konsep anc
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ANTENATAL CARE (ANC)
A. Definisi
- Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
- Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghdapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
- Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah
kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji
kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh
informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
B. Tujuan Antenatal care
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial
ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
C. Perubahan Fisik dan Psikologis Ibu Hamil
Perubahan fisik pada ibu hamil
Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan
perempuan. Suatu peristiwa yang dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai
keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan
terhadap kondisi fisik dan psikis perempuan yang bersangkutan (Saifuddin,
2002, hlm. 89).
Perubahan Organ
- Adanya hiperpigmentasi karena meningkatnya MSH terutama pada
papilla mammae
- Perubahan pada perut semakin membesar > 5 bulan pusat menonjol
- Pada tungkai adanya pelebaran pada vena tungkai
- Perubahan pada payudara yang semakin membesar dan tegang
disebabkan karena meningkatnya hormone estrogen, progesteron
Perbahan pada Alat Kelamin
- membesarnya ukuran uterus seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Pembesaran uterus ini mengakibatkan pembesaran abdomen
- Adanya tanda Chadwick
Yaitu keadaan vulva merah kebiruan karena peningkatan hormone
estrogen dan hipervascularisasi
- Adanya tanda Braxtonhicks
Adanya kontraksi dan relaksasi otot uterus pada minggu pertama namun
tidak menimbulkan nyeri
- Pada ovarium
Corpus luteum tidak menjadi corpus albican bahkan terus mengeluarkan
hormone estrogen dan progesteron untuk menjaga kehamilan
Perubahan pada Alat Pencernaan
- Adanya rasa mual dan muntah terutama pada pagi hari / morning
sickness disebabkan peningkatan HCG dan perubahanmetabolisme
karbohidrat
- Pada hamil tua nafsu makan menurun dan tidak dapat banyak makan
karena alat pencernaan agak terdorong keatas
Perubahan psikologis pada ibu hamil
Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan
yang fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita
(Maulana, 2008). Kehamilan juga merupakan suatu perubahan hormonal,
yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan yang dapat
menimbulkan stres, dapat menjadi perubahan mood, hampir sama seperti
saat mereka akan menstruasi atau selama menopause (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2005). Perubahan psikologis pada wanita hamil dipengaruhi
beberapa factor diantaranya:
- Apakah kehamilan tersebut benar-benar direncanakan atau tidak
- Apakah kehamilan tersebut memang diinginkan
- Keadaan status ekonomi
- Jumlah anak dalam keluarga serta interval antara anak yang lahir
- Latar belakang kultur budaya serta kepercayaan yang dianut ibu hamil
- Riwayat penyakit yang diderita ibu termasuk infertilitas yang pernah
dialami sebelumnya
D. Lokasi Pelayanan Antenatal Care
Menurut Dep Kes RI (1994 : 16), tempat pemberian pelayanan antenatal care
dapat bersifat statis dan aktif meliputi :
1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin desa.
3. Posyandu.
4. Rumah sakit pemerintah/ swasta
5. Rumah sakit bersalin
6. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter).
E. Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup anemnesis, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dasar
dan intervensi khusus sesuai dengan tingkat resiko. Dengan penerapan
operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk pelayanan antenatal yang
terdiri atas :
1. Timbang berat badan
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri, karena
hubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat
badan ibu hamil yang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak
sebelum hamil
2. Ukuran tekanan darah, diukur setiap kunjungan
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.
Tekanan darah tinggi, protein urin positif, pandangan kabur atau oedema
pada ekstremitas. Apabila tekanan darah mengalami kenaikan 15 mmHg
dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam atau tekanan darah >
140/90 mmHg maka ibu hamil mengalami preeklamsi.
3. Ukur tinggi fundus uteri
Dilakukan setiap kunjungan dimana fundus uteri mulai teraba setelah usia
kehamilan > 12 minggu.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin
intrauterin, tinggi fundus uteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi
terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion.
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid atau TT lengkap
Mulai diberikan usia kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian
selanjutnya 4 minggu. Pemberian imunisasi TT ini untuk mencegah
terjadinya penyakit tetanus.
5. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil, mulai
diberikan pada usia kehamilan 20 minggu diminum 1 hari 1 tablet.
Pemberian tablet tambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu
tablet setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 320
mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet besi sebaiknya tidak
minum bersama kopi, teh karena dapat mengganggu penyerapan.
6. Tes laboratorium (rutin dan khusus).
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin,
protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan
didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku terhadap HIV,
sifilis, malaria, tubercolusis, cacingan dan thalasemia.
7. Temu wicara (konseling).
Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan seperti perawatan diri
selam hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya
kehamilan dan janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil
keputusan dalam perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan
yang disampaikan (Prawirohardjo, 2006).
F. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa
selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan tetapi dapat juga
sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan
penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan
diri secara berkala selama kehamilannya.
Menurut Manuaba (2000 : 129), berdasarkan standar pemeriksaan
kehamilan dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut :
- Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid.
- Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
- Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
- Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal
yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi
sebagai berikut
- Minimal satu kali pada trimester I (< 14 minggu)
- Minimal satu kali pada trimester II (14-28 minggu)
- Minimal dua kali pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu
ke-36). (Saifuddin, 2005))
Menurut Jumiarni (1995 : 34), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8
kali (7 – 9 kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan
dengan optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan
jadwal dan kegiatan sebagai berikut :
a. Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstrtric dan
ginekologi.
2. Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
tubuh, bunyi jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-
lain.
3. Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ
(kehamilan lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
4. Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Haemoglobin,
leukosit, Diff, Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB).
6. Penilaian resiko kehamilan.
7. KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
8. Pemberian imunisasi TT 1.
b. Kunjungan III, 28 – 32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan
oleh ibu.
2. Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak
perlu dilakukan lagi).
3. Pemerksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia
kehamilan), aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta,
serta keadaan plasenta.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. KIE tentang perawatan payudara.
6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
c. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan
laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
1) Anamnese keluhan dan gerakan janin.
2) Pengamatan gerak janin
3) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi
kehamilan pertama)
4) Penilaian resiko kehamilan.
5) Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6) Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
d. Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII (40
minggu) (2 minggu 1 kali)
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan
pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. USG ulang pada kunjungan 4.
6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudara dan persiapan
persalinan.
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi
trimester III.
8. Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
e. Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali)
Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin
dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
2. Pengamatan gerak janin.
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric.
4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan
jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan
persalinan dan rencana untuk melahirkan.
6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua
umur kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya,
resiko kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk
memeriksakan kehamilannya.
Menurut Dep Kes RI (1992), faktor resiko ibu hamil seperti yang tercantum
dalam KMS ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Anemia berat (Hb < 8 gr %)
2. Tekanan darah diastole > 90 mmHg
3. Perdarahan selama kehamilan
4. Kelainan pada persalinan terdahulu
5. Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun
6. Tinggi badan kurang dari 140 cm
7. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
8. Pernah sakit kronis
Tabel 2.3.3. Penilaian resiko kehamilan (Depkes RI, 1992 : 85)
No. Kriteria Jumlah Nilai
1. Kematian neonatal
Riwayat preterm
Riwayat preeklamsi
Penyakit paru
Anemi 8-10 gr%
Tinggi badan < 145 cm
BB < 40 atau > 70 kg
Premipara < 20 tahun
dan > 35 tahun
Multi para > 40 tahun
Paritas > 3
Tanpa antenatal
1
2. Abortus > 3
Riwayat SC
Placenta previa
Gemelli
Sungsang
Partus percobaan
2
Diabetes mellitus Hiperteoridism
3. Riwayat lahir mati
Penyakit ginjal
Partus 32 – 36 minggu
Posterum > 42 minggu
Penyakit hepar
Preeklamsi berat
Sungsang (premipara)
Ketuban pecah > 6 jam
Mekonium (kepala)
Partus > 24 jam
Plasenta previa
SC
3
4. Diabetes mellitus
Fitiumcordis
KMK
DJJ ireguler < 120 atau
> 180 kali / menit 4
5. Eklamsi
Hedramnion
Infeksi intra partum
KPD > 24 jam
Incomtabilitas RH
Solutio pacenta
Letak lintang
Prolapsus tali pusat
5
Keterangan :
1. Bila jumlah nilai resikonya > 3 ibu hamil perlu dirujuk ke Puskesmas
untuk mendapatkan pemriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari
dokter.
2. Bila jumlah nilai resiko > 5 ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu
hamil yang boleh ditolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko
rendah dengan nilai < 3.
G. Keluhan Pada Masa Kehamilan
Keluhan ada masa hamil menurut Dep.Kes.RI. (1994: 84) adalah suatu
kondisi bersifat subyektif dimana pada individu yang hamil terjadi proses
adaptasi terhadap kehamilannya. Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
Keluhan pada Triwulan I usia kehamilan 1 – 3 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang timbul adalah :
1. Mual dan Muntah
Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang menjelang tengah
hari. (Morning Sicknes)
2. Perasaan neg atau mual
Hal ini terjadi bila mencium bau yang menyengat penciuman,
misalnya : Bawang goreng, minyak rambut.
3. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
4. Sering kencing
Sering kencing terjadi karena tekanan uterus yang membesar dan
menekan pada kandung kencing.
5. Keputihan (leukorhoe)
Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan
progesteron) yang mempengaruhi mukosa servix dan vagina.
6. Pengeluaran darah pervaginam
Bila terjadi perdarahan, perlu diwaspadai ancaman abortus.
7. Perut membesar lebih besar dari usia kehamilan
Bila terjadi pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
diwaspadai kemungkinan terjadi molla hidatidosa.
Keluhan pada triwulan II, usia 4 – 6 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir,
sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada
triwulan I yang menyangkut faktor-faktor subyektif, perlu diwaspadai
kemungkinan adanya faktor psikologis. Pada triwulan ini sering ditandai
adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih
stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu
merasakan pengalaman baru, mulai merasakan gerakan bayi,
terdengarnya detak jantung janin (DJJ) melalui alat doptone atau melihat
gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase
aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa
gangguan yang berarti.
Pada triwulan III, usia kehamilan 7 – 9 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang sering muncul akan mencerminkan
prognose kehamilan. Keluhan yang bersifat subyektif perlu mendapatkan
perhatian karena hal ini menunjukkan kepada kondisi patologis. Kejadian
yang sering timbul antara lain :
1. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang
Hal ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan HB
kurang dari 10 %.
2. Pandangan mata kaburdisertai pusing
Hal ini dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
3. Kaki odem
Odem pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala dari
trias klasik ekslamsi, yakni hipertensi, odem pada kaki dan protein
uri. Sesak nafas pada triwulan III perlu dicurigai kemungkinan
adanya kelainan adanya kelainan letak (sungsang) kelainan posisi
bayi.
4. Perdarahan
Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu dicurigai
adanya placenta praevia atau solutio plasenta.
5. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, cairan
jernih bukan pada saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban pecah
dini (KPD).
6. Sering kencing
Pada triwulan III karena kepala bayi akan masuk ke pintu atas
panggul (PAP) pada usia kehamilan 36 minggu. Sering kencing
disebabkan tekanan kepala bayi pada kandung kemih.
Apabila ibu hamil mendapat keluhan diatas, perlu segera periksa ke
fasilitas kesehatan, untuk itu penyuluhan pada triwulan III diarahkan
kepada hal-halyang berkaitan dengan antisipasi dari keluhan di atas.
Selain keluhan di atas pada truwulan III ditandai dengan adanya
kegembiraan emosi karena akan lahirnya seorang bayi. Reaksi calon
ibu terhadap persalinan secara umum tergan\tung pada persiapan
dan persepsinya terhadap kewjadian ini, untuk itu kerjasama dan
komunikasi yang baik selama ANC perlu dibina sehingga ibu dapat
melalui masa kehamilan dan persalinan dengan perasaan gembira
(Hamiton, 1998: 163).
H. Asuhan keperawatan pada ibu hamil
Identitas Pasien
Yang meliputi Identitas umum perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan
tingkat pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30
tahun. Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan
adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini,
persalinan preterm, abortus.
Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa
hamil, atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari
pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk
memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat
persalinan menggunakan
Rumus Naegele (h+7 b-3 th+1 ) untuk siklus 28 + x hari.
Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik yang
berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat
alergi makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi
umum / lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan
sebagainya).
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
Riwayat khusus obstetri ginekologi
Adakah riwayat kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya (dinyatakan
dengan kode GxPxAx, gravida / para / abortus), berapa jumlah anak
hidup.
Ada/tidaknya masalah2 pada kehamilan / persalinan sebelumnya seperti
prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya.
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka
persalinan, keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih
ingat.
Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan haid
lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.
Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan, kebiasaan, kehidupan sehari-hari.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis / pemeriksaan umum
Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi.
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan.
Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan
< 45 kg atau > 75 kg.
Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih
bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta).
Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal,
hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).
Pemeriksaan Khusus ada obstetric
Abdomen
1. Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen
mungkin belum nyata).
2. Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan
dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada
kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran
sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di fundus
dengan kedua telapak tangan.
Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala
pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau
mungkin bagian keras bulat (kepala) janin.
Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
Leopold IV
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah
kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan
apakah bagian tersebut sudah masuk / melewati pintu atas panggul.
Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin
(meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan
aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara Johnson-Tossec
yaitu : tinggi fundus (cm) - (10/11/12/13) x 155 gram.
3. Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang
ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik
pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk
memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi
yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu
menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160
denyut per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi
terhadap beban / stress pada janin (fetal stress), sementara bradikardi
menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal
distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka /
perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari
pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas.
Inspeksi dalam: menggunakan spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan
dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco (cocorbebek) dimasukkan
ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90°
sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks
(permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge
di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor, tanda
radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal
dan dikeluarkan dari vagina.
Genitalia interna
- Palpasi : colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari sebelah tangan
dan BIMANUAL dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen.
Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan serviks.
Diperiksa ada/tidak kelainan uterus yang dapat ditemukan. Ditentukan
bagian terbawah (presentasi) janin.
- Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri
klinik untuk memperkirakan ada/tidaknya disproporsi
fetopelvik/sefalopelvik.
- Pemeriksaan dalam (vaginal touché) seringkali tidak dilakukan pada
kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi.
Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk
kepentingan obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia
kehamilan di atas 34-36 minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak,
presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta
pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal
pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu,
elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan
sakit untuk eksplorasi.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:
1. Trimester I
a. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Resiko kekurangan volume cairan
c. Resiko cedera janin
d. Kurang pengetahuan
2. Trimester II
a. Gangguan citra tubuh
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kurang pengetahuan
3. Trimester III
a. Nyeri akut
b. Perubahan eliminasi urin
c. Gangguan pola tidur
d. Kurang pengetahuan
Daftar Pustaka
Bobak, Irene M; DL Lowdermilk; SE Perry. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Departemen kesehatan. 2005. Materi Ajar Upaya Penurunan Kematian Ibu dan
Bayi Baru Lahir. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 22 Juni 2012
pukul 17.00 WIB
Manuaba, Ida Bagus, 1998. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia.
Jakarta: EGC
Wiknjosastro.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Winarsih. 2006. Pendidikan Kesehatan Mengatasi Keluhan Hamil Ibu-Ibu Hamil
di Asrama Group II Kopassus Kartasura.
http://eprints.ums.ac.id/389/1/1._WINARSIH.pdf. Diakses tanggal 21 juni
2012 jam 19.49 WIB
LAPORAN AKHIR
DEPARTEMEN MATERNITAS
LP, Asuhan Keperawatan, dan Resume Antenatal Care
DI PUSKESMAS SINGOSARI MALANG
Disusun Oleh:
Siti Fatimah
0810723015
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012