bab ii new

25
9 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran menurut Kotler (2010) yaitu sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertahankan produk dan jasa yang bernilai bagi orang lain. pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton dalam Swasta, dan Handoko,2003:179). Menurut Umar (2005:31) “Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau

Upload: hartotok-vipnet

Post on 11-Apr-2017

28 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii new

9

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler (2010) yaitu sebuah proses kemasyarakatan di

mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertahankan

produk dan jasa yang bernilai bagi orang lain. pemasaran adalah suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang

dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial (Stanton dalam Swasta, dan Handoko,2003:179). Menurut Umar

(2005:31) “Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan

kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga

mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan

memuaskan kebutuhan membel, baik yang aktual maupun potensial”

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan pemasaran adalah

kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan dengan orang lain sebagai suatu

sistem. Kegiatan pemasaran tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang

terus-menerus berkembang sebagai konsekuensi hubungan antar perusahan yang

sama atau antar perusahaan yang berbeda, yang dapat menimbulkan persaingan

9

Page 2: Bab ii new

10

tetapi juga dibatasi oleh sumber-sumber daya dari perusahaan itu sendiri dan

peraturan yang ada.

2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (2005) Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan

untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk

mencapai tujuan organisasi. Manajemen pemasaran merupakan kegiatan yang

dikoordinasikan dan dikelola dengan baik. Definisi manajemen pemasaran

menurut Kotler yang dikutip Swastha dan Handoko, (2007:4) sebagai berikut:

“Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan dan pengawasan

program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang

dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan."

2.1.3. Pengertian Konsep Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2004) Konsep pemasaran adalah sebuah

falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Konsep pemasaran merupakan falsafah perusahaan yang menyatakan bahwa

keinginan pembeli adalah syarat utama bagi kelangsungan hidup

perusahaan.Konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap

keinginan dan kebutuhan konsumen.Definisi konsep pemasaran menurut Basu

Swastha (2002:17) “Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang

Page 3: Bab ii new

11

menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis

dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”.

2.1.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Menurut Kotler (2004:18) “Bauran pemasaran adalah perangkat alat yang

digunakan oleh pemasar untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar

sasaran”. Menurut Kotler (2003:17) ada 4 unsur bauran pemasaran yaitu:

1. Product (produk)

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk

memenuhi keinginan atau kebutuhan, sedangkan dalam makna sempit

produk adalah sekumpulan atribut fisik yang terkait dalam sebuah bentuk

yang dapat diidentifikasi.

2. Price (harga)

Harga adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau

pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan.

3. Promotion (promosi)

Promosi adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan

yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target market untuk

membeli produk tersebut.

4. Place (tempat)

Distribusi merupakan tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan

oleh perusahaan agar produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen.

Page 4: Bab ii new

12

2.2 Perilaku Konsumen

Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi

yang harus dijalankan perusahaan, khususnya bidang pemasaran. Untuk itu

perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam

hubungannya dengan pembelian yang dilakukakn oleh konsumen tersebut. Dalam

menentukan jenis produk atau jas, konsumen selalu mempertimbangkan tentang

produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.

Menurut Shiffman dan Kanuk (2004:6) Suatu perilaku terpusat cara

individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang

tersedia (waktum uang, usaha) guna untuk membeli barang-barang yang

berhubungan dengan konsumsi.

Jadi dapat disimpulkan, perilaku konsumen adalah segala tindakan yang

berhubungan dengan proses mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan

produk atau jasa oleh individu atau kelompok, termasuk proses keputusan

sebelum atau sesudah tindakan tersebut.

Celebrity Endorser

Endorser merupakan strategi promosi yang sudah lama digunakan oleh

perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualan produk mereka.

Perusahaan biasanya membayar seseorang untuk menggunakan produknya agar

dapat mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan melalui

produk tersebut. Sonwalkar, et al (2011) menyebutkan bahwa endorsement adalah

sebuah bentuk komunikasi dimana seorang celebrity bertindak sebagai juru bicara

dari sebuah produk atau merek tertentu. Nilai tambahan dari penggunaan endorser

Page 5: Bab ii new

13

adalah celebrity dapat dengan jelas memposisikan merek yang diwakilinya sesuai

dengan kepribadian dan popularitas yang mereka miliki. Nama baik yang dimiliki

oleh seorang celebrity sudah dapat mewakili jasa yang mereka berikan kepada

perusahaan. Kotler dan Keller (2012) menjelaskan beberapa alat promosi produk

yang dapat dilakukan bersama endorser, yaitu:

1. Periklanan.

2. Sales promotion.

3. Public relation dan publisitas.

4. Personal selling.

5. Pemasaran langsung, berupa: pesan langsung, telemarketing, dan

pemasaran melalui internet.

Asumsi dasar yang melatarbelakangi penggunaan celebrity endorser

adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang celebrity dapat tertanamkan sebagai

nilai merek yang diwakili oleh celebrity tersebut. Yang pada nantinya nilai positif

yang ada dalam diri celebrity akan dapat memperkuat posisi merek di mata

konsumen, seperti dikutip dari Wijayanti (2010:6):

“Endorser sebagai opinion leader yang menyampaikan pesan hingga

sampai ke konsumen mengenai produk yang diiklankan. Perusahaan harus

memilih endorser yang memiliki kredibilitas, cocok dan sesuai dengan produk

yang diiklankan, sehingga iklan tersebut sampai kepada konsumen yang dapat

membentuk opini dan mereka akan meneruskan opini tersebut sesuai dengan

persepsi masing-masing. Dengan demikian diharapkan akan bertambahnya

kesadaran audiens akan adanya produk.”

Page 6: Bab ii new

14

Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara

produk dengan endorser. Hasil dari asosiasi ini adalah, konsumen dapat secara

cepat dan jelas mengingat dan mengenali sebuah merek (brand awareness).

Setelah mendapatkan identifikasi yang jelas, diharapkan pembelian terhadap

produk akan meningkat nantinya. Sonwalkar, et al (2011) menyebutkan bahwa

produk dengan merek yang lebih dikenal menjual lebih daripada produk dengan

merek yang tidak dikenal oleh konsumen. Sementara itu, celebrity adalah

seseorang yang memiliki karakter dan nilai yang kuat dan telah dikenal di

masyarakat. Dengan memperkenalkan merek menggunakan celebrity akan

menjadi strategi yang sangat cepat menarik perhatian masyarakat.

Silvera dan Austad (2004) menyebutkan celebrity sebagai seseorang yang

menyukai kepopuleran atas dirinya dan kerap kali memiliki nilai pembeda

misalnya: kemenarikan diri dan dapat dipercaya. Celebrity sebagai sosok yang

telah dikenal publik tentu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemikiran

bahkan niat beli masyarakat. Pihak perusahaan akan membayar celebrity untuk

dapat mewakili secara baik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin

timbul dari benak konsumen. Akhirnya, merek yang diwakili diharapkan dapat

terangkat citranya melalui jasa celebrity pendukungnya.

Penggunaan celebrity dalam aktivitas promosi juga disebutkan dapat

membantu positioning sebuah merek. Seperti yang telah dijelaskan oleh dalam

Kotler dan Keller (2012:308), bahwa:

“Positioning dimulai dengan sebuah produk. Sebuah barang, layanan,

perusahaan, institusi, atau bahkan seseorang ... Tujuan positioning adalah

Page 7: Bab ii new

15

menempatkan merek dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan manfaat

potensial bagi perusahaan. Positioning merek yang baik membantu memandu

strategi pemasaran dengan cara memperjelas esensi merek, tujuan apa yang dapat

diraih pelanggan dengan bantuan merek, dan bagaimana merek menjalankannya

secara unik.”

Kotler dan Keller (2012) kemudian menambahkan bahwa hasil akhir dari

positioning sebuah merek adalah penciptaan sukses dari proposisi nilai yang

berfokus pada pelanggan, yang berupa alasan meyakinkan mengapa konsumen

target harus membeli produk dengan merek tersebut.

Sonwalkar, et al (2011) menyebutkan bahwa celebrity pendukung

biasanya digunakan untuk produk yang memiliki biaya produksi tinggi dan

memiliki sasaran konsumen yang sangat luas. Maka dari itu dapat disimpulkan

bahwa penggunaan celebrity pendukung lebih efektif digunakan pada merek

global daripada merek yang memiliki pasar niche. Merujuk pada penggunaan

celebrity yang menciptakan nilai tambahan bagi perusahaan, maka semakin

banyak perusahaan yang menggunakan celebrity pada iklannya. Penggunaan iklan

dengan celebrity pendukung akan lebih mudah diingat oleh masyarakat. Iklan

yang mudah diingat oleh masyarakat nantinya akan juga mempengaruhi niat

pembelian. Namun, hal ini tidak selalu berkorelasi positif mengingat adanya

perubahan dunia bisnis yang dinamis.

Penggunaan celebrity sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik

tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan memperoleh

perhatian dari konsumen, celebrity juga mempunyai kekuatan untuk dijadikan

Page 8: Bab ii new

16

sebagai alat untuk membujuk, merayu dan mempengaruhi konsumen sasaran,

yaitu dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan ketenaran

tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian

terhadap produk yang diiklankan.

Penggunaan celebrity sebagai bintang iklan juga memiliki peranan penting

dalam membentuk personaliti merek (brand personality) pada sebuah produk.

Bagi perusahaan, personaliti merek ini sangat penting untuk membedakannya

dengan merek lain. Personaliti yang demikian oleh celebrity harus disesuaikan

dengan image produk yang diiklankan dan kemudian personaliti tersebut

ditransfer ke dalam merek produk yang diiklankan sehingga konsumen sadar akan

keberadaan dari merek tersebut. Selain itu, diharapkan pula dengan dibentuknya

personaliti merek dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja merek

produk tersebut dipasarkan.

Pemasang iklan harus sangat hati-hati dalam melakukan pemilihan

endorser (Belch dan Belch, 2001 :172). Masing-masing faktor memiliki

mekanisme yang berbeda di dalam mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen,

yaitu:

1. Source credibility, menggambarkan persepsi konsumen terhadap

keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang relevan yang dimiliki

oleh seorang endorser mengenai merek produk yang diiklankan serta

kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan

informasi yang tidak biasa dan objektif. Kredibilitas memiliki dua

sifat penting, yaitu: (a) Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian

Page 9: Bab ii new

17

dan pengalaman yang memiliki endorser berkaitan dengan produk

yang diiklankan. (b) Trustworthiness, mengacu kepada kejujuran,

integritas, dan dapat dipercayainya seorang sumber.

2. Source attractiveness, endorser dengan tampilan fisik yang baik dan

atau karakter non-fisik yang menimbulkan minat auidens untuk

menyimak iklan. Daya tarik endorser mencakup: (a) Similarity,

merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan kesamaan yang

dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa karakteristik

demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi

sebagaimana yang ditampilkan dalam iklan, dan sebagainya.

(b) Familiarity, adalah pengenalan terhadap nara sumber melalui exposure.

Sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan

tingkat keseringan tampil di publik, sedangkan penggunaan typical-

person endorser dinilai berdasarkan keakraban dengan sosok yang

ditampilkan karena sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. (c)

Likability, adalah kesuksesan audiens terhadap nara sumber karena

penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter

personal lainnya.

3. Source power, adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber

sehingga dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku

konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut.

Ada beberapa keuntungan dan resiko apabila kita menggunakan

celebrity sebagai endorser, salah satu keuntungan apabila kita

Page 10: Bab ii new

18

menggunakan celebrity sebagai endorser Menurut Jawler dan

Drewniany (2001) :

1. Celebrity endorser mempunyai kekuatan “menghentikan” artinya

selebriti sebagai endorser dapat diguakan untuk menarik perhatian

dan membantu menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh iklan-

iklan lainnya.

2. Celebrity endorser merupakan figur yang disukai audiens

diharapkan memiliki kekaguman terhadap celebrity sebagai

endorser yang akan berpengaruh pula pada produk atau

perusahaan yang diiklankan. Sebelum memutuskan memilih

seorang celebrity sebagai endorser, perusahaan seharusnya

memeriksa dan mengukur popularitas dan daya tarik celebrity

tersebut sebagai orang terkenal.

3. Celebrity endorser mempunyai keunikan karakteristik yang dapat

membantu mengkomunikasikan pesan-pesan yang ingin

disampaikan kepada audiens. Celebrity sebagai endorser yang

memiliki kesesuaian karakteristik dengan produk yang akan

diiklankan akan lebih membantu dalam menyampaikan pesan

dalam sebuah cara yang dramatis.

Sementara menurut Chakroborty (2005:4) ada beberapa resiko yang

menimbulkan masalah dalam penggunaan celebrity sebagai endorser diantaranya:\

Page 11: Bab ii new

19

1. Publisitas Negatif

Celebriti yang kehilangan popularitasnya atau terkena masalah

dapat berdampak pada turunnya nilai brand yang diiklankan. Oleh

karena itu ketika celebrity yang mendukung brand tersebut terlibat

dalam masalah hukum, masalah pribadi, atau masalah lainnya yang

dapt menurunkan nilai jual mereka dan akan nerdampak terhadap

produk yang akan diiklankan.

2. Overshadowing

Ketika suatu produk dipasarkan dan menggunakan celebrity yang

sangat dominan image-nya bisa jadi image tersebut mengalahkan

identitas dari produk yang di-endorse tersebut. Celebrity yang

digunakan sebagai endorser dapat mendistraksi perhatian

konsumen terhadapa mereka yang biasa dikenal dengan istilah

celebrity shadow. Konsumen memang memperhatikan celebrity-

nya tetapi mengalami problem dalam mengingat produk apa yang

mereka iklankan.

3. Over Exposure

Seorang celebrity bisa menjadi endorser pada berbagai macam

produk sehingga tidak ada produk yang spesifik yang dapat

diasosiasikan dengannya.

Page 12: Bab ii new

20

4. Over Usage

Digunakannya beberapa celebrity endorser untuk pemasaran suatu

produk sehingga masyarakat akan kebingungan siapa sebenarnya

endorser dari produk tersebut.

5. Extinction

Kontrak panjang dari seorang celebrity endorser akan

menimbulkan kepunahan dalam penyerapan identitas asosiasi

produk. Jika celebrity tidak dapat menstabilkan perilakunya, maka

akan berakibat pada pergeseran asosiasi yang dicitrakan celebrity

terhadap perusahaan.

6. Financial Risk

Penggunaan celebrity dalam proses bauran promosi merupakan

suatu langkah yang memerlukan pembiayaan yang sangat tinggi

dan dapat menimbulkan financial risk bagi perusahaan tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa celebrity endorser

sangat berpengaruh terhadap pembentukan nilai dari sebuah produk yang

diiklankan. Tetapi perusahaan juga harus berhati-hati dalam memilih

celebrity yang digunakan sebagai endorser pada produk mereka.

2.3 Minat Beli Konsumen

2.3.1 Pengertian Minat Beli Konsumen

Menurut Carthy (2002:298), minat beli dapat didefinisikan sebagai

berikut: “Minat beli merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk

Page 13: Bab ii new

21

membeli barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.” Menurut

Kotler (2003:568): “Minat beli adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen

sebelum merencanakan untuk membeli suatu produk.

minat beli menurut  Durianto dan Liana (2004)  adalah sesuatu yang berhubungan 

dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak

unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Konsep/model AIDA

Konsep/model AIDA merupakan rangkaian atau tahap pelanggan bisnis

dalam menentukan minat beli atau menentukan dorongan konsumen dalam

melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Dimana tahap-

tahap model AIDA, antara lain:

1) Attention

Tahap ini merupakan tahap awal dalam menilai suatu produk atau jasanya

yang dibutuhkan calon pelangan, dimana dalam tahap ini calon pelanggan

nilai mempelajari produk/jasa yang ditawarkan.

2) Interest

Minat calon pelanggan timbul setelah mendapatkan informasi mengamati

produk/jasa.

3) Desire

Calon pelanggan memikirkan serta berdiskusi yang menyebabkan

keinginan dan hasrat untuk membeli produk/jasa yang ditawarkan.

Page 14: Bab ii new

22

Dalam tahapan ini calon pelanggan harus maju serta tingkat dari sekedar

tertarik akan produk. Tahap ini ditandai dengan hasrat yang kuat dari calon

pelangganuntuk membeli dan mencoba produk.

4) Action

Melakukan pengambilan keputusan yang pasif atas penawaran. Pada tahap

ini calon pelanggan yang telah dikunjungi perusahaan akan mempunyai

tingkat kemantapan akan membeli atau menggunakan suatu produk yang

ditawarkan.

2.3.2 Hubungan antara celebrity endorser terhadap minat beli kosumen

Celebrity endorser sebagai penyampai pesan iklan merupakan salah satu

komunikator yang digunakan oleh perusahaan untuk mengiklankan dan

mempromosikan produk-produknya. Menurut Terence A Shimp terjemahan

Revyani sjahrial dalam bukunya promotion management and marketing

communication adalah :”Endoser adalah pendukung iklan atau yang dikenal juga

sebagai bintang iklan dalam mendukung iklan pro dukungan” (Shimp,2003).

“Pesan yang dibawakan oleh sumber yang terkenal dan menarik, umumnya

menjaring perhatian dan recall yang lebih tinggi dan merek yang menggunakan

celebrity sebagai endorser lebih tinggi daya bujuknya terhadap minat beli

konsumen ketimbang merek yang memakai model (cantik atau tampan tapi tidak

dikenal), atau orang biasa sebagai endorser” (Sulaksana, 2003:71).

Page 15: Bab ii new

23

2.4 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Iwan Widodo (2012),

dengan judul “Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian

Sepeda Motor Merek Honda Vario".

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan penulis

dengan penelitian sebelumnya dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tahun Penelitian Penelitian sebelumnya(2012)

Penelitian sekarang(2016)

Variabel Variabel bebas:Celebrity Endorser (X), yang terdiri dari : trustworthiness (X1), expertise (X2), physical attractiveness (X3), respect (X4), Dan similarity (X5).

Variabel terikatKeputusan pembelian (Y)

Variabel bebas:Celebrity Endorser (X), yang terdiri dari: attractiveness (X1), trustworthiness (X2) Dan expertiste (X3).

Variabel terikat:Minat beli konsumen (Y)

Tempat Di Kota Purworejo Di Universitas Surabaya Barat

Teknik analisa Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda

Sampel 100 responden 100 responden

2.5 Hipotesis dan Model Analisa

2.5.1 Hipotesis

a. Source credibility scale yang terdiri dari attractiveness,

trustworthiness dan expertiste secara simultan berpengaruh signifikan

Page 16: Bab ii new

24

terhadap minat beli pada minuman Kuku Bima Ener-G! (studi pada

mahasiswa di Surabaya Barat).

b. Source credibility scale yang terdiri dari attractiveness,

trustworthiness dan expertiste secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap minat beli pada minuman Kuku Bima Ener-G! (studi pada

mahasiswa di Surabaya Barat).

c. Diantara Source credibility scale yang terdiri dari attractiveness,

trustworthiness dan expertiste yang mempunyai pengaruh dominan

terhadap minat beli pada minuman Kuku Bima Ener-G! (studi pada

mahasiswa di Surabaya Barat) adalah expertiste.

2.5.2 Model Analisis

GAMBAR 2.1

MODEL ANALISIS

attractiveness (X1)

trustworthiness (X₂)Minat beli (Y)

expertiste (X₃)