bab ii new
DESCRIPTION
stase jiwaTRANSCRIPT
BAB IITIJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR (MASALAH UTAMA)1. Pengertian
a. Persepsi
Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang
itu disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi :
proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan persepsi
adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan
antara rangsang yang timbul dari sumber internal
seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan
impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa
manusia masih mempunyai kemampuan dalam
membandingkan dan mengenal mana yang merupakan
respon dari luar dirinya.
Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat
membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka
dalap menggunakan proses pikir yang logis,
membedakan dengan pengalaman dan dapat
memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat.
Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka
kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu.
Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris
terhadap stimulus eksternal. Misalnya sensoris
terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akan
perasaan seperti : ucapan orang, objek atau
pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan
pengertian emosional akan objek yang dirasakan.
Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses
sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapat
bersifat ringan, berat, sementara atau lama.
(Harber, Judith, 1987, hal 725)
5
b. Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana
terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya
rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah).
Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah
persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua system
penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut Wilson
(1983), halusinasi adalah gangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak
dapat dibuktikan.
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa
jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai
dengan mendengar suara, teruatama suara–suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan
adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar
kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
6
3) Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai
dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses.
Kadang–kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4) Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan
adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai
dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai
dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine.
2. Faktor–Faktor Penyebab Halusinasi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi
dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia
dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol
dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi
dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang
meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi
dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik
dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti
pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi
pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu
yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya
permasalahan pada pembicaraan.
7
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik
tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis ,
sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan
syaraf–syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan
realita. Gejala yang mungkin timbul adalah:
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan
muncul perilaku menarik diri.
2) Psikologis
a)Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respons
b)Psikologis klien, sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan
c)Orientasi realitas adalah : penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosiobudaya
a)Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita
b)Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam)
c)Kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelahadanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya
3. Patopsikologi
Menurut Janice Clok (1962) dalam (Yosep,2007) klien
yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai
halusinasi yang meliputi beberapa tahap yaitu:
a.Tahap comforting
8
Timbul kecemasan ringan diserta gejala kesepian,
perasaan berdosa, klien biasanya mengekspresikan
stresornya dengan koping imajinasi sehinga merasa
senang dan terhindar dari ancaman
b.Tahap condenting
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin
meninggi selanjutnya klien merasa mendengar sesuatu,
klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga timbul
perilaku kenarik diri
c.Tahap controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi
suara yang timbul tetapi suara tersebut terus
menerus mengikuti sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara
tersebut hilang klien akan merasa sangat sedih
d.Tahap conguering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang
mengancam. Apabila tidak dikuti perilaku klien dapat
bersifat merusakatau dapat timbul perilaku suicide.
Rentang respon konsep diri.
R. Adaptif R. Maladaptif
4. Manifestasi Klinik
a. Tahap I
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
5) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
9
Aktualisasi diri
Konsep diri positif
DepersonalisasiHarga diri rendah
Kesatuan identitas
b. Tahap II
1) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan
ansietas misalnya
2) peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
3) Penyempitan kemampuan konsenstrasi
4) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan
5) untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
c. Tahap III
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh halusinasinya dari
2) pada menolaknya
3) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
4) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau
detik
5) Gejala fisik dari ansietas berat seperti
berkeringat, tremor,
6) Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
d. Tahap IV
1) Prilaku menyerang teror seperti panik
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau
membunuh orang lain
3) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi
seperti amuk, agitasi,
4) menarik diri atau katatonik
5) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks
6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu
orang
10
Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri & orang lain
Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran
Isolasi sosial : menarik diriDefisit perawatan diri : mandi dan berhias
Gangguan pemeliharaan kesehatanKetidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik
Ketidak efektifan koping keluarga : ketidak mampuan keluarga merawat klien di rumah
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
5. Pohon Masalah
6. Masalah Keperawatan
a.Isolasi sosial : menarik diri
b.Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran
c.Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
d.Gangguan konsep diri : harga diri rendah dan
kronis
e.Ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik
f.Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
g.Ketidakefektifan keluarga : ketidakmampuan
keluarga merawat klien dirumah
h.Gangguan pemeliharaan kesehatan
7. Penatalaksanaan Medis
Psikofarmakologis
Obat–obatan yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis
pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti
psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
a. Kelas Kimia Nama Generik (Dagang)
11
1) Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)
2) Klorpromazin (Thorazine)
3) Flufenazine (Prolixine, Permitil)
4) Mesoridazin (Serentil)
5) Perfenazin (Trilafon)
6) Proklorperazin (Compazine)
7) Promazin (Sparine)
8) Tioridazin (Mellaril)
9) Trifluoperazin (Stelazine)
10) Trifluopromazin (Vesprin)
11) Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)
12) Tiotiksen (Navane)
13) Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
14) Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
15) Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
16) Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy
(ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HALUSINASIKlien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol
diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk
itu perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar
dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan
sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara
terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati,
terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh
tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.
Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi.
1. PengkajianPada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada
dibawah ini yaitu :
a. Faktor Predisposisi.
12
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan
sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik
yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress.
1) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu maka individu
akan mengalami stress dan kecemasan
2) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP)
4) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta
adanya peran ganda yang bertentangan dan sering
diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan
gangguan orientasi realitas.
5) Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
13
b. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang
lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama diajak
komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga
suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus
terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang
tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah
dan bingung, prilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta
tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakekat keberadaan seorang individu sebagai
mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur
bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
1. Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk
menanggapi rangsang eksternal yang diberikan
oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
14
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua prilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan
halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan
untuk menyendiri. Individu asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem control oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang
lain individu cenderung untuk itu. Oleh
karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
15
5. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk
sosial, sehingga interaksi dengan manusia
lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar.
Pada individu tersebut cenderung menyendiri
hingga proses diatas tidak terjadi, individu
tidak sadar dengan keberadaannya dan
halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai
dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan
dirinya.
2) Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi
stress dan anxietas dengan menggunakan sumber
koping dilingkungan. Sumber koping tersebut
sebagai modal untuk menyelesaikan masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
3) Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan
stress, termasuk upayapenyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yangdigunakan
untuk melindungi diri
2. Diagnosa KeperawatanMasalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber
dari apa yang klien perlihatkan sampai dengan adanya
halusinasi dan perubahan yang penting dari respon
klien terhadap halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad
aklien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a.Resiko menciderai pada diri sendiri dan orang lain
b.Perubahan persepsi sensorik: halusinasi
16
c.Isolasi sosial: menarik diri
d.Defisit perawatan diri
e.Perubahan proses pikir: Waham
f.Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
g.Kerusakan komunikasi verbal
h.Gangguan pola tidur
i.Koping individu tidak efektif
3. Perencanaan Tindakana. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
Tujuan Umum: klien tidak menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, menjawab salam, duduk
berdampingan dengan perawat, dan mau mengutarakan
masalah yang dihadapinya.
Intervensi :
Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik
a) Sapa klien dengnramah baik verbal maupun non
verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa
danya
f) Beri perhatian pada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2)Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria hasil:
17
a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi
timbulnya halusinasi
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya
Intervensi:
a) Adakan kontak sering dan singkat
b) Observasi perilaku (verbal/non verbal) yang
berhubungan dengan halusinasinya
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
1. Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang
terdengar
2. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang
dikatakan oleh suara tersebut
3. Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat tidak
mendengar
4. Katakan bahwa klien yang lain juga ada yang
seperti klien
5. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien
1. Situasi yang menimbulkan dan tidak
menimbulkan halusinasi
2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi
(pagi, siang, malam, atau jika sendiri,
jengkel atau sedih)
3. Diskusikan dengn klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah, sedih,
senang) beri kesemapatan mengungkapkan
perasaanya.
3)Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria hasil:
a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa
dilakukan untuk mengontrol halusinasinya
b) Klien dapat menyebutkan cara baru
18
c) Klien dapat memilih cara untuk mengatasi
halusinasi seperti yang telah didiskusikan
dengan klien
d) Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih
untuk mengendalikan halusinasinya
e) Klien dapat mengikuti TAK
Intervensi:
a) Identifikasi bersama klien tindakan yng bisa
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
b) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan
klien, jika bermanfaat beri pujian
c) Diskusikan cara baru untuk mengontrol
timbulnya halusinasi:
1 Katakan “saya tidak mau dengan kamu” (nada
saat halusiansi terjadi)
2 Menemui perawat atau teman dan keluarga
untuk bercakap-cakap dan untuk mengatakan
halusinasi yang didengar
3 Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar
halusinasi tidak muncul
d) Bantu klien untuk memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
f) Anjurkan klien mengikuti TAK
4)Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Intervensi:
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga
ketika mengalami halusinasi
b) Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan dengan
keluarga tentang:
1 Halusinasi klien
2 Cara memutuskan hausinasi
3 Cara merawat anggota keluarga halusinasi
19
4 Cara memodifikasi lingkungan untuk
menurunkan kejadianhalusinasi
5 Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan pada saat mengalami halusinasi
5)Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol
halusinasinya
Intervensi:
a) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat
untuk mengontrol halusinasi
b) Bantu klien menggunakan obat secara benar
b. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
Intervensi
Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik
a) Sapa klien dengnramah baik verbal maupun non
verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa
danya
f) Beri perhatian pada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2) Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya,
misalnya menyebutkan perilaku menarik diri
Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku
menarik diri dan tanda-tandanya serta beri
kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan
penyebab klien tidak mau bergaul/menarik
diri
20
b) Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi
penyebab
c) Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
3) Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi
dengan orang lain: perawat atau klien lain
secara bertahap
Intervensi:
a) Diskusikan tentang keuntungan dari
berhubungan
b) Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan
ruangan dengan melalui tahap-tahap yang
ditentukan
c) Beri pujian atas keberhasilan yang telah
dicapai
d) Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri
manfaat dari berhubungan dengan berhubungan
dengan oran lain
e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan
klien mengisi waktunya
f) Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas
ruangan
g) Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan
ruangan
4) Klien dapat menggunakan keluarga dalam
mengembangkan kemampuan berhubungan dengan orang
lain
Intervensi :
a) Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan
saling percaya dengan keluarga
b) Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku
menarik diri, penyebab dan cara keluarga
menghadapi
c) Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
21
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin
menengok klien minimal sekali seminggu
Kriteria Evaluasi :
1 Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan
perawat mau menyebutkan nama mau memanggil
nama perawat dan mau duduk bersama
2 Klien dapat menyebutkan penyebab klien
menarik diri
3 Klien mau berhubungan dengan orang lain
4 Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat
berhubungan secara bertahap dengan keluarga
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendahTujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang
lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
1) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
a)Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip
yang ada pada dirinya dari segi fisik
b)Diskusikan dengan klien tentang harapan-
harapannya
c)Diskusikan dengan klien keterampilannya yang
menonjol selama di rumah dan di rumah sakit
d)Berikan pujian
2) Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
Intervensi:
a) Identifikasi masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh klien
b) Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh
klien
c) Diskusikan strategi koping yang efektif bagi
klien
3) Klien mampu mengevaluasi diri
Intervensi:
22
a) Bersama klien identifikasi stressor dan
bagaimana penialian klien terhadap stressor
b) Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap
stressor mempengaruhi pikiran dan perilakunya
c) Bersama klien identifikasi keyakinan
ilustrasikan tujuan yang tidak realistik
d) Bersama klien identifikasi kekuatan dan
sumber koping yang dimiliki
e) Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan
persepsi yang cocok
f) Diskusikan koping adaptif dan maladaptif
g) Diskusikan kerugian dan akibat respon koping
yang maladaptif
4) Klien mampu membuat perencanaan yang realistik
untuk dirinya
Intervensi :
a) Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien
yang dapat merubah dirinya bukan orang lain
b) Dorong klien untuk merumuskan
perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat)
c) Diskusikan konsekuensi dan realitas dari
perencanaan/tujuannya
d) Bantu klien untuk menetpkan secara jelas
perubahan yang diharapkan
e) Dorong klien untuk memulai pengalaman baru
untuk berkembang sesuai potensi yang ada pada
dirinya
5) Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Intervensi :
a) Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
b) Bantu klien mendapatkan bantuan yang
diperlukan
c) Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
d) Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam
keluarga sebagai individu yang unik
e) Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
23
f) Beri dukungan dan reinforcement positip untuk
membantu mempertahankan kemajuan yang sudah
dimiliki klien
Kriteria Evaluasi :1. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip
dari segi fisik
2. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat
digunakan
3. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang
dipergunakan
4. Klien mampu memulai mengevaluasi diri
5. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya
6. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan
yang dilakukan sesuai dengan rencanan
d. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan diri Tujuan Umum :
Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baik
sehingga penampilan diri adekuat
Tujuan Khusus :
1) Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan
diri
Intervensi :
a) Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan
dan tanda-tanda kebersihan diri
b) Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda
kebersihan diri
c) Dengarkan keluahan klien dengan penuh
perhatian dan empati
d) Berikan pujian apabila klien menyebutkan
secara benar
2) Mengidentifikasi kebersihan dirinya
Intervensi:
a) Bantu klien menilai kebersihan dirinya
24
b) Berikan pujian atas kemampuan klien menilai
dirinya
3) Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya
Intervensi:
a) Dorong klien menyebutkan alat-alat dan cara
membersihkan diri
b) Diskusikan tentang alat-alat dan cara
membersihkan diri
c) Menjelasakan cara-cara membersihkan diri
d) Melakukan perawatan diri dengan bantuan
perawat
4) Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
Intervensi:
a) Demonstrasikan pada klien cara-cara
membersihkan diri
b) Bimbing klien mendemonstrasikan kembali cara-
cara membersihkan diri
c) Dorong klien membersihkan diri sendiri dengan
bantuan
d) Melakukan perawatan diri secara mandiri
5) Melakukan perawatan diri secara mandiri
Intervensi:
a) Berikan kesempatan klien untuk membersihkan
diri sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan
b) Dorong klien mengungkapkan manfaat yang
dirasakan setelah membersihkan diri
c) Beri penguatan positif atas perawatan klien
d) Bimbing klien membuat jadwal kegiatan untuk
membersihkan diri
e) Bimbing klien membersihkan diri sesuai jadwal
secara mandiri
f) Monitor kemampuan klien membersihkan diri
sesuai jadwal
6) Memberdayakan sistem pendukung untuk
meningkatkan perawatan diri
25
Intervensi:
a) Diskusikan dengan keluarga tentang
ketidakmampuan klien dalam merawat diri
b) Diskusikan cara membantu klien membersihkan
diri
c) Libatkan keluarga dalam perawatan kebersihan
diri klien
d) Menyediakan alat-alat
e) Membantu klien membersihkan diri
f) Memonitor pelaksanaan jadwal
g) Beri pujian
Kriteria Evaluasi :1. Menyebutkan arti kebersihan diri
2. Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk
memelihara kesehatan tubuh dan badan terasa
segar/nyaman)
3. Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit
tidak ada daki dan tidak berbau, rambut tidak
ada ketombe, kutu, tidak ada bau dan tersisir
rapi, kuku pendek dan bersih, mulut/gigi tidak
bau, genitalia tidak gatal dan mata tidak ada
kotoran
4. Menilai keadaan kebersihan dirinya
5. Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari
rambut sampai kaki
6. Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara
benar dengan bantuan perawat
7. Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan
benar dan tersusun jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri
8. Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan
kebersihan diri klien dan keluarga dapat
membantu/terlibat aktif dalam memelihara
kebersihan diri
26
e. Perubahan proses pikir: Waham Tujuan Umum :
Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa
merasa rendah diri
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat memperluas kesadaran diri
Intervensi :
a) Diskusikai dengan klien kelebihan yang
dimiliknya
b) Diskusikan kelemahan yang dimilik klien
c) Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang
sempurna, semua memiliki kelebihan dan
kekurangan
d) Beritahu klien bahwa kekurangan bisa
ditutup dengan kelebihan yang dimiliki
e) Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan
kelebihan yang dimiliki
f) Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik
kekurangan yang dimiliki
2) Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi:
a)Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa
harapan selama di RS, rencana klien setelah
pulang dan apa cita-cita yang ingin dicapai
b)Beri kesempatan klien untuk berhasil
c)Beri reinforcement positip terhadap
keberhasilan yang telah dicapai
3) Klien dapat mengevaluasi dirinya
Intervensi :
a) Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau
keinginan yang berhasil dicapai
b) Kaji bagaimana perasaan klien dengan
keberhasilantersebut
c) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien
dan sebab-sebab kegagalan
27
d) Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan
tersebut dan cara mengatasi
e) Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang
dialami dapatmenjadi pelajaran untuk mengatasi
kesulitan yang mungkin terjadi dimasa yang
akan datang
4) Klien dapat membuat rencana yang realistis
Intervensi:
a)Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin
dicapai
b)Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin
dicapai dengan kemampuan klien
c)Bantu klien memilih prioritas tujuan yang
mungkin dapat dicapainya
d)Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan
kegiatan yang telah dipilih
e)Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang
telah dicapai klien
f)Ikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas
kelompok
g)Beri reinforcement postif bila klien mau
mengikuti kegiatan kelompok
5) Klien mendapat dukungan keluarga yang
meningkatkan harga dirinya
Intervensi:
a) Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga
diri rendah
b) Anjurkan setiap anggota keluarga untuk
mengenal dan menghargai kemampuan tiap anggota
keluarga
c) Diskusikan dengan keluarga cara berespons
terhadap klien dengan harga diri rendah
seperti menghargai klien, tidak mengejek,
tidak menjauhi
d) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan
kesempatan berhasil pada klien
28
e) Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa
adanya
f) Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam
setiap pertemuan keluarga
Kriteria Evaluasi :1.Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada
dirinya setelah 1 kali pertemuan
2.Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki
dan tidak menjadi halangan untuk mencapai
keberhasilan
3.Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan
yang sesuai dengan kemampuannya setelah 1 kali
pertemuan
4.Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang
pernah dialami setelah 1 kali pertemuan
5.Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah
dialami setelah 4 kali pertemuan
6.Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin
dicapai setelah 1 kali pertemuan
7.Klien dapat membuat keputusan dan mencapai
tujuan setelah 1 kali pertemuan
8.Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga
diri rendah :
a. Mengatakan diri tidak berharga
b. Tidak berguna dan tidak mampu
c. Pesimis
d. Menarik diri dari realita
9.Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien
dengan harga diri rendah secara tepat setelah 2
kali pertemuan
f. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif Tujuan Umum : Penatalaksanaan regimen teraupetik
efektif
Tujuan Khusus :
29
1) Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan
dalam merawat klien di rumah dengan cara
mengungkapkan perasaannya
Intervensi:
a)Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
dan anggota keluarga yang lain:
1. Terima anggota keluarg apa adanya
2. Dengarkan keluhan keluarga dengan empati
3. Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat
keluarga mengekspresikan perasaannya
b)Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu
(home visite) yaitu :
1. Jelaskan tujuan kunjungan
2. Jelaskan identitas perawat
c)Dorong keluarga untuk mengespresikan
perasaannya dalam merawat klien
2) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan kesehatan dalam merawat klien
dengan mengidentifikasikan sumbersumber koping
yang dimiliki
Intervensi:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang
tindakan/koping yang selama ini telah
digunakan oleh keluarga
b. Beri reinforcement positip bila keluarga
mengemukakan tindakan positip dan berhasil
c. Diskusikan dengan keluarga tentang alternatif
koping adaptif/sumber pendukung dalam
menangani masalah perawatan klien
3) Keluarga dapat menggunakan koping yang telah
dipilih dalam merawat anggota keluarga yang
sakit
Intervensi:
a) Diskusikan dengan anggota keluarga cara yang
selama ini yang dilakukan dalam merawat klien
30
b) Berikan reinforcement positip setiap anggota
keluarga mengemukakan tindakan yang benar dan
berhasil
c) Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara
yang adaptif dalam merawat klien seperti :
1. Bersikap asertif
2. Komunikasi terbuka
3. Tidak bermusuhan/mengkritik
4. Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat
ditoleransi seperti :
5. Pakaian, alat-alat kebersihan diri
6. Libatkan klien dalam kegiatan keluarga
4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga
yang sehat dalam merawat klien di rumah
Intervensi:
a) Motivasi keluarga untuk menerima klien apa
adanya dengan cara :
1. Tidak mengeluarkan kata-kata yang
mengejek dan merendahkan
2. Membantu klien dalam diskusi keluarga
3. Menghargai klien dan memuji setiap usaha
yang adaptif
b) Diskusikan dengan keluarga untuk menyediakan
perlengkapan yang diperlukan klien sehari-
hari seperti:
1. Peralatan kebersihan diri
2. Alat-alat makan
3. Usahakan tidak membedakan barang milik
klien dengan anggota
4. keluarga yang lain
c) Diskusikan dengan keluarga untuk melatih
kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah
mulai dari yang sederhana sampai masalah
kompleks
5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat
31
Intervensi:
a) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada dan sejauh mana
keluarga telah memanfaatkannya
b) Jelaskan pada keluarga tentang kegunaan dan
efek samping obat serta pentingnya keteraturan
minum obat
Kriteria Evaluasi :1. Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal
2. Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping
yang ada
3. Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa
yang akan dipilih
4. Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat
dalam merawat klien
5. Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada dimasyarakat.
g. Kerusakan komunikasi verbal Tujuan Umum :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan
komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien
dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang
tepat
Tujuan Khusus :
1) Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk
bertahan pada satu topik
2) Pasien dapat menggunakan ketepatan kata
3) Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten
selama 5 menit dengan perawat dalam waktu 1
minggu
Kriteria Evaluasi :1) Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat
dimengerti orang lain
32
2) Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
3) Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi
pikiran dan kelainan komunikasi verbal terjadi
pada saat adanya peningkatan ansietas melakukan
kontak kepada pasien untuk memutuskan proses.
Intervensi :1) Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk
mengerti pola komunikasi pasien
2) Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
3) Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat
mengancam bagaimana prilaku dan pembicaraannya
diterimia dan mungkin juga dihindari oleh orang
lain
4) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai
pola komunikasi yang memuaskan kembali
h. Koping individu tidak efektif Tujuan Umum :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak
penggunaan keterampilan koping adaptif yang
dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi
dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat
Tujuan Khusus :
Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1
orang perawat dalam 1 minggu
Kriteria Evaluasi :
1) Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak
melakukan tindakan proyeksi perasaannya dalam
lingkungan tersebut
2) Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi
kemungkinan salah interpretasi terhadap prilaku
dan perkataan orang lain
3) Klien dapat berinteraksi secara kooperatif
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Hindari kontak fisik
33
3) Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang
sebenarnya dan perawat menghindari sikap
penolakan terhadap perasaan marah pasien dan
Jangan berikan kegiatan yang bersifat
kompetitif.
34