tr pitiriasis rosea

19
1 Pitiriasis Rosea BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pitiriasis Rosea merupakan salah satu penyakit kulit jenis Dermatosis Eritroskuamosa, yaitu penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama. Pitiriasis Rosea belum diketahui penyebabnya yang dimulai dengan sebuah lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan gambaran herald patch berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali digunakan oleh Gilbert pada tahun 1860. Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun. Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti Pitiriasis Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya Pitiriasis Rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh karena itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang diberikan dapat berupa kortikosteroid, antihistamin, dan obat topikal untuk mengurangi pruritus.

Upload: aribowo-ikdk

Post on 25-Dec-2015

186 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

rosea

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pitiriasis Rosea merupakan salah satu penyakit kulit jenis Dermatosis

Eritroskuamosa, yaitu penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya

eritema dan skuama.

Pitiriasis Rosea belum diketahui penyebabnya yang dimulai dengan sebuah

lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan gambaran herald patch berbentuk

eritema dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan lesi sekunder yang

mempunyai gambaran khas

Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali digunakan oleh Gilbert pada tahun

1860. Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun.

Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti Pitiriasis

Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya

Pitiriasis Rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh karena

itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang diberikan

dapat berupa kortikosteroid, antihistamin, dan obat topikal untuk mengurangi

pruritus.

Pitiriasis Rosea

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Pitiriasis Rosea berasal dari kata pityriasis yang berari skuama halus dan

rosea yang berarti berwarna merah muda. Pityriasis rosea adalah salah satu

penyakit kulit yang digambarkan oleh Camille Melchior Gilbert (1860) sebagai

penyakit kulit papulosquamous,  yakni penyakit kulit dengan tanda bercak

bersisik halus, berbentuk oval dan berwarna kemerahan.3

Pitiriasis Rosea belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi

inisial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul lesi-lesi yang kecil

di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan

biasanya sembuh sendiri dalam waktu 3-8 minggu.1

B. Epidemiologi

Pitiriasis Rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun,

pada wanita dan pria sama banyaknya.1

Insidensnya meningkat terutama pada musim semi, musim gugur, dan

musim dingin. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan didapatkan kira-kira

sebanyak 2% dari setiap kunjungan pasien yang berobat jalan pada ahli penyakit

kulit. Prevalensi terjadinya pitiriasis rosea lebih banyak ditemukan pada golongan

sosioekonomi masyarakat kelas menengah dan yang kurang mampu. Insidens pada

pria dan wanita hampir sama, walaupun sedikit lebih banyak ditemukan pada

wanita. Prevalensinya tidak dipengaruhi oleh golongan ras tertentu.5

C. Etiologi

Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang

mengemukakan hipotesis bahwa penyebabnya virus, karena penyakit ini

merupakan penyakit swasima (self limiting disease), umumnya sembuh sendiri

dalam waktu 3-8 minggu.1

Etiologi infeksi untuk Pitiriasis Rosea telah dicari selama bertahun-tahun.

Telah dikemukakan bahwa kondisi ini dipicu oleh agen virus. Oleh karena itu,

Pitiriasis Rosea

3

sejumlah virus telah dipelajari dengan maksud untuk menentukan apakah mereka

terkait dengan Pitiriasis Rosea.3

Human herpes virus 7 telah dikemukakan sebagai penyebabnya, namun

beberapa penelitian telah gagal menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan

Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini terfokus pada peranan HHV-6 dan

HHV-7 pada pitiriasis rosea. Dalam suatu penelitian, partikel Human herpes virus

telah terdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Partikel-partikel virus

ini ditemukan dalam jumlah banyak diantara serat-serat kolagen dan pembuluh-

pembuluh darah pada lapisan dermis atas dan bawah. Partikel virus ini juga berada

selang-seling diantara keratinosit dekat dengan perbatasan dermal-epidermal.3

Pitiriasis rosea tidak disebabkan langsung oleh infeksi virus herpes melalui

kulit, tapi kemungkinan disebabkan karena infiltrasi kutaneus dari infeksi limfosit

yang tersembunyi pada waktu replikasi virus sistemik. Bukti lain mengesankan

reaktivasi virus mencakup kejadian timbulnya kembali penyakit dan timbulnya

pitiriasis rosea pada saat status imunitas seseorang mengalami perubahan.

Didapatkan sedikit peningkatan insidens pitiriasis rosea pada pasien yang sedang

menurun imunitasnya, seperti ibu hamil.3

Jadi, Pitiriasis Rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus

yang didapatkan pada masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel

mononuklear

Pitiriasis Rosea juga dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam,

misalnya arsenik, bismut, emas, methopromazine, metronidazole, barbiturat,

klonidin, kaptopril dan ketotifen. Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun,

atopi dan predisposisi genetik dalam kejadian Pitiriasis Rosea.3

D. Faktor Predisposisi

Pityriasis rosea ada yang menduga disebabkan virus lantaran penyakit ini

sembuh sendiri (self limited) dalam 3-8 minggu. Sementara ahli yang lain

mengaitkan dengan berbagai faktor yang diduga berhubungan dengan timbulnya

Pityriasis rosea, diantaranya:4

1. Faktor cuaca. Hal ini karena Pityriasis rosea lebih kerap ditemukan pada

musim semi dan musim gugur.

Pitiriasis Rosea

4

2. Faktor penggunaan obat-obat tertentu, seperti bismuth, barbiturat,

captopril, mercuri, methoxypromazine, metronidazole, D-penicillamine,

isotretinoin, tripelennamine hydrochloride, ketotifen, dan salvarsan.

3. Diduga berhubungan dengan penyakit kulit lainnya (dermatitis atopi,

seborrheic dermatitis, acne vulgaris) dikarenakan Pityriasis rosea dijumpai

pada penderita penyakit dengan dermatitis atopik, dermatitis seboroik,

acne vulgaris.4

E. Patogenesis

Pitiriasis Rosea sering dianggap sebagai exanthem virus (erupsi kulit yang

timbul karena gejala dari virus akut) , pandangan yang didukung oleh kondisi ini

musiman kejadian, tentu saja klinis, kemungkinan terjadinya epidemi, adanya

gejala prodromal sesekali, dan rendahnya tingkat kekambuhan.3

Sebuah insiden yang lebih tinggi dari Pitiriasis Roesa juga dicatat antara

pasien dengan penurunan kekebalan (misalnya, ibu hamil dan penerima

transplantasi sumsum tulang). Selain itu, ampisilin meningkatkan distribusi

letusan, efek yang sangat mirip dengan efek obat pada ruam mononukleosis

menular. Kurangnya sel pembunuh alami (NK) dan aktivitas sel-B pada lesi

Pitiriasis Rosea telah dicatat, menunjukkan kekebalan didominasi T-sel dimediasi

dalam pengembangan kondisi. Peningkatan jumlah sel CD4 T dan sel Langerhans

yang hadir dalam dermis, mungkin mencerminkan pengolahan antigen virus dan

presentasi. Anti-imunoglobulin M (IgM) ke keratinosit telah ditemukan pada

pasien dengan Pitirasis Rosea.3

Plak primer terlihat pada kulit pada 50-90% kasus seminggu atau lebih

sebelum terjadinya letusan lesi yang lebih kecil, letusan sekunder ini terjadi 2-21

hari kemudian. Rekurensi Pitiriasis Rosea umumnya jarang terjadi dan beberapa

orang menunjukkan kekebalan abadi ketika infeksi terjadi.3

F. Gambaran Histopatologik

Gambaran histopatologik dari Pitiriasis Rosea tidak spesifik sehingga

penderita dengan Pitiriasis Rosea tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk

menengakkan diagnosis. Pada lapisan epidermis ditemukan adanya parakeratosis

Pitiriasis Rosea

5

fokal, hiperplasia, spongiosis fokal, eksositosis limfosit, akantosis ringan dan

menghilang atau menipisnya lapisan granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan

adanya ekstravasasi eritrosit serta beberapa monosit.3

G. Gejala Klinis

Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita

mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan

lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, soliter, berbentuk oval dan

anular, diameternya kira-kira 3cm, ruam terdiri dari eritema dan skuama halus di

pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.1

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran

yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunanya sejajar dengan

tubuh, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak

atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian

proksimal dan paha atas, sehingga seperti pakaian renang wanita jaman dulu.3

Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pitiriasis rosea dapat juga

berbentuk urtika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.1

Kulit dapat gatal. Sekitar setengah (50%) dari orang-orang memiliki kulit

gatal. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah, berkeringat, atau

Pitiriasis Rosea

6

akibat dari pakaian yang ketat, seperti ketika seseorang bekerja keluar atau mandi

air panas6

Mother patch / Herald Patch

Tanda pertama dari ruam ini adalah satu patch pada kulit. Disebut herald

patch, lesi berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau anular

dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm berwarna pink salmon, soliter,

bagian tengah ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas

tegas yang ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang terlepas

yang juga melekat pada kulit normal ( skuama collarette ). Pada orang yang

memiliki kulit gelap, warna bervariasi dari ungu ke abu-abu gelap.6

Daughter Patch

Dalam satu atau dua minggu, lebih banyak patch muncul pada kulit. Patch

ini lebih kecil dan mungkin muncul di dada, perut, punggung, lengan, dan

kaki. Kadang-kadang patch ini terjadi pada leher, wajah, dan di tempat lain

di kulit. Patch bahkan dapat mengembangkan di dalam mulut. Plak kecil

ini menyerupai plak primer sejalan dengan sumbu sepanjang garis belahan

dan terdistribusi membentuk pola pohon natal (christmas tree).6

Pitiriasis Rosea

7

Skema plak primer (herald patch) dan distribusi tipikal plak sekunder sepanjang garis belah

batang tubuh pada pola Christmas Three

H. Diagnosis

Pada beberapa pasien, ruam ini dapat terlihat seperti penyakit kulit lain. Hal

ini dapat terlihat seperti kurap atau jenis eksim yang disebut dermatitis numular.

Diagnosa pitiriasis rosea ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Anamnesa harus bisa memberikan informasi yang berkenaan dengan munculnya

erupsi kulit pertama kali dan pengobatan apa saja yang sudah dilakukan oleh

Pityriasis rosea dengan herald patch di dada kanan

Pitiriasis Rosea

Pitiriasis rosea versikular. Distribusi Christmas tree

8

pasien. Pada pemeriksaan fisik harus didapatkan adanya erupsi kulit berupa

papiloeritroskuamosa. Pada pemeriksaan klinis minimal terdapat dua lesi dari tiga

kriteria di bawah ini.4

Makula berbentuk oval atau sirkuler.

Skuama menutupi hampir semua lesi.

Terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang lebih

tenang.

Diagnosa dibuat berdasarkan pada gejala klinis serta lokasi yang khas.2

Gejala klinis:

Biasanya gatal ringan/ tidak gatal

Sebagian kecil rasa sangat gatal

Biasanya didahului anamnesis memakai baju baru yang belum dicuci,

memakai baju lama yang disimpan lama atau sering berenang.2

Lokasi:

Khas pada tubuh tertutup pakaian

Leher sampai batas dagu, muka sangat jarang terjangkit

Pada punggung tampak seperti pohon cemara

Sebagian kasus lainnya efloresensi timbul hanya pada ekstremitas atas

dan paha.2

I. Diagnosis Banding

Peyakit ini sering disangka jamur oleh penderita, juga oleh dokter umum

sering didiagnosis sebagai Tinea Korporis. Gambaran klinisnya memang mirip

dengan tinea korporis karena terdepat eritema dan skuama di pinggir dan

benuknya anular. Perbedaanya pada ptiriasis rosea gatalnya tidak begitu berat

seperti pada tinea korporis, skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar,

pada tinea sediaan KOH akan positif. Hendaknya dicari pula lesi insisal yang

adakalanya masih ada. Jika telah tidak ada dapat ditanyakan kepada penderita

tentang lesi inisial. Sering lesi inisial tersebut tidak seluruhnya eritematosa lagi,

tetapi bentuknya masih tapal oval sedangkan di tengahnya terlihat

hipopigmentasi.1

1) Dermatitis seboroik

Pitiriasis Rosea

9

2) Sifilis II bentuk makula

3) Tinea korporis.2

Tabel. Diagnosa Banding Pitiriasis Rosea

Pitiriasis rosea Dermatitis seboroik Sifilis-II Tinea korporis

Definisi Penyakit kulit

yang belum

diketahui

penyebabnya,

dimulai dengan

sebuah lesi awal

berbentuk bercak

eritema dengan

skuama halus.

Kelainan kilit yang

didasari oleh factor

konstitusi dan

bertempat

predileeksi di

tempat-tempat

seboroik

Penyakit akibat

hubungan sexual

yang disebabkan oleh

Treponema pallidum,

dapat menjangkit

seluruh organ tubuh

serta dapat

menembus plasenta,

dan klinisnya ada

beberapa stadium.

Penyakit pada jaringan

yang mengandung zat

tanduk, misalnya

S.korneum pada

epidermis, rambut, dan

kuku yang disebabkan

gol.jamur dermatofita.

Etiologi Belum diketahui Belum diketahui Treponema pallidum Jamur: golongan

dermatofit

Microsporum,

Trichophyton,

Epidermophyton.

Klinis ± gejala konstitusi

Gatal ringan

Umumnya gatal pada

area seboroik, sifat

kronik dan mudah

kambuh, berkaitan

dengan stres,

kelelahan, atau

paparan sinar

matahari

Lesi kulit

Lesi mukosa mulut

Lesi di kepala rambut

Pembesaran KGB

Hepatomegali

Gatal

Pitiriasis Rosea

10

Efloresensi Makula besar

yang disebut

“Herald patch”

diikuti dengan

gam baran

“Cristmas tree

appearance”

Eritema dan skuama

yang berminyak

agak kekuningan,

batas kurang jelas.

Roseola: eritema

macular, berbintik-

bintik atau berbercak-

bercak, warnanya

merah tembaga,

bentuk bulat atau

lonjong.

Macula eritematosa

berbatas tegas terdiri atas

dengan, skuama, kadang-

kadang dengan vesikel

dan papul di tepi. Daerah

tengahnya lebih tenang.

J. Penatalaksanaan

Pitiriasis rosea biasanya dapat sembuh dengan sendirinya (sel limiting

disease) sehingga jarang diperlukan pengobatan. Yang terpenting dari

penatalaksanaan penyakit ini adalah memberikan edukasi pada penderita bahwa

penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 6 sampai 8 minggu, tidak

meninggalkan bekas, tidak menular, anggota tubuh tidak akan mengalami

gangguan karena penyakitnya dan jarang kambuh. Pengobatan yang diberikan

hanya bersifat simtomatis saja.1,3

1) Edukasi

Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama

Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian

menetap selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang

sekitar 2 minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis

Rosea berlangsung hingga 3-4 bulan

Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan

mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang

mengandung wol, air, sabun, dan keringat yang bersifat iritan dapat

menyebabkan lesi menjadi bertambah berat.3,6

2) Topikal

Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida,

kalamin losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat

dengan lesi yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan

Pitiriasis Rosea

11

glukokortikoid topikal kerja menengah ( bethametasone dipropionate)

0,025% ointment 2 kali sehari

Bedak diantaranya: bedak salisil dan lotion menthol-phenol 1/2 - 1%.3

3) Sistemik

Kortikosteroid jenis prednison dapat menurunkan peradangan dengan

membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler dan menekan

aktivitas polimorfonuklear. Prednison (0.5-1 mg / kg / hari selama 7

hari) berguna untuk menghilangkan rasa gatal, menahan sementara

perjalanan penyakitnya dan dapat menghilangkan lesinya, diberikan

terutama bila penyakitnya lebih dari 1 bulan.3

Antihistamin juga dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal.

Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan

kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan

bersaing pada reseptor H-1, H-2 dan H-3.3

4) Fototerapi

Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama

penyembuhannya. Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya

erupsi kulit yang ada. Satu-satunya efek samping dari terapi ini ialah

kulit yang terasa sedikit perih dan kekeringan pada kulit. Namun

risiko terjadinya hiperpigmentasi postinfeksi dapat meningkat dengan

terapi ini.3

K. Prognosis

Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena penyakit ini

bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8

minggu.1

Pitiriasis Rosea

12

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pitiriasis Rosea adalah penyakit dengan lesi papuloskuama yang memiliki

ciri berupa plak herald dan diikuti dengan erupsi sekunder berbentuk oval sampai

lingkaran berlapis skuama tipis yang tersebar pada garis belahan batang tubuh

sehingga membentuk gambaran pohon natal (Christmas tree). Etiologi Pitiasis

Rosea masih belum jelas. Beberapa bukti terbaru mengindikasikan bahwa

Pitiriasis Rosea merupakan jenis eksantem virus dan etiologinya mungkin

berkaitan dengan human herpes virus. Pitiriasis rosea biasanya terjadi pada

rentang usia 10-40 tahun.

Penyakit ini merupakan penyakit self limiting disease, umumnya sembuh

sendiri dalam waktu 3-8 minggu.Tatalaksana kasus berupa pengobatan topikal

untuk mengurangi rasa gatal, sistemik seperti; kortikosteroid dan antihistamin,

untuk menurunkan peradangan dan dapat menghilangkan lesinya

Pitiriasis Rosea

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi, Pitiriasis Rosea. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

keenam, cetakan ketiga. Badan Penerbit FKUI. Jakarta. 2013: hal 197

2. Martodiharjo Sunarko, dkk. Pitiriasis Rosea dalam Pedoman Diagnosis

dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: edisi ke-3. RSU dr.

Soetomo Surabaya. 2005: hal 91-93

3. Robert A Schwartz, MD. Pityriasis Rosea. Sep 15, 2014.

emedicine.medscape (http://emedicine.medscape.com/article/1107532-

overview#showall) Diakses 18-10-2014.

4. Amanda Oakley, Prof. Viral skin infections :Pityriasis rosea. August 2014.

DermNet NZ http://dermnetnz.org/viral/pityriasis-rosea.html

(http://dermnetnz.org/viral/pityriasis-rosea.html) Diakses 18-10-2014.

5. Pityriasis rosea. 07/05/2013  (http://www.nhs.uk/Conditions/pityriasis-

rosea/Pages/Introduction.aspx) Diakses 18-10-2014

6. American Academy of Dermatology. Pityriasis rosea.

(https://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-and-treatments/m---p/

pityriasis-rosea ) Diakses 18-10-2014

Pitiriasis Rosea