lemahnya ketahanan budaya sebabkan degradasi moral

21
Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral Warta Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi serta lemahnya ketahanan budaya dan merosotnya kepribadian nasional di kalangan pemuda di Kota Pematangsiantar menyebabkan degradasi moral dan munculnya kebodohan yang akan melahirkan kemiskinan serta terfregmentasinya pemuda dalam kota sempit sektarianisme dan primordialisme. Pematangsiantar, WASPADA Online Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi serta lemahnya ketahanan budaya dan merosotnya kepribadian nasional di kalangan pemuda di Kota Pematangsiantar menyebabkan degradasi moral dan munculnya kebodohan yang akan melahirkan kemiskinan serta terfregmentasinya pemuda dalam kota sempit sektarianisme dan primordialisme. "Akibatnya, pimpinan pemuda di Pematangsiantar cenderung bersikap eksklusif dan hanya mementingkan kelompok/golongan dan menjadikan organisasi wadah berhimpun kepemudan sebagai alat bagi kepentingan pribadi," cetus deklarator Forum Pemuda yang menyadari bahaya yang muncul di kalangan pemuda hingga sepakat membentuk dan berhimpun dalam Forum Pemuda dalam solidaritas yang inklusif, bersatu, berkeadilan dan non diskriminatif. Deklarasi wadah Forum Pemuda itu dilaksanakan di aula Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) di Jalan Sisingamangaraja, Pematangsiantar Sabtu (22/12) oleh 11 deklarator terdiri Pagar Chandra Gunawan, Anto Leo Saragih, Panusunan Sinaga, Japrin Purba, Gregorius Marlon Brando Purba, Dosmaria Saragih, Muhammad Irham Siregar, Irawan Atmadisaputra Purba, Polman Antonius Siringoringo, Martua Siadari dan Dwi Sadrajat Rangkuti. Menurut para deklarator, Forum Pemuda itu akan bersama-sama mengembangkan iklim yang kondusif bagi partisipasi pemuda dalam pembangunan khususnya dengan menjadikan wahana kepemudaan sebagai sumber kader bangsa yang beriman, berakhlak mulia, patriotis, demokratis, mandiri dan tanggap terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya, melindungi segenap generasi muda dari bahaya obat-obatan terlarang dan zat adiktif (narkotika dan

Upload: sheilla-tania-marcelina

Post on 24-Jun-2015

1.588 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral Warta Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi serta lemahnya ketahanan budaya dan merosotnya kepribadian nasional di kalangan pemuda di Kota Pematangsiantar menyebabkan degradasi moral dan munculnya kebodohan yang akan melahirkan kemiskinan serta terfregmentasinya pemuda dalam kota sempit sektarianisme dan primordialisme. Pematangsiantar, WASPADA Online

Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi serta lemahnya ketahanan budaya dan merosotnya kepribadian nasional di kalangan pemuda di Kota Pematangsiantar menyebabkan degradasi moral dan munculnya kebodohan yang akan melahirkan kemiskinan serta terfregmentasinya pemuda dalam kota sempit sektarianisme dan primordialisme.

"Akibatnya, pimpinan pemuda di Pematangsiantar cenderung bersikap eksklusif dan hanya mementingkan kelompok/golongan dan menjadikan organisasi wadah berhimpun kepemudan sebagai alat bagi kepentingan pribadi," cetus deklarator Forum Pemuda yang menyadari bahaya yang muncul di kalangan pemuda hingga sepakat membentuk dan berhimpun dalam Forum Pemuda dalam solidaritas yang inklusif, bersatu, berkeadilan dan non diskriminatif.

Deklarasi wadah Forum Pemuda itu dilaksanakan di aula Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) di Jalan Sisingamangaraja, Pematangsiantar Sabtu (22/12) oleh 11 deklarator terdiri Pagar Chandra Gunawan, Anto Leo Saragih, Panusunan Sinaga, Japrin Purba, Gregorius Marlon Brando Purba, Dosmaria Saragih, Muhammad Irham Siregar, Irawan Atmadisaputra Purba, Polman Antonius Siringoringo, Martua Siadari dan Dwi Sadrajat Rangkuti.

Menurut para deklarator, Forum Pemuda itu akan bersama-sama mengembangkan iklim yang kondusif bagi partisipasi pemuda dalam pembangunan khususnya dengan menjadikan wahana kepemudaan sebagai sumber kader bangsa yang beriman, berakhlak mulia, patriotis, demokratis, mandiri dan tanggap terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya, melindungi segenap generasi muda dari bahaya obat-obatan terlarang dan zat adiktif (narkotika dan obat-obat berbahaya/Narkoba) serta mengembangkan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda yang berdaya saing, professional dan mandiri.

Sementara, Presidium Forum Pemuda Pagar Chandra Gunawan menjelaskan ke depan, Forum Pemuda akan konsentrasi menggelar forum diskusi serta seminar dengan pokok bahasan dinilai punya kepentingan terhadap pemuda dan masyarakat serta akan bersikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam bentuk pernyataan dengan menyuguhkan solusi-solusi alternatif.

Pada kesempatan itu Gunawan menegaskan kehadiran Forum Pemuda bukan sebagai tandingan terhadap wadah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan bukan barisan sakit hati meski seperti diberitakan Musyawarah Daerah (Musda) X KNPI baru-baru ini membuahkan protes sebagian peserta Musda yang meminta Musda dibatalkan dan diulang. Deklarasi itu diakhiri dengan penyerahan bantuan kepada 55 orang tua jompo penghuni Panti Jompo UPTD Dinsos Sumut dan makan bersama.

Page 2: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

PENYEBAB DEGRADASI MORAL ANAK BANGSA

dear all

aktor-faktor pendukung degradasi moral anak bangsa1. perceraian orang tua2. pertikaian orang tua3. ekspresi sebagai anak tiri/dianak tirikan4. ekspresi ketidakpedulian orang tua kepada anak5. terlalu dimanjakan orang tua6. selalu dilindungi/dibela oleh orang tua apapun tindakan si anak7. selalu mendapat dukungan dari keluarga/famili apapun tindakannya8. masyarakat tidak peduli terhadap tingkah laku anak-anakcontoh : anak bertingkah tidak hormat kepada orang lain dibiarkan9. budaya masyarakat yang tidak mendidikcontoh : pada saat ada pertunjukan di masyarakat (dalam acara hajatan)dengan tidak segan-segannya masyarakat (para orang tua)minum-minuman keras, bermain judi dll di depan anak-anak10. aparat penegak hukum tidak menindak setiap kejahatan, apalagi didesa/daerahnya sendiri11. aparat penegak hukum bertindak jika mendapat laporan saja12. perkembangan teknologi (HP, Media televisi, Internet, media massa dll)13.contoh tingkah laku pejabat (anggota DPR, DPRD atau pemimpin) yangarogan dan perkelahian-perkelahian di antara mereka di tempat sidangmaupun di luar sidang14. tuntutan aktualisasi diri yang menyimpang===========15. tidak adanya aturan yang jelas di sekolah16. tidak dilaksanakannya aturan sekolah dengan konsisten17. tidak ada kepedulian guru untuk mendidik mental anak18.pengelola (kepala sekolah, guru, karyawan, komite sekolah) tidakmemberikan tauladan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Nomor15, 16, 17 dan 18 sengaja saya pisahkan, karena menurut pemikiran saya empat halitulah yang menjadi faktor degradasi moral anak ciptaan sekolah.sedangkan pada sisi lain jauh lebih besar dan banyak hal-hal yangmempengaruhi degradasi mental anak.pertanyaannyaadalah...bagaimana sekolah mengantisipasi dan mampu mengatasipengaruh-pengaruh bawaan anak dari luar sekolah?.....

terlebihlagi jika sang guru terbelenggu oleh masalah kesulitan menyekolahkananak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi....yach minimal sama denganorang tuanya (bergelar S.Pd saja) susah.....

Page 3: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Dampak Degradasi Moral

SEMARANG- Maraknya kekerasan yang dilakukan remaja putri, yang menamakan dirinya Geng Nero (Neko-neko Dikeroyok) dan Geng Brenksek terhadap teman sebayanya di Juwana, Pati mendapat tanggapan dari sejumlah psikolog.

Psikolog Hastaning Sakti berpendapat, munculnya geng-geng remaja putri itu merupakan perwujudan dari degradasi moral dalam suatu kelompok. Itu bisa terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain lingkungan sekitar, keluarga, sekolah, dan faktor keturunan.

Secara demografi wilayah Pati merupakan kota kecil yang dekat dengan pantai utara sehingga secara geografis bisa membentuk pribadi seperti apa yang dilakukan Geng Nero maupun Geng Brenksek. Dia menambahkan, hampir sebagain besar waktu anak-anak dihabiskan bersama keluarga. Dengan demikian orang tua seharusnya mampu memberikan pengarahan kepada putra-putri mana tindakan yang benar dan yang salah.

”Selain itu sebagai orang tua harus mengerti minat dan bakat yang dimiliki anak-anaknya. Mereka jangan justru selalu disalahkan, yang bisa mengakibatkan mencari kelompok yang memiliki jati diri seperti yang diinginkannya,” kata dia, Minggu (15/6).

Seorang perempuan bisa melakukan kekerasan seperti itu, menurut dia, tentunya punyai nyali besar dan bukan tidak mungkin berada di bawah pengaruh obat-obatan atau minum-minuman keras. Seharusnya setelah ditangkap, anak-anak itu diperiksa apakah berada di bawah pengaruh alkohol atau tidak. ”Kalau salah satu anggota geng mengaku itu dilakukan karena sebuah dendam, saya rasa hanya sebagai alibi semata,” kata dia.

Sementara itu Probowatie Tjondronegoro, Psikolog dari RS Elisabeth Semarang menilai, kekerasan yang dilakukan sejumlah remaja putri terhadap teman sebayanya, karena sudah tidak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. ”Hal itu yang mendorong remaja putri beranggapan jika kaum laki-laki bisa melakukan kekerasan, kenapa kaum perempuan tidak bisa,” katanya.

Dikatakan, anggapan itu muncul karena sekarang ini orang tua dalam mendidik putra-putrinya sudah tidak membedakan lagi satu sama lain, mereka diperlakukan sama. Padahal seorang wanita harus mempunyai sikap lemah lembut.

Menurut Probowatie, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan mereka, antara lain kesibukan orang tua yang menyebabkan mereka mencari figur orang tua di luar rumah yang justru membawa keburukan, kebiasaan mereka berpakaian, teman bermain, dan lingkungan sekitar.

Saat ini kaum hawa lebih senang menggunakan celana jins dibanding rok, sehingga mereka

Page 4: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

merasa tampak macho dan mulai menghilangkan sikap kefeminisannya. ”Faktor lain, mereka ingin dikenal keberadaannya, namun menggunakan cara yang keliru,” tuturnya.

Kepala Humas RS Elisabeth itu mengatakan, mereka yang melakukan kekerasan jangan disingkirkan, dalam arti dihukum melainkan harus dirangkul dan dicari permasalahan serta jalan keluarnya. Untuk menimimalisasi maraknya geng-geng seperti itu di masa mendatang, sebaiknya orang tua sering melakukan komunikasi dengan penuh rasa cinta, kehangatan, dan menanamkan sikap disiplin sejak usia dini.

”Jika anak-anak memiliki sikap disiplin sejak dini, saat bergaul di luar rumah, mereka akan memahami apakah tindakan yang dilakukannya itu benar atau salah, sehingga kemunculan geng-geng tersebut dapat dihindari atau paling tidak diminimalisasi. Sebab bukan tidak mungkin bakal muncul geng-geng lain yang lebih sadis lagi,” kata dia.

NARKOBA DAN DEGRADASI MORAL ANAK BANGSA Oleh : Mohamad Ikbal Bahua

Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk dan penuh dengan keaneka-ragaman budaya serta etnis di dalamnya pada era reformasi ini sangat rentan terhadap adanya dekradasi moral para generasi muda penerus perjuangan dan pembangunan bangsa. Hal ini sangat wajar terjadi, karena perkembangan teknologi dan infomasi pada jaman globalisasi sangat signifikan dengan perkembangan jiwa generasi muda yang sangat bersemangat untuk maju meraih cita-cita luhur untuk masa depannya, walaupun tidak sedikit juga para generasi tua sangat terbantu dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi ini.

Teknologi dan informasi hanya salah satu indikator terhadap majunya suatu proses kehidupan anak bangsa, karena masih terdapat berbagai macam indikator kemajuan dunia global untuk dapat ikut serta mempengaruhi kehidupan anak bangsa Indonesia, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Kemajuan dunia globalisasi yang semakin menantang kehidupan para anak bangsa tentunya harus dibarengi oleh adanya penguatan moral dan agama sebagai upaya mengantisipasi jika kemajuan dunia globalisasi tersebut dapat menjerumuskan anak bangsa ke arah kehidupan yang negatif serta dapat merusak citra bangsa Indonesia di mata dunia internasional.

Moralitas anak bangsa Indonesia pada jaman sekarang ini menurut beberapa penelitian para pakar psikologi sudah sangat memperihatinkan, karena 75 % dari generasi muda Indonesia sudah terjebak dalam kehidupan bebas yang penuh dengan gemerlapnya penyebaran, penyelundupan dan pemakaian NARKOBA.

Masih terngiang di telinga kita, bagaimana kematian tragis yang dialami artis

Page 5: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Alda Risma yang sampai saat ini masih terjadi kontroversi siapa sebenarnya dibalik pembunuhan Alda Risma yang dilaterbelakangi oleh penggunaan NARKOBA. Contoh kongkrit ini membuktikan bahwa bahaya NARKOBA terhadap anak bangsa sudah semakin marak di Indonesia dan tidak dapat dikendalikan, walaupun pihak Polisi dan aparat penegak hukum lainnya berusaha untuk menggulung sindikat penyeludupan dan peredaran NARKOBA dengan tidak memilih siapa pun pelakunya.

NARKOBA pada saat ini merupakan bahaya dalam menghancurkan moralitas anak bangsa, karena jaringan peredaran NARKOBA dan sejenisnya telah berurat akar di Indonesia, bagaikan suatu jaringan peredaran darah dalam tubuh manusia yang setiap saat dapat mengundang kematian anak bangsa.

NARKOBA dan Degradasi moral anak bangsa merupakan suatu kalimat yang sangat sederhana tetapi sangat mengandung pengertian yang mendalam untuk sama-sama kita menjawabnya. NARKOBA pada proses peredarannya tidak memilih siapa pun yang akan menggunakannya, baik dari kalangan anak-anak, remaja sampai kepada kaum miskin, kaum konglomerat bahkan ketingkat pejabat negara/daerah yang diberi tugas untuk mengemban amanah rakyat.

Proses peredaran NARKOBA yang sudah menggila di Indonesia, semakin membuat degradasi moral yang dapat berakibat kepada hancurnya genarasi penurus cita-cita bangsa, sehingga Bangsa Indonesia akan mengalami krisis sumberdaya manusia yang berkualitas dalam mengisi pembangunan di abad ke-21.

Moralitas anak bangsa yang kian terdegradasi oleh NARKOBA ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, hal ini perlu dibentengi oleh adanya pemberdayaan masyarakat dengan melakukan pencegahan peredaran NARKOBA secara menyeluruh, baik di kalangan keluarga, sekolah/perguruan tinggi, anak jalanan, sampai kepada para pejabat publik.

Pencegahan NARKOBA tentunya tidak hanya dengan pemberdayaan masyarakat saja, akan tetapi harus diimbangi oleh penguatan moral dari segi agama, budaya dan peraturan perundang-undangan yang dapat membuat pengedar NARKOBA lenyap bahkan mati dari bumi pertiwi Indonesia.

Undang-undang ataupun peraturan mengenai NARKOBA tentunya tidak hanya sebatas pada pengedar atau produsen NARKOBA saja, tetapi sangat diperlukan juga upaya hukum dan sangsi yang membuat jera para pengguna NARKOBA, sehingga mereka dapat kembali kepada moralatias anak bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang hidup damai, penuh persatuan dan persaudaraan.

Untuk itu para generasi penerus serta generasi pengembang amanah cita-cita kemerdekaan bangsa, marilah kita bersama-sama untuk mencegah dan

Page 6: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

memutuskan siklus peredaran NARKOBA dengan menjaga moralitas diri, baik di kalangan keluarga sampai kepada kalangan rakyat miskin sekalipun. Karena bahaya NARKOBA setiap saat dapat merenggut nyawa penggunannya dengan tidak memilih apakah dia dari kalangan elit atau kalangan kaum miskin, marilah kita bentengi diri kita dengan kehidupan yang beragama, bermoral dan beretika untuk kelangsungan hidup di masa yang akan datang.

Refleksi 10 November - Indonesia Alami Degradasi Moral

User Rating:  / 0

Poor Best 

Written by Ledi    Tuesday, 10 November 2009 09:33 Bangsa Indonesia mengalami degradasi moral dan akhlak. Ironisnya, kondisi ini juga mewabah di kalangan intelektual dan elit politik serta para pemegang kekuasaan.

"Saat ini bangsa sedang mengalami degradasi moral dan akhlak. Sehingga perlu upaya membenahi keadaan ini sebelum semakin parah," ujar anggota DPRD Kota Medan Hasyim SE (Oei Kien Lim), Senin (9/11) di gedung DPRD Medan.

Degradasi tersebut kata politisi PDIP ini, sangat terasa dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara  adalah kolusi dan korupsi. Korupsi kian merajalela dan terjadi pada berbagai tingkatan.

"Termasuk  kaum terpelajar dan para elit. Ini harus segera diatasi," sebutnya.Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi, kata Hasyim,  maupun lemahnya ketahanan budaya dan merosotnya kepribadian nasional di kalangan pemuda di Indonesia menjadi faktor pemicu degradasi moral. Sehingga memunculkan kebodohan yang akhirnya melahirkan kemiskinan dan pengangguran.

"Munculnya degradasi moral itu, karena pendidikan agama, budi pekerti, etika terabaikan selama ini,"katanya. Padahal sebenarnya, itu mutlak diperlukan dalam pembentukan dan pembinaan karakter dan moral bangsa.

Pendidikan lanjutnya, harus ditempatkan sebagai proses pembentukan karakter dan peradaban serta meluhurkan kemanusiaan dengan cara memberinya prinsip-prinsip moral dan ilmu pengetahuan.

Untuk itu, kata wakil rakyat ini, mengimbau masyarakat luas mengambil hikmah di balik

Rate vote com_content 24229

http://w w w .haria

Page 7: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 Nopember.

"Ini adalah momentum yang tepat. Mudah-mudahan semangat dan nilai kepahlawanan yang ditunjukkan dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dapat menjadi sumber inspirasi untuk mengatasi berbagai masalah bangsa mulai dari kemiskinan, pengangguran, kesehatan pendidikan sampai konflik dan kerusuhan yang mengancam disintegrasi bangsa," harapnya.

Di samping itu, Hasyim juga menyarankan pemerintah peka dengan permasalahan. "Pemerintah, harus menunjukkan upaya nyata dalam mengantisipasi parahnya masalah degradasi moral bangsa,"katanya.

Degradasi Moral dan Upaya   Penanggulangannya

Juni 24, 2009 pada 7:45 am (Uncategorized)

Oleh: Saiful Azhar Aziz

Persoalan moral bukan hal baru di negeri ini, sejak zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun, saling membantu antara satu dengan yang lain tanpa mengenal pamrih, segala bentuk komunikasi masyarakat diselesaikan dengan cara kekeluargaan; budaya; politik; agama; ekonomi; di dalam UUD 1945 pun disebutkan pada BAB XIV tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial di dalam pasal 33 ayat (1) bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Pada ayat (4) disebutkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Namun, apa yang terjadi?. Kita bisa melihat realitas bangsa ini sekarang justru mengalami kemunduran karakter, kemunduran nilai-nilai, kemunduran kepercayaan diri terhadap bangsanya sendiri. Indonesia adalah bangsa yang Besar dengan segenap kekuatan sumber daya alamnya yang melimpah ruah, dari sabang hingga merauke. Namun apa yang terjadi pula?. Justru kini bangsa ini menjadi babu di negerinya sendiri, hal inilah yang pernah dikatakan Soekarno. Pasal 34 UUD 1945 ayat (1) menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara Negara. Masih banyak anak terlantar yang tidak diurusi oleh pemerintah kita, masih banyak fakir miskin yang tidak diurusi pemimpin kita, mereka justru dipelihara oleh lembaga-lembaga sosial asing, dibangunkan tempat tingal, disekolahkan dan lain sebagainya. Ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat kemanusian. Memang sistem pemerintahan kita yang membentuk rakyat ini menjadi lemah dan tidak bermartabat, “bermartabatnya” rakyat adalah lemahnya rakyat, miskinnya rakyat, digusurnya rakyat, dibodohkannya rakyat. Itulah sesuai dengan martabat kemanusian versi negeri ini. Tapi tidak ada sistem yang mengatur bagi yang “tidak bermartabat” seperti pejabat kaya, pengusaha kaya, para miliader untuk membantu rakyat yang bermartabat tadi. Jelas sudah, jarak antara si kaya dan si miskin memang dibuat oleh sistem negeri ini. Mengapa itu bisa terjadi?. Mari kita melihat bagaimana sepak terjang Muhammad SAW ketika sebelum diutus

Page 8: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

menjadi seorang nabi dan rosul. Beliau adalah orang yang sangat disegani karena kejujurannya, amanah, sangat menghargai waktu, pekerja keras, dan tauladan yang baik dalam berperilaku dan bertutur kata. Jadi beliau tidak seperti itu setelah menjadi nabi dan rosul, justru sebelum menjadi penutup para nabi dan rosul, beliau telah memiliki kepribadian yang luar biasa. Mari kita mulai dari kejujuran, berapa banyak manusia di negeri ini yang memiliki kejujuran?. Berapa banyak manusia Indonesia yang ketika melihat ketidakadilan di negeri ini hatinya bergetar dan jiwanya bergerak untuk berbuat?. Tentu jawabannya tidak banyak hanya beberapa saja. Al-Amin begitulah Muhammad diberi gelar oleh bangsanya saat itu, tidak seperti Al-Amin Nasution yang mau menjual dirinya dengan korupsi, padahal jelas menurut Transparency International korupsi adalah perilaku pejabat publik, mau politikus, pegawai nergeri, yang secara tidak wajar dan illegal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan mereka. Korupsi berasal dari kata bahasa latin, corruption. Kata ini sendiri punya kata kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut hukum di Indonesia penjelasan gamblangnya ada dalam tiga belas pasal UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 21 Tahun 2001. Banyak orang yang tidak jujur di negeri ini yang mengakibatkan mental bangsa ini menjadi lemah dan tidak percaya diri. Tidak jujur pada dirinya sendiri, tidak jujur pada waktu, tidak jujur dalam berekonomi;politik;agama dan lain sebagainya. Sesungguhnya banyak faktor yang menyebabkan degradasi moral bisa terjadi, yaitu: 1. Ketidakjujuran media Perkembangan media akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak akan muncul apabila ada reaksi dari stimulan yang ada, dalam hal ini yang menjadi stimulan adalah media masa, baik media cetak maupun elektronik. Sedangkan yang berada dalam posisi reaksi adalah masyarakat. Laju informasi yang cukup melimpah akan memberikan efek positif yaitu: masyarakat tidak akan mngalami kesulitan dalam mngikuti perkembangan laju informasi terkait dengan perkembanan zaman dan teknologi. Contohnya adalah adanya internet dan TV, sedikit banyak telah memberikan kontribusi informasi dan pengetahuan, sehingga dalam hal ini masyarakat menjadi lebih cerdas. Sedangkan ketidakjujuran itu menyebabkan dampak negatif, laju informasi yang cukup, kadang di salah gunakan oleh sebagian masyarakat untuk hal-hal yang negatif. Contohnya: fasilitas internet yang disalah gunakan dan tayangan TV yang sering menayangkan acara-acara yang kurang baik dikonsumsi oleh masyarakat. 2. Ketidakjujuran Pendidikan Pendidikan sesungguhnya merupakan pondasi awal yang dilewati setiap orang, dimulai dari pendidikan keluarga, lingkungan, pendidikan formal hingga perguruan tinggi. Acapkali pendidikan kita tidak jujur seperti ketika waktu kita kecil, seringkali orangtua kita menakuti kita dengan hal-hal ghaib supaya kita pulang sebelum malam hari, jadi anak akan cenderung takut terhadap hal-hal ghaib, hingga dewasa ia akan memutuskan suatu perkara mengikutsertakan hal-hal ghaib. Maka jangan salahkan banyak ponari-ponari baru muncul. Selain pendidikan kesehatan yang tidak tertanamkan sejak dini serta kebutuhan yang terlampau tinggi ditambah lagi sulitnya birokrasi maka masyarakat akan lebih memilih ponari yang mereka yakini jauh lebih murah ketimbang harus ke rumah sakit. Kemudian fenomena copy paste mahasiswa dalam setiap mengerjakan tugas-tugas kuliah, dan contek-menyontek dalam ujian, serta guru dan dosen yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmunya dan masih banyak lagi, apa yang perlu kita lakukan?. Pendidikan ketauladanan, seringkali kita terlalu banyak berbicara, mengajak kesana-kemari tapi kita sendiri tidak melakukannya. Sebagaimana dalam surat Ash-Shaff ayat (3) menyebutkan bahwa “amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” Sesungguhnya obat degradasi moral masyarakat kita dapat kita lihat bagaimana kehidupan Rosul kita Muhammad SAW yakni tanamkan pendidikan ketauladanan. Dampak dari pendidikan ketauladanan sangat kuat dan akan sangat berpangaruh pada lingkungan disekitar kita. Kemudian, pendidikan agama sejak dini. Dengan membekali anak gemar mengaji dan cinta

Page 9: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

terhadap Al-qur’an. Budaya Qur’ani yang perlu di bangun dari segala aspek, mulai dari persolan hamba dengan Sang Khalik; sholat lima waktu berjama’ah di masjid; sholat lail; sholat dhuha; bershodaqoh; puasa senin-kamis atau puasa daud; perbaiki pergaulan muda-mudi, kemudian ciptakan iklim ilmu pengetahuan dengan diskusi-diskusi, forum-forum ilmiah seperti para imam-imam terdahulu yang menguasai berbagai disiplin ilmu, mereka memulai dari mengafal dan mengkaji Al-Qur’an kemudian diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan, bersosial-politik, antar umat beragama, berbangsa dan bernegara. Membutuhkan suatu formulasi untuk mengakomodir kegiatan tersebut, gerakan jama’ah dakwah jama’ah (GJDJ) bisa dijadikan program untuk membenahi moral bangsa. Maka peradaban islam akan bangkit kembali di negeri ini, Indonesia.

KERAWANAN SOSIALDAN

STRATEGI PENANGGULANGANNYA

Oleh Pokja Puslitbang SDM Balitbang Dephan TA. 2001

Pendahuluan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang penduduknya berjumlah sekitar 220.000.000 orang, 500 macam etnis, 17.508 kepulauan dan luas wilayah 5.800.000 km2 serta letaknya yang strategis diantara negara di dunia, adalah rawan sosial sehingga perlu dicermati kondisi sosial masyarakat Indonesia yang dipengaruhi lingkungan yang strategis, menganalisis berbagai krisis seperti krisis ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dan hukum, serta konsep upaya penanggulangan kerawan-an sosial secara terpadu termasuk strategi penanggulangannya dalam rangka mendukung Perta-hanan Nasional.

Pembahasan Kerawanan Sosial. Kerawanan Sosial ialah suatu keresahan sosial yang berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat suatu masyarakat/kelompok golongan tertentu, dengan pemecahan dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan masyarakat/kelom-pok golongan tersebut. Ketidak- puasan ini masih dalam eskalasi aman sehingga hanya diperlukan tindakan pencegahan. Ketidak- puasan pemecahan masalah dari yang tidak tepat dicegah akan memicu keresahan, demonstrasi/anarkis ataupun separatisme (lihat gambar 1).

Page 10: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Kerawanan Sosial dapat terbentuk dalam berbagai macam seperti kerawanan ekonomi, politik, sosial budaya, ideologi, hankam dan hukum.

Kondisi sosial Bangsa Indonesia sejak tahun 1945, masa Orde lama maupun dimasa Orde Baru keduanya memiliki kekuasaan mutlak dan sentralistis, sehingga presidenlah yang berperan. Sejak tahun 1998 keruntuhan Soeharto mengakibatkan terjadinya reformasi di segala bidang. Reformasi tersebut disertai dengan isu berkembangnya Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, otonomi daerah dan lingkungan hidup. Pengertian HAM dan demokratisasi banyak disalah-artikan bangsa Indonesia, sehingga mereka mengekspresikan dirinya secara berlebihan, dan menimbulkan konflik antara pemerintah pusat dan daerah. Konflik antar suku, kelompok agama serta antar perusahaan industri dengan lingkungan masyarakat. Dalam reformasi di segala bidang, masyarakat telah banyak yang menyimpang dari makna kehidupan Pancasila. Sebagian kelompok masyarakat maupun kelompok politik masih mengusulkan Piagam Jakarta yang berisi “7 kata” untuk dimasukan kembali dalam pasal UUD

1945. Jadi ideologi Pancasila tetap mendapat tantangan dan menjadi sumber kerawanan sosi-al di masa mendatang. Kondisi politik saat ini memberikan peluang dan kebebasan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga mengesankan ajang demokrasi telah terbuka lebar. Permasalah-annya di sini adalah belum terciptanya dengan baik suatu mekanisme budaya demokrasi, dalam arti kata pemerintah belum menyiapkan perangkat kebijakan maupun perangkat hukum yang mengatur tata cara kehidupan berdemokrasi, sehingga timbul kesenjangan politik.

Kondisi sosial budaya bangsa Indonesia saat ini mengalami stagnasi di bidang nilai-nilai etika sosial dan budaya sehingga menimbulkan beberapa kasus kerawanan sosial seperti kasus sara di Sampit, Situbondo, Ujung Pandang, Solo, Kupang dan Waringin.

Page 11: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Kondisi ekonomi sejak terjadinya krisis 1997 belum banyak berubah. Berbagai kasus kerawanan sosial yang terjadi dipicu oleh potensi kesenjangan ekonomi seperti konflik pekerja dengan pengusaha telah muncul antara lain kasus ganti rugi lahan Kedung Ombo, lahan sejuta hektar, kasus unjuk rasa pekerja PT. Maspion, PT.Kayu Mas, masyarakat penambang emas di Kereng Pangi Kalteng dan kasus Sampit telah menimbulkan fluktuasi dolar terhadap rupiah. Tidak berjalannya roda perekonomian juga dapat menyebabkan hilangnya modal yang ditanam investor asing.

Kondisi Hankam. Ancaman kehidupan negara dan bangsa Indonesia berasal dari dalam negeri, seperti subversi dan pemberon-takan baik mental dan fisik tubuh masyarakat Indonesia. Ancaman dari luar negeri, seperti: infiltrasi dan subversi mental, fisik serta intervensi dari kekuatan imperalis dan kolonialis dalam segala bentuk dan manifestasinya (Ancaman GAM, OPM, konflik antar suku dan Organisasi Teroris Internasional).

Kondisi Hukum. Belum meme-nuhi rasa keadilan masyarakat. Sebagai contoh kasus KKN secara pembuktian memang sulit dan belum ada pembuktian se-cara terbalik (seseorang yang dituduh korupsi harus membuktikan asal usul dari seluruh asset harta bendanya yang diperoleh). Kerawanan sosial dapat pula timbul sebagai akibat kurangnya pemahaman masyarakat tentang isu yang dihembuskan pihak Barat mengenai demokratisasi, HAM dan lingkungan hidup. Masalah lain yang mempengaruhi penegakan hukum adalah intervensi pihak lain, yaitu kepentingan politik pemerintah dan kesadaran hukum masyarakat masih rendah.

Lingkungan Strategik yang mempengaruhi baik dari dalam maupun luar negeri, perlu dicermati dan dianalisis sebagai sarana untuk mengetahui stra-tegi penanggulangannya secara terpadu. Masalah HAM menjadi isu global karena lebih banyak dilontarkan oleh negara Barat. Kemajuan industri Iptek tanpa dilandasi keinginan kuat untuk memelihara kelestarian ling-kungan hidup dapat meng-hasilkan ekses pencemaran yang lebih berat dan dikhawatirkan akan merusak ekosistem ter-masuk di dalamnya kelestarian eksistensi makhluk bumi.

Terjadinya tragedi peledakan WTC dan Pentagon menimbulkan ketegangan ipoleksosbud-hankam yang tentunya sangat dirasakan pada kerawanan ekonomi dan keamanan. Hal ini menambah semakin meningkatnya kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam setiap proses pengambilan keputusan pemerintah selama periode 3 tahun terakhir, banyak perubahan dalam situasi keamanan regional seperti lepasnya Timor-Timur, konflik perbatasan NTT dengan Timor Leste dan keberhasilan Separatis Abu Syayaf di Philipina Selatan, Perbatasan negara RI-Malaysia tentang garis batas kedua negara wilayah tersebut yang terdiri dari areal hutan lindung, merupakan beberapa contoh perkembangan separatis keamanan regional yang cukup mempengaruhi keamanan nasional Indonesia. Sedangkan aspek internal adalah fluktuasi situasi keamanan nasional sampai tingkat krisis kerawanan sosial dan meningkat menjadi ketegangan, kerusuhan dan anarkis yang ditimbulkan dari konfigurasi geografi dan posisi Indonesia yang sangat strategis masih menjadi incaran lintas peredaran narkoba, jumlah penduduk yang besar dengan penyebaran tidak merata, kualitas kerja rendah, langka pekerjaan, dan mutu pendidikan belum menghasilkan SDM yang mampu bersaing di pasar global, ditambah lagi faktor internal kekayaan alam, modal serta kebijaksanaan

Page 12: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

belum dirasakan cocok dan adil sehingga sering tertinggal oleh kemajuan teknologi dan jauh dari rasa keadilan.

Ancaman ideologi komunis yang cenderung akan mengakibatkan disintegrasi bangsa, perlu diwaspadai. Hubungan antar umat beragama masih sangat rentan terhadap konflik, sebab masih terdapat kelompok masyarakat yang mengartikan agama secara sempit dan juga tingkat pendidikan yang masih sangat rendah sehingga kemam-puan penalaran rendah dan mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis. Rasa keadilan kurang terpenuhi sehingga me-nimbulkan ide separatis yang bercirikan kedaerahan, yang bertujuan ingin memisahkan diri dari NKRI. Untuk menuju suasana yang kondusif dalam kehidupan masyarakat harus ada keberanian dari lembaga penegak hukum untuk bekerja secara independen dan profesional tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.

Dari Perkembangan lingkungan strategis, dapat diantisipasi beberapa peluang antara lain sebagai berikut :

Kerjasama ASEAN di bidang ekonomi. Posisi geografi merupakan peluang untuk menjalin hubungan antar bangsa. Jumlah penduduk merupakan asset pembangunan dan sumber kekuatan. Kekayaan alam sebagai modal dasar pembangunan. Tuntutan kehidupan yang egaliter, transparan, demo-kratis, perlindungan

hukum dan HAM dapat mening-katkan harkat serta martabat bangsa.

Selain peluang, ada beberapa kendala yang dirasakan, yaitu ancaman yang datang dari luar negeri berupa bentuk tekanan multi dimensi dari bentuk tekanan politik, ekonomi sampai dengan tekanan militer serta ancaman yang berasal dari dalam negeri berupa ancaman antara lain kesenjangan sosial ekonomi, eksplotasi Sumber Daya Alam (SDA) tanpa memperhatikan lingkungan pluralistik, lahirnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM-LSM), ancaman pembe-rontakan bersenjata yang bersifat separatisme seperti bahaya laten komunis.

Dampak Krisis Multidimensi.Dari kondisi sosial masyarakat Indonesia yang dipengaruhi lingkungan strategis, perlu dianalisis berbagai krisis yang ada seperti antara lain :

o Krisis Idiologi. Salah satunya adalah kekecewaan rakyat Aceh selama Orde Baru mengeluarkan UU No.5/1974 tentang Pokok-pokok Peme-rintahan Derah, sekaligus mencabut UU No. 18/1965 yang dipahami masyarakat Aceh sebagai pencabutan Aceh dari daerah Istimewa. Dalam penyelesaian krisis Aceh tidak dapat mengambil risiko sekecil apapun terhadap tetap tegaknya NKRI dan berkibarnya Sang Merah Putih di setiap pelosok tanah air Indonesia.

o Krisis Politik suatu fakta pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie tentang kebijakan opsi merdeka yang diberikan kepada rakyat Timor-Timur lepas dari NKRI, yang akhirnya MPR memberikan mosi tidak percaya kepada Presiden BJ. Habibie. Krisis politik masa pemerintahan Presiden Gus Dur dimana tidak diakuinya Dekrit Presiden, serta krisis politik di tingkat pusat yang berakibat jatuh bangunnya suatu pemerintah.

Page 13: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

o Krisis Ekonomi. Negara Indonesia merupakan negara maritim, masyarakat miskin umumnya di pedesaan dan pantai. Perencanaan pem- bangunan sejak Pelita I dan selanjutnya ditujukan untuk kepentingaan rakyat / semua masyarakat Indonesia, namun kenyataanya yang lebih maju pesat ternyata masyarakat industri dan pengusaha, sehingga lahirlah masyarakat pengusaha yang banyak menjadi konglomerat dan akhirnya menguasai ekonomi Indonesia yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial.

o Krisis Sosial Budaya. Bangsa Indonesia perlu me-renung kembali sejarah budaya bangsa sejak zaman dulu. Ancaman disintegrasi bangsa disebabkan gagalnya penye-lenggaraan di bidang pendidik-an non fisik yaitu nilai-nilai Sumpah Pemuda dan motto bangsa Bhineka Tunggal Ika yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa dan hal ini perlu peningkatan proses education building, sebab dari dunia pendidikanlah akan lahir para intelektual dan pemimpin bangsa. Nilai-nilai budaya harus ditanamkan dan diso-sialisasikan kepada seluruh warga negara Indonesia.

o Krisis Hankam. Pemisahan antara fungsi TNI dan Polri sebagai pengemban Perta-hanan dan Keamanan menurut Tap MPR No. VI dan VII/MPR/1999, perlu dianalisis kembali, karena TNI ber-fungsi menahan ancaman dari luar negeri, sedangkan Polri mengamankan keadaan dalam negeri. Dalam kondisi sekaang, justru yang menjadi problem maker adalah bangsa Indonesia sendiri, sehingga TNI dan Polri tetap tidak dapat dipisahkan fungsinya, dan hal itu perlu dianalisis kembali.

o Krisis Hukum. Bergulirnya reformasi, masyarakat me-nuntut supremasi hukum, karena selama ini masyarakat Indonesia merasa tidak men-dapatkan keadilan baik dari aparat hukum (keadilan dis-tributif), keadilan diri sendiri (keadilan legal) dan keadilan dari masyarakat (keadilan komutatif). Krisis di bidang hukum seperti pencuri lang-sung dibakar / dipukuli oleh massa sampai mati, ini disebabkan karena aparat hukum terlambat dalam me-ngambil suatu tindakan.

Setelah mencermati uraian mengenai kondisi sosial masyarakat Indonesia serta menganalisis berbagai krisis, maka konsep upaya Penang-gulangan Kerawanan Sosial Secara Terpadu antara lain :

o Mengklasifikasi Permasalahan Kerawanan Sosial. Lihat sumber penyebab (fisik dan non fisik). Lihat jenis gejolak (fisik dan non fisik). Lihat motif gejolak (fisik dan non fisik).

o Eskalasi Kerawanan Sosial (lihat Gambar. 1). o Pokok Kebijaksanaan Pe-nanggulangan yaitu :

Prinsip penanggulangan

Kenali akar permasalahan Memakai cara demokratis Utamakan pencegahan Hindari kerugian Dahulukan yang dampak-nya mengganggu masyara-kat umum

Page 14: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Mengambil jalan musya-warah untuk mufakat Hindari terjadinya korban jiwa. Pegang teguh prosedur hukum.

Kebijakan dan Upaya penanggulangan.

Tidak mengambil resiko sekecil apapun yang dapat mengancam NKRI (penye-lesaian kerawanan sosial yang berkembang menjadi krisis).

Penyelesaian kerawanan sosial dan krisis dengan tegas & proposional, semata-mata hanya untuk kepenting-an nasional, bangsa dan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD ’45.

Untuk menyelesaikan kera-wanan sosial dan krisis yang bersifat nasional, keutuhan wilayah NKRI menjadi tujuan utama, tanpa meng-ambil resiko sekecil apapun.

Untuk menyelesaikan kera-wanan sosial dan krisis nasional, tetap berkibarnya lambang negara Bendera Merah Putih di seluruh pelosok tanah air menjadi tumpuan utama.

Dalam penyelesaian kera-wanan sosial yang tidak mungkin penyelesaiannya secara normal, diperlukan keterpaduan dari semua aparat pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama menghadapi krisis tersebut.

Strategi penanggulangan ke-rawanan sosial disesuaikan dengan eskalasi perkem-bangannya, adalah sebagai berikut :

Kondisi Aman. Kerawanan sosial tingkat ringan dise-lesaikan dengan menggu-nakan metoda Preemtif (upa-ya tersebut adalah inisiatif mendahului tindakan lawan, dengan cara persuasif dan komunikatif agar potensi konflik tidak berkembang menjadi krisis sosial, dengan kata lain pendekatan).

Kondisi Rawan. Bentuk ketidakpuasan berkembang menjadi keresahan, penyelesai-annya dengan menggunakan metoda preventif (pence-gahan).

Kondisi Gawat / Darurat.Bentuk keresahan menjadi demonstrasi/anarkis diselesaikan dengan metoda Represif (penindakan menyeluruh dan terpadu sebagai upaya pe-nanggulangan).

Kondisi selesai pe-nanggulangan. Penyelesai-annya dalam bentuk Rehabilitasi (perbaikan, pengembalian kondisi masyarakat ke arah baik).

Upaya penanggulangan ke-rawanan sosial. Dalam pelaksanaannya diperlukan keterpaduan, yaitu antara :

Unsur Pelaksana (Dephan,TNI dan jajarannya, Polri dan jajarannya,Unsur Pemda (Mawil Hansip, Tibum, Pemadam Kebakaran, Unsur Kejaksaan/Kejari, dan Unsur Masyarakat.

Sasaran Penanggulangan.

Semua bentuk kerawanan sosial, bersifat multi dimensi yang dapat menimbulkan Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT) terhadap stabilitas keamanan daerah atau wilayah NKRI.

Page 15: Lemahnya Ketahanan Budaya Sebabkan Degradasi Moral

Kerawanan sosial yang ditimbulkan oleh bencana alam, akibat perang dan pengungsian akibat konflik.

Metoda Penanggulangan Preemtif, Preventif, Represif, Operasi, penindakan terhadap separatis Bersenjata.

Mekanisme Penanggulangan.

Kondisi Aman.

Unsur pelaksana melaksanakan tupoksi masing-masing. Bila temuan permasalahan

Gambar 2. Matrik Kerawanan Sosial dan Penanggulangannya

NO

 

KEJADIAN

 

KONDISI

 

PENANGGULANGAN METODA

FUNGSIONAL

TERPADU PRA KRISIS

KRISIS

PURNA

KRISIS

1. Perbedaan pendapat/kepentingan

Aman Cegah dini Dialog Preemtif

- -

2. Keresahan Sosial Rawan Cegah Dialog Preventif

- -

3. Demontrasi Gawat Darurat

Tindakan Dialog/Negosiasi

Represif untuk Prefentif

   

4. Anarkis - Cegah Dialog Represif