asfiksia um n bblr

Upload: zulfahlayya-zulkifli

Post on 10-Jul-2015

405 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I BAYI BERAT LAHIR RENDAHI. PENDAHULUAN Angka kematian bayi berat lahir rendah (BBLR) mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Bayi-bayi ini lebih mudah untuk menjadi sakit bahkan meninggal dibanding dengan bayi berat lahir normal. Langkah utama untuk menyelamatkan BBLR agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah melalui deteksi dini BBLR pada saat dilahirkan yang diikuti dengan upaya tindak lanjut tepat sasaran. Di USA, 1 dari 13 kelahiran tiap tahun merupakan bayi dengan BBLR. Hal ini menyebabkan 65 % kematian saat lahir. Bayi dengan BBLR akan menghadapi masalah kesehatan yang serius baik ketika masih bayi begitu juga kelainan-kelainan untuk waktu yang lama. Penanganan pada bayi dengan bantuan medis yang tepat sasaran menurunkan angka IMR yang disebabkan oleh BBLR, begitu juga dengan angka kelainan pada bayi BBLR yang selamat. Namun, sangat kecil kemungkinan bayi yang selamat itu akan terhindar dari masalah kesehatan seperti Retardasi Mental, Cerebral Palsy, gangguan fungsi paru, penglihatan dan pendengaran. Berat bayi saat lahir adalah indikator yang baik bukan hanya untuk menilai kesehatan ibu dan status gizi tetapi juga kesempatan hidup bayi baru lahir, pertumbuhan, kesehatan jangka panjang dan perkembangan psikososialnya. BBLR (kurang dari 2.500 gram) membawa kerentanan dan resiko kesehatan yang buruk bagi si anak. Bayi-bayi yang dirawat dalam kandungan menghadapi peningkatan resiko kematian pada bulan dan tahun pertama kelahirannya. Bagi bayi yang selamat akan memiliki gangguan fungsi imun dan meningkatnya resiko terserang penyakit. Bayi tersebut harus terus dalam pengawasan yang ketat seumur hidup dimana kemampuan ototnya melemah, rentan terkena diabetes dan penyakit jantung pada kehidupan selanjutnya. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR

1

juga cenderung memiliki IQ yang rendah dan kelemahan kognitif, yang berdampak pada penampilannya di sekolah dan peluang kerja saat ia dewasa. Di Negara-negara berkembang, BBLR terutama didapatkan dari kesehatan dan gizi ibu yang buruk. Ada 3 faktor yang memiliki dampak yang besar yaitu : status gizi ibu yang buruk sebelum terjadinya konsepsi, orang dengan postur tubuh yang kecil (sering berkaitan dengan kekurangan gizi dan infeksi selama masa kanak-kanak), dan gizi yang buruk saat kehamilan. Penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan secara terpisah adalah penting sejak dia mulai mengarah ke proporsi untuk mengalami fetal growth retardation. Selanjutnya, penyakit-penyakit seperti diare dan malaria, yang sering terjadi di negara-negara berkembang, bisa sangat mengganggu pertumbuhan fetus jika ibu terinfeksi selama kehamilan. Di Negara-negara maju, menghisap rokok selama kehamilan adalah penyebab utama BBLR. Di Negara maju dan negara berkembang, remaja yang melahirkan ketika tubuhnya belum selesai berkembang akan membawa dampak untuk memiliki bayi dengan BBLR. II. DEFENISI BBLR telah didefenisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai berat bayi saat lahir kurang dari 2.500 gram (5,5 pounds). Hal ini menyanggah hasil perbandingan Internasional yang berdasarkan pada pengamatan epidemiologi bahwa bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram adalah 20 kali lebih rentan untuk meninggal dari pada bayi lahir besar. Kejadian ini lebih sering terjadi di Negara berkembang daripada Negara maju dimana seorang bayi yang lahir dengan berat di bawah 2.500 gram akan mendorong kerentanan dalam sasaran kesehatan yang buruk. Ada 2 kategori : Bayi preterm (disebut juga bayi prematur), lahir pada saat usia kandungan 37 minggu akhir. Lebih dari 60 % bayi BBLR lahir

2

preterm. Bayi yang lahir lebih dini, dimana organ-organnya belum berkembang sempurna, berat badannya rendah serta beresiko besar untuk mendapat masalah kesehatan. (beberapa bayi prematur yang lahir sebelum term, sekitar minggu 35 37, tidak memiliki dan mungkin memiliki masalah kesehatan yang ringan saat neonatal). Bayi lahir kecil (kecil untuk masa kehamilan atau pertumbuhan terhambat), mungkin lahir aterm tapi beratnya rendah. BBLRnya disebabkan oleh pertumbuhan yang lambat dan pertumbuhan yang kadang-kadang terhenti saat hamil.

Beberapa bayi kadang memiliki berhubungan dengan BBLR. III. INSIDEN

keduanya, yaitu

prematur

dan

pertumbuhan terhambat. Bayi-bayi ini memiliki banyak masalah yang

Di Negara-negara berkembang, banyak bayi yang tidak ditimbang saat lahir. Hasilnya, banyak data yang tentang BBLR menjadi tidak representatif pada populasi yang besar ; data-data itu dibiaskan ke arah persalinan di rumah sakit dan oleh karena itu angka sebenarnya sulit diperkirakan. Proporsi yang besar dari bayi yang tidak ditimbang saat lahir mendasari halangan yang besar untuk monitoring indikator yang penting ini. Di negara berkembang, diperkirakan lebih dari setengah (58%) dari seluruh bayi tidak ditimbang saat lahir. Proporsi ini sangat tinggi di Amerika Selatan (74%) dan Afrika Sub Sahara (65%). Data yang tetap untuk BBLR dari statistik Pelayanan kesehatan sangat kecil manfaatnya. Usaha yang maksimal diperlukan untuk meningkatkan proporsi pada berat bayi saat lahir.

3

Lebih Dari Setengah (58%) dari Seluruh Bayi yang Tidak Ditimbang saat Lahir 14 % Region Asia Selatan Sub-Saharan Africa Timur Tengah dan Afrika Utara Asia Timur dan Asia Pasifik CEE/CIS Amerika Latin dan Karibia Negara Berkembang yang Ditimbang 74 65 60 30 21 17 58 Kelahiran Tidak

Sumber: UNICEF/WHO 2004, Low Birth Weight: Country, Regional and Global Estimates.

Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia, yang merepresentasikan 15,5 % dari seluruh kelahiran, lahir dengan BBLR, 95,6% terdapat di Negara berkembang. Tingkat BBLR di Negara berkembang (16,5%) lebih dari 2 kali pada Negara maju (7 %). Setengah dari seluruh BBLR itu terdapat di Asia Selatan, dengan BBLR lebih dari seperempat (27 %) dari seluruh bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500 gram. Tingkat BBLR di Sub-saharan Africa sekitar 15 %. Amerika tengah dan selatan memiliki jumlah yang lebih rendah (10%), sementara itu di Karibia jumlahnya (14%) hampir sama dengan Sub-saharan Africa. Dan sekitar 10 % kelahiran di Oceania adalah BBLR. Di Indonesia, Contoh kasus di Bandar Lampung laporan bulan Juli 2005. Dari sekitar 38.000 ibu hamil di Bandar Lampung, sedikitnya 2-5 persen diperkirakan melahirkan anak BBLR. Ibu-ibu yang berisiko tinggi melahirkan bayi BBLR, antara lain, memiliki lingkar lengan atas di bawah 23,5 sentimeter dan berat badan kurang dari 45 kilogram. Sebagian besar dari mereka miskin dan tak mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi dirinya dan bayinya.

4

Menurut WHO, pada tahun 2003 Indonesia memiliki angka BBLR sekitar 9 % atau 411 bayi BBLR dari 1.000 kelahiranan, 22 % tidak ditimbang pada saat lahir. IV. PENYEBAB Kita tahu hanya beberapa alasan kenapa bayi lahir sangat kecil, sangat cepat, atau keduanya. Fetal defect yang dihasilkan dari kelainan genetic atau factor lingkungan mungkin tumbuh dalam batas normal. Kelahiran multiple (kembar, Triplet, atau lebih) sering BBLR, walaupun sudah aterm. Jika plasenta tidak berfungsi sebagaimana semestinya, fetus tidak mungkin tumbuh seperti seharusnya. Ibu dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi berat bayi, khususnya jika dia memiliki hipertensi, infeksi atau penyakit jantung, ginjal dan masalah pada paru. Uterus atau serviks yang abnormal bisa meningkatkan resiko ibu untuk memperoleh bayi prematur, BBLR. Bagaimanapun juga, penyebab persalinan preterm yang sering menghasilkan kelahiran dengan BBLR sulit dimengerti. Banyak factor yang berefek pada lamanya kehamilan dan permbuhan fetus dan selajutnya berat lahir. Hal ini berhubungan dengan bayi, ibu atau lingkungan fisik dan memainkan peranan penting dalam menentukan berat bayi lahir dan kesehatan masa depan : Untuk usia kehamilan yang sama, berat perempuan lebih rendah dari pria, bayi laki-laki pertama lebih besar dari bayi selanjutnya, dan bayi kembar lebih kecil dari bayi tunggal. Berat lahir sangat dipengaruhi oleh ibu itu sendiri, pertumbuhan fetus, dan makanan ibu dari lahir hingga hamil, lalu komposisi tubuhnya saat konsepsi. Wanita dengan postur pendek, tinggal di dataran tinggi, wanita muda memiliki kemungkinan memperoleh bayi kecil. Pada Kehamilan pertama, gizi ibu, diet dan gaya hidup (seperti : alcohol, rokok, dan obat-obatan terlarang) dan paparan lainnya

5

(seperti : malaria, HIV atau Sifilis), atau penyakit komplikasi seperti hipertensi bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fetus selama kehamilan.

V. MANIFESTASI KLINIS Bayi dengan BBLR seperti halnya bayi dengan berat lahir normal yang memiliki masalah kesehatan pada periode (hari-hari) pertama kelahirannya. Beberapa bayi ini membutuhkan perawatan yang khusus di ruangan perawatan Intensif untuk mempertahankan keselamatannya. Masalah kesehatan yang serius sering terjadi pada bayi dengan berat sangat rendah. Bayi BBLR, dan prematur berada pada resiko yang besar untuk mendapatkan masalah pada pernapasannya. Berdasarkan American Lung Association, sekitar 25.000 bayi setiap tahun kebanyakan dari mereka lahir sebelum minggu ke 34 kehamilan menderita Respiratory Distress Syndrome (RDS). Bayi-bayi dengan RDS kekurangan zat yang disebut surfaktan yang menjaga alveolus dari kolaps. Perdarahan pada otak (disebut sebagai periventrikular dan/atau

intraventricular hemorrhage) terjadi pada 10 50 % dari setiap bayi dengan berat lahir sangat rendah, biasanya pada 4 hari pertama kehidupannya. Pendarahan umumnya didiagnosa dengan pemeriksaan USG. Kebanyakan ringan dan bisa sembuh sendiri dengan tanpa atau sedikit masalah selanjutnya. Beberapa pendarahan yang berat bisa menyebabkan ruang yang berisi cairan (ventricles) di dalam otak dan meluas secara cepat, menyebabkan tekanan otak meningkat sehingga merusak otak. Bayi-bayi lahir prematur memiliki masalah pada jantung yang berbahaya yang disebut Patent Ductus Arteriosus (PDA). Sebelum lahir, sebuah Arteri besar yang disebut Duktus Arteriosus membiarkan darah melewati jantung bayi yang belum berfungsi. Pada bayi prematur, arteri tersebut tidak menutup sempurna, dan mengakibatkan gagal jantung.

6

VI. DIAGNOSIS Bayi berat lahir rendah diketahui dengan menimbang bayi segera setelah lahir. Dimana bila berat lahir kurang dari 2.500 gram maka bayi tersebut adalah bayi dengan BBLR. Bila penimbangan bayi tidak mungkin dilakukan, dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut : a. Lingkar lengan atas bayi (diukur pada pertengahan lengan atas) kurang dari 9,5 cm. b. Tubuh kurang berisi, ototnya lembek dan kulitnya mungkin keriput atau tipis. c. Bayi lebih kecil dari bayi normal VII. PENATALAKSANAAN Adapun tatacara merawat Bayi BBLR saat ia lahir adalah : a. b. d. e. f. Membersihkan jalan nafas (mulut dan hidung) dari lendir, darah dan air ketuban dengan kasa pembersih. Membersihkan dan mengeringkan tubuh bayi dengan kain lunak yang bersih dan kering, tanpa memandikannya. Meletakkan bayi di atas perut atau dada ibu. Memotong dan merawat tali pusat dengan bersih dan benar. Membungkus bayi dengan kain yang bersih, kering dan cukup tebal agar ia tidak kedinginan. Setiap kali ia kencing/pakaiannya basah, pakaian harus segera diganti. g. Meletakkan penghangat yang cukup aman di dekat bayi dibaringkan, misalnya, botol berisi air panas yang telah ditutup rapat dan dibungkus dengan kain. h. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui. Jika bayi tidak bisa mengisap, ASI diperas dan kemudian diberikan kepadanya dengan menggunakan sendok. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan Bayi dengan BBLR :

7

a.

Menjaga agar tubuh bayi tetap hangat sampai ia menjadi lebih kuat dan beratnya menjadi normal. Hal ini penting karena BBLR mudah meninggal atau terkena penyakit bila tubuhnya dingin.

b.

Memberikan air susu ibu (ASI) secepatnya setelah lahir. ASI diberikan sebanyak mungkin dalam porsi sedikit-sedikit dan sering setiap bayi menginginkan dan sesuai kemampuan bayi. Perlu dijaga agar bayi jangan sampai tersedak. Pemberian ASI atau susu sedini mungkin penting sekali bagi BBLR agar beratnya cepat bertambah dan menjadi normal.

c.

Membersihkan luka tali pusat dengan bersih dan teratur memakai betadin atau povidin yodium. Luka tali pusat yang sudah dibersihkan tidak boleh dibubuhi ramuan. Tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang dibasahi betadin atau povidin.

d.

Menjauhkan bayi dari orang sakit. Misal bila ibu batuk pilek, ibu memakai kain penutup pada hidung dan mulut pada waktu menyusui bayi.

Perawatan dengan surfaktan membantu bayi bernafas lebih mudah dan, sejak diperkenalkan pada tahun 1990, kematian bayi karena RDS menjadi berkurang. Bayi-bayi dengan RDS mungkin memerlukan oksigen buatan dan alat bantu napas untuk menjaga parunya tetap berkembang. Udara mungkin dikirimkan melalui tabung kecil pada hidung bayi, atau melalui tabung yang dimasukkan ke dalam selang. Tabung tersebut membantu bayi bernapas, bukan bernapas untuknya. Bayi yang sangat sakit kadang-kadang memerlukan bantuan sebuah respirator untuk bernapas sampai paru-parunya matur. Mereka juga mungkin diterapi dengan sejenis gas yang disebut nitrit oksida, yang bisa membuat pernapasan lebih efektif dengan membantu pembuluh darah di dalam paru untuk relaks. Pada beberapa kasus dengan Pendarahan intra/periventrikuler, ahli bedah mungkin memasukkan sebuah tabung ke dalam otak untuk mendrainase cairan

8

dan menurunkan resiko kerusakan otak. Pada kasus yang lebih ringan, obat-obatan dapat mengurangi pertambahan cairan. Pada bayi prematur, Duktus Arteriosus tidak menutup sempurna (Patent Ductus Arteriosus/PDA), dan mengakibatkan gagal jantung. Bayi dengan PDA dirawat dengan obat yang memabntu menutupkan duktus, walaupun begitu pembedahan diperlukan jika obat-obat tidak bekerja. Manajemen cairan pada bayi sakit - Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti bayi sehat. - Apabila bayi memerlukan cairan intravena : a. b. Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Mulai berikan minum peroral pada hari ke 2 atau segera

setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. c. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (misal gangguan pernapasan, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : - berikan cairan intravena dan ASI menurut umur. - berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. VIII. KOMPLIKASI Adapun komplikasi dari BBLR adalah : a. Fatique b. kejang-kejang. c. demam.

9

d. Hipotermi e. Takipneu atau dispneu. f. kesadaran menurun. g. Ikterik h. mencret atau muntah-muntah i. Retardasi Mental Beberapa bayi BBLR memiliki masalah pencernaan yang serius seperti necrotizing Entero Colitis (NEC), yang menyebabkan bayi sukar makan, abdominal swelling dan komplikasi lain. Retinopathy of Prematurity (ROP), yang disebabkan oleh pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal pada mata yang bisa mengakibatkan hilangnya penglihatan, terdapat pada bayi yang lehir sebelum 32 minggu. Kebanyakan kasus sembuh sendiri dengan penglihatan yang minimal atau buta sama sekali. Beberapa kasus yang berat diterapi dengan laser atau crioterapi (freezing) untuk mengembalikan penglihatan. Kebanyakan bayi lahir prematur, dan BBLR kekurangan lemak tubuh untuk menjaga suhu tubuh tetap normal. Suhu tubuh yang rendah bisa memperlambat pertumbuhan dan menyebabkan gangguang pernapasan dan komplikasi lainnya. Bayi-bayi ini diletakkan di dalam incubator untuk menjaga suhu tubuhnya. IX. PROGNOSIS BBLR yang mendapat perawatan yang benar dan adekuat akan membawa bayi tersebut sebagaimana bayi normal. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa terdapat kemungkinan terjadi penyakit penyerta dan gangguan kesehatan akibat tidak berkembangnya organ-organ secara sempurna. X. PENCEGAHAN Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mencegah BBLR adalah :

10

a. b.

Ibu hamil makan lebih banyak atau 1 kali lebih sering daripada sebelum hamil. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur minimal 4 kali. Bila kenaikan berat badannya kurang dari 1 kg per bulan, ia perlu segera meminta pertolongan ke Puskesmas.

c.

Ibu hamil minum tablet besi secara teratur setiap hari 1 tablet, minimal 90 tablet. Tablet besi dapat diperoleh di Posyandu, Pondok bersalin di desa dan Puskesmas.

d. e.

Ibu hamil mengurangi kerja yang melelahkan, mendapat istirahat yang cukup dan tidur lebih awal. Menjaga jarak antar kehamilan paling sedikit 2 tahun.

Pada tahun 1996, sebuah studi pada the American Journal of Clinical Nutrition mengungkapkan bahwa mengkonsumsi asam folat yang dianjurkan pada masa kehamilan akan mengurangi resiko mendapatkan persalinan preterm atau BBLR. Ketika wanita mendapatakan prenatal care yang adekuat, maka banyak masalah yang bisa diketahui lebih dini, dan memberikan perawatan yang dapat mengurangi resiko BBLR.

BAB II ASFIKSIA NEONATORUMI. PENDAHULUAN Asfiksia neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus awal (umur kurang dari 7 hari). Selain itu, asfiksia neonatorum dapat menyebabkan bermacam-macam kompilasi berat yang dapat menurunkan kualitas hidup. Neonatus yang mengalami asfiksia neonatorum memerlukan penanganan yang cepat dan tepat yaitu resusitasi. Problemnya adalah jika kehamilan terjadi prematur. Pada kasus ini paruparu dan organ-organ penting hanya memilik kemampuan minimum untuk berkembang dalam rahim guna mempersiapkan kehidupan di luar rahim nantinya. Para peniliti mempercayai bahwa cortisol dari kelenjar adrenal juga memacu pematangan dari sistem organ tubuh janin seperti paru-paru, dimana penting bagi

11

bayi agar dapat langsung bernafas dengan mengembangkan paru-parunya seketika lahir. Jika tidak terdapat cukup cortisol untuk mematangkan paru-paru di dalam rahim, bayi yang lahir akan mengalami sindrom gawat nafas (respiratory distress syndrome) dan berlanjut pada keadaan asfiksia (lemas) dan kemudian meninggal. Ini adalah momok menakutkan dari kelahiran prematur. Selama sembilan bulan lebih, bayi berada dalam kandungan ibu dan akan terus dan selalu setiap hari nya mendapat suplai makanan dari plasenta. Setelah lahir, aliran makanan otomatis terputus. Artinya, mulai saat itu fungsi organ-organ tubuh bayi, terutama organ pernafasannya, harus mampu beradaptasi secara cepat dengan lingkungan baru di luar rahim," penilaian status klinis dan kemampuan adaptasi bayi pada saat lahir ini dilakukan lewat tes Apgar. Ide tes Apgar dicetuskan oleh ahli anestesi Amerika Serikat, dr. Virginia Apgar dan diterapkan mulai tahun 1952. Selain diambil dari nama belakangnya, Apgar berarti Appearance, Pulse, Grimance, Activity and Reflex. Seperti disebutkan di atas, tes Apgar terdiri dari lima aspek. Appearance adalah penampilan bayi dilihat dari warna kulit. Pulse, frekuensi denyut jantung. Grimance, usaha bernafas yang terlihat dari keras-lemahnya tangisan bayi, Activity adalah gerakan bayi berdasarkan aktivitas kekuatan tonus otot, serta Reflex atau reaksi terhadap rangsangan. Masa adaptasi setelah lahir itu merupakan juga suatu masa yang sangat kritis dan menentukan untuk kehidupan individu selanjutnya. Maka masalahmasalah yang terjadi pada masa itu dapat sekali mengancam nyawa individu yang masih sangat lemah itu. Atau, seandainya nyawa dapat terselamatkan, masalah tersebut mungkin dapat juga mempengaruhi kualitas hidup individu tersebut selanjutnya. Dalam ilmu perinatologi / perawatan intensif, kegawatan yang terjadi pada masa tersebut disebut kegawatdaruratan perinatal. Asfiksia perinatal merupakan kondisi dimana terjadinya gangguan pertukaran gas, yang jika menetap, bisa menimbulkan hipoksemia yang progresif dan hiperkapnia dengan asidosis metabolik. Insidensi asfiksia neonatorum adalah 2 9 kasus pada 1000 kelahiran hidup. Asfiksia neonatorum bisa diakibatkan oleh beberapa mekanisme : (1) gangguan aliran darah umbilikus akut, (2) pemisahan

12

plasenta prematur, (3) hipotensi atau hipoksia maternal, (4) insufisiensi kronik plasenta, dan (5) kegagalan melakukan resusitasi neonatal dengan benar. II. DEFENISI Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnea, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan factor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterin (Gabriel Duc, 1971). Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi. Anoksia adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan akibat dari kekurangan oksigen yang menyeluruh karena sejumlah sebab primer. Hipoksia merujuk pada kadar oksigen arteria yang kurang dari normal, dan iskemia merujuk pada aliran darah ke sel atau organ tidak mencukupi untk mempertahan kan fungsi normalnya. Ensefalopati hipoksik iskemik merupakan penyebab cedera permanen yang penting pada sel-sel system saraf pusat yang dapat mengakibatkan kematian neonatus atau nantinya, jejas dapat bermanifestasi sebagai palsy serebral atau defisiensi mental. Pencegahan dan pengobatannya diarahkan pada keadaan dasar yang menyebabkannya : kematian dan ketidakmampuan kadang-kadang dapat dicegah melalui pengobatan terhadap gejala yang timbul dengan memberikan oksigen atau pernafasan buatan dan koreksi disfungsi system multiorgan terkait.

13

Setiap bayi yang dilahirkan di luar kamar bersalin yang memiliki peralatan lengkap hendaknya dianggap memiliki faktor risiko tambahan. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan komplikasi, misalnya diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan (55mmH2O Ph< 7,3

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium ; Analisa gas darah, menunjukkan hasil:

22

VIII. PENATALAKSANAAN RESUSITASI

LahirCukup bulan ? Air Ketuban jernih? Bernafas atau menangis? Tonus otot baiktidak

ya

Perawatan rutin Berikan kehangatan Bersihkan jalan nafas Keringkan Nilai warna kulit

Perkiraan waktu

30 detik

Berikan kehangatan Posisikan, bersihkan jalan napas * (bila perlu) Keringkan, rangsang, posisikan lagi

Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung, dan warna kulit.

Bernapas FJ >100, Kemerahan Sianosis

Parawatan observasi

Apnu atau FJ < 100 30 detik

Berikan tambahan oksigen

Berikan VTP*

Ventilasi efektif FJ > 100 Dan kemerahan

Parawatan observasi

FJ < 60

FJ > 60

Berikan VTP* Lakukan kompresi dada*30 detik FJ < 60

Berikan epinefrin *

23* Intubasi endotrakeal dapat dipertimbangkan pada beberapa langkah

Jika ada riwayat pemberian obat narkotik analgesic pada ibu, Narcan (nalokson, 0,1 mg/kg, diberikan melalui subkutan, intramuscular, intravena, atau intratrakea) diberikan sementara ventilasi yang adekuat dipertahankan. Pernafasan bayi yang depresi harus tetap dipertahankan sampai dilaporkan ada respon terhadap narcan. Pengamatan secara terus menerus pada bayi penting dilakukan karena dosis ulangan narcan mungkin diperlukan. Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernafasan Indikasi: Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda withdrawal tibatiba pada sebagian bayi. Jika frekuensi jantung tidak membaik sesudah 15-30 detik dengan kantong dan masker ventilasi (atau endotrakea) dan tetap dibawah 60/menit atau jika frekuensi kurang 80/menit dan tidak ada peningkatan, ventilasi diteruskan dan kompresi dada dengan dua jari dimulai pada sepertiga bawah sternum dengan frekuensi 120/menit. Rasio kompresi terhadap ventilasi adalah 3:1 . Bradikardi pada bayi neonatus biasanya karena hipoksia akibat berhentinya pernafasan dan sering responsive terhadap pemberian ventilasi dengan oksigen 100% . Bradikardia yang menetap walaupun diberikan ventilasi dengan oksigen 100% memberi kesan adanya gangguan jantung yang lebih berat atau teknik ventilasi tidak adekuat. Respon yang jelek terhadap ventilasi mungkin karena masker longgar , posisi jalan napas jelek, intubasi intraesofagus, obstruksi

24

jalan napas, tekanan tidak cukup, efusi pleura, pneumothorak, ada udara yang berlebihan didalam lambung, asistol hipovolemia, hernia diafragmatika, atau asfiksia intrauterine yang lama. Intubasi endotrakea harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman pada setiap bayi yang tidak memberikan respon terhadap ventilasi kantong dan masker atau yang dilahirkan dengan apnea, nadi tidak teraba, sianosis, dan lemah dengan tanda-tanda kegawatan janin Obat harus diberikan bila frekuensi jantung kurang dari 80/menit pasca kombinasi ventilasi dan kompresi dada selama 30 detik atau selama asistol. Biasanya vena umbilikalis dapat dengan mudah dikanulasi dan harus segera digunakan untuk memberikan obat-obatan, glukosa dan volume ekspander selama resusitasi neonatus. Volume ekspander Indikasi: Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil, lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Jenis cairan: Larutan kristaloid hipotonis (Nacl 0,9%, ringer laktat) Dosis: Dosis awal 10ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menimbulkan respon klinis Transfusi golongan darah O negative jika diduga kehilangan darah banyak. Insufisiensi sirkulasi dapat muncul pada saat lahir akibat perdarahan interna: perdarahan janin selama kehamilan, kelahiran atau persalinan (misalnya, sindrom transfuse fetofetal atau fetomaternal) perdarahan dari sirkulasi janin akibat robekan plasenta saat amniosintesis, perdarahan berlebihan dari tali pusat yang putus atau robek, atau anemia hemolitik berat. Manifestasi klinis meliputi adanya

25

tanda-tanda kegawatan pernafasan, sianosis, pucat, flasiditas, kulit dingin berbintik-bintik, takikardia atau bradikardia, hepatosplenomegali, dan yang jarang, konvulsi. Edema dan hepatosplenomegali dapat juga memberi kesan hidrops fetalis atau gagal jantung kongestif tanpa syok. Syok dari infeksi yang berlimpah juga dapat dijumpai sesudah lahir. Pengobatan pendukung dengan darah tipe O, Rh negative plasma, atau larutan elektrolit merupakan indikasi pada hipovolemia. Oksigen harus diberikan dan asidosis metabolik dikoreksi dengan natrium karbonat. Agen beta simpatomimetik, seperti dopamine dan dobutamin, mungkin diperlukan untuk mendukung curah jantung dan tekanan darah. Jika ada infeksi, antibiotik yang tepat harus dimulai sesegera mungkin. Epinefrin (0,1-0,3 ml/kg larutan 1: 10000, intravena atau intratrakea) diberikan selama asistol atau saat gagal memberikan respon terhadap kombinasi resusitasi selama 30 detik. Dosis dapat diulangi setiap 5 menit. Jika tidak ada respon, beberapa pakar menganjurkan untuk menggunakan 5-10 kali dosis epinefrin baku. Sepuluh sampai 20 ml /kg volume ekspander (salin normal, darah, albumin 5%, ringer laktat) harus diberikan pada bayi yang hipovolemia, pucat, disosiasi elektrik mekanik (nadi lemah dengan frekuensi jantung normal), mempunyai riwayat kehilangan darah, dicurigai mengalami syok septic, hipotensi, atau memberikan respon jelek terhadap resusitasi. Natrium bikarbonat (1-2 mEq/kg, 0,5 mEq/ml larutan 4,2%) harus diberikan perlahan-lahan ( 1mEq/kg/menit) jika dijumpai ada asidosis metabolik dan resusitasinya lama. Natrium bikarbonat Indikasi bikarbonat: Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi Dosis: 1-2 mEq/kgBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7,4%) harus diberikan sesudah ventilasi efektif dicapai, karena terapi demikian dapat menaikkan CO2 darah, menimbulkan asidosis respiratorik.

26

Cara: Diencerkan dengan aquabidest atau dextrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak Pemulihan oksigenasi dan perfusi jaringan merupakan pengobatan utama asidosis metabolik akibat asfiksia Asfiksia berat juga dapat menekan fungsi miokardium, menyebabkan syok kardiogenik walaupun frekuensi jantung dan pernafasan pulih kembali. Dopamin atau dobutamin diberikan dalam infus terus menerus (5-20g/kg/menit) dan volume ekspander harus dimulai sesudah upaya resusitasi awal untuk memeperbaiki curah jantung pada bayi yang perfusi perifernya jelek , nadi lemah, hipotensi, takikardia dan curah urin jelek . Epinefrin (0,1g/kg/menit) dapat diindikasikan dengan bayi-bayi yang syok berat yang tidak memberikan respon terhadap dopamine dan dobutamin. Tingkat asfiksia yang kurang berat biasanya dapat diperbaiki dengan ventilasi kantong dan masker oksigen 100% dalam kurun waktu yang tidak lama. Kompresi dada dan obat-obatan tidak diperlukan pada kebanyakan neonatus yang menderita depresi lahir sampai berat. Tanpa memandang keparahan asfiksia atau responnya terhadap resusitasi, bayi yang mengalami asfiksia harus dipantau dengan ketat akan adanya tanda-tanda jejas jaringan hipoksik iskemik multiorgan.

Bagaimana memprioritas tindakan anda?Penilaian berdasarkan tiga tanda utama berikut: Pernafasan Frekuensi jantung Warna kulit

Warna kulit Anda akan memutuskan apakah suatu langkah itu efektif berdasarkan penilaian setiap tiga tanda. Walaupun begitu anda dapat

27

melakukan penilaian tiga tanda ini sekaligus, Frekuensi jantung yang rendah adalah suatu tanda yang sangat penting dimana kita harus masuk pada langkah berikutnya. Proses dari penilaian, keputusan dan tindakan selalu di ulang-ulang dalam proses resusitasi. Anda akan memutuskan apakah suatu langkah itu efektif berdasarkan penilaian setiap tiga tanda. Walaupun begitu anda dapat melakukan penilaian tiga tanda ini sekaligus, Frekuensi jantung yang rendah adalah suatu tanda yang sangat penting dimana kita harus masuk pada langkah berikutnya. Proses dari penilaian, keputusan dan tindakan selalu di ulang-ulang dalam proses resusitasi.

Mengapa nilai apgar tidak digunakan selama resusitasi?Nilai apgar merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan berguna untuk memberi informasi mengenai keadaan bayi secara keseluruhan dan keberhasilan tindakan resusitasi. Walaupun demikian, tindakan resusitasi harus dimulai sebelum perhitungan pada menit pertama. Jadi nilai apgar tidak digunakan untuk menentukan apakah seorang bayi memerlukan resusitasi , langkah mana yang dibutuhkan, atau kapan kita menggunakannya. Ada tiga tanda utama yang digunakan untk menentukan bagaimana dan kapan melakukan resusitasi ( pernafasan, frekuensi jantung, warna kulit) dan ini merupakan bagian dari nilai apgar. Dua tanda tambahan ( Tonus otot dan nilai rangsangan) menggambarkan dua tanda neurologist. Hal ini sebaiknya diperhatikan bahwa penilaian individu terhadap nilai apgar akan berbeda-beda jika bayi sedang diresusitasi, sehingga pencatatan sebaiknya sesuai dengan apa yang akan dinilai saat resusitasi, jika ada, dapat dicatat setiap penilaian dilakukan. Nilai apgar biasanya dinilai pada menit 1 kemudian pada menit ke 5. Jika nilainya pada menit ke 5 kurang dari 7, tambahan penilaian harus dilakukan setiap menit 5 sampai 20 menit. Walaupun nilai apgar bukan merupakan nilai prediksi yang baik untuk hasil, akan tetapi perubahan nilai yang terjadi pada saat resusitasi

28

dapat menggambarkan bagaimana bayi memberikan respon terhadap tindakan resusitasi.

Bagaimana menyiapkan resusitasi?Pada setiap kelahiran, kita harus siap untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga yang telah terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggungjawab pada perawatan bayi baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan resusitasi yang lebih kompleks. Dengan pertimbangan yang baik terhadap factor resiko, lebih separuh bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir. Jika anda mengantisipasi kebutuhan untuk resusitasi neonatus maka anda dapat: Memanggil tenaga terlatih tambahan Menyiapkan peralatan resusitasi yang diperlukan Faktor resiko apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan resusitasi neonatus?

Tindakan apa yang anda lakukan setelah resusitasi?Bayi yang telah mendapatkan resusitasi akan mempunyai resiko mengalami gangguan setelah tanda-tanda vitalnya kembali normal. Pada awal pelajaran ini, anda telah mengetahui bahwa semakin lama bayi dalam keadaan membahayakan, semakin lama pula akan memberi respons terhadap upaya resusitasi. Program resusitasi neonatus ini akan merujuk perawatan pasca resusitasi pada tiga keadaan dibawah ini: Perawatan rutin: Hampir 90% bayi baru lahir merupakan bayi bugar tanpa factor resiko dan bersih dari cairan amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan tindakan awal resusitasi. Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan dengan meletakkan bayi didada ibunya, dikeringkan dan ditutupi dengan selimut yang kering. Kehangatan tubuh akan dipertahankan melalui kontak kulit bayi

29

dengan kulit ibunya (skin to skin contact). Membersihkan jalan napas atas dapat dilakukan bila diperlukan , dengan membersihkan mulut dan hidung bayi. Sambil melakukan langkah awal seperti ini, pengawasan terus-menerus terhadap usaha napas, aktifitas dan warna kulit tetap dilakukan untuk menentukan perlunya tindakan tambahan.

Perawatan observasi: Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intra partum, dengan mekonium pada air ketuban atau pada kulit, gangguan pada usaha napas , dan sianosis, memerlukan pengawasan yang lebih ketat saat lahir. Bayi-bayi ini harus dievaluasi dan ditangani dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awal dengan benar. Bayi semacam ini tetap memiliki resiko perburukan yang berhubungan dengan masalah perinatal dan harus sering dievaluasi selama masa neonatal dini. Kebanyakan kasus akan memerlukan bayi pada perawatan bayi transisi dimana tersedia pengawasan kardiorespirasi tanda-tanda vital dengan ketat. Walaupun demikian orangtua dapat diijinkan untuk melihat, menyentuh, dan mungkin memegang bayinya, tergantung derajat stabilitasnya.

Perawatan pasca resusitasi : Bayi yang mendapatkan ventilasi tekanan positif atau tindakan lebih lanjut yang memerlukan dukungan terus menerus, memiliki resiko gangguan yang berulang dan beresiko tinggi mendapatkan penyulit pada masa transisi yang abnormal. Bayi semacam ini pada umumnya harus ditangani dalam ruangan yang dapat melakukan pengawasan dan pemantauan terus menerus. Bila perlu dirujuk ke unit perawatan intensif. Orangtua diberikan kebebasan melihat bayinya

30

IX. KOMPLIKASI Sistem Sistem saraf pusat Pengaruh Ensefalopati hipoksik iskemik, infark, perdarahan intrakranial,kejang-kejang, edema otak, hipotonia, hipertonia Kardiovaskular Iskemia jelek, miokardium, bising jantung, kontraktilitas insufisiensi

trikuspidalis, hipotensi Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom kegawatan pernafasan Ginjal Adrenal Saluran cerna Metabolik Nekrosis tubular akut atau kortek Perdarahan adrenal Perforasi, ulserasi, nekrosis Sekresi ADH yang tidak sesuai,

hiponatermia, Kulit Hematologi Nekrosis lemak subkutan

hipoglikemia,

hipokalsemia, mioglobulinuria

Koagulasi intravaskular tersebar

31

X. PROGNOSIS Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolik dan kardiopulmonalnya (hipoksia, hipoglikemia, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan bayi( hasil akhir paling jelek jika bayi preterm),dan pada tingkat keparahan ensefalopati hipoksik iskemik. Ensefalopati berat, ditandai dengan koma flasid, apnea ,refkek okulosefalik tidak ada, kejang refrakter, dan pengurangan penipisan kortek yang nyata pada CT scan, dihubungkan dengan prognosis yang jelek.tanda kelainan neurologis pada usia 2 minggu juga meramalkan kematian atau adanya deficit kognitif dan motorik yang berat. Kematian otak pasca ensefalopati hipoksik iskemik neonats di diagnosis dengan penemuan-penemuan klinis, yaitu koma yang tidak responsive terhadap rangsang nyeri,pendengaran atau penglihatan; apnea dengan kenaikan PCO2 dari 40 sampai lebih dari 60 mmHg dan reflek batang otak tidak ada( pupil, okulosefalik, okulovestibular, kornea, menyumbat, menghisap). Keadaan ini harus terjadi bila tidak ada hipotermia, hipotensi dan kenaikan kadar obat- obat depressan (misalnya fenobarbital). Tidak adanya aliran darah serebral pada scan radionuklid dan aktivitas listrik pada EEG Elektroserebral tenang) diamati secara tidak tetap pada bayi neonatus yang mengalami kematian otak secara klinis. Menetapnya kriteria klinis selama 2 hari pada bayi cukup bulan dan 3 hari pada bayi preterm meramalkan kematian otak pada kebanyakan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia. Namun tidak ada kesesuaian universal mengenai definisi kematian otak neonatus. Pertimbangan untuk menghentikan alat-alat pendukung kehidupan harus dibahas dengan keluarga, tim perawat kesehatan, dan jika ada kesesuaian, juga harus dibahas dengan komite etik. Perhatian pada bayi yang paling baik meliputi pertimbangan mengenai manfaat bahaya melanjutkan terapi serta menghindari terapi yang sia-sia tanpa memandang adanya mati otak.

32

DAFTAR PUSTA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Pentingnya Tes Apgar. Available at www.artikel.asp.htm 5 januari 2007 Johm MK. Multiorgan system failure from perinatal asphyxia. Dikutip dari www.iowa.com Sharma S. Neurophatology and placental phatology of acute perinatal asphyxia. Available at www.emedicine.com. 2006 Medical References Low Birthweight.htm dalam www.marchofdimes.com Low Birthweight.htm dalam www.childinfo.org UNICEF and WHO, Low Birthweight: Country, Regional and Global Estimates, New York, 2004. Anonymous. Kecil Untuk Masa Kehamilan. Dalam www.medicastore.com, 2005. Kematian Bayi BBLR Naik dalam Harian KOMPAS, 2 Juli 2005 Anonymous. Birth weight. Dalam www.wikipedia.com, 2007 Waldo E.Nelson, MD, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 volume 1. Jakarta: EGC. 2000 Chair, Imral, dkk. Buku panduan Resususitasi Neonatus Edisi 5. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia.2006 Ikatan Dokter Indonesia. Asfiksia neonatorum. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi. 2004 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK UI. 1985.

33

PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Suku Agama Alamat No. CM No. Register Tanggal Masuk : By.S : 0 hari : Pria : Aceh : Islam : Desa Tebaluy Darul Kamal Aceh Besar : 0-71-97-54 : 0033230 : 25 Juli 2009

Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2009 II. IDENTITAS KELUARGA a. Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat b. Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Nama ibu : Aceh : Islam : SMA : IRT Nama ayah : Aceh : Islam : S1 : PNS : Desa Tebaluy Darul Kamal Aceh Besar : Ny. S : 30 tahun : Tn. M : 35 Tahun

34

Alamat III. ANAMNESA Alloanamnesa a. Keluhan Utama b. Keluhan Tambahan

: Desa Tebaluy Darul Kamal Aceh Besar

: : Tidak segera menangis :-

c. Riwayat Penyakit Sekarang Hal ini dialami os sesaat setelah os dilahirkan secara SC atas indikasi G4P3A0 + hamil 31-32 minggu + eklamsi. Badan dan ekstremitas kebiruan (+),gerakan tubuh dan ekstremitas tidak dijumpai. APGAR score 4-5, Berat badan lahir 1600 gram, panjang badan 43 cm, Lingkar Kepala 30 cm,Tali pusat putih mengkilap, anus (+) dan tidak di temukan kelainan kongenital mayor. d. Riwayat Penyakit Dahulu e. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal : Disangkal

f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan : Riwayat ibu menderita darah tinggi saat hamil (+) tetapi ibu tidak rutin memeriksakan kehamilannya pada pusat kesehatan.riwayat ibu mengalami kejang sebelum melahirkan (-),riwayat ibu menderita DM dan demam pada saat kehamilan tidak dijumpai. Riwayat perdarahan saat kehamilan (-),riwayat ketuban pecah dini (-). Ini adalah anak ke empat dan usia ibu saat kehamilan ini 30 tahun. g. Riwayat Imunisasi : Pasien belum mendapat imunisasi

35

IV. PEMERIKSAAN FISIK a. Status Present Keadaan Umum Kesadaran Heart rate Respiratory rate Temperatur Panjang Badan Berat Badan Lahir Lingkar kepala b. Status General Kulit Warna Turgor Ikterus Pucat Sianosis : Sawo matang : Kembali cepat :(-) :(-) :(-) : Lemah : Somnolen : 148 x/menit : 46 x/menit : 36,60C : 43cm : 1600 gram : 30 cm

Berat Badan Sekarang : 1300 gram

Kepala Rambut Mata Telinga Hidung Mulut

: UUB terbuka rata : Hitam, rata, sukar di cabut : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-), Reflek cahaya (+/+), pupil isokor. : Serumen (-/-) : Simetris, Sekret (-/-), NCH (-/-) : Bibir pucat : (-)

36

Leher Inspeksi Palpasi Thorax Inspeksi Statis Dinamis : Simetris : Pernafasan thoracoabdominal, simetris, retraksi (+/+) : Simetris : Pembesaran KGB (-)

a. Paru-paru Depan Palpasi Perkusi Auskultasi Kanan Fremitus (N) Sonor Vesikuler (N) Ronkhi (-) Wheezing (-) Kiri Fremitus (N) Sonor Vesikuler (N) Ronkhi (-) Wheezing (-)

Belakang Palpasi Perkusi Auskultasi

Kanan Fremitus (N) Sonor Vesikuler (N) Ronkhi (-) Wheezing (-)

Kiri Fremitus (N) Sonor Vesikuler (N) Ronkhi (-) Wheezing (-)

37

b. Jantung Inspeksi Palpasi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi - Perkusi - Auskultasi : Simetris, Distensi ( - ) : Nyeri tekan ( - ) : Thympani : Peristaltik normal : Iktus kordis tidak terlihat, cardiac bulging (-) : Iktus kordis teraba pada ICR IV, 1 cm linea midclavicula sinistra : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), desah (-)

Genetalia Anus Ekstremitas

: Pria, Tidak ada kelainan : (+) : Oedem (-) Sianosis (-)

Kelenjar limfe : Pembesaran (-)

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM a. Darah Hb Leukosit Trombosit Hitung jenis : 15,9 gr/dl : 6800 / ul : 174.000/ ul : 1/0/2/58/23/16

Bilirubin total : 5,6 mg/dl Bilirubin direct : 1,5 mg/dl

38

VII. RESUME A. Identitas penderita Penderita adalah bayi laki-laki, umur 0 hari , suku Aceh, ayah tamatan S1, pekerjaan PNS, ibu tamatan SMA pekerjaan ibu rumah tangga. os

ANAMNESIS Keluhan utama Keluhan tambahan : Tidak segera menangis setelah lahir :-

Pasien baru unit Perinatologi RSUDZA masuk tanggal 25 juli 2009 pukul 18:30 WIB. Pasien lahir secara SC atas indikasi G4P3A0 + hamil 31-32 minggu + eklamsi. Bayi lahir tidah segera menangis 1 menit dengan APGAR score 4-5, Berat badan lahir 1600 gram, panjang badan 43 cm, Lingkar Kepala 30 cm,Tali pusat putih mengkilap, anus (+) dan tidak di temukan kelainan kongenital mayor. Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi pada masa kehamilan. Riwayat DM disangkal, riwayat demam pada masa kehamilan disangkal, riwayat perdarahan disangkal. B. Pemeriksaan Fisik Status Present Keadaan Umum : Lemah Kesadaran Heart rate Respiratory rate Temperatur Berat Badan Lahir : Somnolen : 148 x/menit : 46 x/menit : 36,60C : 1600 gram

Berat Badan Sekarang : 1300 gram

39

Status General Kulit : Tidak ditemukan kelainan Kepala Mata Hidung Mulut Bibir pucat Leher Thorak Abdomen Status neurologis Ekstremitas Kelenjar limfe Status neurologis c. Laboratorium Darah rutin Hb Leukosit Trombosit Hitung jenis : : 15,9 gr/dl : 6800 / ul : 174.000/ ul : 1/0/2/58/23/16 : Simetris : Konjungtiva pucat (-/-) : Sekret (-) : Mucosa hiperemis : (-) : Pembesaran KGB (-) : Simetris, Retraksi (+) : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Pembesaran kelenjar inguinal (-) : Dalam Batas Normal : (-)

Bilirubin total : 5,6 mg/dl Bilirubin direct : 1,5 mg/dl IX. DIAGNOSA SEMENTARA NKB + SMK + BBLR + Asfiksia neonatorum

40

X. PENATALAKSAAN a. Supportif Rawat incubator O2 via CPAP IVFD KAEN 4B 9 gtt/i mikro Diet sementara puasa

b. Medikamentosa Injeksi Gentamicin 7,5 mg/ 24 jam/ IV (H9) Injeksi Ranitidin 2mg/12jam Injeksi aminophilin 2,5mg/12jam (H2) Benutrion ve 15cc/hr=1cc/i

XI. PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad sanam Quo ad Functionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

41

42