case report session ulkus kornea 97-2003 doc

66
Case Report Session Ulkus Kornea Oleh : Dewi Oktavia 1010312058 Inez Amelinda 1010313029 Teddy Kurniawan 1010313018 Preseptor : dr. Sri Handayani Mega Putri, SpM(K) BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUP DR. M.DJAMIL PADANG 0

Upload: aghniajolanda

Post on 15-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Case Report Session

Ulkus Kornea

Oleh :

Dewi Oktavia 1010312058

Inez Amelinda 1010313029

Teddy Kurniawan 1010313018

Preseptor : dr. Sri Handayani Mega Putri, SpM(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

RSUP DR. M.DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2015

0

Page 2: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya, sehingga CRS yang berjudul Ulkus Kornea dapat kami selesaikan.

CRS ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai infeksi pada

kornea sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Terimakasih kami ucapkan kepada staf pengajar yang telah membimbing penulis selama

menjalani kepaniteraan klnik senior di bagian Ilmu Kesehatan Mata, serta dr. Sri Handayani

Mega Putri, SpM(K) sebagai pembimbing dalam penulisan CRS ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CRS ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis sangat mengahrapkan segala kritik dan saran membangun demi perbaikan di

masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga CRS ini dapat memberi manfaat bagi kita semua di

masa mendatang.

Padang, 19 Januari 2015

Penulis

1

Page 3: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan stroma

akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan

oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk

ulkus pada kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal atau perifer. 1,2

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan

gangguan penglihatan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di

Indonesia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis

penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Penyebab ulkus kornea adalah

bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks, dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi

secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang

luas. 1,2

Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak epitel kornea.

riwayat trauma bisa saja hanya berupa trauma kecil seperti abrasi oleh karena benda asing, atau

akibat insufisiensi air mata, malnutrisi, ataupun oleh karena penggunaan lensa kontak.

Peningkatan penggunaan lensa kontak beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang

dramatis terhadap angka kejadian ulkus kornea, terutama oleh Pseudomonas Aeroginosa.

Sebagai tambahan, penggunaan obat kortikosteroid topikal yang mula diperkenalkan dalam

2

Page 4: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

pengobatan penyakit mata penyebabkan kasus ulkus kornea lebih sering ditemukan. .Perjalanan

penyakit ulkus kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. 1,2

Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga

berat, fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Diagnosis dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp. Pemeriksaan laboratorium seperti mikroskopik

dan kultur sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa. Pemeriksaan jamur

dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. 1,

1.2 Batasan Masalah

Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi,

gambaran klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari ulkus kornea.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulisan mengenai ulkus kornea.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan merujuk pada

berbagai literatur.

3

Page 5: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Gambar 1 .Anatomi Kornea3

Sumber : A.D.A.M. Student Atlas of Anatomy, 2008

Bola mata tidak sepenuhnya bulat; radius kurvatura kornea (8 mm) lebih kecil

dibandingkan dengan sclera (12 mm) sehingga membuat bentuk bola mata sedikit lonjong.

Kornea terletak di bagian tengah anterior bola mata. Kornea dewasa rata-rata mempunyai

diameter horizontal 12 mm dan diameter vertical 11 mm. Bagian perifer kornea lebih tebal

dibandingkan bagian sentral, dimana bagian perifer mempunyai ketebalan 1 mm dan bagian

sentral 0,5 mm. Limbus, yang membatasi kornea dan sclera, berwarna keabuan dan jernih.

4

Page 6: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Bagian kornea yang terekspos dengan dunia luar dilindungi oleh precorneal tear film, yang

terdiri dari 3 lapisan: superficial oily layer yang diproduksi oleh kelenjar meibom; middle

aqueous layer yang diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan aksesori; dan deep mucin layer

yang berasal dari sel goblet konjungtiva. Peranan precorneal tear film ini sangat vital bagi fungsi

normal kornea. Selain untuk lubrikasi permukaan kornea dan konjungtiva, tear film juga

menyediakan oksigen dan nutrisi, serta mengandung immunoglobulin, lisosim, dan laktoferin. 4

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah sela put bening mata, bagian selaput

mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.

Kornea ini disisipkan ke sklera dilimbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus

skleralis. Kornea memiliki diameter horizontal 11-12 mm dan berkurang menjadi 9-11 mm

secara vertikal oleh adanya limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di

tengah, sekitar 0,65 mm di tepi. Kornea memiliki tiga fungsi utama: 1,5

Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata prekornea.

Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.

Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu penampilan optikal.

Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri atas: 1

1. Epitel

- Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat

mitosis sel, dan sel muda mi terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin

maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di

5

Page 7: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

- Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membrana Bowman

- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun

tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,

pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini

bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-

kadang sampai 15 bulan. keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan

fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan

dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membrana Descemet

- Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan

merupakan membran basalnya.

6

Page 8: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.

5. Endotel

- Berasal dari mesotehum, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um. Endotel

melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

Gambar 2. Lapisan Kornea6

Sumber: www.aafp.org

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,

menembus membrana Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel

dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi

dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus

terjadi dalam waktu 3 bulan.1

Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor aqous dan

dari tepi kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara tidak langsung dari udara,

7

Page 9: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

melalui oksigen yang larut dalam lapisan air mata, sedangkan bagian perifer menerima oksigen

secara difus dari pembuluh darah siliaris anterior. 1,7

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel

terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai

daya regenerasi.1

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah

depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri

pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Transparansi kornea disebabkan oleh

strukturnya yang seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.5,7,8 Secara klinis, kornea dibagi

dalam beberapa zona yang mengelilingi dan menyatu satu dengan yang lain, seperti pada gambar

di bawah ini: 4

Gambar 3. Topografi dari kornea4

Sumber : American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009

2.2 Definisi dan Epidemiologi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan

kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan

diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.8

8

Page 10: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya yaitu apakah

mikroorganisme, asupan makanan, trauma, kelainan yang disebabkan kongenital. Insidensi ulkus

kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi

terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-

kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan

pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan

menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan

kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan

selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas

tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi,

neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak

menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di

India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan

kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma

kornea.8

2.3 Etiologi1,9,4

Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, achantamoeba dan herpes simpleks.

bakteri :

streptokokus alfa hemolitik,

stafilokokus aureus,

moraxela likuefasiens

9

Page 11: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

psedomonas aeruginosa,

nocardia asteroides,

alcaligenes sp.,

streptokokkus anaerobik,

streptokokkus betahemolitik,

enterobakter hanifae,

proteus sp,

stafilokkokus epidermidis

infeksi campuran :

o erogenes dan stafilokokus aureus

o moraxella sp dan stafilokokus aureus

o streptokokus alfa hemolitik dan stafilokokus aureus.

Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella

merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis

yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat

khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.

10

Page 12: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas

dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah

akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila

mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,

variola, vacinia (jarang).

Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang

tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh

acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa

kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga

biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau

tanah yang tercemar.

Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan

organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan

protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat

destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali

antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium

hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.

11

Page 13: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Radiasi atau suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan

merusak epitel kornea.

Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang

merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film

air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan

epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada

keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea

terpulas dengan flurosein.

Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A

dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan

oleh tubuh.

Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU

(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

12

Page 14: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Granulomatosa wagener

Rheumathoid arthritis

2.4 Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak

ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.

Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan

gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 8

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,

seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,

wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai

makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,

sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang

tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak

licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.4

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada

kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit 13

Page 15: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.7

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel

leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu

melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat

sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran

Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan

terjadinya sikatrik.8

2.5 Diagnosis4,10

Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi

dan pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan abrasi pada

kornea, riwayat pernah terkena kerattis yang berulang, pemakaian lensa kontak, serta

penggunaan kortikosteroid yang merupakan presdiposisi infeksi virus dan jamur, serta gejala

klinis yang ada.

2. Pemeriksaan Oftalmologi

a. Visus

14

Page 16: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh

karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke

dalam media refrakta.

b. Slit lamp

Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp dan pencahayaan terang.

Harus diperhatikan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya di atas kornea. Seringkali

iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan pada kornea. Hiperemis

didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea, daerah yang kasar

menandakan defek pada epitel.

c. Tes fluoresein.

Pada tes fluoresein defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna

hijau. Penggunaan pengecatan fluoresein yang berguna untuk mengetahui eksposure

stroma dari kornea dan terlihat hijau dapat membantu menentukan batas ulkus kornea

sekaligus dapat melihat detail epithelium di sekitarnya. Misalnya ulkus pada herpes

simpleks menunjukkan gambaran pola dendritik pada pengecatan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga penting untuk

pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan. Melakukan swab pada kornea dan

melihatnya dengan mikroskop dengan pengecatan Gram maupun Giemsa dan preparasi

KOH dapat melihat adanya bakteri dan jamur dengan jelas. Kultur mikroba penting untuk

mengisolasi organisme penyebab pada beberapa kasus.

15

Page 17: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

2.6 Klasifikasi

Ulkus kornea secara umum dibagi menjadi: 1

1. Ulkus kornea infeksi

Ulkus kornea bakteri

Ulkus kornea jamur

Ulkus kornea virus

Ulkus kornea Achantamoeba

2. Ulkus kornea non-infeksi

Ulkus Mooren

Ulkus dan infriltrat marginal

Keratokonjungtivitis fliktenular

A. ULKUS KORNEA BAKTERI

Keratitis bacterial merupakan penyebab utama ulkus kornea, dimana factor

predisposisinya termasuk pemakaian contact lens, trauma, bedah kornea, penyakit di

permukaan okuler, penyakit sistemik, dan konsumsi imunosupresan yang dapat mengganggu

mekanisme pertahanan dari permukaan okuler sehingga bakteri dapat menginvasi kornea.4

Epidemiologi

16

Page 18: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Diperkirakan 30.000 kasus keratitis mikroba ditemukan di USA; yang mana 10 dari

30 orang per 100.000 pemakai lensa kontak mendapat keratitis. Pada negara berkembang,

keratitis bacterial merupakan penyabab utama kebutaan, yang biasanya diakibatkan oleh

trauma okuler. 4,8

Etiologi

Keratitis bacterial dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Di USA,

mikroorganisme terbanyak yang menyebabkan keratitis bacterial adalah Staphylococcus dan

Pseudomonas. Sedangkan di negara berkembang, Streptococcus pneumoniae merupakan

penyebab utama.8

Patofisiologi

Keratitis bacterial terjadi bila mikroorganisme dapat mengalahkan pertahanan host.

Zat patogen akan melekat ke bagian pinggir kornea yang mengalami abrasi dan menghindari

mekanisme pembersihan oleh tear film.4 Gejala klinis yang ditemukan bervariasi tergantung

mikroorganisme penyebab:

- Ulkus kornea Staphylococcus: pada mikroorganisme ini sering ditemukan ulkus kornea

sentral, banyak diantaranya ada pada kornea yang biasa terkena kortikosteroid topical.

Ulkusnya disertasi hipopion dan sedikit infiltral pada kornea sekitar. Ulkus seringkali

superficial dan dasar ulkus terasa padat saat dikerok.

- Ulkus kornea Streptococcus pneumoniae: ulkus biasanya muncul 24-48 jam setelah

inokulasi pada kornea yang mengalami abrasi. Infeksi ini menimbulkan ulkus kelabu

17

Page 19: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

dengan batas cukup tegas yang cenderung menyebar secara tidak teratur dan biasanya

disertai hipopion.

Gambar 4. Ulkus Kornea Streptococcus

Sumber: American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009

- Ulkus Kornea Pseudomonas: ulkus berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat

epitel kornea yang retak. Ulkus dapat menyebar ke seluruh kornea dan mengakibatkan

perforasi dan infeksi intraocular yang berat. Infiltratnya mungkin berwarna kehijauan, hal

ini disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan oleh Pseudomonas. Kasus ini biasanya

berhubungan dengan penggunaan lensa kontak dan mata terasa sangat nyeri.

18

Page 20: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Gambar 5 Ulkus Kornea Pseudomonas

Sumber: American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009

Gambar 6. Ulkus kornea bakteri 5,8

Sumber: Lange Gerhard K.Ophtalmology, 2005

KET: (a) Ulkus Kornea Pneumococcus

(b) Ulkus kornea Pseudomonas aeroginosa

(c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus,

akibat penggunaan kontak lensa.

Pemeriksaan Laboratorium

Selain mengkultur infiltrat di kornea, kultur dari kontak lens beserta cairan

pembersihnya dan penyebab lain yang mungkin seperti bagian kelopak mata yang terinfeksi

juga dapat membantu dalam menemukan organisme penyebab ulkus kornea.4

19

(a) (b)

Page 21: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Tatalaksana

Antibiotik spektrum luas harus diberikan sebagai terapi inisial sebelum

mikroorganisme dapat diidentifikasi dengan kultur. Jika tipe bakteri telah teridentifikasi

dengan kultur, terapi lebih difokuskan dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dengan

catatan bahwa antibiotik spektrum luas tidak boleh dihentikan.8

Gambar 7. Terapi Ulkus Kornea BakterialSumber:

http://www.ophthalmologymanagement.com

B. ULKUS KORNEA JAMUR

Etiologi

20

Page 22: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Jamur merupakan flora normal pada ocular eksterna. Organisme yang sering

ditemukan adalah Aspergillus , Rhodotula, Candida, Penicillium, Cladosporium, dan

Alternaria. 8 Keratitis jamur biasanya terjadi apabila terjadi trauma pada kornea, yang sering

ditemukan pada petani yang menggunakan alat pemotong rumput serta alat pertanian lainnya

tanpa menggunakan pelindung pada mata.8

Selain itu, penggunaan kortikosteroid topical juga berdampak terhadap

bertambah buruknya keratitis jamur karena dapat mengaktivasi dan meingkatkan virulensi

dari jamur dengan menekan resistensi kornea terhadap infeksi. Sedangkan pada penggunaan

kortikosteroid sistemik, system imun cenderung ditekan sehingga memudahkan terjadinya

keratitis jamur. Pada kasus yang lebih sedikit juga ditemukan keratitis jamur yang

berhubungan dengan pemakaian kontak lens. 12

Patofisiologi

Jamur mendapatkan akses ke stroma kornea melalui defek pada epitel. Defek ini

dapat disebabkan oleh trauma ekstrernal. Saat mencapai stroma, jamur bermultiplikasi dan

menyebabkan nekrosis pada jaringan. Setelah cukup dalam mencapai stroma,perlahan jamur

akan melakukan penetrasi ke membrane Descemet. Pengobatan akan sulit dilakukan apabila

jamur sudah mencapai COA. 8

Gejala Klinis

Pasien dengan keratitis jamur cenderung muncul dengan gejala inflamasi yang ringan

selama periode inisial dibandingkan dengan pasien keratitis bakteri. Manifestasi dari

ulkusnya berupa infiltrate kelabu dengan batas ireguler yang halus. Terkadang juga

21

Page 23: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

ditemukan infiltrate multifokal atau satelit. Perluasan infeksi jamur ke COA sering

ditemukan pada kasus dengan inflamasi COA yang progresif. Jamur juga dapat menginvasi

iris dan COP sehingga dapat terjadi glaucoma sudut tertutup akibat blok pupil. 12

Gambar 8. Ulkus Kornea Jamur; Fusarium solani

Sumber: American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% terhadap

kerokan kornea yang menunjukan adanya hifa. 12

Tatalaksana

Pasien dengan ulkus kornea jamur dapat diberi pengobatan berupa natamisin 5%.

Terapi ini paling banyak digunakan karena spesies Fusarium merupakan penyebab

terbanyak keratitis jamur. Pada keadaan keratitis jamur filamentosa yang parah, ketokonazol

22

Page 24: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

oral (200-600 mg/hari) dapat digunakan sebagai terapi tambahan dan flukonazol oral (200-

400 mg/hari) untuk keratitis jamur ragi. Sedangkan itrakonazol oral mempunyai aktivitas

spectrum luas untuk seluruh jenis Aspergillus dan Candida. 4

C. ULKUS KORNEA VIRUS

a.   Ulkus Kornea Herpes Zoster

Secara morfologi sama dengan penyakit herpes simpleks namun beda dari segi antigen

dan klinis. Zoster lebih sering menginfeksi pasien lanjut usia. Kerusakan mata akibat penyakit ini

dapat dikarenakan  oleh dua hal yaitu invasi virus langsung dan inflamasi sekunder akibat

mekanisme autoimun. Risiko keterlibatan mata sebesar 15% dari total kasus herpes zoster,

meningkat bila dijumpai keterlibatan nervus eksternal nasal,keterlibatan nervus maksilaris, dan

peningkatan usia. Herpes zoster oftalmikus dibagi menjadi 3 fase yaitu: 13,14

1. Fase akut, ditandai dengan penyakit seperti influenza, demam, malaise, sakit kepala

hingga seminggu sebelum tanda kemerahan muncul, neuralgia preherpetik, kemerahan

pada kulit, timbulnya keratitis dalam beberapa hari setelah kemerahan itu muncul,

keratitis numular yang muncul sekitar 10 hari setelah kemerahan muncul, dan keratitis

disciform yang dapat terjadi setelah tiga minggu.14

2 Fase kronik, ditandai dengan keratitis numular selama berbulan-bulan, keratitis

disciform dengan jaringan parut, keratitis neutrofik yang dapat menyebabkan infeksi

bakteri sekunder dan keratitis plak mukus yang dapat timbul setelah bulan ketiga

hingga keenam. 14

23

Page 25: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

3. Fase relapse, dapat dijumpai bahkan hingga sepuluh tahun setelah fase akut. Hal ini

dapat diakibatkan oleh penghentian tiba-tiba dari steroid topikal. Lesi yang paling

umum adalah episkleritis, skleritis, iritis, glaukoma, keratitis numular, disciform atau

plak mukus. Dendrit Herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang

lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea

biasanya disertai dengan infeksi sekunder.14

b.      Ulkus Kornea Herpes simplex

Herpes Simplex Virus (HSV) adalah virus DNA yang hanya menginfeksi manusia, sekitar

90% dari populasi seropositif terhadap antibodi HSV-1, walaupun sebagian besar bersifat

subklinis. HSV-1 biasanya menginfeksi bagian di atas pinggang dan HSV-2 pada bagian bawah

pinggang. HSV-2 dapat ditransmisikan ke mata melalui sekret genital yang terinfeksi dan

persalinan pervaginam. Infeksi primer terjadi pada masa kanak- kanak muda melalui droplet atau

inokulasi langsung. Infeksi jenis ini jarang terjadi di awal kelahiran karena proteksi dari antibodi

si ibu.13,14 Tanda : vesikel pada  kulit melibatkan alis dan area periorbital. Kondisi akut, unilateral,

konjungtivitis folikuler berhubungan dengan limphadenopathy preauriculer. Epitelial keratitis

dapat terjadi di segala usia, sakit ringan, mata berair dan penglihatan kabur.

Tanda yang muncul secara kronologis opaknya sel epitelial yang tersusun dalam coarse

punctate atau stellalte pattern, deskuamasi sentral yang menghasilkan lesi garis linear bercabang

(dendritik) dengan akhir terminal bulb, berkurangnya sensasi kornea, infiltrat pada anterior

stromal, perluasan sentrifugal progresif yang dapat menghasilkan konfigurasi amoeboid, dalam

masa pemulihan pada epitel dapat terjadi bentuk garis lurus yang persisten yang mencerminkan

24

Page 26: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

arah dari sel pemulihan epitel. Bentuk dendrit Herpes simplex kecil, ulceratif ,jelas diwarnai

dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.7,14 

Patofisiologi

            Karena kornea terletak paling luar maka kornea dapat dengan mudah terpapar

mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Sebenarnya lapisan epitel kornea merupakan

barier utama terhadap paparan mikroorganisme namun jika epitel ini rusak maka stroma yang

avaskuler dan membran bowman akan mudah terjadi infeksi oleh berbagai macam organisme

seperti bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini dibiarkan atau tidak mendapat pengobatan

yang tidak adekuat maka akan terjadi kematian jaringan kornea atau ulkus kornea.15

Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan

bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat

menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 15,16

Karena kornea avaskular, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,

seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,

wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai

makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,

sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang

tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak

licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.15

25

Page 27: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

 Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik

superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga

diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan

menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.6

Penyakit ini bersifat progresif, membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan

limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan

mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan

daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan

sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya

sikatrik.6,7

Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala

objektif. 16

Gejala subjektif dapat berupa : eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret

mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada

kornea sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri. Infiltrat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika

ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.16

Gejala objektif dapat berupa : kekeruhan berwarna putih pada kornea, hilangnya sebagian

jaringan kornea dan adanya infiltrat, injeksi siliar, dan hipopion.5

26

Page 28: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Biasanya coccus Gram positif, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoni akan

memberikan gambaran ulkus yang terbatas, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu

pada ulkus yang supuratif. Bila disebabkan Pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar

dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus. Bila

disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat  halus di

sekitarnya.15,5

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya

riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya

keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan

riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi

bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi

imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi

imunosupresi khusus.8,16

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea

edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat  dapat terjadi iritis yang

disertai dengan hipopion. 15,5

27

Page 29: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : ketajaman

penglihatan; tes refraksi; tes air mata; pemeriksaan slit-lamp; keratometri (pengukuran kornea);

respon reflek pupil; pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi

Pemeriksaan Laboratorium

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi

ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau giemsa. Lebih baik lagi

dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan

kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.15,16

2.7 TERAPI BEDAH PADA ULKUS KORNEA

1. FLAP KONJUNGTIVA

Merupakan prosedur yang efektif untuk menangani inflamasi dan penyakit kornea

structural ketika pengembalian penglihatan bukanlah suatu perhatian yang utama. Saat ini

telah jarang digunakan karena telah luasnya indikasi dari penetrating keratoplasty, antibiotic

yang lebih efektif, ketersediaan dari lensa kontak dan kemajuan dari manajemen penyakit

inflamasi kornea.

Prosedur ini tidak digunakan pada keratitis infeksi yang aktif atau perforasi kornea

karena sisa jaringan yang terinfeksi dapat berproliferasi di bawah flap.

Indikasi :

Ulserasi kronik dari epitel dan stromal yang steril seperti HSV keratitis,

keratokonjugtivitis sicca,dan lain-lain

28

Page 30: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Luka kornea yang tertutup tetapi tidak stabil

Bullous keratopathy pada pasien yang tidak bisa dilakukan PK

Penglihatan yang berkurang dan terbentuknya barrier terhadap masuknya obat

merupakan kelemahan dari prosedur ini. 1

2. KERATECTOMY SUPERFISIAL

Merupakan eksisi dari lapisan superficial dari kornea (epitel, lapisan Bowman, atau

stroma superficial)l tanpa penggantian jaringan.

Indikasi:

Pembuangan dari jaringan yang hiperplastik atau nekrosis

Eksisidari material asing di kornea

Eksisi jaringan corneal superfisial yang dysthropic1

3 . TRANSPLANTASI KORNEA

Adalah bedah penggantian dari kornea baik yang seluruhnya (Penetrating

Keratoplasty) ataupun bagian lamellar (Lamelar Keratoplasty).1

Penetrating keratoplasty merupakan penggantian kornea seutuhnya sedangkan

lamelar keratoplasty merupakan penggantian sebagian ketebalan kornea untuk mengganti

kornea anterior dengan tebal stroma yang bervariasi. PK mempunyai indikasi yang lebih

29

Page 31: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

luas daripada LK dikarenakan LK tidak menggunakan penggantian endotel, hal inilah yang

menyebabkan PK masih digunakan sampai sekarang. Sementara itu LK mempunyai

beberapa keuntungan seperti rehabilitasi penglihatan yang lebih cepat, persyaratan yang

minimal untuk pendonor, mengurangi resiko penolakan graft serta mengurangi resiko masuk

ke dalam kamar anterior (mengurangi resiko terjadinya glaucoma, katarak, perdarahan,

endoftalmitis).1,2

Donor lebih muda lebih disukai untuk PK dan keratoplasti endothelial lamellar

karena terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan kornea dan jumlah

endotel. Sel endotel cepat mati, maka hendaknya segera dienukleasi setelah donor

meninggal dan dibekukan. Mata yang utuh sebaiknya segera dimanfaatkan dalam 48 jam

tapi sebaiknya dalam 24 jam.2

Untuk keratoplasti lamellar dan lamellar dalam, kornea dapat dibekukan, didehidrasi,

atau disimpan dalam lemari es selama berminggu-minggu karena sel endotel tidak penting

dalam prosedur ini.2

1. Penetrating Keratoplasty (PK)1

Indikasi :

Patologi dari stroma ataupun endothelial kornea

Komplikasi :

Terbukanya luka

Glaukoma

Endofthalmitis

30

Page 32: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Persisten epithelial defect

Rekurensi penyakit primer

Kegagalan graft primer

Penolakan graft

Astigmatisme kornea

Keuntungan :

Mengeliminasi masalah penglihatan terkait interface

Kerugian :

Sering terjadi refractive error

Post operatif astigmatism

Penyakit permukaan ocular

2. Descemet Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSAEK)1

Indikasi :

Dysthrophy endotelial

Pseudophakic bullous keratoplasty

Sindrom ICE

Kegagalan graft kornea

Komplikasi :

Blok pupil

Dislokasi lentikula

31

Page 33: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Kegagalan graft primer

Keuntungan :

Rehabilitasi visual yang cepat

Kelengkungan kornea yang stabil

Kuatsecara structural

Mengeliminasi masalah penjahitan

Kerugian :

Subepitelial fibrosis

Epitel yang ireguler

Tingginya kemungkinan hilangnya sel endothelial

3. Superficial Anterior Lamellar Keratoplasty (SALK)1

Indikasi :

Dystrophy superficial dari stroma

Degenerasi Salzmann nodular

Parut/ trauma/ dermoid

Infeksi

Perforasi kornea

Komplikasi :

Kehilangan dari lenticular donor

Perforasi kornea

32

Page 34: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Keuntungan :

Rehabilitasi visual yang lebih cepat

Penjahitan yang minimal

Mengurangi resiko penolakan graft

Mengurangi resiko penetrasi kekamar anterior

Kerugian :

Permukaan yang ireguler

4. Deep Anterior Lamelar Keratoplasty (DALK)1

Indikasi :

Keratokonus

Infeksi

Dystrophy stroma kornea yang tak melibatkan endotel

Penipisan kornea

Corneal ectasia

Perforasi kornea

Komplikasi :

Penolakan graft

Inflamasi nekrosis dari graft

Keuntungan :

33

Page 35: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Kuat

Buka jahit yang lebih cepat

Lebih sedikit tergantung pada kortikosteroid topical

Persyaratan yang minimal untuk jaringan donor

Kerugian :

Permukaan ireguler

2.8 KOMPLIKASI

1. Iridosiklitis toksik.

2. Glaukoma sekunder. Ini terjadi karena eksudat fibrin menyumbat kamera okuli anterior.

3. Descemetokel. Beberapa ulkus disebabkan oleh virulensi organisme yang meluas secara

cepat ke membran descemet.

4. perforasi ulkus kornea.

5. Jaringan parut kornea. Ini biasanya hasil akhir dari penyembuhan ulkus kornea. Jaringan

parut menyebabkan gangguan penglihatan permanen mulai dari penglihatan yang kabur

hingga kebutaan total.

2.9 PROGNOSIS

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat lambatnya penyakit ini

ditangani, jenis mikroorganisme penyebab, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus

kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena jaringan kornea bersifat

34

Page 36: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pengobatan serta

timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

- Nama : Tn.A

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Usia : 55 tahun 11 bulan

- Alamat : Lubuk Pungguk Merangin, Jangkat, Jambi.

- Pekerjaan : Pensiunan

- Tanggal Pemeriksaan : 19 Januari 2015

35

Page 37: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Anamnesa

Keluhan Utama :

Mata kiri merah dan kabur sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Mata kiri merah dan kabur sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada 1 hari sebelum

itu, mata kiri terkena lentingan mesin gerinda ketika pasien sedang bekerja. Pasien

mengeluh tidak nyaman di mata lalu mata dicuci dengan air keran. Mata pasien masih

terasa kabur.

- Kemudian pasien berobat ke puskesmas, dibei obat makan dan salep mata (pasien tidak

mengetahui obatnya), namun pasien merasa tidak ada perbaikan, dan mata terasa semakin

kabur dan mengeluarkan nanah.

- Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien berobat ke RSUD di Dhamasraya, diberi

obat tetes Ulcori tiap jam, Levofloxacin tetes 6x1, obat makan gibrablok (ciprofloxacin)

2x1, obat pil hijau 2x2.

- Pasien mempunyai riwayat mencuci mata dengan air daun sirih

- Demam tidak ada

- Pasien lalu dirujuk ke RSUP dr M Djamil Padang

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

- Pasien tidak pernah operasi mata sebelumnya

36

Page 38: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

- Pasien tidak menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Pemeriksaan Fisik :

- Keadaan Umum : Baik

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Frekuensi Nadi : 82x/menit

- Frekuensi Nafas : 20x/menit

- Suhu : Afebris

Status Generalisata :

Kulit : dalam batas normal

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Status Oftalmologis 19 Januari 2015

STATUS OFTALMIKU

S

OD OS

Visus tanpa koreksi

5/5 1/300

37

Page 39: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Visus dengan koreksi

- -

Refleks fundus + +menurun

Silia / supersilia

- Bulu mata tumbuh sejajar tersusun rapi ke arah luar.

- Alis cukup tebal dan tidak ada bagian yang rontok dan beruban.

- Bulu mata tumbuh sejajar tersusun rapi ke arah luar.

- Alis cukup tebal dan tidak ada bagian yang rontok dan beruban.

Palpebra superior

Edema (-) Edema (+)

Palpebra inferior

Edema (-) Edema (+)

Aparat lakrimalis

Lakrimasi normal Lakrimasi normal

Konjungtiva Tarsalis

Hiperemis (-), Papil (-), folikel

(-), sikatrik (-)

Hiperemis (+), Papil (-), folikel (-), sikatrik (-)

Konjungtiva Forniks

Hiperemis (-) Hiperemis (+)

Konjungtiva Bulbii

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (+)

Injeksi konjungtiva (+)

Sklera Warna Putih Warna putih

Kornea Bening Ulkus di parasentral superior medial ±2mm dari limbus, arah jam 10-11,

diameter 4 mm, Kedalaman 1/3 anterior stromal, infiltrat (+), sel satelit

(+)

Kamera Okuli Anterior

Cukup Dalam Cukup dalam

Iris Coklat Coklat

38

Page 40: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Pupil Refleks cahaya (+/+), diameter = 2-3 mm, bulat, letak sentral

Refleks cahaya (+/+), diameter =2- 3 mm, bulat, letak sentral

Lensa Bening Bening

Korpus vitreum

Bening Sulit Dinilai

Fundus : Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Media Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Papil optikus

Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Makula Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- aa/vv retina

Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Tekanan bulbus okuli

Normal palpasi Normal palpasi

Posisi bulbus okuli

Ortho Ortho

Gerakan bulbus okuli

Bebas Bebas

Gambar

39

Page 41: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Diagnosis Kerja :

Ulkus kornea parasentralis OS ec susp jamur

Diagnosis banding :

Ulkus kornea parasentralis OS ec susp bakteri

Anjuran Pemeriksaan :

1. Fluoresen kornea

2. Laboratorium

- Pewarnaan Gram (+) = PMN ≥ MN

- Pewarnaan Giemsa = PMN ≥ MN

3. Larutan KOH (+)

Pemeriksaan KOH dari kerokan kornea mata kiri, didapatkan hasil :

4. Kultur

40

Page 42: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

Diagnosis :

Ulkus kornea parasentralis OS ec susp jamur

Rencana Terapi :

1. Levocin ed tiap jam

2. Solnazole ed tiap jam

3. SA 2x1 OS

4. Ciprofloxacin 2x500 mg

5. Itrakonazol 1x200 mg

BAB IV DISKUSI

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan stroma

akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan

oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk

ulkus pada kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal atau perifer.

Dari anamnesa pasien mengeluhkan mata kiri merah dan kabur sejak 3 hari sebelum

masuk rumah sakit. Pada 1 hari sebelum itu, mata kiri terkena lentingan mesin gerinda ketika

pasien sedang bekerja. Pasien berobat ke puskesmas, dibei obat makan dan salep mata , tidak ada

41

Page 43: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

perbaikan, dan mata terasa semakin kabur dan mengeluarkan nanah. Riwayat mencuci mata

dengan air daun sirih (+). Pasien merupakan rujukan dari RSUD di Dhamasraya dan datang ke

bangsal mata untuk berobat pada tanggal 17 januari 2015.

Dari pemeriksaan fisik saat pasien di bangsal, pada mata kanan didapatkan visus 5/5,

pada mata kiri didapatkan visus 1/300, edema palpebra (+), konjungtiva hiperemis, injeksi

konjungtiva dan injeksi siliar (+). Pada kornea didapatkan Ulkus di parasentral superior medial ±

2 mm dari limbus, arah jam 10-11, diameter 4 mm, Kedalaman 1/3 anterior stromal, infiltrat (+),

sel satelit (+).

Pemeriksaan penunjang yang bias dilakukan adalah Fluoresen kornea, Laboratorium

Pewarnaan Gram atau giemsa, Larutan KOH (+), dan Kultur. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan didapatkan diagnosis pasien ini adalah

Ulkus kornea parasentralis OS ec susp jamur.

Terapi yang direncanakan selanjutnya pada pasien ini adalah Levocin ed tiap jam ,

Solnazole ed tiap jam, SA 2x1 OS, Ciprofloxacin 2x500 mg, dan Itrakonazol 1x200 mg.

42

Page 44: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophtalmology 17 th ed.

USA Appleton & Lange; 2008. p. 126-49

2. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine. Citied on

January 19th, 2015. Available from: http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm .

3. Olson, R Todd, Pawlina Woiciech. A.D.A.M Student Atlas of Anatomy. 2nd Edition. 2008.

Cambridge: New York.

4. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8, American

Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.38-9

5. Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2005. New York: Thieme. P. 117-44.

43

Page 45: Case Report Session Ulkus Kornea 97-2003 Doc

6. Stephen A. Wilson, M.D and Allen Last, M.D. American Family Physician. University of

Pittsburgh Medical Center St. Margaret Family Practice Residency Program.

2005 Jul 1;70(1):123-128.

7. Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eve P.

General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008. P.8-10

8. Ilyas, Sidarta. et al. Penuntun Ilmu Penyakit Mata FKUI Edisi ke-3. 2008. Balai Penerbit

FKUI: Jakarta.

9. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata

Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2. 2005. Penerbit Sagung

Seto: Jakarta.

10. Farouqui SZ, Central Sterile Cornea Ulceration. Citied on January, 19th, 2015. Available

from: www.emedicine.com .

11. James Mc Culley. Diagnosing dan Managing Corneal Infections. Citied on January 19 th

2015.Availablefrom:http://www.ophthalmologymanagement.com/articleviewer.aspx

?articleID=104385

12. Getry Sukmawati. 2011. Bahan Kuliah Kornea. FK Unand: Padang.

13. American Academy of Ophtalmology . External Disease and Cornea. Basic and Clinical

Science Course, Section 11. The Foundation of AAO. San Fransisco. 2008-2009.

14. Titiyal JS. Standart Treatment Guidelines ; Management of Corneal Injuries and Infections.

New Delhi. Government of India-WHO Collaborative Program 2006-07. 2007. 24-39

15. Soehardjo, Widodo F, Dewi UM. Tingkat keparahan ulkus kornea di RS Dr. Sardjito sebagai

tempat pelayanan matatertier. Yogyakarta, Bagian Ilmu Penyakit Mata FK

UGM/SMF Penyakit Mata RS Dr.Sardjito. 2001

16. Khurana AK, Comprehensive Ophtalmology. Rohtak, 2010.

44