anc referat

Upload: ardion-risa

Post on 19-Jul-2015

312 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists (1997) mendefinisikan antenatal care atau asuhan Antenatal adalah suatu program perawatan antepartum komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu perawatan medis dan dukungan psikososial yang secara optimal dimulai sebelum konsepsi sampai ke periode antepartum. Asuhan mencakup penilaian selama masa Antenatal, pada kunjungan awal perawatan kehamilan, dan selama kunjungan tindak lanjut Antenatal. B. Efektivitas Asuhan Antenatal Antenatal care dicanangkan pada awal tahun 1990 memiliki fokus untuk menurunkan angka kematian ibu yang tinggi . Sejak dicanangkan asuhan Antenatal ini angka kematian ibu telah turun dari 690 per 100.000 kelahiran pada tahun 1920 menjadi 50 per 100.000 pada tahun 1955. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan

menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui

sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksikan apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilannya . Oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.

1

C. Tujuan Asuhan Antenatal Asuhan antenatal memiliki tujuan sebagai berikut : Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan paembedahan Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

D. Prosedur Asuhan Antenatal : 1. Perawatan Prakonsepsi Karena kesehatan selama kehamilan tergantung dari kesehatan sebelum kehamilan, maka perawatan Antenatal menjadi bagian dari asuhan Antenatal. Perawatan Antenatal berpotensi mengurangi risiko, mendorong gaya hidup sehat, dan meningkatkan kesiapan menerima kehamilan. 2. Pemeriksaan Antenatal Awal Sebaiknya dimulai segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan. Tujuan utama tindakan ini adalah: 1. 2. 3. Menentukan status kesehatan ibu dan janin Menentukan usia gestasi janin Memulai rencana untuk melanjutkan perawatan obstetric

2

Komponen-komponennya yaitu berupa (American Academy of Pediatrics dan American Colleges and Gynecologist) : 1. Pengkajian risiko meliputi faktor-faktor genetic, medis, obsetri dan psikososial 2. 3. 4. Taksiran partus Pemeriksaan fisik umum Uji laboratories: Hb, Ht, urinalisis, penentuan golongan darah, Rhesus, status rubella, penapisan sifilis, Pap smear, uji HbsAg, menawarkan uji HIV. 5. Edukasi pasien : mengenai aktifitas , gizi dan nutrisi, menghindari rokok dan alcohol E. Rekam medis Antenatal Terdapat beberapa definisi penting untuk menghasilkan rekam medis antenatal yang akurat yaitu : Primipara : seorang wanita yang pernah sekali melahirkan janin yang mencapai usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau lebih Multipara : seorang wanita yang pernah dua kali atau lebih hamil sampai usia 20 minggu atau lebih Nuligravida : seorang wanita yang saat ini tidak sedang atau tidak pernah hamil Gravida : seorang wanita yang sedang atau pernah hamil, apapun hasil akhir kehamilannya. Dengan terjadinya kehamilan pertama,makaia menjadi seorang primigravida,dan dengan kehamilan berikutnya seorang

multigravida. Nulipara : belum pernah menyelesaikan kehamilan melebihi usia gestasi 20 minggu

3

Untuk perkiraan tanggal persalinan diperoleh dengan menambahkan 7 hari HPHT dan menghitung mundur 3 bulan ( rumus Naegele). Biasanya kehamilan dibagi menjadi 3 trimester setara yang masing-masing berlangsung selama 3 bulan kalender. Trimester pertama berlangsung sampai selesainya minggu ke-14 Trimester kedua sampai minggu ke-28 Trimester ketiga mencakup minggu ke-29 samapai 42 minggu kehamilan. Terdapat masalah-masalah khusus obstetric pada masing-masing trimester yaitu sebagai contoh abortus spontan sering pada trimester pertama dan kejadian hipertensi dalam kehamilan pada trimester ketiga. F. Kehamilan Risiko Tinggi Dalam penatalaksanaan kehamilan, terdapat beberapa kategori utama yang memiliki risiko tinggi serta dapat diidentifikasi dan diberi perhatian yang sesuai. Kategori tersebut adalah : 1. 2. Mengidap penyakit medis Riwayat kehamilan sebelumnya buruk : kematian perinatal, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, malformasi, gangguan plasenta, atau perdarahan pada ibu. 3. Tanda-tanda malnutrisi pada ibu.

G. Jadwal Kunjungan Antenatal : 1. Jadwal ANC menurut WHO Menurut WHO untuk wanita hamil yang tidak memiliki faktor risiko dalam kehamilannya, minimal dapat melakukan ANC sebanyak 4 kali yaitu 1 kali saat TM I, 1 kali saat TM II, dan 2 kali saat TM III. Kunjungan Pertama; sebaiknya sebelum kehamilan 12 minggu Informasi umum pasien Informasi tentang riwayat kesehatan pasien Riwayat obstetric pasien sebelumnya

4

Pemeriksaan fisik mencakup tanda-tanda anemia, tekanan darah, berat badan dan tinggi badan, dan pemeriksaan vagina dengan speculum termasuk Pap smear

Pemeriksaan darah (sebaiknya pemeriksaan Hb hanya dilakukan pada usia kehamilan 32 minggu atau kunjungan ke-3, kecuali ada tanda-tanda anemia), urin, dan golongan darah

Pemberian suplemen besi Memberikan edukasi dan informasi kesehatan selama kehamilan Pemberian suntikan TT

Kunjungan ke-2; dilakukan pada kehamilan mendekati 26 minggu. Mengulang pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan penyakit pasien Catat kondisi pasien yang tidak ditemukan sewaktu kunjungan pertama (kecelakaan, penyakit, perdarahan/keputihan dari vagina, dll) Catat setiap perubahan pada tubuh pasien Tanya gerakan bayi Periksa BJA Tanya tentang kebiasaan ibu : merokok, alcohol, dll Periksa tekanan darah Pemeriksaan Leopold Pemeriksaan vagina bilapada kunjungan pertama tidak dilakukan.bila terjadi perdarahan pemeriksaan vagina dilarang. Pemeriksaan Hb ulang jika pada pemeriksaan Hb pertama < 7 gr% Pemberian suplemen besi Pemberian nasehat dan edukasi tentang kehamilan Member tahu jadwal kunjungan berikutnya yaitu pada kehamilan mendekati usia 32 minggu Kunjungan ke-3; dilakukan pada usia kehamilan mendekati 32 minggu. Jika pasien tidak dating pada kunjungan ke-2, pemeriksaan dilengkapkan pada kunjungan ke-3 Tanya keluhan pasien: nyeri punggung, berdarahan, keputihan, dll

5

Pengukuran TD, pemeriksaan Leopold, urinalisis, timbang BB dan pemeriksaan hemoglobin Tanya gerakan anak dan periksa BJA

Kunjungan ke-4; sebaiknya pada usia kehamilan antara 36-38 minggu. 2. Pemeriksaan presentasi bayi dan penurunan bagian terbawah bayi Menilai panggul sempit atau tidak Memberikan semua informasi tentang tanda-tanda persalinan, dan jika ada segera pergi ke RS atau klinik bersalin. Jika tidak ada tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan 41 minggu segera pergi ke RS. Pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti kunjungan sebelumnya Jadwal kunjungan lanjutan menurut parkland hospital Secara tradisional, penentuan waktu pemeriksaan Antenatal selanjutnya dijadwalkan setiap interval 4 minggu sampai usia 28 minggu, dan kemudian setiap 2 minggu sampai 36 minggu dan setelah itu setiap minggu. Pada kehamilan tanpa penyulit jumlah kunjungan dapat lebih sedikit.

6

Tabel 1. Jadwal kunjungan Antenatal yang digunakan di Parkland Hospital untuk wanita nulipara tanpa faktor risiko medis dan wanita multipara dengan riwayat kehamilan normal Jumlah Kunjungan 1 Wanita Nulipara Minggu ke 16 Wanita Multipara Minggu ke 16 Penapisan perlu 2 Minggu ke 19 Minggu ke 22 Menilai usia gestasi, AFP, USG bila Tujuan Kunjungan

Auskultasi BJA 3 Minggu ke 26 Minggu ke 26 Menilai penapisan usia gestasi, diabetes

gestasional, pemeriksaan Ig anti Rh bila perlu 4 Minggu ke 30 Minggu ke 30 Menilai ukuran janin,

pemeriksaan Hb, Ht, VDRL dan serologi sifilis bila perlu 5 Minggu ke 34 Minggu ke 36 Menilai ukuran janin,

memeriksa TD 6 7 8 Minggu ke 36 Minggu ke 37 Minggu ke 38 Minggu ke 38 Minggu ke 40 Minggu ke 41 Surveilans TD Surveilans TD Surveilans TD, jadwal induksi postmatur untuk multipara 9 Minggu ke 39 Surveilans TD, jadwal induksi postmatur 10 Minggu ke 40 Surveilans TD, jadwal induksi postmatur 11 Minggu ke 41 Surveilans TD, jadwal induksi postmatur

7

H. Perubahan fisiologik wanita hamil Perubahan pada system reproduksi 1. Uterus Ukuran : untuk akomodasi pertumbuhan janin rahim membesar akibat hipertrofi otot polos rahim. Ukuran pada kehamilan cukup bulan 30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 400cc. Berat : berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 g menjadi 1000g pada akhir kehamilan (40 pekan) Posisi rahim dalam kehamilan : - Pada permulaan kehamilan dalam letak antefleksi atau rotro fleksi - Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis setelah itu mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. - Vaskularisasi : pembuluh darah balik (vena) mengembang dan bertambah - Cervik uteri : servik bertambah vaskuarisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut tanda Godell. Ismus menjadi hipertropi sehingga ismus menjadi panjang dan lunak, ini terjadi pada hamil muda. Tanda ini disebut tanda hegar. 2. Ovarium Ovulasi berhenti Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya cirri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone. 3. Vagina dan Vulva Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva. Akibat hiper vaskualrisasi vagina dan vulva lebih merah / kebiruan warna livid pada vagina dan portio servik disebut tanda Chadwick. 4. Payudara (mammae) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat teraba nodus- nodus akibat hipertrofi kelanjar alveoli bayangan vena-vena lebih membiru hiper pigmentasi pada putting susu dan areola payudara.

8

5.

Dinding perut Pembesaran rahim menimbulkan peregangan & menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit sehingga timbul striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya disebut linia nigra.

J.

Perubahan pada organ dan system lainnya 1. System sirkulasi darah Volume darah akan bertambah kira-kira 25 %,dengan puncak kehamilan 32 minggu. Protein darah akan menurun dalam triwulan pertama dan baru meningkat perlahan-lahan pada akhir kehamilan Hitung jenis dan hemoglobin akan menjadi lebih rendah

2. Saluran pernafasan Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan nafas pendek. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tidak leluasa bergerak

3. Saluran pencernaan Saliva meningkat pada trimester pertama, mengeluh mual dan muntah tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan, resorbsi makanan baik, namun menimbulkan obstipasi.

4. Tulang dan gigi Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligament-legamen melunak (softening). Apabila pemberian maknan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, maka kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akan memenuhi kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium.

9

4. Kulit Muka : cloasma gravidarum Payudara : putting susu & areoal payudara Perut : linia nigra dan strie

K.

Metabolisme

1. Tingkat metabolic basal (basal metabolic rate, BMR) pada wanita hamil meninggi hingga 15%-20%, terutama pada trimester akhir. 2. Keseimbangan asam alkali (acid bace balance) sedikit mengalami perubahan. 3. Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi. 4. Hindari arang, seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering kencing dan kadang kala dijumpai glukosa suria yang mengingatkan kita pada diabetes militus. 5. Metabolisme lemah juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai 350mg/lebih per 100 cc. 6. Metabolisme mineral - Kalsium : dibutuhkan rata-rata 1,5 g sehari - Fosfat : dibutuhkan rata-rata 2 g/hari - Zat bezi : dibutuhkan tambahan zat bezi kurang lebih 800 mg/30- 50 per hari - Air : wanita hamil cenderung mengalami ratensi air 7. Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg 8. Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi 9. Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein

10

BAB II PEMERIKSAAN KLINIS

A. ANAMNESIS

Untuk

mendapatkan informasi

terinci

mengenai

riwayat

obstetric

sebelumnya, apabila ada, sangatlah penting karena banyak penyulit yang terjadi pada kehamilan sebelumnya cenderung kambuh pada kehamilan berikutnya. 1. Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama, alamat untuk mengidentifikasi / mengenal pasien dan mengetahui status sosial ekonomi untuk menentukan anjuran / pengobatan yang akan diberikan serta penentuan prognosa kehamilan setelah mengetahui umur pasien 2. 3. Keluhan keluhan yang muncul pada pemeriksaan Riwayat menstruasi menarche, teratur / tidak, lamanya, banyaknya darah, nyeri +/- untuk menilai faal alat kandungan HPHT / hari pertama haid terakhir penentuan taksiran partus dengan hukum Naegele : (tanggal + 7) (bulan - 3) (tahun + 1) 4. Riwayat perkawinan kawin / tidak, berapa kali, berapa lama ( anak mahalkah? ) 5. Riwayat kehamilan sebelumnya perdarahan +/- , hiperemesis gravidarum +/- prognosa 6. Riwayat persalinan sebelumnya spontan / buatan, aterm +/-, perdarahan +/-, siapa yang menolong prognosa 7. Riwayat nifas sebelumnya demam +/-, perdarahan +/-, laktasi ? prognosa 8. 9. Riwayat anak yang lahir jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir Riwayat kehamilan sekarang kapan merasakan gerak anak, hamil muda ( mual, muntah, sakit kepala, perdarahan +/- ), hamil tua ( edema kaki / muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang ) 10. Riwayat penyakit keluarga penyakit keturunan +/- (DM, kelainan genetik), riwayat kembar, penyakit menular +/- (TBC)

11

11. Riwayat kontrasepsi pakai +/-, metodenya ?, jenisnya, berapa lama, efek samping

B.

PEMERIKSAAN FISIK Meliputi pemeriksaan tanda vital, yaitu tekanan darah, nadi, respirasi dan

suhu. Pemeriksaan fisik lengkap dari kepala sampai ujung kaki untuk menemukan apakah ada kelainan, termasuk status gizi, tinggi dan berat badan. Dan pemeriksaan tanda tanda kehamilan meliputi wajah, dada, abdomen dan genetalia eksterna dan interna serta pemeriksaan panggul. Inspeksi : Muka chloasma gravidarum, edema +/Mata conjungtiva anemis +/-, sklera ikterik +/Mulut gusi dan gigi Leher JVP, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe +/-, Mammae bentuk, simetris, pembesaran, puting susu melebar, areola hiperpigmentasi, vaskular Abdomen membesar, pigmentasi linea alba dan striae, sikatriks +/-, terlihat gerak anak +/Vulva perineum, varices +/-, flour albus +/Anus hemoroid +/Tungkai varices +/-, edema +/- (pretibial, ankle, punggung kaki), sikatriks +/-

12

Palpasi Abdomen (Leopold) Leopold I : pemeriksa berdiri menghadap ke pasien, kemudian dengan kedua tangan meraba dengan jari-jari untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus

Leopold II : posisi masih sama, pindahkan tangan ke samping. Tentukan dimana punggung anak terdapat pihak yang memberi rintangan terbesar kemudian carilah bagian bagian kecil yang terletak bertentangan

Pengukuran Tinggi Fundus Uterus Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis dapat memberi informasi yang bermanfaat. Jimenez dan rekan (1983) membuktikan bahwa antara minggu ke-20 sampai 31 tinggi fundus dalam sentimeter setara dengan usia gestasi dalam minggu. Quaranta dan rekan (1981) serta Calvert dan rekan (1982)

13

melaporkan pengamatan yang pada dasarnya serupa sampai gestasi 34 minggu. Sebelum melakukan pengukuran, kandung kemih harus dikosongkan. Leopold III : memakai 1 tangan saja, rabalah bagian terbawahnya dan tentukan apakah masih bisa digoyangkan untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah sudah / belum masuk pintu atas panggul.

Leopold IV : posisi pemeriksa menghadap kaki pasien, dengan kedua tangan tentukan apa yang menjadi bagian bawah dan apakah bagian ini sudah masuk kedalam PAP dan berapa masuknya

14

Pemeriksaan Genitalia : Pemeriksaan panggul secara klinis, yang dinilai : Conjugata diagonalis karena diameter transversa tidak dapat diukur langsung maka dicari diameter anteroposterior / conjugata diagonalis Cara : dengan jari tengah coba dicapai promontorium, kemudian tekan jaringan antara jari pemeriksa dengan ibu jari dan tandai. Jarak antara ujung jari yang masuk dengan tanda tadi itulah conjugata diagonalis.

Gb.1.Pelvimetri klinis (Sumber: Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, Ninth Edition)

Linea innominata teraba seluruhnya +/Sacrum konkaf dari arah atas bawah dan dari kiri ke kanan Dinding samping panggul lurus / konvergen Spina ischiadica menonjol +/Arcus pubis, menilai sudut. Normal > 90 Os. Coxigeus, menilai pergerakan

15

Pemeriksaan Inspekulo dan pemeriksaan dalam : Serviks dilihat dengan menggunakan speculum yang dilumasi oleh air hangat. Gambaran khas adalah hyperemia pasif berwarna merah-kebiruan pada serviks, tetapi gambaran ini saja tidak diagnostic untuk kehamilan. Mungkin tampak jelas kelenjer-kelenjar serviks yang berdilatasi, tersumbat, dan menonjol (disebut juga kista nabothian) di bawah mukosa eksoserviks. Apabila serviks mengalami dilatasi yang bermakna, dapat terlihat membrane janin melalui kanalis servikalis, yang paling tidak mengisyaratkan bahwa kemungkinan akan terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Kemudian, untuk meng-identifikasi kelainan sitologis dilakukan Pap smear dan dilakukan pengambilan specimen untuk identifikasi Neisseria gonorrhoeae dan mungkin Chlamydia trachomatis. Adanya duh mukoid putih dalam jumlah sedang merupakan hal yang normal. Adanya cairan kuning berbusa di vagina merupakan isyarat kuat adanya Trichomonas, sedangkan adanya duh seperti susu sesuai dengan infeksi kandida. Speculum dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan dalam panggul (vaginal touch) dengan palpasi, dengan perhatian khusus pada konsistensi, panjang, dan pembukaan serviks, bagian terbawah janin, terutama menjelang akhir kehamilan, pada arsitektur tulang-tulang panggul, dan pada semua kelainan vagina dan perineum, termasuk sistokel, rektokel, dan perineum yang telah mengalami relaksasi atau robek. Vulva dan struktur-struktur di sekitarnya juga diinspeksi secara cermat. Semua lesi di serviks, vagina, dan vulva dievaluasi lebih lanjut dengan kolposkopi, biopsy, biakan. Regio perianal harus diinspeksi dan dilakukan pemeriksaan rectal touch untuk mengidentifikasi hemoroid dan lesi lain. Auskultasi Bunyi Jantung Janin Bunyi jantung janin dapat didengar pertama kali antara minggu ke-16 dan 19 apabila dilakukan dengan cermat menggunakan sebuah stetoskop janin DeLee. Kemampuan untuk mendengar bunyi jantung janin tanpa amplifikasi akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran pasien dan ketajaman pendengaran pemeriksa. Herbert dkk. (1987) melaporkan bahwa bunyi jantung

16

janin sudah dapat didengar pada minggu ke-20 pada 80 persen wanita. Pada minggu ke-21, bunyi jantung janin sudah terdengar pada 95 persen, dan pada minggu ke-22 pada semua wanita hamil.

17

BAB III PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan hematologik dapat untuk semua tujuan praktis, terbatas pada penentuan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit. Hitung sel darah putih dan diferensial dapat mengenali kasus jarang leukemia yang terjadi selama kehamilan jika terdapat kecurigaan klinik. Urinalisis Pemeriksaan urin midstream dan dilakukan pemeriksaan berikut : 1. Analisis adanya glukosa, keton, protein 2. pemeriksaan mikroskopik atas sedimen 3. Biakan kuantitatif atau penyaringan biokimia untuk adanya basiluria Golongan Darah, Faktor Rhesus dan Penyaringan Antibodi Setiap wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah, faktor rhesus dan penyaringan antibodi yang dilakukan pada kunjungan prenatal yang pertama. Kalau ditemukan pada suatu penyaringan positif, antibodi yang ada dapat dikenali dan pasien ditangani dengan tepat. Penyaringan Glukosa Penyaringan glukosa untuk diabetes gestasional terbaik dilakukan antara 24 dan 28 minggu kehamilan, bila kebutuhan insulin maksimal. Setiap pasaien dengan satu faktor resiko atau lebih (tabel 1) harus menjalani penyaringan pada kunjungan pertama kalau kunjungannya sebelum 24 minggu.

18

Tabel 1 Faktor resiko untuk Diabetes Melitus Umur 25 tahun atau lebih Obesitas Riwayat keluarga DM Bayi yang sebelumnya berbobot >4000 mg Bayi lahir mati yang sebelumnya Bayi cacat bawaan yang sebelumnya Polihidramnion Riwayat aborsi berulang (Sumber: William Obstetrics 23nd edition)

Uji alfa-fetoprotein serum Pada setiap wanita hamil sebaiknya diperiksa ketersediaan uji alfafetoprotein serum jika ada indikasi. Pemeriksaan ini, yang dapat meramalkan cacat tabung saraf terbuka, terbaik dilakukan dilakukan antara 16 dan 20 minggu. Pemeriksaan HIV-AIDS dan antigen permukaan Hepatitis B (HbsAg) HIV sangat mematikan bagi ibu dan janin, bahkan membahayakan pemeriksa. Ibu dengan antigen (HbsAg +),maka bayinya mempunyai 70-90% resiko terkena hepatitis B dan 85-90% risiko untuk menjadi pembawa HBV yang kronis. Ultrasonografi Ultrasonografi kini merupakan bagian terintegrasi dari perawatan antenatal di dunia Barat dan di banyak negara berkembang. Metode ini telah mengubah perawatan antenatal yang semula hanya bersifat menerka-nerka usia gestasi menjadi pengetahuan yang akurat tentang usia kehamilan sejak usia 7 hari, serta mampu mencatat perkembangan janin, khususnya bila dicurigai terdapat retardasi pertumbuhan janin. Ukuran-ukuran utama yang digunakan

untuk memantau pertumbuhan adalah diameter biparietal, lingkar perut, rasio lingkar kepala: lingkar perut, dan panjang femur.

19

Selain

itu,

ultrasonografi

juga

merupakan

alat

penting

dalam

mendiagnosis abnormalitas janin. Ultrasonografi

juga telah memudahkan

diagnosis kehamilan multiple pada awal kehamilan .Perkembangan komplikasi dalam masa kehamilan dini juga dapat dikenali dengan bantuan ultrasonografi. Amniosentesis Amniosentesis adalah tindakan pengambilan sampel cairan ketuban (likuor amnii) untuk diagnosis antenatal abnormalitas kromosom dan

abnormalitas biokimia lewat pemeriksaan sel-sel janin yang terlepas serta cairan ketuban itu sendiri. Amniosentesis biasanya dikerjakan setelah kehamilan 16 minggu sehingga kehilangan cairan yang diaspirasi tidak akan mengubah volume rongga uterus secara bermakna, yang dapat menimbulkan kontraksi uterus. Pelaksanaan amniosentesis pada trimester kedua kehamilan akan memperkecil kemungkinan pencederaan janin karena banyaknya cairan ketuban pada stadium ini. Meskipun demikian, para penyelidik tengah berusaha menilai keuntungan dari dilakukannya prosedur ini pada waktu yang lebih dini, seperti setelah kehamilan 12 minggu. Penelitian yang lebih luas masih diperlukan untuk menilai keuntungan dan keamanan komperatif tindakan ini. Chorionic villus sampling (CVS) Pengambilan sampel vilus korion (CVS, chorionic villus sampling). memungkinkan pembiakan sel yang sedang membelah secara aktif, berbeda dari sel lepasan pada amniosentesis, dan seandainya didapatkan abnormalitas, pengakhiran kehamilan dapat dilakukan pada tahap yang relatif dini. Meskipun demikian, CVS membawa 2-3% resiko kematian janin sehubungan dengan prosedur, suatu angka yang lebih tinggi daripada resiko amniosentesis. Potensi pertumbuhan vili korion memfasilitasi penentuan kariotipe secara relatif cepat, yaitu dalam 3-4 hari. Kemungkinan untuk memperoleh populasi sel yang lebih besar (lebih besar pada CVS daripada amniosentesis) juga memperbesar kemungkinan teknik-teknik biokimia mampu mendeteksi kelainan metabolisme bawaan dan gangguan herediter serius lain.

20

Dahulu, CVS dilakukan melalui rute transervikal. Namun, tingginya angka komplikasi serta kesulitan relatif teknik ini membuka jalan bagi teknik transabdominal: jarum 19-20 G tidak diarahkan pada pool cairan ketuban, melainkan pada plasenta dengan bimbingan ultrasonografi real-time. Dengan demikian, pada dasarnya operasi ini serupa dengan amniosentesis. Resiko lain CVS jika dilakukan pada kehamilan kurang dari 10 minggu adalah insiden defek ekstremitas yang lebih besar, tetapi mekanisme pasti untuk hal ini tidak diketahui. Masalah lain dalam menginterprestasikan hasil biakan vili korion adalah insiden tinggi bentuk moasik, yang dapat disalahartikan sebagai abnormalitas kariotipe janin. Dalam hal ini, diperlukan konfirmasi dengan amniosentesis. Oleh karena itu, ahli kebidanan banyak yang bergerak ke arah amniosentesis dini, pada 12-14 minggu, jika penentuan kariotipe janin merupakan satu-satunya uji yang diperlukan. Fetoskopi Teknik ini telah digunakan untuk mendiagnosis malformasi-malformasi kecil pada janin, seperti sumbing wajah atau cacat jari pada keluarga yang memiliki resiko menderita sindrom genetik spesifik dan sebagai penuntun visual pada pengambilan contoh darah janin, biopsi hati, dan kulit.

Gb.8. Fetoskopi ( Sumber : Atlas teknik kebidanan, edisi 2)

21

Kordosintesis Teknik ini kini telah mengungguli fetoskopi dalam pengambilan sampel darah janin dan transfuse darah janin. Selain digunakan untuk diagnosis prenatal gangguan darah herediter seperti hemofilia, kordosintesis juga digunakan untuk diagnosis infeksi janin akibat prosedur ini kurang dari 1% (Nicolaides & Soothill, 1989).

Gb.9. Kordosintesis ( Sumber : Atlas teknik kebidanan, edisi 2)

22

PEMERIKSAAN TAMBAHAN SESUAI INDIKASI Pemeriksaan Chalmydia Trachomatis Pemeriksaan universal untuk mendeteksi infeksi klamidia terhadap semua wanita hamil tidak dianjurkan (American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists, 1997). Pada wanita beresiko tinggi dari status sosioekonomi lemah, infeksi pada usia gestasi 24 minggu berkaitan dengan peningkatan insiden persalinan prematur sebanyak dua sampai tiga kali lipat (Andrews dkk., 2000). Pemeriksaan Vaginosis Bakterialis Pemeriksaan penapis rutin untuk vaginosis bakterialis tidak dianjurkan (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1998). Carey dkk. (2000), dalam sebuah studi yang disponsori oleh National Institute of Child Health and Human Development, mengambil 1953 wanita secara acak dari populasi obstetric umum dengan vaginosis bakterialis asimtomatik untuk mendapat metronidazol dosis 2 g atau placebo pada gestasi 16 sampai 24 minggu. Terpai tidak mengurangi persalinan prematur. Pada uji klinis yang sama, terapi metronidazol meningkatkan resiko persalinan prematur pada wanita dengan infeksi trikomonas asimtomatik (Carey dkk., 2000). Penapisan untuk vaginosis bakterialis dapat dipertimbangkan pada wanita yang beresiko tinggi mengalami persalinan prematur. Pemeriksaan Fibronektin Janin Pengukuran protein ini dalam cairan vagina pernah digunakan untuk memperkirakan persalinan prematur pada wanita dengan kontraksi. Committee on Obstetric Practice dari American College of Obstetricians and Gynecologists (1997a) tidak merekomendasikan penipisan rutin pada populasi obstetrik umum. Pemeriksaan Streptokokus Grup B Eradikasi organisme ini selama persalinan secara substansial

mengurangi sepsis neonotorum awitan dini. Namun, saat ini belum ada konsensus yang jelas mengenai penapisan biakan untuk kolonisasi streptokokus.

23

American College of Obstetricians and Gynecologists Committee on Obstetrics (1996) dan Centers for Disease Control and Prevention (1996) menganjurkan salah satu dari dua strategi. Yang pertama adalah mengobati wanita dengan kemoprofilaksis semata-mata berdasarkan faktor resiko tanpa melakukan penipisan pembiakan. Yang kedua adalah melakukan penipisan biakan pada minggu ke-35 sampai 37, dan menawarkan terpai intrapartum dengan penisilin apabila biakan positif. Pemeriksaan antibodi rubella Penyaringan antibodi rubella harus dilakukan pada tiap pasien prenatal yang rentan atau yang statusnya tak dikenal.

24

BAB IV ANJURAN DAN SARAN

A. NUTRISI

Penelitian-penelitian yang bermanfaat tentang nutrisi pada kehamilan manusia sangat sulit dirancang. Pada tahun 1944-1945 terjadi kekurangan gizi di daerah eropa yang menyebabkan angka median berat lahir bayi menurun sekitar 250 gram dan meningkat lagi setelah makanan tersedia. Namun, angka kematian perinatal tidak berubah,demikian pulainsiden malformasi tidak meningkat secara bermakna. Bukti-bukti gangguan perkembangan otak dapat ditemukan pada sebagian janin hewan yang induknya mengalami kekurangan gizi berat. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan memang mempengaruhi berat lahir bayi. Abrams dan Laros (1986) mempelajari efek pertambahan berat badan ibu terhadap berat lahir pada 2946 kehamilan dengan persalinan aterm. Wanita yang beratnya kurang melahirkan bayi yang lebih kecil sedangkan yang sebaliknya berlaku pada wanita yang berat badannya berlebih. Rata-rata pertambahan berat badan ibu selam kehamilan adalah 15 kg. Penelitian Ventura dkk (2000), pada tahun 1998 sebagian besar wanita (64%) bertambah sekitar 12 kg ataulebih selama hamil. Median pertambahan berat badan adalah 14 kg. pasien yang berisiko paling besar melahirkan bayi BBLR ( 29) 28-40 25-35 15-25