case isi pitiriasis rosea dan pitiriasis alba

53
BAB I PENDAHULUAN Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya yang dimulai dengan sebuah lesi primer yang dikarakteristikkan dengan gambaran herald patch berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas. 2 Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860, Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda ( rosea ). 3 Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun 1 . Wanita lebih sering terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1. 3 Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis apabila sulit menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea. Biasanya Pitiriasis Rosea didahului dengan gejala prodromal ( lemas, mual, tidak nafsu akan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe ). Setelah itu muncul gatal dan lesi dikulit. 4 Banyak penyakit yang 1

Upload: farah-dibah

Post on 09-Aug-2015

378 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

FK UMP

TRANSCRIPT

Page 1: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

BAB I

PENDAHULUAN

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya

yang dimulai dengan sebuah lesi primer yang dikarakteristikkan dengan gambaran

herald patch berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan

lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas.2

Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan

pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860,

Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda

( rosea ).3

Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun1. Wanita lebih sering

terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1.3

Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

memastikan diagnosis apabila sulit menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea.

Biasanya Pitiriasis Rosea didahului dengan gejala prodromal ( lemas, mual, tidak

nafsu akan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe ). Setelah itu muncul

gatal dan lesi dikulit.4 Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti

Pitiriasis Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya2

Pitiriasis Rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh

karena itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang

diberikan dapat berupa kortikosteroid, antivirus, dan obat topikal untuk

mengurangi pruritus.

Pitiriasis alba merupakan suatu penyakit kulit yang asimptomatik dengan

ciri khas berupa lesi kulit yang hipopigmentasi, penebalan, dan skuama dengan

batas yang kurang tegas. Kondisi seperti ini biasanya terletak pada daerah wajah,

lengan atas bagian lateral, dan paha. Jika terkena pada anak-anak biasanya lesinya

menghilang setelah dewasa. Pitiriasis alba umumnya ditemukan pada anak-anak

dan dewasa muda dan sering didapatkan pada wajah, leher, dan bahu. Lesi

1

Page 2: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

menjadi jelas pada saat setelah musim panas dimana hanya pada bagian lesi, kulit

tidak menjadi gelap. Ukuran lesinya bervariasi namun biasanya rata-rata

berdiameter 2 – 4cm. 10,11,12

Pitiriasis alba pertama kali ditemukan oleh Gilbert tahun 1860 dan

digolongkan sebagai penyakit bersisik pada saat ini pitiriasis alba digolongkan

sebagai bentuk inflamasi dermatosis dan mempunyai beberapa nama yang berbeda

dengan melihat aspek klinis pada lesi. Nama-nama yang sering digunakan adalah

seperti pityriasis alba faciei dan pityriasis alba simplex. 10,11,12

Meskipun pitiriasis alba bukan kasus serius, tapi penting dalam aspek

kosmetik karena sering mengenai pada wajah terutama pada mulut, dagu, pipi,

serta dahi. 10,11,12

2

Page 3: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PITIRIASIS ROSEA

2.1. Definisi

Pitiriasis Rosea berasal dari kata pityriasis yang berari skuama halus dan

rosea yang berarti berwarna merah muda4.

Pitiriasis Rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak

berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus ( herald patch ) dan

umumnya asimptomatik.3 Menurut Andrew ( 2006 ), Pitiriasis Rosea adalah

peradangan kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula

berwarna kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuama

collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen.2 Ketika lesi digosok

menurut aksis panjangnya, skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan (

hanging curtain sign ).2

2.2. Epidemiologi

Pitiriasis Rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi

Pitiriasis Rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total

penduduk dunia dengan usia antara 10-34 tahun.1

Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda

dengan rentang usia antara 15-40 tahun. 50% kasus mengenai usia di bawah 20

tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.2

2.3. Etiologi

Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis

Rosea disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus

( HHV )-6 dan -7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi,

kemudian mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita.3 Jadi, Pitiriasis

3

Page 4: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang didapatkan pada

masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel mononuklear.1 Pitiriasis

Rosea juga dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam, misalnya arsenik,

bismut, emas, methopromazine, metronidazole, barbiturat, klonidin, kaptopril dan

ketotifen.1,3 Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun, atopi dan predisposisi

genetik dalam kejadian Pitiriasis Rosea.7

2.4. Gambaran Histopatologik

Gambaran histopatologik dari Pitiriasis Rosea tidak spesifik sehingga

penderita dengan Pitiriasis Rosea tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk

menengakkan diagnosis. Pemeriksaan histopatologi dapat membantu dalam

menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea dengan gejala atipikal. Pada lapisan

epidermis ditemukan adanya parakeratosis fokal, hiperplasia, spongiosis fokal,

eksositosis limfosit, akantosis ringan dan menghilang atau menipisnya lapisan

granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan adanya ekstravasasi eritrosit serta

beberapa monosit.2,4

Gambar1. Gambar histologik non spesifik tipikal dari Pitiriasis Rosea,

menunjukkan parakeratosis, hilangnya lapisan granular, akantosis ringan,

spongiosis, dan infiltrat limfohistiosit pada dermis superficial2

2.5. Gambaran Klinis

4

Akantosis

Infiltrat limfohistiosit

Spongiosis

Page 5: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah badan, lengan atas bagian proksimal

dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian renang.2 Sinar

matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada daerah

yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus, sinar matahari

melindungi kulit dari Pitiriasis Rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal

didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita.1

1. Gejala klasik

Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai

dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau

anular dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah

ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang

ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang

juga melekat pada kulit normal ( skuama collarette ). Lesi ini dikenal

dengan nama herald patch.1,2,3

Gambar 2. herald patch3

5

Herald Patch

Page 6: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Gambar 3. plak primer tipikal ( herald patch )

menunjukkan bentuk lonjong dengan skuama halus di tepi bagian dalam plak4

Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodromal berupa

malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan

pembengkakan kelenjar limfe.4 Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu

kemudian akan timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan

ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi dengan bentuk yang sama

dengan lesi primer dengan ukuran lebih kecil ( diameter 0,5 – 1,5 cm )

dengan aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan sejajar dengan

kosta sehingga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain berupa

paul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan

garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan

tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2

6

skuama

Page 7: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Gambar 4. Gambaran menyerupai pine tree

(http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515 )

7

Page 8: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

2. Gejala atipikal

Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi yang tidak

sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umunya. Berupa tidak

ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi

lebih bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul dan

vesikuler.3 Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal,

wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat

diagnosis dari Pitiriasis Rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan

sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan.

Gambar 5. Diagram skematik plak primer ( herald patch ) dan distribusi tipikal plak

sekunder sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree3

8

Page 9: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

2.6. Diagnosa Banding

a. Sifilis sekunder

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum,

merupakan lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan

timbulnya chancre. Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa.

Lesi kulitnya non purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi,

walaupun umumnya makulopapular lebih sering muncul disebut makula

sifilitika.2 Perbedaannya dengan Pitiriasis Rosea adalah sifilis memiliki

riwayat primary chancre ( makula eritem yang berkembang menjadi

papul dan pecah sehingga mengalami ulserasi di tengah ) berupa tidak

ada herald patch, limfadenopati, lesi melibatkan telapak tangan dan

telapak kaki, dari tes laboratorium VDRL (+).10

Gambar 6. Sifilis Sekunder

b. Tinea korporis

Adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton

rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala

klinisnya adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir

berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan

Pitiriasis Rosea adalah pada Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak

tidak berbentuk oval, dari pemeriksaan penunjang didapatkan hifa

panjang pada pemeriksaan KOH 10%.10

9

Page 10: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Gambar 7. Tinea Corporis

c. Dermatitis numuler

Adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang

ditandai dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan

dapat ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di

ekstensor. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Dermatitis

Numuler, lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan

didominasi vesikel serta tidak berskuama.2

Gambar 8. Dermatitis Numuler

d. Psoriasis gutata

Adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan eupsi papul di trunkus

bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan dengan

10

Page 11: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Pitiriasis Rosea adalah pada Psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak

sejajar dengan garis kulit, skuama tebal.2

Gambar 9. Psoariasis Gutata

2.7. Pemeriksaan Penunjang

Umumnya untuk menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea tidak dibutuhkan

pemeriksaan penunjang. Namun dalan hal diagnosis susah ditegakkan, kita

membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding

lain.

Dapat dilakukan pemeriksaan serologis RPR ( Rapid Plasma Reagin ) dan

FTA-Abs ( Fluoresent Treponemal Antibody Absorbed ) untuk skrining sifilis.

Dapat juga dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% untuk

membedakan dengan Tinea Corporis. 8

2.8. Terapi

1. Umum

Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat sembuh

sendiri ), bukan tidak mungkin penderita merasa terganggu dengan lesi

yang muncul. Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien tentang :

- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama

11

Page 12: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap

selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2

minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea

berlangsung hingga 3-4 bulan

- Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan

mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang

mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi

menjadi bertambah berat.

2. Khusus

- Topikal

Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida, kalamin

losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi

yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal

kerja menengah ( bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali

sehari ).2,9

- Sistemik

Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa

gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan

kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau

asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.

Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. eritromisin oral

pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita Pitiriasis Rosea yang

diberikan selama 2 minggu3. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa

73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat eritromisin oral

mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga

mempunyai efek sebagai anti inflamasi5,6. Namun dari penelitian di

Tehran, Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi et al menunjukkan tidak

ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan

eritromisin oral dengan pemberian plasebo.7

12

Page 13: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis yang

dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2 Pemakaian sinar radiasi ultraviolet B

atau sinar matahari alami dapat mengurangi rasa gatal dan menguranngu lesi.2

Penggunaan sinar B lebih ditujukan pada penderita dengan lesi yang luas, karena

radiasi sinar ultraviolet B ( UVB ) dapat menimbulkan hiperpigmentasi post

inflamasi.2

2.9. Prognosis

Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena penyakit ini

bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8

minggu.

II. PITIRIASIS ALBA

II.1. Definisi

Bentuk dermatititis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya,

ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan

menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. 10,11,12

II.2. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, pitiriasis alba umumnya terjadi sampai 5 % pada anak-

anak, tetapi epidemiologi yang pasti belum dapat dijelaskan. Pitiriasis alba

umumnya terjadi pada anak-anak yang berusia 3-16 tahun. Sembilan puluh persen

kasus terjadi pada anak yang berusia lebih muda dari 12 tahun. Sering juga terjadi

pada orang dewasa. 

Pitiriasis alba dapat terjadi pada semua ras, tetapi memiliki prevalensi yang

tinggi pada orang-orang yang memiliki kulit yang berwarna. Wanita dan pria

sama banyak. 10,11,12

II.3. Etiologi

13

Page 14: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Sampai saat ini belum ditemukan adanya etiologi yang definitif walaupun

beberapa usaha telah dilakukan untuk menemukan adanya mikroorganisme pada

lesi kulit. Namun dikatakan juga biasanya pitiriasis alba seringkali didapat pada

kulit yang sangat kering yang dipicu oleh lingkungan yang dingin. 

Pitriasis alba juga telah diketahui sebagai suatu manifestasi dari dermatitis

atopik. Penelitian terakhir mengenai etiologi pitriasis alba yang dilakukan pada

tahun 1992, dimana Abdallah menyimpulkan Staphylococcus aureus merupakan

elemen penting dalam menimbulkan manifestasi klinis penyakit ini. Dia

menemukan bakteri ini ada pada 34% dalam plak pitriasis alba dan 64% pada

rongga hidung pasien yang sama dan pada kelompok kontrol presentasinya secara

berurutan 4% dan 10%. Faktor lingkungan sepertinya sangat berpengaruh

walaupun mungkin bukan berupa agen etiologis langsung, paling tidak dapat

memperburuk atau memperbaiki lesi. 10,11,12

II.4. Patogenesis

Dalam penelitian pada 9 pasien dengan pitiriasis alba yang luas, ditemukan

densitas dari melanosit yang normal berkurang pada daerah lesi tanpa adanya

aktivitas sitoplasmik. Melanosom cenderung lebih sedikit dan lebih kecil namun

pola distribusi dalam keratinosit normal. Hipopigmentasi utamanya diakibatkan

oleh berkurangnya jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan ukuran dari

melanosomes pada daerah lesi kulit. Transfer melanosom di keratinosit secara

umum tidak terganggu. Gambaran histologis kurang spesifik. Hiperkeratosis dan

parakeratosis tidak selalu ada dan sepertinya tidak berperan penting dalam

patogenesis dari hipomelanosis. Beragam derajat jumlah edema dan sekret lemak

intrasitoplasmik dapat terlihat. 10,11,12

II.5. Gambaran Klinis

Pitiriasis alba umumnya bersifat asimtomatis tetapi bisa juga didapatkan

rasa terbakar dan gatal. Secara klinis, pitiriasis alba ditandai oleh makula

berbentuk bulat atau oval kadang irregular yang pada awalnya berwarna merah

muda atau coklat muda ditutupi dengan skuama halus, yang kemudian menjadi

hipopigmentasi. Lesi biasanya multipel dengan diameter bervariasi antara 0,5-2

cm dan dapat tersebar secara simetris. Lesi pada umumnya didapatkan pada

daerah wajah ( sekitar 50-60 % kasus ) terutama pada daerah dahi, sekitar mata

14

Page 15: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

dan mulut. Tetapi dapat juga ditemukan pada daerah yang lain seperti pada leher,

bahu, ekstremitas atas serta pada ekstremitas bawah. 10,11,12

Secara klinis, pitiriasis alba bisa dibagi menjadi dua, yaitu : 10,11,12

1. Bentuk lokal.

Bentuk yang sering ditemukan dan sering pada anak. Umumnya lesi

didapatkan pada daerah wajah.. Bentuk ini memberikan respon yang baik

dengan pengobatan.

2. Bentuk umum.

Jarang ditemukan dan sering pada usia remaja. Secara klinis bisa dibagi

menjadi 2 varian, yaitu :

- Idiopatik :

ditandai oleh lesi nonsquamous yang simetris berbatas tegas dan

berwarna putih di mana cenderung untuk merusak permukaan kulit

pada daerah tungkai dan lengan secara ekstensif. Varian ini

memberikan respon yang jelek dengan pengobatan.

- Dengan riwayat dermatitis atopik :

varian ini juga dikenali sebagai extensive pityriasis alba yang ditandai

dengan rasa gatal pada daerah lesi dan sering didapatkan pada

daerah antecubital, popliteal dan bisa mengenai seluruh badan. Varian

ini memberikan respon yang baik dengan pengobatan kortikosteroid.

II.6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan potassium hidroksida (KOH)

Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan pitiriasis versikolor, tinea fasialis

atau tinea korporis

2. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit

15

Page 16: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Pemeriksaan histopatologis dari biopsi kulit tidak banyak membantu

karena tidak patognomonik untuk menegakkan diagnosis. Pada

pemeriksaan histopatologis didapatkan : adanya akantosis ringan,

spongiosis dengan hiperkeratosis dan parakeratosis setempat,

pigmentasi melanin yang irreguler pada lapisan basal kulit. Kadang

ditemukan pula kelenjar sebum yang atrofi.

3. Pemeriksaan mikroskop elektron

Terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom.

II.7. Diagnosis

Diagnosis pitiriasis alba dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Biasanya terjadi pada anak-anak

yang berusia 3-16 tahun. 

Pada pemeriksaan fisis didapatkan lesi berbentuk bulat, oval atau plakat

tidak teratur. Warna merah muda atau sesuai dengan warna kulit dengan skuama

halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi

dengan skuama halus. Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan diameter

antara ½ - 2 cm. Dengan distribusi lesi pada wajah yaitu paling banyak di sekitar

mulut, dagu dan pipi.

Pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis

pitiriasis alba, seperti pemeriksaan potassium hidroksida (KOH), pemeriksaan

histopatologi dari biopsi kulit, pemeriksaan lampu wood,dan mikroskop elektron.

Pada pemeriksaan potassium hidroksida (KOH) tidak didapatkan hifa dan spora

yang merupakan indikasi dari penyakit akibat jamur. Pada pemeriksaan

histopatologis hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dengan

hiperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Pada pemeriksaan mikroskop

elektron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom. 10,11,12

II.8. Diagnosis Banding

Pitiriasis alba merupakan penyakit kulit yang bisa didiagnosis dengan

gambaran klinis dan jarang memerlukan konfirmasi tes laboratorium.Walaupun

demikian, pitiriasis alba dapat didiagnosis banding dengan :

16

Page 17: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

1. Pitiriasis versikolor

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada stratum korneum

yang disebabkan oleh jamur malassezia furfur. 11,12

Gambar 10 . Tampak makula hipopigmentasi pada daerah punggung.

Makula secara tipikal sering terjadi pada punggung bagian atas dan dada

tetapi juga dapat terjadi pada lengan atas, leher dan wajah. . Pemeriksaan

dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya fluoresensi berwarna

kuning keemasan pada daerah yang berskuama. Pemeriksaan KOH dari

skuama penderita ini mengandung hifa dan bentuk jamur dari malassezia

furfur. 10,11,12

2. Vitiligo

Vitiligo adalah gangguan autoimun progresif dapatan dengan gambaran

klinis makula berwarna putih. Penyakit ini memiliki lokasi lesi pada

tempat-tempat yang tidak biasa pada pitiriasis alba. Wajah adalah lokasi

yang sangat umum untuk vitiligo tetapi distribusinya biasanya paling

sering di sekitar mata atau mulut. 10,11,12

Pada pemeriksaan lampu wood dan histopatologis didapatkan kehilangan

pigmen kulit yang menyeluruh dimana tidak didapatkan pada pitiriasis

alba. 11,12

17

Page 18: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Gambar 11. Vitiligo

3. Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai

dengan adanya bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan

skuama di atasnya disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. 10,11,12

Gambar 12 . Tampak daerah berskuama dengan papul di daerah punggung.

4. Depigmentasi postinflamasi, yang didiagnosis dengan riwayat klinis dari

lesi inflamasi pada tempat yang hipokromik. 11,12

II.9. Terapi

Tujuan penatalaksanaan yaitu mengeliminasi inflamasi dan infeksi,

mengembalikan barier stratum korneum dengan menggunakan emolient

dan penggunaan bahan antipruritus untuk mengurangi kerusakan pada kulit dan

mengontrol faktor –faktor eksaserbasi. 10,11,12

18

Page 19: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Dengan penggunaan hidrokortison dan krim emolien dapat mengurangi

eritema, skuama dan gatal. 10,11,12

Antibiotik juga dapat diberikan untuk mengatasi infeksi oleh

staphylococcus aureus seperti cephalexin, cefadroxil, dan dicloxacillin.

II.10.Prognosis

Pitiriasis alba memiliki prognosis yang baik. Depigmentasi yang terjadi

tidak permanen dan biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai

beberapa tahun. Durasi gejala berbeda pada setiap individu. Pengobatan dapat

mempersingkat durasi lesi sampai beberapa minggu. 10,11,12

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identifikasi

Nama : I

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 14 tahun

Alamat : Kertapati, Palembang

19

Page 20: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Tanggal kunjungan / jam : 05 Februari 2013 / 11.00 WIB

3.2. Anamnesis

Keluhan utama :

Terdapat bercak-bercak merah dan gatal di dada, perut, punggung, dan paha

atas, serta terdapat bercak-bercak putih di pipi dan leher bagian belakang

sejak 3 bulan yang lalu.

Keluhan tambahan :

-

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Kisaran 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh terdapat bercak merah

disertai gatal di dada dan perut. Bercak diawali oleh bercak kemerahan,

gatal yang berukuran 3 x 2 cm, berbentuk oval dengan warna merah di

pinggir lebih tua dari warna di tengah. Karena mengeluh gatal maka pasien

juga menggaruknya pada saat malam hari. Selain itu pasien juga mengeluh

terdapat bercak-bercak putih yang gatal di pipi dan leher bagian belakang.

Bercak putih semakin membesar. Pada awal muncul bercak putih sebesar

biji jagung. Penderita mengaku bercak putih sudah diobati sendiri dengan

memberi salap (Pagoda) yang di jual di pasar.

Kisaran 1 bulan yang lalu, bercak kemerahan bertambah pada dada,

perut, punggung namun berukuran kecil. Bercak putih pada wajah dan leher

juga bertambah banyak dan gatal. Namun penderita tidak berobat.

Kisaran 1 minggu yang lalu, bercak kemerahan semakin bertambah

dan menyebar hingga ke lengan dan paha bagian atas penderita, ukuran

bercak merah kecil-kecil dan gatal. Bercak putih di wajah dan leher juga

tidak menghilang dan gatal.

Penderita datang ke Poli Kulit RSUD Palembang Bari untuk

mendapatkan pengobatan.

Riwayat penyakit dahulu :

20

Page 21: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh penderita.

Riwayat penyakit dalam keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama

Riwayat Alergi :

Penderita alergi makan ikan laut

3.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Tanda Vital

- Kesadaran : kompos mentis

- Nadi : 89 x/menit

- Suhu : 36,8 0C

- Pernapasan : 23 x/menit

Status Generalisata

a. Kepala

- Wajah : mongoloid

- Mata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-)

- Hidung : sekret (-)/(-)

- Telinga : sekret (-)/(-)

b. Leher

- JVP 5-2 cmH2O

- Pembesaran tiroid (-)

- Pembesaran KGB (-)

c. Thorax

- Pulmo

Inspeksi : simetris, interkosta tidak melebar, retraksi tidak ada

Palpasi : vokal fremitus dextra = sinistra

Perkusi : sonor pada semua lapang paru

21

Page 22: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Auskultasi : vesikuler (+)/(+) normal, wheezing (-)/(-), ronki (-)/(-)

- Cor :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : teraba iktus kordis pada ICS IV linea aksilaris anterior

sinistra

Perkusi :

batas atas : ICS II linea mid klavicularis sinistra

batas kanan: ICS IV linea parasternalis dextra

batas kiri : ICS IV-V linea aksilaris anterior sinistra

Auskultasi : S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-)

d. Abdomen

- Inspeksi : datar, lemas

- Palpasi : teraba massa (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar

lien tidak teraba

- Perkusi : timpani

- Auskultasi : BU (+) normal

e. Ekstremitas

- Superior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitas

- Inferior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitas

Status Dermatologis :

1. Regio abdominal dan trunkus posterior, terdapat plaque eritem, lonjong,

multiple, ukuran numular, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama

berwarna putih halus.

2. Regio thorakoabdominal, trunkus posterior, ekstremitas superior,

femoralis superior, terdapat patch eritem multiple, dengan ukuran miliar

sampai lentikuler, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama berwarna

putih halus.

22

Page 23: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

3. Regio fasialis dan koli posterior,

- terdapat patch hipopigmentasi, multiple, ukuran lentikuler sampai

dengan numular, tersebar diskret, ditutupi skuama berwarna putih

halus.

- Terdapat plaque hipopigmentasi, soliter, ukuran numular, yang

ditutupi skuama berwarna putih halus.

3.4. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%.

23

patch hipopigmentasi, multiple, ukuran lentikuler sampai dengan numular, tersebar diskret, ditutupi skuama

berwarna putih halus

plaque hipopigmentasi, soliter, ukuran numular, yang ditutupi skuama berwarna putih halus

patch eritem multiple, dengan

ukuran miliar sampai lentikuler, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama berwarna

putih halus

plaque eritem, lonjong, multiple, ukuran numular, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama berwarna

putih halus

Page 24: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

2. Pemeriksaan serologis RPR ( Rapid Plasma Reagin ) dan FTA-Abs (

Fluoresent Treponemal Antibody Absorbed ).

3. Pemeriksaan Histopatologi

3.5. Resume

I, 14 tahun, datang dengan keluhan sejak kisaran 3 bulan yang lalu,

pasien mengeluh terdapat bercak merah disertai gatal di dada dan perut.

Bercak diawali oleh bercak kemerahan, gatal yang berukuran 3 x 2 cm,

berbentuk oval dengan warna merah di pinggir lebih tua dari warna di

tengah. Karena mengeluh gatal maka pasien juga menggaruknya pada saat

malam hari. Selain itu pasien juga mengeluh terdapat bercak-bercak putih

yang gatal di pipi dan leher bagian belakang. Bercak putih semakin

membesar. Pada awal muncul bercak putih sebesar biji jagung. Penderita

mengaku bercak putih sudah diobati sendiri dengan memberi salap (Pagoda)

yang di jual di pasar.

Kisaran 1 bulan yang lalu, bercak kemerahan bertambah pada dada,

perut, punggung namun berukuran kecil. Bercak putih pada wajah dan leher

juga bertambah banyak dan gatal. Namun penderita tidak berobat.

Kisaran 1 minggu yang lalu, bercak kemerahan semakin bertambah

dan menyebar hingga ke lengan dan paha bagian atas penderita, ukuran

bercak merah kecil-kecil dan gatal. Bercak putih di wajah dan leher juga

tidak menghilang dan gatal.

Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh penderita.

Penderita memiliki riwayat alergi makan ikan laut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas

normal. Untuk pemeriksaan dermatologis didapatkan Regio abdominal dan

trunkus posterior, terdapat plaque hiperpigmentasi, lonjong, multiple,

ukuran numular, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama berwarna putih

halus sampai sedang. Regio thorakoabdominal, trunkus posterior,

ekstremitas superior, femoralis superior, terdapat papul eritem multiple,

dengan ukuran miliar sampai lentikuler, tersebar diskret, sebagian ditutupi

skuama berwarna putih halus. Regio fasialis dan koli posterior, terdapat

24

Page 25: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

makula hipopigmentasi, multiple, ukuran lentikuler sampai dengan numular,

tersebar diskret, ditutupi skuama berwarna putih halus, dan terdapat plaque

hipopigmentasi, soliter, ukuran numular, yang ditutupi skuama berwarna

putih halus sampai sedang.

3.6. Diagnosis Banding

a. Pitiriasis Rosea

1. Tinea Korporis

2. Sifilis Tipe II

3. Dermatitis numular

b. Pitiriasis Alba

1. Tinea versikolor

2. Vitiligo

3. Psoariasis

3.7. Diagnosis Kerja

Pitiriasis Rosea dan Pitiriasis Alba

3.8. Penatalaksanaan

I. Pitiriasis Rosea

a. Non medikamentosa

1. Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa Pitiriasis Rosea bersifat

self limited disease ( dapat sembuh sendiri ), pasien dapat terganggu

dengan lesi yang muncul. Untuk itu diperlukan penjelasan kepada

pasien tentang :

- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama

- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian

menetap selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang

sekitar 2 minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis

Rosea berlangsung hingga 3-4 bulan

25

Page 26: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

2. Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan

mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang

mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi

menjadi bertambah berat.

b. Medikamentosa

1. Topikal

Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida,

kalamin losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat

dengan lesi yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan

glukokortikoid topikal kerja menengah ( bethametasone dipropionate

0,025% ointment 2 kali sehari ).

2. Sistemik

- antihistamin : clorfeniramin maleat 3 x 2 mg tab

- antivirus : asiklovir 5 x 800 mg tab (1 minggu)

- vitamin : b comp 3 x 1 tab

II. Pitiriasis Alba

1. Nonmedikamentosa :

- Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa Pitiriasis Alba bukan

merupakan penyakit yang berbahaya dan menular, tetapi dapat

mengganggu penampilan wajah, terutama bila berkulit gelap,

sehingga pengobatan teratur diperlukan. Walaupun berlangsung

lama, namun dapat menghilang, dan dapat muncul kembali setelah

beberapa tahun.

2. Medikamentosa :

- Emolient dan penggunaan bahan antipruritus untuk mengurangi

kerusakan pada kulit dan mengontrol faktor –faktor eksaserbasi :

Krim atau salep Liquor Carbons Detergen 3-5%

26

Page 27: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

3.9. Prognosis

a. quo ad vitam: bonam

b. quo ad functionam: bonam

c. quo ad sanationam: dubia ad bonam

d. quo ad cosmetica: dubia ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya

yang dimulai dengan sebuah lesi primer yang dikarakteristikkan dengan gambaran

herald patch berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan

lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas.2

Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda

dengan rentang usia antara 15-40 tahun. 50% kasus mengenai usia di bawah 20

tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.2

Biasanya Pitiriasis Rosea didahului dengan gejala prodromal ( lemas, mual,

tidak nafsu akan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe ). Setelah itu

muncul gatal dan lesi dikulit.4 Banyak penyakit yang memberikan gambaran

seperti Pitiriasis Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan

sebagainya2.

Pitiriasis alba merupakan suatu penyakit kulit yang asimptomatik dengan

ciri khas berupa lesi kulit yang hipopigmentasi, penebalan, dan skuama dengan

batas yang kurang tegas. Kondisi seperti ini biasanya terletak pada daerah wajah,

lengan atas bagian lateral, dan paha. Jika terkena pada anak-anak biasanya lesinya

menghilang setelah dewasa. Pitiriasis alba umumnya ditemukan pada anak-anak

dan dewasa muda dan sering didapatkan pada wajah, leher, dan bahu. Lesi

menjadi jelas pada saat setelah musim panas dimana hanya pada bagian lesi, kulit

tidak menjadi gelap. Ukuran lesinya bervariasi namun biasanya rata-rata

berdiameter 2 – 4cm. 10,11,12

27

Page 28: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Pada kasus ini, didapatkan I, 14 tahun, datang dengan keluhan kisaran 3

bulan yang lalu, pasien mengeluh terdapat bercak merah disertai gatal di dada dan

perut. Bercak diawali oleh bercak kemerahan, gatal yang berukuran 3 x 2 cm,

berbentuk oval dengan warna merah di pinggir lebih tua dari warna di tengah.

Karena mengeluh gatal maka pasien juga menggaruknya pada saat malam hari.

Selain itu pasien juga mengeluh terdapat bercak-bercak putih yang gatal di pipi

dan leher bagian belakang. Bercak putih semakin membesar. Pada awal muncul

bercak putih sebesar biji jagung. Penderita mengaku bercak putih sudah diobati

sendiri dengan memberi salap (Pagoda) yang di jual di pasar.

Kisaran 1 bulan yang lalu, bercak kemerahan bertambah pada dada, perut,

punggung namun berukuran kecil. Bercak putih pada wajah dan leher juga

bertambah banyak dan gatal. Namun penderita tidak berobat.

Kisaran 1 minggu yang lalu, bercak kemerahan semakin bertambah dan

menyebar hingga ke lengan dan paha bagian atas penderita, ukuran bercak merah

kecil-kecil dan gatal. Bercak putih di wajah dan leher juga tidak menghilang dan

gatal. Diagnosis pasien ini adalah pitiriasis rosea dan pitiriasis alba berdasarkan

anamnesis dan status dermatologis.

Tabel 4.1. Anamnesis secara teori dan kasus.

AnamnesisTeori Kasus

- 50% kasus mengenai usia di bawah 20 tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.

- Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

- Gejala prodormal seperti sakit kepala, demam ringan, malaise, hilang nafsu makan, faringitis, dan limfadenopati. Mengeluh gatal, terutama pada malam hari.

- Adanya herlad patch disusul dengan ditemukan lesi khas oval berskuama halus, ukuran lebih kecil, jumlah banyak, dengan bagian tepi tersusun papul-paqpul

- Anak-anak

- Pria

- Mengeluh gatal, terutama pada malam hari

- Pada pasien ditemukan

28

Page 29: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

milier sehingga lesi tampak lebih meninggi, aksis panjang lesi sejajar garis kulit sehingga kalau di punggung menyerupai “christmas tree”

- Tempat predileksi: badan bagian atas, abdomen, punggung, lengan atas, leher, atau pada paha.

- Pada pasien ditemukan di badan bagian atas, abdomen, punggung, lengan atas, leher, atau pada paha.

AnamnesisTeori Kasus

- Pitiriasis alba umumnya terjadi pada anak-anak yang berusia 3-16 tahun. Sembilan puluh persen kasus terjadi pada anak yang berusia lebih muda dari 12 tahun.

- Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

- Pitiriasis alba umumnya bersifat asimtomatis tetapi bisa juga didapatkan rasa terbakar dan gatal.

- ditandai oleh makula berbentuk bulat atau oval kadang irregular yang pada awalnya berwarna merah muda atau coklat muda ditutupi dengan skuama halus, yang kemudian menjadi hipopigmentasi. Lesi biasanya multipel dengan diameter bervariasi antara 1-2 cm dan dapat tersebar secara simetris.

- Tempat predileksi: pada daerah wajah ( sekitar 50-60 % kasus ) terutama pada daerah dahi, sekitar mata dan mulut. Tetapi dapat juga ditemukan pada daerah yang lain seperti pada leher, bahu, ekstremitas atas serta pada ekstremitas bawah.

- Anak-anak 14 tahun

- Pria

- Mengeluh gatal

- Pada pasien ditemukan

- Pada pasien ditemukan di wajah dan leher.

29

Page 30: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Berdasarkan kedua data tersebut, maka mengarah ke pitiriasis rosea dan

pitiriasis alba. Kemudian dilakukan pengkajian lebih lanjut berdasarkan status

dermatologis.

Tabel 4.2. Status dermatologis berdasarkan teori dan kasus.

Status DermatologisTeori Kasus

- Tempat predileksi: badan bagian atas, abdomen, punggung, lengan atas, leher, atau pada paha.

- Efloresensi :

- lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau anular dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang juga melekat pada kulit normal ( skuama collarette ). Lesi ini dikenal dengan nama herald patch.

- timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi dengan bentuk yang sama dengan lesi primer dengan ukuran lebih kecil ( diameter 0,5 – 1,5 cm ) dengan aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan sejajar dengan kosta sehingga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain berupa paul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.

- Regio abdominal dan trunkus posterior, terdapat plaque hiperpigmentasi, lonjong, multiple, ukuran numular, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama berwarna putih halus sampai sedang.

- Regio thorakoabdominal, trunkus posterior, ekstremitas superior, femoralis superior, terdapat papul eritem multiple, dengan ukuran miliar sampai lentikuler, tersebar diskret, sebagian ditutupi skuama berwarna putih halus.

Status DermatologisTeori Kasus

- Tempat predileksi : Tempat predileksi: pada daerah wajah ( sekitar 50-60 % kasus ) terutama

- Regio fasialis dan koli posterior, - terdapat makula hipopigmentasi, multiple,

30

Page 31: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

pada daerah dahi, sekitar mata dan mulut. Tetapi dapat juga ditemukan pada daerah yang lain seperti pada leher, bahu, ekstremitas atas serta pada ekstremitas bawah.

- Efloresensi : makula berbentuk bulat atau oval kadang irregular yang pada awalnya berwarna merah muda atau coklat muda ditutupi dengan skuama halus, yang kemudian menjadi hipopigmentasi.6,13Lesi biasanya multipel dengan diameter bervariasi antara 0,5-2 cm dan dapat tersebar secara simetris.

ukuran lentikuler sampai dengan numular, tersebar diskret, ditutupi skuama berwarna putih halus.

- Terdapat plaque hipopigmentasi, soliter, ukuran numular, yang ditutupi skuama berwarna putih halus sampai sedang.

Pada status dermatologis di atas sesuai dengan teori yang ada, bahkan

telah mengarah kepada pitiriasis rosea dan pitiriasis alba sehingga diagnosis

pada pasien ini menjadi lebih kuat.

4.3. Diagnosis Banding.

I. Pitiriasis Rosea

a. Sifilis sekunder

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum,

merupakan lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan

timbulnya chancre. Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa.

Lesi kulitnya non purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi,

walaupun umumnya makulopapular lebih sering muncul disebut makula

sifilitika.2 Perbedaannya dengan Pitiriasis Rosea adalah sifilis memiliki

riwayat primary chancre ( makula eritem yang berkembang menjadi

papul dan pecah sehingga mengalami ulserasi di tengah ) berupa tidak

ada herald patch, limfadenopati, lesi melibatkan telapak tangan dan

telapak kaki, dari tes laboratorium VDRL (+).10

b. Tinea korporis

Adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton

rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala

klinisnya adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir

berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan

31

Page 32: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

Pitiriasis Rosea adalah pada Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak

tidak berbentuk oval, dari pemeriksaan penunjang didapatkan hifa

panjang pada pemeriksaan KOH 10%.10

c. Dermatitis numuler

Adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang

ditandai dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan

dapat ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di

ekstensor. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Dermatitis

Numuler, lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan

didominasi vesikel serta tidak berskuama.2

II. Pitiriasis Alba

1. Pitiriasis versikolor

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada stratum

korneum yang disebabkan oleh jamur malassezia furfur.11,12

Makula secara tipikal sering terjadi pada punggung bagian atas dan dada

tetapi juga dapat terjadi pada lengan atas, leher dan wajah. Pemeriksaan

dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya fluoresensi berwarna

kuning keemasan pada daerah yang berskuama.3 Pemeriksaan KOH dari

skuama penderita ini mengandung hifa dan bentuk jamur dari malassezia

furfur. 11,12

2. Vitiligo

Vitiligo adalah gangguan autoimun progresif dapatan dengan gambaran

klinis makula berwarna putih. Penyakit ini memiliki lokasi lesi pada

tempat-tempat yang tidak biasa pada pitiriasis alba. Wajah adalah lokasi

yang sangat umum untuk vitiligo tetapi distribusinya biasanya paling

sering di sekitar mata atau mulut.11,12

Pada pemeriksaan lampu wood dan histopatologis didapatkan kehilangan

pigmen kulit yang menyeluruh dimana tidak didapatkan pada pitiriasis

alba.11,12

32

Page 33: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

3. Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai

dengan adanya bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan

skuama di atasnya disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner.

4. Depigmentasi postinflamasi, yang didiagnosis dengan riwayat klinis dari

lesi inflamasi pada tempat yang hipokromik.3

Berdasarkan diagnosis banding, maka pada pasien ini menunjukkan

Pitiriasis Rosea dan Pitiriasis Alba.

Tabel 4.3. Penatalaksanaan berdasarkan teori dan kasus.

PenatalaksanaanTeori Kasus

1. Umum

- Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat sembuh sendiri ), bukan tidak mungkin penderita merasa terganggu dengan lesi yang muncul. Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien.

2. Khusus

- TopikalUntuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida, kalamin losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal kerja menengah ( bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali sehari ).2,9

- SistemikPemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan

Non medikamentosa- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang

lama- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu,

kemudian menetap selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2 minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea berlangsung hingga 3-4 bulan

- Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi menjadi bertambah berat.

1.Medikamentosa1. Topikal

kalamin losion atau 0,25% mentol.2. Sistemik

- antihistamin : clorfeniramin maleat 3 x 2 mg tab- asiklovir : 8 x 500 mg tab (1 minggu)- vitamin : b comp 3 x 1 tab

33

Page 34: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. eritromisin oral pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita Pitiriasis Rosea yang diberikan selama 2 minggu3. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa 73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat eritromisin oral mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga mempunyai efek sebagai anti inflamasi5,6. Namun dari penelitian di Tehran, Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi et al menunjukkan tidak ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan eritromisin oral dengan pemberian plasebo.7

Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2

Pemakaian sinar radiasi ultraviolet B atau sinar matahari alami dapat mengurangi rasa gatal dan menguranngu lesi.2

Penggunaan sinar B lebih ditujukan pada penderita dengan lesi yang luas, karena radiasi sinar ultraviolet B ( UVB ) dapat menimbulkan hiperpigmentasi post inflamasi.2

PenatalaksanaanTeori Kasus

Tujuan penatalaksanaan yaitu mengeliminasi inflamasi dan infeksi, mengembalikan barier stratum korneum dengan menggunakan emolient dan penggunaan bahan

Preparat ter, yaitu Krim atau salep Liquor Carbons Detergen 3-5%

34

Page 35: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

antipruritus untuk mengurangi kerusakan pada kulit dan mengontrol faktor –faktor eksaserbasi.

Pengobatan untuk pitiriasis rosea pada kasus ini bersifat simptomatik dan

mempercepat penyembhan. Pengobatan topikal untuk mengembalikan kulit yang

sakit dan jaringan sekitarnya dalam keadaan fisiologis stabil secepatnya.

Sedangkan pengobatan Pitiriasis Alba pada kasus ini yaitu bertujuan untuk

mengeliminasi inflamasi dan infeksi, mengembalikan barier stratum korneum

dengan menggunakan emolient dan penggunaan bahan

antipruritus untuk mengurangi kerusakan pada kulit dan mengontrol faktor-

faktor eksaserbasi.

Prognosis pada pasien ini bonam. Prognosis akan baik selama pengobatan

sesuai dan teratur dengan anjuran.

35

Page 36: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

DAFTAR PUSTAKA

1. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 362-265.

2. Sterling, J.C. Viral Infections. In : Rook’s textbook of dermatology.—7th ed. 2004. 25.79-82.

3. Lichenstein, A. Pityriasis Rosea. Diunduh dari www. Emedicine.com pada tanggal 15 Agustus 2010.

4. Broccolo F, Drago F, Careddu AM, et al. Additional evidence that pityriasis rosea is associated with reactivation of human herpesvirus-6 and -7. J Invest Dermatol. 2005; 124:1234-1240.

5. Stulberg, D. L., Jeff W. Pityriasis Rosea. Am Fam Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91. Diunduh dari www.aafp.org/20040101/p47.html pada tanggal 15 Agustus 2010.

6. Chuh, A et al. 2004. Pityriasis Rosea – evidence for and against at infectious disease. Cambridge University Press :Cambridge Journal 132:3:381-390.

7. Galvan, S V et al. 2009. Atypical Pityriasis Rosea in a black child : a case report. Cases Journal Vol 2 : 6796.

8. Zawar, Vijay. 2010. Giant Pityriasis Rosea. Indian Journal Dermatology. Aprl-Jun; 55(2): 192–194.

9. McPhee, S J, Maxine A P. 2009. Current Medical Diagnosis and Treatment forty eighth edition. Mc Graw Hill Companies:USA.

10. Handoko RP. 2011. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 122-125.

11. Ortonne JP, Bahadoran P, dkk. Hypomelanosis dan Hypermelanosis. Dalam : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, dkk, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Sixth edition. Mc Graw-Hill. New York. 2003:836-862.

36

Page 37: CASE ISI PITIRIASIS ROSEA DAN PITIRIASIS ALBA

12. Achyar RY. Kelainan-kelainan hipopigmentasi dan vitiligo. Dalam: Simposium Kelainan Pigmentasi Kulit dan Penanggulangannya. PADVI Cabang Jakarta Raya 1988: 46-59.

37