brain stem mencakup inervasi motorik dan sensorik utama bagi wajah dan leher via nervus cranialis. Brain stem merupakan bagian yang penting karena beberapa hubungan nervus dari sistem saraf motorik dan sensorik melewati brain stem.

Brain stem

brain stem tersusun dari 3 bagian :

-medulla oblongata (myelencefalon)

-pons varoli (metencefalon)

-bagian terbesar otak tengah (mesencefalon)

3 region ini mengandung beberapa nuclei neuron penting (nervus cranialis)

Berikut adalah tabel yang menunjukkan regio brain stem dan nervus cranial di dalamnya.

Pergerakan mandibula memerlukan pergerakan dari seluruh otot mastikasi. Seluruh proses dikontrol oleh nuclei brainstem trigeminal, hypoglossal, facial, dan nuclei brain stem kinetik lainnya. Kordinasi nuclei-nuclei ini bergantung pada impuls abductory dari kavitas pral, yang berakhir pada trigeminal dan tractus soliter nucleus.

Trigeminal sensory nucleus

Trigeminal sensory nucleus terdiri dari kumpulan neuron dari brainstem ke spinal cord. Regio rostral dari nucleus dinamakan primary sensory nucleus, yang lainnya dinamakan trigeminal spinal nucleus. Trigeminal spinal nucleus akan bercabang menjadi subdivisi nucleus oralis, interpolaris, dan nucleus caudalis.

Bagian tengah trigeminal sensory nucleus bercabang jadi cabang ascending dan descending atau masuk ke brain stem di mana akan membentuk trigeminal bundle.

Regio anterior trigeminal pack berhubungan dengan primary sensory nucleus, sementara regio caudal membentuk trigeminal prinal bundle.

Trigeminal sensory nucleus terdiri dari beberapa kategori neuron :

-local circuit neurons

-neuron-neuron yang meluas ke brain stem

-neuron-neuron yang berguna untuk interkoneksi di dalam trigeminal sensory nucleus

Primary sensory nucleus terletak pada tataran trigeminal kinetic nucleus. Neuron trigeminal sensory nucleus bertanggung jawab atas inervasi wajah bagian rostral dan ventral.

Trigeminal mesencephalic nucleus

Trigeminal mesencephalic axis utamanya tersusun dari badan sel mekanoreseptor dari otot membuka ranag, ligamen periodontal, gingival, dan palatum.

Neuron trigeminal mesencephalic nucleus adalah unipolar dan tersusun dari cabang central dan perifer. Cabang central turun ke trigeminal kinetic nucleus, sementara cabang perifer berjalan ke regio kavitas oral.

Trigeminal kinetic nucleus

Trigeminal kinetic nucleus terdiri dari neuron yang mengontrol otot mastikasi. Neuron-neuron ini terdiri dari neuron kinetic gamma dan alfa. Neuron kinetic yang bertanggung jawab untuk mengontrol otot membuka rahang ditemukan di permukaan dorsal dari trigeminal kinetic nucleus, sementara neuron yang bertanggung jawab untuk menutup rahang terletak di permukaan ventral nucleus.

Hypoglossal kinetic nucleus

Hypoglossal kinetic nucleus mengontrol otot lidah. Secara struktural, hypoglossal kinetic nucleus lebih homogen daripada trigeminal kinetic nucleus. Hypoglossal kinetic nucleus tersusun atas neuron kinetik multipolar besar dan neuron intermediate yang lebih kecil. Proyeksi dendrit neuron kinetic yang memanjang masuk ke formasi retikuler yang berdekatan.

Facial kinetic nucleus

Facial kinetic nucleus tersusun dari 3 kolom neuron : lateral, medial, dan intermediate yang memisahkan materal dan medial.

Otot yang mengontrol bibir atas, nostril, dan cavitas nasalis berhubungan dengan neuron pada kolom lateral facial kinetic nucleus. Sistem otot bibir bagian bawah dikontrol oleh neuron kinetic pada kolom intermediate. Neuron kinetic pada kolom medial mengontrol regio facial dan telinga.

Control of mastication

Nucleus sensorik dan kinetik dari brain stem memiliki peran penting dalam kontrol mastikasi.

Pergerakan ritmikal mastikatori mandibula dihasilkan pada regio brainstem tertentu. Fungsi mastikasi dihasilkan oleh impuls sensorik aferen ke nuclei brainstem. Sinkronisasi seluruh proses ini dilakukan oleh cerebral center.

Aktivitas brainstem

Refleks mastikatori dibagi menjadi :

-refleks membuka dan menutup rahang

-refleks lidah

-refleks wajahRefleks membuka dan menutup rahang

Refleks rahang ialah termasuk kontraksi otot mandibula secara vertikal (membuka dan menutup), secara horizontal, atau secara protrusif-retrusif. Pada otot-otot membuka dan menutup rahang, terdapat banyak network dari neuron kinetik yang meluas dari trigeminal kinetic nucleus. Pengecualian untuk regio kaudal otot digastricus, di mana neuron kinetic meluas dari accesoru facial nucleus.

Refleks membuka rahang

Refleks ini dapat dihasilkan secara monosinaps, baik setelah stimulasi dari reseptor otot membuka rahang atau setelah stimulasi dari trigeminal mesencephalic nucleus. Refleks membuka rahang dapat dihasilkan setelah mengetuk dahu.

Mengetuk dahu menyebabkan stimulasi otot membuka rahang dan mekanoreseptornya, yang menghasilkan aktivasi serat aferen. Serat aferen lewat hubungan monosinapsnya dengan -trigeminal kinetic neuron menyebabkan kontraksi otot membuka rahang. Refleks membuka rahang dapat dihasilkan setelah stimulasi mekanoreseptir yang terletak pada jaringan periodontal, TMJ, mukosa mulut, atau bahkan kulit.

Refleks menutup rahang

Refleks menutup rahang dapat dihasilkan setelah stimulasi mekanik dari ligamen periodontal atau mekanoreseptor mukosa mulut. Relfeks ini bukan refleks monosinaps. Refleks ini dapat juga dihasilkan setelah stimulasi dari nervus cranial lainnya.

Refleks hypoglossal kinetic nucleus

Refleks ini dihasilkan setelah stimulasi reseptor lidah atau laring.

Refleks facial

Refleks membuka dan menutup kelopak mata dihasilkan setelah stimulasi reseptor kornea yang diinervasi pleh cabang nervus trigeminal.

Impuls sensorik aferen ke nuclei brainstem

Jenis dan tekstur makanan menentukan tipe pergerakan mastikasi. Hal ini didapat lewat feedback sensorik pada pusat mastikasi batang otak. Stimulasi dari regio yang berbeda dari kavotas oral menghasilkan jenis pergerakan mastikasi yang berbeda juga. Setelah inisiasi mastikasi, produksi ritmis muatan elektrik tampak oada reseptor otot membuka rahang. Karena mekanoreseptor ligamen periodontal, peningkatan muatan elektrik secara tiba-tiba pada awal dan akhir pergerakan membuka rahang tampak saat gigi berkontak dan berlanjut selama tekanan oklusal meningkat. Peningkatan muatan elektrik secara tiba-tiba juga tampak pada mekanoreseptor sudut mulut. Sinkronisasi pergerakan mastikasi oleh higher cerebral centers

Stimulasi elektrik dari bagian lateral pada regio kinetic korteks otak menghasilkan pergerakan ritmis repetitif dari mandibula dan lidah.

Stimulasi elektrik dari korteks menyebabkan perubahan jangka pendek pada otot menutup rahang dan rangsangan rendah pada neuron kinetik membuka rahang. Penampakan ini menghasilkan kesimpulan bahwa higher cerebral center membantu inisiasi proses mastikasi.Stimulasi elektrik dari korteks menyebabkan pergerakan lidah dan regio orofacial lainnya. Korteks otak menyinkron aktivitas kelompok otot yang terlibat dalam proses mastikasi.

2.2 Definisi Deglutasi

Berdasarkan definisinya, deglutasi berarti menelan, merupakan keseluruhan proses pemindahan makanan dari mulut melalui esofagus ke dalam lambung. Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Dalam prosesnya ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 saraf cranial, 4 saraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan, di antaranya yaitu untuk otot milohyoid dan otot digastrikus untuk mengangkat tulang hyoid dan lidah ke arah palatum, lalu otot stylohyoid untuk menggerakan tulang hyoid dan laring ke bawah lidah.

Organ- organ yang berperan yaitu bibir, pipi, lidah, palatum yang berfungsi saat pembentukan bolus kemudian faring yang dilalui makanan dan esophagus. Penelanan terdiri dari rangkaian kontraksi otot yang menggerakkan bahan yang dicerna dan mendorong saliva dari mulut sampai ke perut, tanpa banyak tenaga. Otot Penelanan

Aktivitas penelanan volunteer dijalankan oleh otot-otot kavum oris proprium. Otot-otot tersebut adalah:

Otot-otot lidah (intrinsik dan ekstrinsik)

Otot palatum lunak (m. tensor dan m. levator veli palatini untuk mengangkat faring, serta m. palatoglossus yang menyebabkan terangkatnya uvula).

Sedangkan pada aktivitas Involunter ketika pengunyahan, terjadi secara tidak sadar dan berlangsung di faring dan esophagus. Terdiri atas tiga fase yaitu fase oral, faringeal, dan esophageal. Pada fase faringeal Otot-otot yang berperan dalam aktivitas penelanan adalah otot faring dan laring:

Otot faring: m. stylofaringeus dan m. palatofaringeus, berkontraksi sehingga menarik faring ke arah cranial, sehingga makanan terdorong masuk ke arah laringofaringOtot laring: m. aritenoideus obliqus, m. transversus, dan m. krikoariteniodeus lateral berkontraksi sehingga menyebabkan penyempitan aditus laringis. Kedua kartilago aritenoidea pada saat ini berkontraksi, kemudian tertarik dan saling mendekati sampai bertemu dengan epiglotis, rima glotidis tertutup sehingga makanan tidak masuk ke dalam laring tetapi berada dalam laringofaring.

Fase-fase Penelanan

Fase oral/volunteer

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadari. Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring. Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII). Terjadi secara sadar

Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring

ORGAN

AFFEREN (sensorik)EFFEREN (motorik)

MandibulaBibirMulut & pipiLidahn. V.2 (maksilaris)n. V.2 (maksilaris)n.V.2 (maksilaris)n.V.3 (lingualis)N.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoidn. VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum, m.levator labius oris, m.depresor labius oris, m. levator anguli oris, m. depressor anguli orisn.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businatorn.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

Tabel 3.1 Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

(Sumber:http://thtkl.wordpress.com/2008/11/09/menelandeglutasi-dan-gangguan-menelan/)

Fase faringeal

Bolus ( merangsang reseptor orofaring ( pusat menelan (medulla & batang otak bagian bawah) ( refleks penutupan

Palatum mole terangkat ke atas

Plica palatofaringeal kiri & kanan bergerak ke medial dan epiglotis menutup serta laing terangkat ke atas & ke depan

Laring terangkat ke atas & ke depan serta epiglotis menutup laring

Sfingter esofagus atas

Gelombang peristaltik kontraksi

OrganAfferenEfferen

Lidah

Palatum

Hyoid

Nasofaring

Faring

Laring

Esofagusn.V.3

n.V.2, n.V.3

n.Laringeus superior cab internus (n.X)

n.X

n.X

n.rekuren (n.X)

n.Xn.V : m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor faring sup, m.konstriktor ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

n.IX :m.stilofaring

n.X : m.krikofaring

Tabel 3.3 Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Sumber: http://luv2dentisha.wordpress.com/category/uncategorized/)

3. Fase esofageal

Ditandai dengan masuknya bolus makanan ke dalam faring dimana esofagusnya dalam keadaan terbuka. Fungsi utama esofagus : menyalurkan makanan secara cepat dari faring ke lambung dan gerakannya di atur secara khusus.

Gelombang peristaltik: bolus makanan sfingter esofageal lambungKontraksi dari sfingter esofagus atas dan bawah regurgitasi dari lambung ke esofagus/esofagus ke faring

Gambar 3.2 Fase Oral, Fase Faringeal, Dan Fase Esophageal.

Sumber gambar:

Kontrol Neurologis Deglutasi

Pada tahap menelan, daerah posterior mulut dan faring merupakan daerah yang paling sensitif. Daerah taktil paling sensitif dari bagian posterior mulut dan faring untuk mengawali fase penelanan pada faring terletak pada suatu cincin yang mengelilingi pembukaan faring, dengan sensitivitas terbesar pada tiang tiang tonsil. Impuls dijalankan dari bagian ini melalui bagian sensoris saraf trigeminal dan glossofaringeal ke dalam daerah medulla oblongata yang berada di dalam atau berhubungan erat dengan traktus solitarius, yang terutama menerima semua impuls sensoris dari mulut.

Tahap berikutnya dari proses menelan secara otomatis diatur dalam urutan yang teratur oleh daerah daerah neuron di batang otak yang didistribusikan ke seluruh substansia retikularis medulla dan bagian bawah pons. Urutan refleks penelanan ini sama dari satu penelanan ke penelanan berikutnya, dan waktu untuk seluruh siklus juga tetap sama dari satu penelanan ke penelanan berikutnya. Daerah di medulla dan pons bagian bawah yang mengatur penelanan secara keseluruhan disebut pusat penelanan atau deglutisi.

Impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esophagus bagian atas menyebabkan penelanan dijalarkan oleh saraf cranial V (trigeminus) ,IX (glossofaringeal), X (vagus) dan XII (hypoglossus) serta beberapa saraf servikal superior.

Saraf facial (saraf cranial VII) untuk mengatur pengerekan bibir dan otot buccinators.

Saraf hypoglossal (saraf cranial XII) untuk mengatur otot-otot lidah.

Saraf trigeminal (saraf cranial V) untuk mengatur otot mylohyloid yang merupakan dasar mulut dan juga otot palatal.

Saraf glossopharyngeal (saraf cranial IX) & vagus (saraf cranial X) untuk mengatur otot-otot faring & esofagus.

Ringkasnya, tahap faringeal dari penelanan pada dasarnya merupakan suatu refleks. Hal ini hampir tidak pernah dimulai oleh rangsangan langsung pada pusat penelanan dari daerah yang lebih tinggi di sistem saraf pusat. Sebaliknya, hampir selalu diawali oleh gerakan makanan secara volunteer masuk ke bagian belakang mulut yang kemudian merangsang reseptor reseptor sensoris yang menimbulkan refleks menelan.

Gelombang sekunder sebagian dimulai oleh sirkulasi saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus esophagus dan sebagian oleh refleks-refleks yang dihantarkan melalui serat-serat aferen vagus dari esophagus ke medulla dan kemudian kembali lagi ke esophagus melalui serat serat eferen vagus.

Susunan otot faring dan sepertiga bagian atas esophagus adalah otot lurik. Karena itu, gelombang peristaltic di daerah ini hanya diatur oleh impuls saraf rangka dalam saraf glossofaringeal dan saraf vagus. Pada duapertiga bagian bawah esophagus, ototnya merupakan otot polos, namun bagian esophagus ini juga secara kuat diatur oleh saraf vagus yang bekerja melalui hubungannya dengan sistem saraf mienterikus. Sewaktu saraf vagus yang menuju esophagus terpotong, setelah beberapa hari pleksus saraf mienterikus esophagus menjadi cukup terangsang untuk menimbulkan gelombang peristaltic sekunder yang kuat bahkan tanpa bantuan refleks vagal. Karena itu,sesudah paralisis refleks penelanan, makanan yang didorong dengan cara lain ke dalam esophagus bagian bawah tetap siap untuk masuk ke dalam lambung.

2.3 DysphagiaPenelanan abnormal atau yang sering disebut disfagia yaitu keadaan dimana pasien mengalami kesulitan dalam menelan makanan. Kesulitan menelan ada dua tahap, pertama, yaitu melewatkan bolus ke bagian belakang tenggorokan dan kedua, tahap mengawali refleks menelan makanan. Disfagia yang terjadi setelah tahap mengawali refleks menelan biasanya disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan jarang terjadi, hal ini karena adanya lesi di dalam laringofaring dan esophagus.

Beberapa penyebab lain terjadinya disfagia antara lain pernah dilaporkan oleh Gankroger (1993), yaitu disfagia karena trauma akut benda asing yang masuk ke dalam faring dan laring, disertai rasa sakit yang hebat sehingga penderita mengalami kesulitan menelan makanan.

Schlie-phake dkk (1998) juga melaporkan bahwa pasien yang mengalami operasi pengambilan karsinoma sel skuamosa di dasar mulut, akan mengalami kesulitan dalam menggerakkan lidah Karen aperubahan bentuk otot-otot lidah, selain itu juga akan mengalami perubahan kualitas suara yaitu suara menjadi terdengar lebih besar dan lebih berat.

Gejala khas disfagia pada pasien seperti gejala sukar menelan makanan atau penyakit lain perlu diwaspadai karena dalam perkembangannya akan merusak fungsi otot-otot yang berperan dalam peristiwa menelan. Oleh karena itu perlu dilakukan diagnosis yang tepat penyebab keadaan ini agar diperoleh hasil perawatan yang sempurna tanpa merusak otot-otot yang berperan dalam proses ini.

Disfagia adalah keadaan terganggunya peristiwa deglutasi (menelan). Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Disfagia umumnya merupakan gejala dari kelainan atau penyakit di orofaring dan esophagus.

Manifestasi klinik yang sering ditemukan ialah sensasi makanan yang tersangkut di daerah leher atau dada ketika menelan. Lokasi rasa sumbatan di daerah dada dapat menunjukkan kelainan di esofagus bagian torakal. Tetapi bila sumbatan berada di leher, kelainannya terletak di faring atau esofagus bagian servikal.

Pembagian gejala dapat menjadi dua macam yaitu disfagia orofaring dan disfagia esophagus. Gejala disfagia orofaringeal adalah kesulitan mencoba menelan, tersedak atau menghirup air liur ke dalam paru-paru saat menelan, batuk saat menelan, muntah cairan melalui hidung, bernapas saat menelan makanan, suara lemah, dan berat badan menurun. Sedangkan gejala disfagia esofagus adalah sensasi tekanan dalam dada tengah, sensasi makanan yang menempel di tenggorokan atau dada, nyeri dada, nyeri menelan, rasa terbakar di dada yang berlangsung kronis, belching, dan sakit tenggorokan.

Disfagia juga dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti rasa mual, muntah, regurgitasi, hematemesis, melena, anoreksia, hipersalivasi, batuk, dan berat badan yang cepat berkurang.

Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut. Oleh karena itu, insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan juga pada pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia.

Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas disfagia mekanik, disfagia motorik, dan disfagia oleh gangguan emosi atau psikogenik. Penyebab utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda asing. Penyebab lain adalah akibat peradangan mukosa esofagus, serta akibat penekanan lumen esofagus dari luar, misalnya oleh pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta. Letak arteri subklavia dekstra yang abnormal juga dapat menyebabkan disfagia, yang disebut disfagia Lusoria. Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esofagus. Pada keadaan normal, lumen esofagus orang dewasa dapat meregang sampai 4 cm. Keluhan disfagia mulai timbul bila dilatasi ini tidak mencapai diameter 2,5 cm.

Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n.V, n.VII, n.IX, n.X dan n.XII, kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan peristaltik esofagus dapat menyebabkan disfagia. Kelainan otot polos esofagus akan menyebabkan gangguan kontraksi dinding esofagus dan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah, sehingga dapat timbul keluhan disfagia. Penyebab utama dari disfagia motorik adalah akalasia, spasme difus esofagus, kelumpuhan otot faring, dan scleroderma esophagus.

Keluhan disfagia dapat juga timbul karena terdapat gangguan emosi atau tekanan jiwa yang berat (factor psikogenik). Kelainan ini disebut globus histerikus.

Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa faktor yaitu ukuran bolus makanan, diameter lumen esofagus yang dilalui bolus, kontraksi peristaltik esofagus, fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah, dan kerja otot-otot rongga mulut dan lidah.

Penyakit-penyakit yang memiliki gejala disfagia adalah antara lain penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esophagus.

BruksismBruksism adalah kebiasaan seseorang mengkerot-kerotkan giginya atau menggertakkan gigi-geligi serta menekan kuat gigi-geligi tanpa fungsi. Keadaan ini sering terjadi secara tidak sadar dan terutama pada malam hari disaat sedang tidur .

Keadaan ini akan menyebabkan bunyi gemerutuk gigi, rasa capoai pada otot saat bangun pagi, rahanh terasa terkunci sehingga akan merasakan rasa sakit pada daerah sendi rahang dan kecenderungan untuk menggigit pipi, bibir atau lidah. Selain itu, gigi akan menjadi cepat aus sehingga akan berpengaruh pada pengunyahan dan penelanan makanan.

BAB III

KASUS DAN HIPOTESIS

3.1 Kasus

Seorang pasien bernama Agi, berusia 3 tahun datang ke klinik tumbuh kembang bersama ibunya karena berat badan yang rendah,dibawah kurva pertumbuhan pada umumnya yaitu 10 kg. Ibunya mengatakan kepada dokter bahwa Agi sulit makan. Waktu yang diperlukan untuk memberi makan Agi adalah 1 jam karena dia meninggalkan makanannya di dalam mulut tanpa dikunyah.

Dia menolak makanan berserat dengan tekstur keras dan lebih memilih makanan yang halus. Jika dia diberikan makanan yang bertekstur kasar, dia akan memuntahkannya. Dokter mengatakan bahwa Agi terkena dysphagia, kelainan mengunyah dan menelan. Menurut dokter, abnormalitas ini biasanya terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun. Dokter membuat perencanaan perawatan untuk Agi, termasuk bimbingan nutrisi dan terapi untuk melatih kemampuan motorik oralnya sehingga dia dapat menelan dengan efektif.

3.2 Hipotesis

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan ditambah keterangan dari orang tua pasien, dapat diduga bahwa Agi terkena dysphagia yaitu kelainan dalam mengunyah dan menelan makanan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mastikasi adalah proses menghancurkan partikel makanan di dalam mulut, dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga merubah ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang mudah untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh gigi-geligi dengan bantuan otot-otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui artikulasi temporomandibula. Adapun fungsi mastikasi adalah memotong dan menggiling makanan, membantu mencerna sellulosa, memperluas permukaan makanan, merangsang sekresi saliva, mencampur makanan saliva, melindungi mukosa, dan mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut.Pada proses mastikasi melibatkan beberapa organ di dalam mulut dan sekitarnya, yaitu bibir, pipi, lidah, palatum, gigi geligi, TMJ (Temporomandibular Joint). Kemudian ada juga otot-otot serta saraf yang terlibat dalam proses mastikasi.

Berdasarkan definisinya, deglutasi berarti menelan, merupakan keseluruhan proses pemindahan makanan dari mulut melalui esofagus ke dalam lambung. Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam prosesnya ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 saraf cranial, 4 saraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan, di antaranya yaitu untuk otot milohyoid dan otot digastrikus untuk mengangkat tulang hyoid dan lidah ke arah palatum, lalu otot stylohyoid untuk menggerakan tulang hyoid dan laring ke bawah lidah.

Organ- organ yang berperan yaitu bibir, pipi, lidah, palatum yang berfungsi saat pembentukan bolus kemudian faring yang dilalui makanan dan esophagus. Penelanan terdiri dari rangkaian kontraksi otot yang menggerakkan bahan yang dicerna dan mendorong saliva dari mulut sampai ke perut, tanpa banyak tenaga.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson S. Pathophysiology: Clinical concepts of disease processes. 3rd e. USA: R.R Donnelley and Sons Company, 1986: 233-4, 738.

Bradley, R. M. 1995.Essential of Oral Physiology. US: Mosby.

Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997 ; 909-919.

Moore, Keith L, 1995, Anatomi Klinis Dasar, Jakarta, Hipokrates.

Netter, 1996, Interactive Atlas of Human Anatomy, Hamburg, Novartis.

Ongston, F. 2008. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Internet :

Anita Andriyani : Aspek Fisiologis Pengunyahan Dan Penelanan Pada Sistem Stomatognasi, 2001. USU e-Repository 2008

http://www.rider-system.net/2009/10/mastikasi.htmlhttp://thtkl.wordpress.com/2008/11/09/menelandeglutasi-dan-gangguan-menelan/2