Download - BLOK 12 UP 1
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
1/16
TUGAS INDIVIDU
BLOK 12
UNIT PEMBELAJARAN 1
Pemeriksaan Anjing
Disusun Oleh :
Monica Kuswandari H.P.
11/315854/KH/7138
Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
2/16
A. Learning Objective
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan anjing secara legeartis
2. Mengetahui obat yang digunakan untuk restrain secara kimiawi
3. Mengetahui cara pengambilan sampel untuk mencegah hasil bias
B. Pembahasan
1. Prosedur pemeriksaan anjing secara legeartis
a. Registrasi/ sinyalemen
Registrasi yaitu: pencatatan data pemilik dan data dari pasien. Registrasi untuk
klien meliputi pencatatan nama, alamat, dan nomor telepon klien. Registrasi untuk
pasien meliputi breed (ras), sex (jenis kelamin), age (umur), dan specific pattern
(tanda yang menciri) (B-S-A-S). Registrasi ditulis di sebuah kertas yang disebut
ambulatoir, dimana masnig-masing spesies hewan berbeda-beda warnanya, sebagai
contoh anjing dan kucing berwarna putih, sapi, hewan besar dan hewan eksotik
berwarna pink dan unggas berwarna kuning (Lane & Coper, 2003).
Materi lain untuk Registrasi antara lain Keterangan status vaksinasi dan
keadaan kesehatan, keterangan tentang penyakit yang sedang diderita serta
penanganan yang sudah dilakukan, alasan konsultasi, sejarah penyakit, hasil
Pemeriksaan, hasil pemeriksaan tambahan (laboratorium, Rongent, Histopat dll).Diagnosis, Prognosis, dan terapi/pengobatannya, tindakan operasi dan rujukan
Fungsi dari registrasi antara lain:
Mengingatkan: terutama untuk pasien yang sudah pernah ditangani/diperiksa
Komunikasi: terutama dengan kolega dalam hal rujukan
Pengaturan: Data lebih tertata dan mudah untuk mencarinya
Efesiensi: Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melihat riwayat seekor
pasien
Dokumentasi: contohnya untuk memonitor pasien yang dirujuk
Setelah dilakukan registrasi barulah melakukan anamnesa
(Boddie, 1962)
b. Anamnesa
Anamnesa merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan kunci
mengenai keadaan pasien. Dokter hewan harus dapat memilah-milah mana yang
relevan dan irelevan dari jawaban klien terhadap pertanyaan dokter hewan.
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
3/16
Dengan anamnesa, dokter hewan dapat mengetahui informasi tentang
gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, kejadian kejadian pada
waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang diderita,
keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, tetangga dsb.
Sejarah dari suatu kasus dapat dibagi menjadi pre history, immediate history,
danpost history.
1) Prehistory. Merupakan cerita mengenai kejadian-kejadian sebelum terjadinya
penyakit yang dikomplainkan klien. Misalnya saja penyakit yang dulu pernah
diderita pasien, kehamilan yang dulu pernah dialami pasien (jika betina),
komplikasi yang terjadi pada kehamilan yang terdahulu, mungkin juga penyakit
yang pernah dialami teman bermain si anjing, cara pemberian makan, dan
mungkin juga keadaan lingkungan tempat tinggal anjing.
2) Immediate history. Merupakan sejarah sejak hewannya pertama kali
menunjukkan gejala penyakit yang dikomplainkan oleh klien hingga saat pasien
dibawa dan dirawat oleh dokter hewan. Di sini klien dapat menceritakan
kemungkinan terjadinya penyakit pada klien menurut apa yang dilihatnya.
3) Post History. Merupakan sejarah dimana hewan tersebut menunjukann gejala atau
perubahan-perubahan setelah dirujuk ke dokter hewan lain atau dengan
pemberian obat terlebih dahulu sebelum dirujuk ke dokter hewan.
(Boddie, 1962)
Riwayat penyakit atau anamnesis merupakan suatu riwayat penyakit yang baik
dari hanya dapat diperoleh dari seorang pengamat yang baik. Seringkali pemilik
hewan kurang dapat memberikan keterangan yang berguna disbanding dengan orang
yang merawat hewan sehari-hari. Riwayat dapat pula bersifat tidak benar oleh
karena riwayat tersebut munkun hendak digunakan untuk menutupi suatu kelainan
atau menyembunikan suatu usaha-usaha pengobatan sebelunya sdengan alas an
tersebut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus disusun ulang untuk
meyakinkan persoalan-persoalan yang penting dalam pencacatan riwayat.
(Aspinal, 2006)
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
4/16
c. Handling dan Restrain
Mengusai (restraint) dan menangani (handling) hewan yang dimaksudkan
memiliki tujuan, misalnya untuk memberikan vaksinasi, merawat luka, memotong
kuku, persiapan operasi, dan lain-lain. Upaya menguasai dan menangani hewan
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Perhitungan tujuan yang dikehendaki
2) Teknik yang paling efisien, tidak menyebabkan hewan tersiksa, kesakitan atau
membahayakan
3) Kapan sebaiknya teknik terpillih itu dilaksanakan
4) Siapa yang qualified melakukannya
(Dharmojono, 2002)
Beberapa cara handling pada anjing antara lain :
a. Handling pada saat anjing dalam posisi duduk
Lingkarkan satu tangan pada leher anjing untuk
mencegah kepala anjing bergerak. Sedangkan
tangan yang lain menahan bagian bawah anjing
agar anjing tidak berdiri atau tidak berbaring.
Anjing hendaknya didekatkan pada dada untuk
mengurangi gerakan anjing (Crow, 2009).
b. Handling pada saat anjing pada posisi berdiri
Lingkarkan tangan pada leher anjing sedangkan
tangan yang lain menahan pada bagian perut /
abdomen. Anjing didekatkan pada dada untuk
mengurangi gerakan (Crow, 2009).
c.
Handling pada saat anjing dalam posisi rebah lateral
Kedua tangan menahan kaki depan dan kaki
belakang anjing. Siku yang berdekatan digunakan
untuk menahan leher untuk mengurangi gerakan
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
5/16
(Crow, 2009).
Teknik dan cara menguasai hewan yang paling umum dan memenuhi syarat-
syarat yaitu:
1) Secara fisik (Physical restraint)
Dalam penguasaan secara fisik, harus sudah diperhitungkan: Perilaku khas
hewan yang bersangkutan. Pengaruh psikis, cara dan teknik tersebut bagi hewan/
spesies yang bersangkutan. Memilih dan mempersiapkan alat bantu untuk
keperluan itu (kandang perangkap, tali, jarring, perisai dan lain-lain)
Upaya-upaya penguasaan fisik
Upaya mengurangi peran indera
Upaya mempersempit atau membatasi gerakan
Upaya dengan pelindung (barrier fisik)
Kekuatan fisik pelaksana
(Dharmojono, 2002)
2) Secara farmakologik (Chemical restraint)
Dengan ditemukannya obat-obatan yang mempunyai efek sedasi, muscle
relaxant, transquilizer, anesthesia, maka teknik menguasai hewan mempunyai
alternative. Teknik menguasai hewan dengan menggunakan obat-obatan disebut
chemical restraint
Obat-obatan yang dipakai untuk melakukan chemical restraint harus
memenuhi syarat berikut:
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
6/16
a) Mudah aplikasinya
b) Aman bagi hewan
c) Memberikan cukup waktu (durasi) bagi pelaksana
d) Efek samping tidak ada atau minimal
e) Ada antidotumnya (efek kebalikan)
f) Dosisnya kecil, spektrumnya luas
g) Stabil susunannya, tahan lama disimpan dan tahan terhdap keadaan lingkungan
Chemical restraint per oral. Obat-obatan yang aplikasinya peroral umumnya
bersifat sedative dan kurang memuaskan karena hal-hal berikut : Aplikasinya
sendiri perlu akal dan membutuhkann waktu, Banyak yang tidak diabsorpsi atau
malah dihancurkan di dalam alat pencernaan. Dosisnya berlipat ganda
dibandingkan apabila disunikkan/ perparenteral (contohnya Phencyclidine HCl,
Chlorpromazine, dan lain-lain). Banyak terbuang alias tidak ekonomis (misalnya,
obat yang berupa semprot untuk primata) (Dharmojono. 2002).
Chemical restrant perparenteral. Menyuntik obat per i.m. dapat cepat
dilakukan dengan alat suntik (spuit) yang didesain khusus dengan handle. Alat
suntik ini juga dilindungi dengan metal atau plastic untuk menghindari pecah
(apabila dari gelas) bilamana terjadi kecelakaan (jatuh, ketendang, dan lain-lain).
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan chemical restraint
1) Spesies hewan yang akan di handle
2) Kondisi fisik hewan secara umum (kurus, gemuk,besar, kecil, anemia, dan
lain-lain)
3) Kondisi khusus, seperti umur, jenis kelamin, bunting, menyusui, dan lain-lain
4) Status emosional, seperti ketakutan, eksitasi, agresivitas, dan lain-lain
(Dharmojono, 2002)
d. Pemeriksaan Umum
1) Inspeksi
Meliputi melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu. Inspeksi
digunakan untuk mmeneliti adanya hal lain yang abnormal. Perhatikan ekspresi
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
7/16
muka / temperamen, kondisi tubuh, pernapasan (frekuensi, cara pengambilan
nafas, ritme dan suara suara abnormal tanpa melakukan pemeriksaan secara
auskultasi, keadaan abdomen, posisi (berdiri/berbaring), sikap, langkah,
permukaan tubuh, pengeluaran dan bau abnormal dari lubang-lubang pelepasan
(hidung, mulut, anus, telinga, mata), adanya suara abnormal seperti batuk, bersin,
ngorok, melenguh, menangis, flatus dan eruktasi.
2) Pulsus dan nafas
Pulsus pada hewan kecil dapat diraba: arteri femoralis (sebelah medial
femur) dan lakukan penghitungan selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan
dapat dilakukan selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus
normal pada anjing: 76-148 kali/menit.
Sementara frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak
toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan tenang atau juga dapat
dengan memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung. Untuk
normalnya pada anjing: 24 42 kali/menit.
3) Suhu tubuh
Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelican (missal
vaselin). Masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya
terhenti ( 3 menit) dan hitung skalanya. Bila ada hal yang meragukan (misalnya
radang anus local atau naus kendor), lakukan pada rongga mulut (rongga pipi)
pada metode ini hasilnya supaya dikoreksi dengan menambahkan 0,5oC karena
adanya evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing: 37,8oC 39,5oC.
4) Selaput lendir
Pemeriksaan terhadap selaput lendir dilakukan dengan metode
adspeksi/inspeksi. Hal-hal yang diperhatikan meliputi warna, eksret, dan berbagai
perubahan yang ada. Selain itu bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan kimiawi,
mikroskopik, parasitologi, dan mikrobilogi terhadap eksret yang ada.
Pemeriksaan selaput lendir meliputi :
a) Mukosa hidung, pemeriksaan yang dilkukan adalah dengan melihat apakah
terdapat kepucatan, leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi.
Perubahan ini penting untuk identifikasi conjunctiva. Ulserasi pada mukosa
hidung adalah karakteristik gejala klinik ingusan pada kuda (Boddie, 1962).
b) Daerah mulut, pemeriksaan mulut dengan cara inspeksi membrane mukosa
dan jaringan lain di dalam mulut, palpasi lidah dengan paksaan dan deteksi
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
8/16
abnormalitas sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi,
vesikel, penyakit pada lidah, pipi atau rahang atau trauma langsung pada
mulut. Ulserasi mungkin dikarenakan gigi yang sudah tidak berfungsi, pada
anjing dapat terjadi pada toksemia yang dikarenakan nephritis akut, infeksi
lepstospira, dan defisiensi vitamin akut (Boddie, 1962).
c) Daerah mata, penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah.
Penampakan mata yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada
jaringan tubuh. Adanya lesi pada kornea, seperti keratitis dan corneal opacity,
kemungkinan merupakan luka yang bersifat local, tetapi lesi dapat terjadi juga
merupakan gejala klinik dari penyakit yang spesifik seperti canine distemper,
dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan menggunakan cahaya dari
penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada reaksi dari pupil
yaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa berarti
kemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada
system refleknya (Boddie, 1962).
Conjunctiva: Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari
dengan telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum.
Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrarum
bawah akan tampak pula. Normal pada anjing berwarna pink.
5) Hidung, mulut dan vulva
Untuk normalnya selalu basah dan berwarna pink, selain itu lakukan juga
pemeriksaan CRT (Capilary Refiil Time / waktu terisinya kembali kapiler)
dengan cara membuka bibir hewan kemudian menekan gusi dan melepaskan
kembali. Waktu normal maximal 2 detik.
(Aspinal, 2006)
Table.1. perbandingan dari beberapa sumber
Armour
( USA)
Nalkmus
opperman
Mareks mocsy Surono
Pemeriksaa
n nafas
10-30 10-30 10-40 24-42
Pemeriksaa
n pulsus
60-120 60-80 60-80 76-148
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
9/16
Suhu tubuh 37,05-40,00 37,5-38,5 38,0-40,0 37,8-39,5
e. Pemeriksaan khusus
1) Sistem Pencernaan
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan
juga keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Amati mulut,
dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan
amati tinjanya.
a) Mulut, pharynx, dan oesophagus
Buka mulut anjing dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam
mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar
dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Pada anjing yang galak, rahang dapat
ditali dengan kain lalu rahang atas ditarik ke atas dan rahang bawah ditarik
kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi,
dan gigi-geligih. Perhatikan kemungkinan adnaya lesi, benda asing, perubahan
warna, dan anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dankelenjar ludah. Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari
luar. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan radiologi dengan sebelumnya
memasukkan ke dalam oesopahgus bahan tak tembus sinar rontgen, misalnya
bubur atau barium sulfat (Boddie, 1962).
b) Abdomen
Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi
daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiridan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya
dibatasi oleh benda atau organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang
teraba. Lakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui
peristaltik usus. Lakukan eksplorasi dengan jari kelingking (pakailah sarung
tangan dari karet atau plastik yang diberi pelicin). Perhatikan kemungkinan
adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau tinja yang
keras.
Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
10/16
lakukan pemberian enema dengan memesukkan kedalam rectum -1 ml
glyserin atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajak anjing ke halaman
supaya leluasa bergerak dan buang air, perhatikan pula warna dan konsistensi
tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tangan
yang dilapisi dengan kapas perhatikan kemungkinan adanya cairan yang
keluar.
(Boddie, 1962)
2) Sistem Pernafasan
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up,
perhatikan frekuensi dan amati tipe nafasnya.
a) Hidung
Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, raba suhu lokal
dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Letakkan kapas di
depan hidung kemudian liat reaksi kapasnya. Lakukan perkusi pada daerah
sinus frontalis dan perhatikan suaranya.
b) Pharynx, larynx, trachea
Lakukan palpasi dari luar, perhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan
pula limfoglaandula regional terutama limfoglandula submaxillaris,
suprapharyngealis, dan parapharyngealis, perhatikan suhu, konsistensi, dan
besarnya, banding kan anatara limfoglandula kanan dan kiri.
c) Rongga dada
Tentukan daerah perkusi atau auskultasi paru-paru dan gambar di atas
kertas dengan meletakkan garis batas depan sejajar vertikal, daerah kanan di
sebelah kiri dan darah kiri di sebelah kanan ke atas, lakukan auskultasi dan
perhatikan hasilnya, bandingkan dengan hasil auskultasi dengan trakea.Lukakan perkusi digital dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak,
perhatikan suara perkusi yang di hasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae.
Perhatikan adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. Pada anjing dan
hewan kecil dapat dilakukan pemeriksaan radiologis.
(Boddie, 1962)
3) Sistem Sirkulasi
Perhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti anemia, sianosis,
edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
11/16
langkah hewan. Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung
(sebelah kiri). Perhatikan adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan
memeriksa pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus.
Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan selaput lendir
dan mukosa.
(Boddie, 1962)
4) Sistem Limphatica
Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan limfoglandula.
Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl.
parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl.
cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki
diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl.
supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah lgl,
perhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri
(Boddie, 1962).
5) Sistem Lokomotor
Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Perisalah musculi
dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi.
Perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan
tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-
gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitasi (pada fraktur).
Pemeriksaan radiologi bila perlu. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara
berjalan dan keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan
(pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea). Gerak-gerakkan,
perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan persendian (Boddie, 1962).
6) Organ Uropoetica
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang keluar,
perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan
lain sebagainya).
Ginjal anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal. Pada
kucing dipalpasi dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung seperti kue
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
12/16
bakpia atau mainan yoyo. Perhatikan reaksi, besar, konsistensi dan simetrinya.
Untuk pemeriksaan vesica urinaria; palpasi rongga perut pada waktu isi,
kosongkan dengan kateter, palpasi pada keadaan kosong dari kemih, raba
kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh ganda) atau adanya
pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.
a) Kateterisasi/pengambilan urin
Ambil kateter sesuai dengan kelamin dan besar hewan. Kateter
dimasukkan secara legeartis (kateter steril, dengan lubricant yang steril, tidak
megiritasi dan mengandung antiseptika).
b) Pemeriksaan urin
Pemeriksaan fisik, perhatikan air kemih yang telah di tamping,
perhatikan warna, kekentalan, adanya benda-benda yang mencurigakan dan
bau. Pemeriksaan laboratorium, minimal harus dilakukan pemeriksaan protein,
pH, dan endapan, bila perlu ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN;
blood urea nitrogen) dan kreatinin.
(Boddie, 1962)
7) Sistem Syaraf
a. Syaraf pusat
i. N. olfactorius (pembau). Pada anjing dan kucing dengan cara mendekatkan
ikan, daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf pembau tanpa
mendengar atau melihat.
ii. N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di muka matanya, perhatikan
apakah hewan mengikuti gerakan telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.
iii.N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens. Perhatikan pergerakan
palpebrae atas, dan gerakan bola mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil
tutup salah satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap sinar.
iv. N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik. Lakukan rangsangan
dan perhatikan reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan mata, perhatikan
saliva dan lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa dan adanya
sekresi yang berlebihan atau berkurang, perhatikan cara mastikasi juga.
v. N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis, apakah lumpuh bilateral atau
muka/bibir menggantung sebelah pada kelumpuhan unilateral.
vi. N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan apakah hewan miring
sebelah, sempoyongan, dan panggil namanya. Pada telinga pakai lampu
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
13/16
(penlight) atau otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan
pertumbuhan abnormal.
vii.N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian belakang
pharynx. Pada hewan besar perhatikan cara menelan.
viii. N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung kerjanya
inhibitor.
ix. N. spinal accessories. Perhatikan scapulae, pada paralisa unilateral salah satu
scapulae menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m.
sternocephalicus).
x. N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar (paralisa bilateral)
atau menjulur ke salah satu mulut (paralisa unilateral).
(Boddie, 1962)
b. Syaraf Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba, memijit, menusuk,
mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinset chirurgis.
i. Reflex superficial
Conjungtiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan
cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk serabut sensorik dari
cabang ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf cranial V). Pupil (N.
opticus: sensorik, N. oculomotorius: motorik). Perineal (N. spinalis) sentuh
perineum, perhatikan reaksinya. Pedal (arcus reflex): sentuh, pijit, pinset
(cubit) telapak kaki/interdigiti, perhatikan reaksi menarik pada kaki.
ii. Reflex profundal
Patella, pada hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring, pukul
pada ligamentum patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris
akan berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada
tendo achilles, bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan
berkontraksi (tampak menendang).
iii.Reflex organic
Menelan (koordinasi neuromuscular di daearah pharynx dan
oesophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan
strichnin, tetani, paralyse N. XII dan N. X). respirasi (pusat reflex di
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
14/16
medulla oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax). Defekasi (syaraf
yang menginervasi spincterani).
(Boddie, 1962)
2. Obat yang digunakan untuk restrain secara kimiawi
a. Etrophine Hydrochloride
b. Fetanyl dan Droperidol
Fentanyl adalah derivate morphine sedangkan Droperidol adalah transquilizer.
Efeknya analgesika 180 x dari morphine. Kombinasi Fentanyl dengan Droperidol
mempunyai efek terhadap tekanan darah (menurun). Kecuali efek anelgesiknya juga
berefek sdatif dan anesthesik. Dapat dipakai pada berbagai spesies seperti :
karnivora, primate, dan beberapa mamalia kecil. Daya kerjanya singkat yaitu 10-15
menit, analgesika 40 menit dan transquilizer dapat beberapa jam. Antidotumnya
adalah Naloxone dengan dosis 0,006 mg per kg berat badan dengan aplikasi per i.m
atau per i.v.
c. Ketamine HCl
Derivate dari Phecylidine HCl, merupakan serbuk putih larut di dalam air.
Ketamine tidak membuat relaksasi otot skelet. Menyebabkan hopersalivasi. Untuk
mengurangi hipersalivasi. Ketamine efektif untuk karnivora, reptile dan burung.
Aplikasinya dapat peroral, i.m, i.v, atau s.c
d. Tiletamine HCl
e. Zylazine
f. Acepromazine Maleate
g. Diazepam(Dharmojono, 2002)
3. Cara pengambilan sampel untuk mencegah hasil bias
a. Feces
Feces diambil setelah hewan melakukan defekasi atau dengan swap pada
rectum. Pemeriksaan laboratorium terhadap tinja dilakukan untuk mengetahui
adanya infestasi parasit (cacing) dan juga untuk pemeriksaan darah pada tinja
untuk mengetahui adanya peradangan pada usus. Warna darah juga harus
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
15/16
diperhatikan. Warna hitam dan berbau busuk mengindikasikan adanya infeksi usus
bagian depan. Warna merah segar mengindikasikan adanya infeksi usus bagian
belakang (Subronto, 2006).
b. Darah
Darah dapat diambil melalui vena cephalica atau dari vena saphena.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya perubahan komposisi yang ada
hubungannya dengan fungsi jantung, adanya parasit darah, anemia (kerja jantung
meningkat) dan pemeriksaan kimia darah, hubungannya dengan SGOT (Serum
glutamic oxaloacetic transaminase) (Subronto, 2006).
c. Urin
Urin dapat diambil dengan menggunakan kateter secara lege artis (kateter
steril, dengan lubricant yang steril, tidak mengiritasi dan mengandung antiseptic).
Cara pengambilan pada anjing jantan yaitu ukur kira-kira panjang kateter dari
ujung penis hingga vesica urinaria, keluarkan penis dan masukkan kateter secara
perlahan melalui orificium uretra externa hingga vesica urinaria dan tamping urin
yang dikeluarkan (Subronto, 2006).
Sedangkan cara pengambilan pada anjing betina yaitu masukkan jari telunjuk
yang telah diberi lubricant, raba uretra, cari orificium uretra externa, masukkan
kateter dan tunggu hingga urin keluar (Subronto, 2006).
Pada pemeriksaan fisik urin yang perlu diperhatikan adalah warna,
kekentalan, adanya benda asing dan bau. Pada pemeriksaan laboratorium minimal
harus dilakukan pemeriksaan protein, pH dan endapan (Subronto, 2006).
-
7/29/2019 BLOK 12 UP 1
16/16