makalah asfiksia
DESCRIPTION
asfiksia pada neonatusTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Menurut WHO (dalam Depkes RI, 2004) bahwa setiap tahunnya, kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 47%
meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 5 menit
terdapat satu neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di
Indonesia diantaranya asfiksia sebesar 27% dari seluruh kematian neonatus.
1 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan sistim pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru –
paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx yang bercabnga dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan
alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan
hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler
paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan
di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang
masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
2 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2
akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan
tingkat gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan
(lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke
paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan
adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga
tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap
saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
3 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan
ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan
secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di
paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika
terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim.
4 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 SKENARIO
LBM I
BARU LAHIR BELUM MENANGIS
Seorang perempuan, umur 0 hari, lahir di RS, belum menangis saat
dilahirkan. Dilakukan pemeriksaan APGAR score segera setelah lahir dan
didapatkan denyut jantung 40x/menit, warna kulit tubuh kemerahan dengan
ekstremitas kebiruan, tonus otot lemah, dan tidak berespon saat diberi rangsangan.
Riwayat persalinan aterm, lahir spontan, dibantu oleh dokter. Berat badan saat
lahir 3200 gr, plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap. Setelah dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk AGD didapatkan kondisi hipoksemia, hiperkarbia,
dan asidosis.
3.2 TERMINOLOGI
Hipoksia adalah penurunan tekanan PaO2 dalam darah atau suatu keadaan
dimana terjadi penurunan konsentrasi O2 dalam darah atreri (PaO2) atau
saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah nilai normal (nilai normal PaO2 adalah
85-100 mmHg dan SaO2 sebesar 95%).
Hiperkarbia adalah penurunan kesadaran akibat peningkatan tekanan CO2
arteri (PaCO2).
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung
asam atau terlalu sedikit basa yang menyebabkan penurunan pH darah.
APGAR score adalah penilaian pada bayi baru lahir sesaat setelah bayi
dilahirkan. Yang dinilai adalah :
5 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
Skor 0 1 2
Detak Jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 -140 x/menit
Usaha Pernafasan Tidak bernafas
lebih dari 1 menit
Tidak teratur dan
lambat
Pernafasan yang baik
dengan tangisan yang
normal
Kekuatan Otot Lemas dan lunglai Lemah, tidak aktif,
hanya lengkungan
tangan dan kaki
Gerakan yang aktif
dan kuat
Warna Tubuh Biru dan pucat Tubuh merah jambu,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh merah
jambu
Iritabilitas
Refleks
Tidak ada respon Kernyitan diwajah Batuk, bersin dan
menangis
Keterangan : 0 – 3 : Asfiksia Berat, 4 – 6 : Asfiksia sedang, 7 – 10 :
Normal.
3.3 PERMASALAHAN
a) Skor Apgar pada bayi dalam skenario ?
Jawab :
- Bayi tidak menangis saat dilahirkan ( 0 )
- DJJ 40 x/menit ( 1)
- Warna kulit tubuh kemerahan, ekstremitas biru ( 1 )
- Tonus otot lemah ( 1 )
- Tidak ada respon refleks rangsangan ( 0 )
Jadi APGAR score pada bayi diatas adalah 3 ( asfiksia berat )
b) Mengapa bayi tidak menangis setalah lahir ?
Jawab : bayi yang tidak menangis saat dilahirkan menunjukkan tidak
adanya usaha dari bayi untuk bernafas. Hal ini menyebabkan terganggunya
pertukaran gas atau pengangkutan O2. Akhirnya bayi akan kekurangan O2
di dalam darah.
6 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
c) Mengapa pada bayi didaptkan warna kemerahan pada bagian tubuh dan
kebiruan pada ujung ektermitas ?
Jawab : ini dapat diakibatkan oleh penumpukan deoksihemoglobin pada
pembuluh darah kecil pada area perifer/ ekstremitas. Penumpukan
deoksihemoglobin disebabkan oleh penurunan saturasi oksigen di dalam
darah pada penderita asfiksia. Hal ini khususnya terjadi di daerah
perifer/ekstremitas karena suplai O2 yang ada cenderung disalurkan ke
organ-organ vital ( otak, jantung, ginjal) untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi tersebut.
3.4 ASFIKSIA NEONATORUM
A. DEFINISI
Kata asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
terjadinya asidosis. Bila berlangsung terlalu jauh proses ini dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital. Sebagian besar asfiksia neonatorum
merupakan kelanjutan asfiksia janin. Karena itu penilaian janin selama
masa kahamilan dan persalinan memegang peranan penting untuk
keselamatan bayi
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
mengalami gangguan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran
gas serta transfor O2 dan ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
7 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
B. ETIOLOGI
Faktor ibu
Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.
Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada
uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan kontraksi
uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit
atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi
pada penyakit eklamsi dan lain-lain.
Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta, dan lain-lain.
Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ;
pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma
yang terjadi pada persalinan mosalnya perdarahan intra cranial,
kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia
atau stenosis saluran pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.
8 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
C. PATOGENESIS
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh
dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk
otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
9 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya.
10 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
D. TANDA DAN GEJALA
1. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
3. Kulit sianosis, pucat
4. RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
5. Bradikardia
6. Tonus otot menurun
7. Tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Menurut Manuaba (1997), tanda lain dari asfiksia neonatorum
adalah:
- Apnu primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan
tonus neuromuscular menurun
- Apnu sekunder : Apabila asfiksia berlanjut, bagi
menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut
jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif),
pernafasan makin lama makin lemah.
E. DIAGNOSIS
APGAR score
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir
menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan
dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk
menghasilkan angka nol hingga 10.
Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai
singkatandari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warn
a kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan
pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
11 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
Lima kriteria Skor Apgar:
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim
Warna kulitseluruhnya
biru
warna kulit tubuh
normal merah
muda,
tetapi tangan dan
kaki kebiruan
(akrosianosis)
warna kulit tubuh,
tangan, dan kaki
normal merah muda,
tidak ada sianosis
A
ppearance
Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
Respons refleks
tidak ada
respons
terhadap
stimulasi
meringis/
menangis lemah
ketika distimulasi
meringis/bersin/batuk
saat stimulasi saluran
napas
Grimace
Tonus ototlemah/
tidak adasedikit gerakan bergerak aktif Activity
Pernapasan tidak adalemah atau tidak
teratur
menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
R
espiration
Keterangan : 0 – 3 : Asfiksia Berat, 4 – 6 : Asfiksia sedang, 7 – 10 :
Normal.
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5
menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai
keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)
Dapat dilakukan pemeriksaan analisis gas darah ( AGS ) untuk
mengetahui PO2 dan PCO2.
12 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
F. PENATALAKSANAAN
Resusitasi :
A : Memastikan saluran nafas terbuka
- Meletakkan bayi pada posisi yang benar
- Menghisap mulut kemudian hidung, kalo perlu trakea
- Bila perlu masukkan pipa ET untuk memastikan jalan nafas terbuka
B : Memulai pernafasan
- Lakukan rangsang taktil untuk memulai pernafasan
- Bila perlu memakai ventilasi tekanan positip (VTP) menggunakan
sungkup dan balon atau pipa ET dan balon.
C : Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a) Pengawasan suhu
b) Pembersihan jalan nafas
c) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan
dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfiksia berat hampir
selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis
2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas
jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.
13 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
Usaha pernapasanbiasanya mulai timbul setelah tekanan
positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak
didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka
masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-
100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam
perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti
oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil
bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau
gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan
nafas.
b) Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan
aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala.
Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit,
sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen.
Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan
mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara
tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong
masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong
diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali
permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
14 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan
berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus
otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus
dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.
15 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
G. KOMPLIKASI
Meliputi berbagai organ yaitu :
1. Otak : hipoksis iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
2. Jantung dan paru-paru : hipertensi pulmonal persisten pada
neonatus, perdarahan paru, edema paru
3. Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut
5. Hematologi : DIC
16 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan skenario bayi baru lahir (BBL) dengan di temukan adanya
hipoksia, hiperkarbia, asidosis dan bayi tidak menangis, denyut jantung 40
kalipermenit, warna kulit tubuh kemerahan dengan ekstrimitas kebiruan,tonus
otot lemah dan tidak ada respon terhadap refleks maka kelompok kami
mendiagnosis bayi tersebut mengalami Asfiksia neonatorum.
Hal ini juga didukung dengan APGAR score pada skenario adalah Bayi
tidak menangis ( 0 ) , DJJ 40 x/menit ( 1 ), Warna kulit tubuh kemerahan,
ekstremitas biru ( 1 ) , Tonus otot lemah ( 1), Tidak ada respon refleks
rangsangan ( 0 ) dengan jumlah total APGAR score 3 yang menandakan bayi
tersebut mengalami asfiksia berat.
Bila berlangsung terlalu jauh proses ini dapat mengakibatkan kerusakan
otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital.
Sebagian besar asfiksia neonatorum merupakan kelanjutan asfiksia janin.
Karena itu penilaian janin selama masa kahamilan dan persalinan memegang
peranan penting untuk keselamatan bayi.
17 BARU LAHIR BELUM MENANGIS
DAFTAR PUSTAKA
Marcdante, karen, dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial edisi ke 6.
Jakarta : Saunder Elsvevier.
Markum,AH. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI
Nelson, waldo, dkk. 2013. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 volume 2. Jakarta
: EGC
Price, sylvia, dkk.2012. Patofisiologi edisi 6 jilid ke 2. Jakarta : EGC
Rahman, alif. “Asfiksia Neonatorum”.
http://www.scribd.com/doc/17294193/kejadianasfiksiabayibarulahir ( diakses
tanggal 12 September 2012 )
18 BARU LAHIR BELUM MENANGIS