case anc editan.doc
TRANSCRIPT
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
PENDAHULUAN
Secara umum hipertensi dalam kehamilan (HDK) dapat didefinisikan sebagai
kenaikan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90
mmHg yang diukur paling kurang 6 jam pada saat yang berbeda. Dari beberapa hasil
penelitian restropektif tentang hipertensi pada wanita hamil menunjukkan bahwa
terapi anti hipertensi menurunkan insidens stroke dan komplikasi kardiovaskular pada
wanita hamil dengan tekanan darah diastolik diatas 100 mmHg. Sebagai faktor
predisposisi untuk timbulnya HDK adalah adanya riwayat keluarga, umur, diabetes
melitus, penyakit ginjal dan penyakit kolagen.
HDK adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang
cukup tinggi. Di Indonesia, 30-40% kematian perinatal disebabkan oleh preeklampsia
dan eklamsia. Untuk itu diperlukan perhatian serta penanganan yang serius tehadap
ibu hamil dengan penyakit ini, baik secara konservatif maupun farmakologis. Efek
potensial yang merugikan terhadap ibu dan janin oleh karena pemberian obat-obat
anti hipertensi kadang-kadang masih menjadi kendala dalam masalah ini.
KLASIFIKASI
Ada beberapa klasifikasi yang diajukan pada HDK, tetapi tidak ada satupun
memuaskan karena diagnosis sering ditegakkan restropektif. Klasifikasi ini penting
diketahui untuk menentukan HDK karena berkaitan dengan prognosis dan
penanganan.(2,3) Klasifikasi HDK yang paling banyak diterima adalah dari The
National High Blood Pressure Education Program Working Group On High Blood
Pressure In pregnancy (National HBPEP) 2000 :
1. Hipertensi Gestasional (hipertensi yang dipicu oleh kehamilan)
Hipertensi yang dideteksi pertama kali pada kehamilan > 20 minggu dan
menghilang sebelum 12 minggu postpartum tanpa ditemukan keluhan atau
tanda-tanda preeklampsia lainnya.
2. Hipertensi Kronik
Hipertensi yang dideteksi pertama kali sebelum kehamilan 20 minggu dan
menetap setelah 12 minggu postpartum tanpa ditemukan keluhan dan tanda-
tanda preeklampsia lainnya.
1
3. Preeklampsia
Hipertensi yang dideteksi sesudah kehamilan 20 minggu disertai dengan
proteinuria.
a. Preeklampsia ringan adalah jika tekanan darah 140/90 mmHg, tapi <
160/110 mmHg dan proteinuria +1.
b. Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah > 160/110 mmHg, proteinuria
+2, dapat disertai keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, sakit
kepala, gangguan penglihatan dan oliguria.
4. Eklampsia
Eklampsia didefinisikan sebagai preeklampsia yang memburuk disertai kejang
dan atau penurunan kesadaran yang bukan disebabkan oleh faktor lain.
5. Hipertensi Kronik dengan Preeklampsia (Superimposed Preeklampsia)
Didapatkan pada wanita dengan hipertensi kronik dan secara tiba-tiba tekanan
darah meningkat disertai proteinuria, trombositopenia dan gangguan fungsi hati.
PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Preeklampsia dan eklampsia adalah sekelompok penyulit yang terdapat baik
pada masa kehamilan, persalinan maupun pada masa nifas, ditandai dengan gejala-
gejala : hipertensi, proteinuria, edema dan kejang. 1,2
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
bukan akibat kelainan neurologi.1,2,3
ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui dengan pasti dan
berbagai teori telah dikemukakan tentang penyebab preeklampsia, akan tetapi sampai
saat ini belum ada yang dapat menerangkan terjadinya segala aspek dari penyakit ini
beserta kaitannya satu sama lain. Zweifel (1916) menamakannya sebagai : “the
disease of theories”. 4
Kejadian preeklampsia dilaporkan sekitar 2 - 8 % pada kehamilan,
bagaimanpun keadaan geografi, sosial ekonomi dan ras berpengaruh terhadap angka
kejadian ini. Angka kejadian preeklampsia tertinggi terjadi di negara Zimbabwe, 7,1
2
% dan angka kejadian eklampsia tertinggi di negara Kolombia, 0,81 % (WHO, 1990-
2002). 5 Sedangkan di Indonesia angka kejadian preeklampsia 4,8 % (SKRT, 1992).
Terdapat karakteristik individual dan lingkungan yang berperanan terhadap
resiko preeklampsia – eklampsia antara lain:
A. Karakteristik individual
1. Paritas
Primigravida berada dalam resiko terbesar terhadap preeklampsia – eklampsia. 1,2,4,5
Hinselman (1924) mendapatkan eklampsia 74 % pada primigravida. Mauriceau
(1964) memperlihatkan primigravida lebih mudah terjadi eklampsia daripada
multipara.
2. Umur
Ibu yang berusia muda mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi eklampsia.
Chesley (1985) mendapatkan eklampsia terbanyak pada umur 20-25 tahun.
Kejadian akan meningkat pada umur 15 tahun dan 35 tahun. Pada wanita yang
berusia muda ini secara psikis belum siap menerima kehamilan, sehingga malu
untuk keluar rumah dan juga enggan untuk memeriksakan kehamilannya. Pada
ibu yang berusia lanjut mempunyai hubungan erat dengan hipertensi essensial.
3. Riwayat keluarga
Kejadian preeklampsia eklampsia meningkat pada wanita yang mempunyai
riwayat preeklampsia eklampsia dalam keluarga. 5
4. Berat badan
Wanita yang mempunyai berat badan yang berlebihan dibandingkan tinggi
badannya mempunyai kecenderungan untuk menderita preeklampsia. 1
5. Penyakit yang diderita
Wanita dengan penyakit tertentu seperti penyakit ginjal, diabetes, atau
hipertensi laten mempunyai resiko untuk menderita preeklampsia-eklampsia
demikian pula pada kehamilan kembar dan mola hidatidosa. 1,2,4,5
B. Karakteristik Lingkungan
1. Kemiskinan
Mempunyai hubungan erat dengan preeklampsia-eklampsia. Sebagian
diantaranya dapat dihubungkan dengan kehamilan yang terjadi pada usia lanjut
dan kurangnya pemeliharaan kesehatan. Clemendor et al (1969) melaporkan
3
kejadian yang tinggi pada orang Negro akibat kemiskinan di daerah selatan
Amerika Serikat. Chesley (1985) mengatakan tingginya kematian ibu akibat
eklampsia pada daerah yang miskin.
2. Gizi
Banyak penelitian melaporkan hubungan nutrisi dengan kejadian preeklampsia-
eklampsia. Kumar dan Nath (1940) mendapatkan kejadian eklampsia yang
tinggi karena miskinnya kadar nutrisi.
3. Kebudayaan
Diperkirakan adanya hubungan antara corak kebudayaan dengan kehamilan
pertama dan multipara pada usia lanjut. Dalam hal ini mungkin mempunyai
pengaruh ialah tabu yang menyangkut gizi.
Pemeriksaan Antenatal
Di samping dua karakteristik di atas pemeriksaan antenatal memegang peranan
penting di dalam terjadinya eklampsia ini. Kejadian eklampsia sangat tinggi pada
kasus yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal atau pada kasus yang tidak
terdaftar seperti yang dilaporkan oleh Baens et al (1957) di Philipina dan Harbert et al
(1968) di Amerika Serikat.
DIAGNOSIS
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga (trias)
gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah 140/90 mmHg atau
tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolic > 15 mmHg yang
diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada trimester
kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. 1,2,3
Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam
atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein 1 g/l dalam
urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam. 1,2,3
Klasifikasi PE berdasarkan tingkat keparahan penyakit:
4
KELAINAN PE RINGAN PE BERAT .
TD diastolik < 100 mmHg 110 mmHg
Proteinuria +1 persisten +2
Sakit kepala - +
Gangguan penglihatan - +
Nyeri perut bagian atas - +
Oliguria - +
Kejang (eklamsia) - +
Kreatinin serum - meningkat
Trombositopenia - +
Peningkatan enzim hati minimal nyata
Restriksi pertumbuhan janin - +
Edema pulmonum - + .
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut:
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg.
Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup.
Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).
Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
Nyeri epigastrium dan ikterus.
Edema paru atau sianosis.
Trombositopenia.
Pertumbuhan janin terhambat.
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia
disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala prekelampsia berat disertai
salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-
muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan tekanan darah yang progresif, dikatakan
pasien tersebut menderita impending eklampsia. Impending eklampsia ditangani
sebagai kasus eklampsia. 1,2,3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin.
5
USG
KOMPLIKASI
Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsianya. Yang termasuk
komplikasi antara lain atonia uterus (uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis,
elevated liver enzymes, low platelet count) ablasio retina, KID (koagulasi
intravaskular diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru , gagal jantung,
hingga syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. 1,2,3
DIAGNOSIS BANDING
Kejang, bisa disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsy, tromboemboli,
intoksikasi obat, trauma, hipoglikemia, hipokalsemia, atau alkalosis.
Koma, bisa disebabkan epilepsy, sinkop, intoksikasi alcohol atau obat,
asidosis, hipoglikemia, atau azotemia.
PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya
dikurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia seperti ;
meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita hamil memeriksakan dirinya sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan
tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri
kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas apabila setelah
dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan. 1,2,3,5
PENANGANAN PREEKLAMPSIA
Tujuan penanganan :
1. Mencegah timbulnya preeklampsia berat dan eklampsia.
2. Lahirkan janin hidup.
3. Lahirkan janin dengan trauma yang sekecil-kecilnya pada ibu dan anak.
Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetric. Penanganan obstetric ditujukan untuk melahirkan bayi pada
saat optimal. Penilaian kondisi janin pada preeklampsia meliputi :
6
1. Penilaian pertumbuhan janin
1.1) Pemantauan pertumbuhan tinggi fundus uteri
1.2) Pemeriksaan USG
2. Penilaian ancaman gawat janin
2.1) Pemantauan gerakan janin
2.2) Non Stress test and Contraction stress test
2.3) Profil biofisik janin
reaksi denyut jantung janin terhadap gerakan janin
volume air ketuban
gerakan janin
gerakan pernafasan janin
tonus janin
2.4) Pemeriksaan surfaktan dalam cairan ketuban
2.5) Pemeriksaan perfusi plasenta
Penanganan Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu, lakukan penilaian 2 x seminggu secara rawat jalan:
Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin.
Lebih banyak istirahat
Diet biasa
Tak perlu obat-obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit;
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan untuk terminasi :
Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 cc RL
Jika serviks belum matang lakukan SC
Penanganan Preeklampsia Berat
Penanganan preeklampsia berat/eklampsia dapat aktif atau konservatif. Aktif
berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan
medicinal. Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medicinal.
Penanganan Aktif
7
Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di
daerah kamar bersalin. Tidak perlu ruangan yang gelap, tetapi ruangan denagn
penerangan cukup. Penderita ditangani secara aktif bila didapatkan satu / lebih
keadaan dibawah ini : ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih, adanya tanda-
tanda impending eklampsia, adanya sindrom HELLP, atau kegagalan penanganan
konservatif. Atau pada janin ditemukan tanda-tanda gawat janin atau adanya tanda-
tanda IUGR.
Pengobatan Medisinal
Pengobatan medicinal untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan:
1. Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat diberikan dengan
Dosis awal ; ada beberapa pilihan dalam pemberian initial dose
- Loading dose : 4 gr magnesium sulfat 20% IV (4-5 menit)
- 8 gr MS 40% IM, 4 gr bokong kanan, 4 gr bokong kiri.
- 4 gr MS dalam 250 cc dekstrose 10 %
Dosis pemeliharaan dilanjutkan sebanyak 2 gram/jam. Syarat pemberian
magnesium sulfat : refleks patella (+), frekuensi nafas > 16 x/menit, tidak ada
tanda-tanda distress pernapasaan, diuresis > 100 cc/ 4jam.
Kadar terapeutik MgSO4 .7H2O USP adalah 4,8 – 8,4 mg/dl. Efek utama
adalah blokade perifer dari neuromuscular junction, efek hipotensi ringan dan
tokolisis pada persalinan premature.
Sulphas magnesikus dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi atau 24 jam
pasca persalinan atau setelah 6 jam pasca persalinan terdapat perbaikan yang nyata.
Tanda – tanda intoksikasi Magnesium Sulfat : mual, rasa panas pada wajah,
hiperemis pada anggota tubuh, refleks patella (-), henti napas, total paralisis,
cardiac arrest.
Untuk anti dotum magnesium sulfat perlu disediakan kalsium glukonas 10%
(1 gr dalam 10cc diberikan i.v dalam 3 menit).
2. Diazepam 20 mg IM
3. Klorpromazin 50 mg IM
Obat-obatan antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg
atau tekanan diastolic > 110 mmHg. Obat yang dipakai adalah nifedipin dengan
8
dosis 3-4 x 10 mg oral. Bila dalam 2 jam tidak terdapat penurunan tekanan darah
dapat diberikan 10 mg lagi.
Obat hipertensi lain yang dapat digunakan adalah klonidin (catapres).
Pemberian klonidin apa bila tekanan darah systole > 180 mmHg atau diastole >
120 mmHg. Cara pemberiannya adalah 150 ngr catapres diencerkan dengan 10cc
dekstrose 5 %, 75 nmgr diberikan pelan-pelan iv selam 5 menit dan diperiksa
tekanan darah setelah pemberian. Bila tak ada penurunan tekanan darah, klonidin
sisa 75 ngr tadi dapat diberikan. 1,6
Pengobatan Obstetrik
Cara Terminasi Kehamilan
Bila penderita belum inpartu maka lakukan induksi persalinan dengan
amniotomi, oksitosin drip, kateter foley, prostaglandin E2.
SC bila syarat oksitosin drip tak terpenuhi atau adanya kontra indikasi untuk
oksitosin drip.
Kala II : dibantu dengan forseps ekstraksi dalam narkose.
Penanganan Konservatif
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif .
Penanganan Medisinal : sama perawatan medicinal pada cara aktif.
Pengobatan Obstetrik : selama perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak ada terminasi.
Sulphas magnesikus, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila dalam 24
jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medicinal dan harus diterminasi. 1,6
EKLAMPSIA
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi
dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan. Insiden di
negara berkembang 0,3 – 0,7 % , sedangkan di negara maju 0,05 – 0,1%. 1,2,5
9
Gejala dan Tanda:
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual,
nyeri epigastrium dan hiperrefleksia. 1,2,3
Konvulsi Eklampsia dibagi atas 4 tingkat :
1) Tingkat awal atau aura
Berlangsung 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan
tangan bergetar.
2) Tingkat kejang klonik
Berlangsung kurang 30 detik, seluruh otot kaku, wajah kaku, tangan
menggenggam dan kaki bengkok kedalam. Pernafasan berhenti, muka sianotik,
lidah dapat tergigit.
3) Tingkat kejang tonik
Kejang antara 1-2 menit, spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang dalam tempo cepat. Kejang berhenti dan penderita menarik nafas
secara mendengkur.
4) Tingkat Koma
Komplikasi Eklampsia
1. Solusio plasenta
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis
4. Perdarahan otak (penyebab utama kematian maternal)
5. Kelainan mata
6. Edem paru
7. Nekrosis hati
8. Sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes and low platelet )
9. Kelainan ginjal
10. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin
Penyebab kematian ibu : perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru.
Penyebab kematian janin terutama : hipoksia intra uterin an prematuritas.
Penanganan Eklampsia
10
Tujuan : menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi
timbulnya penyulit khususnya krisis hipertensi. Sebagai
penunjang untuk stabilisasi keadaan seoptimal mungkin.
Sikap Obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin.
Pengobatan medisinal : Sama dengan preeklampsia berat.
Dosis tambahan magnesium sulfat : bila timbul kejang – kejang lagi maka
dapat diberikan tambahan magnesium sulfat 2 gr iv, diberikan sekurang-
kurangnya 20 menit setelah pemberian akhir.
Dosis tambahan 2 gram diberikan 1 kali saja, bila setelah pemberian dosis
tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/kg bb /iv
pelan-pelan.
Perawatan pada serangan kejang
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, masukkan sudip lidah kedalam mulut
penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur harus
cukup kendur guna menghindari fraktur.
Penanganan Obstetrik
Sikap dasar terhadap kehamilan :
Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin.
Bila diakhir :
Kehamilan diakhiri bila telah tercapai “stabilisasi” (pemulihan)
hemodinamika dan metabolisme ibu. Stabilisasi dicapai dalam waktu 4-6
jam.
Stabilisasi yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini:
Setelah kejang berakhir
Setelah pemberian anti kejang
Setelah pemberian anti hipertensi berakhir
Penderita mulai sadar (responsive dan orientasi)
Untuk yang koma, perlu dibuat skor tanda vital (STV)
STV > 10 : boleh diterminasi
STV < 9 : tunda 6 jam, kalau tak ada perubahan terminasi
11
Poin untuk penilaian STV adalah tekanan darah, nadi, suhu rectal, nafas, GCS
(Glasgow coma score).
Untuk prognosis dari PEB dibuat kriteria EDEN yang terdiri dari :
1) Kejang > 10 kali
2) Tekanan darah sistolik > 200 mmHg
3) Nadi > 140 kali/menit
4) Nafas > 40 kali / menit
5) Suhu > 39 C
6) Edema (+)
7) Protein urin > (+4)
Bila kriteria Eden 1, prognosis jelek
Cara Terminasi : sama dengan PEB
Perawatan Pasca Persalinan
Bila persalinan terjadi pervaginam monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaiman
lazimnya.
12
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. F
Umur : 38 tahun
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Parak Kaluek
MR : 80.34.70
_____________________________________________________________________
Anamnesis
Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan berumur 38 tahun masuk ke KB IGD RSUP Dr M
Djamil Padang pada tanggal 17 Oktober 2012 jam 21.00 WIB kiriman Bidan dengan
diagnosa G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB. Janin hidup tunggal
intrauterine.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Sebelumnya pasien kontrol kehamilan ke Bidan, diketahui tekanan
darah 160/100 mmHg, karena tekanan darah tinggi, Bidan merujuk pasien ke
RSUP Dr. M Djamil Padang, pasien datang tanpa terpasang infus dan kateter.
- Nyeri ulu hati tidak ada
- Pandangan mata kabur tidak ada
- Sakit kepala tidak ada
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan tidak ada
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
- Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada
- Tidak haid sejak 7 bulan yang lalu
- HPHT : Lupa TP : sulit ditentukan
- Gerak anak dirasakan sejak 3 bulan yang lalu
- RHM : mual (-), muntah (-), perdarahan (-) hipertensi (-)
- ANC : kontrol teratur ke bidan 4 x (bulan ke-2, 4,6, dan 7)
Terakhir kontrol 2 jam yang lalu, pasien tidak diberi obat dan langsung dirujuk
ke RSUP Dr. M Djamil Padang.
13
- Riwayat menstruasi : menarche usia 11 tahun, siklus haid tidak
teratur 1 x sebulan, lamanya 4 - 6 hari, ganti duk 2-3 kali/hari, nyeri haid (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan
hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit keturunan,
menular dan kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 2 kali tahun 1991 dan 2006
Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 3 / 0 / 2
1. Tahun 1992, perempuan, BB 3500 gram ,cukup bulan, lahir spontan,
ditolong bidan, hidup.
2. Tahun 2000, perempuan + perempuan, BB 3000 gram, 3000 gram
cukup bulan, kembar, lahir spontan, ditolong bidan, hidup.
3. Sekarang
Riwayat Kontrasepsi : memakai KB suntik 1 x 3 bulan, sejak tahun 2000 - 2009
Riwayat Imunisasi : tidak ada
Riwayat Kebiasaan : pasien merokok (-), alkohol (-), narkoba (-)
Pemeriksaan Fisik : (Pukul 21.00 WIB)
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : cmc
Tek.darah : 160 / 100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37 C
Protein urin : +2
Jumlah urin : 100 cc
Reflek Patella : +/+
14
DJJ : 145 x / menit
Pukul 21.05 mulai regiment SM inisial 4 gr MgSO4 40% dalam 250 cc RL selama 15
menit
Pukul 21.20 regiment SM inisial selesai dan dilanjutkan dengan dosis maintenance 8
gr MgSO4 dalam 500 cc Rl dengan tetasan 28 tetes/menit
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : cmc
Tek.darah : 150 / 90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frek. Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37 C
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 70 Kg
BB sekarang : 80 kg
LILA : 27 cm
BMI : 29,16 (overweight)
Keadaan gizi : sedang
Sianosis : -
Anemis : -
Edema : -
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak membesar
THT : tidak ada kelainan
Thoraks :
Paru : I : simetris kiri = kanan
Pa : fremitus normal, kiri = kanan
Pe : sonor
A : vesicular normal, wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : I : iktus tidak terlihat
Pa : iktus teraba 1 jari LMCS RIC V
Pe : batas-batas jantung dalam batas normal
15
A : irama teratur, bising (-).
Abdomen : status obstetrikus
Genitalia : status obstetrikus
Ekstremitas : edema -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Status Obstetrikus:
Muka : cloasma gravidarum (+)
Mamae : membesar, A/P hiperpigmentasi
Abdomen :
Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan preterm, linea mediana
hiperpigmentasi, sikatrik (-)
Palpasi : FUT 2 jari di atas pusat
Ballotement (+)
TFU : 28 cm TBA : 2325 gr His : ( - )
Perkusi : tymphani
Auskultasi : bising usus (+) N, BJA : 149 kali/menit
Genitalia :
Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-)
Inspekulo : Vagina : tumor (-) laserasi (-) fluksus (-)
Portio : multipara, ukuran sebesar jempol kaki dewasa,
Tumor (-) laserasi (-) fluksus (-)
Pemeriksaan Laboratorium: (17 Oktober 2012)
Darah : Hb : 13,8 g% Urine : Protein : +2
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 10.800 / mm3
Trombosit : 293.000 / mm3
Diagnosis Kerja:
G3P2A0H3 gravid preterm 28 – 30 mg + PEB dalam regimen SM dosis
maintenance, Janin hidup tunggal intrauterine.
16
Sikap :
Kontrol KU, VS, BJA, Reflek Patella, balance cairan, jumlah urin
Regimen Sulfas Magnesikus dosis maintenance 2 gr/jam drip infus (80 ml/jam
atau 28 tetes/menit)
Cek hematologi, faal hemostatis, faal hepar dan faal ginjal dan analisis gas
darah
EKG
Konsul jantung, interne dan mata
Cross match
Antibiotik (skin test)
Inform Consent
Pematangan paru dengan dexamethason
Rencana : Ekspektatif
Hasil Konsul :
Konsul Jantung :
– Kesan : PEB pada G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu
– Anjuran : Adalat oros 1 x 30 mg
Metildopa 3 x 250 mg
Konsul Mata
– Kesan : Pada saat ini ditemukan tanda-tanda fundus eklampsia ringan,
tanpa papil edema ataupun ablatio retina, serta tidak
ditemukan tanda-tanda fundus hipertensi kronis
– Anjuran : Rawat bersama mata
terapi sesuai bagian tersebut
Konsul interne
– Kesan : Hipertensi e.c. PEB
– Terapi : Diet rendah garam
Metildopa 4 x 250 mg
Awasi tekanan darah
Rawat bersama dengan sub bagian ginjal – hipertensi
17
Hasil Laboratorium (Tanggal, 17 Oktober 2012)
Darah Rutin
Hemoglobin : 13,8 gr/dl
Hematokrit : 41 %
Leukosit : 10.800 mm3
Trombosit : 283.000 mm3
MCH : 32
MCV : 96
MCHC : 33,3
Urinalisis
Protein : ++
Glukosa : -
Bilirubin : -
Urobilinogen : +
Hematologi
APTT : 37,7 detik
PT : 10,1 detik
INR : 0,9
Kimia Klinik
Cl darah : 120 mmol/l
LDH : 472 u/l
Kalium darah : 3,1 mmol/l
Kalsium darah : 9,4 µg
Natrium : 135 mmol/l
Gula Darah sewaktu : 88 gr/dl
Protein total : 6,7 gr/dl
Albumin : 3,1 gr/dl
Globulin : 3,6 gr/dl
Total bilirubin : 0,56 mg/dl
Bilirubin direk : -
Bilirubin indirek : -
18
SGOT : 31 u/l
SGPT : 21 u/l
Ureum darah : 20 mg/dl
Kreatinin darah : 0,8 mg/dl
Terapi
- Dosis maintenance 8 gr MgSO4 dalam 500 cc RL dengan tetasan 28
tetes/menit
- Dopamet 3 x 250 mg
- Adalat Oros 1 x 30 mg
- Dexamethason 2 x 6 mg
Rencana : Ekspektatif
FOLLOW UP
Tanggal 18 - 10 - 2012 Jam 08.00
• Anamnesis
– Pandangan Kabur (-)
19
– Nyeri ulu hati (-)
– Sakit kepala (-)
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan Umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 150/100 mmHg
– Nadi : 90 x/menit
– Nafas : 22 x/menit
– Suhu / : 36,8 0C
– Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
– Leher :JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak
membesar
– Toraks : cor dan pulmo dalam batas normal
– Abdomen : His (-), DJJ 158x/menit
– Genitalia : Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
– Urine : 150 cc / 2 jam
– Refleks patella (+)
Diagnosa : G3P2A0H3 gravid preterm 28 – 30 mg + PEB dengan regimen SM
dosis maintenance
Janin hidup tunggal intrauterine.
Sikap :
o Kontrol KU, VS, His, DJJ, balance cairan, refleks patella, jumlah urin
o Lanjutkan regimen SM dosis maintenance
o Pematangan paru dengan dexamethason
Terapi :
o Regimen SM : MgS04 40%, 20 cc dalam 500 cc RL
o Adalat oros 1 x 30 mg
o Dopamet 3 x 500 mg
20
o Dexamethason 2 x 6 mg
Rencana : Ekspektatif
Tanggal 19 - 10 - 2012 Jam 0 8 .00
• Anamnesis
– Pandangan Kabur (-)
– Nyeri ulu hati (-)
– Sakit kepala (-)
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 130/90 mmHg
– Nadi : 80 x/menit
– Nafas : 20 x/menit
– Suhu : 36,8 0C
– Abdomen : His (-), DJJ 140 x/menit
– Genitalia : v/u tenang
Hasil Laboratorium (Tanggal, 19 Oktober 2012)
Darah Rutin
• Hemoglobin : 12,6 gr/dl
• Hematokrit : 40 %
• Leukosit : 13.000 mm3
• Trombosit : 331.000 mm3
Urinalisis
• Protein : ++
21
Kimia Klinik
• Cl darah : 106 mmol/L
• LDH : zat habis
• Kalium darah : 4,2 mmol/L
• Kalsium darah : 8,2 mg/dL
• Natrium darah : 131 mmol/L
• Protein total : 5,4 gr/dL
• Albumin : 2,8 gr/dL
• Globulin : 2,6 gr/dL
• Total bilirubin : 0,93 mg/dL
• Bilirubin direk : -
• Bilirubin indirek : -
• SGOT : 24 u/l
• SGPT : 19 u/l
• Ureum darah : 34 mg/dL
Diagnosa
– G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB dalam regimen SM dosis
maintenance
– Janin hidup tunggal intra uterin
• Sikap
– Kontrol KU, VS, His, DJJ, refleks patella
– Lanjutkan regimen SM dosis maintenance
– Pematangan paru
• Rencana
– Ekspektatif
– Regimen SM 40 %
– Dopamet 3 x 500 mg
– Adalat oros 1 x 30 mg
Hasil USG
22
Janin Hidup tunggal intrauterine presentasi kepala,gerak janin baik
Biometri : BPD :70 cm AL: 24.0 cm
FL : 54 cm Hl: 48 cm
TBB = 1100-1200 gr
DIC =35
Afi = 11,0
Plasenta tertanam di corpus
D/ Gravid janin biometri 28-29 minggu + janin hidup
Tanggal 2 0 - 10 -1 2 Jam 0 8 .00
• Anamnesis
– Pandangan Kabur (-)
– Nyeri ulu hati (-)
– Sakit kepala (-)
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 130/90 mmHg
– Nadi : 80x/menit
– Nafas : 20x/menit
– Suhu : 36,8 0C
– Abdomen : His (-), DJJ 140x/menit
– Genitalia : v/u tenang
• Diagnosa
– G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM
dosis maintenance
– Janin hidup tunggal intra uterin
• Sikap
– Kontrol KU, VS, His, DJJ, refleks patella
– Lanjutkan regimen SM dosis maintenance
– Pematangan paru
23
– USG fetomaternal
– Cek Labor Rutin
• Rencana
– Ekspektatif
– Regimen SM 40 %
– Dopamet 3 x 500 mg
– Adalat oros 1 x 30 mg
Tanggal 2 1 - 10 -1 2 Jam 0 8 .00
• Anamnesa
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 160/90 mmHg
– Nadi : 84x/menit
– Nafas : 20x/menit
– Suhu : 370C
– Abdomen : His (-), DJJ 150x/menit
– Genitalia : v/u tenang
• Diagnosa
– G3P2A0H1 gravid preterm 32-34 minggu + PEB selesai regimen SM
dosis maintenance
– Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala.
• Sikap
– Kontrol KU, VS, His, DJJ
– Bed rest
• Rencana
– Ekspektatif
Tanggal 22-10-12 Jam 06.00
• Anamnesis
24
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 160/100 mmHg
– Nadi : 81 x/menit
– Nafas : 22 x/menit
– Suhu : afebris
– Abdomen : DJJ : 151 x/menit
– Genitalia : v/u tenang
• Diagnosa
– G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB dalam regimen SM
dosis maintenance
– Janin hidup tunggal intra uterin
• Sikap
– Kontrol KU, VS, DJJ
– Siapkan SC
– Konsul Perinatologi
– Konsul Anestesi
• Rencana
– Terminasi Kehamilan
Hasil Labor : (22 Oktober 2012)
– LDH : 1580 u/l
– SGOT : 929 u/l
– SGPT : 960 u/l
– Bilirubin total : 1,55 mg/dl
– Bilirubin direk : 0,68 mg/dl
– Bilirubin indirek : 0,87 mg/dl
Diagnosa : G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen
SM dosis maintenance + HELLP Syndrom
Janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala
25
Tanggal 22 - 10 - 20 1 2 Jam 1 3 .00
• Anamnesis
– Pandangan Kabur (-)
– Nyeri ulu hati (-)
– Sakit kepala (-)
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
– Nyeri dada : (-)
– Sesak nafas : (-)
– Jantung berdebar – debar : (-)
• Pemeriksaan Fisik
– DJJ : 142x/menit
– His : (-)
Tanggal 22-10-2012 Jam 15.00
Anamnesis
› Nyeri pinggang hilang timbul
› Gerak anak (+)
Pemeriksaan Fisik
› Keadaan umum : sedang
› Kesadaran : kompos mentis kooperatif
› Tekanan darah : 150/100 mmHg
› Nadi : 82x/menit
› Nafas : 22x/menit
› Suhu : afebris
Abdomen
› DJJ : 162x/menit his (-)
26
Genitalia
› Inspeksi : v/u tenang
› VT :
Pembukaan 1 jari
Portio tebal b1,5 cm posterior,sedang,eff 30-40%
Ketuban (+)
Teraba kepala mel HI
› G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM ,
HELLP syndrom
› Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Tanggal 2 2 - 10 -1 2 Jam 17 .00
Anamnesis
› Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
› Gerak anak (+)
Pemeriksaan Fisik
› Keadaan umum : sedang
› Kesadaran : kompos mentis kooperatif
› Tekanan darah: 160/100 mmHg
› Nadi : 88x/menit
› Nafas : 22x/menit
27
› Suhu : afebris
Abd: HIS (-)
djj = 160 x/menit
Gen : I = V/u tenang
Ppv (-)
Diagnosa
› G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM ,
HELLP syndrom
› Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Sikap
› Kontrol KU, VS, His, DJJ
Follow Up Tanggal 2 2 - 10 -1 2 Jam 19 . 0 0
Anamnesis
› Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
› Gerak anak (+)
Pemeriksaan Fisik
› Keadaan umum : sedang
› Kesadaran : kompos mentis kooperatif
› Tekanan darah: 170/100 mmHg
› Nadi : 96x/menit
› Nafas : 24x/menit
28
› Suhu : afebris
Abdomen
› DJJ : 164x/menit
› His : -
Genitalia
› Inspeksi : v/u tenang
Ppv (-)
Follow Up Tanggal 22-10-12 Jam 19.00
Diagnosa
› G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM ,
HELLP syndrom
› Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Sikap
› Kontrol KU, VS, His, DJJ
Follow Up Tanggal 2 2 - 10 -1 2 Jam 21 . 0 0
Anamnesis
› Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
› Gerak anak (+)
Pemeriksaan Fisik
› Keadaan umum : sedang
› Kesadaran : kompos mentis kooperatif
› Tekanan darah: 170/100 mmHg
› Nadi : 84x/menit
29
› Nafas : 24x/menit
› Suhu : afebris
Abdomen
› DJJ : 164x/menit
› His : -
Genitalia
› Inspeksi : v/u tenang
Ppv (-)
› VT :
Pembukaan 1 jari
Portio tebal b1,5 cm posterior,sedang,eff 30-40%
Ketuban (+)
Teraba kepala mel HI
Diagnosa
› G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM ,
HELLP syndrom
› Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Sikap
› Kontrol KU, VS, His, DJJ
› Thrp/ adolot oros 1x 30 mg
› Dopamet 3x 200mg
Follow Up Tangga 22-10 -1 Jam 23 . 00
30
Anamnesis
› Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
› Gerak anak (+)
Pemeriksaan Fisik
› Keadaan umum : sedang
› Kesadaran : kompos mentis kooperatif
› Tekanan darah: 170/100 mmHg
› Nadi : 86x/menit
› Nafas : 24x/menit
› Suhu : afebris
Abdomen
› DJJ : 160x/menit
› His : -
Genitalia
› Inspeksi : v/u tenang
Ppv (-)
› Follow Up Tangga22-10-12 Jam 23.00
Diagnosa
› G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM ,
HELLP syndrom
› Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Sikap
31
› Kontrol KU, VS, His, DJJ
› Adalat oros 1x 30 mg
› Dopamet 3x 200mg
Tanggal 23-10-12 Jam 07.00
• Anamnesis
– Nyeri pinggang (-)
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 170/100 mmHg
– Nadi : 86 x/menit
– Nafas : 22 x/menit
– Suhu : afebris
– Abdomen : His : (-) DJJ : 158 x/menit
– Genitalia : v/u tenang
• Diagnosa
– G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 minggu + PEB selesai regimen SM +
HELLP Syndrom
Janin Hidup tunggal intrauterin presentasi kepala Hodge I
• Sikap
– Kontrol KU, VS, DJJ, His, Refleks Patella
• Terapi
– Dopamet 3 x 250 mg
– Adalat oros 1 x 30 mg
– Dexametason 2 x 10 mg
Tanggal 23-10-12 Jam 11.00
• Anamnesis
– Nyeri pinggang (+)
32
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 150/100 mmHg
– Nadi : 80 x/menit
– Nafas : 20 x/menit
– Suhu : afebris
– Genitalia : I : v/u tenang
VT : pembukaan 4-5 cm
Ketuban (+)
Teraba kepala Hodge II
• Diagnosa
– G3P2A0H3 parturient preterm 28-30 minggu + Kala 1 fase aktif
Janin Hidup tunggal intrauterin presentasi kepala Hodge II
• Sikap
– Kontrol KU, VS, DJJ, His
• Rencana
– Partus Pervaginam
Tanggal 23-10-12 Jam 12.30
• Anamnesis
– Pasien merasa kesakitan dan ingin mengejan
– Gerak anak (+)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 150/90 mmHg
– Nadi : 82 x/menit
– Nafas : 20 x/menit
– Suhu : afebris
– His : 3-4 x / 45’ / Kuat
– Genitalia : I : v/u tenang
33
Tampak kepala crowning membuka vulva
• Diagnosa
– G3P2A0H3 parturient preterm 28-30 minggu + Kala II fase aktif
Janin Hidup tunggal intrauterin presentasi kepala Hodge III-IV
• Sikap
– Kontrol KU, VS, DJJ, His
• Rencana
– Partus Pervaginam
Tanggal 23-10-12 Jam 12.35
• Lahir Bayi laki-laki dengan :
– Berat Badan : 1008 gram
– Panjang Badan : 35 cm
– Apgar Skor : 1/3
Plasenta Lahir secara normal 1 buah dengan berat 300 gram, ukuran 14 x 15 x
1 3 cm, Panjang Tali Pusat 35 cm
Perdarahan selama tindakan 50 cc
• Diagnosa
– P3A0H4 post partus prematurus
Ibu dan anak dalam perawatan
• Sikap
– Kontrol KU, VS, DJJ, His, Refleks Patella
• Terapi
– Dopamet 3 x 250 mg
– Adalat oros 1 x 30 mg
– Dexametason 2 x 10 mg
Tanggal 24-10-12 Jam 07.00
• Anamnesis
– Demam (-)
– Pandangan Kabur (-), Sesak Nafas (-)
34
– Nyeri Dada (-)
• Pemeriksaan Fisik
– Keadaan umum : sedang
– Kesadaran : kompos mentis kooperatif
– Tekanan darah : 100/90 mmHg
– Nadi : 86 x/menit
– Nafas : 22 x/menit
– Suhu : afebris
– Abdomen : status obstretikus
– Genitalia : status obstetrikus
• Diagnosa
– P3A0H4 post partus prematurus
Ibu dan anak dalam perawatan
• Sikap
– Kontrol KU, VS, Kontraksi, PPV
– Mobilisasi
– Diet TKTP
• Terapi
– Ceftriaxone 2 x 1
– Addalat 1 x 30 mg
– Antalgin 3 x 1
– Dopamet 3 x 500 mg
35
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 38 tahun dengan diagnosis masuk
G3P2A0H3 gravid preterm 28-30 mg dengan PEB, anak hidup tunggal intra uterin.
Diagnosis PEB ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa adanya tekanan darah tinggi pada
kehamilan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah yang tinggi 160/100
mmHg. Sedangkan pada laboratorium didapatkan protein urin +2, dan trombosit
293.000/mm3. Sedangkan keluhan yang bersifat subjektif seperti nyeri ulu hati , sakit
kepala dan pandangan kabur dan edem tidak ditemukan pada pasien ini.
Pasien ini dipasang regimen SM dosis inisial dan maintannce untuk mencegah
timbulnya kejang. Selain itu pasien juga dikonsulkan ke bagian mata, jantung, interne
dan mendapatkan tambahan terapi berupa dopamet 3 x 500 mg dan adalat oros 1 x30
mg. Pada tanggal 23 oktober dilakukan pemeriksaan laboratoriium lengkap dan
didapatkan hasil : SGOT : 929 u/l, SGPT : 960 u/l, Bilirubin total : 1,55 mg/dl,
Bilirubin direck : 0,68 mg/dl, bilirubin indirect : 0,82 mg/dl ,sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami komplikasi dari PEB nya yaitu sindroma
HELLP
Seharusnya yang paling penting pada kasus preeklamsia ini adalah prenatal
care yang baik, dan teratur untuk mencegah resiko dan komplikasi terjadinya
preeklampsia dan eklampsia.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F.G, McDonald, Gant : Hypertensive Disorders in Pregnancy, In
Williams Obstetrics 21st ed, Prentice Hall International, Inc, USA, 2001;568-
70.
2. Wibowo B, Rachimhadhi T, Preeklampsia dan eklampsia, Wiknjosastro H(ed)
Dalam Ilmu Kebidanan edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 1997; 281-301.
3. Mansjoer A, Triyanti K, et al, Preeklampsia/Eklampsia , Dalam Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga, Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius FK-UI, Jakarta
1999; 270-3.
4. Sulin D, Makalah Ilmiah : Kejadian Preeklampsia Berat dan Eklampsia di
RSUP Dr.M.Djamil Padang Periode Januari 1985 – Desember 1987, Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang,
1988.
5. Dr Güler Şahin , Incidence, morbidity and mortality of pre-eclampsia and
eclampsia In : Review prepared for the 12th Postgraduate Course in
Reproductive Medicine and Biology, Geneva, Switzerland, 2003, diakses
dari internet pada 29 maret 2004 http://
www.gfmer.ch/Endo/Course2003/Eclampsia.htm
6. Saifuddin, Abdul Bari et al, Nyeri kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang dan
atau Koma, Tekanan Darah Tinggi Dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal Cetatakan Kelima, November 2003,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2003; M 33-46.
37