case report perinatologi bblr

36
BAB I ILUSTRASI KASUS I. IDENTITAS 1. IDENTITAS PASIEN Nama : Bayi Ny. Y/ Tn.A Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 2 hari Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari Agama : Islam Tanggal Masuk RS : 10 february 2015 Tanggal Pemeriksaan : 12 february 2015 2. IDENTITAS ORANGTUA PASIEN AYAH PASIEN Nama : Tn. A Usia : 39 tahun Pekerjaan : Buruh Pendidikan : SD Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari IBU PASIEN Nama : Ny.Y Usia :37 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 1

Upload: melda-khairunisa

Post on 24-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

jj

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Perinatologi BBLR

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Bayi Ny. Y/ Tn.A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 2 hari

Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 10 february 2015

Tanggal Pemeriksaan : 12 february 2015

2. IDENTITAS ORANGTUA PASIEN

AYAH PASIEN

Nama : Tn. A

Usia : 39 tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD

Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari

IBU PASIEN

Nama : Ny.Y

Usia :37 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari

1

Page 2: Case Report Perinatologi BBLR

II. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Seorang neonates dengan berat badan lahir 2050 gram

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi lahir di RSUD Soreang dari ibu G4P2A1. Menurut ibunya, bayi

dilahirkan dengan usia kandungan 8 bulan lebih 2 minggu. Berat lahir: 2050gr,

PB: 45 cm, Apgar score : 1” : 7, 5”: 9. Bayi tidak terlihat sesak, pernapasan

cuping hidung (-), retraksi suprasternalis (-), retraksi intercostae (-), retraksi

epigastrium (+), bayi tidak terlihat sianosis dan terlihat ikterik krmaer 1-2.

BAK tidak ada keluhan, BAB meconium

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga dengan keluhan serupa tidak ada.

4. Riwayat Pribadi (orang tua)

Riwayat Kehamilan

Ibu hamil tunggal. Usia ibu saat hamil adalah 37 tahun. Ibu selalu

memeriksakan kehamilan ke bidan, pada saat usia kehamilan 8 bulan

ibu memeriksakan kandungan nya kebidan dan memeriksa tekanan

darah, pada saat memeriksa tekanan darah, tekanan darah ibu 150/100,

dan ibu mengalami bengkak pada kedua kakinya. Ibu mengatakan

diberi rujukan oleh bidan untuk memeriksakan lebih lanjut kandungan

nya ke dokter spesialis kandungan, dan dokter spesialis kandungan

mengaatakan bahwa janin harus segera dilahirkan. Pada kehamilan

sebelumnya ibu tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi, ibu

menderita tekanan darah tinggi pada saat kehamilan ini. Selama

kehamilan ibu tidak menderita penyakit apapun. Riwayat pemakaian

obat-obatan ketika hamil hanya vitamin yang diberikan oleh bidan.

Aktifitas ibu selama hamil hanya pergi berbelanja ke pasar untuk

berbelanja kebutuhan rumah tangga dan membersihkan rumahnya.

2

Page 3: Case Report Perinatologi BBLR

Berat badan ibu sebelum hamil adalah 68 kg dan saat akan melahirkan

beratnya 79 kg.

Riwayat Persalinan

Anak lahir dengan section caesaria, merupakan anak ketiga. Saat

melahirkan ibu merasa kehamilannya 8 bulan lebih 2 minggu.

Persalinan dibantu oleh dokter spesialis kandungan. Bayi lahir kurang

bulan dan langsung menangis, ketuban jernih.

Riwayat Pasca Lahir

Pada saat lahir anak bergerak aktif, langsung menangis, HR : 152x/m,

RR : 68x/m S: 37,7, tidak terdapat sianosis, terdapat pernapasan cuping

hidung dan terdapat retraksi epigastrium, pasien diberikan oksigen

1/2L/m di observasi setengah jam kemudian RR: 52x/m HR:144x/m S:

37,3

5. Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Sosial Ekonomi

Ibu pasien seorang ibu rumah tangga dan ayah pasien seorang buruh

yang berpenghasilan kurang lebih Rp.1.500.000 per bulan, orangtua

pasien mengatakan penghasilan mereka cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-sehari.

Lingkungan

Pasien adalah anak ketiga. Dalam satu rumah terdapat 7 orang dalam

satu rumah.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Pemeriksaan Umum

Pada tanggal 12 februari 2015

1) Warna : ikterik krammer 1-2

3

Page 4: Case Report Perinatologi BBLR

2) Kesadaran : STATE : 5

3) Tanda vital

a. HR :136 x/mnt

b. RR : 40 x/mnt

c. Suhu : 36,5 o C

4) Kepala : simetris

UUB datar, lembut

a. Sutura : belum tertutup

b. Rambut : berwarna hitam, tidak mudah dicabut

c. Mata : sklera tidak ikterik, ikterik congenital (-)

d. Telinga : recoil baik, skin tags (-)

e. Hidung : choana +/+ , pch (-)

f. Mulut : langit-langit intak, poc (-)

g. Tenggorokan : sulit dinilai

h. Tonsil : sulit dinilai

i. Lidah : tidak makroglossi

j. Gigi : belum erupsi

k. Leher : retraksi suprasternal (-), webbed neck (-)

5) Thoraks : retraksi intrcostae (-)

a. Pernapasan : BVS kanan = kiri, slem -/-, rh -/-

b. cor : BJ murni regular, murmur (-) gallop (-)

6) abdomen : cembung, retraksi epigastrium (+)

a. hepar : teraba ± 2cm BAC

b. Lien : tidak teraba

4

Page 5: Case Report Perinatologi BBLR

7) Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3”

8) Genital : Laki-laki, testis jelas dalam scrotum

9) Neurologi : reflex moro (+) reflex hisap (+)

reflex pegang (+)

reflex babinski (+)

APGAR

Down Score

Karakteristik Skor 0 Skor 1 Skor 2

Frekuensi pernafasan

Retraksi

Sianosis

Jalan masuk udara

Grunting

< 60 x/menit

-

-

Udara masuk

bilateral baik

-

60-80x/menit

ringan

hilang dengan 02

penurunan ringan

udara masuk

dapat didengar

stetoskop.

>80 x/menit

parah

tidak hilang

tidak ada udara

masuk

dapat didengar

tanpa stetoskop.

Keterangan:

0-4          :   asfiksia Ringan; membutuhkan O2 nasal atau headbox4-7          :   asfiksia Sedang; membutuhkan Nasal CPAP

>7           :   asfiksia Berat; Ancaman Gagal Napas; membutuhkan Intubasi    (perlu diperiksa Analisa Gas Darah/AGD)

Downe score :

5

1 menit 5 menit

Warna 1 2

Denyut jantung 2 2

Refleks 1 2

Tonus otot 1 1

Pernafasan 2 2

JUMLAH 7 9

Page 6: Case Report Perinatologi BBLR

- 10 februari 2015 : 3

- Pemeriksaan (12 februari 2015) = 1

Ballard score dan maturitas

score : 3 3 2 3 2 3 - 3 2 2 2 2 3

minggu : 36

Status gizi

o Berat badan : 2050 gr

o Panjang badan : 45 cm

o BB/U : -3 s/d -2 SD (severly underweight)

6

Page 7: Case Report Perinatologi BBLR

o PB/U : -3 SD (stunted)

o BB/PB : -2 s/d -1 SD (stunted)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Glukosa darah sewaktu, darah rutin, kimia klinik

10/02/2015

Darah rutin Hb : 16,6 g/dl

Ht : 52 %

Leu:

12.100/mm3

Trombo:

179.000 mm3

GDS

1.

1. 55.0

2. 88.0

V. DIAGNOSIS KERJA

PTI AGA kepala dengan sc a/i PEB + asfiksia ringan + BBLR + NH

VI. RENCANA PENGELOLAAN

A. Rencana Pengobatan

o Pasang OGT

o Oksigen

o Kebutuhan cairan total 384 cc

o ASI/PASI 8 x 25 cc

o Pertahankan suhu optimal 36,6-37,5 o C

o Jika GDS < 50 bolus D10% 2cc x BB selama 5 menit, cek GDS tiap 1 jam

o Jika Bilirubin Total >15 mg/dl foto terapi

Rencana Pemantauan

o DR, GDS, bilirubin total/direk/indirek

VII. PROGNOSIS

Ad bonam

7

Page 8: Case Report Perinatologi BBLR

BAB II

PEMBAHASAN

Pasien By. Ny.R 2 hari, didiagnosis sebagai PTI AGA kepala dengan sc a/i PEB

+ asfiksia ringan sedang + BBLR + NH. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis pada ibu , pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesis didapatkan bahwa:

Pasien lahir di usia kandungan 8 bulan lebih 2 minggu menurut ibunya dan

berdasarkan NBS serta maturitas fisik, anak lahir pada usia kehamilan 36

minggu → bayi kurang bulan (BKB)

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa:

buka atau tutup mata menangis → Pasien dalam kesadaran STATE : 5

down score : 1 → asfiksia ringan

Apgar : 6, 8 → menandakan asfiksia ringan sedang

Pasien didapatkan dengan berat badan kurang dari 2500 yaitu seberat 2050

gram → menandakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berdasarkan temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut, diusulkan

pemeriksaan penunjang dengan alasan:

1. Pemeriksaan darah rutin untuk membantu penegakan diagnosis dan mecari penyebab

penyakit.

2. Pemeriksaan kadar bilirubin untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kadar

bilirubin total, direct dan indirect untuk menegakkan diagnosis ikterus neonatorum.

3. Pemeriksaan kadar glukosa, dikarenakan pasie merupakan pasien yang termasuk

BBLR

Prognosis

Ad bonam

8

Page 9: Case Report Perinatologi BBLR

IIITINJAUAN PUSTAKA

BBLR

A. Definisi dan Klasifikasi

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dahulu neonatus

dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500

gram disebut prematur (Festy, 2009).

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa

semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram

disebut Low Birth weight Infant (Bayi Berat Badan Lahir Rendah/BBLR).

Sedangkan pada tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan

di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang

maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut :

a. Bayi kurang bulan : Bayi dengn masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259)

hari.

b. Bayi cukup bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42

minggu (259-293).

c. Bayi lebih bulan : Bayi dengan masa kehamilan 42 minggu atau lebih (294 hari

atau lebih)

Menurut Saifuddin dalam (Syafruddin, 2009), Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram

(sampai dengan 2499 gram). Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah

ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia

kehamilan.

Dari pengertian tersebut, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

prematuturitas murni dan dismaturitas. Disebut Prematuritas murni jika masa

gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan

untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa

kehamilan (NKB-SMK). Dismaturasi ialah bayi lahir dengan berat badan kurang

dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya, bayi mengalami

9

Page 10: Case Report Perinatologi BBLR

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya (Syafruddin, 2009).

B. Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,

sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan.

Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur.

Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka panjang dan jangka

pendek dapat terjadi (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara

umum yaitu sebagai berikut (Proverawati dan Ismawati, 2010).

a. Faktor ibu :

1. Penyakit

a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat, perdarahan

ante partum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama

kehamilan (infeksi kandungan kemih dan ginjal)

b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS,

malaria, TORCH.

2. Ibu

a. Angka kejadian prematurasi tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20

tahun atau lebih dari 35 tahun.

b. Kehamilan ganda (multi gravida)

c. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)

d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

3. Keadaan sosial ekonomi :

a. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah

b. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

c. Keadaan gizi yang kurang baik

d. Pengawasan antenatal kurang

e. Kejadian prematurasi pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak

sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir

dari perkawinan yang sah

4. Sebab lain:

10

Page 11: Case Report Perinatologi BBLR

a. Ibu perokok

b. Ibu peminum alkohol

c. Ibu pecandu obat narkotik

d. Penggunaan obat antimetabolik

b. Faktor janin :

1. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

2. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

3. Disautonomia familial

4. Radiasi

5. Kehamilan ganda/kembar (gemeli)

6. Aplasia pancreas

c. Faktor Plasenta :

1. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion)

2. Luas permukaan berkurang

3. Plasentilis vilus (bakteri, virus dan parasite)

4. Infark

5. Tumor (koriongioma, mola hidatidosa)

6. Plasenta yang lepas

7. Sindrom plasenta yang lepas

8. Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik

d. Faktor lingkungan :

1. Bertempat tinggal di dataran tinggi

2. Terkena radiasi

3. Terpapar racun

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan

menjadi sebagai berikut :

a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :

1. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

2. Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia

3. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

4. Malaria kronik, penyakit kronik

5. Ibu hamil merokok

b. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :

11

Page 12: Case Report Perinatologi BBLR

1. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan

kembar

2. Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

3. Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu

menahan berat bayi dalam rahim)

4. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

5. Ibu hamil yang sedang sakit

6. Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.

C. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Surasmi (2009) adalah:

a. Pengendalian suhu

Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini

disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas.

Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya

jaringan adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ),

pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan

makanan yang rendah.

Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang

relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas

bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat pengatur panas dan

sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari

luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat,

demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari

kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan

hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.

b. Sistem pencernaan

Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks

menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara

efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan

oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.

Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat pencernaan,

lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit

lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang.

12

Page 13: Case Report Perinatologi BBLR

Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan

yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi

yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat adanya

ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak larut

dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin.

Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi preterm yang

terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya dapat

ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan masalah,

kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan

kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah diserap. 

c. Sistem pernapasan

Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru –

paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya

sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi

dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya

dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan pusat

pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru –

paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru –

paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,

sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.

Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali

ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1

menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak

ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan

dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan

mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini penting diingat

untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui hidung.

Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm.

Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat

60–80 kali / menit berangsur – angsur menurun mencapai kecepatan yang

mendekati biasa yaitu 34 – 36 kali / menit.

d. Sistem sirkulasi

Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya

lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada

13

Page 14: Case Report Perinatologi BBLR

atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus menutup

secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding

pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya

kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.

Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm. Tekanan

menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80

mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan diastolik secara

proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100

– 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara

yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan

menggunakan stetoskop.

e. Sistem urinarius

Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan,

fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang

menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan

perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit.

Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan

adanya tubulus yang kurang berkembang.

f. Sistem persyarafan

Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat

maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan

pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan

pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena

perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya

yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan yang

lemah.

g. Sistem genital

Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora

hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis

atau skrotum.

h. Sistem Pengindraan (Penglihatan)

Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2

stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan transisional

(peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33 – 34 minggu. Selama setahun stadium

14

Page 15: Case Report Perinatologi BBLR

ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi

untuk waktu yang lama.

D. Diagnosis

Diagnosis BBLR biasanya ditegakkan dari :

1. ANAMNESIS

Dari anamnesa dapat digali mengenai riwayat gestasi, faktor etiologi dan riwayat

pemeriksaan antenatal dari ibu yang bayinya BBLR.

a. Menanyakan HPHT sehingga bisa diketahui taksiran persalinan

b. Mencari faktor etiologi yang mengakibatkan terjadinya BBLR

c. Menanyakan riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu

15

Page 16: Case Report Perinatologi BBLR

2. PEMERIKSAAN FISIK

1. BBL < 2500.

2. PB kurang atau sama 45 cm.

3. Lingkar kepala < 33 cm.

4. Lingkar dada < 30 cm.

5. Kepala lebih besar dari badan.

6. Kulit tipis transparan , lanugo banyak , lemak subkutan kurang.

7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus terlihat.

8. Rambut biasanya tipis .

9. Tulang rawan belum sempurna.

10. Jaringan mammae belum sempurna demikian pula puting susu.

11. Genetelia immatur .

12. Bayi kecil , posisinya masih posisi fetal , yaitu posisi dekubitus lateral , pergerakan

nya kurang dan masih lemah.

13. Bayi masih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur,

dan sering terdapat serangan apneu.

14. Otot masuh hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi,

sendi lutut dan sendi kaki dalam keaadaan fleksi dan kepala menghadap kesatu

jurusan.

15. Refleks Moro dapat positif, refleks minghisap dan menelan belum sempurna,

demikiaan juga refleks batuk.

16. Pitting edem, sering ditemukan pada pendarahan antepartum, toxemia gravidarum dan

DM.

17. Nafas tidak teratur, jika >60 x/menit waspada terhadap Hialin Membran Disease.

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Biasanya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan khusus dilakukan pada

bayi dengan BBLR ini ditujukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi atau gangguan

yang menyertainya.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :

1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia

16

Page 17: Case Report Perinatologi BBLR

2. Early feeding jika memungkinkan

3. Mengatasi komplikasi

4. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi

5. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual

a. Tatalaksana nutrisi pada BBLR :

Pertumbuhan BBLR hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga BBLR

membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Belum ada standar kebutuhan nutrien yang disusun secara tepat untuk BBLR, sebanding

dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

nutrien yang mendekati kecepatan tumbuh dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa

gestasi serta mempertahankan kadar normal nutrien dalam darah dan jaringan tubuh.

Kebututan nutrisi :

1. Energi

2. Kebutuhan energi pada BBLR adalah 90-120 kkal/kgBB/hari. Asupan energi nutrisi

enteral pada BBLR untuk mencapai pertumbuhan yang sesuai adalah 105-130 kkal/hari.

3. Protein

Kebutuhan berdasarkan penambahan berat badan janin adalah 3,5-4,0 g/kgBB/hari.

Asupan yang dapat diberikan pada BBLR adalah 2,25-4 g/kgbb/hari. Bayi dengan

asupan protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan 110-120 kkal/kgbb/hari

menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan janin.

4. Lemak

Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan masukan

sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena komposisi asam lemak

serta asam palmitat dalam posisi β disamping adanya lipase pada ASI. Lemak pada

formula untuk bayi prematur mengandung campuran lemak rantai sedang (MCT)

medium chain triglyevide dan lemak tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai

ganda serta trigliserida rantai panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak

esensial paling sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan

asam α-linolenat. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang bersifat

esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi dengan

kedua zat tersebut.

5. Karbohidrat

17

Page 18: Case Report Perinatologi BBLR

Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau setara

dengan 10-14 g/kgbb/hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna Iaktosa pada beberapa

waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas enzim laktase; sehingga dapat

terjadi keadaan intoleransi laktosa, walaupun secara di klinik jarang menjadi masalah

dan ASI umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Enzim glukosidase untuk glukosa

polimer sudah aktif pada BBLR sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi

dengan baik. Selain itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada

mukosa usus, sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan

osmolalitas kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur umumnya mengandung

50% laktosa dan 50% glukosa polimer, rasio yang tidak menyebabkan gangguan

penyerapan

mineral di usus.

Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67 kkal/100 ml

pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama dapat digunakan untuk

BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu 81 kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz)

seringkali lebih disukai. Formula ini memungkinkan pemberian kalori lebih banyak

dengan volume lebih kecil, menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi

memerlukan restriksi cairan dan juga mensuplai cukup air untuk ekskresi metabolit dan

elektrolit dari formula. Pemilihan jenis nutrisi pada bayi BBLR yang utama adalah ASI.

Namun, jika ASI tidak ada, maka susu formula merupakan pilihan. Formula prematur kini

terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi nutrien ASI.

Tabel Cara pemberian nutrisi

Cara/metode Dasar Pertimbangan

Menyusu / botol Cara yang paling fisiologis

Masa gestasi minimal 32-34 minggu

Secara medis bayi dalam keadaan stabil

Frekwensi nafas < 60x/menit

Pipa oro- / nasogastrik Sebagai suplemen pada menyusu / botol

Dianjurkan pada bayi dengan masa

18

Page 19: Case Report Perinatologi BBLR

gestasi < 32 minggu

Frekwensi nafas < 80x/ menit

Digunakan pada bayi dengan intubasi atau gangguan neurologik

Transpilorik Tidak dapat mentoleransi cara oro-/nasogastrik

Terdapat risiko terjadinya aspirasi

Bayi diintubasi

Motilitas usus menurun

Harus menunggu pasase pipa sebelum mulai pemberian nutrisi

Memerlukan pemeriksaan radiologi

Dapat terjadi komplikasi dumping syndrome, perubahan

mikroflora usus, malabsorpsi nutrien, dan perforasi usus

Gastrostomi Malformasi gastrointestinal

Gangguan neurologik

Dalam intubasi

Motilitas usus menurun

Harus menunggu terjadinya pasase pada pipa sebelum pemberian makan

Perlu pemeriksaan radiologik

Dapat terjadi komplikasi sindrom dumping, perubahan rnikroflora usus, malabsorbsi, perforasi

Tabel Pedoman pemberian makan

19

Page 20: Case Report Perinatologi BBLR

Berat (gram) Interval Volume awal (cc/kgbb/hari)

Volume increments (cc4cg/hari)

Waktu yang diperlukan (hari)

<1.000 Tiap 2 jam 10 10 16

1.000-1500 Tiap 2-3 jam 10-20 15-20 10-7

1.501-1800 sakit

Tiap 3 jam 10-20 20-30 7-5

1.501-1800 sehat

Tiap 3 jam 20-40 30-50 5-3

>1800 sakit Tiap 3 jam 20-40 30-75 5-2

Pemberian makan dapat dihentikan atau ditunda jika terjadi intoleransi atau bayi

sakit. Formula prematur yang dapat diberikan mulai dari 20 kkal/oz. Setelah mencapai

120-150 ml/kg dapat ditambahkan fortifier, dan formula prematur diubah menjadi 24

kkal/oz. Suplemen Fe diberikan 2-4 mg/kg pada formula tersebut. Full feedings ialah bila

telah mencapai 120/kg susu formula prematur 24 kkal/.oz.

b. Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK)

Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK) adalah perawatan untuk bayi baru

lahir dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin

contact).

Terdapat dua tipe PMK:

1. PMK intermiten

PMK yang dapat dilakukan saat bayi belum stabil (masih mendapatkan sokongan

medis)

Waktu: dilakukan saat ibu menjenguk bayinya, lama dikerjakan sebaiknya lebih dari

1 jam

Tempat: perawatan bayi (NICU/Special care nursery)

2. PMK kontinu

PMK yang dilakukan saat bayi sudah dalam keadaan stabil (tidak ada penyakit akut)

Waktu: ibu dan bayi bersama dalam 24 jam

Tempat : ruangan rawat khusus PMK kontinu

20

Page 21: Case Report Perinatologi BBLR

Kriteria Pelaksanaan PMK

1. PMK intermiten:

Bayi kurang bulan yang masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri,

pemberian oksigen terapi, cairan intravena, dan pemantauan lain, keadaan tersebut tidak

mencegah pelaksanaan PMK.

2. PMK kontinu:

Bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi prematur (kurang

bulan), berat lahir ≤2000 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan sirkulasi, tidak ada

kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas sendiri. Ibu dapat memberikan

nutisi (ASI dan formula secara oral maupun melalui pipa lambung). Meskipun

demikian, pada sebagian besar kasus PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.

Terdapat empat komponen PMK yaitu :

1. Kangaroo position (posisi)

2. Kangaroo nutrition (nutrisi)

3. Kangaroo support (dukungan)

4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan ketat

1. Kangaroo position (posisi)

Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak lurus, dada bayi menempel

ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karena kulit

bayi mengalami kontak seluas-luasnya secara langsung dengan kulit ibu.

Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi

dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Tepi

pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk

menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata

antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi

haruslah dalam posisi ”kodok”; tangan harus dalam posisi fleksi.

Kain diikatkan dengan kuat setinggi dada bayi agar bayi tidak tergelincir saat ibu

bangun dari duduk. Perut bayi sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu dan

diperhatikan agar tidak tertekan. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut

dan napas ibu akan merangsang bayi.

21

Page 22: Case Report Perinatologi BBLR

Ibu dapat menggunakan baju berkancing depan. Bayi menggunakan popok dan

topi. ibu tetap dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-hari. Bila ibu ingin kekamar

mandi atu melakukan aktivitas yang mengharuskan tidak dapat menggendong bayinya

maka anggota keluarga lain dapat bergantian menggendong bayi tersebut. Ibu dapat tidur

dengan kepala lebih tinggi menggunakan beberapa bantal dan tetap melaksanakan PMK.

2. Kangaroo nutrition (nutrisi)

Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. PMK membuat proses menyusui

menjadi lebih berhasil, proses menyusui menjadi lebih lama dan dapat meningkatkan

volume ASI. Pemberian nutrisi pada saat melakukan PMK dapat ASI atau formula baik

oral maupun melalui pipa lambung. Cara dan waktu pemberian nutrisi sesuai protokol

untuk BBLR/neonatus kurang bulan.

3. Kangaroo support (dukungan)

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun emosional. Dukungan

dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu dan masyarakat.

4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan

PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria dibawah ini:

Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau

infeksi

Bayi minum dengan baik

Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari atau 20-30 g/hari)

untuk sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up

F. Komplikasi

Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Ketidakstabilan suhu

2. Kesulitan pernapasan

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

4. Imaturitas hati

5. Imaturitas ginjal

6. Imaturitas imunologis

7. Kelainan neurologis

22

Page 23: Case Report Perinatologi BBLR

8. Kelainan kardiovaskuler

9. Kelainan hematologis

10. Metabolisme

G. Prognosis

Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada kebanyakan kasus,

bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dalam

tiga bulan pertama, dan mencapai kurva pertumbuhan normal pada usia satu tahun. Menurut

SDKI tahun 2003, 30% angka kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Neonatus dengan

BBLR berisiko angka kematian bayi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus

dengan berat badan lahir normal.

h. Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir dengan

berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil dan dengan

kontrol antenatal secara teratur.

23

Page 24: Case Report Perinatologi BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Barbara S, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson

HB,

Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Edition. Philadelphia :

Saunders, 2007 ; p 701-10.

Dalmanik, Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam :

Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; hal. 11-30.

HTA Indonesia. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit. 2010

Hasan R. Alatas H. Perinatologi. Dalam Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4. Jakarta: FK

UI. 1985

Labir IK, Tangking W, Ketut S. Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II Meningkatkan

Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUD Wangaya Denpasar. 2013.

Denpasar: Public Health and Preventive Medicine Archive. Volume 1. Hal. 2

Nasar SS. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 5, No.

4,

Maret 2004: 165 – 170

24