bab ii new

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tidur 1. Pengertian Tidur Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul Hidayat, A. Aziz, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan 8

Upload: dian-miftahul-mizan

Post on 10-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hjbjh

TRANSCRIPT

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tidur 1. Pengertian Tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul Hidayat, A. Aziz, 2006).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing - masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).

a. Jenis-Jenis TidurPada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement - REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement - NREM).

1) Tidur REM

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernapasan tidur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

1) Cenderung hiperaktif

2) Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)

3) Nafsu makan bertambah

4) Bingung dan curiga

2) Tidur NREM

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.

Tidur NREM memiliki memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut yaitu:

a) Tahap I

Tahap I merupakan tahap transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah.

b) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang - gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar 10 - 13 menit.

c) Tahap III

Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistim saraf parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1 - 2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan.

d) Tahap IV

Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada EEG tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1 - 2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20 - 30%. Pada tahap ini dapat menjadi mimpi. Selain itu, tahap IV dapat memulihkan keadaan tubuh.

Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V. Hal tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang kecepatan lebih tinggi dari tahap - tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi. Selama tidur malam sekitar 7 - 8 jam, seseorang mengalami REM dan NREM bergantian sekitar 4 - 6 kali.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

(a) Menarik diri, apatis, dan respon menurun

(b) Merasa tidak enak badan

(c) Ekspresi wajah kuyu

(d) Malas bicara

(e) Kantuk yang berlebihan

Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur kedua - duanya, yakni tidur REM dan NREM, maka akan menunjukkan manifestasi sebagai berikut :

(a) Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.

(b) Tidak mampu untuk konsentrasi (kurang perhatian).

(c) Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual, dan pusing.

(d) Sulit melakukan aktivitas sehari-hari.

(e) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran (Asmadi, 2008).2. Kebutuhan TidurKebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan, tabel berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.Tabel 2.1Kebutuhan Tidur manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur

0-1 bulan Masa neonates

14 - 18 jam / hari1 bulan-18 bulan Masa bayi

12 - 14 jam / hari

18 bulan-3 tahun Masa anak

11 - 12 jam / hari

2 tahun-6 tahun Masa prasekolah

11 jam / hari

6 tahun-12 tahun Masa sekolah

10 jam / hari

12 tahun-18 tahun Masa remaja 8,5 jam / hari

18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam / hari

40 tahun-60 tahun Masa paruh baya

7 jam / hari

60 tahun ke atas Masa dewasa tua

6 jam / hari

Sumber : Alimul Hidayat, A. Aziz, 2006.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan TidurKualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhan. Di antara faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:

a. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa), akan memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadi pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

b. Latihan dan Kelelahan

Keletihan akibat aktifitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seorang yang telah melakukan aktifitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

c. Stres Psikologis

Menurut Alimul Hidayat, A. Aziz (2006) Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

Menurut Asmadi (2008), cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui system saraf simpatis. Zat ini aka mengurangi tahap IV NREM dan REM.

Menurut Wartonah, Tarwoto (2006), ada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.

d. Obat

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.

f. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur.

g. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanay keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Alimul Hidayat, A. Aziz, 2006).

4. Masalah Kebutuhan Tidura. Insomnia

Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu :1) Initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, 2) Intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari, dan

3) Terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stress.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada umumnya lebih dari Sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologi, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati dan gangguan metabolisme.

c. Parasomnia

Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur), yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.

d. Enuresa

Enurese merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur, atau biasa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis, yaitu: enuresa nokturnal, merupakan mengompol diwaktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol pada saat bangun tidur. Enuresa nocturnal umumnya merupakan gangguan pada tidur REM.

e. Apnea Tidur dan Mendengkur

Mendengku pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.

f. Narcolepsi

Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.

g. Mengigau

Mengiau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlau sering dan diluar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hamper semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.

h. Kecemasan

Pola keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidur.

i. Alkohol

Alkohol menekankan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

j. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antar lain:

1) Diuretik : menyebabkan insomnia.

2) Anti depresan: supresi REM.

3) Kafein: meningkatkan saraf simpatis.

4) Beta Bloker: menimbulkan insomnia.

5) Narkotika: mensupresi REM. (Alimul Hidayat, A. Aziz, 2006).5. Gangguan Pola Tidur Secara UmumGangguan pola tidur secara umum merupaka suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengigau gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, LJ, 1995). Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah sekitar mata kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, kepala sakit, dan sering menguap atau mengantuk. Gangguan dari pola tidur seperti ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan uang mengganggu dan lain-lain (Alimul Hidayat, A. Aziz, 2006).B. KONSEP HIPERTENSI1. Pengertian HipertensiIstilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Kata hypertension itu sendiri berasal dari bahasa latin, yakni hyper dan tension. Hyper berarti super atau luar biasa dan tension berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang popular untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Disamping itu, dalam bahasa Inggris digunakan istilah high blood pressure yang berarti tekanan darah tinggi. (Bangun. 2002).Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat hipertensi (Mansjoer, Arif. 1999).Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian (evidence based) antara lain dikeluarkan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evalution, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7), 2003, World Health Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999, British Hypertension Society, European Society of Hypertension/European Society of Cardiology (ESH/ESC), definisi hipertensi sama untuk semua golongan umur (Sudoyo, Aru W. 2006).2. Klasifikasi HipertensiMenurut Dr. Marvin Moser dalam bukunya, Lower Your Blood Pressure and Live Longer, sebenarnya yang dinamakan tekanan darah normal atau tinggi, batasnya cukup luas. Karenanya, masih banyak dokter yang tidak setuju dengan klasifikasi batas tekanan darah normal dan batas mulainya hipertensi.

a. Klasifikasi Menurut The National Committee on the Detection and Treatment of Hypertension.Klasifikasi hipertensi menurut The National Committee on the Detection and Treatment of Hypertension jilid keempat (1988) adalah tekanan darah untuk orang dewasa berumur 18 tahun atau lebih. Pada umumnya orang yang berusia diatas 55 tahun akan menderita isolated systolic hypertension (hipertensi sistolik terisolasi). Namun, jika hal ini terjadi pada orang yang lebih muda, dapat diramalkan bahwa dikemudian hari orang itu akan menderita hipertensi sistolik.b. Klasifikasi menurut WHO

Menurut WHO (World Health Organization), organisasi kesehatan dunia dibawah PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut :1. Tekanan darah normal / normal tinggi, yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 140 dan diistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

2. Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141-149 dan diastolic 91-94 mmHg.

3. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar sama dengan 95 mmHg.3. Faktor faktor Tekanan DarahFaktor faktor yang mempengaruhi tekanan darah menurut Ilmu Penyakit Dalam II, antara lain :

a. Aktifitas istirahat tidur,

b. Obesitas,

c. Stress,

d. Kelebihan Na,

e. Iskemia ginjal,

f. Konsumsi garam,

g. Jenis kelamin,

h. Merokok,

i. Riwayat penyakit kardiovaskuler,

j. Alcohol, dan

k. Konsumsi obat.4. Pengukuran Tekanan DarahPada usia lanjut terdapat berbagai keadaan yang sering menjadi masalah dalam penentuann tekanan darah. Tekanan Darah yang akurat yang dianggap mewakili nilai sebenarnya, amat dipengaruhi oleh keadaan pembuluh pasien yang sudah mengalami kekakuan akibat aterosklerosis dan barorefleks yang berkurang. Tekanan darah dapat menurun secara berlebihan pada posisi berdiri, sesudah makan atau sesudah aktivitas. Selain itu pada pengukuran tekanan darah sering terdapat pseudohipertensi akibat manset pengukuran tekanan darah harus menekan lebih keras arteri brachialis yang kaku, mengeras karena kalsifikasi. Keadaan ini harus dipertimbangkan apabila terdapat hipotensi ortostatik atau respon pengobatan yang kurang. Oleh karena pada usia lanjut pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan juga pada posisi berdiri (Sudoyo, Ani W. 2006)Pasien dibiarkan istirahat dalam kamar yang tenang, kurang lebih selama 5-10 menit. Beberapa jam sebelumnya tidak dibenarkan minum zat perangsang (stimulant) seperti teh, kopi, dan minuman ringan yang mengandung kafein. Karet lingkar lengan sfigmomanometer memiliki ukuran lebar 12,5 cm dan harus menutup paling sedikit 2/3 bagian atas lengan, karena karet yang lebih kecil dengan cakupan yang kecil akan memberikan angka yang lebih tinggi. Semua orang dewasa harus mengkur tekanan darahnya secara teratur setidaknya setiap 5 tahun sampai umur 80 tahun. Jika hasilnya berada pada nilai batas, pengukuran perlu dilakukan setiap 3 - 12 bulan (Gray, Huon H, dkk. 2003).

5. EtiologiBerdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah penyakit hipertensi yang tidak langsung disebabkan oleh penyebab yang telah diketahui. Dalam bahasa sederhana atau menurut istilah orang awam adalah hipertensi yang penyebabnya tidak atau belum diketahui. Mereka yang menderita hipertensi primer, tidak menunjukkan gejala apapun. Pada umumnya, penyakit hipertensi primer baru diketahui pada waktu memeriksa kesehatan kedokteran (Bangun, 2002)

Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan merupakan 95 % dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya (Gray, Huon H, dkk, 2003)

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na & Ca interselular, dan faktor - faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia (Mansjoer, Arif. 2001)

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui penyebabnya. Timbulnya penyakit hipetensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi, dan kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi hal-hal berikut :

1) Akibat stres yang parah.

2) Penyakit atau gangguan ginjal.

3) Kehamilan atau pemakaian pil pencegah hamil.

4) Pemakaian obat terlarang seperti heroin, kokain, atau jenis narkoba lainnya.

5) Cedera dikepala atau perdarahan diotak yang berat.

6) Tumor diotak atau sebagai reaksi dari pembedahan (Bangun,2002).Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dll (Mansjoer, Arif. 2001)

6. Tanda dan GejalaPeninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.

7. PenatalaksaanTujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Mansjoer, Arif, dkk. 2001)

Hipertensi pada usia lanjut sama seperti hipertensi pada usia lainnya. Bahkan risiko terjadinya komplikasi lebih besar. Terdapat hasil 2 penelitian yang terkontrol yang mempengaruhi cara pengobatan hipertensi sistolik pada usia lanjut, yaitu Systolic Hypertension in the Elderly Program (SHEP) dan Systolic Hypertension in Europe (Syst-Eur). Pada studi SHEP yang melibatkan pasien dengan usia lebih 60 tahun dan tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg, pemberian diuretic klortalidon (tanpa atau dengan penghambat beta) mengurangi kejadian strok (36 %), gagal jantung (54 %), infark miokard (27 %) dan seluruh komplikasi kardiovaskular (32 %) dibandingkan dengan kelompok placebo (Sudoyo, Aru W, dkk. 2006)

Tujuan utama pengobatan penderita dengan hipertensi ialah tercapainya penurunan maksimum risiko total mordibitas dan mortalitas kardiovaskuler. Hal ini memerlukan pengobatan semua faktor risiko reversible yang ditemukan seperti merokok, peningkatan cholesterol, diabetes mellitus dan pengobatan yang memadai kondisi klinik yang berhubungan selain pengobatan tekanan darah tingginya sendiri.8. Strategi penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Farmakologi :

1) Segera berikan pengobatan farmakologi untuk penderita hipertensi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi.

2) Monitor tekanan darah, faktor risiko dan dapatkan informasi lain untuk beberapa minggu sebelum menentukan untuk memberikan pengobatan farmakologi (risiko sedang).

3) Observasi penderita selama waktu tertentu sebelum memberikan pengobatan farmakologi (risiko ringan).b. Pengobatan non farmakologi

Diberikan pada semua tingkatan dan stratifikasi hipertensi. Tujuan intervensi gaya hidup :

1) Untuk menurunkan tekanan darah

2) Untuk mengurangi kebutuhan dan meningkatkan efikasi obat antihipertensi.

3) Untuk mengobati faktor risiko lain yang ada

4) Untuk pencegahan primer hipertensi dan kelainan kardiovaskuler yang berhubungan dimasyarakat.Adapun kegiatannya antara lain :1) Berhenti merokokMerupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada penderita hipertensi. Untuk penderita yang sulit untuk menghentikan merokok dapat dibantu dengan pengobatan penggantian nikotin.

2) Penurunan berat badan

Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadinya hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan obesitas (kelebihan berat badan > 10 %) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain (resistensi insulin, diabetes mellitus, hiperlipidemia dan LVH).

3) Konsumsi alkohol sedang

Terdapat hubungan linier antara konsumsi alcohol, tingkat tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurunkan efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2 minggu dengan mengurangi konsumsi alcohol dibatasi 20 - 30 g etanol per hari untuk pria dan 10 - 20 g etanol per hari pada wanita.4) Penurunan diet garam

Diet tinggi garam dihubungkan dengan penigkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 g) per hari menjadi 80-100 mmol (4,7-5,8 g) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg.5) Perubahan diet yang komplek

Vegetarian mempunyai tekannan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg sedangkan mengurangi diet lemak menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg. Pada penderita tekanan darah tinggi, kombinasi keduanya dapat menurunkan tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet tinggi kalsium, magnesium dan kalium mungkin berperanan terhadap efek tersebut. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.

6) Peningkatan aktifitas fisik

Latihan fisik aerobic sedang secara teratur (jalan atau renang selama 30-45 menit 3-4 seminggu) mungkin lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan olah-raga berat seperti lari, jogging. Tekanan darah sistolik turun 4-8 mmHg. Latihan fisik isometric seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi (WHO-ISH 1999) (Joewono, Boedi Soesetyo. 2003).

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Keterangan :

= yang diteliti

= yang tidak diteliti

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:H1 : ada hubungan durasi istirahat tidur dengan tekanan darah.

H0 : tidak ada hubungan durasi istirahat tidur dengan tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

Obesitas,

Stress,

Kelebihan Na,

Iskemia Ginjal,

Konsumsi garam,

Jenis kelamin,

Tekanan Darah

(WHO)

Tekanan Darah Normal / Normal Tinggi

Tekanan Darah Perbatasan

Tekanan Darah Tinggi

- Aktifitas Istirahat Tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur :

Penyakit,

Latihan dan kelelahan.

Obat-obatan,

Nutrisi,

Lingkungan,

Motivasi,

Stress.

Aktifitas Istirahat Tidur

Tidur Kurang ( < 6 jam/hari)

Tidur Cukup ( 6 8 jam/hari)

Tidur Berlebih ( > 8 jam/hari)

Alimul H, 2006)

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Durasi Istirahat Tidur Terhadap Tekanan Darah

8