bab ii(new)

16
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1Sejarah Perusahaan Timah di Pulau Bangka Menurut Erman (2009), pada tahun 1949 terjadi pemulihan kedaulatan ke tangan Republik Indonesia dari Negara Jepang, maka perusahaan timah ini diambil alih sepenuhnya oleh Pemerintah Republik Indonesia, tetapi penguasaannya masih tetap ditangan perusahaan Belanda sampai berakhir masa kontrak tanggal 28 Februari 1952. Sejak berakhirnya masa kontrak hingga saat ini, maka sepenuhnya penguasaan dan pengelolaannya dilakukan oleh perusahaan Negara Indonesia yaitu PT. Timah (Persero) Tbk. Perjalanan panjangnya untuk terus berbenah dan menyehatkan kondisi perusahaan terus diupayakan. Melewati masa-masa yang sulit saat restrukturisasi digulirkan tahun 1992 telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Perusahaan Timah tersebut berhasil menjadi perusahaan yang sehat kembali dan pada tahun

Upload: abdul-arif

Post on 04-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

13

BAB IITINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan Timah di Pulau BangkaMenurut Erman (2009), pada tahun 1949 terjadi pemulihan kedaulatan ke tangan Republik Indonesia dari Negara Jepang, maka perusahaan timah ini diambil alih sepenuhnya oleh Pemerintah Republik Indonesia, tetapi penguasaannya masih tetap ditangan perusahaan Belanda sampai berakhir masa kontrak tanggal 28 Februari 1952. Sejak berakhirnya masa kontrak hingga saat ini, maka sepenuhnya penguasaan dan pengelolaannya dilakukan oleh perusahaan Negara Indonesia yaitu PT. Timah (Persero) Tbk. Perjalanan panjangnya untuk terus berbenah dan menyehatkan kondisi perusahaan terus diupayakan. Melewati masa-masa yang sulit saat restrukturisasi digulirkan tahun 1992 telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Perusahaan Timah tersebut berhasil menjadi perusahaan yang sehat kembali dan pada tahun 1995 mampu melakukan go public dengan mencatatkan penjualan sahamnya di bursa dalam dan luar negeri. Kebijakan Pemerintah Indonesia melalui kebijakan PT. Timah (Persero) Tbk akan mengoptimalisasi pengolahan mineral yaitu selain mineral bijih timah (cassiterite) juga akan mengolah mineral ikutannya, yang selama ini belum diproduksi. Salah satu cara untuk mengoptimalisasi pemanfaatan mineral ikutan bijih timah, maka bahan galian bijih timah dari penambangan darat maupun laut untuk kemudian diolah di unit pengolahan adalah sebesar 20-30 % Sn guna memperkecil kehilangan (looses) mineral ikutan (gangue) tersebut.

2.2 Lokasi Kerja PraktekSecara Geografis Pulau Bangka mempunyai luas 12.700 km2 terletak di selatan khatulistiwa pada 010 030 LS dan 1050 1080 BT yang dibatasi oleh Laut Cina Selatan di sebelah utara, Selat Gaspar di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah selatan, dan Selat Bangka di sebelah barat. Lokasi KIP 15 seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 berada di Laut Cupat luardengan titik koordinat 1,52117 LS dan 105,63758 BT. Gambar 2.1 Peta Lokasi KIP 15

Lokasidaerahpenambangantersebut ditempuh dari kantor PT. Timah (Persero) Tbk, Di Kota Pangkalpinang Ibukota Provinsi Kepuluan Bangka Belitung ke arah utara menuju ke Unit Laut Bangka, Belinyu dengan waktu tempu 90 menit dan jarak 60 km menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Kemudian untuk menuju KIP 15 kita menuju ke Dermaga Mantung 10 menit setelah itu dilanjutkan dengan transportasi laut yaitu dengan kapal nelayan (pompong) 80menit.

2.3 IklimMenurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pangkalpinang (2013), Iklim di Pulau Bangka dipengaruhi oleh iklim (musim), yaitu: musim hujan dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi antara Bulan Oktober sampai Maret 2014 dengan variasi suhu udara antara 220C sampai dengan 260C. Jumlah hari hujan pertahun rata-rata 108 hari atau 29,59 % dari jumlah hari dalam satu tahun dengan rata-rata curah hujan 2.074 mm per tahun. Periode musim kemarau terjadi antara Bulan April sampai September 2014. Kepulauan Bangka Belitung memilikiIklim tropisyang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus menerus. Tahun 2013 bulan kering terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober dengan hari hujan 11 - 15 hari per bulan. Untuk bulan basah hari hujan 16 - 27 hari per bulan, terjadi pada Bulan Januari sampai dengan Juli dan November sampai Desember.Musim hujan atau dikenal dengan musim Barat, biasanya juga disertai dengan angin kencang dan gelombang besar. Kondisi seperti inilah yang perlu diwaspadai terhadap kegiatan operasi penambangan KIP. Karena hal ini dapat mempengaruhi produksi laju pemindahan tanahnya kecil atau berkurang. Keadaan kedalaman air laut juga dapat mempengaruhi terhadap kegiatan penambangan KIP. Untuk itu perlu diperhitungkan kondisi pasang surut air laut pada setiap penempatan lokasi rencana kerja.

2.4 Pengaruh Pasang Surut Air lautMenurut Saroso (2011), Pasang surut air laut (Ocean tides) diartikan sebagai gerakan naik turunnya air laut terutama akibat pengaruh adanya gaya tarik menarik antara massa bumi dan massa benda - benda angkasa, khususnya bulan dan matahari.Pengaruh pasang surut air laut dalam penggalian Kapal Isap akan mengakibatkan tanah yang dikupas lapis demi lapis tidak rata, karena setiap jam air laut akan mengalami pasang surut sehingga tinggi muka air laut setiap saat akan berubah. Untuk menghindari hal tersebut maka tabel air harus diperhatikan oleh operator penggalian agar dapat mengetahui berapa dalam stand ladder akan diturun atau dinaikkan dari tinggi laut rata-rata (Zo).Tabel air adalah merupakan angka-angka ketinggian pasang surut air laut yang berubah-ubah pada setiap jam yang terlampir pada Lampiran B. Ramalan pasang surut pada lokasi kerja dapat diketahui berdasarkan daftar pasang surut yang dikeluarkan oleh Jawatan Meteorologi dan Geofisika, Departeman Perhubungan Laut, maupun Dinas Angkatan Laut. Tinggi laut rata-rata (TLR) atau Zo untuk daerah Laut Cupat Dalam dihitung berdasarkan :Zo : 160 cmWaktu Tolok : GMT 07.00Catatan : Tinggi air dinyatakan dalam dm, diramalkan terhadap Muka Surutan yang Letaknya 16 dm mean sea level (MSL) atau tinggi air laut rata-rata (TLR).2.5 Geologi dan Statigrafi Pulau Bangka2.5.1 Geologi RegionalSecara fisiografi Pulau Bangka merupakan pulau terbesar pada Paparan Sunda (Sunda - Shelf), dan merupakan Sunda Peneplain (Van Bemmelen, 1970). Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari Granite Belt yang berumur Yura Kapur yang membentang mulai dari Birma, Muangthai, Malasyia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Karimun dan Kundur), Pulau Bangka dan Belitung hingga Pulau Karimata. Granite Belt sendiri merupakan deretan formasi batuan granit kaya akan mineralcassiteriteyang kemudian dikenal dengan sebutan The Tin Belt.Pulau-pulau dari The Tin Belt diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknyaSunda Shelf. Pupili (1973) menyatakan bahwaMalaysia, Kepulauan Riau danBangka berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah, dimana berdasarakan Teori Tektonik Lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malysia dan pada Mesozoikum Bawah Tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur, Singkep, Bangka, Belitung dan sebagian dari Kalimantan Barat.2.5.2 StratigrafiStatigrafi Pulau Bangka yang terletak di bagian Utara menurut Mangga dan Djamal (1994) dari tua ke muda tersusun oleh Kompleks Malihan Pemali (CPp), Formasi Tanjung Genting (Trt), Granit Klabat (TrJkg), Formasi Ranggam (TQr) dan Endapan Aluvium (Qa) dengan penjelasan sebagai berikut : a. Kompleks Malihan Pemali (CPp)Terdiri dari skiss, phillit, batulempung, rijang, tuff, gneiss, sisipan kuarsit dan lensa batugamping. Batuan tersebut berstruktur sedimen masif, dengan kandungan fosil berupa Fusulinidae dan Radiolaria. Batuannya terlipat kuat, terkekarkan dan terpatahkan. Kompleks yang berumur Perm ini secara umum diterobos oleh Granit Klabat.b. Formasi Tanjung Genting (Trt)Berupa perselingan batupasir termetamorfkan dan batupasir lempungan dengan lensa batugamping. Batuan berumur Trias tersebut berstruktur sedimen silang siur dan mengandung fosil Montlivaltia moluccana, Perodinella sp., Entrochus sp. dan Encrinus sp. Formasi ini terlipat kuat, terkekarkan dan terpatahkan yang berada tidak selaras di atas Kempleks Malihan Pemali serta diterobos pula oleh Granit Klabat.

c. Satuan Granit Klabat (TrJkg)Terdiri dari granit, granodiorit, diorit dan diorit kuarsa. Granit berumur Trias Akhir Yura Awal ini menerobos Kelompok Pemali dan Formasi Tanjung Genting di atasnya. Terkadang dijumpai singkapan granit yang telah lapuk. Terdapat pula granit segar yang tersingkap sebagai tonjolan blok - blok (boulder) granit yang tersebar di pantai. d. Formasi Ranggam (TQr)Terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, dengan sisipan lapisan tipis batulanau dan gambut. Batuan tersebut memiliki struktur sedimen perlapisan dan silang siur serta mengandung fosil moluska berupa Turitellaterbra sp., Olivia triciment mzrt., Cypraea sonderavamart dan fosil Foraminifera Bentos berupa Celathus creticulatus, Ammonia sp., Celcarina sp. dan Triculina sp. serta geraham gigi gajah berumur Pleistosen, Formasi berumur Miosen Akhir ini berada tidak selaras di atas Granit Klabat. e. Endapan Aluvium (Qa)Terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut yang berupa endapan rawa dan endapan sungai yang terdiri dari material lepas dan tersebar mengikuti aliran sungai di sepanjang lembah maupun pantai. Satuan yang berumur Quarter ini berada tidak selaras di atas Formasi Rangggam.2.5.3 Struktur GeologiKatili (1967), mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara terdapat adanya perlipatan silang akibat perbedaan dua deformasi. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-tenggara, umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura Atas. Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua. Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ko (1986), mengatakan di Pulau Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnya berarah timur laut-barat daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30 E memotong Granit Klabat ke selatan sepanjang 3 km.

2.6 Geologi Mineral Logam TimahMenurut Sukandarrumidi (2007) dalam buku yang berjudul Geologi Mineral Logam, praktis semua timah putih komersial berasal dari mineral cassiterite (SnO2), Stannit (Cu2S.FeS,SnS2), dan Teallit (PbSnS2). Cassiterite pada umumnya berasosiasi dengan intrusi batuan beku granitik pada fase pneumatolitik. Mineral cassiterite terhambur pada batuan tersebut dan baru dapat terlepas dari batuan induknya apabila batuan mengalami pelapukan. Pelapukan dan konsentrasi mekanik membentuk endapan aluvial yang di Indonesia terkenal dengan nama bijih kulit atau disebut sebagai kaksa. Seperti diketahui cassiterite termasuk resisten terhadap pengangkutan air, sehingga memungkinkan dapat terkumpul sebagai endapan placer. Di dalam placer, cassiterite berasosiasi dengan kuarsa, mika, monazite, dan sedikit turmalin.Sifat-sifat timah yang juga disebut sebagai timah putih antara lain :a) Tahan terhadap udara lembab,b) Kekerasan dan kekuatannya sangat rendah, sehingga dimasukkan ke dalam logam lunak,c) Daya tahan terhadap korosi cukup tinggi,d) Tidak beracun,e) Berat jenis rendah 7,3 dan titik cair rendah 232oC,f) Tahanan jenis 0,15 ohm mm2/m.Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia yang membujur dari daerah Cina Selatan, melalui Birma, Muangthai melalui Semenanjung Malaysia dan terus ke Indonesia, yaitu di pulau-pulau timah dan lingkungan sekitarnya, Bangka, Belitung, Singkep. Selain itu juga terdapat di daratan Sumatra Tengah (Bangkinang), serta gugusan-gugusan pulau-pulau Anambas dan Natuna serta Karimata. Di Indonesia, timah sebagai endapan aluvial didapatkan di daerah Riau meliputi Pulau Singkep, Bangkinang, Karimun, dan Kundur. Di Jambi didapatkan bersama hematit dan magnetit. Di Sumatera bagian selatan di daerah Bangka dan Belitung didapatkan baik sebagai endapan primer ataupun sebagai endapan aluvial.Pencarian bijih timah tidak pernah berhenti. Semenjak tahun 1965, tahap demi tahap eksplorasi terus ditingkatkan. Kini telah terkumpul data gelologi yang makin lengkap dari kepulauan timah yang telah diketahui, termasuk perairan sekitarnya. Batuan tertua di kepulauan timah berumur Permokarbon, barupa batuan endapan yang mengalami pemalihan. Batuan tersebut tersingkap di Singkep. Di Bangka dan Belitung batuan tertua terdiri dari batuan Endapan Malioh yang berumur Permokarbon hingga Trias. Batuan tersebut diterobos oeh granit biotit yang diperkirakan sebagai penyebab terbentuknya endapan timah yang ada sekarang ini. Batuan di Bangka dan Belitung umunya terlipat kuat dengan jurus umum berarah timur-barat dan kemiringan yang curam, sedang di Pemali jurus berubah arah menjadi barat laut-tenggara.Endapan timah primer terdapat pada batuan granit dan daerah sentuhan dan pada batuan endapan malih. Jenis endapan ini pertama ditemukan pada bagian barat pulau Belitung tepatnya daerah Tikus yang terdiri dari lensa kuarsa dengan kandungan cassiterite dan wolframite dengan jumlah kadar yang dapat dimanfaatkan sebesar 0,4%. Di daerah Kelapa kampit terdapat endapan timah jenis yang khas karena terdapat sebagai urat pada bidang perlapisan dan terhampar mengikuti bidang jurus perlapisan sehingga arah penyebarannya dapat diramalkan. Selain itu endapan timah daerah ini mempunyai kemiringan yang curam dan umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida ataupun bersifat magnet.Endapan timah sekunder, berasal dari endapan primer yang telah mengalami pelapukan, dan hasil rombakannya kemudian diendapkan di suatu tempat yang tidak jauh. Endapan ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu endapan eluvial (endapan kulit) dan aluvial (endapan kaksa). Endapan eluvial umumnya terdapat pada lereng bukit sedangkan endapan aluvial terdapat didasar lembah. Oleh karena itu, endapan timah sekunder di lepas pantai umumnya mengandung cassiterite berbutir halus. Penyelidikan timah primer dimulai dengan pemetaan geologi, survey geofisika dilanjutkan dengan pembuatan test pit dan pemboran dangkal, Untuk endapan aluvial di pantai dilakukan dengan geofisika dan cara pemboran.