case bblr 1

26
LAPORAN KASUS PASIEN BBLR PEMBIMBING : dr. Mas Wishnuwardhana Sp.A Penulis: Farida Apriani 030.07.089 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi

Upload: adji-indra

Post on 07-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bblr

TRANSCRIPT

Page 1: case bblr 1

LAPORAN KASUS PASIEN

BBLR

PEMBIMBING :dr. Mas Wishnuwardhana Sp.A

Penulis:Farida Apriani

030.07.089

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakRumah Sakit Umum Daerah BekasiPeriode 16 Maret 2015-23 Mei 2015

Fakultas Kedokteran Universitas TrisaktiJakarta

2015

Page 2: case bblr 1

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Data Pasien

Nama By. Ny E

Tanggal Lahir / Umur 13-04-2015/ 24 Hari

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Jl. PerjuanganBekasi

Agama Islam

Suku Bangsa Jawa

Pendidikan -

Pekerjaan -

II. ANAMNESIS

Dilakukan alloanamnesispada tanggal 6 Mei 2015

A. Keluhan Utama

Beratbadanbayikecilsejaklahir.

B. Keluhan Tambahan

-

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasienlahirsecaraspontan,tunggal,hidup,letakbelakangkepaladi Ponek RSUD

Bekasidanditolongolehbidan. ANC (+)teratur di bidan, ANB

(-).Tidakadariwayatpenyakitpadamasakehamilan, Ketubanjernih,

Page 3: case bblr 1

Pasienmerupakananakpertama.Saatlahirfrekuensinadilebihdari 100x/menit,

usahanapaslambat, gerakansedikit, reaksimelawan,

dantubuhdanekstremitaskemerahan.Beratsaatlahir 1500gr, APGAR score 8/9.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit lainnya disangkal.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

-

RIWAYAT PASIEN

A. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan

Perawatan Antenatal : Rutin periksa ke bidan

Penyakit Kehamilan : Tidak ada

Kelahiran

Tempat kelahiran : Ponek RSUD Bekasi

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Spontan pervaginam

Masa gestasi : 32 Minggu

Keadaan bayi

Berat badan lahir : 1500 gram

Panjang badan lahir : 40 cm

Lingkar kepala : tidak dilakukan

Langsung menangis : ya

Nilai APGAR : 8/9

Kelainan bawaan : -

Kesan : riwayat kelahiran dan kehamilan kurang bulan dan berat bayi lahir rendah

Tanda 0 1 2jumlah

1 Menit

2 Menit

FrekuensiJantung Tidak Ada <100 >100 2 2Usaha Napas Tidak Ada Lambat MenangisKuat 1 1Tonus Otot Lumpuh Gerakansedikit Aktif 1 2

RefleksTidakberaksi Sedikit Reaksimelawan 2 2

Page 4: case bblr 1

Warna Biru/Pucat Tubuhkemerahan Kemerahan 2 2

   tangan kaki pucat      

Jumlah Total       8 9

B. Riwayat Tumbuh Kembang

Pertumbuhan gigi pertama : -

Psikomotor

Tengkurap dan berbalik sendiri : -

Duduk : -

Merangkak : -

Berdiri : -

Berjalan : -

Berbicara : -

Gangguan perkembangan : -

Kesan : -

C. Riwayat Imunisasi

Riwayat Imunisasi :

vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)

BCG -

DPT / DT -

POLIO -

CAMPAK -

HEPATITIS B - - -

MMR - - -

TIPA - - -

Kesan :Belum dilakukan imunisasi

Page 5: case bblr 1

D. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :

Tinggal di rumah sendiri. Tempat tinggal pasien kurang bersih.

Kesan :

Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, tanda prematuritas lanugo (+)

Kesadaran : Compos mentis

Data Antropometri

Berat Badan : 1500gram

Tinggi Badan : 40 cm

Tanda Vital

Tekanan Darah : Tidak diperiksa

Nadi : 154 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri

Suhu : 36°C

Pernapasan : 59 x/menit, teratur

Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, efloresensi

primer/sekunder (-)

Kepala : Normosefali, ubun-ubun normal, rambut warna hitam,

distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya

tidak langsung +/+, konjungtivaanemis-/-, sklera ikterik -/-, mata

tidak cekung.

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping

hidung -, sekret -/-

Telinga : Normotia, simetris kanan-kiri, serumen -/-, nyeri tekan -/-, tulang

rawan telinga jika dilipat kembali lama (+)

Mulut : Bibir pucat, sianosis (-), mukosa merah muda.

Tenggorokan : T1-T1

Page 6: case bblr 1

Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba

membesar, trakea letak normal

Thorax

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, pernafasan simetris, retraksi (-), papila

mamae berwarna merah muda

Palpasi : Gerak nafas simetris

Perkusi : Sonor di semua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga ke 5 garis mid klavuikula

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : S1 nornal,S2 normal,reguler, terdapat bunyi end murmur (-),

gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, turgor baik, Hepar dan lien tidak teraba membesar.

Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas :

Ekstremitas Atas

Akral hangat +/+, Oedem -/-, CRT <3”, Pucat-, plantar crease

kurang dari 2/3 bagian.

Ekstremitas Bawah

Akral hangat +/+, Oedem -/-, CRT <3”, Pucat-

Genital : Labium mayusbelummenutupi labium minus

Page 7: case bblr 1

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidakdilakukan

V. RESUME

Seorangbayiperempuanlahirsecaraspontan,tunggal, hidup, letakbelakangkepala di

Ponek RSUD Bekasidanditolongolehbidan. ANC (+) teratur di bidan, ANB

(-).Tidakadariwayatpenyakitpadamasakehamilan, Ketubanjernih,

Pasienmerupakananakpertama.Saatlahirfrekuensinadilebihdari 100x/menit,

usahanapaslambat, gerakansedikit, reaksimelawan,

dantubuhdanekstremitaskemerahan.Beratsaatlahir 1500gr,panjangbadan 40 cm,APGAR

score 8/9.

Pemeriksaanfisikdidapatkankeadaan Umum tampak sakit sedang, terdapat tanda

prematuritas lanugo (+), Kesadaran compos mentis, Nadi 154 x/menit, reguler, cukup,

simetris kanan kiri, suhu 36°C, pernapasan 59 x/menit teratur, telinga tedapat tulang

rawan telinga jika dilipat kembali lama (+), Inspeksi pada thorax papila mamae

berwarna merah muda, Ekstremitas Atasplantar crease kurang dari 2/3 bagian, dan

Genital Labium mayusbelummenutupi labium minus.

VI. DIAGNOSIS KERJA

- Bayiberatlahirrendah

- Neonatus preterm(SMK)

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Neonatus preterm (KMK)

VIII. PENATALAKSANAAN

Min : 12x 5cc = 60 cc/kgBB

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia Ad Bonam

As fungsionam : Dubia ad Bonam

Ad sanationam : Dubia AdBonam

Page 8: case bblr 1

X. FOLLOW UP

14/04/15 S O A P

UG :32+1

BBL :150

0gr

S : -T: 36 cA: Napas spontan,NCH(-), Retraksi (-), Rr: 32xB: Sianosis (-), CRT<2”, N: 134xL: -E: -

BBLR Min : 12x 5cc = 60

cc/kgBB

24/04/15 S O A P

UG :33+3

BBS :152

0

S : -T: 37 cA: Napas spontan,NCH(-), Retraksi (-), Rr: 40xB: Sianosis (-), CRT<2”, N: 140xL: -E: -

BBLR Min :12 x 17,5 cc =

138CC/KgBB

Nymiko 3x 0,5cc

Sanbeplex 1 x 0,3cc

06/05/15 S O A P

UG :35+1

BBS :178

0 gr

S : -T: 37 cA: Napas spontan,NCH(-), Retraksi (-), Rr: 69xB: Sianosis (-), CRT<2”, N: 150xL: -E: -

BBLR Min :12 x 22,5 cc =

270 cc/KgBB

Nymiko 3x 0,5cc

Sanbeplex 1 x 0,3cc

Page 9: case bblr 1

TINJAUAN PUSTAKA

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

PENDAHULUAN

Bayiberatlahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama

dengan 2500 gram (≤2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan

mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi

itu.1

Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di London

(1970) telah diusulkan defenisi berikut : 1,2

- Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.

- Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42

minggu.

- Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. 1,2

Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa

gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.

Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilan (KMK). 1,3

Page 10: case bblr 1

INSIDENS

Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara dengan

sosio ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara

berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi

dibandingkan bayi dengan berat lahir di atas 2500 gram. 4

Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan jumlah

kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan

dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi

BBLR tergolong dismaturitas. 4

Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di Negara

sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di Indonesia, kejadian bayi

prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada

tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR. 1,2

ETIOLOGI

A. Prematuritas murni

1. Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia

gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab lainnya

adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial vaginosis, chorioamnionitis atau

tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.

b. Usia

Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada

multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang

sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian

terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi

Page 11: case bblr 1

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan

oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

2. Faktor janin

Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan

mengakibatkan BBLR. 1,4

B. Dismaturitas

Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat antara ibu dan

janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan

medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan

janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. 2,3

PATOGENESIS

Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan pretermnya biasanya

dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk

mempertahankan janin (incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan

kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif

pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan. 2

Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan

efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu.

Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen.

Sehingga masalahnya bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan

hipoksia yang terus menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang

menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi merugikan. 2,4

GEJALA KLINIK

A. Prematuritas murni

Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,

lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang dari

37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak

subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur.

Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia

Page 12: case bblr 1

mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga

elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamma belum sempurna, puting susu belum

terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral,

pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya

lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih hipotonik,

sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi

dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,2

Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, begitu juga

refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam

waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau

perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata

sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat ‘pitting edema’. Edema

ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia

gravidarum. 1,2

Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi

pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan terjadinya

penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat.

Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis

toraks. 1,2

B. Dismaturitas

Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan terlihat gejala

fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan kurang

dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan

retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang

menonjol adalah ‘wasting’, demikian pula pada post term dengan dismaturitas. 1,3

Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ tersebut, yaitu :

1. Stadium pertama

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen,

tetapi belum terdapat noda mekonium.

2. Stadium kedua

Page 13: case bblr 1

Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit, plasenta,

dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang

kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia

intrauterin.

3. Stadium ketiga

Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning, demikian pula

kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang sudah berlangsung lama. 1,3

DIAGNOSIS

Bayi berat lahir rendah didiagnosis bila termasuk dalam golongan :

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai dengan berat badan

untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan

(BKB-SMK).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu,

berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang Kecil

untuk Masa Kehamilan (KMK). 1

PENATALAKSANAAN

A. Penatalaksanaan Prematur Murni

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus, maka perlu

diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian

oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 2

- Atur suhu

BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan

dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi, kemudian dibungkus.

Atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah lampu atau dalam inkubator. Dan bila

Page 14: case bblr 1

listrik tidak ada, bisa dengan metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam pelukan ibu

(skin to skin). 5

- Cegah sianosis

Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar saturasi oksigen

dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal.

- Cegah infeksi

BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh

terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk antibodi dan daya

fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan

sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai

lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan baik. 5,6

- Pemberian vitamin K

Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K pada bayi imatur

adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang normal.

- Intake harus terjamin

Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna. Kapasitas

lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang. Pemberian

minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia

dan hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih

dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu

mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini

bayi diberi minum melalui sonde lambung. 2,6

B. Penatalaksanaan bayi dismaturitas

Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti pengaturan suhu

lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi dismatur biasanya tampak haus

dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal ini sangat penting untuk menghindari

terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi

pernapadan terutama dalam 24 jam pertama harus diawasi untuk mengetahui adanya

sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan idiopatik. Sebaiknya setiap

Page 15: case bblr 1

jam dihitung frekuensi pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thorax.

Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi,

yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Temperatur harus dikelola, jangan

sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermik, hal ini

disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak

subkutan kurang. 1,6

Perawatan bayi dalam inkubator

Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan kelembaban bayi agar

bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur,

serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan.

Kemampuan bayi berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka

dirawat pada suhu mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan

mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran udara

sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam

batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu lingkungan lebih rendah dari

bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang

hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat

mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5- 37,5 oC. Tingginya suhu lingkungan ini

tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaaan tertentu, bayi yang sangat

prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga

memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian. 2,6

Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat diatur

dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan

kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian oksigen melalui pipa intubasi. 6

Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu khawatir lagi soal

perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang para ahli di bidang

kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk merawat BBLR itu. Metode tersebut

memungkinkan panas tubuh ibunya memberikan kehangatan bayinya. Metode kangguru ini

memang terkesan unik, dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru yang

berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan cukup karena bersentuhan langsung dengan

tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat di rumah setelah keluar dari

Page 16: case bblr 1

inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan lebih dari 1500 gram. Kemudian

berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil selama tiga hari berturut-turut. Yang juga

harus diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan menelan. Selain itu, ibu sudah harus

merawat dan memberi minum. Metode kangguru ini cukup efektif sebab selain membuat

bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih percaya diri merawat bayinya di rumah.

Keuntungan lainnya, BBLR bisa mendapatkan ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi

terkena kehilangan panas tubuh. 6

KOMPLIKASI

Komplikasi prematuritas 1,5,6

1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik

Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir akan terbentuk

membran hialin yang akan melapisi paru.

2. Pneumonia aspirasi

Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.

3. Perdarahan intraventrikuler

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan ini biasanya

hanya ditemukan pada otopsi.

4. Fibroplasias retrolental

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan oksigen yang

berlebihan.

5. Hiperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup

bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar yang tidak sempurna sehingga

konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

6. Infeksi

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma globulin.

Komplikasi dismaturitas 1,2,5

1. Sindrom aspirasi mekonium

Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan ‘gasping’ dalam uterus.

Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion, akibatnya cairan yang

Page 17: case bblr 1

mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada

saat lahir, bayi akan menderita gangguan pernapasan idiopatik.

2. Hipoglikemia simptomatik

Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali disebabkan

oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat

dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila

kadar gula darah yang kurang dari 20 mg%.

3. Asfiksia neonatorum

Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan dengan bayi biasa.

4. Penyakit membran hialin

Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada paru belum cukup

sehingga alveoli selalu kolaps.

5. Hiperbilirubinemia

Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan bayi yang sesuai

dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan pertumbuhan hati.

PROGNOSIS

Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya masa

gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tingggi angka kematian),

asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler,

fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan

sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan

postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi

gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain). 2,4

Page 18: case bblr 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4. Jakarta :

FKUI, 1985;1051-7.

2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu Kebidanan; edisi

ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;771-83.

3. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang. Jakarta

: FKUI, 2004;9-11.

4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson Textbook of

pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.

5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan Nasional

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.

6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant During

the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York : Medical Publishing

Division, 2002; 120-31.