bab iv new

25
Politeknik Negeri Bandung BAB IV PEMELIHARAAN KUBIKEL 20 kV DI KAWASAN BANDUNG UTARA Pengenalan Merk Dan Riwayat Kubikel Merlin Gerin SM 6 Produksi Schneider Perancis yang dirakit oleh PT Schneider Indonesia, tampil dengan ukuran sama dengan fluokit M 24, dilengkapi heater untuk mengurangi kelembaban dan efek corona. peredam busur api menggunakan media gas SF 6 diperkirakan beroperasi sejak 1995. Kubikel tersebut terletak pada Gardu Distribusi di kawasan Setra Duta A. Laporan Kerja Praktek 27

Upload: rizal-sofyan

Post on 25-Jun-2015

1.117 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

BAB IVPEMELIHARAAN KUBIKEL 20 kV DI KAWASAN BANDUNG UTARA

4.3. Pengenalan Merk Dan Riwayat Kubikel

4.3.1 Merlin Gerin SM 6

Produksi Schneider Perancis yang dirakit oleh PT Schneider Indonesia,

tampil dengan ukuran sama dengan fluokit M 24, dilengkapi heater untuk

mengurangi kelembaban dan efek corona. peredam busur api menggunakan

media gas SF 6 diperkirakan beroperasi sejak 1995.

Kubikel tersebut terletak pada Gardu Distribusi di kawasan Setra Duta A.

1.1.

Laporan Kerja Praktek 27

Page 2: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

1.1.2. Kit C 25 Alsthom

Produksi Alsthom - Perancis di PLN Disjaya diperkirakan

beroperasi sejak tahun 1975 dan jumlah gardu yang menggunakan

merek ini diperkirakan masih sekitar 500 gardu.

Jenis LBS peredam busur api menggunakan udara.

Jenis PMT peredam busur api menggunakan minyak.

Jenis PMS tanpa peredam.

Laporan Kerja Praktek 28

Page 3: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

4.1.3. Merek Delle Alsthom Lama (DAL)

Produksi Alsthom Perancis, di PLN Disjaya beroperasi sejak 1972

Jenis LBS peredam busur api menggunakan udara

Jenis PMT peredam busur api menggunakan minyak

Jenis PMS tanpa peredam

4.1.4. Merek Delle Alsthom Baru (DAB) atau Fluomatic

Produksi Alsthom Perancis, dengan pengambangan dari merek Kit

C 25,di PLN Disjaya beroperasi sejak tahun 1978

Peredam busur api untuk LBS dan PMT digunakan gas SF6

Laporan Kerja Praktek 29

Page 4: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

4.1.5. Merek Kit C 27.2

Produksi Alsthom Perancis, sebagai pengembangan dari merek

DAB, di PLN

Disjaya beroperasi sejak tahun 1982

Ukuran lebar 500 mm dan tinggi 1950 mm

Peredam busur api untuk LBS dan pmt menggunakan gas SF6

PMS tanpa peredam

4.1.6. Merk Merlin Gerin Vercor 6 Produksi Schnaidel Pperancis diperkirakan beroperasi sejak tahun

1985

Ukuran sama 500 m dan tinggi 1650 mm

Dilengkapi dengan pemanas (heater) untuk mengurangi

kelembaban dan efek

korona

Peredam busur api menggunakan gas SF6

4.1.7. Merk ABB BC5

Laporan Kerja Praktek 30

Page 5: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

Produksi ABB yang dirakit oleh PT Mega Eltra di Indonesia dengan

ukuran lebar 500 mm dan tinggi 1950 mm sama dengan Kit C 27,3

tidak dilengkapi heater peredam busur api menggunakan media SF 6

diperkirakan beroperasi sejak 1988

4.1.8. Merk Fluokit M 24

Produksi Alsthom Perancis yang dirakit oleh PT Unindo Indonesia,

tampil dengan

ukuran lebih kecil dengan KIT C 27.3 ukuran lebar 500 mm, tinggi

1650 mm. dilengkapi heater untuk mengurangi kelebaban dan efek

corona. peredam busur api menggunakan media SF 6 diperkirakan

beroperasi sejak 1990

Laporan Kerja Praktek 31

Page 6: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

4.1.9. Merk GAE

Produski PT Guna Era Manufaktura tampil dengan ukuran sama

dengan Fluokit M 24. dilengkapi heater untuk mengurangi kelembaban

dan efek corona peredam busur api menggunakan media gas SF 6

beroperasi sejak tahun 2002

4.1.10. Merk Contact Plasma

Produksi PT Semesta Eeltrindo Perkasa tampil dengan ukuran sama

dengan fluokit M 24 dilengkapi heater untuk mengurangi kelembaban

dan efek corona peredam busur menggunakan media gas SF 6

beroperasi sejak tahun 2002

4.1.11. Merek ABB Uniswitch

Produksi PT ABB Iindonesia tampil dengan ukuran sama dengan

Fluokit M 24 dilengkapi heater untuk mengurangi kelembaban dan

efek corona peredam busur menggunakan media gas SF 6 beroperasi

sejak tahun 2000

4.1.12. RMU (Ring Main Unit)

Kubikel RMU untuk gardu distribusi yang melayani pelanggan umum

dengan komposisi kubikel LBS, LBS, PB dikembangkan sejak tahun

1990, seluruh komponen Lbs, Lbs, Pb berada dalam tabung yang berisi

gas SF 6, seluruh bagian bertegangan seperti rel 20 kV, kontak

pemutus, terminal berada dalam tabung yang berisi gas SF 6. terminal

incoming dan out going menggunakan sistem plug in, kubikel type ini

tahan terhadap kelembaban dan efek corona karena itu tidak

memerlukan heater. ukuran rmu dengan komposisi LBSs, LBS, PB

relatif lebih kecil lebar 1050 mm tinggi 1500 mm Beberapa merk

kubikel RMU antara lain Siemens F & G, Merlin Gerin, ABB, GAEe,

Contact Plasma

Laporan Kerja Praktek 32

Page 7: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

4.2. Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan yaitu suatu kegiatan yang meliputi pekerjaan pemeriksaan,

pencegahan, perbaikan dan penggantian peralatan pada sistem distribusi

yang dilakukan secara terjadwal (schedule) ataupun tanpa jadwal.

Pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keandalam pada

sistem distribusi dlam rangka mengurangi kerusakan peralatan yang sifatnya

mendadak, menurunkan biaya pemeliharaan dan mendapatkan simpati serta

kepuasan pelanggan dalam pelayanan tenaga listrik.

Untuk melaksanakan pemeliharaan yang baik perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

- Sistem distribusi harus direncanakan dengan baik dan benar, memakai

bahan/peralatan yang berkualitas baik sesuai dengan standar yang

berlaku.

- Sistem distribusi yang baru dibangun harus diperiksa secara teliti, apabila

terdapat kerusakan kecil segera diperbaiki pada saat itu juga.

- Staf / petugas dan pemeliharaan harus terlatih baik dengan jumlah petugas

cukup memadai.

- Mempunyai peralatan kerja yang baik dengan jumlah cukup memadai

untuk pemeliharan dalam keadaan tidak bertegangan maupun

pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.

- Mempunyai buku / brosur peralatan dari pabrik pembuat dan dipelihara

untuk bahan pada pekerjaan pemeliharaan berikutnya.

- Jadwal yang telah dibuat sebaiknya dibahas ulang untuk melihat

kemungkinan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan

- Harus diamati tindakan pengaman dalam pelaksanaan pemeliharaan,

gunakan peralatan keselamatan kerja yang baik dan benar.

4.2.1 Macam-Macam PemeliharaanPada dasarnya pemeliharaan terbagi menjadi dua bagian yaitu :

• Pemeliharaan rutin (terjadwal)

• Pemeliharaan tanpa jadwal / mendadak.

Laporan Kerja Praktek 33

Page 8: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

a. Pemeliharaan rutin

Dalam pelaksanaannya pemeliharaan rutin ini terdiri dari dua

katagori pekerjaan yaitu :

1. Pemeliharaan servis, pemeliharaan dengan jangka waktu

pendek meliputi pekerjaan ringan kecil. Misalnya :

memberishkan ROW jaringan.

2. Pemeliharaan inpeksi, pemeliharaan jangka waktu panjang

meliputi pekerjaan penyetelan, perbaikan dan penggantian

peralatan dab bagian – bagian dari sistem distribusi.

b. Pemeliharaan tanpa jadwal / mendadak

Pemeliharaan ini sifatnya mendadak, tidak terencana ini berakibat

gangguan atau kerusakan atau hal-hal lain diluar kemampuan kita,

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan/pengecekan perbaikan

ataupun penggantian peralatan, tetapi masih dalam kurun waktu

pemeliharaan.

4.3. Jenis-jenis Pemeliharaan

Jenis-jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :

4.3.1 Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan

yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik,

apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju

kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala

kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi

secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi.

Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa.

Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi

(Condition Based Maintenance).

4.3.0 Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan

untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk

mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur

teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman

Laporan Kerja Praktek 34

Page 9: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

kepada Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada (IEC,

CIGRE, dll) dan pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini

disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Based

Maintenance).

4.3.1 Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan

berencana pada waktu-waktu tertentu. Ketika peralatan listrik mengalami

kelainan pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk

mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan

penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Curative

Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian

pembagian yang rusak.

4.3.2 Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah

terjadi kerusakan mendadak dan sifatnya darurat.

Pelaksanaan pemeliharaan peralatan dapat dibagi 3 macam :

1. Pemeliharaan yang berupa monitoring dan dilakukan oleh petugas

operator atau patroli bagian Gardu Induk yang tidak dijaga (GITO -

Gardu Induk Tanpa Operator).

2. Pemeliharaaan transformator yang berupa monitoring dan dilakukan

oleh petugas Pemeliharaan setiap bulan untuk Gardu Induk yang dijaga

maupun Gardu induk yang tidak dijaga.

3. Pemeliharaan transformator yang berupa pemeriksaan, pengukuran dan

pengujian dan dilakukan oleh petugas Pemeliharaan setiap tahun untuk

Gardu induk yang dijaga maupun Gardu Induk yang tidak dijaga.

.

Laporan Kerja Praktek 35

Page 10: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

4.4. Langkah-Langkah Pemeliharaan Kubikel

Ada 4 tahap penting dalam pemeliharaan kubikel yaitu :

1) Mengeluarkan kontak hubung, yaitu tahapan untuk melepas beban dan

memadamkan aliran listrik .

2) Membuka pintu kubikel ; harus dalam keadaan benar-benar tidak

bertegangan, karena ada sistem interlock bahwa pintu hanya dapat

dibuka apabila saklar pentanahan pada posisi ON / masuk. Pada tahap

ini harus ada koordinasi dimana aliran listrik baik dari saluran sisi masuk

maupun keluar sudah dinyatakan padam. Pemeriksaan atau pemeliharaan

pada bagian dalam kubikel dilaksanakan pada tahap ini.

3) Menutup pintu kubikel : tahap ini menandakan pekerjaan pemeriksaan /

pemeliharaan telah dilakukan dan dengan hasil baik, berarti kubikel siap

dioperasikan kembali.

4) Memasukkan kontak hubung (LBS,PMT), tahap ini berarti memasukkan

tegangan dari

Saluran / penyulang ke busbar untuk kubikel in coming

Busbar ke saluran ke busbar untuk kubikul out going

Busbar ke beban ke busbar untuk kubikel PB

4.5. Pemeliharaan Komponen – Komponen Kubikel

4.5.1. Pemeliharaan PMT / LBS

Dilakukan dalam keadaan tidak bertegangan

Pemeriksaan visual dan pembersihan bagian luar

Pemeriksaan dan perbaikan bagian-bagian mekanik

Percobaan keluar masuk manual maupun dengan simulasi relai

Pemeriksaan dan perawatan media pemadaman busur api

(untuk minyak dan gas)

Pemeriksaan dan perawatan alat-alat kontak

Pemeriksaan dan perawatan motor penggerak (bila ada)

Pengukuran tahanan isolasi

Pengukuran tahanan kontak

Pemeriksaan keserempakan alat kontak

Laporan Kerja Praktek 36

Page 11: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

Pengukuran dan pemeriksaan terhadap tahanan pentanahan

Pemeriksaan / perbaikan terhadap peralatan interlock mekanik maupun

listrik

4.5.2. Pemeliharaan pemisah ( PMS )

Dilakukan dalam keadaan tidak bertegangan

Pemeliharaan dan perawatan pada pisau-pisau kontaknya

Pengencangan pada baut-baut yang kendor

Pemeriksaan pada isolator

Pemeriksaan pada pegas-pegas kontaknya

Percobaan keluar masuk

Pemeriksaan pada peralatan mekanis interlocknya

4.5.3. Pemeriksaan sumber arus searah

Pengukuran besarnya tegangan ( 90 – 110 V DC )

Pemeriksaan terhadap MCB sebagai pengamanan sumber DC

Pemeriksaan sel batere ( basah dan kering )

4.5.4. Pemeriksaan sumber arus bolak-balik ( Pemakaian Sendiri / PS)

Pengukuran besarnya tegangan ( 190 - 240 V AC )

Pemeriksaan terhadap MCB sebagai pengamanan sumber AC

4.5.5. Pemeliharaan relai

Pemeriksaan dan perawatan pengawatan relai yaitu antara trafo arus dan

bagian perasa.

Pemeriksaan dan perawatan pengawatan antara relai dan tripping coil

PMT.

Pemeriksaan dan perawatan pengawatan antara sumber tegangan dan

tripping coil.

Pemeriksaan dan pengukuran sumber tegangan untuk tripping.

Pengetesan relai.

Laporan Kerja Praktek 37

Page 12: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

4.5.6. Pemeliharaan pelebur ( fuse )

Pemeriksaan kedudukannya

Pemeriksaan dan perawatan terminal kontaknya dan jepitnya

Pemeriksaan nilai nominal arusnya.

Pemeriksaan kondisinya

4.5.7. Pemeliharaan pentanahan

Pemeriksaan / perbaikan kondisi hantaran pentanahan

Pengukuran tahanan pentanahan

Penggantian / penambahan elektroda pentanahan

4.5.8.Pemeliharaan terhadap peralatan kontak

Pembersihan dan pengolesan dengan vaselin permukaan kontak terminal-

terminal alat-hubung, sepatu kabel busbar.

Pengencangan kembali dengan torsi yang benar pada baut pengikat rel /

busbar.

4.6. Sop Pemeliharaan Kubikel 20 Kv

4.6.1. Pengertian

Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah

kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam

bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat

Protap. SOP Pemeliharaan kubikel 20 KV berarti ketentuan tentang

prosedur / langkah – langkah kerja untuk memelihara kubikel 20 kv pada

Gardu Induk, Gardu Hubung dan Gardu Distribusi.

4.6.2. Tujuan Sop

Pemeliharaan Kubikel 20 KV berarti melakukan pemeriksaan atau

perbaikan yang menyebabkan perlunya pemadaman listrik atau tidak .Pada

saat pelaksanaan pemeliharaan dengan pemadaman berarti memerlukan

koordinasi dengan pihak operasi agar tidak sampai terjadi gangguan atau

kecelakaan kerja pada saat pembukaan alat hubung kubikel yang akan

dipelihara maupun penormalannya kembali.

Laporan Kerja Praktek 38

Page 13: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja peralatan

harus memenuhi ketentuannya, yaitu aman dioperasikann kembali, maka

untuk itu perlu diatur cara melakukan pemeliharaan, peralatan untuk

mengukur kondisi peralatan kubikel, perkakas kerja yang digunakan pada

waktu pemeliharaan.

Penyimpangan dari ketentuan berarti hasil pemeliharaan tidak sesuai

dengan ketentuan dan dampaknya akan menyebabkan permaslahan dalam

pengoperasian bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

Contoh :

Akibat terhadap komponen kubikel

Ditentukan bahwa tahanan kontak PMT / LBS adalah maksimal 200 micro

ohm, tetapi hasil pemeliharaan menunjukkan lebih dari nilai maksimal

tersebut dan dipaksakan operasi, maka akan terjadi ledakan pada kubikel

tersebut akibat panas yang ditimbulkan oleh alat kontak. Kejadian ini tentu

akan mengganggu sistem operasi dan kerugian material.

Akibat terhadap personil

Pemeliharaan kubikel dengan pemadaman berarti harus dipastikan bahwa

aliran listrik dari sisi hulu maupun sisi hilir harus dipastikan padam, tetapi

penyimpangan terjadi misalnya tiba-tiba ada aliran.

4.6.3. Komponen dalam SOP

Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan Kubikel

20 KV antara lain :

Pihak yang terkait

Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat

pemeliharaan kubikel 20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk

komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun

komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi

dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah

kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel.

Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format

yang standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang

Laporan Kerja Praktek 39

Page 14: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

terkait . Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu

pada batas standar agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.

Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat

menjadi SOP Komunikasi.

Pihak yang terkait pada pemeliharaan Kubikel 20 KV antara lain :

Beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi / Piket

Pengatur, pihak operasi dan Konsumen. Berkoordinasi dengan pihak

adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi kubikel

yang akan dipelihara dan dipadamkan sudah diantisipasi akibat

pemadamannya. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket

Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap dipadamkan

atau dibebani dan aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil di

lokasi pemeliharaan kubikel dimaksud maupun di luar lokasi yang

berhubungan dengan jaringan yang akan dipelihara. Sedangkan

berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan

adanya listrik pemdadaman listrik di tempatnya.

4.6.4. Perlengkapan Kerja

Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan kubikel dengan

baik dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan

bekerja dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko

bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan

terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara

rutin agar selalu siap kapanpun digunakan. .

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :

Perkakas kerja

Alat bantu kerja

Alat Ukur

Material / bahan

Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3

Berkas Dokumen Instalasi Kubikel 20 KV yang akan dioperasikan

Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

Laporan Kerja Praktek 40

Page 15: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

Prosedur Komunikasi

Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan

dari mulai persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai pelaporan

pekerjaan.

Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon

atau handy-talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah

distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat

menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

Prosedur Langkah-langkah Kerja

Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi

pengoperasian kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan

pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.

Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP.

Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan

kegagalan pemeliharaan bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

Hasil Pemeliharaan harus dilaporkan ke Pengatur Distribusi / Piket

Pengatur dan melaporkan secara lisan guna memutuskan

dioperasikannya kembali dan melaporkan secara tertulis setelah

pelaksanaan dilokasi selesai.

.

4.7. PEMBUATAN SOP

Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian kubikel 20

KV untuk membuat ketentuan berkoordinasi.

Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI, Kemampuan Hantar

Arus ( KHA ) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada

konsumen.

Struktur jaringan

Laporan Kerja Praktek 41

Page 16: BAB IV New

Politeknik Negeri Bandung

Laporan Kerja Praktek 42