bab iv new

Download BAB IV new

If you can't read please download the document

Upload: ananda-teguh-utama

Post on 24-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kti

TRANSCRIPT

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menjabarkan kesenjangan antara teori dan praktik asuhan keperawatan medikal gangguan sistem pernafasan: asma pada Tn.A (40 tahun) di bangsal Cempaka Atas RSUD Sukoharjo. Penulis akan membahas kesenjangan yang terjadi pada pengaktifan, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan catatan perkembangan. PengkajianPengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. (Nikmatur,2008).

Asma adalah hiperaktivitas bronkus terhadap rangsangan yang mengakibatkan obstruktif bronkus yang bersifat reversibel. (Irman Somantri,2009:50).Dari pengkajian Tn.A diperoleh data sebagai berikut: keadaan umum sesak nafas, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi : 120 x/mnt, pernafasan : 32x/mnt, suhu : 38,40C, kepala : bentuk mesochepal, rambut : beruban, kotor, mata : simetris, konjungtiva an anemis, sclera : an ikterik. Telinga : tidak ada serumrn, hidung : tidak ada polip, terpasang 02 3 l/mnt, mulut : tidak ada lesi dan stomatitis, leher : tidak ada perbesaran kelenjar tyroid. Paru-paru : inspeksi= pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi= gerakan dada normal, perkusi= sonor, auskultasi= whezzing. Jantung : inspeksi= ictus cordis tidak tampak, palpasi= ictus cordis tidak kuat pada ics 5, perkusi= pekak, auskultasi= terdengar BJ I dan BJ II, reguler. Abdomen : inspeksi= simetris, auskultasi= bunyi peristaltik 16x/mnt, perkusi= tyimpani, palpasi= tidak ada nyeri tekan.Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan EvaluasiDiagnosa keperawatan merupakan langkah selanjutnya setelah pengkajian yang telah penulis lakukan setelah memperoleh data-data pada pasien. Maka dapat dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan disertai perencanaan, kemudian pelaksanaan dari intervensi yang telah direncanakan (implementasi dan evaluasi).

Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat, menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah- masalah actual atau potensial. (Nic Noc, 2012).Diagnosa yang muncul pada kasus dan terdapat dalam teori:

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. (Nanda,2012:317).

Menurut Carpenito (2007:383) ketidakefektifan pola nafas adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola napas.Batasan karakteriktis meliputi perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan dan perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas).Penulis menetapkan diagnosa ini sebagai diagnosa pertama karena Tn A mengalami kehilangan ventilasi karena perubahan pola pernapasan yang mengakibatkan sesak nafas. Apabila diagnosa ini tidak ditegakkan maka klien akan lebih sesak nafas.Tujuan yang penulis tetapkan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola nafas kembali efektif, sehingga dapat dicapai kriteria hasil sesak nafas berkurang/ hilang.Intervensi menurut teori adalah: 1) kaji pola nafas, 2) berikan posisi semifowler/ posisi setengah duduk, 3) ajarkan nafas dalam. Sedangkan intervensi yang ditetapkan penulis adalah: 1) kaji pola nafas, 2) monitor tanda-tanda vital, 3) berikan posisi semi fowler/ posisi setengah duduk, 4) berikan O2 3 liter/ menit, 5) ajarkan pasien nafas dalam, 6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi sesuai program. Penulis menetapkan intervensi ini karena menyesuaikan dengan program perawat ruangan.Dari intervensi tersebut, yang sudah penulis implementasikan adalah 1) memberikan posisi semifowler. 2) memberikan O2 3 l/mnt. 3) memonitor tanda-tanda vital. 4) memberikan injeksi cefotaxim 1 gram dan ranitidin 1 ampul. Penulis belum melakukan intervensi lain karena perawat ruangan sudah mengkaji frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.Evaluasi yang ditemukan penulis setelah tindakan keperawatan selama 3X24 jam didapat data Subjective : pasien mengatakan masih sesak nafas. Objective : pasien tampak sesak, terpasang O2 3 l/mnt, respirasi 30X/mnt, TD 110/80 mmHg. Assessment dari diagnosis ini adalah masalah teratasi sebagian, oleh sebab itu penulis menetapkan untuk melanjutkan intervensi antara lain 1) kaji pola nafas, 2) monitor tanda-tanda vital, 3) berikan posisi semi fowler/ posisi setengah duduk, 4) berikan O2 3 liter/ menit.Kelemahan penulis dalam implementasi ini adalah penulis belum melakukan seluruh intervensinya karena perawat ruangan sudah melakukan intervensi sebagian.Sedangkan kelebihannya adalah penulis mampu melanjutkan data-data yang menunjang diagnosa ini dengan cukup rinci.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan mukus yang berlebihan. (Nanda,2012:537).

Menurut Carpenito (2007:381) ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Batasan karakteristik mayor meliputi batuk takefektif atau tidak ada batuk dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas.Etiologi diagnosa ini adalah peningkatan mukus yang berlebihan. Bentuk yang tidak efektif atau tidak batuk menyebabkan sekret tidak mampu dikeluarkan, sehingga sekret menimbun dan menyebabkan obstruksi jalan nafas, obstruksi Tn A di peroleh data subjektive : pasien mengatakan batuk dan mengeluarka sekret berwarna hijau, data objektive : pasien tampak batuk mengeluarkan dahak, sesak nafas, TD 120/80 mmHg, nadi 120 X/mnt. Diagnosa ini penulis tetapkan sebagai diagnosa kedua karena menurut penulis, jika diagnosa ini tidak segera ditangani, Tn A akan sesak nafas berat dan akan menyebabkan kurangnya suplai O2 ke otak dan dapat menyebabkan kematian.Tujuan yang penulis tetapkan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam bersihan jalan nafas kembali efektif karena jika sekret tidak segera dikeluarkan, penimbunannya akan semakin banyak sehingga pasien akan lebih sesak nafas. Kriteria hasil yang diharapkan penulis adalah pasien dapat bernafas dengan lega tanpa ada keluhan sesak nafas, batuk berkurang/hilang, sekret berkurang/hilang.Intervensi menurut teori adalah 1) Kaji kebersihan jalan nafas. 2) Monitor tanda-tanda vital. 3) Berikan posisi semi fowler/posisi setengah duduk. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Sedangkan intervensi yang ditetapakan penulis adalah Intervensi: 1) Kaji kebersihan jalan nafas. 2) Monitor tanda-tanda vital. 3) Berikan posisi semi fowler/posisi setengah duduk. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Penulis menetapkan intervensi ini karena intervensi lebih mudah penulis implementasikan.Implementasi yang sudah penulis lakukan adalah 1) mengobservasi pola nafas. 2) mengajarkan batuk efektif. Respon : untuk memberikan rasa nyaman pada pasien. 3) memonitor tanda-tanda vital pasien. penulis belum melakukan seluruh intervensinya.Evaluasi yang ditemukan penulis adalah data Subjective : pasien mengatakan masih batuk dan masih mengeluarkan sputum kental berwarna hijau. Objective : pasien tampak batuk mengeluarkan dahak, TD 110/80 mmHg, nadi 120 X/menit. Assessment dari diagnosa ini adalah masalah teratasi sebagian karena penulis belum melakukan semua intervensi. Sebab itu, penulis merencanakan melanjutkan intervensi observasi jalan nafas dan mengeluarkan batuk efektif dan nafas dalam.Kelemahan dari penulis adalah penulis belum melakukan semua intervensi. Sedangkan kelebihannya adalah penulis berusaha mencegah komplikasi lebih lanjut dan intervensi yng penulis tetapkan adalah intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh penulis.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorpsi nutrien. (Nanda,2012: 251)

Menurut Nanda (2012:251) ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan karakteristik meliputi kurang minat pada makanan dan penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.Sedangkan data yang penulis dapatkandalam kasus antara lain data subjektive : pasien mengatakan malas makan, makan hanya sedikit, data objektive : makan habis porsi. Berat badan turun dari 50 kg menjadi 48 kg.Tujuan yang penulis tetapkan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil kebutuhan nutrisi terpenuhi, tanda-tanda kekurangan nutrisi berkurang/hilang.Intervensi menurut teori adalah 1) Monitor untuk makan tiap hari. 2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. 3) Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering. 4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet. Intervensi yang penulis tetapkan adalah 1) Monitor untuk makan tiap hari. 2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. 3) Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering. 4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet.Implementasi yang sudah dilakukan penulis adalah 1) memonitor makan. 2) menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. 3) menganjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.Evaluasi yang ditemukan penulis adalah data subjective: pasien mengatakan males makan, tidak ada nafsu buat makan, makan hanya sedikit sedikit. Objective : makan habis porsi. Assessment : masalah teratasi sebagian dan penulis menetapkan untuk melanjutkan intervensi yaitu kaji pola makan pasien, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.Kelemahan dari penulis adalah penulis belum mengatasi masalah pada diagnosa ini karena penulis baru mengelola selama 1X24 jam. Sedangkan kelebihannya adalah penulis mampu melanjutkan data-data yang menunjang diagnosa ini dengan cukup rinci. Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus:

Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder akibat: gangguan pernapasan. (Carpenito,2007:456)

Menurut Carpenito (2007:456) gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diingini. Dengan batasan karakteristik mayor yaitu kesukaran untuk tertidur atau tetap tidur.Sedangkan pengkajian pada Tn.A di peroleh data pasien tidur siang selama kurang lebih 3 jam, tidur malam selama 8 jam. Saat sakit pasien tidak ada masalah dalam gangguan pola tidur. Maka dari itu penulis tidak menegakkan diagnosa ini.

Diagnosa yang tidak ada di teori dan muncul di kasus adalah:

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (Nanda,2012:315)

Menurut Nanda (2012:315) definisi dari intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan karakteristik: dispnea setelah aktivitas dan menyakan merasa lemah.Etiologi dari diagnosa ini adalah ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Klien dengan asma akan mudah lelah jika beraktivitas, sehingga terjadi kelemahan fisik. Ketidakmampuan seseorang untuk beraktivitas fisik dapat menyebabkan individu tidak mampu memenuhi ADL nya sendiri.Tujuan yang penulis tetapkan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam aktivitas kembali normal. Dengan kriteria hasil memperlihatkan kemajuan untuk beraktivitas secara mandiri.Intervensi yang penulis tetapkan adalah 1) kaji kemampuan aktivitas pasien. 2) kaji pernafasan pasien sebelum dan sesudah aktivitas. 3) bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari.Implementasi yang sudah dilakukan penulis adalah 1) mengkaji kemampuan aktivitas pasien, 2) membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari.Evaluasi yang penulis dapatkan adalah data subjective pasien mengatakan badanya masih lemah. Data objective aktivitas dibantu keluarga dan perawat, pasien tampak pucat, lemas, nadi 120X/menit. Assesment masalah teratasi sebagian, oleh sebab itu penulis menetapkan untuk melanjutkan intervensi, bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari.Kelemahan dari penulis adalah penulis baru mengelola diagnosa ini selama 1X24 jam sehingga masalah belum teratasi. Sedangkan kelebihannya adalah penulis berusaha untuk melatih aktivitas secara mandiri.