ptyriasis alba

Upload: cibonie

Post on 01-Mar-2016

76 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENDAHULUANPitiriasis alba (PA) merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin, yang berarti sisik (pitiriasis) dan putih (alba). Pitiriasis alba adalah kelainan hipopigmentasi dengan berbagai manifestasi klinis. Pitiriasis alba pertama kali dijelaskan oleh Fox dan hubungannya dengan dermatitis atopik pertama kali dikemukakan oleh Watkins. Pitiriasis alba umumnya dikelompokkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan tetapi tidak semua orang yang memiliki riwayat atopik dapat terkena

TRANSCRIPT

ReferatPITIRIASIS ALBA

Oleh:Beby Yohaningsih H04111401045Pembimbing:

Dr. M. Izazi Hari Purwoko, SpKKBAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSUP DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

2015

HALAMAN PENGESAHAN

Referat berjudul: Pitiriasis Albaoleh:

Beby Yohaningsih H04111401045telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Sriwijaya, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Moh. Hoesin Palembang periode 06 April 2015 11 Mei 2015.

Palembang, 16 April 2015 Pembimbing,Dr. M. Izazi Hari Purwoko, SpKKKATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi ALLAH, atas rahmat dan karunia-Nya jualah, akhirnya referat yang berjudul Pitiriasis Alba ini dapat diselesaikan dengan baik. Referat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada Dr. M. Izazi Hari Purwoko, SpKK selaku pembimbing dalam referat ini yang telah memberikan bimbingan dan banyak kemudahan dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga referat ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, April 2015 Penulis

Pitiriasis AlbaBeby Yohaningsih H, S.Ked

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

FK UNSRI/RSMH Palembang

2015PENDAHULUANPitiriasis alba (PA) merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin, yang berarti sisik (pitiriasis) dan putih (alba). Pitiriasis alba adalah kelainan hipopigmentasi dengan berbagai manifestasi klinis. Pitiriasis alba pertama kali dijelaskan oleh Fox dan hubungannya dengan dermatitis atopik pertama kali dikemukakan oleh Watkins. Pitiriasis alba umumnya dikelompokkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan tetapi tidak semua orang yang memiliki riwayat atopik dapat terkena PA.1Pada penelitian terhadap imigran Amerika Latin di Spanyol, PA merupakan penyakit kulit dengan gejala klinis terbesar yaitu (3,3%) dari kelompok eczema. PA mengenai kulit hitam (24%) lebih banyak dibandingkan kulit putih (13,5%) dan kulit coklat Indian Amerika (19,7%). Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa PA mengenai 81% pasien dengan usia 15 tahun. Sebuah penelitian menyatakan anak yang berusia 616 tahun di daerah tropis dilaporkan 9,9% akan terkena pitiriasis alba.2

Pitiriasis alba umumnya dapat didiagnosis secara klinis, tetapi pada keadaan tertentu dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Pitiriasis alba umumnya mengenai usia anak dan remaja tetapi lesi membutuhkan waktu lama untuk kembali normal sehingga diperlukan penatalaksanaan terutama dalam hal edukasi lebih baik. Makalah ini akan membahas mengenai PA dalam hal etiopatogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis sehingga PA dapat didiagnosis dan ditatalaksana dengan tepat.3ETIOPATOGENESIS

Etiologi PA masih belum diketahui pasti. Beberapa mikroorganisme seperti pitirosporum, streptococcus, staphylococcus,dan aspergillus diketahui merupakan penyebab PA, tetapi hal ini belum dapat dipastikan. Pitiriasis alba dapat dicetuskan antara lain dengan adanya defisiensi vitamin dan kalsium; suhu, kelembaban dan paparan sinar matahari yang berlebihan; penggunaan deterjen dan sabun; kulit kering gatal dan hipopigmentasi; cacing dan parasite; stres, kekurangan pigmen; dermatitis atopik, dan riwayat atopik pada keluarga.1Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi diduga merupakan penyebab penyakit ini. Kemungkinan penyebab utama PA, adalah radiasi ultraviolet yang memicu kekeringan kulit, tetapi belum ada studi yang dapat membuktikan hal ini. Hipopigmentasi pada PA terlihat lebih jelas saat musim panas karena proses tanning pada kulit sekitar yang normal membuat lesi PA menjadi lebih kontras, sedangkan pada musim dingin kulit menjadi kering dan skuama terlihat jelas. 3MANIFESTASI KLINIS

Pitiriasis alba tidak menimbulkan gejala, kebanyakan pasien tidak mengetahui keberadaan lesinya dan sering ditemukan secara ketidak sengajaan. Beberapa pasien mempunyai keluhan gatal yang ringan. Pitiriasis alba sering mengenai wajah dan leher. Lesi pada wajah biasanya terdapat di dahi kemudian bergabung dan berlanjut sampai ke mata dan mulut (Gambar 1 dan 2). Pitiriasis alba juga dapat ditemukan di daerah lain seperti bahu, leher, punggung, dada bagian atas, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah (Gambar 3 dan 4). Lesi PA dapat berupa patch merah muda disertai peninggian, warna merah muda tersebut akan lebih memucat setelah beberapa minggu menjadi makula hipopigmentasi dan ditutupi sisik putih. Perkembangan lesi menjadi makula hipopigmentasi yang tidak bersisik timbul beberapa bulan sampai beberapa tahun. Bentuk lesi umumnya bulat atau lonjong, multipel dan ireguler, dengan distribusi simetris.4 Pigmentasi dari PA yang beragam berhubungan dengan PA klasik dengan infeksi dermatofito superfisial dan secara klinis ditandai dengan hiperpigmentasi kebiruan. Akibat adanya deposit melanosit di dermis yang dikelilingi area hipopigmentasi bersisik.5

Gambar 1. Patch hipopigmentasi dari pitiriasis alba pada pipi.5

Gambar 2. Patch hipopigmentasi dari pitiriasis alba pada sekitar mulut.5

Gambar 3. Patch hipopigmentasi dari pitiriasis alba pada ekstremitas atas.3

Gambar 4. Patch hipopigmentasi dari pitiriasis alba pada ekstremitas bawah.3PEMERIKSAAN PENUNJANGDiagnosis PA sebagian besar dapat ditegakkan dengan gambaran klinis, tetapi pada lesi kulit yang menyerupai penyakit lain dapat dilakukan pemeriksaan penunjang agar tidak terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan dan diagnosis atau kelebihan pemeriksaan penunjang yang berlebihan.Pemeriksaan penunjang pada PA dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi, lampu wood, kerokan kulit KOH, dan pemeriksaan BTA untuk Morbus Hansen (MH). 5Pada histopatologi dapat ditemukan pengurangan pigmen pada lesi di epidermis kulit, akan tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan pada jumlah melanosit yang dihitung antara kulit normal dengan lesi, seperti hiperkeratosis 33.33%, parakeratosis 40%, akantosis 53.33%, spongiosis 80%, dan infiltrat perivaskuler 100%. Secara struktur, dapat terlihat pengurangan melanosit dan jumlah melanosom sampai keratinosit. Dapat ditemukan fase peradangan dan fase diferensiasis spongiosis yang berlebihan dibandingkan dengan lesi PA awal. Sehingga menjadi hipomelanosis makula yang progresif (PMH), suatu kondisi yang pada dewasa muda perempuan, terutama di tandai dengan timbulnya patch hipopigmentasi yang tidak bersisik pada punggung, terutama setelah musim panas.6

Gambar 5. Gambaran Histopatologi dari lesi yang menunjukkan akantosis, fokal spongiosis, dan infiltrat perivaskuler.1 DIAGNOSIS BANDING

Hipopigmentasi yang jelas terkadang salah didiagnosis dengan vitiligo. Pada vitiligo, bercak lebih putih, dengan batas yang lebih jelas dan selalu tidak disertai sisik. Lesi fase eritematosa di trunkus pada anak yang lebih besar dan dewasa, mungkin dapat salah didiagnosis dengan psoriasis tetapi distribusi dan sisik yang relatif ringan dapat menyingkirkan diagnosis ini.7 Morbus Hansen dapat disingkirkan dengan melihat tanda kardinal MH. Sarkoidosis dan Skleroderma dapat disingkirkan dengan tidak adanya penyakit sistemik yang menyerang organ lain dan dapat diketahui melalui pemeriksaan penunjang.8

Gambar 6. Gambaran Diagnosis Banding Pada Pitiriasis Alba.8DIAGNOSIS

Pitiriasis alba dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Gambar 6). Pada anamnesis, harus ditanyakan usia timbulnya penyakit, hal ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit kongenital. Selain itu dapat ditanyakan mengenai faktor risiko timbulnya PA, seperti riwayat atopi, riwayat pajanan sinar matahari, riwayat inflamasi sebelumnya, hingga kebiasaan mandi.7 Pada gambaran klinis, dapat ditemukan lesi berupa patch merah muda disertai peninggian, warna merah muda tersebut akan lebih memucat setelah beberapa minggu menjadi makula hipopigmentasi dan ditutupi sisik putih pada wajah dan leher. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis PA. Pemilihan pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan diagnosis banding yang ditegakkan.1,8Pada pemeriksaan lampu Wood ditemukan flouresensi warna putih (hipopigmentasi), untuk mempermudah penegakan diagnosis, maka dapat digunakan algoritma di bawah ini (Gambar 7):

Gambar 7. Algoritma Penegakan Diagnosis.5PENATALAKSANAANPada pasien PA dapat diberikan edukasi berupa penjelasan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri, selain itu penjelasan untuk menghindari faktor risiko juga penting seperti anjuran pemakaian tabir surya, jika akan terpapar sinar matahari. Pasien juga dapat diberikan edukasi untuk mengurangi frekuensi mandi dan menghindari air mandi dengan suhu yang terlalu panas.5Pada terapi topikal pasien dapat diberikan emolien dan steroid dosis rendah seperti hidrokortison 0,5 % - 1% untuk mengurangi eritem dan gatal. Pada PA dengan lesi luas yang membutuhkan repigmentasi dapat diberikan fotokemoterapi seperti Psoralen Plus Ultraviolet Light A (PUVA). 5,6PROGNOSISPitiriasis alba merupakan penyakit yang sembuh sendiri dan tidak menimbulkan kematian. Pada umumnya penyakit ini menghilang menjelang usia pubertas.7KESIMPULANPitiriasis Alba merupakan sebuah pola dermatitis dengan ciri yang paling mencolok berupa hipopigmentasi. Pitiriasis alba seringkali disertai riwayat atopi dengan gambaran klinis berupa makula atau bercak hipopigmentasi berskuama tipis, berbatas tegas maupun tidak tegas, terlokalisir, umumnya terdapat pada pipi, lengan atas, dan trunkus. Pitiriasis alba banyak ditemukan pada anak dapat sembuh sendiri dan tidak menimbulkan kematian. Terapi dari pitiriasis alba dapat diberikan edukasi untuk mengurangi paparan sinar matahari, memakai krim pelindung dari sinar matahari dan pelembab, serta mengurangi frekuensi mandi dan suhu ketika mandi. Selain itu dapat diberikan topikal steroid rendah seperti hidrokortison 0,5% - 1%. Jika terdapat lesi yang luas dapat diberikan fotokemoterapi PUVA.DAFTAR PUSTAKA

1. Ramam S, Neelima B, Jyothi B, Bharatha B, Raju D. An Update Review on Pityriasis Alba. World Journal Of Pharmaceutical Research. 2014; Vol 3: 2162-71.2. Holden CA and Jones BJ. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7th ed. Massachusetts: Blackwell; 2009. p. 701-738.3. Yuri TJ, Camilla K, Janniger. Pityriasis Alba Revisited: Perspectives on an Enigmatic Disorder of Childhood. Pediatric Dermatology. 2011. Vol 87: 66-724. Romero IB, Rincon JMR, Paya JS, Costa AL, Crespo MP, Salvador JFS. Dermatoses in Latin American Immigrants Seen in A Tertiary Hospital. Eur J Dermatol. 2011. Vol 19: 157-62.

5. Lapeere H, Boone B, Schepper SD, Verhaghe E, Gele MV, Ongenae K, et al. Hypomelanoses and Hypermelanoses. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolf K, editors. Fitzpatricks Dermatology in General. 8th ed. New York: Mc Graw Hill; 2012. P. 1492-1500.6. Vinod S, Singh G, Dash K, Grover S. Clinico epidemiological study of pityriasis alba. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2011; Vol 68: 338-40. 7. Rashid RM, Miller AC, Silverberg MA. Pityriasis Alba. Available from emedicine.medscape.com/article/762656-print.htm [diakses 24 April 2015].8. Wellew R, Hunter J, Savin J, Dahl M, editors. Racially Pigmented Skin. In: Richard B, Hanish JA, Margaret WA, editors. Clinical Dermatology. 4th ed. Massachusetts: Blackwell; 2013. p.199-202.

LampiranPitriasis AlbaVitiligoMorbus Hansen SarkoidosisSkleroderma

EtiologiHipomelanosaM.Furfur (bentuk miselium)M.Leprae (Gram positif)AutoimunFaktor familial dan kehamilan

Usia yang sering terkena3-16 tahun20-40 tahunSemua umurSemua umur20-40 tahun

EfloresensiNon scaly hipopigmentasiScaly hipopigmentasiMakula hipopigmentasi Makula hipopigmentasi terkadang disertai nodul dan papulPatch hipopigmentasi terkadang hiperpigmentasi

Tempat PredileksiKepala dan leherDada bagian atas, abdomen, ekstremitas proximalWajah, bokong, ekstremitas bawahBadan dan ekstremitasPunggung atas dan ekstremitas

Gejala PenyertaTidak ada gatalGatalGangguan fungsi sensorik, motorik, autonom

Demam bisa ada atau tidakGejala sistemik pada organ tubuh lain, seperti penurunan berat badan, nyeri, artritis, pembengkakan lutut, dan mata keringTidak ada gatal

Kelainan Pigmentasi

Hipomelanosis

Campuran Hipo dan hipermelanosis

Hipermelanosis

Kongenital

Terlokalisasi

Didapat

Pemeriksaan Klinis dengan lampu wood

Tersebar

Pemeriksaan Klinis dengan lampu wood

Tidak Ada Pigmentasi

Putih

Kuning Hijau

Non melanosit leukoderma

Putih

Tidak Ada Pigmentasi

Tidak ada inflamasi

+ berhubungan lesi inflamasi

Tidak ada inflamasi

Pitiriasis Versikolor

Kelainan nutrisi

Endokrinopati

Idhiopatic guttate hypomelanosis

Leukoderma konfeti

Kimiawi

Hemodialysis

Progresif macular hipomelanosis

Vitiligo

Melanoma - Leukoderma

Likensklerosis

Kelainan Paska Inflamasi

Garis Dekarmasi Pigmentasi

Nevus anemikus

Biers Spot

Woronoffs Ring

Edema Kutaneus

Anemia

Pitiriasis Alba

Sarkoidosis

Skleroderma

Lupus Eritematosus

Agent Fisikal

Infeksi

Mycosis Fungoides

Kimiawi

PAGE 8