isi case bblr
DESCRIPTION
bbTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam pertama setelah lahir. Morbiditas dan mortalitas neonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut. (1)
Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau
sama dengan 2.500 gram disebut bayi prematur, yang memang merupakan penyebab
terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang dapat menjadi
penyebab meningkatnya angka kejadian BBLR ini ialah umur, penyakit, jumlah
paritas, dan lain-lain. Sedangkan faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, plasenta
previa/ solutio plasenta, serta faktor janin seperti hidramion, kehamilan kembar/ganda
(gemeli), dan kelainan kromosom.
Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana
para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan.
Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk
antenatal care. (1)
Prinsip pengangan pada bayi berat lahir rendah mengingat belum sempurnanya
kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus, maka perlu diperhatikan
pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen,
serta mencegah infeksi. (1)
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Data Pasien Ayah Ibu
Nama By. S Tn. A Ny. N
Umur 11 hari 39 tahun 35 tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan
Alamat Jl.Delima 1 Blok WB/4 Harapan Indah
Agama Islam Islam Islam
Suku bangsa Sunda
Pendidikan - SLTA SLTA
Pekerjaan - Wiraswasta IRT
Penghasilan - - -
Keterangan Hubungan dengan
orang tua : Anak
Kandung
Tanggal Masuk
RS
26 Agustus 2015
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama :
Bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. Keluhan Tambahan :
Sesak nafas, kulit tampak kebiruan dan pucat, merintih, intake tidak terjamin,
dan kurang aktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang bayi perempuan dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi diantar oleh
ambulance, rujukan dari RS. Taman Harapan Baru (THB) – Bekasi Utara
dengan keluhan BBLR dan gawat napas. Pasien lahir di RS. THB pada tanggal
17 Agustus 2015 secara sectio sesaria atas indikasi KPD gagal konservatif.
1
Pasien lahir dengan berat 1500 gram dan panjang badan 36 cm, Apgar Score
7/9. Usia kehamilan 32-33 minggu. Pasien dirawat di NICU RS. THB selama
11 hari sampai dengan tanggal 26 Agustus 2015. Selama perawatan ditemukan
sesak nafas, merintih, dan intake tidak terjamin. Setelah itu pasien dirujuk ke
RSUD Bekasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pasien datang
dengan inkubator dan terpasang nasal kanul Oksigen 2 liter/menit dan dirujuk
untuk dirawat di ruang NICU Perinatology RSUD Kota Bekasi. Di ruangan
NICU RSUD Bekasi, ditemukan sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada,
kulit tampak kebiruan dan pucat, merintih, dan kurang aktif.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
DBD - Kejang - Darah -
Typhoid - Gastritis - Radang Paru -
Otitis - Varicela - Tuberkulosis -
Parotis - Asma - Morbili -
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti
pasien. Riwayat penyakit jantung bawaan dalam keluarga (-), asma (-),
penyakit DM (-), hipertensi (-).
f. Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Selama hamil ibu
pasien mengaku menjalani ANC di bidan sebanyak 3 kali, pada trimester
pertama dan trimester kedua kehamilan. Ibu pasien mengaku tidak ada
masalah dalam kehamilan maupun kesehatannya secara umum, hanya sempat
diberikan obat penambah darah oleh petugas di Polindes. HPHT lupa.
Sebelum melahirkan, ibu pasien mengalami ketuban pecah 1 hari sebelumnya,
disertai dengan perut yang mules seperti ingin melahirkan sejak tanggal 16
Agustus 2015. Menurut perhitungannya, ibu pasien mengaku kehamilannya
belum cukup bulan. Selama hamil, ibu pasien mengaku pernah mengalami
2
sakit seperti panas, batuk, pilek, namun tidak pernah diobati dan sembuh
sendiri. Riwayat trauma selama hamil (-). Riwayat perdarahan melalui jalan
lahir (-). Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama kehamilan (-).
g. Riwayat Persalinan Sekarang:
Bayi lahir secara SC dengan indikasi KPD 1 hari gagal konservatif, BBL 1500
gram. Apgar score 7/9, tangis (+) lemah, kecepatan nafas tidak teratur, tampak
retraksi dinding dada minimal, serta suhu tubuh di bawah normal. Setelah lahir
bayi diberikan suntikan Vit. K dan salep mata.
Kesan : Dari Kurva Pertumbuhan Janin
menurut Lubchenko yaitu berat badan bayi sesuai dengan masa kehamilan
Fenton Chart
BBL : 1500 gramPB : 36 cmLingkar Kepala : 26 cm
3
Kesan : berat badan, panjang badan, & lingkar kepala di bawah presentil rata-rata. Kemungkinan ada kesalahan pengukuran pada lingkar kepala dan panjang badan bayi, karena dari kurva Lubchenko pasien termasuk klasifikasi neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan, namun di fenton Chart didapatkan hasil di bawah persentil rata-rata.
4
III. PEMERISAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemah /lethargy
b. STABLE
S : 84 mg/dL.
T : 36,5o C
A : nafas spontan, retraksi (+), sianosis (+), RR :
50x/menit
B : HR : 154x/menit, CRT < 2”
L : GDS 84 mg/dL
E : dilakukan edukasi pada orangtua
c. Tanda Vital
Kesadaran : CM
Tekanan darah : -
Frekuensi nadi : 145 x/menit
Frekuensi pernapasan : 50 x/menit
Suhu tubuh : 36,5o C
d. Data antropometri
Berat badan : 1500 gram
Panjang badan : 36 cm
Lingkar Lengan Atas : 6,5 cm
e. Penampakan Umum :
Aktivitas : menurun
Warna kulit : tampak kebiruan
Cacat bawaan yang tampak : (-)
f. Kepala:
Bentuk kepala : normocephali, kelainan (-), fontanella datar, ubun-
ubun belum menutup.
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor,
refleks cahaya +/+, miosis (-), midriasis (-), sekret mata (-)
Telinga : dalam batas normal
5
Hidung : pernapasan cuping hidung (-/-)
Mulut : Mukosa sianosis (-)
g. Leher:
Pembesaran KGB & kel. Tiroid (-).
h. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+), areola
berbintil, benjolan 1-2mm.
Palpasi : gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Pulmo: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Cor : S1-S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
i. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)
j. Umbilicus
Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), edema
(-), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
k. Genitalia
Klitoris menonjol, labia minora kecil
l. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
m. Ekstremitas
Akral hangat, edema (-), gerakan sedikit/ lemah, kelainan bentuk (-).
n. Vertebrae
6
Kelainan (-)
o. Kulit
Tampak pucat, ikterus (-), sianosis (+), lanugo tampak tipis.
Ballard Score :
Posture : 2
Square window : 2
Arm recoil : 2
Politeal angle : 3
Soarf sign : 3
Heel to ear : 3
Skin : 1
Lanugo : 1
7
Plantar Surface : 1
Breast : 2
Eye/Ear : 1
Genitals male : -
Genitals female : 1
Total : 22, sesuai pada usia 32-33 minggu.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai normal SatuanGDS 84 60-110 mg/dL
V. RESUME
Seorang bayi perempuan dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi diantar oleh
ambulance, rujukan dari RS. Taman Harapan Baru (THB) – Bekasi Utara dengan
keluhan BBLR dan gawat napas. Pasien lahir di RS. THB pada tanggal 17
Agustus 2015 secara sectio sesaria atas indikasi KPD gagal konservatif. Pasien
lahir dengan berat 1500 gram dan panjang badan 36 cm, Apgar Score 7/9. Usia
kehamilan 32-33 minggu. Pasien dirawat di NICU RS. THB selama 11 hari
sampai dengan tanggal 26 Agustus 2015. Selama perawatan ditemukan sesak
nafas, merintih, dan intake tidak terjamin. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD
Bekasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pasien datang dengan
inkubator dan terpasang nasal kanul Oksigen 2 liter/menit dan dirujuk untuk
dirawat di ruang NICU Perinatology RSUD Kota Bekasi. Di ruangan NICU
RSUD Bekasi, ditemukan sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada, kulit
tampak kebiruan dan pucat, merintih, dan kurang aktif.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran CM. Tanda tanda vital
didapatkan frekuensi nadi 145x/menit, respiratory rate : 50x/menit, suhu tubuh
36,5’C. Dari pemeriksaan status generalis didapatkan ubun-ubun belum menutup,
dari pemeriksaan thorax didapatkan retraksi pada dinding dada, extremitas
gerakan kurang aktif, dan dari kulit didapat sianosis+, tampak pucat + dan lanugo
tampak tipis. Untuk status gizi dari kurva Pertumbuhan Janin menurut lubchenko
yaitu berat badan bayi sesuai dengan masa kehamilan, dari kurva Fenton Chart
didapatkan kesan gizi pasien dibawah persentil rata-rata. Menurut ballard score
yang digunakan untuk menghitung maturitas neuromuscular pada neonates
8
didapatkan hasil score 22 yang artinya maturitas neuromuscularnya sesuai dengan
usai kehamilan 32-33 minggu.
Dari hasil pemeriksaan Laboraturium didapatkan hasil gula darah sewaktu 84
mg/dl.
VI . DIAGNOSIS KERJA
Prematur 32 minggu dengan gawat napas
VII. DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
Kelainan jantung bawaan
VI. RENCANA TERAPI
Rawat incubator, dukungan ventilasi dengan CPAP, FiO2 30%, Flow 8 L/menit
Cairan : IVFD N5 + KCl + Ca glukonas : 100cc/ kgBB 100 x 1,5 kg = 150
cc/hari
Protein (asam amino) : BE 5% 25 cc/ hari.
Lemak : tidak tersedia, sehingga tidak diberikan
Enteral feeding : susu SGM 8 x 5 cc (OGT).
Antibiotik : ampisilin Sulbactam (dosis : 75 mg/ kgBB)
Antibiotik : amikasin (Dosis : 5 – 7.5 mg/ kgBB/ 18 jam)
Aminophilin 6-8 mg/ kgBB
PERHITUNGAN KALORI
Cairan : 100 cc x 1.5 kg = 150 cc 150 cc x 0.43 kal = 51 kal
Asam amino (BE 5%) : (25 cc x 0.2) : 1.5 kg = 3.3 3.3 x 4 kal = 13 kal
Susu SGM : 8 x 5 cc = 40 cc 40/30 x 20 kal = 26 kal
Lemak : tidak tersedia
TOTAL KALORI : 51 + 13 + 26 = 90 kal 90 : 1.5 kg = 60 kal/ kg BB
masih perlu tambahan kalori
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
9
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
(HARI I) Tanggal 27 Agustus 2015 , BBS : 1500 gram (NICU)
S : 279 mg/dl
T : 36,4o C
A : CPAP 8 lpm Fi 30%, retraksi interkostal (+), NCH (-/-), RR : 44x/menit
B : sianosis (+), pucat (+), CRT < 3”, HR : 145x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.
(HARI II) Tanggal 28 Agustus 2015, BBS : 1500 gram (NICU)
S : 156 mg/dl
T : 36,7o C
A : CPAP 5 lpm Fi 20%, retraksi interkostal (+), NCH (-/-), RR : 36x/menit
B : sianosis (-), pucat (+), CRT < 2”, HR : 136x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.
(HARI III) Tanggal 29 Agustus 2015, BBS : 1500 gram (SCN 2)
S : -
T : 36,9o C
10
A : Nafas spontan terpasang kanul O2 1-2 Lpm, retraksi interkostal (-), NCH
(-/-), RR : 40x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.
(HARI IV) Tanggal 30 Agustus 2015, BBS : 1550 gram (SCN 2)
S : -
T : 37o C
A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 40x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc
(HARI V) Tanggal 31 Agustus 2015, BBS : 1600 gram (SCN 2)
S : -
T : 37o C
A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit
11
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc..
(HARI VI) Tanggal 2 September 2015, BBS : 1600 gram (SCN 3)
S : -
T : 37,1o C
A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 142x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc.
(HARI VII) Tanggal 3 September 2015, BBS : 1680 gram (SCN 3)
S : -
T : 37o C
A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit
12
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc..
(HARI VIII) Tanggal 4 September 2015, BBS : 1700 gram (SCN 3)
S : -
T : 36,8o C
A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 144x/menit
L : -
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc..
(HARI IX) Tanggal 5 September 2015, BBS : 1720 gram (SCN 3)
S : -
T : 36,8o C
A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 144x/menit
L : -
13
E : -
Terapi :
IVFD N5 5cc/ jam
Cinam 2x 112,5 mg
Amikasin 2x11,25 mg
Aminophilin 2x 3,75 mg
Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc
FOTO PASIEN
BAB III
DISKUSI KASUS
Pasien bayi perempuan lahir secara SC pada tanggal 17 Agustus 2015 di RS
THB atas indikasi KPD 1 hari. Pasien lahir dengan berat 1500 gram (BBLR) dan
panjang badan 36 cm. Apgar Score 7/9 dan usia kehamilan 32-33 minggu (prematur).
14
Setelah lahir, pasien dirawat di NICU RS. THB selama 11 hari sampai dengan tanggal
26 Agustus 2015. Selama perawatan ditemukan tanda-tanda sesak nafas seperti
adanya retraksi dinding dada, merintih, dan kulit tampak biru dan pucat, gerakan
kurang aktif serta intake tidak terjamin. Hal tersebut merupakan tanda-tanda kelahiran
prematur dan adanya respiratory distress syndrome akibat HMD.
Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Bekasi dan dirawat di bagian perinatologi
selama 9 hari, 2 hari di NICU, 3 hari di SCN 2, dan 4 hari di SCN 3. Di NICU pasien
diberikan dukungan ventilasi dengan CPAP dan berhasil bernapas spontan dalam 2
hari perawatan. Pasien diberikan nutrisi enteral dan parenteral berupa cairan, protein/
asam amino, dan susu SGM untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya. Pasien
tidak mendapatkan asupan lemak karena ketidaksediaan fasilitas di RSUD, namun
walaupun tanpa asupan lemak, kalori yang dibutuhkan pasien berhasil tercukupi. Hal
itu dibuktikan dari berat badan pasien yang mengalami kenaikan dari hari ke hari,
mulai dari hari perawatan ke-4 (naik 50 gram dari 1500 menjadi 1550 gram), sampai
akhirnya pada hari ke-9 pasien dipulangkan dengan BB 1720 gram. Kurva Fenton
chart menunjukkan kenaikan pada grafik berat badan, dari saat awal datang usia
gestasi 32 minggu dengan BB 1500 gram, hingga pada hari ke-9 perawatan usia
gestasi 34 minggu dengan BB 1720 gram. Tidak terjadi komplikasi selama perawatan
di RSUD Kota Bekasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan hanya berupa pemeriksaan glukosa
darah sewaktu, sedangkan pemeriksaan laboratorium lain tidak dilakukan karena
kesulitan dalam pengambilan darah.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Definisi:
15
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir.
Klasifikasi:
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya
keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1)
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500 gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum mencapai
38 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42
minggu.
16
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu.
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan berat
badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK), dimana
masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya
(kecil untuk masa kehamilan=KMK)
Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal
Medicine” ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:
bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu
bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus kurang
bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)
PREMATURITAS MURNI
Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan
intrauterine dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. (1)
17
a. Faktor Ibu:
Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)
Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)
Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,
penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)
Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Faktor Janin :
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Cacat bawaan
Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)
Insufisiensi plasenta
Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)
c. Faktor Plasenta :
Plasenta previa
Solusio plasenta
Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)
Berat plasenta berkurang atau berongga
Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)
Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah :
Umur kehamilan kurang dari 38 minggu
Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
Panjang badan lahir kurang dari 46 cm
Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm
Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm
Rambut lanugo masih banyak
18
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
Tumit mengilap, telapak kaki halus
Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh labia mayora
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada
Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan
kesakitan menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat
hubungan antara umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.
Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian
11 tanda fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas
neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah(2)
a. Enterokolitis nekrotikans neonatal
Enterokolotis nekrotikan merupakan penyakit saluran cerna yang serius pada
bayi yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada
mukosa atau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya
dihubungkan dengan umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang
penting yang terjadi pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai
penyebab kematian neonatal.
b. Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena
kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
19
produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia:
Suhu tubuh dibawah normal
Kulit dingin
Akral dingin
Sianosis
Hipotermia dapat dicegah pada waktu bayi lahir yaitu dengan :
- Segera keringkan bayi dengan kain yang lembut
- Berikan topi atau tutup kepala
- Metode kantung kangguru
c. Sindrom Gawat Nafas
Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang
penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari
protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai
terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi
normal pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya dan tegangan di alveolus. Alveolus akan kembali
kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan
bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium
tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :
Pernafasan cepat
20
Sianosis perioral
Merintih sewaktu ekspirasi
Retraksi substernal dan interkostal
d. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Tanda klinis hipoglikemia
Gemetar
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea Intermiten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada
hipoglikemia berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia
ringan/sedang jika kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.
e. Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,
sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated
intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal
yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap
perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
Kegagalan umum untuk bergerak normal
Refleks moro menurun atau tidak ada
Letargi
21
Pucat dan sianosis
Apnea
Kegagalan menetek dengan baik
Muntah yang kuat
Tonus otot menurun
Tangisan bernada tinggi dan tajam
Kejang
Fontanela mayor tegang dan cembung
f. Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan
enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur
10 mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi
dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia :
Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning
Letargi
Kemampuan mengisap menurun
Kejang
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai
hiperbilirubinemia adalah :
Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
g. Lebih rentan terhadap infeksi :
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller
masih kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan
selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan.
22
Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit,
terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (1,3)
Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan
makanan dini (early feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernafasan
terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk mengetahui adanya
sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan idiopatik, sebaiknya
setiap jam dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi lebih dari 60 x/menit
dibuat foto thoraks.Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat
rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi
hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih
besar dan jaringan lemak subkutan kurang.
a. Pengaturan Suhu
Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500
gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator
yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.
b. Nutrisi Enteral
Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,
disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar
berat badan bertambah baik.
Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500
gram, dan masa gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat
berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 12-24
jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan
23
diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai.
Syarat lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang
menunjukkan adanya kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.
c. Kebutuhan Cairan
Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur
kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur
(<1000 gram) memerlukan sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan
kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 – 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam
incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol
atau cairan intravena adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan
sampai 100-120 mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai
150 ml/kgBB, selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.
d. Nutrisi Parenteral Total
Bila pemberian makanan oral untuk masa waktu yang lama tidak
memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup,
kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan pertumbuhan pada
bayi BBLR. Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah memasukkan kalori
nonprotein yang cukup, sehingga memungkinkan bayi menggunakan sebagian
terbesar proteinnya untuk pertumbuhan. Infus harus mengandung asam amino sintetik
2,5-3 g/dL dan glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL sebagai tambahan
disamping kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.
e. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal,
yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan, mencegah
terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.
24
Prognosis (1,3,)
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi
(makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan
metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Asfiksia sendiri merupakan
komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak segera diatasi
maka prognosis neonatus menjadi buruk.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang
tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, makanan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC
2. Purwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran
Jakarta. EGC.
4. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).
5. Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF
Kesehatan Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
25
6. Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta
7. Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.
8. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
26