bab ii konsep dasar penyakit a....
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu
atau mencerna toksin.(Tucker,1998)
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit.(Cecily, Betz; 2002)
Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang di sebabkan oleh
berbagai enterogen termasuk, bakteri, virus dan parasit.(Nelson, 2000)
Gastroenteritis merupakan radang dari lambung ke usus yang memberikan
gejala diare dengan disertai muntah atau tanpa muntah atau pun dengan muntah
berat.(Mansjoer,Arif; 2000)
Jadi Gastroenteritis atau diare adalah keadan frekuensi,BAB lebih dari 4 kali
dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada orang dewasa/anak dalam satu hari
dengan konsistensi feses encer,dapat berwarna hijau atau dapat bercampur darah dan
lendir atau lendir saja.
B. Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal
1. Anatomi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari:
a. Mulut (oris)
Terdiri dari 2 bagian:
1) Bagian luar yang sempit/vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir,
dan pipi
a) Bibir
Disebelah luarmulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi
oleh selaput lendir (mukosa)Otot orbikularis oris menutupi
bibir.Levator anguli oris mengakat dan depressor anguli oris menekan
ujung mulut.
b) Pipi, dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot
yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam,yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,palatum dan mandibularis disebelah
belakang bersambung dengan faring.
a) Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu:Palatum Durum (palatum keras)
yang tersususn atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris
dan lebih kebelakang terdiri dari 2 tulang palatum.Palatum Mole
(palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergaerak,terdiri atas jaringan Fibrosa dan
selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan kesegala arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian: Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum
lingua = punggung lidah, Apeks Lingua = ujung lidah
Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epligotis. Punggung lidah
(dorsum lingua),terdapat putting-putting pengecap/ujung saraf
pengecap. Frenulum lingua,merupakan selaput lendir yang terdapat
pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah,jika lidah digerakkan ke
atas nampak selaput lendir. Flika sub lingua,terdapat disebelah kiri dan
kanan frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir.
Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari glndula
parotis,sub maksilaris dan glndula sub lingualis.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama
duktus wartoni dan duktus stnsoni.Kelenjar ludah ada 2, yaitu:
Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di
bawah tulang rahang atas pada bagian tengah, Kelenjar ludah bawah
ludah (kelenjar sublingualis) yang terdapat disebelah depan dibawah
lidah.
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah
bawah lidah diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah
disebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar
luadah (saliva). Saliva dihasilkan didalam rongga mulut disekitar
rongga mulut. Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah
yaitu: Kelenjar parotis,letaknya dibawah depan dari telinga diantara
prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,duktusnya duktus
stensoni.Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga
mulut melalui pipi (muskulus buksinator), Kelenjar submaksilaris,
terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama
duktus wartoni, bermuara di rongga mulut bermuara didasar rongga
mulut, Kelenjar ludah didasari oleh saraf-saraf tak sadar.
d) Otot lidah
Otot ekstrinsik lidah berasal darirahang bawah
(M.mandibularis, oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam
lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsik yang
terdapat pada lidah.
M.Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari
permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke radiks
lingua.
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus),didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan
makanan,letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,didepan ruas
tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung
dengan perantaran lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan
dengan rongga mulut dengan perantaran lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari:
1) Bagian superior (nasofaring ),bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga.
2) Bagian media (orofaring),berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
superior disebut faring = faring yang menghubungkan tekak dengan
tenggorokan (trakea).
3) Bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan faring.
c. Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung,panjangnya + 25 cm,mulai dari faring sampai masuk kardiak
dibawah lambung.
Lapisan dinding esofagus dari dalam ke luar terdiri dari : lapisan
selaput lendir (mukosa),lapisan submukosa,lapisan otot melingkar sirkuler dan
lapisan otot memanjang longitudinal.
Esofagus terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung
setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung.
1) Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster.Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,terletak dibawah
diafragma didepan pankreas dan limpa,menempel disebelah kiri fundus
uteri.
Lambung terdiri dari 6 bagian yaitu :
a) Fundus ventrikuli,bagian yang menonjol keatas terletak di sebelah kiri
osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus ventrikuli,setinggi osteum kardium,suatu lekukan pada bagian
bawah kurvatura minor.
c) Antrum pylorus,bagian lambung berbebtuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk sfingter pilorus.
d) Kurvantura minor,terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari
osteum kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvantura mayor,lebih panjang dari kurvatura minor. Terbentang dari
sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior.Ligamen gastro linealis terbentang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
f) Osteum kardiakum,merupakan tempat dimana esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung.Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
d. Intestinum minor (usus halus)
Adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum,panjangnya kurang lebih 6 meter.
Lapisan usus halus retdiri dari : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (m.sirkuler), lapisan otot memanjang (m.longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah liar).
1) Duodenum (usus 12 jari)
Panjangnya kurang lebih 25 cm,berbentuk sepatu kuda
melengkung kanan kiri.Pada lengkungan ini terdapat pancreas.Dan bagian
kanan duodenum ini terdapoat selaput lender yang membukit disebut
papilla vateri.Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koledukus) dan saluran pancreas (duktus pankreatikus).
2) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang kurang lebih 6 meter.Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang kurang lebih 2-3 meter dan ileum dengan
panjang kurang lebih 4-5 meter.Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri dan vena mensentrika superior,pembuluh limfe dan saraf ke
ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk
mesenterium.Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai
batas yang tegas.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis,orifisium ini
diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup
valvula seikalis atau valvula baukini.
Mukosa usus halus,permukaan epitel yang sangat luas melalui
lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan
absorbsi.Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukan usus.
Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang
menghasilkan bemacam-macam hormone jaringan dan enzim yang
memegang peranan aktif dalam pencernaan.
e. Intestinum Mayor (usus besar)
Panjangnya kurang lebih 1,5 meter lebarnya 5-6 cm.
Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir,lapisan otot
melingkar,lapisan otot memanjang,dan jaringan ikat.
Lapisan usus besar terdiri dari :
1) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga jaga umbai cacing, panjangnya 6 cm.
2) Kolon asendens
Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum ke bawah hati.Di bawah hati membengkak ke
kiri,lengkungan ini disebut fleksura hepatika,dilanjutkan sebagai kolon
transversum.
3) Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum
mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat di
lewati oleh beberapa isis usus.Appendiks tergantung menyilang pada linea
terminalis masuk ke dalam ronnga pelvis minor terletak horisontal di
belakang seikum.
4) Kolon transversum
Panjangnya kurang lebih 38 cm,membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen,sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
5) Kolon desendens
Panjangnya kurang lebih 25 cm,terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksurs linealis sampai ke depan ileum
kiri,bersambung dengan kolon sigmoid.
6) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri,bentuknya menyerupai huruf S.Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.
7) Rectum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus,terletak dalam rongga di depan os sakrum dan os koksigis.
8) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar (udara luar).Terletak diantara pelvis,dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter : Sfingter Ani Internus, Sfingter Levator Ani,
Sfingter Ani Eksternus
9) Pankreas
Merupakan kumpulan kelenjar yang mempunyai saluran,masing-masing
kelenjar bersatu di duktus pankreatikus.Pankreas berfungsi sejumlah
enzim yaitu lipase,enzim-enzim proteolitik,amilase asam nukleat.Selain
itu juga menghasilkan hormon glukagon dan insulin.
10) Hepar
Terletak pada bagian atas rongga abdomen disebelah kanan bawah
diafragma,menghasilkan empedu yang disimpan dalam kandung
empedu.Hati memilki saluran yang disebut duktus hepatikus bertemu
dengan duktus sistikus dari kandung empedu di duktus koledokus.Empedu
dalam hepar mengandumg garam empedu yang membantu dalam proses
metabolisme lemak,pigmen-pigmen feses,kolesterol,gram dan air.
(Syaifuddin,1999)
2. Fisiologi
Fisiologi gastrointetinal yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
lambung (gaster), usus halus (intestinum minor) dan usus besar (intestinum
mayor) serta proses defekasi,
a. Lambung (Gaster)
Lambung mempunyai fungsi:
1) Fungsi motorik
Fungsi reservoir. Menyimpan makanan sampai makanan tersebut
sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.
Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan
relaksasi reseptif otot polos, diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang
oleh gastrim.
Fungsi mencampur. Memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lainbung melalui kontraksi
otot yang mengelilingi lambung.
Fungsi pengosongan lambung. Diatur oleh pernbukaan sfinger
pylorus yang dipengaruh oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas
osmotic, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-oaatan dan kerja.
Pengosongan lambung di atar oleh faktor saraf dan hormonal.
2) Fungsi pencemaan dan sekresi
Pencernaan protein oleh pepsin dan HC1 dimulai di sini,
pencemaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung
kecil peranannya.
Sintesis dan pelepasan gastrum di pengaruhi oleh protein yang di
makan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.
Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus
halus bagian distal.
Sekresi mukus membentuk selubuug yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi ;menjadi fase sefalik, gastrik,
dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk
lambung, yaitu sebagai akibal metihat, mencium, memikir, atau mengecap
makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf vagus dan
dihilangkan dengan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase
sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan. Impuls eferen
kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar
gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl, pepsinogen dan menambah
mukus. Fase sefalik menghasilkan sekitar 10 % dari sekresi lambung
normal yang berhubungan dengan makanan.
Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus.
Distensi yang terjadi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan
mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding-dinding lambung. Impuls
tersebut berjalan menuju medulla melalui eferen vagus dan kembali ke
lambung melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangsang pelepasan
hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar
.lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran
darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi Pelepasan
gastrin juga dirangsang oleh PH alkali, garam empedu di antrum, dan
terutama oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama
sekresi asam hidroklorida.
Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari duapertiga sekresi
lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari
total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik
dapat terpengaruh pada reseksi bedah antrum pylorus, sebab ditempat
inilah gastrin diproduksi.
Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke
duodenum. Fase sekresi lambung ini diduga sebagian besar bersifat
hormonal. Adanya protein yang telah dicema sebagai dalam duodenum
tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang
menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan lambung.
Tetapi, peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih
besar.
Distensi usus halus menimbulkan reflek entrogastrik, diperantai
oleh pleksus menterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat
sekresi dan pengosongan lambung. Adanya asam (PH kurang dari 2,5),
lemak dan hasil-hasil pemecahan protein menyebabkan pengeluaran
beberapa hormon usus.
Sekretin, kolesitokinin (CCK / Cholecytokimn) dan peptida
penghambat gastrik (G1P), semuanya memiliki etek inhibisi terhadap
sekresi lambung. Selama periode interdigeslif (antar dua waktu
pencemaan) sewaktu pencernaan tidak terjadi dalam usus, sekresi asam
klorida terus berlangsung dengan kecepatan lambat yaitu 1 sampai 5
mEq/jam. Ini disebut pengeluaran asam basal (BAO, Aaw/ acid output}
dan dapat diukur dengan pemeriksaan sekresi cairan lambung selama
puasa 12 jam. Sekresi lambung normal selama periode ini terdiri dari
mulkus dan hanya sedikit pepsin dan asam. Tetapi, rangsang emosional
kuat, dapat meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis (vagus) dan
didugu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tukak lambung
b. Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus mempunyai dua fungsi utama: pencemaan dan absorbsi
bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau
mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencemaan dimulai dari
mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap
makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh
kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolosis karbohidrat, lemak dan
protein manjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bilkarbonat dalam
secret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan PH optimal
untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dan hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan
yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam
empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel
merupakan agregat asam-asam empedu dan molekul-molekul. Lemak
membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan
molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik
mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap keluar menuju medium
cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan
kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di
absorbsi oleh permukaan sel epitel.
Proses pencemaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus enteriukus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada
brush border vili dan mencemakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Enzim-
enzim utama pencemaan adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase
(ptyalin) ludah; kelenjar ludah menghasilkan pepsin dan lipase lambung;
mukosa duodenum menghasilkan enterokinase; kelenjar eksokrin pancreas
menghasilkan tripsin, kimotripsin, karbosipeptidase, nuclease, lipase pancreas,
amilase pancreas; hati menghasilkan asam empedu (bukan enzim); kelenjar
usus menghasilkan aminopeptidase, dipeptidase, maltase, lactase, suki osa,
lipase usus, nukleotidase.
Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan
dengan mukosa duodenum menycbabkan kontraksi kandung empedu yang
diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencemaan tak lengkap
yang bersentuhan dengan mukosa duodenum, merangsang sekresi getah
pankreas yang kaya akan enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozimin.
Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu
hormon yang sarna, yang mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan
CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini
dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan
dikeluarkan hormon lain, sekretindun jumlah yang dikeluarkan sebanding
dengan asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi
getah yang mengandung bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari hati.
Sekretin memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan
dengan sekret pankreas, hepatobiliar, Jan sekresi usus, dan pergerakkan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan
yang sesuai untuk absorbs! optimal dan suplai kontinue isi lambung.
Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat,
lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino)
melalui dindirig usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-
sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi
berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang
sebagian besar kurang dimengerti.
Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan
abscrbsi kalsium memerlukan vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A,
D, E dan K) diabsorbsi dalam duodenum dan memerlukan garam-garam
empedu. Asam folat dan vitamin-vitamin lain yang larut dalam air juga
diabsorbsi di duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino dan lemak
sebagian besar diselesaikan menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsi
vitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui mekanisme transport
khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam-asam
empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk
membantu pencernaan lemak, akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk
kembali ke hati. Siklus ini dinamakan sirkulasi enterohepatik garam-garam
empedu dan sangat penting dalam mempertahankan cadangan empedu.
Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja
mencenakan leniak berkali-kali sebelum dikeluarkan dalam feses.
Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi
garam-garam empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam-
garam empedu dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan iritasi kolon
dan diare.
c. Usus Besar (Intestinum Minor)
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah nampir lengkap pada kolon.
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsurbsi sckitar 600 ml air per/ hari, bandingkan dengan
usus halus yang mengabsorpsi sekitar 8 000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar
adalah sekitar 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena
adanya kiriman yang berlebihan dan ileum, maka akan terjadi diare. Berat
akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa
air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel
epitel yang mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorbsi.
Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan
oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mukus
alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi dan
melindungi mukosa.
Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B.
Pembusukan oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat-
zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak.
Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2 N2, H2S dan CH4 membantu
pembentukan flatus di kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses,
sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan
diubah manjadi senyawa yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih.
Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2, H2 dan
CH4 yang merupakan komponen flatus. Dalam sehari secara normal
dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia
(menelan udara secara bcrlebihan) dan pada peningkitan gas di dalam lumen
usus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makanan
yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyak
karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus
besar yarg khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau
haustra teregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk
mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi
usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup
waktu untuk absorbsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif; (1) kontraksi
lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke
depan, menyumbat beberapa haustra, dan (2) penstaltik massa, merupakan
kontraksi yang mengbatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian
ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik
setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.
d. Fisiologi Defekasi
Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan
merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh stingier ani eksterna
dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan
sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter. Refleks defekasi
terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis.
Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus
panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter
interna. Pada waktu rektum yang mengalami distensi -berkontraksi, otot
levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal
menghilang. Otot-otot sfingter intema dan ekstema berelaksasi pada waktu
anus tertarik atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan
adanya peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi akibat kontraksi
voluntar otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus-
menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan valsava). Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi volun^r otot-otot sfingtcr ekstema dan levator
ani. Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk
berdefekasi menghilang.
Kelainan dari proses defekasi adalah konstipasi dan diare. Konstipasi
terjadi karena kegagalan pengosongan rektum saal terjadi peristaltik massa.
Bila defekasi tidak sempurna, rektum relaksasi dan hasrat untuk defekasi
hilang. Air tetap terus diabsorpsi dari massa feses, menyebabkan feses
menjadi keras, sehingga defekasi selaniutnya lebih sukar. Diare adalah kondisi
dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/ hari), serta
perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (feses cair) hal ini
biasanya dihubungkan dengan dorongan, ketidaknyamanan perianal,
inkontinensia atau kombinasi dari faktor-faklor ini. Adanya kondisi yang
menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukosa atau motilitas
dapat menyebabkan diare.
Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian
hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik kemoterapi dan
antasida), pemberian makanan per selang, gangguan metabolik dan endokrin
(diabetes, addisnn, tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri,
shigelosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan
dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorbsi (sindrom usus peka,
kolitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit seliaka) defisit sfingter anal,
sindrom, zollinger - ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.
Frekuensi defekasi meningkat bsrsamaan dengan meningkatnya
kandungan cairan dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi,
gemuruh usus (borborigimus), anoreksia dan haus. Kontraksi spasmodik vang
nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi
pada setiap defekasi.
Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus, sedarigkan
feses semi padat lebih sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses
yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya
mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.
C. Etiologi
Faktor Penyebab diare adalah:
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal:Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri
Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoly, Salmonella, Shigella, Campylabacter,
Yersinia,Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus:Entero virus(Virus echo,coxsackria,poliomyelitis)
3) Infeksi parasit:Cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloides, protozoa,
jamur)
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan seperti :
OMA,Tonsilitis, Bronkopneumoni, Ensefalitis, dan lain-lain.
2. Faktor mal absorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemal
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan,makanan basi, makanan beracun
4. Faktor psikologis,rasa takut dan cemas.
(Ngastiyah, 1999)
D. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal,yaitu faktor infeksi
(bakteri,virus,parasit),faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan
faktor psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang
masuk kedalam tubuh manusia.Bakteri tertelan masuk sampai lambung,yang
kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak
maka ada yang beberapa lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada
kabanyakan kasus gastroenteritis,organ tubuh yang di serang adalah usus.Didalam
usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir
yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran
epitel, membran ini bakteri mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-
caran usus dibagian kripta vili dan menghambat absorsi cairan. Sebagian akibat dari
keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan
dinding usus menggembung dan tegang dan sebagian dinding usus akan mengadakan
kontriksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar.
Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi
diare.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus.Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena
akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik
sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit- Selain karena 2 hal itu, nyeri perut/
kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan
gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus beriebihan. Biasanya pada
keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun.
Karena teqadi ketidak seimbangan asam basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus
berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi
sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien
jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir
dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan membuat cairan ekstra seluler dan intraseluler menurun. Dimana
selain air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbonat. Bila keadaan ini berlanjut
terus maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi,
perfusi jaringan terganggu dan akhimya dapat menyebabkan syok hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun.
Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan intrasel yang
berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak
pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pemafasan kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis
(stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian
sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya
mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan
terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiyah, 2005; Syaifuddin 1999; Barbara C Long, 1999)
E. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feces
2. Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus
3. Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif (tenesmus)
mungkin terjadi setiap kali defekasi.
4. Sifat dan awitannya dapat eksplosif dan bertahap. Gejala yang berkaitan adalah
dehidrasi dan kelemahan.
5. Feces yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.
6. Feces yang lunak, semipadat berkaitan dengan kolon.
7. Feces berwama keabu-abuan menandakan malabsorbsi usus.
8. Mukus dan pus dalam feces menunjukkan enteritis inflamasi atau colitis
9. Berak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi pankreas.
10. Diare noktumal mungkin merupakan manifestasi neuropati diabetik.
(Baughman, 2000)
F. Komplikasi
1. Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul:
2. Dehidrasi / kekurangan volume cairan
3. Syok hipovolemik
4. Hipokalemia (meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, disritmia jantung)
5. Hipoglikemia
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah, dan diare, jika lama / kronik)
8. Asidosis metabolik
(Mansjoer, Arif; 1999)
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengkontrolan dan penyembuhan
penyakit yang mendasari.
2. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
3. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan loperamit
(Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber non-infeksius.
4. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
5. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk klien yang sangat muda atau
lansia.
(Baughman, 2000)
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian data dasar gastroenteritis yaitu :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah.
Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit.
2. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Faktor stress akut / kronis, misalnya: hubungan keluarga /
pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Faktor budaya peningkatan prevalensi pada populasi Yahudi,
sering meningkatkan pada individu.
Eropa Utara dan keturunan Anglo-Saxon.
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
3. Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat disekresikan, hilang timbul, sering
tidak terkontrol, flatus lembut, dan semi cair : bau busuk dan
berlemak (stereatorea): melena.
Konstipasi hilang timbul
Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)
4. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia : mual muntah
Penurunan berat badan
Tak toleran pada diare/sensitive misalnya produk susu, makanan
berlemak
Tanda : Penimbunan lemak subkutan/massa otot
Kelemahan, tonus otot buruk dan turgor kulit buruk
Membran mukosa kering
5. Higiene
Tanda : Ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri Bau badan
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan
bawah : nyeri abdomen tengah, bawah (keterikatan jejunum)
Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal
Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
Nyeri mata fotofobia (iritasi)
Tanda : Nyeri tekan abdomen/distensi
7. Kemanan
Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anemia bemolitik, vaskuitis Artritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus)
Peningkatan suhu 39,6 – 400 C (eksaserbasi akut)
Penglihatan kabur
Tanda : Lesi kulit mungkin ada, misalnya eritemia (meningkat, nyeri
tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka;
pioderma gangrenosa (lesi tekan purulen/ lepuh dengan batas
keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
Ankilosa spoliditis
Uveitis, konjungtiva/ iritis
8. Interaksi social
Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan kondisi,
ketidakmampuan aktifsecara social
9. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
Pertimbangan : DRG (Diagnosis Related Group) menunjukkan rerata
lama dirawat: 7 hari
Rencana pemulangan : Bantuan dalam program diet, program obat, dukungan
psikologis
(Doengoes,1999)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, Ph dan kadar gula jika di duga
ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari penyebab
dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika.
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap,analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na,K,Ca,dan P serum pada diare yang disertai kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Deudenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kwantitatif dan
kwalitatif terutama pada diare kronik.
I. Pathway
- Infeksi (bakteri, virus, parasit)- Malabsorbsi makanan di usus- Makanan beracun- Faktor psikologis
GASTROENTERITIS
Rangsangan sarafparasimpatis me
Mobilitas ususterganggu
Kerusakan mukosausus
Reaksi inflamasi Pe sekresi cairandan elektrolit
HiperperistaltikHiperperistaltik
Iritasi mukosausus
- Anoreksia- Mual, muntah
5. Perubahannutrisi < dr keb
Bakteri tumbuh >>
Metabolismekarbohidrat oleh
bakteri
Gas H2, CO2
Kembung
3. Gg rasanyaman nyeriakut
Pergeseran cairandan elektrolit ke
rongga usus
Peningkatan sekresicairan dan elektrolit
Isi rongga usus me
Direksi sengTubuh kehilangancairan danelektrolit
2. Gg eliminasi BAB
Kontak cairan fesesyg mengandung
asam almbung dgnkulit sering
4. Gg integritas kulit
Kekuranganvol cairan dan
elektrolit
Kehilanganion Cl, air
Asidosismetabolik
Pernafasankusmaul
Pelepasanaldosteron me
Realbsorbsi Nadlm ginjal me
Produksi urin
Gagal ginjal
Pe cairan
Dehidrasi
Pada bag darahtidak merata
Bagian sirkulasi
Perfusi jarberkurang
SYOK
- Hipoksia- Sianosis
(Ngastiyah,2005; Syaifuddin 1999; Barbara C Long,1999)
J. Fokus Intervensi
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan yang
berlebihan
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
terpenuhinya volume cairan tubuh
b. Kriteria hasil : Mukosa membran turgor kulit kenyal, tidak ada tanda
dehidrasi
c. Intervensi
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlsh feces; perkirakan
kehilangan yang tak terlihat mis. Berkeringat. Ukur berat jenis urine;
observasi oliguda.
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
gmjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman
untuk penggantian cairan.
2) Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu)
Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat
menunjukkan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan
3) Pertahankan pembatasan peroral tirah baring; hindari kerja
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuban dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus.
4) Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memedukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kebilangan /anemia
5) Awasi hasil laboratorium, contoh elektrolit (kalium, magnesium) dan GDA
(Analisa Gas Darah)
Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi
6) Berikan obat sesuai indikasi:
Antidiare (rujuk ke DK; diare, hal. 176)
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus
Antiemetik, mis. Trimetobinzamid (Tigan); hidroksin (Vistaril);
prokloperazin (Compazine)
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual muntah pada eksaserbasi
akut
Antipiretik, misl. Asitamenofen (Tyenol)
Rasional : Elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus
yang gundul, area ulkus dan diare dapat juga menimbulkan
asidosis metabolik karena kehilangan bikarbonat (HC03)
Vitamin K (Mephyton)
Raasional : Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi
koagulasi dan menurunkan risiko perdarahan
(Doenges, 1999)
2. Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltic
usus
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan diare dapat
teratasi
b. Kriteria hasil : Pola eliminasi (1 -2 kali BAB)
Feses tidak bercampur lendir dan darah
BAB tidak encer /lunak
c. Intervensi
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
beratnya tiap defekasi
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur
Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju
metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi
3) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misl. sayuran-
segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.
Rasional : Menghindari iritan meningkatkan istirahat usus
4) Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman
jernih tiap jam; hindari minuman dingin
Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang makanan/minuman. Makan kembali
secara bertahap dapat mencegah terjadi kram dan diare
berulang.
5) Kolaborasi obat sesuai indikasi misl. antikolinergik
Rasional : Menurunkan motilitas /peristatik usus dan menunjukkan
sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare..
(Carpenito, 2000)
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan hiperistaltik, diare lama,
iritasi kulit/ jaringan
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri dapat teratasi
b. Knteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Tampak rileks dan marnpu tidur/istirahat dengan tepat
c. Intervensi
1.) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada memberi
analgesik
2.) Kaji laporan kram abdomen, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan
penyebaran penyakit /terjadinya komplikasi.
3.) Berikan area rektal dengan sabun ringan dan air lap setelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Rasional: Melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskodasi
4.) Kolaborasi dengan dokter memberikan analgesic
Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu
penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan
penyembuhan
5.) Bantu dengan mandi duduk (rendam) sesuai indikasi
Rasional : Memberikan kesejukan local dan kenyamanan untuk area
iritasi rectal
(Doenges, 1999)
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas
kulit tidak teriadi
b. Kriteria hasil : Mengekspresikan hasrat keinginan dalam pencegahan luka
tekan
Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan
Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan
c. Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital dengan sering perhatikan demam
Rasional : Mungkin indikatif dari pembentukan hematoma /terjadinya
infeksi yang menunjang perlambatan pemulihan luka dan
meningkatkan risiko pemisahan luka
2) Jangan gosok area yang kemerahan atau menggosok di atas tonjolan tulang
Rasional : Meminimalkan luka dan tahanan potensi terjadinya infeksi
3) Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban/ ekskoriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri
yang ditimbulkan.
4) Diskusikan tentang pentingnya kebersihan area perianal dan jaga agar tetap
kering
Rasional : Memberikan pengetahuan agar klien memperhatikan personal
hygiene
5) Pijat kulit khususnya diatas penonjolan kolon
Rasional : Memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit.
(Doenges, 1999)
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrient
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan
niitrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kriteria hasil : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tak ada
malnutrisi
c. Intervensi
1.) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan
terapi
2.) Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
Rasional : Menurunkan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
3.) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misal.
Produk susu)
Rasional: Mencegah serangan akut /eksaserbasi gejala
4.) Mulai tambahkan diet sesuai indikasi misl. cairan jernih maju menjadi
makanan yang dihancurkan
Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses
pencemaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas
jaringan.
5.) Kolaborasi dengan dokter memberikan vitamin B12
Rasional : Malabsopsi B12 akibat kehilangan nyata fungsi ileum.
Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena proses
inflamasi lama, meningkatakan produksi SDM /memperbaiki
anemia.
(Doenges, 1999)