askeb asfiksia
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pengumpulan data selama 3 hari yaitu pada tanggal 23 –
26 Oktober 2012 ditemukan kasus asfiksia pada ruang perinatalogi.
Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002 – 2003,
angka kematian neonatal sebesar 20 per 100 kelahiran hidup. Dalam satu
tahun sekitar 89.000 bayi berumur dibawah 1 bulan meninggal. Artinya setiap
6 menit ada 1 bayi meninggal. Asfiksia merupakan salah satu penyebab
utama kematian neonatal (27%) setelah BBLR (29%).
Secara umum penyebab asfiksia dibagi dalam 3 faktor: faktor ibu,
faktor tali pusat dan faktor bayi itu sendiri seperti: bayi prematur(<37
minggu), persalinan dengan tindakan (rangsang, bayi kembar, distonsia bahu,
ekstrasi vakum, forcep), kelahiran bawaan dan air ketuban bercampur
mekonium.
Pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan telah mencapai
73,14% (profil kesehatan Indonesia, 2003) dan sebagian besar persalinan
tersebut dilakukan oleh Bidan. Bidan sebagai penolong persalinan, sering kali
dihadapkan dengan keadaan bayi lahir mengalami asfiksia. Dimana asfiksia
dapat menyebabkan cacat mental, pneumonia, dan kematian. Dalam keadaan
demikian Bidan harus melakukan tindakan tertentu agar BBL dapat bernafas
spontan segera mungkin. Untuk dapat melakukan tindakan tersebut , Bidan
harus trampil dan kompentensi dalam manajen asfiksia BBL dan juga
diperlukan perawatan yang intensif. Maka pada kesempatan ini penulis
tertarik untuk memberikan asuhan dengan asfiksia sedang
2
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.’A’ dengan Asfiksia di RSUD Padang
Panjang”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi
dengan asfiksia sedang secara komprehensif
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa
dapat :
1. Mengkaji data bayi dengan asfiksia sedang.
2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah bayi dengan asfiksia sedang.
3. Mengantisipasi diagnosa/maasalah potensial bayi dengan asfiksia
sedang.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi dengan asfiksia
sedang
5. Melaksanakan rencana asuhan pada bayi dengan asfiksia sedang.
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengtahuan atau keterampilan dan dapat
mengaaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
dengan pendokumentasian SOAP dalam penanganan pada bayi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya
STIKES Piala Sakti pada ASFIKSIA
3. Bagi Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan untuk upaya peningkatan mutu pelayanan
asuhan kebidanan dalam penanganan kasus ASFIKSIA.
3
BAB II
TINJAUAN TORITIS
2.1 Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
2.2 Jenis Asfiksia
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
1. Asfiksia livida (biru)
2. Asfiksia pallida (putih)
2.3 Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
4
2.4 Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat
janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor
tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
• Preeklampsia dan eklampsia
• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
• Partus lama atau partus macet
• Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
• Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
• Lilitan tali pusat
• Tali pusat pendek
• Simpul tali pusat
• Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
• Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
• Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
• Kelainan bawaan (kongenital)
• Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
5
2.5 Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu
periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode
apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi
asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan
tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
(Rustam, 1998).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
• Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
• Warna kulit kebiruan
• Kejang
• Penurunan kesadaran
6
2.6 Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
3. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
4. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini
curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium
dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran
urine sedikit.
5. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
6. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
2.7 Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat
dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
7
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per
menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan
harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu
dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap
sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
(Wiknjosastro, 1999)
2.8 Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah
menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya
melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif
berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan
dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh
tiga tanda penting, yaitu :
• Penafasan
• Denyut jantung
• Warna kulit
8
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi
atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak
kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.9 Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain / handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6. Jam atau pencatat waktu.
(Wiknjosastro, 2007).
2.10 Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan
balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
9
3. Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan
Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi
dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas
yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut
sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai
warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri
oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
7. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
8. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi
tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke
mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
9. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.
10. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
11. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
12. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai
kompresi jantung.
13. 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
14. Jika denyut jantung 0 atau 100 x / menit hentikan obat.
10
15. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis
diatas tiap 3 – 5 menit.
16. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan
dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan
depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi
dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat
antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil.
Persiapan minumum antara lain :
- Alat pemanas siap pakai – Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan
efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
clan siap pakai.
(Dari berbagai sumber)
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERINATOLOGI PADA BAYI NY “A”
DENGAN ASFIKSIA DI RSUD PADANG PANJANG
TANGGAL 23 OKTOBER 2012
Pengumpulan Data
3.1 Identitas
1. Identitas Bayi
Nama : By Ny. “A”
Tempat/tgl lahir : Padang Panjang/20 Oktober 2012
Umur : 3 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Padang Panjang
2. Identitas Orang Tua (Ibu/Ayah)
Nama Ibu
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
Ny “A”
33 Tahun
Minang
Islam
SMA
IRT
Padang Panjang
Nama Ayah
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
Ny “P ”
35 Tahun
Minang
Islam
SMK
Wiraswasta
Padang
Panjang
3.2 Anamnesa
Pada Tanggal : 23 Oktober 2012
Pukul : 10.00 WIB
1. Riwayat Penyakit Kehamilan
a. Perdarahan : Ada
b. Pre – Eklampsia : Tidak Ada
12
2. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Jenis Persalinan : Sectio Cesaria
b. Ditolong Oleh : Dokter
c. Lama Persalinan
Kala I : ± 10 Jam
Kala II : ± 15 Menit
Kala III : ± 7 Menit
d. Ketuban : Bercampur Darah
e. Komplikasi Persalinan : Tidak Ada
f. Keadaan Bayi Baru Lahir : Baik
3.3 APGAR SCORE : 7/8
Penilaian 1 menit setelah lahir lengkap 7
Penilaian 5 menit setelah lahir lengkap 8
Menit Tanda 0 1 2 Jumlah
I warna kulit ( ) Biru/pucat
( ) Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
( ) Seluruh tubuh
kemerahan
7
frekuensi jantung ( ) Tidak ada (x) < 100 ( ) >100
Refleks ( ) Tidak bereaksi
(x) Sedikit
gerakan (x) Menangis
tonus otot ( ) Tidak ada ( ) Sedikit ( ) Gerakan aktif
pernapasan ( ) Tidak ada
(x) Lambat/tidak
teratur (x) Baik/menangis
V warna kulit ( ) Biru/pucat
( ) Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
( ) Seluruh tubuh
kemerahan
8
frekuensi jantung ( ) Tidak ada (x) < 100 ( ) >100
Refleks ( ) Tidak bereaksi
(x) Sedikit
gerakan (x) Menangis
tonus otot ( ) Tidak ada ( ) Sedikit (x) Gerakan aktif
pernapasan ( ) Tidak ada
(x) Lambat/tidak
teratur (x) Baik/menangis
13
3.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Suhu : 36,70 C
c. Lingkar kepala : 34 cm
d. Lingkar dada : 31 cm
e. Lingkar lengan atas : 12 cm
f. Panjang badan lahir : 48 cm
g. Berat Badan : 3200 gr
Pemeriksaan Secara Sistematis
a. Kepala dan Rambut : Rambut hitam, tipis, lurus dan tidak mudah
tercabut, Ubun-ubun belum menutup, Sutura tampak jelas, Caput
succedaneum: Tidak ada dan Cephal Hematoma : Tidak ada
b. Wajah : Simetris kiri dan kanan, Tidak ada oedema
c. Mata : Konjungtiva merah muda, Skelera putih bersih, Simetris kiri
dan kanan
d. Telinga : Simetris kiri dan kanan, Tidak ada secret (serumen)
e. Hidung : Simetris kiri dan kanan, Pernapasan baik (tidak ada
pernapasan cuping hidung), Tidak ada polip dan Hidung tampak bersih
f. Mulut : Bibir tidak ada kelainan, Bibir tampak masih merah, Refleks
isap dan rooting baik
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan Tidak ada benjolan
h. Dada : Bentuk dada normal, Payudara terbentuk kiri, kanan dan Tidak
ada retraksi, Tidak ada nyeri tekan dan Bunyi nafas normal
i. Ekstremitas Atas : Simetris kiri dan kanan, Jumlah jari-jari tangan
lengkap dan Refleks menggenggam baik
j. Abdomen : Tali pusat terbungkus dengan kain kasa, Penonjolan tali
pusat yang masih basah, Tidak ada pembesaran perut dan Tidak ada
massa
k. Genetalia : Labia Mayora belum membuka, ada lubang uretra dan
vagina.
14
l. Extremitas Bawah
1) Pergerakan : Baik
2) Jari-jari : Lengkap kiri dan kanan
3) Refleks Moro : Kiri dan kanan baik
m. Kulit : Tampak kemerahan, lanugo tipis di daerah lengan atas
REFLEKS
1) Refleks morrow : baik
2) Refleks rooting : baik
3) Refleks sucking : baik
4) Refleks palmar : baik
5) Refleks babysky : baik
15
S
O
A
P
CATATAN
PELAKSANAAN
Evaluasi
Paraf
Pukul Kegiatan
Bayi umur 3
hari dengan usia
kehamilan ibu
33 – 34 minggu
A. Data Umum
Warna Kulit : sawo matang
Tonus otot : baik
Tangis : menangis
Usaha bernafas bayi : baik
Pernafasan : 43 x/i
Suhu : 36,60C
BB : 3200 gr
PB : 48 Cm
B. Data Khusus
a. Kepala dan Rambut : Rambut hitam, tipis,
lurus dan tidak mudah tercabut, Ubun-ubun
belum menutup, Sutura tampak jelas, Caput
succedaneum: Tidak ada dan Cephal
Bayi berumur 3
hari dengan
Asfiksia
Lakukan
tindakan
aseptik
8.00 Melakukan
tindakan
aseptic dengan
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah
tindakan
Tindakan aseptic
sudah dilakukan
dan bayi terjaga
dari infeksi
Penihu
personal
hygiene bayi
8.10 Menjaga
personal
hygiene dengan
memandikan
bayi
Bayi sudah bersih
Pemantauan
berat badan
bayi
08.15 Menimbang
berat badan
bayi
Berat bayi 3200 gr
PELAKSANAAN ASUHAN
HARI/TANGGAL : Selasa/23 Oktober 2012
JAM : 08.00 WIB
16
Hematoma : Tidak ada
b. Wajah : Simetris kiri dan kanan, Tidak ada
oedema
c. Mata : Konjungtiva merah muda, Skelera
putih bersih, Simetris kiri dan kanan
d. Telinga : Simetris kiri dan kanan, Tidak ada
secret (serumen)
e. Hidung : Simetris kiri dan kanan, Pernapasan
baik (tidak ada pernapasan cuping hidung),
Tidak ada polip dan Hidung tampak bersih
f. Mulut : Bibir tidak ada kelainan, Bibir
tampak masih merah, Refleks isap dan
rooting baik
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
dan Tidak ada benjolan
h. Dada : Bentuk dada normal, Payudara
terbentuk kiri, kanan dan Tidak ada retraksi,
Tidak ada nyeri tekan dan Bunyi nafas
normal
Penuhi
kebutuhan
nutrisi
08.20 Memenuhi
nutrisi bayi 2,5
jam di ruang
perinatalogi
bayi sudah diberi
ASI
Berikan
perlindungan
08.30 Membrikan
perlindungan
termal dengan
mrawat bayi
Bayi sudah di
inkubator
Penuhi
personal
hygiene bayi
09.00 Mengganti
popok bayi
Bayi sudah bersih
Penuhi
kebutuhan
nutrisi
11.00 Memenuhu
nutrisi di ruang
perinatalogi
Bayi sudah diberi
nutrisi
Pantau TTV
bayi
12.00 Memantau
TTV
Suhu 36,50C
Pernafasan 43 x/i
Nadi 120 x/i
Berikan
perlindungan
12.15 Memberikan
perlindungan
Bayi sudah dalam
incubator dan suhu
17
i. Ekstremitas Atas : Simetris kiri dan kanan,
Jumlah jari-jari tangan lengkap dan Refleks
menggenggam baik
j. Abdomen : Tali pusat terbungkus dengan
kain kasa, Penonjolan tali pusat yang masih
basah, Tidak ada pembesaran perut dan Tidak
ada massa
k. Genetalia : Labia Mayora belum membuka,
ada lubang uretra dan vagina.
l. Extremitas Bawah
1) Pergerakan : Baik
2) Jari-jari : Lengkap kiri dan kanan
3) Refleks Moro : Kiri dan kanan baik
m. Kulit : Tampak kemerahan, lanugo tipis di
daerah lengan atas
termal termal terjaga 300C
Penuhi
personal
hygiene bayi
12.45 Mengganti
popok bayi
yang basah
agar bayi tidak
kehilangan
panas
Bayi sudah bersih
Penuhi
kebutuhan
nutrisi
13.30 Memenuhi
kebutuhan
nutrisi bayi
22cc/2,5 jam di
ruangan
perinatalogi
Bayi sudah dibri
nutrisi sebanyak
22cc/2,5 jam
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama pemantauam yang dilakukan dan planning yang sudah
dilaksanakan dapat dinilai bahwa ada peningkatan keadaan bayi seperti
adanya pningkatan berat badan bayi, bayi sudah bias menyusu dan sudah
mempunyai daya hisap yang kuat sehingga bayi dapat menyusu pada ibunya
dan mendapatkan ASI.
4.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada
klien ada beberapa saran yang dianggap perlu diantaranya kpada :
a. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya asuhan kbidanan diharapkan mahasiswa dapat
menrapkan asuhan yang diberikan dengan standar profesi kebidanan
Diharapkan bagi mahasiswa dapat memberikan pelayanan kesehatan
pada ibu sesuai dengan standar pelayanan profsi kebidanan. Sehingga
dapat meningkatkan kualitas kesehatan pada ibu.
Diharapkan kepada mahasiswa untuk lebih aktif memberikan
pelayanan di rumah sakit sehingga ilmu yang di dapatkan dari
perkuliahan dapat diterapkan dengan maksimal sesuai dengan asuhan
pada kasus-kasus yang terjadi di rumah sakit.
b. Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat
memanfaatkan bahan ini sebagai bahan masukan dan pedoman
terhadap proses belajar mengajar.
c. Institusi Pelayanan
Diharapkan kepada rumah sakit agar menjaga playanan yang
berkualitas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC
20
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberi penerang hati dan pikiran
kepada penulis .
Dalam pembuatan makalah ini pnulis banyak menemukankesulitan
dikarenakan oleh keterbatasan buku sumber pengetahuan penulis, namun atas
kerja sama semua penulis dan bantuan dari berbagai pihak , akhirnya penulis bias
menyelesikan makalah ini walaupun masih banyak terdapat kekurangan dalam
makalah ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu. NS.ELSI UTAMI
MAYOR,S.Kep selaku pembimbing lapangan, yang telah banyak mmberikan
penjelasan dan saran mengenai makalah ini.
Namun dengan kodratnya sebagai manusia biasa bahwa makalah ini masih
jauh dari ksempurnaan . olh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu penulisan yang sempurna,
pnulis juga mengharapkan agar makalah ini bisa digunakan dengan sebaik-
baiknya dan sebagai tambahan pngetahuan sbagi pembaca dalam mlaksanakan
tugas dan wewenang khusus seorang bidan
Atas perhatian dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih.
Pariaman, 3 januari 2013
Penulis
i
21
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TORITIS
2.1 Definisi .................................................................................. 3
2.2 Jenis Asfiksia ........................................................................ 3
2.3 Klasifikasi Asfiksia ............................................................... 3
2.4 Etiologi / Penyebab Asfiksia ................................................. 4
2.5 Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis ...................... 5
2.6 Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul ............................. 6
2.7 Diagnosis ............................................................................... 6
2.8 Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir .............................. 7
2.9 Persiapan Alat Resusitasi ...................................................... 8
2.10 Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir ...................... 8
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERINATOLOGI PADA BAYI NY
“A” DENGAN ASFIKSIA DI RSUD PADANG PANJANG
TANGGAL 23 OKTOBER 2012
Pengumpulan Data
3.1 Identitas ................................................................................ 11
3.2 Anamnesa ............................................................................. 11
3.3 Apgar Score .......................................................................... 12
3.4 Pemeriksaan Fisik ................................................................ 13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................... 18
4.2 Saran ..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii