blok 12 up 1

Upload: monica-kuswandari-hadi-pertiwi

Post on 14-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    1/16

    TUGAS INDIVIDU

    BLOK 12

    UNIT PEMBELAJARAN 1

    Pemeriksaan Anjing

    Disusun Oleh :

    Monica Kuswandari H.P.

    11/315854/KH/7138

    Kelompok 1

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS GAJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    2/16

    A. Learning Objective

    1. Mengetahui prosedur pemeriksaan anjing secara legeartis

    2. Mengetahui obat yang digunakan untuk restrain secara kimiawi

    3. Mengetahui cara pengambilan sampel untuk mencegah hasil bias

    B. Pembahasan

    1. Prosedur pemeriksaan anjing secara legeartis

    a. Registrasi/ sinyalemen

    Registrasi yaitu: pencatatan data pemilik dan data dari pasien. Registrasi untuk

    klien meliputi pencatatan nama, alamat, dan nomor telepon klien. Registrasi untuk

    pasien meliputi breed (ras), sex (jenis kelamin), age (umur), dan specific pattern

    (tanda yang menciri) (B-S-A-S). Registrasi ditulis di sebuah kertas yang disebut

    ambulatoir, dimana masnig-masing spesies hewan berbeda-beda warnanya, sebagai

    contoh anjing dan kucing berwarna putih, sapi, hewan besar dan hewan eksotik

    berwarna pink dan unggas berwarna kuning (Lane & Coper, 2003).

    Materi lain untuk Registrasi antara lain Keterangan status vaksinasi dan

    keadaan kesehatan, keterangan tentang penyakit yang sedang diderita serta

    penanganan yang sudah dilakukan, alasan konsultasi, sejarah penyakit, hasil

    Pemeriksaan, hasil pemeriksaan tambahan (laboratorium, Rongent, Histopat dll).Diagnosis, Prognosis, dan terapi/pengobatannya, tindakan operasi dan rujukan

    Fungsi dari registrasi antara lain:

    Mengingatkan: terutama untuk pasien yang sudah pernah ditangani/diperiksa

    Komunikasi: terutama dengan kolega dalam hal rujukan

    Pengaturan: Data lebih tertata dan mudah untuk mencarinya

    Efesiensi: Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melihat riwayat seekor

    pasien

    Dokumentasi: contohnya untuk memonitor pasien yang dirujuk

    Setelah dilakukan registrasi barulah melakukan anamnesa

    (Boddie, 1962)

    b. Anamnesa

    Anamnesa merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan kunci

    mengenai keadaan pasien. Dokter hewan harus dapat memilah-milah mana yang

    relevan dan irelevan dari jawaban klien terhadap pertanyaan dokter hewan.

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    3/16

    Dengan anamnesa, dokter hewan dapat mengetahui informasi tentang

    gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, kejadian kejadian pada

    waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang diderita,

    keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, tetangga dsb.

    Sejarah dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre history, immediate history,

    danpost history.

    1) Prehistory. Merupakan cerita mengenai kejadian-kejadian sebelum terjadinya

    penyakit yang dikomplainkan klien. Misalnya saja penyakit yang dulu pernah

    diderita pasien, kehamilan yang dulu pernah dialami pasien (jika betina),

    komplikasi yang terjadi pada kehamilan yang terdahulu, mungkin juga penyakit

    yang pernah dialami teman bermain si anjing, cara pemberian makan, dan

    mungkin juga keadaan lingkungan tempat tinggal anjing.

    2) Immediate history. Merupakan sejarah sejak hewannya pertama kali

    menunjukkan gejala penyakit yang dikomplainkan oleh klien hingga saat pasien

    dibawa dan dirawat oleh dokter hewan. Di sini klien dapat menceritakan

    kemungkinan terjadinya penyakit pada klien menurut apa yang dilihatnya.

    3) Post History. Merupakan sejarah dimana hewan tersebut menunjukann gejala atau

    perubahan-perubahan setelah dirujuk ke dokter hewan lain atau dengan

    pemberian obat terlebih dahulu sebelum dirujuk ke dokter hewan.

    (Boddie, 1962)

    Riwayat penyakit atau anamnesis merupakan suatu riwayat penyakit yang baik

    dari hanya dapat diperoleh dari seorang pengamat yang baik. Seringkali pemilik

    hewan kurang dapat memberikan keterangan yang berguna disbanding dengan orang

    yang merawat hewan sehari-hari. Riwayat dapat pula bersifat tidak benar oleh

    karena riwayat tersebut munkun hendak digunakan untuk menutupi suatu kelainan

    atau menyembunikan suatu usaha-usaha pengobatan sebelunya sdengan alas an

    tersebut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus disusun ulang untuk

    meyakinkan persoalan-persoalan yang penting dalam pencacatan riwayat.

    (Aspinal, 2006)

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    4/16

    c. Handling dan Restrain

    Mengusai (restraint) dan menangani (handling) hewan yang dimaksudkan

    memiliki tujuan, misalnya untuk memberikan vaksinasi, merawat luka, memotong

    kuku, persiapan operasi, dan lain-lain. Upaya menguasai dan menangani hewan

    harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

    1) Perhitungan tujuan yang dikehendaki

    2) Teknik yang paling efisien, tidak menyebabkan hewan tersiksa, kesakitan atau

    membahayakan

    3) Kapan sebaiknya teknik terpillih itu dilaksanakan

    4) Siapa yang qualified melakukannya

    (Dharmojono, 2002)

    Beberapa cara handling pada anjing antara lain :

    a. Handling pada saat anjing dalam posisi duduk

    Lingkarkan satu tangan pada leher anjing untuk

    mencegah kepala anjing bergerak. Sedangkan

    tangan yang lain menahan bagian bawah anjing

    agar anjing tidak berdiri atau tidak berbaring.

    Anjing hendaknya didekatkan pada dada untuk

    mengurangi gerakan anjing (Crow, 2009).

    b. Handling pada saat anjing pada posisi berdiri

    Lingkarkan tangan pada leher anjing sedangkan

    tangan yang lain menahan pada bagian perut /

    abdomen. Anjing didekatkan pada dada untuk

    mengurangi gerakan (Crow, 2009).

    c.

    Handling pada saat anjing dalam posisi rebah lateral

    Kedua tangan menahan kaki depan dan kaki

    belakang anjing. Siku yang berdekatan digunakan

    untuk menahan leher untuk mengurangi gerakan

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    5/16

    (Crow, 2009).

    Teknik dan cara menguasai hewan yang paling umum dan memenuhi syarat-

    syarat yaitu:

    1) Secara fisik (Physical restraint)

    Dalam penguasaan secara fisik, harus sudah diperhitungkan: Perilaku khas

    hewan yang bersangkutan. Pengaruh psikis, cara dan teknik tersebut bagi hewan/

    spesies yang bersangkutan. Memilih dan mempersiapkan alat bantu untuk

    keperluan itu (kandang perangkap, tali, jarring, perisai dan lain-lain)

    Upaya-upaya penguasaan fisik

    Upaya mengurangi peran indera

    Upaya mempersempit atau membatasi gerakan

    Upaya dengan pelindung (barrier fisik)

    Kekuatan fisik pelaksana

    (Dharmojono, 2002)

    2) Secara farmakologik (Chemical restraint)

    Dengan ditemukannya obat-obatan yang mempunyai efek sedasi, muscle

    relaxant, transquilizer, anesthesia, maka teknik menguasai hewan mempunyai

    alternative. Teknik menguasai hewan dengan menggunakan obat-obatan disebut

    chemical restraint

    Obat-obatan yang dipakai untuk melakukan chemical restraint harus

    memenuhi syarat berikut:

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    6/16

    a) Mudah aplikasinya

    b) Aman bagi hewan

    c) Memberikan cukup waktu (durasi) bagi pelaksana

    d) Efek samping tidak ada atau minimal

    e) Ada antidotumnya (efek kebalikan)

    f) Dosisnya kecil, spektrumnya luas

    g) Stabil susunannya, tahan lama disimpan dan tahan terhdap keadaan lingkungan

    Chemical restraint per oral. Obat-obatan yang aplikasinya peroral umumnya

    bersifat sedative dan kurang memuaskan karena hal-hal berikut : Aplikasinya

    sendiri perlu akal dan membutuhkann waktu, Banyak yang tidak diabsorpsi atau

    malah dihancurkan di dalam alat pencernaan. Dosisnya berlipat ganda

    dibandingkan apabila disunikkan/ perparenteral (contohnya Phencyclidine HCl,

    Chlorpromazine, dan lain-lain). Banyak terbuang alias tidak ekonomis (misalnya,

    obat yang berupa semprot untuk primata) (Dharmojono. 2002).

    Chemical restrant perparenteral. Menyuntik obat per i.m. dapat cepat

    dilakukan dengan alat suntik (spuit) yang didesain khusus dengan handle. Alat

    suntik ini juga dilindungi dengan metal atau plastic untuk menghindari pecah

    (apabila dari gelas) bilamana terjadi kecelakaan (jatuh, ketendang, dan lain-lain).

    Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan chemical restraint

    1) Spesies hewan yang akan di handle

    2) Kondisi fisik hewan secara umum (kurus, gemuk,besar, kecil, anemia, dan

    lain-lain)

    3) Kondisi khusus, seperti umur, jenis kelamin, bunting, menyusui, dan lain-lain

    4) Status emosional, seperti ketakutan, eksitasi, agresivitas, dan lain-lain

    (Dharmojono, 2002)

    d. Pemeriksaan Umum

    1) Inspeksi

    Meliputi melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu. Inspeksi

    digunakan untuk mmeneliti adanya hal lain yang abnormal. Perhatikan ekspresi

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    7/16

    muka / temperamen, kondisi tubuh, pernapasan (frekuensi, cara pengambilan

    nafas, ritme dan suara suara abnormal tanpa melakukan pemeriksaan secara

    auskultasi, keadaan abdomen, posisi (berdiri/berbaring), sikap, langkah,

    permukaan tubuh, pengeluaran dan bau abnormal dari lubang-lubang pelepasan

    (hidung, mulut, anus, telinga, mata), adanya suara abnormal seperti batuk, bersin,

    ngorok, melenguh, menangis, flatus dan eruktasi.

    2) Pulsus dan nafas

    Pulsus pada hewan kecil dapat diraba: arteri femoralis (sebelah medial

    femur) dan lakukan penghitungan selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan

    dapat dilakukan selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus

    normal pada anjing: 76-148 kali/menit.

    Sementara frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak

    toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan tenang atau juga dapat

    dengan memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung. Untuk

    normalnya pada anjing: 24 42 kali/menit.

    3) Suhu tubuh

    Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelican (missal

    vaselin). Masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya

    terhenti ( 3 menit) dan hitung skalanya. Bila ada hal yang meragukan (misalnya

    radang anus local atau naus kendor), lakukan pada rongga mulut (rongga pipi)

    pada metode ini hasilnya supaya dikoreksi dengan menambahkan 0,5oC karena

    adanya evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing: 37,8oC 39,5oC.

    4) Selaput lendir

    Pemeriksaan terhadap selaput lendir dilakukan dengan metode

    adspeksi/inspeksi. Hal-hal yang diperhatikan meliputi warna, eksret, dan berbagai

    perubahan yang ada. Selain itu bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan kimiawi,

    mikroskopik, parasitologi, dan mikrobilogi terhadap eksret yang ada.

    Pemeriksaan selaput lendir meliputi :

    a) Mukosa hidung, pemeriksaan yang dilkukan adalah dengan melihat apakah

    terdapat kepucatan, leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi.

    Perubahan ini penting untuk identifikasi conjunctiva. Ulserasi pada mukosa

    hidung adalah karakteristik gejala klinik ingusan pada kuda (Boddie, 1962).

    b) Daerah mulut, pemeriksaan mulut dengan cara inspeksi membrane mukosa

    dan jaringan lain di dalam mulut, palpasi lidah dengan paksaan dan deteksi

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    8/16

    abnormalitas sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi,

    vesikel, penyakit pada lidah, pipi atau rahang atau trauma langsung pada

    mulut. Ulserasi mungkin dikarenakan gigi yang sudah tidak berfungsi, pada

    anjing dapat terjadi pada toksemia yang dikarenakan nephritis akut, infeksi

    lepstospira, dan defisiensi vitamin akut (Boddie, 1962).

    c) Daerah mata, penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah.

    Penampakan mata yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada

    jaringan tubuh. Adanya lesi pada kornea, seperti keratitis dan corneal opacity,

    kemungkinan merupakan luka yang bersifat local, tetapi lesi dapat terjadi juga

    merupakan gejala klinik dari penyakit yang spesifik seperti canine distemper,

    dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan menggunakan cahaya dari

    penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada reaksi dari pupil

    yaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa berarti

    kemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada

    system refleknya (Boddie, 1962).

    Conjunctiva: Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari

    dengan telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum.

    Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrarum

    bawah akan tampak pula. Normal pada anjing berwarna pink.

    5) Hidung, mulut dan vulva

    Untuk normalnya selalu basah dan berwarna pink, selain itu lakukan juga

    pemeriksaan CRT (Capilary Refiil Time / waktu terisinya kembali kapiler)

    dengan cara membuka bibir hewan kemudian menekan gusi dan melepaskan

    kembali. Waktu normal maximal 2 detik.

    (Aspinal, 2006)

    Table.1. perbandingan dari beberapa sumber

    Armour

    ( USA)

    Nalkmus

    opperman

    Mareks mocsy Surono

    Pemeriksaa

    n nafas

    10-30 10-30 10-40 24-42

    Pemeriksaa

    n pulsus

    60-120 60-80 60-80 76-148

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    9/16

    Suhu tubuh 37,05-40,00 37,5-38,5 38,0-40,0 37,8-39,5

    e. Pemeriksaan khusus

    1) Sistem Pencernaan

    Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan

    juga keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Amati mulut,

    dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan

    amati tinjanya.

    a) Mulut, pharynx, dan oesophagus

    Buka mulut anjing dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam

    mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar

    dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Pada anjing yang galak, rahang dapat

    ditali dengan kain lalu rahang atas ditarik ke atas dan rahang bawah ditarik

    kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi,

    dan gigi-geligih. Perhatikan kemungkinan adnaya lesi, benda asing, perubahan

    warna, dan anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dankelenjar ludah. Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari

    luar. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan radiologi dengan sebelumnya

    memasukkan ke dalam oesopahgus bahan tak tembus sinar rontgen, misalnya

    bubur atau barium sulfat (Boddie, 1962).

    b) Abdomen

    Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi

    daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiridan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya

    dibatasi oleh benda atau organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang

    teraba. Lakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui

    peristaltik usus. Lakukan eksplorasi dengan jari kelingking (pakailah sarung

    tangan dari karet atau plastik yang diberi pelicin). Perhatikan kemungkinan

    adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau tinja yang

    keras.

    Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    10/16

    lakukan pemberian enema dengan memesukkan kedalam rectum -1 ml

    glyserin atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajak anjing ke halaman

    supaya leluasa bergerak dan buang air, perhatikan pula warna dan konsistensi

    tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tangan

    yang dilapisi dengan kapas perhatikan kemungkinan adanya cairan yang

    keluar.

    (Boddie, 1962)

    2) Sistem Pernafasan

    Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up,

    perhatikan frekuensi dan amati tipe nafasnya.

    a) Hidung

    Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, raba suhu lokal

    dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Letakkan kapas di

    depan hidung kemudian liat reaksi kapasnya. Lakukan perkusi pada daerah

    sinus frontalis dan perhatikan suaranya.

    b) Pharynx, larynx, trachea

    Lakukan palpasi dari luar, perhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan

    pula limfoglaandula regional terutama limfoglandula submaxillaris,

    suprapharyngealis, dan parapharyngealis, perhatikan suhu, konsistensi, dan

    besarnya, banding kan anatara limfoglandula kanan dan kiri.

    c) Rongga dada

    Tentukan daerah perkusi atau auskultasi paru-paru dan gambar di atas

    kertas dengan meletakkan garis batas depan sejajar vertikal, daerah kanan di

    sebelah kiri dan darah kiri di sebelah kanan ke atas, lakukan auskultasi dan

    perhatikan hasilnya, bandingkan dengan hasil auskultasi dengan trakea.Lukakan perkusi digital dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak,

    perhatikan suara perkusi yang di hasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae.

    Perhatikan adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. Pada anjing dan

    hewan kecil dapat dilakukan pemeriksaan radiologis.

    (Boddie, 1962)

    3) Sistem Sirkulasi

    Perhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti anemia, sianosis,

    edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    11/16

    langkah hewan. Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan

    pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung

    (sebelah kiri). Perhatikan adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan

    memeriksa pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus.

    Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan selaput lendir

    dan mukosa.

    (Boddie, 1962)

    4) Sistem Limphatica

    Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan limfoglandula.

    Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl.

    parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl.

    cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki

    diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl.

    supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah lgl,

    perhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri

    (Boddie, 1962).

    5) Sistem Lokomotor

    Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Perisalah musculi

    dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi.

    Perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan

    tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-

    gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitasi (pada fraktur).

    Pemeriksaan radiologi bila perlu. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara

    berjalan dan keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan

    (pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea). Gerak-gerakkan,

    perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan persendian (Boddie, 1962).

    6) Organ Uropoetica

    Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang keluar,

    perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan

    lain sebagainya).

    Ginjal anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal. Pada

    kucing dipalpasi dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung seperti kue

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    12/16

    bakpia atau mainan yoyo. Perhatikan reaksi, besar, konsistensi dan simetrinya.

    Untuk pemeriksaan vesica urinaria; palpasi rongga perut pada waktu isi,

    kosongkan dengan kateter, palpasi pada keadaan kosong dari kemih, raba

    kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh ganda) atau adanya

    pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.

    a) Kateterisasi/pengambilan urin

    Ambil kateter sesuai dengan kelamin dan besar hewan. Kateter

    dimasukkan secara legeartis (kateter steril, dengan lubricant yang steril, tidak

    megiritasi dan mengandung antiseptika).

    b) Pemeriksaan urin

    Pemeriksaan fisik, perhatikan air kemih yang telah di tamping,

    perhatikan warna, kekentalan, adanya benda-benda yang mencurigakan dan

    bau. Pemeriksaan laboratorium, minimal harus dilakukan pemeriksaan protein,

    pH, dan endapan, bila perlu ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN;

    blood urea nitrogen) dan kreatinin.

    (Boddie, 1962)

    7) Sistem Syaraf

    a. Syaraf pusat

    i. N. olfactorius (pembau). Pada anjing dan kucing dengan cara mendekatkan

    ikan, daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf pembau tanpa

    mendengar atau melihat.

    ii. N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di muka matanya, perhatikan

    apakah hewan mengikuti gerakan telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.

    iii.N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens. Perhatikan pergerakan

    palpebrae atas, dan gerakan bola mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil

    tutup salah satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap sinar.

    iv. N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik. Lakukan rangsangan

    dan perhatikan reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan mata, perhatikan

    saliva dan lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa dan adanya

    sekresi yang berlebihan atau berkurang, perhatikan cara mastikasi juga.

    v. N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis, apakah lumpuh bilateral atau

    muka/bibir menggantung sebelah pada kelumpuhan unilateral.

    vi. N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan apakah hewan miring

    sebelah, sempoyongan, dan panggil namanya. Pada telinga pakai lampu

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    13/16

    (penlight) atau otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan

    pertumbuhan abnormal.

    vii.N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian belakang

    pharynx. Pada hewan besar perhatikan cara menelan.

    viii. N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung kerjanya

    inhibitor.

    ix. N. spinal accessories. Perhatikan scapulae, pada paralisa unilateral salah satu

    scapulae menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m.

    sternocephalicus).

    x. N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar (paralisa bilateral)

    atau menjulur ke salah satu mulut (paralisa unilateral).

    (Boddie, 1962)

    b. Syaraf Perifer

    Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba, memijit, menusuk,

    mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinset chirurgis.

    i. Reflex superficial

    Conjungtiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan

    cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk serabut sensorik dari

    cabang ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf cranial V). Pupil (N.

    opticus: sensorik, N. oculomotorius: motorik). Perineal (N. spinalis) sentuh

    perineum, perhatikan reaksinya. Pedal (arcus reflex): sentuh, pijit, pinset

    (cubit) telapak kaki/interdigiti, perhatikan reaksi menarik pada kaki.

    ii. Reflex profundal

    Patella, pada hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring, pukul

    pada ligamentum patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris

    akan berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada

    tendo achilles, bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan

    berkontraksi (tampak menendang).

    iii.Reflex organic

    Menelan (koordinasi neuromuscular di daearah pharynx dan

    oesophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan

    strichnin, tetani, paralyse N. XII dan N. X). respirasi (pusat reflex di

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    14/16

    medulla oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax). Defekasi (syaraf

    yang menginervasi spincterani).

    (Boddie, 1962)

    2. Obat yang digunakan untuk restrain secara kimiawi

    a. Etrophine Hydrochloride

    b. Fetanyl dan Droperidol

    Fentanyl adalah derivate morphine sedangkan Droperidol adalah transquilizer.

    Efeknya analgesika 180 x dari morphine. Kombinasi Fentanyl dengan Droperidol

    mempunyai efek terhadap tekanan darah (menurun). Kecuali efek anelgesiknya juga

    berefek sdatif dan anesthesik. Dapat dipakai pada berbagai spesies seperti :

    karnivora, primate, dan beberapa mamalia kecil. Daya kerjanya singkat yaitu 10-15

    menit, analgesika 40 menit dan transquilizer dapat beberapa jam. Antidotumnya

    adalah Naloxone dengan dosis 0,006 mg per kg berat badan dengan aplikasi per i.m

    atau per i.v.

    c. Ketamine HCl

    Derivate dari Phecylidine HCl, merupakan serbuk putih larut di dalam air.

    Ketamine tidak membuat relaksasi otot skelet. Menyebabkan hopersalivasi. Untuk

    mengurangi hipersalivasi. Ketamine efektif untuk karnivora, reptile dan burung.

    Aplikasinya dapat peroral, i.m, i.v, atau s.c

    d. Tiletamine HCl

    e. Zylazine

    f. Acepromazine Maleate

    g. Diazepam(Dharmojono, 2002)

    3. Cara pengambilan sampel untuk mencegah hasil bias

    a. Feces

    Feces diambil setelah hewan melakukan defekasi atau dengan swap pada

    rectum. Pemeriksaan laboratorium terhadap tinja dilakukan untuk mengetahui

    adanya infestasi parasit (cacing) dan juga untuk pemeriksaan darah pada tinja

    untuk mengetahui adanya peradangan pada usus. Warna darah juga harus

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    15/16

    diperhatikan. Warna hitam dan berbau busuk mengindikasikan adanya infeksi usus

    bagian depan. Warna merah segar mengindikasikan adanya infeksi usus bagian

    belakang (Subronto, 2006).

    b. Darah

    Darah dapat diambil melalui vena cephalica atau dari vena saphena.

    Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya perubahan komposisi yang ada

    hubungannya dengan fungsi jantung, adanya parasit darah, anemia (kerja jantung

    meningkat) dan pemeriksaan kimia darah, hubungannya dengan SGOT (Serum

    glutamic oxaloacetic transaminase) (Subronto, 2006).

    c. Urin

    Urin dapat diambil dengan menggunakan kateter secara lege artis (kateter

    steril, dengan lubricant yang steril, tidak mengiritasi dan mengandung antiseptic).

    Cara pengambilan pada anjing jantan yaitu ukur kira-kira panjang kateter dari

    ujung penis hingga vesica urinaria, keluarkan penis dan masukkan kateter secara

    perlahan melalui orificium uretra externa hingga vesica urinaria dan tamping urin

    yang dikeluarkan (Subronto, 2006).

    Sedangkan cara pengambilan pada anjing betina yaitu masukkan jari telunjuk

    yang telah diberi lubricant, raba uretra, cari orificium uretra externa, masukkan

    kateter dan tunggu hingga urin keluar (Subronto, 2006).

    Pada pemeriksaan fisik urin yang perlu diperhatikan adalah warna,

    kekentalan, adanya benda asing dan bau. Pada pemeriksaan laboratorium minimal

    harus dilakukan pemeriksaan protein, pH dan endapan (Subronto, 2006).

  • 7/29/2019 BLOK 12 UP 1

    16/16