bab ii new

30

Click here to load reader

Upload: dimas-rendy

Post on 25-Jul-2015

194 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II new

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas.

Banyak wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran.

Nyeri saat persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang

lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit ( Kinney, 2002).

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang

terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin

selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah,

denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).

Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya

telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat

perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak

teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi

Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur.

Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang

pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan

pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam

(Gadysa, 2009).

Nyeri menurut kebanyakan ahli, sebagai suatu fenomena misterius yang tidak

dapat didefinisikan secara khusus. Menurut Brunner dan Suddart pengertian nyeri dalm

kebidanan adalah sesuatu yang dikatakan oleh pasien, kapan saja adanya nyeri tersebut.

Page 2: BAB II new

Sedangkan Wolf Firest (dalam Depkes RI, 1997) mendefinisakan nyeri sebagai suatu

perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan

ketegangan. Menurut Arthur Custon (Depkes RI, 1997), nyeri adalah suatu mekanisme

proteksi bagi tubuh, timbul bilamana jaringan sedang dirusakkan dan menyebab individu

bereaksi untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.

Ada tiga macam teori nyeri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teori pola (Pattern Theory) adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar

gangliondorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respon yang merangsang kebagian yang lebih tinggi yaitu

korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga

menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.

2. Teori pemisahan (specificity theory) menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke

pinal cord melalui dorsalis yang bersinaps didaerah posterior kemudian naik ke

traktus hemifer dan menyilang ke garis media ke sisi lainnya dan berakhir di

korteks selebri, dimana rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

3. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh Melzak

dan Wall. Teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi

nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh syaraf perifer aferen

ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal

medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke

otak. Kerja kontrol gerbang ini menguntungkan dari kerja serat saraf besar dan

kecil yang keduanya berada dalam rangsangan akar ganglion dorsalis.

Rangsangan pada serat akan meningkatkan aktifitas subtansia gelatinosa yang

mengakibatkan tertutupnya pintu sehingga katifitas sel T terhambat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II new

menyebabkan hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat

langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan

ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi

aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansi

gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang

akan menghantarkan ke otak.

4. Teor i tranmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai tranmisi

impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada

serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Hidayat, 2008).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, sifatnya

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialami. Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli mengenai

pengertian nyeri :

1. Mc. Coferry (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keberadaan yang

mempengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang

tersebut pernah mengalaminya.

2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan

menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan

ketegangan.

3. Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme

bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga nyeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II new

4. Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan

akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke

otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2008).

B. Proses Terjadi Nyeri atau Mekanisme Nyeri

Ada empat tahapan terjadinya nyeri :

1. Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli)

dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini

dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).

Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga

nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi

proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena

pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya

nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya

rabaan.

Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu

hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan

intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.

Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian

menjadi impuls syaraf.

2. Transmisi

Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf

perifer melewat i kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II new

sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps

ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

3. Modulasi

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat

meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.

Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan

bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak

dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan

menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi

nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

4. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri

yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi

kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).

Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009).

C. Etiologi Nyeri Dalam Persalinan

Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan

nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang

mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen

uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan

ligamen yang menyokong struktur ini. Bonica dan McDonald, (1995), menyatakan

bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut :

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II new

1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral.

Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan

kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.

2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin yang

menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan

tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah mulainya

kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih

cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi

nyeri.

3. Ket ika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka

mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus

hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal, ke

ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area

pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada

kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal melalui pleksus sakral ke

ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007).

Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat berkontraksi,

dan hal itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang

menjelaskan hal ini yaitu: nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun

pengamatan saat ini bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan

segmen bawah uterus, dan mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri

berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan

melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan perineum mungkin juga berperan terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II new

terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu

bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan substan P. Bukti yang

mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus didasarkan pada penelitian, hal

ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh Bonica (Idmgarut, 2009).

D. Klasifikasi Nyeri

1. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :

a) Nyeri akut

Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6

bulan). Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon nyeri akut

secara fisiologis dan dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis, peningkatan

denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.

b) Nyeri kronik

Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan.

Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik

pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini

biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-

menerus atau intermitten.

2. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari :

a) Nyeri somatik dan Nyeri viseral

Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial), yaitu pada otot

dan tulang.

Page 8: BAB II new

b) Nyeri menjalar

Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat

kerusakan pada cedera organ viseral.

c) Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial.

d) Nyeri phantom

Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi.

e) Nyeri neorologis

Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa

jalur saraf (Hidayat, 2008).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya adalah :

a) Art i nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti

nyeri tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak

dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis

kelamin, latar belakang social cultural, lingkungan, dan pengalaman.

b) Persepsi nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks

(pada fungsi evaluative secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor

yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

Universitas Sumatera Utara

c) Toleransi nyeri

Page 9: BAB II new

Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi

peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan

atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan lain-lain.

Sedangkan faktor yng menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah,

bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

d) Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,

seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respons nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa factor,

seperti : arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,

harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia, dan lain-lain

(Hidayat, 2008).

F. Pengukuran Intensitas Nyeri

Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara objektif

misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan

berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang bidan hanya bisa mengkaji nyeri

dengan berpatokan pada ucapan dan prilaku klien. Klien kadang-kadang diminta untuk

menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau

berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda antara klien dan bidan. Tipe

nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang

lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II new

mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien. Ada

tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan antara lain :

1. Gambaran sederhana skala intensitas nyeri

2. 0 – 10 angka skala intensitas nyeri

3. Skala Analog Visual (VAS)

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri. Untuk

menentukan derajat nyeri, bidan dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan

dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang

membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan Mark 1995).

Page 11: BAB II new

yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah

0-10 angka skala intensitas nyeri, yaitu : 0 tidak nyeri.

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik

yaitu :

1. 0 : Tidak nyeri

2. 1 – 2 : Nyeri ringan

3. 3 – 5 : Moderat/ sedang

4. 6 – 7 : Severe/ berat

5. 8 – 10: Sangat berat (Kinney, 2002).

G. Nyeri Persalinan Kala I

Pada persalinan kala I sebelum atau sesudah terjadi kontraksi, sering kali

muncul lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan, hal ini

disebabkan oleh karena terlepasnya sumbatan pelindung pada leher rahim, karena servik

mulai membuka dan mendatar sedangkan darah itu berasal dari pembuluh darah kapiler

yang berada disekitar Kanalis Servikalis yang peka akibat pergesaran yang terjadi

sewaktu serviks membuka (Prawirohardjo, 2002).

Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak rahim

kontraksi teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada umumnya kaitan persalinan sulit

ditentukan, tahap pertama biasanya berlangsung jauh dari pada waktu yang di perlukan

untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap pertama persalinan dibagi menjadi tiga bagian

yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Fase laten dimulai saat kontraksi yang

teratur dan ditunjukkan dengan pembukaan serviks yang sangat lambat sampai mencapai

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II new

ukuran diameter 3 sampai 4 cm, dangan lamanya pada primipara 4 sampai 6 jam tetapi

tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk multipara sekitar 4 jam tapi tidak lebih 14 jam.

Kontraksi rahim terjadi selama fase laten dengan peningkatan frekuensi, durasi dan

intensitas kontraksi. Kontraksi pada rahim berlangsung dari kontraksi ringan dengan

lamanya 15 sampai 30 detik, dan berkembang menjadi nyeri sedang dengan lama

kontraksi 30 sampai 40 detik dan frekuensi setiap 5 sampai 7 menit. Rasa nyeri pada

persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari

otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia

korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I, kontraksi uterus yang

menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I

ditranmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris.

Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan

iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke

daerah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada

saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti

sensasi kram, sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan

laserasi servik, vagina dan jaringan perineum. Selama fase akt if, seviks berdilatasi

(Bobak, 2004).

Rasa nyeri pada persalinan kala I terjadi karena aktivitas besar di dalam tubuh

guna mengeluarkan bayi. Persalinan diartikan sebagai peregangan pelebaran mulut

rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi

keluar. Otot-otot rahim menegang selama kontraksi. Bersamaan dengan setiap kontraksi,

kandung kemih, rektum, tulang belakang, dan tulang pubic menerima tekanan kuat dari

rahim. Berat dari kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II new

tekanan. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar

ke bagian bawah perut mugkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit

tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan

Meiliasari, 2004).

Pada awal persalinan, kontraksi mungkin terasa seperti nyeri punggung bawah

yang biasa atau kram saat haid. Kontraksi awal ini biasanya berlangsung singkat dan

lemah. Datangnya kira-kira setiap 15-20 menit. Namun, beberapa persalinan dimulai

dengan kontraksi-kontraksi kuat yang lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita yang

awalnya merasa sakit di bagian punggung mereka, yang kemudian merambat ke bagian

depan. Bila kontraksi-kontraksi terus datang, tetapi hanya berlangsung kurang dari 30

detik, atau jika tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya, berarti masih

dalam tahap pra persalinan atau memasuki persalinan awal. Dalam persalinan sejati,

kontraksi akan bertambah kuat, panjang, dan makin berdekatan waktunya

(Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).

Masa kala I pada ibu primigravida terjadi sekitar 13 jam sedangkan pada ibu

multigravida sekitar 7 jam. Kala pertama selesai apabila pembukaan serviks lengkap.

Intensitas kontraksi uterus meningkat sampai kala pertama dan frekuensi menjadi 2

sampai 4 kontraksi dalam 5 sampai 10 menit, juga lamanya his meningkat mulai dari 20

detik pada awal partus ibu sampai mencapai 60 sampai 90 detik pada kala pertama

(Prawirohardjo, 2002).

H. Penatalaksanaan Nyeri

Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan

farmakologis yaitu dangan menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan

Page 14: BAB II new

cara nonfarmakologis atau tanpa obat. Cara farmakologi adalah dengan pemberian obat-

obatan analgesik yang bisa disuntikan, melalui infus int ra vena yaitu syaraf yang

mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan

pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta,

sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu

terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung ( Kinney, 2002).

Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak

membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan

kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metoda

nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga

mempengaruhi respon terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi motivasi-afektif

(interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan,

memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif-evaluatif (interpretasi dari pesan

nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi

kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensori-dikriminatif (pemberitahuan

informasi keotak menurut sensasi fisik) (Gadysa, 2009).

I. Pengertian Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya

otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi

guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi.

Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan,

gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga,

menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap

Page 15: BAB II new

gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang

berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya

(Henderson, 2006).

Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan

massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang

dikemukakan oleh Melzak dan Wall (dalam Depertemen Kesehatan RI, 1997). Teori ini

menjelaskan tenteng dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut

berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda. Bidan mempunyai andil yang

sangat besar dalam mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam

pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal

kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan

yoga (Gadysa, 2009)

Pijat (massage) cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan

nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijit 20 menit

setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi

karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda

sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak. Dalam

persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat orang yang merawatnya.

Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kekuatan saat

ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti kepala,

leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu,

apakah tekanan yang diberikan sudah tepat (Danuatmadja, dan Meiliasari, 2004).

Page 16: BAB II new

Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat

hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat

membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi.

Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat

dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras,

pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di

punggung (Simkin., Walley.,dan Keppler, 2008).

J. Metode Massage

Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang

berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls

diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa

sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter

besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat

diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf

yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau

sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai

korteks serebral.

Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang

berdiameter besar yaitu :

1. Metode Effluerage

Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk,

lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II new

melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan

dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh

pasien.

2. Metode Deep Back Massage

Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian

bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak

tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

3. Firm Counter Pressure

Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk

kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan

yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

4. Abdominal Lifting

Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien

pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan

pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang

berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi.

Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

K. Metode Massage Effleurage

1. Definisi Effleurage

Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah bentuk stimulasi kulit

yang digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif.

Effleurage berasal dari bahasa Prancis. Ketika catatan dari Dr. Fernand Lamazes

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II new

diterjemahkan dari bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, salah satu kata yang baru

adalah effleurage (Mons Dragon, 2004).

Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang

atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan,

effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan

usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari

permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di punggung. Tujuan utamanya

adalah relaksasi.

Gate Control Theory dapat dipakai untuk pengukuran efektifitas cara ini.

Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri keotak

lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas.

Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan

menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak.

Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dangan latihan pernapasan selama

kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula

adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan

endorphin dalam sistem kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman

karena massage membuat relaksasi otot (Monsdragon, 2004).

Diawal persalinan, pemijat dapat digunakan kedua telapak tangannya untuk

menekan kedua sisi punggung dari bahu ke bawah dengan gerakan berirama, naik turun.

Pijatan yang lama dan lambat akan terasa nyaman. Pastikan pemijat menggunakan

seluruh bagian telapak tangannya. Jemarinya pun harus menyentuh tubuh sehingga

merasakan ketegangan disana. Pada persalinan tahap lanjut, pemijat menggunakan

tanganya untuk memijat kuat di pangkal tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan

Page 19: BAB II new

gerakan lingkaran-lingkaran di sekitar cekukngan pantat mungkin, butuh tekanan lebih

kuat didaerah itu. Sampaikan pada pemijat gerakan yang paling menolong (Danuatmadja

dan Meiliasari, 2004).

2. Cara Melakukan Teknik Effleurage

Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :

a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan

keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut

dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas

dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat harus

diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.

b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan

Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis

atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar

atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).

Gambar 1. Metode massage Effleurage

L. Metode Massage Abdominal Lifting

Nyeri persalinan kala I fisiologis dapat diatasi dengan tindakan-tindakan seperti

: distraksi, relaksasi, dan massage. Yang merupakan pendekatan non farmakologi dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II new

menurunkan dan mengatasi rasa nyeri, akan tetapi metode massage tersebut dapat juga

membawa pada kegagalan karena disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah :

usia, kelelahan, dan pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, pemberian massage

abdominal lifting dapat diberikan pada ibu inpartu kala I fisiologis untuk mengurangi

rasa nyeri yang dirasakan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi ibu. Pijatan dapat

menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan.

Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan

pelan pada perut (Abdominal lifting) juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana

untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih

sebagai berikut : sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan

untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung

(Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).

Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan pasien

pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan

pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang

berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi.

Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Gambar 2. Metode massage Abdominal lifting