askeb anc patologis
TRANSCRIPT
ASKEB ANC PATOLOGIS (ABORTUS INCOMPLETUS)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat
prioritas utama, karena sangat menentukan kuaitas sumber daya manusia mendatang.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya penurunan angka kematian ibu
menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi
jangkauan maupun kualitas pelayanan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari
585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu
perempuan yang meninggal. Dikawasan Asia Tenggara total kematian ibu dan bayi baru
lahir diperkirakan berturut-turut 170.000 dan 1,3 juta pertahun. Di Indonesia menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI)
masih cukup tinggi, yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup.
Sri Hermiyati (2008), mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena ketiga
kasus (kehamilan, persalinan dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan
tersebut akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama
(5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu sekarang yang
banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal
karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta
pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah
10% - 15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600 - 900 ribu, sedangkan abortus
buatan sekitar 750 ribu – 1,5 juta setiap tahunnya. (Ulfa Anshor, 2006).
Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandung secara ilegal
pada kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5 – 3 juta orang pertahun dengan
kematian sekitar 125.000 – 130.000 orang pertahun di Indonesia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami teori yang didapatkan selama
proses belajar mengajar sehingga dapat menerapkan secara nyata, sesuai tugas dan
wewenang bidan dan untuk menambah pengetahuan tentang ibu hamil dengan
abortus inkompletus, macam, serta penanganannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus.
2. Mahasiswa mampu mengintepretasikan data dasar / diagnosa masalah.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan kebutuhan segera
5. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan dan rasionalisasi berdasarkan
diagnosa
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah dibuat
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Abortus
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri diluar uterus, belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara
400 – 1.000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Eastman)
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu,
yaitu fetus belum viable by law. (Jeffcoat)
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dimana proses
plasentasi belum selesai. (Holmer)
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 209)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.
(Obstetri Patologi, Hal : 7)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan umur kehamilan <>
(Pedoman Diagnosis & Terapi Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Soetomo)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
kehamilan atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal : 145)
2.2 Klasifikasi Abortus
2.2.1 Menurut Macam-Macamnya
1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi dengan sendirinya.
2. Abortus Provokatus
Abortus yang disengaja di gugurkan.
3. Abortus Provokatus Terapeutikus
Abortus yang terjadi dengan alasan kehamilan membahayakan ibunya atau janin.
4. Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus yang dilakukan tanpa alasan medis yang sah.
2.2.2 Menurut Derajatnya
1. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah keguguran yang mengancam. Abortus ini baru mengancam dan
masih ada harapan untuk mempertahankannya.
2. Abortus Incipiens
Abortus incipiens adalah keguguran yang berlangsung. Abortus ini sudah berlangsung
dan tidak dapat dicegah lagi.
3. Abortus Incompletus
Abortus incompletes adalah keguguran yang tidak lengkap. Sebagian dari buah kehamilan
telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di
dalam rahim.
4. Abortus Completus
Abortus completus adalah keguguran yang lengkap. Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap.
5. Missed Abortion
Missed abortion adalah keguguran yang tertunda. Missed abortion ialah keadaan dimana
janin telah mati sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan di dalam rahim selama 2
bulan atau lebih setelah janin mati.
6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah keguguran yang berulang-ulang. Abortus yang telah berulang
dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
7. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah
keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
kedalam peredaran darah atau peritoneum.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 211)
2.2.3 Etiologi
a. Ovum patologik (Blighted Ovum)
Embrio degenerasi yang kadang-kadang disertai pertumbuhan plasenta abnormal.
b. Kromosom Abnormal
Misalnya : Monosomia dan Trisomia
c. Kelainan pada sel telur dan Sperma
Spermatozoa maupun sel telur yang mengalami “aging process” sebelum fertilisasi akan
meningkatkan insiden abortus.
d. Kondisi Rahim yang tidak optimal
Gangguan kontrol hormonal dan faktor-faktor endogen lainnya yang berhubungan dengan
persiapan uterus dalam menghadapi proses implantasi dan penyediaan nutrisi
janin.
e. Penyakit Ibu
Penyakit Kronis : Hepatitis, TBC, Diabetes Melitus, Hipertensi, dll.
Penyakit Infeksi : Toksoplasmosis, Sipilis, dll.
f. Malnutrisi
g. Incompabilitas Rhesus
Reaksi antara Rh dan anti Rh menyebabkan proses automoklogik sehingga terjadi
enteroblastosis fetalis.
h. Laparatomi
Makin dekat lokasi pembedahan ke organ pelvic, kemungkinan abortus akan meningkat.
i. Organ Reproduksi Abnormal
Misalnya : Mioma Uteri, Leukompetensia Serviks
j. Trauma Fisik dan Jiwa
Misalnya : Rasa Frustasi, Kepribadian Premature
k. Keracunan
Misalnya : Keracunan Tembakau, Alkohol, Radiasi, dll
2.2.4 Patologis
Abortus biasanya ditandai dengan adanya perdarahan di dalam desidua basalis dan
perubahan nekrotik di jaringan sekitarnya, buah kehamilan dapat terlepas sebagian
atau seluruhnya dan menjadi benda asing di dalam uterus, sehingga merangsang
kontraksi uterus yang mengakibatkan pengeluaran janin.
(Obstetri Patologi, hal : 9)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena villi
korialis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 – 14
minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 221)
2.2.5 Masa Terjadinya Abortus
Kebanyakan abortus terjadi dalam kehamilan 12 minggu, mengeluh perdarahan antara
kehamilan 12 -20 minggu, sekitar 1 dalam 6 kehamilan berakhir dengan abortus
sering kali antara 6 – 10 minggu abortus jarang pada wanita dibawah usia 25 tahun
kasusnya 1 dalam 10 wanita, usia lebih tua 35 tahun 1 dalam 5 kehamilan berakhir
dengan abortus.
Diperkirakan frekuensi keguguran berkisar antara 10 – 15 % frekuensi seluruh keguguran
yang pasti sukar ditentukan karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan,
juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan
sehingga penderita tidak datang ke dokter, rumah sakit atau fasilitas kesehatan.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 221)
2.2.6 Komplikasi Abortus
a. Perdarahan
Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi Uterus
Dapat terjadi perforasi pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi hiperetrofleksi,
jika terjadi perforasi harus segera dilakukan laparatomi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering
ditemukan pada abortus inkompletus dan abortus buatan yang tanpa
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
d. Syok
Keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam sebab yang terbanyak adalah
syok hipovolemik yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat
perdarahan atau dehidrasi.
(Ilmu Kebidanan, hal : 311)
2.3 Konsep Dasar Abortus Incompletus
2.3.1 Pengertian Abortus Incompletus
Abortus incompletus adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah keluar dari cavum uteri melalui kanalis servikalis.
Abortus incompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan dan yang
tertinggal adalah desidua / plasenta.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 212)
Abortus incompletus adalah hanya sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi
sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.
(Obstetri Patologi, hal : 8)
Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
(Ilmu Kebidanan, hal : 307)
2.3.2 Gejala Abortus Incompletus
a. Amenorhea
b. Sakit Perut (kram / nyeri perut di bagian bawah)
c. Mules-mules
d. Perdarahan biasanya berupa stosel (darah beku)
e. Perdarahan bisa sedikit atau banyak
f. Sudah ada keluar fetus atau jaringan
g. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus.
h. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering terjdi infeksi.
i. Pada VT untuk abortus yang baru terjadi di dapati serviks terbuka, kadang-kadang
dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri.
j. Uteri berukuran lebih kecil dari seharusnya dan ada pula yang seusia kehamilan.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 212)
2.3.3 Komplikasi Abortus Incompletus
1. Perdarahan mengakibatkan syok hemoragik
2. Perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan curettage
3. Infeksi dan Tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok
(Ilmu Kebidanan, hal : 309)
2.3.4 Penatalaksanaan Abortus Incompletus
a. Temukan besarnya uterus (taksir usia gestasi) kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi / sepsis)
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran
sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu evaluasi
perdarahan.
Bila perdarahan berkausi, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg
per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
atau DDK (pilihan tergantung dari usia / gestasi, pembukaan serviks dan
keberadaan bagian janin).
c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik provilaksis (acupisillin 3x500 mg selama
5 hari, atau doksisiklin 100 mg)
d. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera lakukan evakuasi
dengan AVM.
f. Bila pasien tampak anemia, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu (anemi
sedang) atau transfusi darah.
g. Setelah syok diatasi lakukan gerakan dengan karet tajam lalu suntikkan erginetrium 0,2 mg
IM.
h. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan pelepasan plasenta secara
manual.
i. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
2.3.5 Hal-hal yang harus diperhatikan pada Abortus Incompletus
Pada beberapa kasus, abortus incompletus erat kaitannya dengan abortus tidak acuan. Oleh
sebab itu, perhatikan hal-hal berikut dibawah ini :
a. Pastikan tidak ada komplikasi berat, perforasi uterus atau oedema intra abdomen (mual,
muntah, nyeri panggul, demam, perut kembung, nyeri perut bagian bawah,
duktus perut tegang, nyeri tulang)
b. Berdasarkan ramuan tradisional, jamu bahan kautik, kayu atau benda-benda lainnya dari
rasio genetalia.
c. Berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau
kanalis servikalis dan pasien pernah di imunisasi
d. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan Anti Tetanus Serum (ATS) 1500 unit
mm diikuti dengan pemberian terutama 0.5 ml setelah 4 minggu.
e. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lebih lanjut.
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau
pasien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
Bertahap dan Sistematis Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 :
1. Pengertian
Proses pemecahan masalah
Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah.
Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis.
Untuk pengambilan suatu keputusan
Yang berfokus pada klien.
2. Langkah-langkah
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data
subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang
termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang
sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan
khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang
(laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial &
Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk
Melakukan Konsultai, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan
lain berdasarkan kondisi klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh / Intervensi
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah
atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di antisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman /
Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di
identifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif
jika memang benar dalam pelaksanaannya.
(Saminem, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Oktober 2010 Jam : 16.00 WIB Oleh : Yusraini Jabbar
RS / BPS / Klinik : RS. Wijaya, Surabaya
3.1.1 DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. “A” Nama Suami : Tn. “R”
Umur : 18 th Umur : 23 th
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Jl. Raya Ngelom IV no.73 Alamat : Jl. Raya Ngelom IV no.73
Sepanjang - Sidoarjo Sepanjang – Sidoarjo
2. Alasan kunjungan saat ini / Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri
perut bagian bawah dan keluar darah / flek-flek ± sudah 3 hari yang lalu dan
sejak tadi malam mulai keluar gumpalan darah bewarna merah dan sampai
sekarang bertambah banyak.
3. Riwayat Perkawinan
RIWAYAT PERKAWINAN
STATUS : MENIKAH / BELUM MENIKAH / PERNAH MENIKAHKawin
ke
Umur
Kawin
Lama
Kawin
Jumlah
Anak
Sebab Pisah Sebab
Meninggal
Tempat
MeninggalCerai Meninggal
1 17 th 1 th - - - - -
4. Riwayat Kebidanan
4.1 Riwayat Menstruasi
Siklus Menstruasi : 28 hari Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari HPHT : 08 – 07 – 2010
Warna : Merah segar HPL : 15 – 04 – 2011
Teratur / Tidak : Teratur
Flour Albus Ya / Tidak, Jumlah sedikit, Warna jernih, Bau khas
Dymenorhea Ya / Tidak, Sebelum / Sesudah haid
4.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Suami
ke
KEHAMILAN PERSALINAN KEADAAN ANAKNIFA
S
1
Hamil
Ke
Usia
Ke
hamil
an
Jenis
Persa
linan
Peno
long
Tem
pat
Penyu
litBB / TB
Jenis
Kelamin
Hidup / Mati
Umur
Lak
tasi
KB
4.3 Riwayat kehamilan ini / ANC
a. Trimester I : Pada trimester I ibu mengatakan mual muntah dan kadang-kadang
kepala terasa pusing
b. Trimester II : Belum dilakukan
c. Trimester III : Belum dilakukan
4.4 Riwayat pemberian TT (lingkari TT yang terakhir kali diberikan)
TT1 / TT2 / TT3 / TT4 / TT5
4.5 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita (Peny. Menahun, PMS, dll)
Ibu Hamil : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis),
penyakit menurun seperti (DM, Hipertensi, Asma)
dan penyakit menahun seperti (Jantung, Ginjal).
Suami : Ibu mengatakan suami tidak pernah menderita penyakit
menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis),
penyakit menurun seperti (DM, Hipertensi, Asma)
dan penyakit menahun seperti (Jantung, Ginjal).
Keluarga : Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC,
Hepatitis), penyakit menurun seperti (DM, Hipertensi,
Asma) dan penyakit menahun seperti (Jantung,
Ginjal).
b. Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah minum-minuman yang beralkohol, tidak pernah
merokok serta tidak pernah memakai obat-obatan terlarang
4.6 Riwayat Psiko-Sosial-Budaya
Ibu mengatakan tidak pernah meminum jamu saat hamil, ibu juga tidak pernah pantang
terhadap makanan dan ibu juga mengatakan suami dan keluarganya sangar
senang atas kehamilannya ini, karena merupakan anak pertama.
5. Pola Kehidupan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang (nasi, lauk
pauk, sayur) dan minum 6-7 gelas perhari air putih.
Selama Hamil : Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang (nasi, lauk
pauk, sayur dan buah) dan minum 7-8 gelas perhari
air putih dan terkadang teh manis.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan BAK 5-6 x perhari, warna kuning, bau
khas, konsistensi cair dan BAB 1x perhari, warna
khas, bau khas, konsistensi lembek.
Selama Hamil : Ibu mengatakan BAK 6-7 x perhari, warna kuning, bau
khas, konsistensi cair dan BAB 1x perhari, warna
khas, bau khas, konsistensi lembek.
c. Pola Aktivitas
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, mengepel, mencuci, mensetrika dan
memasak.
Selama Hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, mengepel, mencuci, mensetrika dan
memasak dengan bantuan suami.
d. Pola Istirahat / Tidur
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam (13.00-15.00 WIB)
dan tidur malam ± 7 jam (22.00-05.00 WIB).
Selama Hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 3 jam (12.00-15.00 WIB)
dan tidur malam ± 8 jam (21.00-05.00 WIB).
e. Personal Hygiene
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
menggosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x
sehari.
Selama Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, keramas 4x seminggu,
menggosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x
sehari.
f. Hubungan Seksual
Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x
seminggu, selama melakukan hubungan seksual tidak
ada keluhan apapun.
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil dirinya dan suami jarang
berhubungan seksual.
3.1.2 DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan Umum : Lemah
BB sebelum hamil : 40 kg
BB saat hamil : 41,5 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
c. Tanda-Tanda Vital
■ TD : 110/70 mmHg ■ Nadi : 88 x/menit
■ Suhu : 37,5 °C ■ RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
Rontok / Tidak : Tidak Rontok
Muka
Cloasma gravidarum : Tidak ada
Pucat : Pucat
Oedema : Tidak oedema
Mata
Bentuk : Simetris
Conjungtiva : Anemis
Sklera : Tidak ikterus
Palpebra : Tidak oedema
Hidung
Kebersihan : Bersih
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Telinga
Bentuk : Simetris
Kelainan : Tidak ada
Kebersihan : Bersih dan tidak ada serumen
Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapi, bersih dan tidak ada caries gigi
Mukosa mulut : Lembab
Lidah : Bersih
Leher
Pembesaran kel. tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Aksilla
Pembesaran kel. limfe : Tidak ada
Dada dan payudara
Bentuk : Simetris
Pembesaran : Tidak ada
Hiperpigmentasi areola : Tidak ada
Papilla mammae : Menonjol
Striae : Tidak ada
Kebersihan : Payudara bersih
Abdomen
Pembesaran : Ada pembesaran sesuai UK (13 – 14 minggu)
Linea : Nigra
Striae : Lividae
Bekas luka operasi : Tidak ada
Punggung
Posisi tulang belakang : Normal / Lordosis (Tegak)
Genetalia
Kebersihan : Bersih
Warna : Kemerahan
Kelainan : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : Keluar darah / flek-flek dari vagina ± 350 cc / ±
4 kotek
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak oedema
Perineum
Luka parut : Tidak ada
Anus
Hemmoroid : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Ekstermitas atas & bawah
Simetris : Simetris
Oedema : Tidak ada
b. Palpasi
Dada & payudara
Nyeri tekan : Tidak ada
Tumor / benjolan : Tidak ada
Keluaran : Tidak ada
Leher
Pembesaran kel. tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Abdomen
Leopold I : TFU 1-2 jari di atas symphisis, terdapat nyeri tekan diperut
bagian bawah, kontraksi uterus baik
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
c. Auskultasi
Dada
Ronchi : Tidak ada
Whezing : Tidak ada
Abdomen
Bising usus : Positif (+)
DJJ (Denyut Jantung Janin) : Tidak dilakukan pemeriksaan DJJ
d. Perkusi
Refleks patella : Ka / Ki (+) / (+)
e. TBJ : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Khusus
a. Ukuran Panggul Luar
1. Distansia Spinarum : Tidak dilakukan
2. Distansia Cristarum : Tidak dilakukan
3. Boudeloque : Tidak dilakukan
4. Lingkar Panggul : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam tanggal 21 Oktober 2010 jam 16.10 WIB, ada perdarahan banyak dari
jalan lahir, porsio membuka, ada gumpalan darah dan sebagian jaringan
yang keluar
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Hemoglobin : Tidak dilakukan
b. Urine
Albumin : Tidak dilakukan
Reduksi : Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Laboratorium lain-lain
USG : Pada hasil USG tanggal 21 Oktober 2010 tampak sisa jaringan janin dalam uterus dan
didapatkan endometrium yang tipis dan irregular.
3.2 INTEPRETASI DATA DASAR / DIAGNOSA MASALAH
Tanggal : 21 Oktober 2010 Jam : 16.15 WIB
Diagnosa : GI P00000, UK 13 – 14 minggu dengan abortus incompletus
DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri perut
bagian bawah dan keluar darah / flek-flek ± sudah 3 hari yang lalu dan sejak
tadi malam mulai keluar gumpalan darah bewarna merah dan sampai
sekarang bertambah banyak.
DO : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Lemah
♥ TTV : ■ TD : 110/70 mmHg ■ Nadi : 88 x/menit
■ Suhu : 37,5 °C ■ RR : 22 x/menit
♥ BB : 41,5 kg
♥ TB : 150 cm
♥ Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
♥ VT : Ada pembukaan
♥ Perdarahan : ± 350 cc / ± 4 kotek
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
DS : Ibu mengatakan merasakan nyeri perut yang hebat pada bagian bawah perut.
DO : Ekspresi wajah tampak menyeringai kesakitan
3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadinya anemi dan syok
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Pasang O2 dengan kecepatan 2 lpm
Pasang infuse RL
Kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage
3.5 INTERVENSI
Tanggal : 21 Oktober 2010 Jam : 16.30 WIB
Diagnosa : GI P00000, UK 13 – 14 minggu dengan abortus incompletus
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ± 2 jam diharapkan pasien mengerti dan
memahami tindakan yang akan dilakukan, serta diharapkan keadaan ibu
akan lebih membaik.
Kriteria Hasil : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Baik
♥ TTV dalam Batas normal : ■ TD : 130/110 – 90/70 mmHg
■ Suhu : 36,5 – 37,5 °C
■ Nadi : 60 – 100 x/menit
■ RR : 16 – 22 x/menit
♥ Perdarahan : Berhenti
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan pendektan pada klien dengan
komunikasi terapeutik
1. Agar terjalin hubungan kerjasama yang baik
antara petugas dengan klien
2. Berikan penjelasan tentang hasil
pemeriksaan pada klien
2. Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan
pada klien diharapkan klien mengetahui
kondisinya saat ini
3. Lakukan observasi KU, TTV dan
perdarahan pro curettage
3. Dengan melakukan observasi KU, TTV dan
perdarahan diharapkan keadaan klien bisa
dipantau serta dapat mencegah terjadinya
komplikasi
4. Lakukan pro kolaborasi dengan dokter
obgyn untuk pro curettage
4. Dengan melakukan pro kolaborasi dengan
dokter obgyn diharapkan tindakan
curettage segera dilakukan
5. Lakukan informed consent / persetujuan
untuk dilakuakan tindakan curettage
5. Bukti tertulis klien dan keluarga menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan
6. Siapkan pasien dan peralatan untuk
curettage serta obat-obatan
6. Dengan menyiapkan pasien serta peralatan
untuk curettage dan obat-obatan
diharapkan tindakan curettage bisa
dilakukan dengan efektif dan efisien
7. Berikan O2 serta pemasangan infuse 7. Dengan diberikan O2 sebanyak 2 lpm serta
pemasangan infuse diharapkan dapat
membebaskan jalan nafas dan mengganti
cairan tubuh yang hilang.
8. Bantu pelaksanaan curettage secara septik
dan antiseptik
8. Untuk mempermudah dan mempercepat
proses curettage
9. Lakukan pre kolaborasi dengan dokter
obgyn untuk pemberian terapi post
curettage
9. Agar terapi yang diberikan sesuai dengan
keadaan klien dan mempercepat proses
pemulihan
10. Lakukan observasi KU, TTV dan
perdarahan post curettage
10. Agar KU, TTV dan perdarahan dalam
batas normal dan untuk memastikan tidak
terjadi syok.
11. Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi,
istirahat dan personal hygiene
11. a. Nutrisi
Dengan mengkonsumsi makan
bernutrisi seimbang diharapkan
memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga
mempercepat proses pemulihan klien
b. Istirahat
Dengan istirahat cukup diharapkan
mampu mengembalikan stamina
tubuh klien.
c. Personal Hygiene
Dengan menjaga kebersihan
khususnya pada daerah kemaluan agar
tidak terjadi infeksi
12. Beritahukan kepada klien untuk kontrol
ulang
12. Untuk mengetahui dan dapat memantau
perkembangan kondisi klien.
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ± 30 menit diharapkan rasa mules dan nyeri
perut dapat berkurang.
Kriteria Hasil : ♥ Diharapkan ibu memahami dengan penjelasan yang diberikan oleh
petugas
♥ Rasa mules dan nyeri perut teratasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab rasa
nyeri
1. Dengan diberikan penjelasan pada ibu
tentang penyebab rasa nyeri dan
diharapkan pasien mengerti tentang
penyebab rasa nyeri yang dialaminya
2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien 2. Dengan memberikan posisi yang nyaman
diharapkan rasa nyeri dapat berkurang
3. Berikan HE kepada pasien tentang cara
mengurangi rasa nyeri dengan teknik
relaksasi
3. Dengan melaksanakan teknik relaksasi otot
dan pernafasan akan mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk
pemberian obat-obatan untuk mengurangi
rasa sakit
4. Analgesik dapat mempengaruhi syarat
yang dapat menyebabkan rasa nyeri
hilang
3.6 IMPLEMENTASI
Diagnosa : GI P00000, UK 13 – 14 minggu dengan abortus incompletus
Tanggal Jam Implementasi / Tindakan
21-10-
2010
16.30 1. Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik agar
terjalin kerja sama yang baik antara petugas dengan pasien secara
ramah dan sopan
16.32 2. Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada pasien
16.35 3. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro curettage
♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Lemah
♥ TTV : ■ TD : 110/70 mmHg
■ Suhu : 37,5 °C
■ Nadi : 88 x/menit
■ RR : 22 x/menit
♥ Perdarahan : ± 350 cc / ± 4 kotek
16.40 4. Melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn agar tindakan
curettage segera dilakukan
16.43 5. Melakukan informed consent pada klien untuk menyetujui tindakan
medis yang akan dilakukan
16.47 6. Menyiapkan pasien di meja ginekologi serta peralatan untuk tindakan
curettage :
♥ Celemek
♥ Lampu sorot
♥ Obat-obatan : Metergin 1 ampul, syntocinon 2 ampul, petidin 1
ampul
♥ Peralatan curettage : Kapas savlon, cucing, betadine, duk,
depress, handscoon, spekulum,
tenakulum, tampon tang, busi / diktator,
sendok curet ukuran 1/2/3/4, king tang,
kokel tang, abortus tang dan kateter
16.52 7. Memberikan O2 sebanyak 2 lpm untuk membebaskan jalan nafas saat
pasien tidak sadar dan memasang infuse untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang
16.55 8. Membantu pelaksanaan curettage dengan cara aseptik dan antiseptik
17.10 9. Melakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian
terapi :
♥ Antibiotik : Amoxilin 3x500 mg
♥ Analgesik : As. Mefenamat 3x500 mg Selama ± 5 hari
♥ Uterotonika : Metergin 3x1 ampul
17.15 10. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan post curettage
♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Cukup
♥ TTV : ■ TD : 120/70 mmHg
■ Suhu : 37 °C
■ Nadi : 80 x/menit
■ RR : 20 x/menit
♥ Perdarahan : ± 150 cc / ± 2 kotek
17.20 11. Memberikan HE kepada pasien tentang :
a. Nutrisi : Mengkonsumsi nutrisi yang seimbang dan 4 sehat 5
sempurna
b. Istirahat : Banyak beristirahat dan jangan melakukan aktivitas
yang berat
c. Personal Hygiene : Mandi 2x sehari, mengganti pakaian dalam 2x
sehari dan menjaga kebersihan vagina agar
tetap selalu kering dan tidak timbul jamur
atau bakteri
17.25 12. Memberitahukan tanggal kontrol kepada pasien yaitu 1 minggu lagi
pada tanggal 28 Oktober 2010 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
Tanggal Jam Implementasi / Tindakan
21-10-
2010
17.28 1. Menjelaskan pada klien tentang penyebab rasa nyeri. Rasa nyeri yang
timbul disebabkan oleh kontraksi uterus
17.32 2. Memberikan posisi yang nyaman pada ibu agar rasa nyeri dapat
berkurang
17.36 3. Memberikan HE kepada pasien tentang cara mengurangi rasa nyeri
dengan teknik relaksasi otot dan menarik nafas panjang
17.40 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk
mengurangi rasa nyeri
3.7 EVALUASI
Tanggal : 21 Oktober 2010 Jam : 16.30 WIB
S : Ibu mengatakan merasa sudah lega setelah dilakukan curettage
O : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Cukup
♥ TTV : ■ TD : 120/70 mmHg ■ Nadi : 80 x/menit
■ Suhu : 37 °C ■ RR : 20 x/menit
♥ Perdarahan : ± 150 cc / ± 2 kotek
A : P00010 2 jam post curettage
P : ♥ Observasi KU, TTV dan perdarahan pervaginam
♥ Berikan HE pada ibu tentang : ■ Nutrisi
■ Istirahat
■ Personal Hygiene
♥ Anjurkan pasien meminum obat secara teratur
* Catatan Perkembangan
Tanggal : 22 Oktober 2010 Jam : 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan rasa mules dan nyeri perut bagian bawah sudah mulai mereda /
berkurang
O : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Baik
♥ TTV : ■ TD : 120/70 mmHg ■ Nadi : 80 x/menit
■ Suhu : 37 °C ■ RR : 20 x/menit
♥ Perdarahan : ± 100 cc / ± 2 kotek
♥ Ekspresi Wajah : Tampak baik dan tidak menyeringai kesakitan
A : P00010 post curettage hari pertama
P : ♥ Observasi KU, TTV dan perdarahan pervaginam
♥ Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan seksual selama 1 bulan
♥ Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi pada tanggal 28 Oktober
2010 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
BAB IV
PENUTUP
Setelah penulis memberikan asuhan kebidanan pada Ny. “A” G I P00000 dengan abortus
incompletus di ruang VK / bersalin RS. Wijaya, Surabaya, maka penulis dapat mengambil
suatu kesimpulan dan saran sesuai uraian dibawah berikut :
4.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri perut
bagian bawah dan keluar darah / flek-flek ± sudah 3 hari yang lalu dan sejak
tadi malam mulai keluar gumpalan darah bewarna merah dan sampai
sekarang bertambah banyak.
DO : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Lemah
♥ TTV : ■ TD : 110/70 mmHg ■ Nadi : 88 x/menit
■ Suhu : 37,5 °C ■ RR : 22 x/menit
♥ BB : 41,5 kg
♥ TB : 150 cm
♥ Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
♥ VT : Ada pembukaan
♥ Perdarahan : ± 350 cc / ± 4 kotek
2. Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Diagnosa : GI P00000, UK 13 – 14 minggu dengan abortus incompletus
DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri perut
bagian bawah dan keluar darah / flek-flek ± sudah 3 hari yang lalu dan
sejak tadi malam mulai keluar gumpalan darah bewarna merah dan
sampai sekarang bertambah banyak.
DO : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Lemah
♥ TTV : ■ TD : 110/70 mmHg ■ Nadi : 88 x/menit
■ Suhu : 37,5 °C ■ RR : 22 x/menit
♥ BB : 41,5 kg
♥ TB : 150 cm
♥ Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
♥ VT : Ada pembukaan
♥ Perdarahan : ± 350 cc / ± 4 kotek
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
DS : Ibu mengatakan merasakan nyeri perut yang hebat pada bagian bawah perut.
DO : Ekspresi wajah tampak menyeringai kesakitan
3. Identifikasi Diagnosa Potensial
Potensial terjadinya anemi dan syok
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pasang O2 dengan kecepatan 2 lpm
Pasang infuse RL
Kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage
5. Intervensi
Diagnosa : GI P00000, UK 13 – 14 minggu dengan abortus incompletus
1. Lakukan pendektan pada klien dengan komunikasi terapeutik
R/ Agar terjalin hubungan kerjasama yang baik antara petugas dengan klien
2. Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien
R/ Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien diharapkan klien
mengetahui kondisinya saat ini
3. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro curettage
R/ Dengan melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan diharapkan keadaan
klien bisa dipantau serta dapat mencegah terjadinya komplikasi
4. Lakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pro curettage
R/ Dengan melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn diharapkan tindakan curettage
segera dilakukan
5. Lakukan informed consent / persetujuan untuk dilakuakan tindakan curettage
R/ Bukti tertulis klien dan keluarga menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan
6. Siapkan pasien dan peralatan untuk curettage serta obat-obatan
R/ Dengan menyiapkan pasien serta peralatan untuk curettage dan obat-obatan
diharapkan tindakan curettage bisa dilakukan dengan efektif dan efisien
7. Berikan O2 serta pemasangan infuse
R/ Dengan diberikan O2 sebanyak 2 lpm serta pemasangan infuse diharapkan dapat
membebaskan jalan nafas dan mengganti cairan tubuh yang hilang.
8. Bantu pelaksanaan curettage secara septik dan antiseptik
R/ Untuk mempermudah dan mempercepat proses curettage
9. Lakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi post curettage
R/ Agar terapi yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dan mempercepat
proses pemulihan
10. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan post curettage
R/ Agar KU, TTV dan perdarahan dalam batas normal dan untuk memastikan tidak terjadi
syok
11. Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi, istirahat dan personal hygiene
R/ a. Nutrisi : Dengan mengkonsumsi makan bernutrisi seimbang diharapkan
memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga mempercepat
proses pemulihan keadaan klien.
b. Istirahat : Dengan istirahat cukup diharapkan mampu mengembalikan
stamina tubuh klien.
c. Personal Hygiene : Dengan menjaga kebersihan khususnya pada daerah
kemaluan agar tidak terjadi infeksi
12. Beritahukan kepada klien untuk kontrol ulang
R/ Untuk mengetahui dan dapat memantau perkembangan kondisi klien
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab rasa nyeri
R/ Dengan diberikan penjelasan pada ibu tentang penyebab rasa nyeri dan
diharapkan pasien mengerti tentang penyebab rasa nyeri yang dialaminya
2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
R/ Dengan memberikan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat
berkurang
3. Berikan HE kepada pasien tentang cara mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi
R/ Dengan melaksanakan teknik relaksasi otot dan pernafasan akan mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit
R/ Analgesik dapat mempengaruhi syarat yang dapat menyebabkan rasa nyeri
hilang
6. Implementasi
Diagnosa : GI P00000, UK 13 – 14 minggu dengan abortus incompletus
1. Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik agar terjalin kerja sama
yang baik antara petugas dengan pasien secara ramah dan sopan
2. Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada pasien
3. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro curettage
♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Lemah
♥ TTV : ■ TD : 110/70 mmHg ■ Nadi : 88 x/menit
■ Suhu : 37,5 °C ■ RR : 22 x/menit
♥ Perdarahan : ± 350 cc / ± 4 kotek
4. Melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn agar tindakan curettage segera dilakukan
5. Melakukan informed consent pada klien untuk menyetujui tindakan medis yang akan
dilakukan
6. Menyiapkan pasien di meja ginekologi serta peralatan untuk tindakan curettage :
♥ Celemek
♥ Lampu sorot
♥ Obat-obatan : Metergin 1 ampul, syntocinon 2 ampul, petidin 1 ampul
♥ Peralatan curettage : Kapas savlon, cucing, betadine, duk, depress, handscoon,
spekulum, tenakulum, tampon tang, busi / diktator,
sendok curet ukuran 1/2/3/4, king tang, kokel tang,
abortus tang dan kateter
7. Memberikan O2 sebanyak 2 lpm untuk membebaskan jalan nafas saat pasien tidak sadar
dan memasang infuse untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
8. Membantu pelaksanaan curettage dengan cara aseptik dan antiseptik
9. Melakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi :
♥ Antibiotik : Amoxilin 3x500 mg
♥ Analgesik : As. Mefenamat 3x500 mg Dilakukan selama ± 5 hari
♥ Uterotonika : Metergin 3x1 ampul
10. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan post curettage
♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Cukup
♥ TTV : ■ TD : 120/70 mmHg ■ Nadi : 80 x/menit
■ Suhu : 37 °C ■ RR : 20 x/menit
♥ Perdarahan : ± 150 cc / ± 2 kotek
11. Memberikan HE kepada pasien tentang :
a. Nutrisi : Mengkonsumsi nutrisi yang seimbang dan 4 sehat 5 sempurna
b. Istirahat : Banyak beristirahat dan jangan melakukan aktivitas yang berat
c. Personal Hygiene : Mandi 2x sehari, mengganti pakaian dalam 2x sehari dan menjaga
kebersihan vagina agar tetap selalu kering dan tidak
timbul jamur atau bakteri
12. Memberitahukan tanggal kontrol kepada pasien yaitu 1 minggu lagi pada tanggal
28 Oktober 2010 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan agar dapat memantau
perkembangan pasien.
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
1. Menjelaskan pada klien tentang penyebab rasa nyeri. Rasa nyeri yang timbul
disebabkan oleh kontraksi uterus
2. Memberikan posisi yang nyaman pada ibu agar rasa nyeri dapat berkurang
3. Memberikan HE kepada pasien tentang cara mengurangi rasa nyeri dengan teknik
relaksasi otot dan menarik nafas panjang
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat untuk mengurangi rasa
nyeri
7. Evaluasi
S : Ibu mengatakan merasa sudah lega setelah dilakukan curettage
O : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Cukup
♥ TTV : ■ TD : 120/70 mmHg ■ Nadi : 80 x/menit
■ Suhu : 37 °C ■ RR : 20 x/menit
♥ Perdarahan : ± 150 cc / ± 2 kotek
A : P00010 2 jam post curettage
P : ♥ Observasi KU, TTV dan perdarahan pervaginam
♥ Berikan HE pada ibu tentang : ■ Nutrisi
■ Istirahat
■ Personal Hygiene
♥ Anjurkan pasien meminum obat secara teratur
* Catatan Perkembangan
S : Ibu mengatakan rasa mules dan nyeri perut bagian bawah sudah mulai mereda /
berkurang
O : ♥ Kesadaran : Composmentis
♥ Keadaan Umum : Baik
♥ TTV : ■ TD : 120/70 mmHg ■ Nadi : 80 x/menit
■ Suhu : 37 °C ■ RR : 20 x/menit
♥ Perdarahan : ± 100 cc / ± 2 kotek
♥ Ekspresi Wajah : Tampak baik dan tidak menyeringai kesakitan
A : P00010 post curettage hari pertama
P : ♥ Observasi KU, TTV dan perdarahan pervaginam
♥ Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan seksual selama 1 bulan
♥ Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi pada tanggal 28 Oktober
2010 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat lebih memperhatikan setiap kasus yang terjadi di tempat
praktek sehingga mahasiswa dapat menyusun setiap asuhan kebidanan yang
sesuai.
4.2.1 Bagi Instansi Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan hendaknya harus sesuai dengan wewenang yang
telah ditentukan serta dapat bekerja sama dengan klien dan dapat memahami
sedalam-dalamnya tentang masalah yang dialami klien agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara optimal.
4.2.3 Bagi Instansi Pendidikan
Dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik dari segi teori maupun keterampilan
secara maksimal agar mahasiswa dapat bekerja secara mudah dan mandiri dalam
memberikan pelayan dengan baik dan benar sesuai dengan protap yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-anggunnur-5598-2-babi.pdf
(Di akses tanggal 15 Februari 2010)
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
___________________. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo