wrap up skenario 2 blok neuro

Upload: niken-audi-lestari

Post on 02-Jun-2018

280 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    1/66

    SKENARIO 2

    KELUMPUHAN WAJAH

    BLOK SYARAF DAN PERILAKU

    KELOMPOK B6

    Ketua : Nita Rahmatunisa 1102011196

    Sekretaris : Niken Audi Lestari 1102011194

    Anggota : Muhamad Iskandar 1102010183

    Rahmadhini Elkri 1102010227Raras Mayang Kencono 1102010231

    Muhammad Reza Irzanto 1102011180

    Muthia Despi Utami 1102011182

    Muthiara Surya 1102011183

    Nisa Ul Husna 1102011195

    Nurmaulidia 1102011201

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    2013-2014

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    2/66

    2

    SKENARIO

    KELUMPUHAN WAJAH

    Perempuan berusia 50 tahun saat sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tiba-tiba berbicara

    cadel dan setelah diperhatikan oleh suaminya wajah pasien terlihat tidak simetris. Pasienjuaga mengeluh anggota gerak sisi kiri lebih lemah dibanding kanan. Suami langsungmembawa istrinya ke IGD RS terdekat. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan hipertensi.Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah tidak simetris. Sulkus nasolabialis kiri tampakmendatar, atrofi papil dan fasikulasi. Terdapat hemiparesis sinistra. Dokter mengatakan pasienmengalami stroke. Sebagai seorang suami, ia berkewajiban untuk menyantuni dan merawatisitrinya dengan baik sesuai ajaran Islam.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    3/66

    3

    SASARAN BELAJAR

    LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologis nervus cranialis dan sistem

    motorik

    LO 1.1 Anatomi dan fisiologi Nervus CranialisLO 1.2 Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik

    LO 1.3 Menjelaskan tentang kapsula interna

    LI.2 Memahami dan menjelaskan Fisiologi Sistem Saraf

    LI.3 Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Kelainan Saraf

    LI.4 Memahami dan menjelaskan Stroke

    LO 4.1 Definisi

    LO 4.2 EpidemiologiLO 4.3 Etiologi

    LO 4.4 Klasifikasi

    LO 4.5 Patofisiologi

    LO 4.6 Manifestasi Klinis

    LO 4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

    LO 4.8 Penatalaksanaan

    LO 4.9 Komplikasi

    LO 4.10 Prognosis

    LO 4.11 Pencegahan

    LI.5 Memahami dan Menjelaskan hak dan kewajiban suami istri dalam Islam

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    4/66

    4

    LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologis nervus cranialis dan sistem

    motorik

    LO 1.1 Anatomi dan fisiologi Nervus Cranialis

    Nomor Nama Jenis Fungsi

    I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan

    menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai

    sensasibau

    II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan

    menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai

    persepsi visual

    III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besarotot mata

    IV Troklear Motorik Menggerakkan beberapaotot mata

    V Trigeminal Gabungan Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk

    diproses di otak sebagai sentuhan

    Motorik: Menggerakkanrahang

    VI Abdusen Motorik Abduksi mata

    VII Fasial Gabungan Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior

    lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

    Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk

    menciptakan ekspresi wajah

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Olfaktori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Olfaktori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sensasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optik_%28saraf%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optik_%28saraf%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Okulomotor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Troklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Troklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trigeminal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trigeminal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdusen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdusen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fasial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fasial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fasial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdusen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trigeminal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Troklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Okulomotor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optik_%28saraf%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sensasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Olfaktori&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    5/66

    5

    VIII Vestibulokoklear Sensori Sensorisistem vestibular:Mengendalikan

    keseimbangan

    Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses

    di otak sebagai suara

    IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior

    lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

    Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

    X Vagus Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam

    Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

    XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

    XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

    SARAF OLFAKTORIUS (N.I)

    Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem

    ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila

    olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.

    Saraf ini merupakan saraf

    sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran

    mukosa hidung dan menembus area

    kribriformis dari tulang etmoidal

    untuk bersinaps di bulbus olfaktorius,

    dari sini, traktus olfaktorius berjalan

    dibawah lobus frontal dan berakhir di

    lobus temporal bagian medial sisi

    yang sama.

    Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai

    korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu

    makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah

    menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang

    menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundledan

    stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke

    serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vestibulokoklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vestibulokoklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glosofaringeal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glosofaringeal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vagus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vagus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksesori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksesori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipoglosal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipoglosal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipoglosal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksesori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vagus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glosofaringeal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vestibulokoklear&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    6/66

    6

    SARAF OPTIKUS (N. II)

    Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut

    saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf

    dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-

    serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah

    retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.

    Serabut-serabut dari lapangan visual

    temporal (separuh bagian nasal retina)

    menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari

    lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-

    serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari

    kiasma optikum berakhir di kolikulus superior,

    dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei

    saraf okulomotorius. Sisa serabut yang

    meninggalkan kiasma berhubungan dengan

    penglihatan dan berjalan di dalam traktus

    optikus menuju korpus genikulatum lateralis.

    Dari sini serabut-serabut yang berasal dari

    radiasio optika melewati bagian posterior

    kapsula interna dan berakhir di korteks visual

    lobus oksipital.

    Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-

    serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui

    lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-

    serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan

    sebaliknya.

    SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)

    Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea

    periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus

    otonom).

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    7/66

    7

    Nukleus motorik bertanggung jawab untuk

    persarafan otot-otot rektus medialis, superior,

    dan inferior, otot oblikus inferior dan otot

    levator palpebra superior. Nukleus otonom

    atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin

    sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata

    inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.

    SARAF TROKLEARIS (N. IV)

    Nukleus saraf troklearis terletaksetinggi kolikuli inferior di depan

    substansia grisea periakuaduktal dan

    berada di bawah Nukleus okulomotorius.

    Saraf ini merupakan satu-satunya saraf

    kranialis yang keluar dari sisi dorsal

    batang otak. Saraf troklearis

    mempersarafi otot oblikus superior untuk

    menggerakkan mata bawah, kedalam dan

    abduksi dalam derajat kecil.

    SARAF TRIGEMINUS (N. V)

    Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari

    serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik.

    Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot

    temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus

    dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus,

    maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya

    mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut,

    hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam

    fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga

    luar dan kanalis auditorius serta bagian membran

    timpani.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    8/66

    8

    SARAF ABDUSENS (N. VI)

    Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing

    sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata dan

    terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens

    mempersarafi otot rektus lateralis.

    SARAF FASIALIS (N. VII)

    Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal

    dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah

    dekat medula oblongata. Fungsi

    sensorik berasal dari Nukleus sensorik

    yang muncul bersama nukleus motorik

    dan saraf vestibulokoklearis yang

    berjalan ke lateral ke dalam kanalis

    akustikus interna.

    Serabut motorik saraf fasialis

    mempersarafi otot-otot ekspresi wajah

    terdiri dari otot orbikularis okuli, otot

    buksinator, otot oksipital, otot frontal,

    otot stapedius, otot stilohioideus, otot

    digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan

    bagian anterior lidah.

    SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

    Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang

    mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang

    mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan

    berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus

    genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut

    untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    9/66

    9

    serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki

    pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

    SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)

    Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari

    saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan

    kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus

    mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis

    superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewatiforamen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan

    vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara

    otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah

    dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga

    posterior lidah.

    SARAF VAGUS (N. X)

    Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion

    superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum,

    keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf

    vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan

    menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-

    paru.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    10/66

    10

    SARAF ASESORIUS (N. XI)

    Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis

    dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari

    neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat

    neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf

    motorik yang mempersarafi otot

    sternokleidomastoideus dan bagian atas otot

    trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi

    memutar kepala ke samping dan otot trapezius

    memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

    SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)

    Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula

    oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan

    ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum

    hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik

    untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot

    stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

    LO 1.2 Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik

    Motorik

    Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia.

    Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di

    korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus

    piramidal dan ekstrapiramidal :

    A. Traktus piramidal atau traktus corticospinalis

    Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus precentralis (area 4

    Broadmann), yang disebut juga korteks motorik primer. Impuls motorik dari pusat motorik

    disalurkan melalui traktus piramidal berakhir pada cornu aanterior medulla spinalis.

    Pusat jaras Motorik

    1) Neuron Motorik Atas

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    11/66

    11

    Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex cerebri (Pusat Supraspinal).

    Meliputi :

    a) Ganglia basalistractus corticostriata

    b) Di-encephalontractus cortico-diencephalon

    c) Batang otakcortico bulbaris

    Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri sebagai

    Neuron orde pertama (sel pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui corona radiata

    masuk crus posterior capsula interna mes-encephalon, pons, medulla oblongata dan

    medulla spinalis bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu anterior subt.grisea medulla

    spinalis.

    Asal Neuron Orde pertama :

    o 1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus precentralis

    o 1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada gyrus precentralis

    o 1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus postcentralis

    2) Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)

    Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus corticospinalis. Letak

    columna subt.grisea medulla spinalis terdapat dua neuron :

    a) Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna anterior subt.grisea

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    12/66

    12

    b) Neuron orde ketiga axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis sebagai radix

    anterior n.spinalis yang bergabung dengan radix posterior membentuk n.spinalis dan

    akhirnya pergi ke efektor sadar

    B. Traktus Ekstrapyramidal

    Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis

    1. Tractus reticulospinalis

    Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla

    oblongata (neuron orde pertama).

    Jalan :

    Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus

    reticulospinlis pontinus

    Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke

    medulla spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis

    Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)

    Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan

    inhibisi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi kseimbangan

    tubuh.

    2. Tractus Tectospinalis

    Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)

    Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata.

    Jalannya dekat sekali dengan fasciculus longitudinale medialis

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    13/66

    13

    Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron

    orde kedua dan ketiga

    Fungsi :

    1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap

    2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan

    3.

    Tractus Rubrospinalis

    Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon

    setinggi coliculus superior.

    Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati

    pns, medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea

    (pusat spinal)

    Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor

    berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    14/66

    14

    4. Tractus vestibulospinalis

    Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),

    menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum

    Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)

    Fungsi: memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor

    berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

    5. Tractus olivospinalis

    Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex

    cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber

    Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    15/66

    15

    Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi

    keseimbangan tubuh

    Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak

    1) Tractus Corticothalamus

    a. Asal : area brodmann 10, 11, 12

    Tujuan : nucleus medialis thalami

    b.

    Asal : area brodmann 9 dan 11

    Tujuan : nuclei septi thalami

    c. Asal : area brodmann 9

    Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami

    d. Asal : area brodmann 6

    Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami

    e. Asal : area brodmann 4

    Tujuan : nuclei lateralis thalami

    2) Tractus corticohypothalamicus

    Asal : cortec hypocampi

    Tujuan : hypothalamus

    3) Tractus corticosubthalamicus

    Asal : area brodman 6Tujuan : subthalamus

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    16/66

    16

    4) Tractus Corticonigra

    Asal : area brodmann 4, 6 dan 8

    Tujuan : substantia nigra

    5) Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6

    Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius

    inferius (medulla oblongata)

    Sensorik

    Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus.

    Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan

    dalam dan luar. Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus danmentranduksi energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.

    Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:

    1) Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan

    raba

    2) Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.

    3) Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti

    jantung, lambung, usus, dll.

    Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :

    a) Mekanoreseptor

    Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor

    tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di

    kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner

    (untuk rasa raba ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan

    tekanan).b) Thermoreseptor

    Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause

    (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).

    c) Nociseptor

    Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan

    oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh

    reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi(untuk tekanan).

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    17/66

    17

    d) Chemoreseptor

    Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang

    diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel

    reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi

    oksigen, osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah,

    glucoreseptor di hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.

    e) Photoreseptor

    Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel

    photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.

    Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :

    A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal

    diterima reseptor dibawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju

    cornu posterior medulla spinalis berganti menjadi neuron sensoris ke-2 lalu

    menyilang ke sisi lain medulla spinalis membentuk jaras yang berjalan ke atas

    yaitu traktus spinotalamikus menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron

    sensoris ke-3 menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis

    (lobus parietalis)

    B.

    Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :

    sinyal diterima reseptor ganglion spinale radiks posterior medulla spinalis

    lalu naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus berakhir di nucleus Goll

    berganti menjadi neusron sensoris ke-2 menyilang ke sisi lain medulla spinalis

    menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju ke

    korteks somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).

    LO 1.3 Menjelaskan tentang kapsula interna

    Kapsula interna adalah bagianotak yang terletak di antaranukleus

    lentikularis dannukleus kaudatus.Struktur ini adalah sekelompok saluran serat termyelinasi,

    termasukakson darijaraspiramidalis dan extrapyramidal upper motor neurons yang

    menghubungkan korteks kebadan sel dari jaras motorik yang lebih rendah. Karena begitu

    banyaknya akson yang berkumpul dalam kapsula interna, bagian ini kadang-kadang juga

    disebut sebagai leher botol serat (bottleneck of fibers). Hal ini juga membuat lesi pada

    kapsula interna sangat buruk dampaknya.

    http://kamuskesehatan.com/arti/otak/http://kamuskesehatan.com/arti/nukleus-lentikularis/http://kamuskesehatan.com/arti/nukleus-lentikularis/http://kamuskesehatan.com/arti/nukleus-kaudatus/http://kamuskesehatan.com/arti/akson/http://kamuskesehatan.com/arti/jaras/http://kamuskesehatan.com/arti/badan-sel/http://kamuskesehatan.com/arti/badan-sel/http://kamuskesehatan.com/arti/jaras/http://kamuskesehatan.com/arti/akson/http://kamuskesehatan.com/arti/nukleus-kaudatus/http://kamuskesehatan.com/arti/nukleus-lentikularis/http://kamuskesehatan.com/arti/nukleus-lentikularis/http://kamuskesehatan.com/arti/otak/
  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    18/66

    18

    Ujung kapsula interna berakhir dalam otak, tepat di atasotak tengah,namun akson-

    akson yang melewatinya terus ke bawah melaluibatang otak dan sumsum tulang belakang.

    Mereka turun melalui batang otak dalam dua bundel besar yang disebut pedunkulus

    serebri atau crus serebri.

    Merupakan berkas serabut saraf berbentuk pita lebar substansia alba yang

    memisahkan nucleus lenticularis dengan nucleus caudatus dan thalamus. Mengandung

    serabut saraf penghubung bolak-balik antara cortex cerebri dengan thalamus dan medula

    spinalis. Pada penampang lintang berventuk huruf V, dimana titik sudutnya disebut genu

    menghadap ke medial dan kaki-kakinya disebut crus anterior dan crusposterior.

    Kapsula Interna terdiri dari :

    A. Krus Anterior

    Berisi serat-serat talamokortikal dan kortikotalamik, jaras-jaras frontopontin dan

    serat-serat saraf yang menghubungkan nucleus kaudatus dan putamen

    B. Krus Posterior

    Terdiri dari 3 bagian :

    1. Bagian Sentral ( 2/3 depan )

    Berisi jaras jaras kortikobulbaris, kortikospinalis dan kortikorubralis

    2. Bagian Retrolentikular (1/3 belakang)

    Berisi jaras jaras sensorik dari inti posterolateral thalamus ke girus post-sentralis

    3. Bagian Sublentikular (dibawah nucleus lentikularis)

    Berisi serat serat parietotemporopontin, radiasio auditorik (pendengaran) dan serat

    serat (penglihatan) genikulokalkarina.

    http://kamuskesehatan.com/arti/otak-tengah/http://kamuskesehatan.com/arti/batang-otak/http://kamuskesehatan.com/arti/pedunkulus-serebri/http://kamuskesehatan.com/arti/pedunkulus-serebri/http://kamuskesehatan.com/arti/pedunkulus-serebri/http://kamuskesehatan.com/arti/pedunkulus-serebri/http://kamuskesehatan.com/arti/batang-otak/http://kamuskesehatan.com/arti/otak-tengah/
  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    19/66

    19

    LI.2 Memahami dan menjelaskan Fisiologi Sistem Saraf

    Hampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh sistem saraf.

    Secara umum sistem saraf mengendlikan aktivitas tubuh yang cepat seperti kontraksi otot.

    Daya kepekan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi

    terhadap perubahan sekitarnya. Rangsangan ini disebut denganstimulus. Reaksi yang

    dihasilkan dinamakan respons. Dengan perantaraan zat kimia yang aktif atau melalui hormon

    melalui tonjolan protoplasma dari satu sel berupa benang atau serabut. Sel ini

    dinamakan neuron.

    Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang disebutperikarion berisi nukleus. Di

    dalam sel plasma perikarion, terdapat badan-badan yang disebut

    dengansubtansianissel. Dari badansel keluar dua macamserabut saraf,

    yaitudendritdanakson.Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf,

    sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson

    biasanya sangat panjang dan sebaliknya dendrit berukuran pendek. Setiap neuron hanya

    mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.

    Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak yang disebutmielinyang merupakan

    kumpulansel Schwannyang menempel pada akson. Sel Schwann adalahsel glia yang

    membentuk selubung lemak di seluruh serabutsaraf mielin.Membran plasma sel Schwann

    disebutneurilema.Fungsi mielinadalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari

    akson yang tidak terbungkus mielin disebutnodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat

    penghantaran impuls. Sususnan saraf terdiri atas susunan saraf sentral atau sitem saraf pusat,

    terdiri atas otak besar, otak kecil, batang otak dan medulla spinalis, saraf periferyaitu saraf

    somatis dansaraf otonom.

    Neuron dikhususkan untuk menghasilkan sinyal listrik dan biokimia cepat. Neuron

    juga mampu mengolah, memulai, mengkode, dan menghantarkan perubahan-perubahan pada

    potensial membrannya sebagai suatu cara untuk menyalurkan pesan dengan cepat melintasipanjangnya. Selain itu, neuron telah mengembangkan perantara kimiawi untuk

    menyampaikan informasi melalui jalur-jalur saraf yang berbeit-belit dari neuron ke neuron

    serta ke otot dan kelenjar.

    Sel saraf menurut jenis rangsangannya meliputi sel saraf (sel ganglion) dan serabut

    saraf(neurit) atau akson. Sel saraf (neuron) besarnya bermacam-macam dilihat dari geriginya

    satu, dua, dan banyak. Gerigi yang banyak bercabang menghubungkan sel itu dengan

    sesamanya, gerigi ini disebut dendrite. Alat penghubung disebut neuron. Serabut saraf (neurit)atau akson adalah bagian utama serabut saraf, yang disebutsumbu toraks, dan di bagian

    http://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Serabut_sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dendrithttp://id.wikipedia.org/wiki/Dendrithttp://id.wikipedia.org/wiki/Dendrithttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mielinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mielinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mielinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_Schwann&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_Schwann&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_Schwann&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_glia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Membran_plasmahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neurilemma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neurilemma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neurilemma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Nodus_Ranvierhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nodus_Ranvierhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nodus_Ranvierhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nodus_Ranvierhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neurilemma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Membran_plasmahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_glia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_Schwann&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mielinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Aksonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dendrithttp://id.wikipedia.org/wiki/Serabut_sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sel
  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    20/66

    20

    tengah disebut juga benang saraf. Sumbu saraf mempunyai benang saraf yang terdiri atas zat

    lemak dinamakan myelin. Sumbu toraks yang tidak mempunyai selaput kehilangankeabu-

    abuan atau serabut saraf gaib (saraf sulung) sekeliling serabut saraf ini ada selaput bening

    yang disebut denganselaput schwan.

    Sistem saraf tersusun oleh 3 kelas neuron yaitu neuron aferen, neuron eferen, dan

    antarneuron. Sistem Saraf Aferenterdiri dari neuron aferen yang memiliki reseptor sensorik

    yang menghasilakan potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan spesifik. Potensial

    aksi dimulai di ujung reseptor perifer sebagai respons terhadap rangsangan dan menjalar di

    sepanjang akson perifer dan akson sentral ke arah medula spinalis.Neuron eferen berada

    pada sistem saraf perifer. Badan sel neuron eferen berada pada SSP, tempat banyak masukan

    prasinaps yang berlokasi sentral berkonvergensi pada neuron tersebut untuk mempengaruhi

    keluaran ke organ efektor. Akson-akson pada eferen meninggalkan sistem saraf pusat untuk

    berjalan menuju ke otot dan kelenjar yang mereka persarafi, menyampaikan keluaran

    terintegrasi agar melaksanakan perintah yang diinginkan.

    Antarneuronatau interneuronterletak seluruhnya di dalam SSP. Neuron jenis ini

    memiliki dua fungsi utama yaitu menghubungkan neuron aferen dengan neuron eferen dan

    bertanggung jawab atas fenomena abstrak yang berkaitan dengan jiwa, misalnya berfikir,

    emosi, ingatan, kreativitas, intelektual dan motivasi.

    Kemampuan khusus yang dimiliki oleh sel saraf seperti iritabilita,sensitivitas

    terhadap stimulus, konduktivitas, dan kemampuan mentranmisi suatu respon terhadap

    stimulusdiatur oleh sistem saraf melalui 3 cara yaitu:

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    21/66

    21

    1. Input sensoris yaitu menerima sensasi atau stimulus melalui respor yang terletak di

    tubuh, baik eksterneal maupun internal.

    2. Akivitas intergratifyaitu respons mengubah stimulus mnjdi impuls listrik yang mejalar

    sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, kemudian menginterpretasikan

    stimulus sehingga respons terhadap informasi dapat terjadi.

    3. Out put yaituimpuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respons yang sesuai

    dari otak dan kelenjar yang disebut dengan efektor.

    Sistem saraf memiliki tugas pokok yang meliputi 1) kontraksi otot seluruh tubuh, 2)

    kontraksi otot polos dalam organ internal, 3) sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin dalam

    tubuh. Kegitan tersebut secara bersama-sama disebut denganfungsi motorik.

    Pengolahan Informasi pada Sistem Saraf

    Informasi yang masuk diolah sedemikian rupa sehingga terjadi reaksi motorik yang

    tepat. Lebih dari 99% dari semua informasi sensoris terus dibuang karena tidak penting,

    misal: orang menyadari bagian tubuh yang bersentuhan dengan pakaian dan tidak menyadari

    tekanan pada tempat duduk ketika sedang duduk. Perhatian ditujukan pada suatu objek

    khusus dalam lapangan penglihatan dan bunyi yang terus menerus, biasanya dipindahkan ke

    latar belakang bila informasi sensoris penting telah dipilih maka selanjutnya disalurkan ke

    dalam daerah motorik otak yang tepat unntuk menimbulkan reksi yang diinginkan. Dalam hal

    ini sinaps berperan dalam mengolah informasi. Sinapsberfungsi sebagai tempat hubungan

    satu neuron dengan neuron berikutnya untuk mengatur penghantaran isyarat dan menentukan

    arah penyebaran isyarat saraf di dalam sistem saraf.

    Biasanya sinaps neuron ke neuron yang lain melibatkan suatu pertautan antara sebuah

    terminal akson di satu neuron dan dendrit atau badan sel saraf yang lain. terminal akson yaitu,

    yang menghantaran potensial aksi menuju ke sinaps, berakhir di sebuah ujung yang sedikit

    menggelembung, yang disebut kepala sinaps (synaptic knob). Kepala sinapsmengandungvesikel sinaps, yang menyimpan zat perantara kimiawi spesifik, yaitu

    suatu neurotransmitter, yang telah disentesis dan dikemas oleh neuron prasinaps . Kepala

    sinaps berada sangat dekat , tetapi tidak berkontak langsung dengan neuron pascasinaps,

    yaitu neuron yang potensial aksinya menjalar menjauhi sinaps. Ruang antara neuron

    prasinaps dan pascasinaps yaitu celah sinaps yang terlalu lebar untuk penyebran langsung

    arus dari satu sel ke sel lain dan dengan demikian mencegah potensial aksi lewat secara

    elektris antar neuron. Bagian dari membrane pascasinapsyang tepat berada di bawah kepalasinaps disebut sebagai membrane subsinaps. Sinaps hanya beroprasi dalam satu arah. Proses

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    22/66

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    23/66

    23

    LI.3 Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Kelainan Saraf

    Pemeriksaan Fungsi Sistem Motorik

    Pemeriksaan sistem motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk

    menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.

    1. Pengamatan.

    Gaya berjalan dan tingkah laku.

    Simetri tubuh dan ektremitas.

    Kelumpuhan badan dan anggota gerak.

    2. Gerakan Volunter.

    Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

    Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.

    Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.

    Mengepal dan membuka jari-jari tangan.

    Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.

    Fleksi dan ekstensi artikulus genu.

    Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.

    Gerakan jari- jari kaki.

    3. Palpasi otot.

    Pengukuran besar otot.

    Nyeri tekan.

    Kontraktur

    Konsistensi ( kekenyalan )

    Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada :

    Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.

    Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).

    Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).

    Kontraktur otot.

    Konsistensi otot yang menurun terdapat pada :

    Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.

    Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di motor end plate.

    4. Perkusi otot.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    24/66

    24

    Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan

    berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.

    Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi ( biasanya terdapat pada

    pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk ). Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena

    kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.

    5. Tonus otot.

    Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas

    tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang

    normal terdapat tahanan yang wajar.

    Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan LMN).

    Hipotoni : tahanan berkurang.

    Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai pada

    kelumpuhan UMN.

    Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.

    6. Kekuatan otot.

    Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:

    Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa

    menahan gerakan ini.

    Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh

    menahan.

    Cara menilai kekuatan otot :

    Dengan menggunakan angka dari 0-5.

    0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

    1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada

    persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

    2 Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat

    (gravitasi).

    3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.

    4 Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan

    yang diberikan.

    5 Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

    Anggota gerak atas.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    25/66

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    26/66

    26

    d) Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan, eksplosif,

    cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti pada

    waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum, substansia nigra dan

    corpus subthalamicus.

    e) Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atau

    tangan yang agak lambat dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi

    atau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Gerakan ini dianggap

    sebagai manifestasi lesi di nukleus kaudatus.

    f) Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra, hingga

    menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan

    dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel.

    g) Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang

    masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak

    sebagai keduten keduten dibawah kulit.

    h) Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten tidak secepat fasikulasi dan

    berlangsung lebih lama dari fasikulasi.

    i) Myokloni : gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsung sejenak,

    aritmik, dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot skelet dan pada

    setiap waktu, waktu bergerak maupun waktu istirahat.

    8. Fungsi koordinasi

    Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum. Serebelum adalah pusat yang

    paling penting untuk mengintegrasikan aktivitas motorik dari kortex, basal ganglia,

    vertibular apparatus dan korda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan lintasan

    yang mengirimkan informasi ke serebelum serta lesi pada serebelum dapat mengakibatkan

    gangguan fungsi koordinasi atau sering disebut Cerebellar sign .

    Macam-macam pemeriksaan Cerebellar sign1) Test telunjuk hidung.

    2) Test jarijari tangan.

    3) Test tumitlutut.

    4) Test diadokinesia berupa: pronasisupinasi, tapping jari tangan.

    5) Test fenomena rebound.

    6) Test mempertahankan sikap.

    7)

    Test nistagmus.8) Test disgrafia.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    27/66

    27

    9) Test romberg.

    Test romberg positif:

    baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup , pasien akan jatuh

    kesisi lesi setelah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyanggoyang ).

    Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walking, dan menunjukkan

    gejala jalan yang khas yang disebut celebellar gait

    Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan tangan,lengan atau

    tungkai dengan halus. Gerakan nya kaku dan terpatah-patah.

    Gait dan Station.

    Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein memungkinkan untuk itu. Harus

    diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan pada orang

    orang tua atau penyandang cacat non neurologis. Pada saat pasien berdiri dan berjalan

    perhatikan posture, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan mintalah pasien

    untuk melakukan.

    Jalan diatas tumit.

    Jalan diatas jari kaki.

    Tandem walking.

    Jalan lurus lalu putar.

    Jalan mundur.

    Hopping.

    Berdiri dengan satu kaki.

    Macam macam Gait:

    Hemiplegik gait: gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara sirkumduksi.

    Spastik ( scissors gait ): gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai, misalnya

    spastik paraparese.

    Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.

    Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid atau paralisis n.

    Peroneus.

    Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang berlebihan, khas

    untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya otot gluteus.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    28/66

    28

    Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua

    tungkai berfleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah

    diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.

    Gerakan involuntar

    Gerakan yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem ekstrapiramidal. Bercirikan

    terjadinya diluar kehendak, tidak bertujuan, tidak terkoordinasi dan tidak dapat dikendalikan.

    Karena itu gerakan involuntar digolongkan sebagai gerakan abnormal, bisa sebagai gejala

    ataupun sebagai suatu diagnosis penyakit/ sindrom sendiri.

    Adapun tiga jenis gerakan involunter meliputi

    1. Gangguan gerakan hiperkinetik (hiperkinesia)

    a) Tremor, dan mioklonus

    b) Khorea, atetosis, balismus dan distonia

    c) Gangguan gerakan karena obat- obatan

    2. Gangguan gerakan hipokinetik (hipokinesia)

    a) Sindrom parkinson

    b) Paralisis supranuklear progresif

    c) Gangguan serebelum dan hubungan spinoserebral

    Secara klinik, marsden (1992) membagi penyakit- penyakit dengan gangguan gerakan

    sebagai berikut :

    1. hipokinesia/akinesia disertai rigiditas misalnya penyakit parkinson, penyakit wilson

    2. diskinesia (gerakan involuntar abnormal dan berlebihan)

    Jenis- jenis gerakan involuntar

    - Tics

    gerakan involuntar yang sifatnya berulang, cepat, singkat, stereoptik, kompulsif dan takberirama dapat merupakan bagian dari kepribadian normal.

    - Tremor

    Suatu gerakan osilasi ritmik agak teratur, berpangkal pada pusat gerakan tetap dan

    biasanya dalam satu bidang tertentu.

    - Miokionus

    Kontraksi suatu otot atau sekelompok otot yang tidak disadari dan bersifat mendadak,

    megakibatkan gerakan yang dapat dilihat pada tempat/sendi yang bersangkutan.- Khorea sydenham

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    29/66

    29

    Disebabkan oleh gangguan imunologik sehubungan dengan infeksi streptokokus atau

    demam reumatik.

    - Atetosis dobel

    Disebabkan oleh anoxsia pada waktu lahir.

    - Hemibalismus

    Disebabkan oleh berbagai macam proses patologis antara lain gangguan vaskular, infeksi,

    trauma, dan tumor.

    - Distonia

    Sering ditemukan pada berbagai penyakit, baik yang uum dan sistemik maupun yang

    terbatas pada sistem saraf dan dapat membantu mebgidentifikasi penyakit yang

    mendasarinya.

    Kelainan klinis neurologis gangguan fungsi motorik

    1. Saraf Olfaktorius. (N.I)

    Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan berapa gangguan

    penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat unilatral maupun bilateral.

    Pada anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui adanya gangguan

    penciuman.Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang

    serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar tengkorak

    dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang perjalanan impuls

    penciuman akan mengakibatkan anosmia.

    Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan penciuman berupa:

    Agenesis traktus olfaktorius

    Penyakit mukosa olfaktorius bro rhinitis dan tumor nasal. Sembuhnya rhinitis

    berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis kronik, dimana mukosa

    ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang untuk seterusnya. Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa.

    Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi countre coup, biasanya

    disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau

    bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio

    orbital.

    Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak

    didekatnya.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    30/66

    30

    Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus

    olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia,

    sindr foster kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis.

    Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.

    Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik

    atau ekstrinsik).

    Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya,

    dia mungkin mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena

    kemampuannya untuk merasakan aroma, suatu sarana yang penting untuk

    pengecapan menjadi hilang.

    2. Saraf Optikus (N.II)

    Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Gangguan

    penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan lapangan pandang.

    Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat mengakibatkan gangguan

    penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada nevrus optikus itu sendiri atau

    sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus optikus, radiatio optika,

    kortek penglihatan. Bila terjadi kelainan berat makan dapat berakhir dengan kebutaan.

    Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah untuk buta ialah

    anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang sesisi, maka buta

    semacam itu dinamakan hemiopropia.

    Berbagai macam perubahan pada bentuk lapang pandang mencerminkan lesi pada

    susunan saraf optikus.

    Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh:

    1. Trauma Kepala

    2. Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)

    3.

    Kelainan pembuluh darah, misalnya pada trombosis arteria katotis makapangkal artera oftalmika dapat ikut tersumbat jug. Gambaran kliniknya berupa

    buta ipsilateral.

    4. Infeksi.

    Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:

    Papiledema (khususnya stadium dini). Papiledema ialah sembab pupil yang si

    dan terkait pada tekanan intrakkranial yang meninggi, dapat disebabkan oleh lesi

    desak ruang, antara lain hidrocefalus, hipertensi intakranial benigna, hipertensistadium IV. Trombosis vena sentralis retina.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    31/66

    31

    Atrofi optik, dapat disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma,

    iskemia, famitral, misal: retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia friedrich.

    .Neuritis optik.

    3. Saraf Okulomotorius (N.III)

    Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola mata tidak bisa

    bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar. Juga mengakibatkan

    gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan akomodasi, sehingga reaksi pupil

    akan berubah. N. III juga menpersarafi otot kelopak mata untuk membuka mata, sehingga

    kalau lumpuh, kelopak mata akan jatuh ( ptosis).

    Kelumpuhan okulomotorius lengkap akan memberikan gambara dibawah ini:

    o Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya perlawanan

    dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh nervus fasialis.

    o Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral karena tidak adanya

    perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.

    o Dilatasi pupil, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

    4. Saraf Troklearis (N. IV)

    Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak

    kebawah dan kemedial. .

    Ketika pasien melihat lurus kedepan atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi

    daripada mata yang lain. Jika pasien melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi

    dipopia terjadi pada setiap arah tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf

    troklearis jarang terjadi dan sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada

    dahi atu verteks.

    5. Saraf Abdusens (N. VI)

    Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke

    lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit teradduksi dan tidak dapatdigerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal, mata yang paralisis bergerak ke

    medial dan ke atas karena predominannya ototoblikusinferior.

    Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata tampak melihat lurus

    keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan pupil melebar serta tidak bereaksi

    terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis). Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya

    akibat kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah

    ensefelaitis, neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dantumor. Penyebab yang paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    32/66

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    33/66

    33

    turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami kesulitan

    mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut yang turun.

    Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat kumpulan air mata

    di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi sakit tidak ada.

    8. Saraf Vestibulokoklearis

    Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan

    keseimbangan (vertigo).

    Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara lain:

    Gangguan pendengaran, berupa : Tuli saraf dapat disebabkan oleh tumor.

    Degenerasi misal presbiaksis.

    Trauma, misal fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas misal aspirin,

    streptomisin atau alkohol, infeksi misal, sindv rubella kongenital dan sifilis

    kongenital.

    Tuli konduktif dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan

    penyakit Paget.

    Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler. Pada labirin

    meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan, intoksikasi

    streptomisin.

    Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis

    vestibularis.

    Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV

    demielinisasi.

    Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.

    9. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

    Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat

    mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru.Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan

    adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi demikian bisa berakibat pada

    kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan persarafan otot-otot menelan

    menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus

    melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru. Kelainan yang dapat menjadi

    penyebab antara lain : Lesi batang otak (Lesi N IX dan N. X), Syringobulbig (cairan

    berkumpul di medulla oblongata). Pasca operasi trepansi serebelu dan pasca operasi didaerah kranioservikal

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    34/66

    34

    10. Saraf Asesorius (N. XI)

    Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher (otot

    sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta kelemahan

    saat leher berputar ke sisi kontralateral.

    Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia

    akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.

    11. Saraf Hipoglossus (N. XII)

    Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan

    pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat menyebabkan

    gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan

    proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan bicara

    (disatria) jalan nafas dapat terganggu apabila lidah tertarik ke belakang.

    Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat

    lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan.

    Saat istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.

    LI.4 Memahami dan menjelaskan Stroke

    LO 4.1 Definisi

    Stroke adalah sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat lesi vaskular yang bisabangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi

    kausanya. WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak,

    baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24

    jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler

    (Hatano, 1976 dalam Davenport dan Dennis, 2000).

    LO 4.2 Epidemiologi

    Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per 100.000 padapria dan 201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke 270 per 100.000 pada

    pria dan 189 per 100.000 pada wanita. Di Inggris insidens stroke 174 per 100.000 pada pria

    dan 233 per 100.000 pada wanita. Di Swedia, insidens stroke 221 per 100.000 pada pria dan

    196 per 100.000 pada wanita (Fieschi, et al, 1998). Data di Indonesia menunjukkan terjadinya

    kecendrungan peningkatan insidens stroke.

    Berdasarkan data yang dikeluarkan WHO april 2011 kematian karena stroke di

    Indonesia mencapai 138.268 atau 9,7% penyebab kematian di Indonesia, Indonesia termasuk. Sedangkan pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh data jumlah

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    35/66

    35

    penderita stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober 1996 sampai dengan

    akhir Maret 1997, mengenai usia sebagai berikut : dibawah 45 tahun 12,9% , usia 45 65

    tahun 50,5%, diatas 65 tahun 35,8% , dengan jumlah pasien laki-laki 53,8% dan pasien

    perempuan 46,2% (Misbach, 1999).

    LO 4.3 Etiologi

    Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu :

    1. Trombosis serebral

    Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama

    trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda

    trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa

    pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapamengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau

    embolisme serebral.

    Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara

    sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan

    paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

    2. Embolisme serebral

    Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yangmerusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan

    afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit

    jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

    3. Iskemia serebral

    Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi

    ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

    4. Haemorrhagi serebral

    a) Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro

    yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur

    tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien harus

    diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.

    b) Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural, kecuali

    bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode

    pembentukan hematoma lebih lama danc menyebabkan tekanan pada otak.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    36/66

    36

    Beberapa pasien mungkin mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa

    menunjukkan tanda atau gejala.

    c) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,

    tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus

    Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.

    d) Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak paling

    umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena

    perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur

    pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila ha

    emorrhagi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk

    penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital

    Faktor Resiko

    Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut

    ditanggulangi / diubah :

    A. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi

    B. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

    C. Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi

    Pengenalan faktorfaktor resiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor

    resiko lebih dari 1 (satu) faktor atau bahkan kadangkadang faktor resiko ini diabaikan.

    Setelah mengetahui maka perlu dikenal juga bagaimana cara pengatasan atau penghindaran

    faktorfaktor resiko dan caracara pemeriksaan faktor.

    A. Faktor Resiko Yang Tak Dapat Diubah

    Umur

    Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia

    hingga makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam

    statistik faktor ini menjadi 2 x lipat setelah usia 55 tahun.

    Jenis.

    Stroke diketahui lebih banyak lakilaki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 44

    tahun dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan

    karena pemakaian obatobat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang

    lebih tinggi dibanding lakilaki.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    37/66

    37

    Berat Lahir Yang Rendah

    Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir rendah menunjukkan

    angka kematian yang lebih tinggi dibanding orang yang lahir dengan berat normal.

    Namun apa hubungan antara keduanya belum diketahui secara pasti.

    Ras

    Penduduk Afrika Amerika dan Hispanic Amerika berpotensi stroke lebih tinggi

    dibanding Eropa Amerika. Pada penelitian penyakit artherosklerosis terlihat

    bahwapenduduk kulit hitam mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding

    kulit putih.

    Faktor Keturunan

    Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko stroke. Hal ini

    diperkirakan melalui beberapa mekanisme antara lain :

    - Faktor genetik

    - Faktor life style

    - Penyakitpenyakit yang ditemukan

    - Interaksi antara yang tersebut diatas

    Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum terjadi stroke

    B.

    Faktor Resiko Yang Dapat Diubah

    Banyak data menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan

    bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan angka penurunan terjadinya

    stroke setelah penanggulangan faktor resikonya, terutama pengatasan faktor resiko

    artherosklerosis.

    Hypertensi/tekanan darah tinggi

    Makin tinggi tensi darah makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik

    perdarahan maupun bukan.

    Merokok

    Penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor resiko terjadinya stroke,

    terutama dalam kombinasi dengan faktor resiko yang lain misal pada kombinasi

    merokok dan pemakaian obat kontrasepsi . Hal ini juga ditunjukkan pada perokok

    pasif. Merokok meningkatkan terjadinya thombus, karena terjadinya artherosklerosis.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    38/66

    38

    Diabetes

    Penderita diabetes cenderung menderita artherosklerosis dan meningkat kan

    terjadinya hypertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi hypertensi

    dan diabetes sangat menaikkan komplikasi diabetes termasuk stroke. Pengendalian

    diabetes sangat menurunkan terjadinya stroke.

    Kenaikan kadar cholesterol/lemak darah

    Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar

    cholesterol diatas 240 mg % Setiap kenaikan 38,7 mg % menaikkan angka stroke 25

    %. Sedangkan kenaikan HDL 1 m mol (38,7 mg %) menurunkan terjadinya stroke

    setinggi 47 %. Demikian juga kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya

    stroke. Pemberian obatobat anti cholesterol jenis statin sangat menurunkan terjadinya

    stroke.

    Penyempitan Pembuluh darah Carotis

    Pembuluh darah carotis berasal dari pembuluh darah jantung yang menuju ke otak dan

    dapat diraba pada leher. Penyempitan pembuluh darah ini kadangkadang tak

    menimbulkan gejala dan hanya diketahui dengan pemeriksaan. Penyempitan > 50 %

    ditemukan pada 7 % pasien lakilaki dan 5 % pada perempuan pada umur diatas 65

    tahun. Pemberian obatobat aspirin dapat mengurangi incidence terjadinya stroke,

    namun pada beberapa pasien dianjurkan dikerjakan carotid endarterectomy.

    Gejala Sickle cel

    Penyakit ini diturunkan, kadangkadang tanpa gejala apapun. Beberapa menunjukkan

    gejala anemia hemolytic dengan episode nyeri pada aanggota badan, penyumbatan

    penyumbatan pembuluh darah termasuk stroke.

    Penggunaan terapi sulih hormon.

    Penggunaan terapi sulih hormon dianjurkan untuk mencegah terjadinya stroke dan

    penyakit jantung vaskuler, namun pada beberapa penelitian pada pemakaian 6 bulan

    berturutturut meningkatkan terjadinya stroke pada pemakaian restradol. Pemakaian

    sulih hormon untuk mencegah stroke tidak dianjurkan.

    Diet dan Nutrisi

    Asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah mengurangi terjadinya

    stroke. Pemakaian garam dapur berlebihan meningkatkan terjadianya stroke. Mungkin

    ini dikaitkan dengan terjadinya kenaikan tensi. j. Latihan fisik Kegiatan fisik yang

    teratur dapat mengurangi terjadinya stroke ( 30 menit gerakan moderate tiap hari)

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    39/66

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    40/66

    40

    Pemakaian obatobat kontrasepsi (OC)

    Resiko stroke meningkat jika memakai OC dengan dosis obstradial 50 ug.

    Umumnya resiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi dengan adanya usia >

    35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain.

    Gangguan Pola Tidur

    Penelitian membuktikan bahwa tidur ngorok meningkatkan terjadinya stroke. Pola

    tidur ngorok sering disertai apneu (henti nafas) tidak hanya berpotensi menyebabkan

    stroke tapi juga gangguan jantung. Hal ini disebabkan penurunan aliran darah ke otak,

    kenaikan tensi dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan yang cermat dengan

    mencari penyebabnya.

    Kenaikan homocystein

    Homocystein adalah sulpenydril yang mengandung asam amino dan diet yang

    mengandung methirin. Kenaikan homocystein meningkatkan artheriosclerosis. Diet

    kaya sayur dan buah akan menurunkan homocystein.

    Kenaikan lipoprotein (a)

    Lipid protein komplex yang meningkat merupakan resiko terjadinya penyakit jantung

    dan stroke. Lp (a) merupakan partikel dari LDL dan peningkatannya akan

    meningkatkan terjadinya thrombosis dengan mekanisme menghambat plasminogen

    aktivator. Pengobatan dengan niacin akan menurunkan lp (a)

    Hypercoagubility

    Ada kecenderungan darah mudah menggumpal di karenakan adanya autiphospolipid

    antibody. Test dapat dikerjakan dengan pemeriksaan anti crdiolipin antibody dan

    anticoagulant lypus.

    LO 4.4 Klasifikasi

    Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemikmaupun stroke hemorragik.Stroke iskemikyaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak

    sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini

    dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

    1. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.

    2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

    3. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena

    adanya gangguan denyut jantung.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    41/66

    41

    Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

    otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke

    hemoragik ada 2 jenis, yaitu:

    1.Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

    2.

    Hemoragik Subaraknoid :pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruangsempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

    Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Misbach (1999)

    dalam Ritarwan (2002), klasifikasi tersebut antara lain:

    A.Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

    1. Stroke iskemik

    Transient Ischemic Attack (TIA)

    Trombosis serebri

    Emboli serebri2. Stroke hemoragik

    Perdarahan intraserebral

    Perdarahan subarakhnoid

    B.Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu:

    1. Serangan iskemik sepintas atau Transient Ischemic Attack(TIA)

    Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di

    otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

    2.Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

    Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.

    3.Progressing stroke ataustroke in evolution

    Gejala neurologik yang makin lama makin berat.

    4.Completed stroke

    Gejala klinis yang telah menetap

    C.Berdasarkan sistem pembuluh darah:

    Sistem karotis dan sistem vertebrobasiler.

    Stroke juga umumnya diklasifikasikan menurut patogenesisnya. Dalam hal ini stroketerbagi dalam dua klasifikasi, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Berdasarkan

    penelitian, dijumpai prevalensi stroke iskemik lebih besar dibandingkan dengan stroke

    hemoragik. Menurut Sudlow dan Warlow (1996) dalam Davenport dan Dennis (2000), 80%

    dari seluruh kejadian stroke pada orang kulit putih merupakan stroke iskemik.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    42/66

    42

    LO 4.5 Patofisiologi

    Stroke Iskemik

    Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap

    (Sjahrir,2003)

    Tahap 1 :

    a. Penurunan aliran darah

    b. Pengurangan O2

    c. Kegagalan energi

    d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion

    Tahap 2 :

    a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion

    b. Spreading depression

    Tahap 3 : Inflamasi

    Tahap 4 : Apoptosis

    Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas

    patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis,

    peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh

    radikal bebas. (Sherki dkk,2002)

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    43/66

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    44/66

    44

    penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecahjuga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).

    Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnyatekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya

    lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yangmenyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan

    otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahansubarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dariarteriovenous malformation (AVM).

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    45/66

    45

    LO 4.6 Manifestasi Klinis

    Berikut ini adalah manifestasi klinis stroke berdasarkan lokasi penyumbatan :

    1. Pembuluh besar dalam sirkulasi anterior

    a. Arteri cerebri media

    Sumbatan total :

    Contralateral hemiplegia, hemianasthesia, homonymous hemianopia, pandangan

    cenderung pada sisi ipsilateral. Dapat pula terjadi global aphasia pada hemisphere

    yang dominan dan ansognosia, constructional aphasia, dysarthria pada hemisphere

    non dominan.

    Sumbatan partial :

    Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan aphasia broca dengan atau tanpa

    kelemahan lengan. Ataupun dapat terjadi aphasia wernicke tanpa kelemahan.

    b. Arteri cerebri anterior

    Respons motorik dan verbal menurun, paraparesis, dan inkontinensia urin.

    c. Arteri choroid anterior

    Hemiplegia contralateral, hemianasthesia, homonymous hemianopia.

    d. Arteri carotis interna

    Gejala mirip dengan gejala pada arteri cerebri media, namun juga terdapat transient

    monocular blindness.

    e. Arteri carotis communis

    Gejala sama dengan pada carotis interna.

    2. Pembuluh darah besar dalam sirkulasi posterior

    a. Arteri cerebri posterior

    Infark pada lesi lateral subthalamus, thalamus medial, ipsilateral pedunculus cerebral,

    dan midbrain. Dapat pula terjadi palsy N. III dengan ataxia contralateral atau

    hemiplegia contralateral.

    Penyumbatan pada bagian distal arteri ini mengakibatkan infark pada temporal medial

    dan occipital, yang kemudian menyebabkan contralateral homonymous hemianopia,

    gangguan ingatan apabila hippocampus terlibat. Infark pada splenium corpus

    callosum menyebabkan alexia tanpa agraphia.

    b. Arteri vertebral dan cerebri posterior inferior

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    46/66

    46

    Vertigo, kaku wajah ipsilateral dan badan kontralateral, diplopia, hoarseness,

    dysarthria, dysphagia, Wallenbergssyndrome.

    Infark cerebral dan edema dapat mengakibatkan respiratory arrest.

    c. Arteri basilaris

    Gejala pusing (dizziness), diplopia, dysarthria, kaku wajah, gejala hemisensorik.

    d. Arteri cerebelli superior

    Ataxia cerebellar ipsilateral, mual muntah, dysarthria, rasa kebal kontralateral, tidak

    merasakan sensasi suhu pada ekstremitas, badan, dan wajah.

    e. Arteri cerebelli anterior inferior

    Penurunan pendengaran ipsilateral, lemah wajah, vertigo, mual muntah, nystagmus,

    tinnitus, cerebellar ataxia, kebal contralateral.

    3. Pembuluh kecil (lacunar stroke)

    Gejala dapat berupa hemiparesis motorik, ataxic hemiparesis, dysarthria, dan aphasia

    broca.

    LO 4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

    Anamnesis

    a.

    Identitas

    Nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya pasien,

    keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.

    b. Keluhan utama

    Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.

    c. Riwayat penyakit sekarang (RPS).

    d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

    Berupa pengobatan yang dijalani sekarang, termasuk OTC, vitamin dan obatherbal.Allergi (alergi obat dan yang lainnya yang menyebabkan manifestasi alergi

    spesifik), operasi, rawat inap di rumah sakit, transfusi darah termasuk kapan dan berapa

    banyak jumlah produk darahnya, trauma dan riwayat penyakit yang dulu.

    Pada pasien dewasa : Tanya apakah menderita penyakti DM, HTN, stroke, PUD, asthma,

    emphysema, tyroid, hepar dan ginjal, penyakit perdarahan, kanker, TB, hepatitis dan

    penyakit menular seksual. Pada pasien anak-anak: mencakup riwayat prenatal dan

    kelahiran, makanan, intoleransi makana, riwayat imunisasi, temperatur pemanas aiat danpenggunaan helm waktu bersepeda.

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    47/66

    47

    e. Riwayat Keluarga

    Umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota

    keluarga (tanya apakah ada yang menderita kanker terutama payudara, kolon dan prostat),

    TB, asma, infark miokard, HTN, penyakit tyroid, penyakit ginjal, PUD, DM, penyakit

    perdarahan, glaukoma, degenerasi makular dan depresi atau penyalahgunaan alkohol atau

    obat-obatan. Gunakan skema keluarga (pedagre).

    f. Riwayat psychosocial (sosial)

    Stressor (finansial, hubungan spesial, lingkungan kerja atau sekolah, kesehatan) dan

    dukungan (keluarga, teman, dll), faktor resiko gaya hidup (alkohol, obat-obatan,

    tembakau dan penggunaan kafein, diet, olah raga, paparan terhadap agen lingkungan dan

    prilaku seksual, profil pasien (mencakup status pernikahan, anak, orientasi seksual,

    pekerjaan sekarang dan sebelumnya, dukungan finansial dan asurasi, pendidikan, agama,

    hoby, kepercayaan, kondisi tempat tinggal), untuk veteran mencakup riwayat militer.

    Pasien pediatrik mencakup tingkat sekolah dan kebiasaan tidur dan bermain.

    Pemeriksaan fisik nervus cranialis :

    a. N.I : olfaktorius (daya penciuman)

    Pasien memejamkan mata, disuruh membedakan yang dirasakan (kopi, tembakau,alkohol,

    dll)

    b. N.II : optikus (tajam penglihatan)

    Dengan snellen card, funduscope, dan periksa lapang pandang.

    c. N.III : okulomorius (gerakan kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata)

    Tes putaran bola mata, menggerakkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi

    kelopak mata.

    d. N.IV : trochearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam)

    Sama seperti N.IIIe. N.V : trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan

    refleks kedip) :

    Menggerakkan rahang ke semua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh dengan kapas

    pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan

    dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.

    f. N.VI : abducend (deviasi mata ke lateral)

    Sama seperti N.III.g. N.VII : facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah)

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    48/66

    48

    Senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis maja, menutup kelopak mata

    dengan tahanan, menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.

    h. N.VIII : vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan)

    Tes webber dan rinne.

    i. N.IX : glosofaringeus (sensasi rasa 1/3 posterior lidah)

    Membedakan rasa manis dan asam (gula dan garam).

    j. N.X : vagus (refleks muntah dan menelan)

    Menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah / air, disuruh mengucap ah!.

    k. N.XI : accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)

    Palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan

    tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot

    sternocleidomastoideus, suruh pasien memutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh

    pasien melawan tahan.

    l. N.XII : hipoglosus (gerakan lidah)

    Pasien suruh menjulurkan lidah dan menggerakkan dari sisi ke sisi. Suruh pasien

    menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan

    tadi.

    Pemeriksaan penunjang

    Skor yang dapat digunakan oleh tenaga medis untuk mengarahkan diagnosis diantaranya :

    A. Skor Siriraj

    1. Kesadaran ( x 2,5 )

    siaga 0

    Pingsan 1

    Semi koma, koma 2

    2. Muntah ( x 2 )

    No 0Yes 1

    3. Nyeri kepala dalam 2 jam ( x2)

    No 0

    Yes 1

    4. Tekanan Diastolik ( DBP )

    DBP x 0,1

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    49/66

    49

    5. Atheroma markers ( x -3 )

    Done 0

    Diabetes, angina, claudicatio intermitten 1

    6. Konstanta12

    Siriraj Stroke Score (SSS): ( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala )

    + ( 0,1 x tekanan diastolik )( 3 x petanda ateroma )12

    Interpretasi score : Skor -1 = Infark, 1 = Hemoragik

    Poin-poin pada masing-masih gejala klinis tersebut ditambahkan, dan ditemukan hasil dengan

    interpretasi < -1 adalah kemungkinan strok non-hemorrhagic, sedangkan pada skor >1 maka

    kemungkinan strok hemorrhagic.

    Pemeriksaan radiologis

    a. CT-scan

    CT-scan merupakan alat pencitraan yang dipakai pada kasus-kasus emergensi seperti

    emboli paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan

    dalam stroke. Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara

    jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk

    menilai kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-scan dapat

    mendeteksi lebih dari 90 % kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam

    diagnosis stroke.

    b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-scan. MRI juga dapat digunakan pada

    kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru,

    udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur

    pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yangmempunyai, harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien

    yang memakai alatpacemakerjantung dan alat bantu pendengaran.

    Diagnosis Banding

    Terdapat bebrapa penyakit yang dapat didiagnosis banding dengan stroke hemoragik

    akibat perdarahan subarakhnoid, yaitu:

    1. Stroke akibat perdarahan intrakranial2. Stroke akibat malformasi arteriovena

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    50/66

    50

    3. Meningitis aseptic

    4. Meningitis meningokokus

    5. Trombosis arteri basilaris

    6. Perdarahan serebelar

    7. Aneurisma serebral

    8. Thrombosis vena serebral

    9. Hematoma epidural

    10. Hidrosefalus

    11. Migraine

    12. Encephalitis

    13. Transient Iskemik Attack

    14. Temporal arteritis

    LO 4.8 Penatalaksanaan

    Dalam tatalaksana stroke waktu merupakan hal yang sangat penting mengingat

    jendela terapinya hanya berkisar antara 3 sampai 6 jam. Tindakan di gawat darurat untuk

    stroke akut sebaiknya ditekankan pada hal-hal berikut:

    1. Stabilisasi pasien

    2. Pemeriksaan darah, EKG dan rontgen toraks

    3.

    Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik4. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI sesegera mungkin

    Tindakan yang harus segera dilakukan di gawat darurat :

    1. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20

    ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena dapat

    memperhebat edema serebri.

    2. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.

    3. Jangan memberikan apapun melalui mulut.

    4.

    Pemeriksaan EKG5. Pemeriksaan rontgen toraks.

    6. Pemeriksaan darah:

    Darah perifer lengkap dan hitung trombosit

    Kimia darah (glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit)

    PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)

    7 Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:

    Kadar alcohol

    Fungsi hepar

    Analisa gas darah

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    51/66

    51

    Skrining toksikologi

    8. Pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras

    9. Pasien dengan kesadaran yang sangat menurun (stupor/koma) ataupun dengan gagal

    nafas perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan intubasi sebelum CT Scan.

    Hal yang harus selalu diingat adalah komplikasi tersering yang dapat menyebabkan

    kematian. Herniasi transtentorial dapat terjadi pada infark yang luas ataupun perdarahan luas

    dengan perluasan ke ventrikel atau perdarahan subarakhnoid. Pneumonia aspirasi juga

    penyebab kematian yang cukup sering pada stroke akut. Semua pasien stroke akut harus

    diperlakukan sebagai pasien dengan disfagia sampai terbukti tidak. Komplikasi lainnya

    adalah infark miokard akut, sekitar 3% penderita stroke iskemik mengalami komplikasi ini.

    I. STADIUM AKUT

    Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Jugadilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk

    membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,

    menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien

    yang dapat dilakukan keluarga.

    a.Stroke Iskemik

    Terapi umum: Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu

    bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik

    sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai

    didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasidengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih

    penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).

    Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000

    mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin

    isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika

    didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang

    nasogastrik.

    Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu

    150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi

    segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari

    penyebabnya.

    Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan

    sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan

    sistolik 220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP)

    130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau

    didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.

    Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan:

  • 8/10/2019 Wrap Up Skenario 2 blok neuro

    52/66

    52

    natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis

    kalsium.

    Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik 70

    mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam

    dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi,yaitu tekanan darah sistolik masih < 90mmHg, dapat diberi dopamin 2-20g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik 110 mmHg.

    Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,

    maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin,

    karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan

    peroral jangka panjang.

    Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus

    intravena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound

    atau keadaan umum memburuk, dila