isi case bblr

38
BAB I PENDAHULUAN Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam pertama setelah lahir. Morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. (1) Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut bayi prematur, yang memang merupakan penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang dapat menjadi penyebab meningkatnya angka kejadian BBLR ini ialah umur, penyakit, jumlah paritas, dan lain- lain. Sedangkan faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, plasenta previa/ solutio plasenta, serta faktor janin seperti hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), dan kelainan kromosom. Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan. Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk antenatal care. (1)

Upload: bernad-nauli

Post on 15-Apr-2016

260 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

bb

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Case BBLR

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam pertama setelah lahir. Morbiditas dan mortalitas neonatus

tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan

(maturitas) bayi tersebut. (1)

Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau

sama dengan 2.500 gram disebut bayi prematur, yang memang merupakan penyebab

terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang dapat menjadi

penyebab meningkatnya angka kejadian BBLR ini ialah umur, penyakit, jumlah

paritas, dan lain-lain. Sedangkan faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, plasenta

previa/ solutio plasenta, serta faktor janin seperti hidramion, kehamilan kembar/ganda

(gemeli), dan kelainan kromosom.

Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi

dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana

para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan.

Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk

antenatal care. (1)

Prinsip pengangan pada bayi berat lahir rendah mengingat belum sempurnanya

kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta

penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus, maka perlu diperhatikan

pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen,

serta mencegah infeksi. (1)

Page 2: Isi Case BBLR

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Data Pasien Ayah Ibu

Nama By. S Tn. A Ny. N

Umur 11 hari 39 tahun 35 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Alamat Jl.Delima 1 Blok WB/4 Harapan Indah

Agama Islam Islam Islam

Suku bangsa Sunda

Pendidikan - SLTA SLTA

Pekerjaan - Wiraswasta IRT

Penghasilan - - -

Keterangan Hubungan dengan

orang tua : Anak

Kandung

Tanggal Masuk

RS

26 Agustus 2015

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama :

Bayi berat lahir rendah (BBLR).

b. Keluhan Tambahan :

Sesak nafas, kulit tampak kebiruan dan pucat, merintih, intake tidak terjamin,

dan kurang aktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang bayi perempuan dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi diantar oleh

ambulance, rujukan dari RS. Taman Harapan Baru (THB) – Bekasi Utara

dengan keluhan BBLR dan gawat napas. Pasien lahir di RS. THB pada tanggal

17 Agustus 2015 secara sectio sesaria atas indikasi KPD gagal konservatif.

1

Page 3: Isi Case BBLR

Pasien lahir dengan berat 1500 gram dan panjang badan 36 cm, Apgar Score

7/9. Usia kehamilan 32-33 minggu. Pasien dirawat di NICU RS. THB selama

11 hari sampai dengan tanggal 26 Agustus 2015. Selama perawatan ditemukan

sesak nafas, merintih, dan intake tidak terjamin. Setelah itu pasien dirujuk ke

RSUD Bekasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pasien datang

dengan inkubator dan terpasang nasal kanul Oksigen 2 liter/menit dan dirujuk

untuk dirawat di ruang NICU Perinatology RSUD Kota Bekasi. Di ruangan

NICU RSUD Bekasi, ditemukan sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada,

kulit tampak kebiruan dan pucat, merintih, dan kurang aktif.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

DBD - Kejang - Darah -

Typhoid - Gastritis - Radang Paru -

Otitis - Varicela - Tuberkulosis -

Parotis - Asma - Morbili -

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti

pasien. Riwayat penyakit jantung bawaan dalam keluarga (-), asma (-),

penyakit DM (-), hipertensi (-).

f. Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Selama hamil ibu

pasien mengaku menjalani ANC di bidan sebanyak 3 kali, pada trimester

pertama dan trimester kedua kehamilan. Ibu pasien mengaku tidak ada

masalah dalam kehamilan maupun kesehatannya secara umum, hanya sempat

diberikan obat penambah darah oleh petugas di Polindes. HPHT lupa.

Sebelum melahirkan, ibu pasien mengalami ketuban pecah 1 hari sebelumnya,

disertai dengan perut yang mules seperti ingin melahirkan sejak tanggal 16

Agustus 2015. Menurut perhitungannya, ibu pasien mengaku kehamilannya

belum cukup bulan. Selama hamil, ibu pasien mengaku pernah mengalami

2

Page 4: Isi Case BBLR

sakit seperti panas, batuk, pilek, namun tidak pernah diobati dan sembuh

sendiri. Riwayat trauma selama hamil (-). Riwayat perdarahan melalui jalan

lahir (-). Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama kehamilan (-).

g. Riwayat Persalinan Sekarang:

Bayi lahir secara SC dengan indikasi KPD 1 hari gagal konservatif, BBL 1500

gram. Apgar score 7/9, tangis (+) lemah, kecepatan nafas tidak teratur, tampak

retraksi dinding dada minimal, serta suhu tubuh di bawah normal. Setelah lahir

bayi diberikan suntikan Vit. K dan salep mata.

Kesan : Dari Kurva Pertumbuhan Janin

menurut Lubchenko yaitu berat badan bayi sesuai dengan masa kehamilan

Fenton Chart

BBL : 1500 gramPB : 36 cmLingkar Kepala : 26 cm

3

Page 5: Isi Case BBLR

Kesan : berat badan, panjang badan, & lingkar kepala di bawah presentil rata-rata. Kemungkinan ada kesalahan pengukuran pada lingkar kepala dan panjang badan bayi, karena dari kurva Lubchenko pasien termasuk klasifikasi neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan, namun di fenton Chart didapatkan hasil di bawah persentil rata-rata.

4

Page 6: Isi Case BBLR

III. PEMERISAAN FISIK

a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemah /lethargy

b. STABLE

S : 84 mg/dL.

T : 36,5o C

A : nafas spontan, retraksi (+), sianosis (+), RR :

50x/menit

B : HR : 154x/menit, CRT < 2”

L : GDS 84 mg/dL

E : dilakukan edukasi pada orangtua

c. Tanda Vital

Kesadaran : CM

Tekanan darah : -

Frekuensi nadi : 145 x/menit

Frekuensi pernapasan : 50 x/menit

Suhu tubuh : 36,5o C

d. Data antropometri

Berat badan : 1500 gram

Panjang badan : 36 cm

Lingkar Lengan Atas : 6,5 cm

e. Penampakan Umum :

Aktivitas : menurun

Warna kulit : tampak kebiruan

Cacat bawaan yang tampak : (-)

f. Kepala:

Bentuk kepala : normocephali, kelainan (-), fontanella datar, ubun-

ubun belum menutup.

Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor,

refleks cahaya +/+, miosis (-), midriasis (-), sekret mata (-)

Telinga : dalam batas normal

5

Page 7: Isi Case BBLR

Hidung : pernapasan cuping hidung (-/-)

Mulut : Mukosa sianosis (-)

g. Leher:

Pembesaran KGB & kel. Tiroid (-).

h. Thoraks

Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+), areola

berbintil, benjolan 1-2mm.

Palpasi : gerakan diding dada simetris

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Cor : S1-S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

i. Abdomen

Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.

Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)

j. Umbilicus

Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), edema

(-), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.

k. Genitalia

Klitoris menonjol, labia minora kecil

l. Anus dan rektum

Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.

m. Ekstremitas

Akral hangat, edema (-), gerakan sedikit/ lemah, kelainan bentuk (-).

n. Vertebrae

6

Page 8: Isi Case BBLR

Kelainan (-)

o. Kulit

Tampak pucat, ikterus (-), sianosis (+), lanugo tampak tipis.

Ballard Score :

Posture : 2

Square window : 2

Arm recoil : 2

Politeal angle : 3

Soarf sign : 3

Heel to ear : 3

Skin : 1

Lanugo : 1

7

Page 9: Isi Case BBLR

Plantar Surface : 1

Breast : 2

Eye/Ear : 1

Genitals male : -

Genitals female : 1

Total : 22, sesuai pada usia 32-33 minggu.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai normal SatuanGDS 84 60-110 mg/dL

V. RESUME

Seorang bayi perempuan dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi diantar oleh

ambulance, rujukan dari RS. Taman Harapan Baru (THB) – Bekasi Utara dengan

keluhan BBLR dan gawat napas. Pasien lahir di RS. THB pada tanggal 17

Agustus 2015 secara sectio sesaria atas indikasi KPD gagal konservatif. Pasien

lahir dengan berat 1500 gram dan panjang badan 36 cm, Apgar Score 7/9. Usia

kehamilan 32-33 minggu. Pasien dirawat di NICU RS. THB selama 11 hari

sampai dengan tanggal 26 Agustus 2015. Selama perawatan ditemukan sesak

nafas, merintih, dan intake tidak terjamin. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD

Bekasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pasien datang dengan

inkubator dan terpasang nasal kanul Oksigen 2 liter/menit dan dirujuk untuk

dirawat di ruang NICU Perinatology RSUD Kota Bekasi. Di ruangan NICU

RSUD Bekasi, ditemukan sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada, kulit

tampak kebiruan dan pucat, merintih, dan kurang aktif.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran CM. Tanda tanda vital

didapatkan frekuensi nadi 145x/menit, respiratory rate : 50x/menit, suhu tubuh

36,5’C. Dari pemeriksaan status generalis didapatkan ubun-ubun belum menutup,

dari pemeriksaan thorax didapatkan retraksi pada dinding dada, extremitas

gerakan kurang aktif, dan dari kulit didapat sianosis+, tampak pucat + dan lanugo

tampak tipis. Untuk status gizi dari kurva Pertumbuhan Janin menurut lubchenko

yaitu berat badan bayi sesuai dengan masa kehamilan, dari kurva Fenton Chart

didapatkan kesan gizi pasien dibawah persentil rata-rata. Menurut ballard score

yang digunakan untuk menghitung maturitas neuromuscular pada neonates

8

Page 10: Isi Case BBLR

didapatkan hasil score 22 yang artinya maturitas neuromuscularnya sesuai dengan

usai kehamilan 32-33 minggu.

Dari hasil pemeriksaan Laboraturium didapatkan hasil gula darah sewaktu 84

mg/dl.

VI . DIAGNOSIS KERJA

Prematur 32 minggu dengan gawat napas

VII. DIAGNOSIS BANDING

Pneumonia

Kelainan jantung bawaan

VI. RENCANA TERAPI

Rawat incubator, dukungan ventilasi dengan CPAP, FiO2 30%, Flow 8 L/menit

Cairan : IVFD N5 + KCl + Ca glukonas : 100cc/ kgBB 100 x 1,5 kg = 150

cc/hari

Protein (asam amino) : BE 5% 25 cc/ hari.

Lemak : tidak tersedia, sehingga tidak diberikan

Enteral feeding : susu SGM 8 x 5 cc (OGT).

Antibiotik : ampisilin Sulbactam (dosis : 75 mg/ kgBB)

Antibiotik : amikasin (Dosis : 5 – 7.5 mg/ kgBB/ 18 jam)

Aminophilin 6-8 mg/ kgBB

PERHITUNGAN KALORI

Cairan : 100 cc x 1.5 kg = 150 cc 150 cc x 0.43 kal = 51 kal

Asam amino (BE 5%) : (25 cc x 0.2) : 1.5 kg = 3.3 3.3 x 4 kal = 13 kal

Susu SGM : 8 x 5 cc = 40 cc 40/30 x 20 kal = 26 kal

Lemak : tidak tersedia

TOTAL KALORI : 51 + 13 + 26 = 90 kal 90 : 1.5 kg = 60 kal/ kg BB

masih perlu tambahan kalori

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

9

Page 11: Isi Case BBLR

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

IX. FOLLOW UP

(HARI I) Tanggal 27 Agustus 2015 , BBS : 1500 gram (NICU)

S : 279 mg/dl

T : 36,4o C

A : CPAP 8 lpm Fi 30%, retraksi interkostal (+), NCH (-/-), RR : 44x/menit

B : sianosis (+), pucat (+), CRT < 3”, HR : 145x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.

(HARI II) Tanggal 28 Agustus 2015, BBS : 1500 gram (NICU)

S : 156 mg/dl

T : 36,7o C

A : CPAP 5 lpm Fi 20%, retraksi interkostal (+), NCH (-/-), RR : 36x/menit

B : sianosis (-), pucat (+), CRT < 2”, HR : 136x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.

(HARI III) Tanggal 29 Agustus 2015, BBS : 1500 gram (SCN 2)

S : -

T : 36,9o C

10

Page 12: Isi Case BBLR

A : Nafas spontan terpasang kanul O2 1-2 Lpm, retraksi interkostal (-), NCH

(-/-), RR : 40x/menit

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.

(HARI IV) Tanggal 30 Agustus 2015, BBS : 1550 gram (SCN 2)

S : -

T : 37o C

A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 40x/menit

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc

(HARI V) Tanggal 31 Agustus 2015, BBS : 1600 gram (SCN 2)

S : -

T : 37o C

A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit

11

Page 13: Isi Case BBLR

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc..

(HARI VI) Tanggal 2 September 2015, BBS : 1600 gram (SCN 3)

S : -

T : 37,1o C

A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 142x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc.

(HARI VII) Tanggal 3 September 2015, BBS : 1680 gram (SCN 3)

S : -

T : 37o C

A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 140x/menit

12

Page 14: Isi Case BBLR

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc..

(HARI VIII) Tanggal 4 September 2015, BBS : 1700 gram (SCN 3)

S : -

T : 36,8o C

A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 144x/menit

L : -

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc..

(HARI IX) Tanggal 5 September 2015, BBS : 1720 gram (SCN 3)

S : -

T : 36,8o C

A : Nafas spontan, retraksi interkostal (-), NCH (-/-), RR : 36x/menit

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3”, HR : 144x/menit

L : -

13

Page 15: Isi Case BBLR

E : -

Terapi :

IVFD N5 5cc/ jam

Cinam 2x 112,5 mg

Amikasin 2x11,25 mg

Aminophilin 2x 3,75 mg

Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc

FOTO PASIEN

BAB III

DISKUSI KASUS

Pasien bayi perempuan lahir secara SC pada tanggal 17 Agustus 2015 di RS

THB atas indikasi KPD 1 hari. Pasien lahir dengan berat 1500 gram (BBLR) dan

panjang badan 36 cm. Apgar Score 7/9 dan usia kehamilan 32-33 minggu (prematur).

14

Page 16: Isi Case BBLR

Setelah lahir, pasien dirawat di NICU RS. THB selama 11 hari sampai dengan tanggal

26 Agustus 2015. Selama perawatan ditemukan tanda-tanda sesak nafas seperti

adanya retraksi dinding dada, merintih, dan kulit tampak biru dan pucat, gerakan

kurang aktif serta intake tidak terjamin. Hal tersebut merupakan tanda-tanda kelahiran

prematur dan adanya respiratory distress syndrome akibat HMD.

Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Bekasi dan dirawat di bagian perinatologi

selama 9 hari, 2 hari di NICU, 3 hari di SCN 2, dan 4 hari di SCN 3. Di NICU pasien

diberikan dukungan ventilasi dengan CPAP dan berhasil bernapas spontan dalam 2

hari perawatan. Pasien diberikan nutrisi enteral dan parenteral berupa cairan, protein/

asam amino, dan susu SGM untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya. Pasien

tidak mendapatkan asupan lemak karena ketidaksediaan fasilitas di RSUD, namun

walaupun tanpa asupan lemak, kalori yang dibutuhkan pasien berhasil tercukupi. Hal

itu dibuktikan dari berat badan pasien yang mengalami kenaikan dari hari ke hari,

mulai dari hari perawatan ke-4 (naik 50 gram dari 1500 menjadi 1550 gram), sampai

akhirnya pada hari ke-9 pasien dipulangkan dengan BB 1720 gram. Kurva Fenton

chart menunjukkan kenaikan pada grafik berat badan, dari saat awal datang usia

gestasi 32 minggu dengan BB 1500 gram, hingga pada hari ke-9 perawatan usia

gestasi 34 minggu dengan BB 1720 gram. Tidak terjadi komplikasi selama perawatan

di RSUD Kota Bekasi.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan hanya berupa pemeriksaan glukosa

darah sewaktu, sedangkan pemeriksaan laboratorium lain tidak dilakukan karena

kesulitan dalam pengambilan darah.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Definisi:

15

Page 17: Isi Case BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1

(satu) jam setelah lahir.

Klasifikasi:

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai

untuk masa kehamilan.

Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya

keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.

Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1)

Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :

1. Berat badan lahir

a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000

gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500 gram.

c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .

2. Usia kehamilan

a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum mencapai

38 minggu.

b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42

minggu.

16

Page 18: Isi Case BBLR

c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari 42

minggu.

3. Usia kehamilan dan berat badan lahir

a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan berat

badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK), dimana

masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang

teratur.

b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya

(kecil untuk masa kehamilan=KMK)

Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal

Medicine” ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:

bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai

dengan 42 minggu

bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Prematuritas murni

masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus kurang

bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa

gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)

PREMATURITAS MURNI

Etiologi

Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan

intrauterine dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. (1)

17

Page 19: Isi Case BBLR

a. Faktor Ibu:

Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi

Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)

Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)

Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,

penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)

Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)

Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

b. Faktor Janin :

Kehamilan ganda

Hidramnion

Ketuban pecah dini

Cacat bawaan

Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)

Insufisiensi plasenta

Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)

c. Faktor Plasenta :

Plasenta previa

Solusio plasenta

Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)

Berat plasenta berkurang atau berongga

Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)

Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah :

Umur kehamilan kurang dari 38 minggu

Berat badan lahir kurang dari 2500 gram

Panjang badan lahir kurang dari 46 cm

Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm

Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm

Rambut lanugo masih banyak

18

Page 20: Isi Case BBLR

Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

Tumit mengilap, telapak kaki halus

Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis

belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia

minora belum tertutup oleh labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan

batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah

Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang

Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada

Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan

kesakitan menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat

hubungan antara umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.

Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian

11 tanda fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas

neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah(2)

a. Enterokolitis nekrotikans neonatal

Enterokolotis nekrotikan merupakan penyakit saluran cerna yang serius pada

bayi yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada

mukosa atau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya

dihubungkan dengan umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang

penting yang terjadi pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai

penyebab kematian neonatal.

b. Hipotermia

Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh

pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena

kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah

19

Page 21: Isi Case BBLR

produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup

matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu

tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan

sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia:

Suhu tubuh dibawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis

Hipotermia dapat dicegah pada waktu bayi lahir yaitu dengan :

- Segera keringkan bayi dengan kain yang lembut

- Berikan topi atau tutup kepala

- Metode kantung kangguru

c. Sindrom Gawat Nafas

Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi

pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang

penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari

protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai

terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi

normal pada minggu ke-35 kehamilan.

Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk

mempertahankan stabilitasnya dan tegangan di alveolus. Alveolus akan kembali

kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan

tekanan negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.

Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin

mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan

bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium

tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan

menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran

pernafasan.

Tanda klinis sindrom gawat nafas :

Pernafasan cepat

20

Page 22: Isi Case BBLR

Sianosis perioral

Merintih sewaktu ekspirasi

Retraksi substernal dan interkostal

d. Hipoglikemia.

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa

hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang

diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan

plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.

Tanda klinis hipoglikemia

Gemetar

Sianosis

Apatis

Kejang

Apnea Intermiten

Tangisan lemah atau melengking

Kelumpuhan atau letargi

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada

hipoglikemia berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia

ringan/sedang jika kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.

e. Perdarahan Intrakranial

Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,

sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated

intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal

yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap

perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial :

Kegagalan umum untuk bergerak normal

Refleks moro menurun atau tidak ada

Letargi

21

Page 23: Isi Case BBLR

Pucat dan sianosis

Apnea

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tonus otot menurun

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Fontanela mayor tegang dan cembung

f. Hiperbilirubinemia

Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan

enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin

direk belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi

bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur

10 mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi

dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.

Tanda klinis hiperbilirubinemia :

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna

kuning

Letargi

Kemampuan mengisap menurun

Kejang

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai

hiperbilirubinemia adalah :

Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.

Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan

12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

g. Lebih rentan terhadap infeksi :

Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller

masih kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan

selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan.

22

Page 24: Isi Case BBLR

Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit,

terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.

Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (1,3)

Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan

makanan dini (early feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya

hipoglikemia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernafasan

terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk mengetahui adanya

sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan idiopatik, sebaiknya

setiap jam dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi lebih dari 60 x/menit

dibuat foto thoraks.Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat

rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.

Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi

hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih

besar dan jaringan lemak subkutan kurang.

a. Pengaturan Suhu

Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk

bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan

kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500

gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.

Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator

yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.

b. Nutrisi Enteral

Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas

lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,

disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar

berat badan bertambah baik.

Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500

gram, dan masa gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat

berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada

bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 12-24

jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan

23

Page 25: Isi Case BBLR

diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai.

Syarat lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang

menunjukkan adanya kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.

c. Kebutuhan Cairan

Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur

kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur

(<1000 gram) memerlukan sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan

kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 – 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam

incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol

atau cairan intravena adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan

sampai 100-120 mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai

150 ml/kgBB, selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.

d. Nutrisi Parenteral Total

Bila pemberian makanan oral untuk masa waktu yang lama tidak

memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup,

kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan pertumbuhan pada

bayi BBLR. Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah memasukkan kalori

nonprotein yang cukup, sehingga memungkinkan bayi menggunakan sebagian

terbesar proteinnya untuk pertumbuhan. Infus harus mengandung asam amino sintetik

2,5-3 g/dL dan glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL sebagai tambahan

disamping kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.

e. Infeksi

Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh karena

daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk

antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh

karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal,

yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan, mencegah

terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.

24

Page 26: Isi Case BBLR

Prognosis (1,3,)

Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi

(makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),

asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan

metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Asfiksia sendiri merupakan

komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak segera diatasi

maka prognosis neonatus menjadi buruk.

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang

tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu

lingkungan, resusitasi, makanan).

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC

2. Purwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran

Jakarta. EGC.

4. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).

5. Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF

Kesehatan Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

25

Page 27: Isi Case BBLR

6. Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Jakarta

7. Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak. RSUP Sanglah, Denpasar.

8. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis

Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

26