laporan kasus bblr asfiksia (1).docx

27
LAPORAN KASUS BBLR Pembimbing: dr. H. Tatang A. Hidayat , SpA OLEH: Dyah Mayang Ramadhani H1A007015 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK

Upload: budigoal

Post on 08-Dec-2014

509 views

Category:

Documents


68 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

LAPORAN KASUS

BBLRPembimbing: dr. H. Tatang A. Hidayat , SpA

OLEH:

Dyah Mayang RamadhaniH1A007015

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK RSU MATARAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM2012

Page 2: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Bayi H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 7 hari

BBL : 1400 gram

A – S : 7 - 9

Tanggal Lahir : 05 Sepetember 2012 pukul 05.55 WITA

No. MR : 054756

Ibu Ayah

Nama Ny. Hafifah Tn. Salman

Umur 23 th 26 th

Pendidikan/Berapa tahun SD SLTP

Pekerjaan IRT Swasta

II. Keluhan Utama :

Berat badan lahir rendah.

III. Riwayat Penyakit Sekarang :

Bayi lahir di ruang bersalin RSUP NTB dengan keluhan lahir tanpa menangis dan

belum cukup bulan. Bayi dilahirkan manual aid dengan indikasi KPD gagal konservatif

dengan A-S 7-9. Bayi masuk NICU dengan tangis merintih, kecepatan nafas tidak teratur,

tampak retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, tampak kebiruan serta suhu tubuh di

bawah normal.

IV. Riwayat Kehamilan Ibu Sekarang:

Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Selama hamil ibu

pasien mengaku menjalani ANC di Polindes sebanyak 3 kali, pada trimester pertama dan

trimester kedua kehamilan dan ibu pasien mengaku tidak ada masalah dalam

kehamilannya maupun kesehatannya secara umum dan hanya diberikan obat penambah

darah oleh petugas di Polindes. HPHT lupa. Sebelum melahirkan, ibu pasien mengalami

1

Page 3: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

riwayat keluar air dari jalan lahir, banyak, jernih dan tidak berbau, serta disertai dengan

perut yang mules seperti ingin melahirkan sejak tanggal 1 September 2012. Menurut

perhitungannya, ibu pasien mengaku kehamilannya belum cukup bulan. Selama hamil,

ibu pasien mengaku pernah mengalami sakit seperti panas, batuk, pilek, namun tidak

pernah di obati dan sembuh sendiri. Riwayat trauma selama hamil (-). Riwayat

perdarahan melalui jalan lahir (-). Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama

kehamilan (-).

V. Riwayat Persalinan Sekarang:

Bayi lahir manual aid dengan indikasi kala KPD gagal konservatif, BBL 1400

gram. Apgar skor 7-9, tangis (+), kecepatan nafas tidak teratur, tampak retraksi dinding

dada minimal, serta suhu tubuh di bawah normal. Suntikan Vit. K dan salep mata (+).

Bayi lahir dengan kondisi belum cukup bulan.

VI. Riwayat Kehamilan dan Persalinan sebelumnya:

Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu pasien tahu

kehamilannya saat sudah berumur 2 bulan. Ibu pasien biasa ANC di polindes yang

diperiksa oleh bidan. HPHT lupa. Selama hamil, ibu os sering sakit sakit (panas, batuk,

pilek) namun tidak pernah di obati.

VII. Riwayat Keluarga:

Riwayat penyakit jantung bawaan dalam keluarga (-), penyakit asma (-), penyakit

DM (-), hipertensi (-).

VIII. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : letargi

Ballard score : 31 (37 minggu)

SpO2 : saat datang tidak dievaluasi

GDS stik : saat datang tidak dievaluasi

2

Page 4: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

1. Tanda – Tanda Vital :

Suhu : 36 oC

DJ : 142 x/menit

Respirasi : 38 x/menit

2. Menilai Pertumbuhan :

Berat Badan : 1400 gram

Panjang Badan : 35 cm

Lingkar Kepala : 28 cm

Lingkar Lengan Atas : 7 cm

3. Penampakan Umum :

Aktivitas : menurun

Warna kulit : kemerahan

Cacat bawaan yang tampak : (-)

4. Kepala:

Bentuk kepala : normocephali, kelainan (-), fontanella datar, sutura normal, caput

succedaneum (-), dan cephal hematom (-),

Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-), pupil isokor, refleks

cahaya +/+, miosis (-), midriasis (-), sekret mata (-)

Telinga : dalam batas normal

Hidung : pernapasan cuping hidung (-/-)

Mulut : Mukosa sianosis (+)

5. Leher:

Pembesaran kel. Tiroid (-).

6. Thoraks

Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi : gerakan diding dada simetris

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Cor: S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

3

Page 5: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

7. Abdomen

Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)

Auskultasi : bising usus Normal

Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.

Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen

8. Umbilicus

Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), edema (-),

kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.

9. Genitalia

Normal.

10. Anus dan rektum

Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.

11. Ekstremitas

Akral hangat, edema (-), gerakan sedikit/ lemah, kelainan bentuk (-).

12. Vertebrae

Kelainan (-)

13. Kulit

Kulit: Tampak pucat, ikterus (-), sianosis (+).

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap 05 September 2012:

Hemoglobin : 17,1 g/dL

RBC : 4,84 x 10ˆ6/uL

HCT : 53,5 %

MCV : 110, [fL]

MCH : 35,4 [pg]

MCHC : 32 g/dL

WBC :13,5 x 10ˆ3/uL

PLT : 242 x 10ˆ3/uL

4

Page 6: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

IX. Diagnosis Kerja

BBLR

X. Rencana Terapi

IVFD D10% 5 tts/menit (mikro)

Ampicilin inj 2 x 50 mg

Gentamycine inj 1 x 7,5 mg

Oxigen dengan kanul 1-2 lpm

Observasi kondisi umum & tanda vital; jaga kehangatan (suhu: 36,5-37,5 ˚C).

XI. Pemeriksaan

Saturasi oksigen.

Darah lengkap.

Gula darah sewaktu

FOLLOW UP

Hari/ tgl S O A PI

13/09/2012 Aktifitas (+) Menangis (+) Respon (+) Muntah(-) Defekasi (+) Berkemih (+)

RR: 48 x/m HR: 168 x/m T : 34,7’C SpO2: 97% Retraksi (-) Sianosis (-) Distensi (-) BB: 1400 g

BBLR + hipotermi

D10% 5 ttsµ/m Ampicillin 2x50

mg. Gentamycine

1x7,5 mg. Oxygen 1 lpm.

II14/09/2012

Aktifitas (+) Menangis (+) Respon (+) Muntah(-) Defekasi (+) Berkemih (+)

RR: 42 x/m N: 164 x/m T : 37,5’C Retraksi (-). Sianosis (-) Distensi (-) BB: 1390 g

BBLR D10% 5 ttsµ/m Cefotaxime 2x7,5

mg. Gentamycine

1x7,5 mg. Aminophilin

2x3mg O2 2 lpm.

5

Page 7: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

III15/09/2012

Aktifitas (-) Menangis (-) Respon (+) Muntah(-) Defekasi (+) Berkemih (+)

RR: 36 x/m apnea (+)N: 100 x/m.T:36,4’CSpO2 95% dengan O2

GDS : 72 g/dlRetraksi (-)BB: 1380 g.

BBLR + Asfiksia berat.

D10% 5 ttsµ/m Cefotaxime 2x75

mg. Gentamycine

1x7,5 mg. Aminophilin

2x3mg Ibu minta pulang

paksa.

6

Page 8: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Definisi:

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam

1 (satu) jam setelah lahir.

Klasifikasi:

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan

sesuai untuk masa kehamilan.

Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang

baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari

bayinya sendiri.

Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor

utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka

7

Page 9: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu

berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR

dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka

BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada

sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR

(1) Faktor ibu

a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti

perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < >

d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,

ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun.

Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

o Hipotermia

o Hipoglikemia

o Gangguan cairan dan elektrolit

o Hiperbilirubinemia

o Sindroma gawat nafas

8

Page 10: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

o Paten duktus arteriosus

o Infeksi

o Perdarahan intraventrikuler

o Apnea of Prematurity

o Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain :

o Gangguan perkembangan

o Gangguan pertumbuhan

o Gangguan penglihatan (Retinopati)

o Gangguan pendengaran

o Penyakit paru kronis

o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

1). Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :

o Umur ibu

o Riwayat hari pertama haid terakir

o Riwayat persalinan sebelumnya

o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

o Kenaikan berat badan selama hamil

o Aktivitas

o Penyakit yang diderita selama hamil

o Obat-obatan yang diminum selama hamil

9

Page 11: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

2). Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

o Berat badan <2500 gr

o Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tulang rawan telinga belum terbentuk.

Masih terdapat lanugo.

Refleks masih lemah.

Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium

minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

o Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Tidak dijumpai tanda prematuritas.

Kulit keriput.

Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang

o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

o Pemeriksaan skor ballard

o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit

dan analisa gas darah.

o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom

gawat nafas.

o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi

1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

10

Page 12: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10

hari, dan umur 4-6 minggu)

2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap

sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil

yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan

cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi

menghisap paling kurang sehari sekali.

o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Bayi Sehat

o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;

setiap 2 jam) bila perlu.

o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit

o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat.

o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

11

Page 13: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda

siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan

nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar

berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila

keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk

menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat

o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak

dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke

dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat

menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun

ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

IV secara perlahan.

12

Page 14: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi

sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

o Beri ASI peras melalui pipa lambung

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.

13

Page 15: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

o Ukur suhu tubuh dengan berkala

o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

o Jaga dan pantau patensi jalan nafas

o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)

1). Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

o Pantau berat badan bayi secara periodik

14

Page 16: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat

lahir <1500

o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar

jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian

ASI hingga 200 ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap

minggu.

2). Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang

sebagai berikut :

o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

o Hitung umur koreksi.

o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

o Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis

akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena

komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,

hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

Pencegahan

15

Page 17: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga

berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus

cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang

lebih mampu

o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung

dengan baik

o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

sehat (20-34 tahun)

o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan

akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Tanda kecukupan pemberian ASI:

o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.

o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.

o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes

dari payudara yg lain.

Indikasi bayi BBLR pulang:

o Suhu bayi stabil.

o Toleransi minum oral baik terutama ASI.

o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

Cara menghangatkan bayiCara Petunjuk penggunaan

Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain

16

Page 18: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

tidak mungkin dilakukan.KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama

direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.

Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat

merawat bayinya.Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.

Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC.

Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.

Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)

Berat (g)Umur (hari)

1 2 3 4 5+>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)

Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500

Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%

Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%

Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%

Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc

Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.

17

Page 19: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC

Purwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran Jakarta. EGC.

IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).

Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,

edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta

Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.

RSUP Sanglah, Denpasar.

Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

18

Page 20: LAPORAN KASUS BBLR ASFIKSIA (1).docx

19