bhbp5 case 1

111
MANAJEMEN KESEHATAN (BHBP 5) PROSES MANAJEMEN DAN PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN Kelompok 5 : 1. Nurul S. Latifah (160110110005) 2 Tresna Zunair Zain ( 160110110008) 3 Nita Agustini (160110110015) 4 Hanifah Septianti (160110110025) 5 Shafira Ananda (160110110035) 6 Intan Nursamsi (160110110046) 7 Mahardhika Putri U. (160110110061) 8 Az Zahra Nur M. (160110110068) 9 Grisella Widjaja ( 160110110081) 10 Selvi Anggun S. (160110110091) 11 Maria Jessica (160110110101) 12 Yuliafanny I. (160110110111) 13 G.A. Savitri K.P. ( 160110110127) 14 Efru Rinaldy ( 160110110137)

Upload: betymelbatobing

Post on 20-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bhbpp

TRANSCRIPT

Page 1: Bhbp5 Case 1

MANAJEMEN KESEHATAN

(BHBP 5)

PROSES MANAJEMEN DAN PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN

Kelompok 5 :

1. Nurul S. Latifah (160110110005)

2 Tresna Zunair Zain ( 160110110008)

3 Nita Agustini (160110110015)

4 Hanifah Septianti (160110110025)

5 Shafira Ananda (160110110035)

6 Intan Nursamsi (160110110046)

7 Mahardhika Putri U. (160110110061)

8 Az Zahra Nur M. (160110110068)

9 Grisella Widjaja ( 160110110081)

10 Selvi Anggun S. (160110110091)

11 Maria Jessica (160110110101)

12 Yuliafanny I. (160110110111)

13 G.A. Savitri K.P. ( 160110110127)

14 Efru Rinaldy ( 160110110137)

15 Bety Melba (160110080080)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Bhbp5 Case 1

DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................3

BAB II....................................................................................................................................6

ISI...........................................................................................................................................6

2.1 Definisi manajemen.....................................................................................................6

2.2 Siklus/Proses Manajemen............................................................................................7

2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen...........................................................................................7

2.3.1 Planning................................................................................................................8

2.3.2 Organizing...........................................................................................................16

2.3.3 Actuating.............................................................................................................30

2.3.4 Controlling and Evaluating.................................................................................41

2.4 Proses Perencanaan Program Kesehatan....................................................................44

2.4.1 Analisis situasi....................................................................................................44

2.4.2 Identifikasi masalah............................................................................................46

2.4.3 Memilih prioritas masalah..................................................................................48

2.4.4 Menentukan tujuan program terpilih...................................................................50

2.4.5 Penyusunan alternatif jalan keluar......................................................................52

2.4.6 Pemilihan prioritas jalan keluar..........................................................................53

2.4.7 Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program...................................................54

2.4.8 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)...................................................56

BAB III................................................................................................................................58

PEMBAHASAN KASUS....................................................................................................58

3.1 Proses Perencanaan Program Kesehatan Gigi dan Mulut..........................................58

3.2 Aspek-aspek Perencanaan Tingkat Puskesmas..........................................................59

3.3 Tipe-tipe Perencanaan dan Rencana Tingkat Puskesmas..........................................61

Page 3: Bhbp5 Case 1

BAB I

PENDAHULUAN

a. Kasus

Puskesmas Sukaramai terletak di Kecamatan Marga dipimpin oleh drg.

Harumi yang sudah bertugas hamper 3 tahun. Sarana dan prasarana di puskesmas

kurang baik. Jumlah pasien rata-rata yang datang ke BP Gigi 20 orang/hari. Tenaga

kesehatan kurang ( 1 dokter gigi dan 1 perawat gigi), sehingga drg. Harumi bertugas

juga sebagai medicus practicus di BP Gigi.

Tugas drg. Harumi sebagai Kepala Puskesmas menjadi tidak focus, sehingga

masalah kesehatan masyarakat belum dapat diatasi dan beberapa Program Puskesmas

tidak mencapai target yang telah ditentukan. Masalah tersebut sudah terjadi di awal

kepemimpinan drg. Harumi dan setelah 3 tahun belum terdapat perubahan.

Pengetahuan dan keterampilan di bidang manajemen tidak dapat diaplikasikan

karena kurang dipahami oleh drg. Harumi, sehingga fungsi-fungsi manajemen di

Puskesmas tidak dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut juga dapat dilihat dari

penjaringan yang seharusnya dilakukan di 8 SD binaan, ternyata hanya dilakukan di 2

SD binaan, dan prevalensi karies anak di 2 SD tersebut juga tinggi yaitu sebesar 95%.

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu-ibu yang datang ke 3 posyandu binaan

juga termasuk dalam kategori rendah. Rencana Program Kesehatan Gigi dan Mulut

dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas harus

dibuat oleh drg. Harumi, agar derajat kesehatan masyarakat dapat diperbaiki.

b. Instruksi

1) Apa masalah yang dihadapi drg. Harumi ?

Page 4: Bhbp5 Case 1

2) Apa penyebab dari masalah tersebut?

3) Tentukan hipotesis dan learning issue dari kasus di atas!

c. Problem

Masalah dalam kasus ini :

a. Sarana prasarana di puskesmas kurang baik

b. Jumlah tenaga kesehatan kurang, drg. Harumi bertugas sebagai medicus

practicus

c. Masalah kesehatan masyarakat belum dapat diatasi

d. Beberapa program Puskesmas tidak mencapai target yang ditentukan :

a. SD binaan target berjumlah delapan, sedangkan yang terlaksana hanya

dua

b. Prevalensi karies anak di 2 SD binaan 95%

c. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu-ibu di 3 posyandu binaan

rendah

e. Pengetahuan dan keterampilan drg Harumi di bidang manajemen kurang baik

f. Rencana program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Sukaramai masih

belum baik dan harus dibuat kembali.

d. Hipotesis

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan manajemen drg. Harumi mengenai

fungsi-fungsi manajemen.

b. Rencana program kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Sukaramai harus

dibuat.

e. Mekanisme

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan manajemen drg. Harumi mengenai

fungsi-fungsi manajemen

Page 5: Bhbp5 Case 1

Drg. Harumi tidak dapat menjalankan fungsi manajemen dengan baik

Program Puskesmas tidak mencapai target

drg Harumi harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajemen

dan membuat rencana program kesehatan

f. Learning objective

a. Fungsi manajemen

1. Definisi manajemen

2. Siklus/proses manajemen

3. Fungsi manajemen : POACE

b. Proses perencanaan program kesehatan

1) Analisis situasi

2) Identifikasi masalah

3) Menentukan prioritas masalah

4) Menentukan tujuan program terpilih

5) Menyusun alternatif jalan keluar/pemecahan masalah

6) Memlilih prioritas jalan keluar/ pemecahan masalah

7) Mengkaji hambatan dan kelemahan jalan keluar terpilih/ uji lapangan

8) Menyusun rencana kerja operasional

Page 6: Bhbp5 Case 1

BAB II

ISI

2.1 Definisi manajemen

Pengertian manajemen menurut beberapa ahli.

1) Robert D Terry : Manajemen adalah upaya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dengan mempergunakan orang lain.

2) Dwight Waldo : Manajemen adalah kegiatan kerja

sama secara rasional yang tercermin pada pengelompokan kegiatan menurut fungsi

yang dilakukan.

3) Encyclopedia of social science : Manajemen adalah suatu proses

dengan upaya untuk mencapai tujuan tertentu, dapat dilaksanakan dan diawasi.

4) Klasik : Manajemen adalah ilmu atau seni

tentang bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien, efektif, dan rasional

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil manajemen adalah proses atau upaya

yang mencakup perencanaan,organisasi,penyelenggaraan,pengawasan dan

evaluating baik sendiri,bersama-sama atau menggunakan sumber daya yang lain

secara efektif,efisien,dan rasional untuk mencapai tujuan tertentu.

Page 7: Bhbp5 Case 1

2.2 Siklus/Proses Manajemen

2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah berbagai jenis tugas/ kegiatan manajemen yang

mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada 4 fungsi utama dalam manajemen:

1) Perencanaan (planning)

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif,

kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai

bentuk usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2) Pengorganisasian (organizing)

Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi

yang ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau

organisasi untuk bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah

ditentukan bersama, baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.

Page 8: Bhbp5 Case 1

3) Pelaksanaan atau penerapan (actuating)

Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana

seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut

bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat

mewujudkan tujuan.

4) Pengawasan (controlling)

Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan 

hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.

2.3.1 Planning

Dalam ekonomi manajemen, perencanaan ialah proses mendefinisikan suatu

tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan

mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Di dalam organisasi,

Perencanaan adalah merancang terlebih dahulu stratak (strategi dan taktik) atau

tindakan apapun yang akan di kerjakan dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang

akan dijalankan, baik menentukan seperti apa kegiatannya, siapa yang berperan

dalam kegiatan itu, dimana lokasi kegiatannya, kapan kegiatan akan dilaksanakan,

mengapa kita mau melakukan kegiatan tersebut dan bagaimanakah proses

kelangsungan kegiatan tersebut. Di sinilah fungsi perencanaan dalam manajemen

baik di organisasi atau di manapun kita tidak akan terlepas dari yang namanya

sebuah perencanaan. Membuat suatu perencanaan ini titdak akan terlepas dari 5w +

1H, yaitu : what, who, where, when, why dan how.

Page 9: Bhbp5 Case 1

1) Definisi Perencanaan Menurut Para Ahli

Para ahli banyak sekali yang mengemukakan pendapatnya tentang definisi

perencanaan, pendapat para ahli tentang mendefinisikan perencanaan ini sangat

berpariatif, antara lain :

(1) Menurut Beishline (1957), menjelaskan bahwa perencanaan yaitu

menentukan apa yang harus dicapai (menentukan waktu secara kualitatif), dimana

hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung

jawab, mengapa hal itu harus dicapai.

(2) Menurut Roger A. Kauffman (1972), mengungkapkan perencanaan adalah

proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan

serta sumber yang diperlukan untuk seefisien dan seefektif mungkin.

(3) E. Mc. Farland dalam bukunya “Supervision Management” bertuliskan

bahwa perencanaan adalah suatu keaktifan pimpinan untuk meramalkan keadaan

yang akan datang dalam mencapai harapan, kondisi dan hasil yang akan datang.

Dari definisi diatas dijelaskan bahwa perencanaan itu sangatlah penting

karena proses perencanaan itu adalah sangatlah menentukan terhadap apa yang kita

harapkan atau yang mau kita lakukan. Dan juga seorang pimpinan itu haruslah

mampu untuk merencanakan segala sesuatu yang akan terjadi, baik sesuatu yang

baik ataupun yang kurang baik.

2) Membuat Perencanaan yang baik

Untuk membuat perencanaan yang baik, kita harus mampu melakukan

berbagai macam tindakan. Antara lain :

Page 10: Bhbp5 Case 1

1.      Memuat beberapa hal penjelasan

Untuk membuat perencanaan yang baik harus bisa memuat beberapa hal

penjelasan, antara lain :

(1) Penjelasan dan perincian kegaitan yang dibutuhkan, sumber daya apa yang

harus diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut agar apa yang menjadi

tujuan bisa dihasilkan.

(2) Pejelasan mengapa rencana itu harus dilakukan aau dikerjakan dan mengapa

tujuan tertentu harus dicapai.

(3) Penjelasan tentang lokasi secara fisik dimana rencana tindakan itu harus

dilakukan sehingga tersedia fasilitas sumber daya yang dibutuhkan.

(4) Penjelasan tentang kapan dimulainya tindakan dan kapan selesainya

tindakan itu disetiap unti organisasinya dengan menggunakan standar waktu yang

telah ditetapkan dalam untinya.

(5) Penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya baik

mengenai kualitas dan kuantitas yang dikaitkan dengan standar mutu.

(6) Penjelasan secara terperinci tentang teknik-teknik mengerjakan tindakan

yang telah ditetapkan, sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan

deangan benar.

2.      Melakukan beberapa macam proses perencanaan

Dengan dapat melakukan beberapa macam proses perencanaan, akan dapat

pula membuat suatu perencanaan yang baik pula, beberapa macam proses tersebut

antara lain :

Page 11: Bhbp5 Case 1

(1) Pendekatan SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, Treath)

Sangat penting untuk melakukan sebuah perencanaan, tetapi kita untuk tidak

asal melakukan suatu perencanaan, kita harus mampu menganalisa hal apapun dari

yang terkecil sekalipun. Faktor-faktor yang harus di analisa ini menyakut kelebihan

atau kekuatan (Strength) yang dimiliki, kelemahan (weaknesses), segala

kemungkinan kesempatan yang akan terjadi (opportunity), dan tantangan apa saja

yang sekiranya akan menghadang (treath).

(2) Kegunaan atau fungsi perencanaan dalam manajemen

Ada beberapa fungsi perencanaan dalam manajemen yang sangat

menguntungkan bagi kita, antara lain :

1. Untuk membedakan arah dari setiap kegiatan dengan jelas sehingga haasil

diperoleh bisa seefektif dan seefisien mungkin.

2. Untuk mengevaluasi setiap tujuan-tujuan yang telah dilakukan sehingga

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dihindari lebih awal.

3. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasi hambatan-

hambatan yang mungkin mincul sehingga lebih waspada dan dapat diselesaikan

dengan cepat.

4. Menghindari pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali.

(3) Tujuan perencanaan

Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan tentang tujuan

perencanaan, yaitu :

1. Untuk memberikan pengarahan baik buat manajer maupun karyawan non

manajerial.

2. Untuk mengurangi ketidak pastian

Page 12: Bhbp5 Case 1

3. Untuk meminimalisir pemborosan

4. Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi

selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusian.

(4) Manfaat Sebuah Perencanaan

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh staf dan pimpinan jika

organisasi memiliki sebuah perencanaan. Mereka akan mengetahui:

1. Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya.

2. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.

3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.

4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.

5. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

(5) Macam-Macam Perencanaan

Sebuah perencanaan ini dapat berupa perencanaan formal dan perencanaan

informal. Perencanaan formal ialah rencananya itu tertulis yang harus disepakati

dan dilaksanakan suatu organisasi dan biasanya merencanakannya pun tidak

individual tetapi merencanakannya dengan bersama-sama didalam suatu organisasi

tersebut. Sedangkan perencanaan informal ialah rencananya itu tidak tertulis dan

juga bukanlah tujuan bersama dalam organisasi, biasanya perencanaan informal ini

bersifat individual.

(6) Hierarki Rencana dalam Organisasi

1. Misi

Misi merupakan arah yang khas bagi suatu organisasi tertentu dalam batas-

batas yang ditentukan oleh maksudnya.

Page 13: Bhbp5 Case 1

2. Tujuan

Keadaan yang diinginkan untuk direalisasikan dihubungkan dengan tujuan

yang ingin dicapai dengan memperkirakan keadaan di masa yang akan datang. Dua

unsur tujuan :

c. Hasil akhir yang ingin dicapai.

d. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Rencana strategis

Rencana Strategis didefinisikan sebagai upaya yang didisiplinkan untuk

membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan membantu

bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa

organisasi mengerjakan itu.

4. Rencana Global (Global Plan)

Yaitu rencana menyeluruh tentang tujuan organisasi yang dipandang

sebagai misi. Analisa penyusunannya meliputi:

a. Strength.

b. Weaknesses.

c. Opportunity.

d. Treath.

5. Rencana Operasional (Operatioanal Plan)

Rencana Operasional adalah bagian rencana strategik yang bersifat jangka

pendek, memuat anggaran dan prinsip - prinsip operasional, terbagi dalam:

a. Rencana sekali pakai

Yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan,

bentuknya:

Program: langkah pokok tercapainya tujuan.

Page 14: Bhbp5 Case 1

Proyek: bagian program yang dipakai sekali dalam setiap kegiatan.

Anggaran: laporan keuangan yang tersusun dalam kegiatan dalam waktu tertentu

yang berguna bagi pengawasan.

b. Rencana tetap

Yaitu pendekatan–pendekatan standar untuk menangani situasi yang

diperkirakan akan terjadi berulang-ulang, bentuknya:

Kebijaksanaan: yaitu pedoman umum pencapaian tujuan.

Prosedur : Urut-urutan kegiatan.

Aturan: Pernyataan boleh atau tidaknya kegiatan dilakukan

6. Program

Program merupakan suatu rencana sekali pakai yang meliputi sejumlah

kegiatan yang luas, meliputi langkah-langkah kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai sasaran, individu atau satuan organisasi yang melaksanakan masing-

masing kegiatan, urusan dan waktu untuk masing-masing langkah.

7. Proyek (Project)

Proyek merupakan suatu rencana sekali pakai yang terdiri dari langkah-

langkah yang sama dengan program tetapi tidak meliputi kegiatan yang luas.

8. Anggaran (Budget)

Anggaran merupakan rencana sumber dan penggunaan keuangan (dana)

untuk melaksanakan kegiatan tertentu dan periode waktu tertentu sehingga

menyangkut berapa dana yang diperlukan dari mana sumbernya untuk kegiatan apa

dan kapan digunakan.

Page 15: Bhbp5 Case 1

9. Kebijaksanaan (Policy)

Kebijaksanaan merupakan petunjuk umum untuk membuat keputusan dari

kebijaksanaan tersebut menentukan batas keputusan, sesuatu dapat dilakukan dan

tidak dapat dilakukan.

10. Prosedur

Prosedur merupakan rencana tetap yang memberikan sejumlah instruksi

yang terperinci untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terjadi secara teratur.

11. Aturan (Rules atau Regulation)

Aturan merupakan ketentuan yang menetapkan bahwa sesuatu kegiatan

tertentu harus dilaksanakan atau tidak boleh dilaksanakan dalam suatu keadaan

tertentu. Setiap orang hanya ada satu pilihan yaitu mematuhinya.

Diagram Hierarki Rencana dalam organisasi. Sumber: Manajemen (T. Hani

Handoko,1999)

Page 16: Bhbp5 Case 1

2.3.2 Organizing

Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Definisi Organizing

Pengorganisaian (organizing) adalah salah satu fungsi manajemen yang juga

memiliki peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi

pengorganisaian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur

penggunaanya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan. (Muninjaya, 2004)

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan, dan

mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang,

dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staff dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. (Muninjaya, 2004)

Organizing, atau dalam bahasa Indonesia pengorganisasian merupakan proses

menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam

perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh,

sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa

semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna

pencapaian tujuan organisasi.

Organisasi juga dapat dipandang sebagai wadah kerja sama sekelompok

orang, atau organisasi bersifat statis. Organisasi juga dapat dikaji dari sisi proses

kerjasama, dalam hal ini organisasi dilihat dari proses kerjasama staf yang berisi

uraian tugas untuk mencapai suatu tujuan, atau organisasi bersifat dinamis.

Organisai juga dapat dikaji dari bagaimana pimpinan menggunakan organisai

untuk mencapai tujuan organisasi, atau organisasi sebagai alat pimpinan.

(Muninjaya, 2004)

Manfaat Organizing (Muninjaya, 2004)

Page 17: Bhbp5 Case 1

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan

dapat mengetahui :

1. Pembagain tugas untuk perorangan dan kelompok. Tugas pokok staf dan

prosedur kerja merupakan dokumen dari fungsi pengorganisasian, digunakan

sebagai panduan kinerja staf.

2. Hubungan organisator antar manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah

organisasi. Hubungan ini akan terlihat pada struktur organisasi.

3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan organisasi akan

melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas-tugas pokok yang

diberikan kepada mereka.

4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisai. Tugas staf dan

pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan diarahkan semaksimal mungkin untuk

membantu staf, baik secara individu maupun kelompok mencaapai tujuan

organisasi.

Proses Pengorganisaian (Muninjaya, 2004)

Ada enam langkah penting dalam menyusun fungsi pengorganisasian.

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah disusun

pada saat fungsi perencanaan.

2. Membagi habis pekerjaan dalam bnetuk kegiatan-kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang membagi tugas pokok organisasi

sesuai visi dan misi organisasi. Dari sini akan muncul gagasan departementalisasi,

pengembangan bidang-bidang, seksi-seksi, dan sebagainya sesuai kegiatan pokok.

3. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang praktis

(elemen kegiatan). Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus

mencerminkan apa yang akan dikerjakan oleh staf.

4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan

fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

5. Memilih dan menempatkan staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas.

Page 18: Bhbp5 Case 1

6. Mendelegasikan wewenang.

Organisasi dan Struktur Organisasi (Endang, 2009)

Struktur organisasi menurut Gibson, Ivancehevich, dan Donelly (1997)

diperlukan guna menjamin manajemen yang efektif. Struktur organisasi dihasilkan

dari keputusan manajerial mengenai 4 (empat) atribut penting dari seluruh

organisasi yaitu pembagian pekerjaan, dasar departementasi, ukuran departemen,

dan pendelegasian wewenang.

Dimensi inti dari struktur organisasi menurut Robbins (1994) adalah

kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi. Kompleksitas merujuk pada tingkat

diferensiasi yang ada di dalam organisasi. Diferensiasi terdiri atas diferensiasi

vertikal yaitu merujuk pada kedalaman struktur, diferensiasi horizontal yang

mempertimbangkan tingkat pemisahan horizontal diantara unit-unit berdasarkan

orientasi pada pegawainya, sifat dari tugas yang mereka laksanakan, dan tingkat

pendidikan serta pelatihan, dan diferensiasi spasial yaitu tingkat sejauh mana lokasi

fasilitas dan para pegawai organisasi tersebar secara geografis.

Formalisasi merujuk pada tingkat sejauhmana pekerjaan di dalam organisasi

itu distandarisasikan. Jika suatu pekerjaan sangat diformalisasikan, maka pemegang

pekerjaan itu hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa yang harus

dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus melaksanakannya.

Dengan demikian formalisasi adalah suatu ukuran tentang standarisasi atau dengan

kata lain formalisasi adalah tingkat sejauh mana peraturan, prosedur, dan

komunikasi ditulis.

Sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan

pada suatu titik tunggal di dalam orgainisasi atau sentralisasi dinyatakan sebagai

tingkatsejauh mana kekuasaan formal dapat membuat kebijaksanaan

dikonsentrasikan pada satu individu, sebuah unit, atau suatu tingkat (biasanya pada

tingkat tinggi dalam organisasi).

Page 19: Bhbp5 Case 1

Menurut Mintzberg dalam Robbins (1994), setiap struktur organisasi

mempunyai 5 (lima) bagian dasar, yaitu:

1. The operating core - Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang

berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa;

2. The strategic apex - Pemimpin tingkat puncak yang diberi tanggung jawab

keseluruhan organisasi;

3. The middle line - Pemimpin yang menjadi penghubung operating core dan

strategic apex;

4. The technostructure - Para analis yang mempunyai tanggung jawab untuk

melaksanakan bentuk standarisasi tetentu dalam organisasi;

5. The support staff - Pegawai yang mengisi unit staf yang mempunyai jasa

pendukung tidak langsung kepada organisasi.

MACAM ORGANISASI

Jika ditinjau dari pembagian dan pelaksanaan fungsi serta wewenang yang

dimiliki oleh satuan organisasi, maka organisasi secara umum dapat dibedakan atas

tiga macam, yakni :

1) Organisasi Lini

Disebut sebagai organisasi lini (line/command organization) jika dalam

pembagian tugas serta wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan

organisasi pimpinan dengan satuan organisasi pelaksana. Pada organisasi lini

peranan pemimpin sangat dominan, segala kendali berada di tangan pemimpin,

serta dalam melaksanakan kegiatan, yang diutamakan adalah wewenang dan

perintah. Bentuk organisasi lini adalah yang tertua di dunia yang lazimnya efektif

pada organisasi kecil, jumlah karyawan sedikit, perangkat organisasi terbatas,

kegiatan dan tujuan organisasi sederhana serta pimpinan organisasi sekaligus adalah

pemilik organisasi.

Page 20: Bhbp5 Case 1

Keuntungan dari organisasi lini ialah pengambilan keputusan cepat,

kesatuan arah dan perintah lebih terjamin serta pengawasan dan koordinasi lebih

mudah. Sedangkan kerugiannya adalah karena keputusan diambil oleh satu orang

maka keputusan tersebut sering kurang sempurna serta dibutuhkan pemimpin yang

berwibawa dan berpengetahuan luas, yang tidak mudah ditemukan.

Lebih lanjut, karena pada organisasi lini yang dipentingkan ialah pelaksana

perintah, maka unsur manusiawi sering terabaikan. Padahal unsur tersebut sangat

penting dalam menciptakan suasana kerja yang kondusif. Dalam bagan organisasi

pelaksana wewenang secara lini ini sering digambarkan dalam bentuk garis penuh.

Gambar. Organisasi Lini (sumber : Azrul Azwar.Pengantar Administrasi

Kesehatan, Edisi 3)

2) Organisasi Staf

Disebut sebagai organisasi staf (staff organization) jika dalam organisasi

dikembangkan satuan organisasi staf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.

Pada umumnya orang-orang yang duduk dalam satuan organisasi staf ini

ialah mereka yang ahli dan berasal dari berbagai spesialisasi sesuai dengan

kebutuhan. Bentuk organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari

Page 21: Bhbp5 Case 1

organisasi lini. Sebagai akibat makin kompleksnya masalah-masalah organisasi,

pimpinan telah tidak dapat lagi menyelesaikan semuanya. Dalam keadaan yang

seperti ini pimpinan tersebut membutuhkan bantuan, yakni dari mereka yang duduk

dalam satuan organisasi staf.

Patut dipahami bahwa bantuan yang diberikan oleh staf tersebut, hanya

bersifat nasehat saja, sedangkan keputusan dan pelaksanaan dari keputusan tersebut

tetap berada di tangan pimpinan.

Keuntungan dari organisasi staf ialah keputusan dapat lebih baik, karena

telah dipikirkan oleh sekelompok kalangan ahli. Sedangkan kerugiannya ialah

pengambilan keputusan lebih lama dari pada organisasi lini dan oleh karena itu

dapat menghambat kelancaran program. Dalam bagan organisasi pelaksanaan

wewenang secara staf ini sering digambarkan dalam bentuk garis putus-putus.

Gambar. Organisasi Staf (sumber : Azrul Azwar.Pengantar Administrasi

Kesehatan, Edisi 3)

Page 22: Bhbp5 Case 1

3) Organisasi Lini dan Staf

Disebut sebagai organisasi lini dan staf (line and stafforganization) jika

dalam organisasi di samping tetap ditemukan satuan organisasi pimpinan juga

dikembangkan satuan organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini peranan staf tidak

hanya terbatas pada pemberian nasehat tetapi juga diberikan tanggung jawab

melaksanakan kegiatan tertentu. Pada dasarnya bentuk organisasi ini merupakan

perkembangan lebih lanjut dari organisasi staf. Sebagai akibat makin kompleksnya

suatu organisasi maka bantuan yang diharapkan dari staf tidak hanya berupa

pemikiran saja, tetapi juga telah menyangkut pelaksanaannya.

Keuntungan dari organisasi ini ialah keputusan yang diambil lebih baik

karena dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang dan

karena itu dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting,

pengembangan bakat dapat dilakukan sehingga mendorong disiplin dan tanggung

jawab kerja yang tinggi. Sedangkan kelemahannya ialah pengambilan keputusan

lebih lama serta jika staf tidak mengetahui batas-batas wewenangnya dapat

menimbulkan kebingungan pelaksana. Dalam bagan organisasi pelaksanaan

wewenang secara lini dan staf yang dasarnya bersifat bantuan, tersebut sering

digambarkan dengan bentuk titik-titik.

Page 23: Bhbp5 Case 1

Gambar. Organisasi Lini dan Staf (sumber : Azrul Azwar.Pengantar Administrasi

Kesehatan, Edisi 3)

Sulit untuk menentukan organisasi mana yang paling baik. Secara umum

disebutkan bahwa setiap bentuk mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri

yang dapat saja dimanfaatkan tergantung dari situasi dan kondisi yang dimiliki.

Hanya saja disesuaikan dengan kehidupan masyarakat modern yang

majemuk sebagaimana yang dialami kini, haruslah diakui bahwa bentuk organisasi

yang paling banyak dipergunakan, termasuk dalam bidang kesehatan, ialah bentuk

yang ketiga yakni organisasi lini dan staf.

BENTUK ORGANISASI

1. Ditinjau dari Jumlah Pucuk Pimpinan

a. Bentuk organisasi tunggal adalah organisasi yang pucuk pimpinannya ada di

tangan seorang. Sebutan jabatan untuk bentuk tunggal antara lain Presiden,

Direktur, Kepala, Ketua; di dalam struktur organisasi pemerintahan dikenal sebutan

jabatan Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Walikotamadya, Camat, Lurah;

dalam struktur organisasi perguruan tinggi dikenal sebutan jabatan Rektor, Dekan.

b. Bentuk organisasi jamak adalah organisasi yang pucuk pimpinannya ada di

tangan beberapa orang sebagai satu kesatuan. Sebutan jabatan yang digunakan

antara lain Presidium, Direksi, Direktorium, Dewan, Majelis.

2. Ditinjau dari Saluran Wewenang

a. Bentuk organisasi jalur adalah organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan

dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam semua bidang

pekerjaan, baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan.

b. Bentuk organisasi fungsional adalah organisasi yang wewenang dari pucuk

pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam bidang

Page 24: Bhbp5 Case 1

pekerjaan tertentu; pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua

pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya.

c. Bentuk organisasi jalur dan staff adalah organisasi yang wewenang dari pucuk

pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam semua

bidang pekerjaan baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan; dan di bawah

pucuk pimpinan atau pimpinan satuan organisasi yang memerlukan diangkat

pejabat yang tidak memiliki wewenang komando tetapi hanya dapat memberikan

nasehat tentang keahlian tertentu.

d. Bentuk organisasi fungsional dan staff adalah organisasi yang wewenang dari

pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam

bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja dapat memerintah semua

pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya; dan di bawah pucuk

pimpinan atau pimpinan satuan diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang

komando tetapi hanya dapat memberikan nasehat tentang bidang keahlian tertentu.

e. Bentuk organisasi fungsional dan jalur adalah organisasi yang wewenang dari

pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya dalam

bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja berhak memerintah kepada

semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya; dan tiap-tiap

satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja.

f. Bentuk organisasi jalur, fungsional dan staff adalah organisasi yang wewenang

dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan organisasi di bawahnya

dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada

semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya; dan tiap-tiap

satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja; dan di

bawah pucuk pimpinan atau pimpinan bidang diangkat pejabat yang tidak memiliki

Page 25: Bhbp5 Case 1

wewenang komando tetapi hanya dapat memberikan nasehat tentang bidang

keahlian tertentu.

PRINSIP ORGANISASI

A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam

bukunya “Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa

prinsip-prinsip organisasi meliputi :

1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas. 

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan

demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi,

mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan

yang berkualitas dan lain-lain.

2. Prinsip Skala Hirarkhi.

  Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari

pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas

dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang

efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

 

3. Prinsip Kesatuan Perintah.

  Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab

kepada seorang atasan saja.

 4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.

  Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan

pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada

bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya

Page 26: Bhbp5 Case 1

hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi

kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang

lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada

atasannya. 

5. Prinsip Pertanggungjawaban.

Dalam menjalankan tugasnya setiap anggota harus bertanggung jawab

sepenuhnya kepada atasan.

6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.

  Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas

atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan

pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari

masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan

memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta

menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7. Prinsip Rentang Pengendalian.

  Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh

seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan

bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai

yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya. 

8. Prinsip Fungsional.

  Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus

jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab

daripekerjaannya. 

Page 27: Bhbp5 Case 1

9. Prinsip Pemisahan.

  Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung

jawabnya kepada orang lain. 

10.   Prinsip Keseimbangan.

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan

organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan

tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui

aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana

(tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya

akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta,

Bandung, atau Surabaya. 

11.  Prinsip Fleksibilitas

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan

sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya

pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu

menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

12. Prinsip Kepemimpinan.

  Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau

dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses

kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut. 

Peran Manajer dalam Organisasi

Menurut Ichak Adizesdi dalam buku organizational behavior ada empat

fungsi manajerial yang perlu di kembangkan di dalam sebuah organisasi sebagai

Page 28: Bhbp5 Case 1

sistem social jika organisasi tersebut ingin berkembang secara efektif. Keempat

peran manajerial adalah sebagai producer untuk meningkatkan dan

mengembangkan berbagai produk peleyanan. Peran ini juga disebut sebagai

achiever, sebagai implementor karena bertugas untuk mengembangkan langkah-

langkah praktis untuk menerapkan semua keputusan yang sudah diambil bersama,

sebagai innovator yaitu mengambangkan gagasan yang bersifat inovatif, dan

sebagai integrator yaitu mengintegrasikan semua potensi dan gagasan yang ada di

dalam sebuah organisasi berhubungan erat dengan keempat subsistem di dalam

organisasi.

Seorang manajer yang berperan sebagai producer diharapkan mampu

membawa organisasi mencapai berbagai hasil yang minimal sama atau bahkan

melebihi jika dibandingkan dengan organisasi lainnya yang sejenis. Untuk

mengembangkan peran manajer, seorang yang menjadi manajer dituntut untuk

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik tentang bidang tugasnya

masing-masing. Fungsi manajerial seperti ini erat kaitannya dengan sub sistem

ekonomi di dalam sebuah organisasi. Agar lebih produktif, seorang manajer tidak

hanya memerlukan keterampilan yang bersifat teknis (technical skill), dan bekerja

sendiri (individual producer), melainkan ia harus mampu bekerjasama dengan orang

lain untuk mencapai tujuan organisasi (group producer). Untuk menjadi seorang

implementor, seorang manajer di bidang kesehatan harus mampu membuat jadwal

kerja, mengkoordinasi staf yang lain, memantau pekerjaannya, berdisiplin dan

berdedikasi terhadap tugasnya. Di dalam menerapkan peran ini, seorang manajer

lebih banyak menggunakan subsistem administrative (structural subsystem) di

dalam organisasi.

Meskipun sukses mengembangkan peran sebagai producer dan

implementor, seorang manajer juga harus mampu berperan sebagai innovator.

Melalui peran manajerial ini, seorang manajer organisasi kesehatan harus tetap

mewaspadai adanya perubahan lingkungan terutama yang berkembang di

masyarakat yaitu transisidemografi, transisiepidemiologi, transisiekonomi, transisi

Page 29: Bhbp5 Case 1

social dan sebagainya. Berbeda dengan peran sebagai administrator yang hanya

bertugas hanya melaksanakan sebuah rencana atau melaksanakan sebuah keputusan,

seorang manajer yang inovatif harus berani mengadakan kajian dan penyesuaian

tujuan organisasi dengan perubahan lingkungan, dan mengembangkan sendiri plan

of action untuk dirinya sendiri. Peran manajerial seperti ini identik dengan peran

seorang entrepreneur yang mampu menggerakkan dirinya sendiri (self starter).

Peran manajerial sebagai innovator erat kaitannya dengan subsistem informasi di

dalam organisasi.

Menurut Adizes, ketiga peran manajer sebagai producer (achiever),

implementor (edministrator), daninnovator, belum dianggap lengkap untuk

mendorong pengmbangan organisasi agar berfungsi secara optimal, mandiri, dan

berkelanjutan. Jika peran manajer sebagai integrator belum dihayati dan

dikembangkan, perkembangan organisasi akan tertunda apabila manajer silih

berganti. Peran manajerial seperti ini harus diterjemahkan kedalam peran untuk

mengembangkan strategi individu menjadi strategi kelompok. Tujuan individu

seharusnya harmonis dengan tujuan kelompok. Jika sebuah organisasi sudah

berkembang secara mandiri dengan tujuan yang jelas, dihayati oleh setiap individu

yang bekerja di dalam organisasi tersebut dan manajernya mampu menetapkan arah

pengembangan organisasi sepanjang waktu tanpa tergantung dari seseorang yang

memegang tampuk kepemimpinan.

Tidak ada seorang manajer pun yang mampu bekerja sendir untuk

mengembangkan organisasinya secara optimal, seorang manajer pasti akan

membutuhkan orang lain di dalam organisasinya untuk diajak bekerjasama.

Administrator yang mampu menerjemahkan langkah-langkah baru kedalam sistem

organisasi untuk menghasilkan produk yang lebih baik harus ada.Selain itu, harus

ada orang-orang yang akan melaksanakan semua keputusan organisasi menjadi

langkah-langkah praktis yang lebih efisien. Namun, fungsi manajer yang terpenting

adalah sebagai integrator.

Page 30: Bhbp5 Case 1

Tabel. Hubungan antara peran manajer dan subsistem dalam organisasi

2.3.3 Actuating

Actuating

Pengertian Actuating

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)

merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan

pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses

manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan

yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating

merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa

hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan

sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga

ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya

untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai

pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan

secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya

Dalam kamus lain actuating diartikan juga sebagai implementasi dari

perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam

Page 31: Bhbp5 Case 1

satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan

bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya

untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai

pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan

secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini

adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :

1. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,

2. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,

3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadiatautugas lain yang lebih

penting, atau mendesak,

4. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan

5. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

Fungsi dan Peranan Actuating

Pertama, adalah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan

(directing) dan komunikasi (communication) (Nawawi, 2000:95). Dijelaskan pula

bahwa pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara,

menjaga/mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik

secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari

usaha mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2000 : 95).

Kedua, penggerakan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk

menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan

Page 32: Bhbp5 Case 1

dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal

sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan

langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian

yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi

sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya

manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja

organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran,

keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan

program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

Tujuan actuating

Actuating sendiri memiliki beberapa tujuan, adapun tujuan aktuasi tingkat

puskesmas adalah :

1. Menciptakan kerjasama yang harmonis, serasi, berdaya guna dan berhasil guna

mengembangkan kemauan dan kemampuan kerja pegawai puskesmas

2. Menumbuhkan rasa memiliki, rasa bertanggungjawab, dan menyukai pekerjaan

3. Mengusahakansuasanalingkungankerja yang kondusif yang dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi kerja pegawai puskesmas.

4. Membuat organisasi Puskesmas dinamis dan berkembang

Klasifikasi Tingkatan Manajer dan Keterampilannya

Manajer adalah orang yang bekerja melalui orang lain dengan

mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan mereka guna mencapai sasaran organisasi.

Selain itu ada pula yang mendefinisikan manajer sebagai orang yang bertanggung

jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam suatu organisasi yang

dijalankan bersama para anggotanya.

Page 33: Bhbp5 Case 1

Klasifikasi tingkatan manajer dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Manajer puncak

Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-

keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,

direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah

konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk

dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.

2. Manajer menengah

Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi,

artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain.

Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu

tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi.

3. Manajer bawah/lini

Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah

ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki

keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yang mencakup prosedur, teknik,

pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor.

Di dalam melaksanakan tugas, setiap tingkatan manajer mempunyai fungsi

utama atau keahlian yang berbeda yaitu:

1. Keahlian Teknik (Technical Skill) yaitu keahlian tentang bagaimana cara

mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang teriri atas pengarahan dengan

motivasi, supervisi dan komunikasi. .

Page 34: Bhbp5 Case 1

2. Keahlian Manajerial (Managerial Skill) yaitu keahlian yang terkait dengan hal

penetapan tujuan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan

pengawasan.

Keterampilan manajer secara umum, terdapat empat keterampilan manajer

pada masing-masing tingkat manajer:

1.Keterampilan konseptual

Keterampilan atau kemampuan mental untuk mengkordinasikan dan

mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.

2.Keterampilan Kemanusiaan

Kemampuan untuk saling bekerja sana dengan memahami dan memotivasi

orang lain.

3.Keterampilan Administrasi

Kemampuan yang ada hubungannya dengan fungsi manajemen yang

dilakukan.

4.Keterampilan Teknik

Kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur, dan metode

dari suatu bidang tertentu.

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer

membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut

adalah:

1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Page 35: Bhbp5 Case 1

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk

membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide

serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan

untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi

suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan

atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan

keterampilan untuk membuat rencana kerja.

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan

keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain,

yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus

selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan

komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan

merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.

Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas,

menengah, maupun bawah.

3. Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada

tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk

menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer,

memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua

keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:

1. Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer

untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana.

Page 36: Bhbp5 Case 1

2. Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan

cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang

paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top

manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama,

seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif

yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi

setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik.

Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia

pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

Keterampilan dan Pengetahuan yang Harus Dimiliki Seorang Manajer

1. Motivasi

Alasan mengapa para ahli manajemen sangat perlu mempelajari motivasi.

Karena motivasi sangat mempengaruhi performance kerja. Dari formasi berikut

dapat dilihat varabel yang mempengaruhi performance kerja adalah kemampuan

kerja dan motivasi kerja.

Masalah klasik dari jaman dahulu sampai sekarang yang selalu dihadapi oleh

manajer adalah dua kelompok besar yang memiliki dimensi banyak, yaitu;

Page 37: Bhbp5 Case 1

a. Masalah motivasi kerja : Kebiasan kerja yg buruk, seperti tidak disiplin,

suka bolos, mencari komisi untuk pembelian alat kantor, terlambat pada jam

istirahat, menggunakan telpon perusahaan untuk pribadi, dan lain sebagainya.

b. Masalah kemampuan kerja : Masalah kualitas kerja yg tidak sesuai dengan

harapan. Ini menyangkut masalah pengetahuan dan keterampilan.

Kedua masing-masing variabel tersebut bila dicari faktor yang mempengaruhi

adalah; Varabel motivasi sangat dipengaruhi oleh karakter atau kepribadian

karyawan dan lingkungan kerja dan rumah tangga. Sedangkan kemampuan kerja

sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pengetahuan yang dimiliki, dan tingkat

keterampilan karyawan yang bersangkutan.

Dari Hasil penilaian prestasi kerja dan pengamatan para penyelianya kita

dapat menentukan mana karyawan yang motivasi rendah dan keterampilan rendah,

motivasi tinggi-kemampuan kerja tinggi, motivasi tinggi-kemampuan kerja rendah,

dan motivasi rendah-kemampuan kerja tinggi. Komposisi ini dapat saja berubah,

ada kalanya karyawan berada dalam motivasi tinggi tetapi dalam kondisi tertentu

Page 38: Bhbp5 Case 1

motivasi menjadi rendah. Sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan karakter

karyawan. Mungkin bonus atau kenaikan gajih yang ditunda bisa saja menjadi

penyebabnya.

Motivasi dapat ditularkan. Ketika lingkungan kerja termotivasi, maka

karyawan yang tidak termotivasi dapat ditularkan. Begitu pula sebaliknya. Jika

sebagaian besar karyawan berada pada motivasi tinggi-kemampuan tinggi, maka

karyawan lain mungkin akan mudah mengikutinya.

2. Komunikasi

Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan berinteraksi secara baik

dengan banyak orang. Disebut juga keterampilan kemanusiaan. Kepada bawahan

bersifat mengayomi, persuasif, dan bersahabat. Kepada rekan kerja saling

menghormati. Kepada customer dan atasan bersifat melayani. Manajer

berkomunikasi dengan baik kepada semua orang, membagi visinya, dan membuat

semua orang menjadi tim sukses visi tersebut.

3. Kepemimpinan

Program kerja, eksekusi, dan evaluasi diperlukan komitmen, ketegasan, dan

keberanian. Karenanya manajer betul-betul harus menjadi  pemimpin, dan tidak

terlalu terpengaruh terhadap hal-hal yang tidak perlu. Manajer yang kuat akan

menciptkan trust kepada lingkungannya, dan menumbuhkan teamwork yang solid.

4. Pengarahan

Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain

mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan

jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang

perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang lain apa yang harus

dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta atau

Page 39: Bhbp5 Case 1

bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan

baik.

Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi

terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka hendaknya

pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang pemimpin. Seorang

manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-masukan kepada

anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi kerja anggota. Seorang

anggota juga layaknya manusia biasa yang senang dengan adanya suatu perhatian

dari yang lain, apabila perhatian tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja

mereka.

Dari definisi diatas terdapat suatu cara yang tepat untuk digunakan yaitu:

c. Melakukan orientasi tentang tugas yang akan dilakukan

d. Memberikan petunjuk umum dan khusus

e. Mempengaruhi anggota, dan

f. Memotivasi

Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan

lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya. Pengarahan pada

dasarnya akan berkaitan dengan :

a. Faktor individu dalam kelompok

b. Motivasi dan kepemimpinan

c. Kelompok kerja dan,

d. Komunikasi dalam organisasi

5. Pengawasan

Seorang pemimpin atau manajer harus memiliki kemampuan pengawasan

dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama pengarahan

dan pengawasan pekerjaan orang lain (para bawahan). Dengan bimbingan dan

Page 40: Bhbp5 Case 1

pengarahan, koordiansi dan pengawasan, pemimpin berusaha mencegah terjadinya

kekeliruan atau kesalahan setiap unit atau perseorangan dalam melaksanakan

volume dan beban kerjanya atau perintah dari pimpinannya.

6. Supervisi

Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan

pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang

dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera

diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar,

1996).

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar,

2009) :

a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja

ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,

serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara

atasan dan bawahan.

b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi

kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan

bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia

akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah

tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin

pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat,

dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan

organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).

Page 41: Bhbp5 Case 1

2.3.4 Controlling and Evaluating

Kontrol dan evaluasi merupakan fungsi manajemen terakhir yang bertujuan

untuk mengendalikan agar pelaksanaan selalu sesuai dengan rencana dan menilai

apakah tujuan program dapat tercapai.

Kontrol dan evaluasi dilaksanakan secara berdampingan. Kontrol program

dilakukan untuk hasil evaluasi yang lebih baik karena dengan mengontrol program,

pelaksanaan program dapat mencapai tujuan yang diinginkan tanpa adanya

simpangan. Perbedaannya adalah sebagai berikut :

Kriteria Kontrol Evaluasi

Sumber data Data primer Data primer dansekunder

Pelaksana Pihak dalam Pihak luar

Waktu Setiap saat sesuai dengan

fungsi manajer

Setelah kegiatan

dilaksanakan

Sifat Formatif (memperbaiki

tugas staf, kualitas dan

produktivitas)

Formatif dan sumatif

Berikut adalah tahap-tahap dari evaluasi :

1. Memahami program yang akan dinilai

Beberapa hal yang perlu dipahami untuk menilai suatu program antara lain:

- Latar belakang dilaksanakannya program

- Masalah lahirnya program

- Tujuan yang ingin dicapai

- Kegiatan yang dilakukan untuk mencapainya

- Organisasi dan tenaga pelaksana

- Sumber daya yang dipergunakan

Page 42: Bhbp5 Case 1

- Waktu dan pentahapan program

- Tolak ukur criteria keberhasilan

2. Menentukan macam dan ruang lingkup penilaian

3. Menyusun rencana penilaian, syarat rencana penilaian harusnya

mengandung :

g. Tujuan : jelas dana dan tolak ukurnya.

h. Macam data dan keterangan yang diperlukan

i. Sumber data :baik, akurat dan lengkap.

j. Cara mendapatkan data

k. Cara menarik kesimpulan

4. Pelaksanaan penilaian

Dalam pelaksanaan penilaian kita harus mencatat semua kegiatan serta hasil

yang diperoleh.

5. Menarik kesimpulan

Setelah hasil penilaian didapat, kemudian penilaian harus disimpulkan,

sesuai dengan cara yang telah ditetapkan dalam rencana penilaian. Beberapa hal

yang harus dilakukan dalam menarik kesimpulan antara lain :

a. Kesimpulan keberhasilan program

Disini kita melihat seberapa jauh keberhasilan program dan tujuan apa saja

yang telahdicapai (output & impact)

b. Kesimpulannilaiprogram

Nilai efektifitas juga diberikan apabila program dapat mengatasi latar

belakang masalah yang dihadapi. Nilai efisiensi diberikan apabila dengan sumber

biaya dan sumber daya yang minimal program dapat berhasil mencapai tujuan

dengan maksimal.

6. Menyusun saran-saran

Page 43: Bhbp5 Case 1

Penyusunan saran-saran bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan program

pada masa yang akan datang.

Penerapan fungsi control pada puskesmas :

- LAM ( Local Area Monitoring)

- PIAS-PWS (Pemantauan Ibu dan Anak - Pemantauan Wilayah

Setempat)

- Supervisi, monitoring, evaluasi, audit internal keuangan

puskesmas

2.4 Proses Perencanaan Program Kesehatan

2.4.1 Analisis situasi

1.1 Pengertian analisis situasi

Kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang suatu situasi

yang berguna untuk menetapkan masalah. Analisis situasi bertujuan untuk:

1) Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik

2) Mempermudah penentuan prioritas

3) Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah

1.2 Jenis Data yang dikumpulkan dengan pendekatan Blum.

1) Analisis kependudukan

(1) Jumlah penduduk

(2) Pertumbuhan penduduk

(3) Struktur umur

(4) Mobilitas penduduk

(5) Pekerjaan

2) Analisis masalah kesehatan/ penyakit

Page 44: Bhbp5 Case 1

Analisa status kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa

yang dihadapi. Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran status kesehatan

secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut

tempat dan waktu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis.

Ukuran yang digunakan adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan

(morbiditas).

3) Analisis perilaku kesehatan

Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan. Dapat

menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori

lainnya.

4) Analisis lingkungan kesehatan

Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang

paling besar terhadap derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang

berhubungan dengan kesehatan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu aspek

lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan sosial.

(1) Lingkungan fisik

Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya

adalah faktor lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu, cuaca, manusia

lain, pemandangan, suara, bau, dan lain-lain. Yang semua aspek tersebut besar

kecilnya dapat mempengaruhi terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan

masyarakat.

Analisis lingkungan fisik ini dapat dilakukan dengan mempergunakan data

yang diperoleh dari sumber-sumber data yang ada seperti Badan Meteorologi dan

Geofisika, BPS, dan lain-lain.

(2) Lingkungan biologis

Page 45: Bhbp5 Case 1

Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi,

kuman penyakit, vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai jenis indikator

dalam menganalisis lingkungan biologis seperti akses terhadap air bersih, jumlah

jamban dan pembuangan sampah, keberadaan vektor penyakit. Tergantung dari

jenis datanya.

(3) Lingkungan sosial-ekonomi

Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat

bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

derajat kesehatan.

Tingkat ekonomi masyarakat juga juga dapat menjadi indikator dari

kemampuan masyarakat untuk ikut menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses

ke pelayanan kesehatan saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan

dapat pelayanan kesehatan secara optimal.

Mengenai lingkungan sosial dapat berguna dalam menganalisis situasi

kesehatan. Misalnya secara sosial diketahui bahwa penderita penyakit kusta selalu

dikucilkan dari pergaulan karena dianggap dapat menularkan ke orang lain.

Data yang diperlukan untuk menganalisis lingkungan kesehatan diantaranya

adalah indikator ekonomi daerah seperti produk domestik bruto per kapita,

perkembangan pendapatan asli daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk data

lingkungan sosial diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat

seperti organisasi sosial kemasyarakatan.

5) Analisis program dan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana.

Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitative. Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang

input, proses, output dan dampak dari pelayanan kesehatan

Page 46: Bhbp5 Case 1

2.4.2 Identifikasi masalah

15.1 Pengertian identifikasi masalah

Identifikasi masalah adalah suatu tahapan proses merumuskan masalah

untuk mengenali masalah yang ingin diselesaikan. Salah salah satu cara untuk

memudahkan seseorang mengungkapkan atau menyatakan identifikasi masalah

dengan baik adalah dengan mengetahui secara jelas masalah yang dihadapi.

15.2 Jenis masalah di bidang kesehatan

1) Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional

kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status

kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-

pedesaan masih cukup tinggi.

2) Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.

3) Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat

adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi

peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda

pada waktu yang bersamaan (double burden)

4) Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih

rendah.

5) Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.

6) Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.

7) Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.

8) Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi

kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu

sistem kesehatan kewilayahan.

9) Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber

daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat

tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem

informasi.

Page 47: Bhbp5 Case 1

15.3 Cara mengidentifikasi masalah

1) Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.

2) Survailance epidemilogi atau pemantauan penyebaran penyakit

3) Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan

perencanaan kesehatan.

4) Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.

2.4.3 Memilih prioritas masalah

Definisi

Proses menentukan masalah yang paling utama dengan skala

prioritas, setelah mendata atau melakukan survei langsung dimasayarakat tentang

berbagai masalah kesehatan yang ada.

Teknik pemilihan prioritas masalah

a. Teknik skoring

Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan

score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter

yang dimaksud yaitu

1.    Besarnya masalah

2.    Berat ringannya akibat yang ditimbulkan

3.    Kenaikan prevalensi masalah

4.    Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut

5.    Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan.

6.    Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah

7.    Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.

Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain :

1. Cara Bryant

Page 48: Bhbp5 Case 1

Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika dan

Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu :

a. Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap masalah

tersebut penting

b.  Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit tersebut

c. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkakn penyakit

tersebut

d.  Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk

mengatasinya. 

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi scoring, kemudian

masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antara masalah-

masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat

prioritas yang tinggi pula. 

2. Cara Ekonometrik

Cara ini dipergunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai adalah :

1) Magnitude (M), yakni kriteria yang menunjukkan besarnya masalah

2) Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok penduduk yang

terkena masalah

3) Vulnerability (V), yaitu ada tidaknya metode atau cara

penanggulangan yang efektif.

4) Cost (C) , yaitu biaya yang diperlukan untuk penanggulangan

masalah tersebut.

Hubungan keempat kriteria dalam menentukan prioritas masalah (P) adalah

sebagai berikut:

P   =  M . I . V

C

3. Metode Hanlon & Delbecqa

Page 49: Bhbp5 Case 1

Sumber informasi yang dipergunakan dapat berasal dari :

· Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota

· Saran dan pendapat nara sumber

· Peraturan pemerintah yang relevan

Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing

adalah :

1. Kelompok kriteria A  = besarnya masalah

2. Kelompok kriteria B   = tingkat kegawatan masalah

3. Kelompok kriteria C   = kemudahan penanggulangan masalah

4. Kelompok kriteria D  =  Pearl faktor, dimana :

P      = Kesesuaian

E      = Secara ekonomi murah

A      = dapat diterima

R      = Tersedianya sumber

L      = Legalitas terjamin

b. Teknik non skoring

Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter,

dilakukan bila tersedia data  yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara

menetapkan prioritas masalah yang lazim  digunakan adalah :

2. Delphin Technique

Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan

sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan

melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk

mengemukakan beberapa masalah  pokok, masalah yang paling banyak

dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.

3.  Delbech Technique

Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok

orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu

Page 50: Bhbp5 Case 1

untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi

peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang

banyak dikemukakan adalah prioritas.

2.4.4 Menentukan tujuan program terpilih

a. Definisi

Proses setelah menetapkan prioritas masalah dimana yang kita menetapkan

tujuan dan target dari masalah tersebut. Tujuan tersebut secara umum dapat di

bedakan atas dua macam yakni tujuan umum dan tujuan khusus

b. Macam tujuan

1. Tujuan umum

Syarat rumusan tujuan umum (goal), yang baik banyak macamnya. Jika

disederhanakan dapat dibedakan atas tiga ,macam yakni :

1) Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi

Rumusan tujuan umum pada dasarnya dikembangkan dari misi organisasi.

Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan umum, harus di upayakan adanya

keterkaitan dengan misi organisasi.

2) Jelas keterkaitannya dengan masalah yang ingin di capai

Rumusan tujuan umum pada dasarnya menggambarkan keadaan umum yang

ingin di capai apabila masalah dapat diatasi. Oleh karena itu dalam merumuskan

tujuan umum harus di upayakan adanya keterkaitan dengan masalah yang inign di

atasi.

3) Menggambarkan keadaan yang ingin di capai

Page 51: Bhbp5 Case 1

Rumusan tujuan umum harus menggambarkan keadaan yang ingin di capai

buka nmenggambrkan kegiatan yang akan dilakukan. Rumusan tujuan umum yan

baik adalah yang mempergunakan kata benda bukan kata kerja.

2. Tujuan khusus

Syarat rumusan tujuan khusus (objective) banyak macamnya kecuali harus

memenuhi semua syarat rumusan tujuan umum, juga harus mempunyai tolak ukur.

Tolak ukur yang dimaksu di bedakan atas lima macam, yakni tentang apa

masalah yang ingin di atasi oleh rencana kerja yang akan dilaksanakan, siapa yang

akan memperoleh manfaat apabila rencana kerja dilaksanakan kerja akan

dilaksanakan, berapa besarnya target yang kan dicapai, serta berapa lama rencana

kerja akan dilaksanakan.

2.4.5 Penyusunan alternatif jalan keluar

Penyusunan alternative jalan keluar dan pemilihan prioritas jalan keluar

merupakan dua kegiatan yang dilakukan dalam tahap penetapan prioritas jalan

keluar. Tahapan ini dilakukan setelah prioritas masalah berhasil ditetapkan.

Penyusunan alternative jalan keluar merupakan kegiatan pertama yang harus

dilakukan setelah prioritas masalah ditetapkan. Kegiatan ini adalah kegiatan

penting. Hal ini dikarenakan terkait dengan upaya memperluas wawasan, jika

berhasil diwujudkan akan besar perananya dalam pelaksanaan jalan keluar. Hal

yang dibutuhkan untuk menyusun alternative jalan keluar adalah berpikir kreatif

(creative thinking). Teknik berpikir kreatif yang banyak digunakan adalah teknik

analogi atau sering disebut dengan synectic technique. Langkah-langkah yang

ditempuh dalam penyusunan alternative jalan keluar adalah sebagai berikut:

1) Menentukan berbagai penyebab masalah

Dalam penentuan berbagai penyebab masalah maka dilakukan curah

pendapat atau dikenal sebagai brain storming dengan membahas data yang telah

dikumpulkan. Alat yang dapat membantu kegiatan ini adalah diagram hubungan

Page 52: Bhbp5 Case 1

sebab-akibat. Dalam penentuan berbagai penyebab masalah, beberapa hal yang

dimanfaatkan adalah pengetahuan, pengalaman, dan data yang tersedia. Ketiga hal

ini disatukan maka dapat ditentukan berbagai penyebab masalah secara teoritis.

2) Memeriksa kebenaran penyebab masalah

Dikarenakan berbagai penyebab masalah yang ditetapkan sementara bersifat

teoritis maka dibutuhkan pemeriksaan ulang tentang kebenarannya. Pemeriksaan

ulang ini dikenal sebagai confirmation. Hal ini dapat dilakukan dengan

pengumpulan data tambahan dan uji statistic mengenai keadaan di lapangan

sebenarnya bagaimana. Jika terdapat penyebab masalah yang tidak ada hubungan

dengan faktanya maka penyebab masalah ini dapat disingkirkan.

3) Mengubah masalah ke dalam bentuk kegiatan

Jika daftar penyebab masalah yang hasil uji statistiknya sesuai maka

dilanjutkan dengan mengubah daftar masalah tersebut ke dalam bentuk kegiatan.

Setelah terbentuk kegiatan kemudian dapat dipikirkan alternative jalan keluar apa

yang dapat dilakukan.

2.4.6 Pemilihan prioritas jalan keluar

Pemilihan prioritas jalan keluar dari beberapa alternative yang ada bukanlah

hal yang mudah dilakukan. Kegiatan ini harus dilakukan dengan seksama. Prioritas

yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan dari suatu organisasi. Dalam

penentuan prioritas perlu dilihat keuntungan dan kerugian dari masing-masing

alternative. Jika alternatif yang ada terlalu susah untuk dipilih atau ketersediaan

sumber daya yang terbatas maka cara yang dianjurkan adalah memakai teknik

criteria matriks. Dua criteria yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

1) Efektivitas jalan keluar

Setiap alternative jalan keluar diberi nilai efektivitas mulai dari angka 1

(tidak efektif) sampai angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar yang digunakan

adalah alternative yang paling efektif. Dalam penentuan nilai ini maka harus

Page 53: Bhbp5 Case 1

diperhatikan beberapa kriteria berikut: besarnya masalah yang dapat

diselesaikan(magnitude. Semakin besar masalah dapat diatasi maka semakin

penting alternative ini), pentingnya jalan keluar (importancy. Semakin bertahan

lama masalah ini selesai maka semakin tinggi nilai alternative ini), dan sensivitas

jalan keluar(vulnerability. Semakin cepat masalah dapat diselesaikan maka semakin

diutamakan alternative ini).

2) Efesiensi jalan keluar

Setiap alternative diberikan nilai efisiensi mulai dari angka 1 (tidak efisien)

sampai angka 5 (paling efisien). Nilai efisiensi biasanya dihubungkan dengan biaya

(cost). Semakin besar biaya yang dikeluarkan maka semakin tidak efisien

alternative tersebut. Prioritas (P) didapatkan dari hasil magnitude (M) x importancy

(I) x vulnerability (V) dibagi dengan cost C.

2.4.7 Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program

Langkah keempat proses penyusunan rencana adalah mengkaji kembali

hambatan dan kelemahan program yang pernah dilaksanakan. Tujuannya adalah

untuk mencegah timbulnya hambatan serupa. Selain mengkaji hambatan yang

pernah dialami , juga dibahas prediksi kendala dan hambatan yang mungkin akan

terjadi di lapangan pada saat program dilaksanakan

Jenis hambatan dan kelemahan program dapat dikategorikan ke dalam :

1. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi

Hambatan ini merupakan aspek terlemah organisasi. Motivasi kerja staf

rendah, pengetahuan dan ketrampilan mereka kurang, staf belum mampu

mengembangkan pastisipasi masyarakat setempat. Peralatan sterlisasi belum

tersedia atau dana untuk membeli peralatan tsb tidak dialokasikan. Arus informasi

tentang pelaksanaan program sangat lamban karena data yang tersedia kurang dapat

dipercaya , kurang akurat dan diolah secara manual.

Page 54: Bhbp5 Case 1

Laporan kegiatan program tidak dilaksanakan untuk menyusun rencana

kegiatan program sehingga staf terperangkap saat rutinisme, laporan kegiatan

program dibuat asal jadi saja, laporan ada tapi kegiatan sering tidak dilakukan,

supervisi lemah. Jumlah dana operasional masih kurang, turunnya juga sering

terlambat dan masih sering dipotong alokasinya oleh Dikes Kabupaten/Kota.

Waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan oleh staf untuk menyusun rencana

kerja harian atau untuk melakukan supervise ke lapangan. Semua jenis hambatan ini

sebenarnya harus dilakukan pada saat melakukan analisis situasi tetapi lebih

difokuskan pada analisis internal organisasi (sumber daya dan proses kegiatan

program)

2. Hambatan yang terjadi pada lingkungan

Hambatan geografis ( jalan rusak), iklim atau musim hujan, masalah tingkat

pendidikan masyrakat yang masih rendah, sikap dan budaya masyarakat yang tidak

kondusif ( mitos, hal yang dianggap tabu). Semua kendala dan hambatan yang

bersumber pada lingkungan ini sebaiknya dianalisis pada saat melakukan kajian

terhadap perilaku sehat-sakit masyarakat. Perilaku masyarakat yang kurang

partisipasif adalah kendala utama pelaksanaan program. Di satu sisi, keadaan

lingkungan ini tidak selalu dianggap kendala, tetapi dijadikan sebuah tantangan

yang perlu diantisipasi atau diatasi agar tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan

program. Masalahnya rendahnya pendidikan, jalan rusak, kurangnya air minum

adalah kendala yang harusnya ditangani sector lain ( pendidikan, pembangunan,

ekonomi, PU, PDAM)

Setelah semua hambatan dianalisis kemudian ditetapkan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Susun daftar semua hambatan. Hambatan mungkin terjadi pada staf atau

pelaksana, peralatan, dana, waktu , geografis, iklim, dan peran serta masyarakat

Page 55: Bhbp5 Case 1

b. Pilih hambatan yang dapat dihilangkan, mana yang dianggap tantangan

untuk dimodifikasi atau dikurangi, mana yang tidak bisa dihilangkan sam sekali

c. Kaji kembali tujuan operasional kegiatan yang sudah disusun tetapi tetap

waspada dan was-was pada kendala yang terjadi dilapangan. Alternatif kegiatan

yang dipilih untuk mencapai tujuan program dan sudah mempertimbangkan

berbagai hambatan dan kendala di lapangan diharapkan akan memberikan hasil

yang lebih optimal, sehingga pelaksanaan menajemen program dilapangan lebih

efektif, efisien, dan rasional

2.4.8 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

Hambatan (kelemahan) yang bersumber dari dalam organisasi harus dikaji

dulu sebelum RKO disusun. Jika tidak, program yang akan dilaksanakan akan

terhambat dengan faktor internal organisasi. Faktor lingkungan diluar organisasi

seperti peran serta masyarakat dan kerja sama lintas sector juga penting dikaji

sebagai bagian daro strategi pengembangan program di lapangan.

Pada saat memasuki fase ini, tim perencana sudah menetapkan tujuan dan

target yang ingin dicapai. Proses perencanaan yang terakhir adalah menetapkan

alternative kegiatan dan sumber data pendukung. Langkah ini dilakukan sebelum

proses penyelengara RKO. Format RKO terdiri dari :

1. Alasan utama disusunnya RKO (WHY)

Tulis dengan jelas tujuan operasional atau hasil yang ingin dicapai. Dalam

tujuan harus jelas target yang ingin dipakai. Target ini dapat dipakai manager

program untuk mengukur keberhasilan program, misalnya turunnya kejadian diare

sampai 30% dalam kurang 3 tahun.

2. Kegiatan Program (HOW)

Jelaskan langkah praktis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

program termasuk bagaimana mengatasi berbagai hambatan-kendala yang mungkin

Page 56: Bhbp5 Case 1

muncul selama kegiatan berlangsung, misalnua meningkatkan pemasangan JAGA

sampai 10% setiap tahunnya. Untuk itu perlu ditingkatkan peran serta masyarakat

untuk memasang JAGA dengan memasukan program JAGA ini ke dalan

perencanaan pembanguna kesehatan masyarakat desa.

3. Pelaksana dan sasarannya (WHO)

Berbagai kegiatan program harus ada penanggungjawabnya dan staf yang

akan melaksanakan rencana kegiatan tsb. Pada bagian ini perlu ada penjelasan

tentang jumlah dan jenis kualifikasi staf yang perlu dimiliki oleh staf pelaksana.

Demikian pula dengan cara merekea diorganisasi , uraian tugasnya , sasaran

kegiatan program dan jumlah kelompok penduduk yang di harapkan menerima

pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu.

4. Sumber Daya Pendukung

Buat daftar jenis dan jumplah perawatan yang diperlukan dan yang sudah

tersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. Berapa dana yang diperlukan,

berapa besar alokasinya untuk setiap jenis kegiatan, apakah ada kebutuhan dana

tambahan.

5. Tempat (WHERE)

Diberikan penjelasan tempat kegiatan program. Hal ini penting untuk

dijlaskan tentang transport, dana , jenis komunikasi yang dibutuhkan untuk

mendukung kegiatan program.

6. Waktu pelaksana (WHEN)

Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan, kapan dimulai dan kapan

berakhirnya. Untuk kegiatan tahunan, fase kegiatannya dibagi dalam bulan,

Kegiatan bulanan dibagi dalam fase minggu,harian.

Page 57: Bhbp5 Case 1

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Proses Perencanaan Program Kesehatan Gigi dan Mulut

Pada kasus ini, penyebab dari tidak tercapainya target pada program

Puskesmas Sukaramai adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan drg Harumi

sebagai kepala puskesmas tersebut mengenai fungsi-fungsi manajemen maka dari

itu drg Harumi perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajemennya

sehingga drg Harumi dapat membuat rencana program kesehatan gigi dan mulut

serta kesehatan umum untuk memperbaiki masalah kesehatan masyarakat yang

terjadi.

Untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien, pimpinan

Puskesmas dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi-

fungsi yang harus dilaksanakan oleh pimpinan Puskesmas secara terorganisasi,

berurutan dan berkesinambungan. Banyak ahli manajemen mengemukakan teori

tentang fungsi-fungsi manajemen, tergantung dari sudut pandangnya.

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Puskesmas diadaptasi dari fungsi

manajemen yang dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi evaluating

(Penilaian), sehingga fungsi-fungsi manajemen Puskesmas adalah sebagai berikut:

1) Planning (Perencanaan) : sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan

tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk

mencapainya.

2) Organizing (Pengorganisasian) : serangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan memanfaatkan

secara efisien untuk mencapai tujuan Puskesmas.

3) Actuating (Penggerakan Pelaksanaan) : proses pembimbingan kepada staf

agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya

Page 58: Bhbp5 Case 1

sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, dan dukungan sumber

daya yang tersedia.

4) Controlling (Pengawasan/Pembimbingan) : proses untuk mengamati secara

terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan

mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpanagan. Pelaksanaan fungsi manajemen

ini memerlukan perumusan standar kinerja (standard performance).

5) Evaluating (Penilaian) : suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat

keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan

hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan

dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang dapat

dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (Azwar, 1998).

Setelah drg Harumi mempelajari fungsi manajemen maka drg Harumi dapat

menerapkan materi yang sudah dipelajari beliau dalam sistem manajemen

Puskesmas yang dikepalai beliau. Selain fungsi manajemen, drg. Harumi juga harus

mempelajari proses perencanaan program kesehatan umum serta gigi dan mulut.

Berikut penjelasan mengenai proses perencanaan yang berkaitan dengan kasus ini.

3.2 Aspek-aspek Perencanaan Tingkat Puskesmas

Dalam perencanaan Puskesmas terdapat 3 (tiga) aspek pokok yang harus

diperhatikan. Ketiga aspek tersebut adalah hasil dari pekerjaan perencanaan

(outcome of planning) Puskesmas, perangkat organisasi Puskesmas yang

dipergunakan untuk melakukan pekerjaan perencanaan (mechanic of planning)

Puskesmas, serta proses atau langkah-langkah melakukan pekerjaan perencanaan

(process of planning) Puskesmas. Uraian dari masing-masing aspek ini secara

sederhana adalah sebagai berikut :

Page 59: Bhbp5 Case 1

1. Hasil dari pekerjaan perencanaan Puskesmas

Hasil dari pekerjaan perencanaan (outcome of planning) disebut sebagai

rencana (plan), yang dapat berbeda antara satu pekerjaan perencanaan dengan

pekerjaan perencanaan lainnya. Hasil pekerjaan perencanaan yang dilakukan oleh

Puskesmas adalah rencana Puskesmas. Hasil pekerjaan perencanaan pada

Puskesmas Sukaramai ini adalah meningkatnya kesehatan gigi dan mulut warga

desa Marga serta pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas

Sukaramai.

2. Perangkat perencanaan Puskesmas

Perangkat perencanaan (mechanic planning) adalah satuan organisasi yang

ditugaskan dan atau yang bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan

perencanaan. Pada suatu organisasi yang kecil dan sederhana seperti Puskesmas,

tidak ada perangkat khusus yang membidangi perencanaan. Perencanaan Puskesmas

dilakukan oleh para penanggung jawab program Puskesmas dengan

mengikutsertakan seluruh pegawai dibawah koordinasi kepala Tata Usaha dengan

bimbingan dan pengarahan kepala Puskesmas. Pada kasus ini, diharapkan drg

Harumi mengajukan permohonan penambahan tenaga kesehatan karena tenaga

kesehatan yang ada kurang sehingga drg Harumi dapat lebih mudah dalam

mengkoordinasikan masing-masing tanggung jawab dari pegawainya.

3. Proses perencanaan

Proses perencanaan (process of planning) adalah langkah-langkah yang

harus dilaksanakan pada pekerjaan perencanaan. Berbeda dengan hasil dan

perangkat, proses perencanaan ini pada dasarnya adalah sama untuk berbagai

pekerjaan perencanaan. Untuk dapat menghasilkan suatu rencana yang baik,

sebaiknya langkah-langkah yang ditempuh adalah sama.

Page 60: Bhbp5 Case 1

Dari ketiga aspek perencanaan tersebut, yang terpenting bukanlah hasil atau

perangkat perencanaan, melainkan proses perencanaan. Untuk keberhasilan

pekerjaan perencanaan, sangat dianjurkan untuk memahami proses perencanaan.

Proses perencanaan Puskesmas harus mengikutsertakan seluruh pegawai Puskesmas

secara partisipatif.

3.3 Tipe-tipe Perencanaan dan Rencana Tingkat Puskesmas

Ada 2 (dua) tipe utama rencana Puskesmas, yaitu Rencana Strategik

Puskesmas, dan Rencana Operasional Puskesmas.

1. Rencana Strategik Puskesmas

a. Pengertian Rencana Strategik Puskesmas

Rencana Strategik Puskesmas adalah rencana jangka menengah atau jangka

panjang Puskesmas yang menggambarkan arah yang harus dituju serta langkah

yang harus dilaksanakan. Rencana Strategik Puskesmas memusatkan perhatian

untuk melakukan pekerjaan yang benar dan efektif dan bertujuan agar Puskesmas

berfungsi dengan baik serta tanggap dan antisipatif terhadap lingkungan Puskesmas.

b. Tahapan - Tahapan Penyusunan Rencana Strategik Puskesmas

1) Perumusan Visi Puskesmas

Untuk mencapai tujuan Puskesmas yang telah ditetapkan, diperlukan

perumusan visi Puskesmas yang akan diwujudkan, karena visi itulah yang berperan

sebagai “pemandu” tindakan semua stakeholder Puskesmas di masa depan. Dalam

kasus ini, visi dari Puskesmas Sukaramai adalah “Desa marga sehat 2014”.

2) Perumusan Misi Puskesmas

Misi Puskesmas adalah maksud atau alasan mendasar diselenggarakannya

program dan kegiatan Puskesmas. Misi Puskesmas disusun dari konteks masalah,

Page 61: Bhbp5 Case 1

potensi, dan kebutuhan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Misi

puskesmas merupakan upaya untuk mewujudkan visi puskesmas menjadi

kenyataan. Pada kasus ini, misi yang dapat diwujudkan adalah meningkatkan

kesehatan umum serta gigi dan mulut masyarakat desa Marga.

3) Perumusan Tujuan Puskesmas (goal formulation) atau penetapan sasaran (setting

objective)

Tujuan Puskesmas merupakan hasil akhir yang diharapkan. Tujuan

Puskesmas yang jelas membuat organisasi, pimpinan, dan pegawai Puskesmas

dapat melaksanakan tugas dan memanfaatkan serta mendayagunakan sumber daya

secara efisien. Tujuan dari Puskesmas Sukaramai adalah meningkatkan derajat

kesehatan umum serta gigi dan mulut masyarakat sekitar desa Marga.

4) Perumusan Strategi Puskesmas

Strategi merupakan suatu pernyataan tentang cara-cara yang akan digunakan

di masa depan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi yang dapat

disusun drg. Harumi dapat berupa pemberian penyuluhan ke SD yang ada di sekitar

desa Marga, atau penyuluhan kepada perkumpulan ibu-ibu di desa Marga.

5) Perumusan Kebijakan Puskesmas

Kebijakan Puskesmas Sukaramai dapat berupa aturan mengenai jam kerja

atau ketentuan tanggung jawab masing-masing pegawai.

6) Penetapan Program dan Kegiatan Puskesmas

Program Puskesmas adalah rencana komprehensif yang meliputi

penggunaan sumber daya untuk masa yang akan datang dalam bentuk sebuah pola

yang terintegrasi dan yang menetapkan suatu urutan program dan kegiatan yang

perlu dilaksanakan serta jadwal waktu untuk masing-masing program dan kegiatan

tersebut dalam rangka usaha mencapai tujuan Puskesmas. Sebuah program dapat

Page 62: Bhbp5 Case 1

meliputi : tujuan, kebijaksanaan, prosedur, metode, standar, penanggung jawab,

serta anggaran.

2. Rencana Operasional Puskesmas

Rencana Operasional Puskesmas Sukaramai bertujuan untuk menyelesaikan

masalah mengenai kurangnya SD yang seharusnya dibina, menurunkan prevalensi

karies yang tinggi pada anak-anak SD, serta pemberian penyuluhan mengenai

kesehatan gigi dan mulut kepada ibu-ibu di desa Marga. Berikut uraian Rencana

Operasional Puskesmas Sukaramai.

Langkah-Langkah Perencanaan Program Kesehatan

1. Analisis Situasi

Berdasarkan kasus yang dialami drg. Harumi analisis situasi didapatkan dari

data primer, yaitu data yang didapatkan dari Puskesmas Sukaramai itu sendiri. Dari

8 SD yang harusnya dibina, hanya 2 SD yang menjadi SD binaan dengan prevalensi

karies di kedua desa tersebut sangat tinggi, yakni 95%. Berdasarkan observasi,

ditemukan bahwa pengetahuan ibu-ibu yang datang ke 3 posyandu binaan mengenai

kesehatan gigi dan mulut masih masuk kategori rendah.

Berdasarkan data potensi organisasi kesehatan, hanya terdapat seorang

kepala puskesmas yang berperan sekaligus sebagai medicus practicus yaitu drg.

Harumi, dengan pengetahuan yang kurang memadai mengenai manajemen

kesehatan. Selain itu juga hanya terdapat seorang dokter gigi dan seorang perawat

gigi, dengan jumlah pasien 20 orang per hari.

Berdasarkan data sarana dan prasarana, Puskesmas Sukaramai memiliki

sarana dan prasarana yang kurang baik.

2. Mengidentifikasi Masalah dan Prioritasnya

Berdasarkan analisis situasi yang ada, didapatkan masalah-masalah sesuai

prioritasnya sebagai berikut:

Page 63: Bhbp5 Case 1

a. Pengetahuan dan keterampilan drg. Harumi sebagai kepala puskesmas

kurang memadai, sehingga fungsi-fungsi manajemen tidak dilaksanakan dengan

baik

b. Tenaga kesehatan dan sarana prasarana puskesmas kurang baik

c. Pengetahuan ibu-ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut termasuk kategori

rendah

d. Jumlah SD binaan tidak mencapai target, dengan 2 SD yang dibina

berprevalensi karies tinggi, yakni 95%

Prioritas masalah disusun berdasarkan besarnya masalah, pengaruh masalah

tersebut terhadap prevalensi karies, keuntungan yang akan didapatkan jika masalah

tersebut diatasi, dan teknologi yang tersedia untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Jika fungsi-fungsi manajemen telah dikuasai oleh kepala puskesmas, pengelolaan

puskesmas akan menjadi lebih baik. Setelah itu, jika SDM ditambah, maka kerja

puskesmas akan menjadi lebih ringan karena ditanggung bersama, sehingga

masalah yang teratasi akan lebih banyak dan cepat.

Kemudian pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

disosialisasikan kepada ibu-ibu terlebih dahulu, dengan harapan ibu-ibu akan

menerapkannya dirumah kepada anggota keluarga lainnya termasuk anak-anak.

Setelah itu barulah dilakukan penyuluhan kepada anak-anak SD binaan dalam

upaya menurunkan prevalensi karies.

3. Menetapkan Tujuan dan Sasaran

Ada dua tujuan dalam perencanaan program kesehatan, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus. Dalam kasus ini, tujuan umumnya adalah mengatasi masalah

kesehatan masyarakat dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan

tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan mengenai manajemen

kesehatan beserta fungsi-fungsinya, meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang

datang ke posyandu mengenai kesehatan gigi dan mulut, serta menurunkan

Page 64: Bhbp5 Case 1

prevalensi karies di 8 SD binaan puskesmas. Ada dua sasaran dari tujuan ini, yaitu

drg. Harumi sebagai kepala puskesmas dan penduduk Kecamatan Marga.

4. Merencanakan Ketenagaan

Dalam merealisasikan program ini, drg. Harumi dapat memanfaatkan

potensi yang sudah dimiliki masyarakat pada umumnya misalnya perkumpulan ibu-

ibu PKK, remaja karang taruna, bekerjasama dengan pejabat setempat misalnya

camat, serta kepala sekolah dan guru-guru dari SD binaan.

5. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan

Dalam merencanakan program ini, ada beberapa hambatan dan kelemahan

yang mungkin akan dijumpai drg. Harumi. Contohnya adalah hambatan waktu,

berapa lama waktu yang dibutuhkan drg. Harumi sebagai kepala puskesmas untuk

mempelajari manajemen kesehatan untuk kemudian menerapkannya di Puskesmas

Sukaramai. Contoh lainnya adalah antusiasme dan motivasi penduduk Kecamatan

Marga yang masih dipertanyakan mengenai upaya untuk menyukseskan program

ini. Upaya drg. Harumi untuk menambah sumber daya di Puskesmas Sukaramai

juga tentu bukan hal yang mudah, semuanya perlu dilakukan dengan kerja keras.

6. Memantau dan Menilai

Dalam tahap ini, yang dipantau dan dinilai adalah biaya dan waktu yang

dibutuhkan, jenis kegiatan yang dilakukan, serta berapa biaya yang dikeluarkan

untuk melaksanakan program ini hingga selesai.

7. Menyusun Jadwal/Waktu

Setelah semua tahap diatas dilakukan, susun jadwal dan waktu yang tepat

untuk melaksanakan program-program tersebut. Hal ini sangat penting karena

dibutuhkan perencanaan jadwal yang tepat, jangan sampai jadwal terlalu singkat

untuk program yang membutuhkan jangka panjang, maupun sebaliknya.

Page 65: Bhbp5 Case 1

8. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Setelah semua tahap diatas dilaksanakan, penulis menyarankan

terlaksananya program-program sebagai berikut:

a. Pelatihan manajemen kesehatan kepada drg. Harumi dan praktisi kesehatan

di Puskesmas Sukaramai

b. Sosialisasi mengenai kesehatan gigi dan mulut kepada ibu-ibu Desa Marga

c. Penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut di 8 SD binaan Puskesmas

Sukaramai

Proses Perencanaan Program Kesehatan

1. Analisis Situasi

Langkah analisis situasi dimulai dengan menganalisis data laporan yang

telah dimiliki oleh organisasi (data  primer) atau mengkaji laporan lembaga lain

(data sekunder) yang datanya dibutuhkan, observasi, dan wawancara. Langkah

analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan jenis data atau fakta yang berkaitan

dengan masalah kesehatan yang dijadikan dasar penyusunan perencanaan. Data

yang diperlukan terdiri dari:

a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess).

b. Data kependudukan.

c. Data potensi organisasi kesehatan.

d. Keadaan lingkungan dan geografi.

e. Data sarana dan prasarana.

Proses pengumpulan data untuk analisis situasi dapat dilakukan dengn cara:

Page 66: Bhbp5 Case 1

1) Mendengarkan keluhan masyarakat melalui pengamatan langsung

kelapangan.

2) Membahas langsung masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan

yang dikembangkan bersama tokoh-tokoh formal dan informal masyarakat

setempat.

3) Membahas program kesehatan masyarakat dilapangan bersama petugas

lapangan kesehatan, petugas sektor lain, atau bersama dukun bersalin yang ada

diwilayah kerja puskesmas.

4) Membaca laporan kegiatan program kesehatan pada pusat-pusat pelayanan

kesehatan di suatu wilayah.

5) Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistik kependudukan,

laporan khusus, hasil survei, petunjuk pelaksanaan program kesehatan, dan laporan

tahunan.

2. Identifikasi masalah

Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat diperoleh dari berbagai cara

antara lain:

a. Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.

b. Pemantauan penyebaran penyakit

c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan

kesehatan.

d. Hasil kunjungan lapangan supervisi.

3. Menetapkan prioritas masalah

Page 67: Bhbp5 Case 1

Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan banyak masalah kesehatan yang

menunggu untuk ditangani. Karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga

dan teknologi, maka tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus.

Untuk itu maka harus dipilih masalah yang mana yang lebih feasible untuk

dipecahkan. Proses pemilihan prioritas masalah dapat dilakukan melalui dua cara,

yaitu:

a. Melalui teknik skoring, yaitu memberikan nilai/skor terhadap masalah tersebut

dengan menggunakan ukuran/parameter antara lain:

1) Prevalensi penyakit atau besarnya masalah.

2) Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (severity).

3) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of

need).

4) Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social

benefit).

5) Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility).

6) Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

(resources availability).

Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila

masalahnya besar diberi 5 paling tinggi, dan bila sangat kecil diberi nilai 1.

Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang mempunyai nilai

tertinggi/terbesar adalah yang di prioritaskan, masalah yang memperoleh nilai

terbesar kedua dan selanjutnya.

b. Melalui teknik non skoring

Page 68: Bhbp5 Case 1

Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok,

oleh sebab itu, juga disebut nominal group technique (NGT). Ada dua NGT, yaitu:

1) Delphi technique

Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai

keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah

yang disepakati bersama.

2) Delbeg technique

Melalui dikusi kelompok, namun peserta diskusi terdiri dari para peserta

yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu,

sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang

akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

4. Menentukan Tujuan

Menentukan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-

ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan tersebut. Semakin jelas

rumusan masalah kesehatan maka akan semakin mudah menentukan tujuan.

Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara kongkret dan dapat diukur.

Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat

SMART: spesific (jelas sasarannya dan mudah dipahami oleh staf pelaksana),

measurable (dapat diukur kemajuannya), appropriate (sesuai dengan strategi

nasional, tujuan program dan visi/misi institusi, dan sebagainya), realistic (dapat

dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang ada), time bound

(sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk mencapai

tujuan program seuai dengan target waktu yang telah ditetapkan).

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan program:

Page 69: Bhbp5 Case 1

1) Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan.

2) Tujuan harus sesuai dengan masalah, terget ditetapkan sesuai dengan

kemampuan organisasi, dan dapat diukur.

3) Tujuan operasional biasanya ditetapkan dengan batas waktu (batas

pencapaiannya) dan hasil akhir yang ingi dicapai pada akhir kegiatan program (dead

line).

4) Berbagai macam kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan.

5) Masalah, faktor penyebab masalah, dan dampak masalah yang telah dan

akan mungkin terjadi di masa depan sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

Kriteria penyusunan masing-masing tujuan sesuai dengan hierarkinya adalah

sebagai berikut:

4) Goal (tujuan umum): bersifat jangka panjang, masih umum, abstrak, dan

tidak terpengaruh oleh perubahan situasi.

5) Tujuan kebijaksanaan: merupakan bagian dari goal, sasaran populasinya

belum ada. Tujuan ini sudah bersifat spesifik karena bersifat sektoral dan ditujukan

untuk masyarakat di desa.

6) Tujuan program: target populasinya sudah lebih jelas, ada identifikasi

dampak khusus yang dapat diukur jika tujuan program tercapai.

7) Tujuan pelayanan: tujuan ini sudah memiliki kejelasan atau spesialisasi jenis

dan tingkat pelayanan yang perlu dilaksanakan.

8) Tujuan sumber: tujuan di sini memerlukan identifikasi masukan spesifik

(input atau sumber daya tertentu) untuk mencapai tujuan pelayanan.

Page 70: Bhbp5 Case 1

9) Tujuan implementasi: tujuan di sini menjelaskan produk spesifik yang ingin

di capai dan juga dapat di ukur.

Pada umumnya tujuan dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Tujuan umum : suatu tujuan bersifat umum, dan masih dapat di jabarkan ke

dalam tujuan-tujuan khusus, dan umumnya masih abstrak.

2) Tujuan khusus : tujuan-tujuan yng di jabarkan dari tujuan umum.

5. Mengkaji hambatan dan kelemahan program

Jenis hambatan atau kelemahan dapat di kategorikan ke dalam :

a. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi

1) Motivasi kerja staf rendah.

2) Pengetahuan dan keterampilan kurang.

3) Arus informasi tentang pelaksaaan program lamban.

4) Peralatan belum tersedia.

5) Laporan kegiatan tidak di manfaatkan untuk menyusun rencana kegiatan.

6) Jumlah dana operasional kurang.

7) Waktu yang tersedia tidak digunakan untuk menyusun rencana kerja.

b. Hambatan yang terjadi pada lingkungan

1) Hambatan geografi (jalan rusak).

2) Iklim atau musim hujan.

3) Tingkat pendidikan masyarakat rendah.

Page 71: Bhbp5 Case 1

4) Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif.

5) Prilaku masyarakat yang kurang partisipatif.

6. Menyusun rencana kegiatan

Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya

kegiatan mencakup 3 kegiatan pokok, yakni:

1) Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang di lakukan

sebelum kegiatan pokok dilaksanakan. Misalnya: perizinan, rapat koordinasi.

2) Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program yang

bersangkutan.

3) Kegiatan pada tahap penilaian yakni kegiatan untuk mengevaluasi seluruh

kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.

Langkah-langkah sebelum menetapkan rencana kegiatan:

a. Alasan utama disusun rencana kegiatan.

b. Tujuan yang ingin dicapai.

c. Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya).

d. Pelaksana dan sasarannya (siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran

kegiatan).

e. Sumber daya pendukung.

f. Tempat (dimana kegiatan akan dilaksanakan).

g. Waktu pelaksanaan (kapan kegiatan akan dikerjakan).

Page 72: Bhbp5 Case 1

7. Menetapkan sasaran (target group).

Sasaran (target group) adalah kelompok mayarakat tertentu yang akan

digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran progrm kesehatan

biasanya dibagi dua, yakni:

a.   Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh program.

b. Sasaran tidak langsung, yakni kelompok yang menjadi sasaran antara program

tersebut, namun berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung.

8. Menyusun jadwal pelaksanaan

Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat tergantung dengan

jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam

rangka mencapai tujuan.

9. Organisasi dan staf

Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi dan sekaligus staf

yang akan melaksanakan kegiatan atau program tersebut. Dismping itu juga

diuraikan tugas (job description) masing-masing staf pelaksana tersebut.

10. Rencana anggaran

Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan

kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya rincian rencana

biaya ini dikelompokan menjadi:

a. Biaya personalia

b. Biaya operasianal

c. Biaya sarana dan fasilitas

Page 73: Bhbp5 Case 1

d. Biaya penilaian

11. Pelaksanaan

Melaksanakan semua kegiatan yang sudah direncanakan untuk mencapai

tujuan yang telah disepakati.

12. Evaluasi

Rencana evalusi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan

untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah

dicapai.

Page 74: Bhbp5 Case 1

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE

Manajemen Kesehatan. Edisi @ AA. Gede Muninjaya. Penerbit Buku Kedokteran

EGC.Jakarta.2004.

Muninjaya, Gd. 2004. Manajemen Kesehatan : Edisi 2. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

http://ridwanamiruddin.com/2007/04/26/bab-v-identifikasi-masalah-kesehatan/

http://gustinerz.com/?p=2354

http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/perencanaan-program-kesehatan.html

http://ais-zakiyudin.blogspot.com/2013/08/klasifikasi-manajemen.html