caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudus
DESCRIPTION
ASKEB NEONATUS SMUH KUDUSTRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA
“IMUNISASI”
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan kedalam
tubuh/anak yang disebut antigen. Dalam tubuh antigen akan bereaksi dengan anti body sehingga
akan terjadi kekebalan. Juga vaksin yang dapat berlangsung menjadi racun terhadap kuman yang
disebut anti toksin.
Ada dua jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh bayi/anak:
1. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap
suatu penyakit tertentu, dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Kekebalan aktif
dapat dibagi dalam 2 jenis:
a. Kekebalan aktif alamiah, dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami/sembuh dari suatu penyakit, misalnya anak yang telah menderita campak setelah
sembuh tidak akan terserang campak lagi karena tubuhnya telah membuat zat penolak terhadap
penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif buatan, yaitu kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin ( imunisasi)
misalnya anak diberi vaksinasi BCG, DPT, Polio dan lainnya.
2. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi kekebalan
tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak, sehingga proses cepat tetapi tidak
bertahan lama.
Kekebalan pasif ml dapat terjadi dengan 2 cara:
a. Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak
lahir dan ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama ( kira -kira sekitar 5 bulan) misalnya
difteri, morbili dan tetanus.
b. Kekebalan pasif buatan, dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak.
Misalnya suntikan ATS
Janis vaksin yang digunakan di Indonesia banyak macamnya akan tetapi pada dasarnya vaksin
dibuat dari :
a. Vaksin kuman yang hidup dilemahkan seperti:
1) Virus campak dalam vaksin campak
2) Virus polio dalam sabin pada vaksin polio
3) Kuman TBC dalam vaksin BCG
b. Vaksin dan kuman yang di matikan seperti:
1) Bakteri pertusis dalam DPT
2) Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
c. Vaksin dan racun/toksin kuman yang dilemahkan :
1) Racun kuman seperti toxoid (TT), Diptheria, Toxoid dalam DPT
d. Vaksin yang terbuat dan protein khusus kuman seperti Hepatitis B
Tujuan dan pemberian imunisasi adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
b. Apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat
menimbulkan cacat atau kematian
Untuk mempergunakan vaksin, beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Persyaratan pemberian vaksin
1) Pada bayi dan anak sehat
· Pertahankan jarum sejajar dengan lengan anak dan lobang tetap menghadap keatas sehingga
hanya bagian atas jarum saja yang masuk kedalam kulit.
· Jangan menekan jarum terlalu lama dan jangan meregangkan ujung jarum menukik
· Letakkan ibu jari tangan kiri anda diatas ujung barel
· Pegang pangkal barel antara jari tengah dan doronglah pinston dengan ibu jari kanan anda
· Setelah vaksin habis jarumnya dicabut
· Bila vaksinasi BCG tepat maka akan timbul benjolan yang kulit mendatar dengan kulit
kelihatan pucat dan pori-pori jelas.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk vaksin BCG
a. Pelarut yang akan digunakan harus pada suhu 0-8 derajat celcius
b. Suntikan didalam kulit (intra kutan)
c. Satu jarum dan, semprit untuk setiap suntikan.
d. Sisa vaksin BCG yang sudah dilarutkan dan tidak digunakan harus dibuang
b. Vaksin DPT (Difteri, pertusis. Tetanus)
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberi kekebalan aktif yang bersamaan
terhadap penyakit Difteni, pertusis dan tetanus. Vaksin pertusis terbuat dan kuman Bordetella
pertusis yang telah dimatikan, dikemaskan dengan vaksin difteria dan tetanus.
Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu:
1) Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toxoid tetanus, kuman tetanus yang telah
dilemahkan ada 3 macam:
a) Kemasan tunggal (TT)
b) Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
c) Kemasan dengan vaksin dipteri dan tetanus pertusis (DPT)
2) Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif yaitu ATS
Jadwal pemberian:
1) Pada bayi umur antara 2-11 bulan sebanyak 3 kali suntikan dengan selang 4 minggu secara IM
atau sub kutan.
2) Imunisasi ulang lainnya diberikan setelah umur 1,5-2 tahun
3) Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun
4) Diulang lagi pada umur 10 tahun
Anak yang telah mendapat DPT pada waktu bayi diberikan DT satu kali saja dengan 0,5
cc dengan cara intra muskuler, dan yang tidak mendapat DPT pada waktu bayi diberi, DT
sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu dosis 0,5 cc secara intra muskuler. Apabila hal ini
meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada waktu bayi maka akan tetap diberikan 2 kali
suntikan. Bila bayi mempunyai riwayat kejang sebaiknya DPT diganti dengan DT dengan cara
pemberian yang sama dengan DPT.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah pemberian imunisasi adalah demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan selama 1-2 hari, Kadang-kadang reaksi
lebih berat seperti demam tinggi dan kejang. Hal ini biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya.
Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi DPT adalah:
1) Vaksin difteri 80-95 %
2) Vaksin pertusis 50-60 %
3) Vaksin tetanus 90-95 %
Kontra Indikasi:
1) Anak sedang sakit
2) Riwayat kejang bila demam
3) Panas tinggi
4) Penyakit gangguan kekebalan
Untuk pemberian vaksin DPT yang dipersiapkan adalah:
1) Menyiapkan vaksin DPT
a) Sebelum membuka vaksin lihatlah terlebih dahulu labelnya
b) Kocok terlebih dahulu flakonya sehingga endapan tercampur
Cara mengisi semprit DPT
a) Buka tutup metal dengan menggunakan gergaji ampul
b) Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah
c) Ambil spuit 2 cc
d) Pasangalah jarum DPT ke semprit
e) lsaplah udara kedalam spuit sebanyak 0,6 cc
f) Tusukkan jarum kedalam flakon melalui tutup karet
g) Masukkan udara kedalam flakon dan isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc kedalam semprit.
h) Cabut jarum kedalam flakon, semprit ditagak luruskan keatas untuk melihat gelembung udara,
apabila ada gelembung ketuklah pelan -pelan supaya gelembung naik keatas, lalu dorong pinston
sampai ukuran 0,5 cc.
i) Gunakan satu semprit steril dan satu jarum untuk setiap satu suntikan
c) Mengatur posisi bayi
a) Bayi dipangku oleh ibunya
b) Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan kiri
bayi
c) Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu
d) Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
d) Cara penyuntikan
1) Tempat yang paling baik untuk suntikan adalah bagian paha sebelah luar
2) Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik
3) Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu hari
4) Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah
5) Tusukkan jarum tegak lurus kebawah melalui kulit antara jari anda sampah kedalam otot
6) Tarik pinston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh darah
7) Dorong pangkal pinston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
8) Cabut jarumnya
e) Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Pemberian tiga kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu secara IM
b. Vaksin yang digunakan jangan sampai beku
c. Sisa vaksin yang sudah dibuka harus dibuang
c. Vaksin polio
Tujuan pemberian vaksin polio adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomeilitis.
Vaksin polio terdapat dalam 2 kemasan:
1) Vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (vaksin Salk) yang cara
pemberiannya dengan suntikan
2) Vaksin yang mengandung virus polio yang masih hidup yang telah dilemahkan ( virus cabin )
cara pemberiannya melalui oral/ mulut dalam bentuk cairan dan pill.
Jadwal pemberian vaksinasi polio:
1) Pada bayi umur 2-11 bulan diberi sebanyak 3 kali pemberian dengan dosis 2 tetes dengan
interval 4 minggu
2) Pemberian ulangan pada umur 1,5-2 tahun
3) Menjelang umur 5 tahun
4) Pada umur 10 tahun
Kekebalan yang diperoleh dan vaksinasi polio 45-100 % Kontra indikasi:
1) Diare berat
2) Anak sakit parah
3) Anak menderita defisiensi kekebalan
Hal-hal yang harus dilakukan pada pemberian imunisasi polio:
1) Menyiapkan vaksin polio
a. Bukalah tutup metal dan tutup karet
b. Pasanglah plastik pada flakon
c. Vaksin polio siap diberikan
2) Mengatur posisi bayi dan cara pemberian vaksin
a) Ibu disuruh menelentangkan bayinya di atas pangkuannya dan memeganginya dengan erat.
b) Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua pipi sehingga mulut
terbuka
c) Teteskan vaksin polio langsung dan pipet ke dalam mulut anak sebanyak 2 tetes
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Dosis 2 tetes sebanyak 3 kali pemberian dengan selang 4 minggu
b. Buangah sisa vaksin yang telah dipakai di lapangan.
d. Vaksin Campak
Tujuan pemberian vaksin campak adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit campak. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang sudah dilemahkan.
Vaksin campak yang digunakan di Indonesia dapat diperoleh dalam kemasan kering tunggal
dikombinasikan dengan vaksin gondongan mumps dan Rubella (campak Jerman). Di Amerika
dikenal dengan nama MMR (Meastes,Mumps, Rubella).
Jadwal pemberian vaksin campak adalah pada umur 9-11 bulan dengan satu kali pemberi
dengan dosis 0,5 cc dengan suntikan subculan. Apabila pemberian vaksin campak kurang dari 9
bulan harus diulangi pada umur 15 bulan.
Kekebalan yang diperoleh pada pemberian vaksinasi campak sekitar 96-99 %. Sedangkan
reaksi yang timbul tidak ada, mungkin hanya demam ringan dan nampak sedikit merah pada pipi,
di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, mungkin Juga pembengkakan pada
tempat penyuntikan. Efek samping sangat jarang mungkin terjadi kejang yang ringan dan tidak
berbahaya hari 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak (Ensefalitis/Ensepalopati)
30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini jarang terjadi (1:1.000.000 orang), Kontra indikasi
pada pemberian vaksinasi campak adalah anak yang sakit parah , menderita TBC tanpa
pengobatan, defisiensi gizi dalam derajat berat defisiensi kekebalan demam yang lebih 38 derajat
celcius. Anak yang mempunyai riwayat kejang diberikan dengan pengawasan dokter.
Hal-hal yang harus dilakukan pada pemberian vaksinasi campak adalah:
1) Cara Melarutkan vaksin campak
a) Cek Label flakon vaksin berapa cc yang dibutuhkan
b) Ambillah sempnit 5 cc dengan jarum oplos yang steril
c) Semprit dan jarumnya hanya digunakan untuk oplos vaksin bukan untuk menyuntik
d) Buka amput/plakon pelarut yang diperlukan
e) Sedot pelarut ke dalam sempnit
f) Bersihkan tutup flakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut dalam vaksin campak
g) Kocoklah sampai vaksin benar-benar telah bercampur.
2) Mengatur posisi bayi
a) Dudukkan bayi di pangkuan ibunya
b) Lengan kanan bayi dilipat di ketiak ibunya
c) Ibu menopang kepala bayi
d) Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi
3) Mengisi Semprit
a. Ambil Semprit 1 cc yang telah sedia dengan jarumnya ukuran no 23, gunakan jarum yang sama
untuk mengisi semprit dan menyuntik anak.
b. Bersihkan tutup karet flkon yang akan digunakan dengan kapas basah.
c. Isap 0,6 cc vaksin ke dalam sempnit
d. Semprit ditegak luruskan ke atas untuk melihat gelembung udara apabila ada.
e. Gelembung udara diketok-ketok pelan sehingga gelembung naik ke atas, lalu dorong pinston
agar udara keluar. Vaksin segera disuntikkan kepada anak
4) Cara penyuntikkan vaksin campak.
a. Tempat yang akan disuntikkan adalah 1/3 lengan bagian atas.
b. Ambil sedikit kapas yang telah dibasahi dengan air bersih dan bersihkan tempat penyuntikan.
c. Jepitlah lengan yang akan di suntik dengan jari-jari tangan kiri.
d. Masukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 30 derajat terhadap lengan,
jangan memasukkan jarum terlalu dalam dan kontrol jarum nya dengan cara menarik pinstonnya
untuk meyakinkan jarum tidak mengenai pembuluh darah. Bila ada darah maka jarum nya
dicabut dan dipindahkan ke tempat lain.
e. Tekan pinstonnya perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.
f. Cabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan kapas basah untuk membersihkan kulit.
e. Tetanus
1. Upayah Departemen Kesehatan dan Kaos melaksanakan Program Eliminasi Tetanus
Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan
lama waktu perlindungan sebagai berikut:
a. Imunisasi DPT 3 x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toksoid tetanus pada
bayi dihitung setara dengan 2 dosis toksoid pada anak yang lebih besar atau dewasa.
b. Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu
sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara
dengan 3 dosis pada dewasa.
c. Toksoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia masuk sekolah, akan memperpanjang
imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 dosis toksoid tetanus pada anak
dihitung setara dengan 4 dosis toksoid dewasa.
d. Toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau dT) akan
memperpanjang imunitas 2 tahun lagi. Dengan 6 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara
dengan 4 dosis toksoid pada dewasa.
e. Jadi PPI merekomendasikan tetanus toksoid (DPT,DT,TT) 5x untuk memberikan perlindungan
seumur hidup sehingga Wanita Usia Subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap bayi yang
dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
2. Maka, upaya mencapai target ETN dengan pemberian tetanus toksoid 5x sasaran pada bayi dan
anak sekolah melalui kegiatan BIAS. Program BIAS dilaksanakan secara bertahap dengan
jadwal.
3. Dosis TT 0,5 ml diberikan secara intramuscular
Tabel 11-1. Program BIAS di Indonesia tahun 1998-2001
SD Kelas 19981999 2000
2001 dstRutin Khusus Rutin khusus
1 DT DT DT Capak DT+ Campak
2 TT TT TT Capak + Polio TT
3 TT TT Polio TT Capak+ Polio TT
4 TT TT Polio TT Capak + Polio
5 TT TT Polio TT Capak + Polio
6 TT TT Polio TT Capak + Polio
Imunisasi yang dianjurkan di Indonesia
1. MMR (measles/campak, mumps/parotitis, rubella/campak Jerman )
2. Hib ( haemophilus influenzae b)
3. Demam tifoid
4. Hepatitis A
Ad 1. MMR (measles, mumps, and rubella)
Adalah vaksin kombinasi antara vaksin campak, parotitis, dan rubella.
Vaksin Parotitis adalah suatu vaksin virus hidup yang dilemahkan dengan ditumbuhkan kultur
set embrio ayam merupakan penyebab terbanyak dan penyakit ensefalitis. Vaksin ini harus
disimpan pada suhu dingin 5-8 oC.
Efek samping vaksin parotitis biasanya berupa pembengkakan kelenjar liur yang timbul 10-14
hari setelah vaksinasi.
Vaksin Rubella adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan dan ditumbuhkan pada set-diploid
manusia. Vaksin rubella dapat diberikan tersendiri atau dikombinasikan sebagai vaksin MMR
merupakan penyakit infeksi ringan, vaksin ini juga harus disimpan pada suhu 5-8 OC.
Efek samping pasca vaksinasi biasanya sangat ringan seperti terinfeksi rubella ringan yaitu
demam ringan, nyeri tenggorokan, pusing ruam dan pembengkakan kelenjar.
Ad 2. Vaksin Haemophilus influenzae tipe b ( Hib)
Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab meningitis dan berbagai infeksi serius
mengancam jiwa, seperti pneumonia, epiglotitis dan sepsis pada bayi dan anak. Vaksin ini
diberikan dengan jadual tiga dosis pada bayi ( bersama dengan DPT), ditambah satu dosis
booster pada umur 12 — 18 bulan Sekarang teresdia pula vaksin konjugasi kombinasi DPT-Hib
Efektifitas vaksin Hib sekitar 95 % dan relatif aman meskipun menimbulkan reaksi lokal
berupa rasa nyeri dan kemerahan pada sekitar 5-15 % bayi.
Ad 3. Vaksin Tyfoid
Demam tifoid setiap tahun menyebabkan 560.000 kematian secara global. Insiden demam
tifoid tertinggi pada umur 5-19 tahun sehingga diperlukan vaksin yang dapat memberikan
imunitas sebelum usia sekolah.
Vaksin oral tifoid hidup mengandung strain Salmonella typhi yang dilemahkan,
Pemberian vaksin ini setelah umur 6 tahun dan dikemas dalam tiga dosis dengan interval selang
sehari (hari l, 3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.
d 4. Vaksin Varisela
Vaksin varisela adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan. Diberikan 2 kali pada anak
umur 10-12 tahun yang belum terjangkit varisela dengan interval satu bulan. Efektifitasnya
sekitar 80 %.
ad 5 Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A adalah vaksin virus hepatitis A yang sudah diinakktivasi. Vaksin ini
dianjurkan diberikan di daerah dengan pajanan rendah pada umur lebih dan 2 tahun. lmunisasi
dasar diberikan 3 kali dengan interval 4 minggu dan dosis 360 u.
Jadwal Imunisasi Tidak Teratur
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin
yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan
respon imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mencapai hasil yang optimal.
Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena belum mendapat
imunisasi lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang
perlindungan (protective level) atau belum mencapai kadar antibodi yang memberikan
perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity) sebagaimana bila imunisasi
nya lengkap. Dengan demikian kita harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan
imunisasi yang belum selesai.
1. Vaksin satu kali atau vaksin dengan daya lindung panjang.
Untuk vaksin yang diberikan hanya satu kali saja atau vaksin yang daya perlindungan nya
panjang seperti vaksin BCG, campak, MMR, typhim dan varilix, maka keterlambatan dari jadwal
imunisasi yang sudah disepakati akan mengakibatkan meningkatkan resiko tertular oleh penyakit
yang ingin dihindari. Setelah vaksin diberikan maka resiko terkena penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin tersebut akan hilang atau rendah sekali, bahkan usia yang lebih tua saat menerima
vaksin akan menghasilkan kadar antibodi yang cukup baik karena sistem imunitas tubuhnya
sudah sering matang.
2. Belum pernah mendapat imunisasi
Anak yang belum pernah mendapat imunisasi terhadap penyakit tertentu, tidak
mempunyai antibodi yang cukup untuk menghadapi penyakit tersebut. Apabila usia anak sudah
berada di luar jadwal imunisasi dan dia belum pernah diimunisasi maka imunisasi harus
diberikan kapan saja pada umur berapa saja sebelum anak terkena penyakit tersebut, karena dia
sangat sedikit atau sama sekali belum punya antibodi.
3. Imunisasi multidosis dengan interval tertentu
Untuk vaksin yang harus diberikan beberapa kali dengan interval waktu tertentu agar
kadar antibodi yang diinginkan tercapai (diatas ambang pencegahan) seperti vaksin DPT, polio,
hepatitis B dan Hib, keterlambatan atau memanjang nya interval tidak mempengaruhi respons
imunologis dalam membentuk antibodi. Jumlah pemberian imunisasi tetap harus dilengkapi
upaya kadar ambang pencegahan bisa dicapai dan anak terlindung dari penyakit. Keterlambatan
akan menunda tercapainya ambang kadar antibodi yang memberikan perlindungan.
Terdapat beberapa jenis vaksin (umumnya vaksin mati) dengan daya perlindungan
terbatas sampai kurun waktu tertentu, membutuhkan imunisasi ulangan untuk meningkatkan lagi
kadar antibodi. Untuk jenis vaksin ini bila sudah waktunya harus dilakukan ulangan. Bila
ulangan terlambat atau tidak dilakukan, maka kadar antibodi yang sudah rendah tersebut
terutama anak-anak yang tidak pernah mendapat infeksi alamiah (yang merupakan imunisasi
alamiah) akan meningkatkan resiko terkena penyakit yang ingin dicegah.
4. Status imunisasi tidak diketahui atau meragukan
Anak yang mempunyai status imunisasi yang tidak diketahui atau meragukan misalnya
dokumentasi imunisasi yang buruk atau hilang, menyebabkan ketidak pastian tentang imunisasi
mana yang sudah dan belum diberikan. Pada keadaan ini, anak harus dianggap
rentan (susceptible) dan harus diberikan imunisasi yang diperkirakan belum didapat. Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa pemberian vaksin MMR, varisela, Hib, hepatitis B, campak,
DPT atau polio akan merugikan penerima yang sudah imun.
Vaksin Rekomendasi bila imunisasi terlambat
BCG Usia < 12 bulan, boleh diberikan kapan saja Usia> 12 bulan, imunisasi kapan saja, dosis vaksin 0,1 ml
intrakutan
DTPw atau
DTPn
Bila dimulai dengan DTPw boleh dilanjutkan dengan DTPa Berikan Td pada anak ≥ 7 tahun, jangan DTPw atau DTPa apabila
vaksin tersedia. Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal tetapi
Ianjutkan dan Lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun waktu/interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
Bila belum pernah imunisasi dasar pada usia < 12 bulan, ini diberikan sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnya.
Bila pemberian ke-4 sebelum ulang tahun ke 4, maka pemberian 5 secepat-cepatnya 6 bulan sesudahnya.
Bila pemberian ke 4 setelah umur 4 tahun, maka pemberian ke 5 tidak, perlu lagi.
Polio Oral Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal tetapi
lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli
berapapun jarak waktu/interval keterlambatan dan pemberian
sebelumnya.
Campak Usia antara 9-12 bulan, berikan kapan saja saat bertemu. Usia anak 1 tahun/lebih, berikan MMR Bila sampai dengan umur 12 bulan belum dapat vaksin campak,
MMR. Bisa diberikan kapan saja setelah berumur 1 tahun
Hepatitis B Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dan awal, tetapi Ianjutkan. dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu/interval dan pemberian sebelumnya.
Anak dan remaja yang belum pernah imunisasi hepatitis B kapan saja. Saat berkunjung.
Hib Usia saat ini Riwayat imunisasi Rekomendasi imunisasi
7-1 bln 1 dosis 1 x usia 7-11 bulan 2 bln
Atau usia 12-15 bln
12-14 bln 2 dosis sebelum usia
12 bulan
Berikan 1 dosis
12-14 bln 1 dosis sebelum usia
12 bulan
Belikan 2 dosis
Interval 2 bln
15-59 bln Jadwal tidak lengkapBerikan 1 dosis
1. Rekomendasi umum
Di bawa ini adalah pedoman umum untuk dan harus disesuaikan dengan kebijakan nasional yang
ada
a. Beri vaksinasi bayi terhadap TBS ( jika prevalensi tinggi), poliomyelitis dan hepatitis B.
b. Beri imunisasi sesuai pedoman berikut, tanpa memandang apakah bayi:
1) Kecil (berat lahir kurang 2500 g atau umur kehamilan kurang 37 minggu). Berikan imunisasi
pada usia seperti biasa, (gunakan usia kronologik dan bukan usia koreksi) dan jangan
mengurangi dosis vaksin.
2) Telah dirawat sebelum jangka waktu yang lama. Jika bayi masih di rumah sakit pada usia 60
hari, lengkapi satu rangkaian imunisasi (dijelaskan di bawah) dan juga berikan dtp 0,5 ml IM
pada pada di bagian atas, pada saat bayi dipulangkan dari rumah sakit.
3) Mempunyai kondisi neurologik yang stabil secara klinik (misalnya trauma otak)
4) Dilahirkan dan HIV positif
5) Mendapat terapi antibiotika
6) Mengalami ikterus
c. Pastikan memakai semprit dari jarum yang baru dan steril untuk imunisasi bagi setiap bayi.
Tuberkulosis (vaksin OCO)
Pada negara dengan prevalensi TBC yang tinggi, seperti Indonesia, berikan imunisasi BCG ;
segera mungkin setelah lahir, tapi:
a) Jika bayi sakit, berikan imunisasi setelah bayi sembuh dan tepat sebelum dipulangkan dari
rumah sakit.
b) Jika ibu bayi menderita TBC paru aktif dan telah diobati selama kurang 2 bulan sebelum
kelahiran bayi atau didiaknosis TBC setelah persalinan, lihat bab mengenai bayi barn lahir
dengan ibu menderita TBC.
Rangkuman
macam imunisasi:
1. BCG diberikan < 2 bulan
2. . Hepatitis B baru lahir 1 ,2,3
3. DPT diberikan 3 kali, 2-4 bulan, 3-5 bulan, 4-6 bulan
4. Tetanus
5. Polio 1 ,2,3
6. . Varisela
7. Hepatitis A