degradasi nilai pancasila by arya

42
DEGRADASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA ERA REFORMASI 1. PENDAHULUAN Nilai-nilai pancasila sebagai dasar Negara republic Indonesia telah ada dalam masyarakat Indonesia jauh sebelum disahkan pada 18 agustus 1945. sejak dahulu kala jauh sebelum terbentuknya bangsa Indonesia berdiri sebagai Negara, nilai-nilai luhur bangsa telah berkembang dalam masyarakat melalui tatanan nilai-nilai adapt istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut teolah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup. Oleh karena itu, materi dan nilai-nilai Pancasila tidak lain berasal dari bangsa Indonesia sendiri sehingga bangsa Indonesia bisa disebut sebagai Causa Materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut akhirnya diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar Negara Indonesia. Dalam perkembangan dunia yang serba modern seperti saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan semakin besar dan kompleks sejalan dengan semakin derasnya arus perubahan dan kuatnya dampak globalisasi. Kondisi itu mau tidak mau dapat berakibat negative terhadap cara pandang bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ironisnya, bangsa dan

Upload: arya-drahxevon

Post on 27-Jun-2015

1.269 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

DEGRADASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

INDONESIA PADA ERA REFORMASI

1. PENDAHULUAN

Nilai-nilai pancasila sebagai dasar Negara republic Indonesia telah ada dalam masyarakat

Indonesia jauh sebelum disahkan pada 18 agustus 1945. sejak dahulu kala jauh sebelum

terbentuknya bangsa Indonesia berdiri sebagai Negara, nilai-nilai luhur bangsa telah berkembang

dalam masyarakat melalui tatanan nilai-nilai adapt istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai religius.

Nilai-nilai tersebut teolah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai

pandangan hidup. Oleh karena itu, materi dan nilai-nilai Pancasila tidak lain berasal dari bangsa

Indonesia sendiri sehingga bangsa Indonesia bisa disebut sebagai Causa Materialis Pancasila.

Nilai-nilai tersebut akhirnya diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri Negara

untuk dijadikan sebagai dasar Negara Indonesia.

Dalam perkembangan dunia yang serba modern seperti saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan

dengan tantangan semakin besar dan kompleks sejalan dengan semakin derasnya arus perubahan

dan kuatnya dampak globalisasi. Kondisi itu mau tidak mau dapat berakibat negative terhadap

cara pandang bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ironisnya,

bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya

atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap secara langsung. Nilai-

nilai yang dating dari luar serta merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang

telah tertanam sejak lama dalam hati rakyat dinilai usang.

Wajah perjalanan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila sehingga relevan untuk membentuk tatanan kondisi global yang harmonis maka

kehadiran makalah “Degradasi nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia

pada Era Reformasi” diharapkan mampu menjadi cerminan dalam memecahkan berbagai

persoalan bangsa, terutama dalam mencermati kembali nilai-nilai Pancasila dalam Era

Reformasi.

Page 2: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

2. KERANGKA MAKALAH

1. Nilai-nilai Pancasila yang mulai mengalami Degradasi.

2. Peran Pancasila dalam masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi.

3. Faktor penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila.

1. Nilai – Nilai Pancasila Yang Mulai Mengalami Degradasi

Page 3: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Pandangan hidup suatu bangsa adalah suatu kristalisasi dari nilai – nilai yang

dimiliki oleh suatu bangsa itu, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad

pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Oleh karena itu nilai – nilai hidup yang

terkandung didalamnya harus menjadi satu dengan pribadi sebagai bangsa. Yang

dinamakan pandangan hidup adalah suatu keyakinan terhadap nilai – nilai hidup yang

dijunjung tinggi oleh suatu bangsa. Yang dimaksud dengan nilai hidup merupakan

kualitas suatu objek dalam hubungan dengan obyek lain. Didalam Laboratorium

Pancasila ( 1981: 131 ) menyatakan “ Nilai – nilai hidup itu menunjukkan diri dalam

sikap dan tingkah laku kemanusiaan , nilai – nilai itu pula secara budya merefleksikan

diri dalam atribut kebanggan bangsa dan merupakan identitas dan ciri kepribadian

bangsa. Nilai – nilai yang ada pada pancasila antara lain adalah nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Akan tetapi dengan seiring berkembangnya zaman, nilai – nilai yang ada

pada pancasila sebagai smart ideology kini lama kelamaan mulai luntur didalam

kehidupan masyarakat Indonesia. Padahal nilai – nilai itu merupakan hasil dari

kebiasaan bangsa Indonesia sendiri mulai dari nenek moyang kita. Sebagai contoh

dibawah ini merupakan nilai – nilai pancasila yang mulai luntur dikalangan

masyarakat Indonesia pada saat ini.

1. Nilai ketuhanan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan otonom terdiri

dari jasmani dan rokhani, mempunyai sifat sebagai individu dan makhluk social.

Karena Tuhan adalah sempurna maka manusia tidak sempurna. Dalam bahasa

jawa terdapat istilah yang menunjukkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk

tidak sempurna yaitu apes, lali, murka, dan rusak .

Sejak dahulu bangsa Indonesia sudah mempunyai suatu kepercayaan –

kepercayaan terhadap alam atau mengenai kekuatan gaib. Didalam sejarah

menunjukkan bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus – putusnya orang

percaya kepada Tuhan. Pada masa itu pengaruh agama dalam kehidupan sehari –

hari besar sekali terbukti adanya berbagai peninggalan, tulisan, dan adat istiadat.

Page 4: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Bukti – bukti berupa bangunan misalnya rumah pribadatan dari berbagai agama

yaitu masjid, gereja, parisade, vihara, klenteng dan lain – lain ( Sunoto, 1988 : 2 )

Akan tetapi pada era saat ini nilai – nilai tersebut sudah mulai hilang dibenak

sebagian masyarakat Indonesia, misalnya saja seorang terorisme yang

menggunakan bom bunuh diri untuk melukai, bahkan membunuh orang – orang

yang menjadi sasaran mereka. Padahal di dalam agama tidak dibenarkan jika

sesama umat untuk saling membunuh dan jika itu terjadi maka Allah akan

melaknat orang yang telah membunuh menusia lainnya tersebut, apalagi manusia

yang menjadi korban bom bunuh diri itu tidak membuat kesalahan apapun

terhadap orang yang membunuhnya. Semua agama tidak ada ajaran yang di

benarkan untuk membunuh manusia yang lain tanpa ada sebab yang kuat. Adapun

di dalam agama dibenarkan umatnya untuk membunuh bawasannya orang tersebut

berbahaya bagi orang lain ataupun telah membuat dosa yang besar maka

hukumannya bisa sampai dengan pembunuhan.

Nilai ketuhanan yang sejak dulu ada di dalam benak masyarakat Indonesia

kini boleh dikatakan sudah luntur, karena saling menghargai antar umat beragama

sudah hilang disebagian masyarakat ber ideologikan pancasila ini.

2. Nilai Kemanusiaan

Inti sari dari nilai yang kita junjung tinggi adalah bahwa manusia memiliki

wujud kemanusiaan. Bahwa manusia memiliki hati nurani yang merupakan inti

kepribadian bangsa dan akan merefleksikan berbagai sikap dan tingkah laku.

Menurut sunoto ( 1988: 3 – 4 ) menyatakan “ …semua bangsa mesti mempunyai

kemanusiaan, befitu pula bangsa Indonesia. Bahkan kemanusiaannya adil dan

beradab. Kekhususan bangsa Indonesia adalah adil dan beradab. Adil berarti

memberikan kepada orang lain apa yang menjadi hak dan tahu apa haknya sendiri.

Berdab artinya mempunyai adab, mempunyai sopan santun, mempunyai susila,

artinya ada kesediaan menghormati bangsa lain, menghormati pandangan,

Page 5: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

pendirian, dan sikap bangsa lain.”

Nilai tersebut kini sudah luntur dikalangan masyarakat Indonesia, saat ini

mulai masyarkat yang berada dibawah sampai yang di atas melakukan KKN

( korupsi, kolusi dan nepotisme ). Para pejabat Negara mereka seenaknya

menggunakan uang rakyat yang notabinenya bukan merupakan hak untuk dirinya

pribadi. Mereka saling berlomba – lomba untuk memperbanyak harta mereka

dengan jalan korupsi. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai kemnusiaan

dimana hak – hak warga Indonesia yang tidak dapat tersalurkan kepada

masyarakat luas akan tetapi hanya menumpuk kapada satu atau dua orang saja.

3. Nilai Persatuan

Bangsa Indonesia dengan ciri – cirinya guyub, rukun, bersatu dan

kekeluargaan, bertindak bukan semata – mata atas perhitungan untung rugi dan

tanpa pamrih serta kepentingan pribadi. Oleh karena itu unsur persatuan sudah

terdapat didalam kehidupan masyarakat Indonesia bahkan sudah dilaksanakan

oleh mereka. ( Sunoto, 1988 : 5)

Menilik perkembangan di Negara kita denga dihapusnya ketetapan MPR

Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila,

( P-4), penataran P – 4 tidak lagi dilaksanakan, BP – 7 dibubarkan sehingga

banyak partai politik mengingini azas sendiri – sendiri, tidak lagi mencantumkan

Pncasila sebagai azasnya ( konsep azas tunggal pancasila). Azas yang dulu

dinamakan sebagai paham aliran mulai muncul kembali dipermukaan. Jika dulu

paham aliran dianggap memecah – belah bangsa kea rah ideology, dihapusnya P-4

karena dikatakan sebagai alat kekuasaan ( Hakim, 2008 : 6)

4. Nilai Kerakyatan

Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang berkuasa adalah

Page 6: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

rakyat. Dalam bahasa lain kerakyatan disebut demokrasi berasal dari bahsa yunani

demos yang berarti rakyat dan kratos yang artinya berdaulat. Laboratorium

Pancasila ( 1981 : 134) menyatakan bahwa “makna demokrasi yaitu musyawarah

untuk mufakat perlu digambarkan dalam suatu atribut nilai.”

Didalam merebutkan kekuasaan pada saat ini mufakat akan di ambil jika ada

banyak uang, jadi jika ada musyawarah tentang kepentingan rakyat dan tidak ada

uang maka tidak akan terjadi mufakat bisa juga terjadi mufakat akan tetapi dengan

waktu yang berlarut – larut. Akan tetapi jika musyawarah itu terjadi kesepakatan

sebelumnya dengan uang maka dengan waktu satu jam pun semuanya sudah

mufakat. Disinilah nilai kerakyatan sudah tidak diperdulikan lagi oleh kalangan

masyarakat Indonesia khususnya dikalangan para elite Negara.

5. Nilai Keadilan

Kesejahteraan untuk semua orang karena ide dasarnya ialah memperlakukan

dan diperlakukan sama, keadilan dapat dilukiskan dengan anak timbangan. Jadi

setiap orang mendahulukan hidup dalam kebahagiaan baik sebagai individu

maupun sebagai bangsa. Menurut Sunoto ( 1988 : 7 ) “keadilan sosial ialah sifat

masyarakat adil dan makmur berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan,

tidak ada penghisapan, bahagia material dan bahagia spiritual, lahir dan batin.”

Didepan sudah dijelaskan bahwa adil merupakan orang yang harus tahu kan hak

orang lain dan haknya dirinya sendiri serta tahu apa kewajibannya sendiri maupun

kewajibannya orang lain.

Hukum di Indonesia pada saat ini sudah mulai jauh dari keadilan yang

diharapakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Hukum akan lebih tajam

jika pelaku hukumnya adalah kalangan masyarakat yang berada dibawah dan akan

tumpul jika pelaku hukumnya adalah orang yang mempunyai uang. Hal yang

benar bisa saja menjadi salah, dan yang salah menjadi benar jika sudah berbicara

mengenai uang. Kini keadilan sudah tidak berlaku didalam kehidupan masyrakat

Page 7: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Indonesia.

Korupsi dan Rapel Ampunan 10/10/2006 Masdar F. Mas’udi*Memasuki bulan suci Ramadhan saya mendapat banyak SMS ucapan tahniah, yang anatara lain berbunyi: selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Insya Allah semua dosa kita diampuni Allah SWT, dan terlahirlah kembali kita sebagai manusia suci.”Pesan singkat (SMS) itu memang tidak mengarang. Ada landasan hadisnya yang kurang lebih artinya sbb: “Barang siapa menunaikan ibadah puasa Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni segala dosa yang telah lewat." Hadis ini antara laib diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, alias hadis sahih.Membaca hadis tersebut terkesan, alangkah dimanja orang-orang yang berpuasa. Alangkah murahnya ampunan Allah SWT. hanya dengan tidak makan-minum di siang hari selama sebulan, seluruh dosa diampuni. Di dalam hadis itu tidak ada batasan (qayid) dosa yang bakal diampuni dengan puasa, alias semua dosa diputihkan.Maka ada yang bertanya; apakah karena ajaran ampunan dosa yang sederhana itulah, tindakan korupsi di negeri muslim terbesar ini tidak pernah berkurang (?). para koruptor seolah tidak merasa khawatir sedikit pun akan ancaman di akhirat kelak, karena hanya dengan puasa, seluruh dosa dapat dicuci habis.Rapel AmpunanTidak perlu sedikitpun meragukan hadis di atas. Lebih-lebih apabila kita perhatikan maknanya secara seksama. Bahwa yang bakal mendapat rapel ampunan (maghfirah) adalah mereka yang menunaikan puasa dengan penuh iman (imanan) kepada Allah dan penuh perhitungan akan konsekuensi-konsekuensinya sebagai seorang mukmin yang  berpuasa (ihtisaban).Konsekuensi puasa adalah mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh puasa itu sendiri, yakni: kejujuran, pengendalian diri, dan kesediaan berbagi dengan sesama, terutama yang tidak punya. Ketiga nilai itulah yang harus diaktualisasikan di hari-hari dan di bulan-bulan sesudahnya, sepanjang tahun sampai bulan puasa kembali tiba.Oleh sebab itu, dalam bahasa yang lebih cool atau lebih kalem Alquran menegaskan sbb: “Wahai orang-orang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa seperti telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, kiranya kalian bisa menjadi orang-orang yang bertaqwa” (Al-Baqarah [2]: 183).Penegasan Alqur’an itu sangat lugas, datar, dan tanpa iming-iming pemutihan dosa. “berpuasalah agar kalian menjadi orang bertaqwa, atau dalam bahasa awamnya menjadi orang baik,orang saleh”. Artinya, sangat boleh jadi bahwa sebagian (besar atau kecil) di antara mereka yang berpuasa nyatanya tetap tidak berubah kelakuannya. Walhasil, berpuasa atau tidak, sama saja.Maka anggapan dalam hati, hanya dengan puasa (menahan lapar dan dahaga) seseorang secara otomatis akan menjadi manusia suci, adalah satu kesombongan belaka yang justru semakin memperburuk hati dan perilaku yang bersangkutan. Alih-alih dengan puasa menjadi orang baik, malah sebaliknya.Apakah puasa Ramadhan merupakan cara pengampunan dosa dalam Islam? Kalau baca hadis di atas memang ya. Tapi, mengacu kepada konsep dasar tentang dosa sebagai pelanggaran atau

Page 8: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

penyangkalan baik, sebenarnya harus dibedakan antara dosa sebagai pelanggaran  hak Allah (haqqullah) dan dosa sebagai aksi pelanggaran hak sesama manusia (haqqul adam).Jika yang dimaksud adalah dosa pelanggaran terhadap hak Allah, puasa Ramadhan memang cara yang ampuh untuk penebusan dosa-dosa tersebut. Hak Allah adalah hal-hal yang diperintahkan Allah kepada manusia semata-mata karena Dia adalah Allah. misalnya, perintah salat, puasa, atau haji. Tapi, apabila dosa yang diamksud adalah akibat pelanggaran hak sesame manusia (al-huquq al-adamiy), puasa Ramadhan pun tidak akan bisa menebusnya.Dalam hadis Rasullah dikatakan sbb: tahukah kalian siapa si bangkrut sejati (al-muflis)? Para sahabat menjawab, “si bangkrut adalah orang yang htidak punya uang dan tidak punya harta.” Rasullah berkata, “bukan itu. si bangkrut sejati adalah orang yang datang di akhirat kelak dengan puasa pahala puasa, salat, haji, zakat, dan lain-lain. Tapi, dia gemar melakukan kezhaliman terhadap orang lain, denga mencacinya, menyakitinya, dan memakan atau mengkorupsi hartanya.Maka pahala salat, puasa, haji, dan amal saleh lainya diambil untuk diberikan kepada korban kezalimannya tadi. Jika masih kurang, dosa si korban kezalimannya ditimpahkan kepada orang tadi. Lalu diapun di lempar ke neraka (HR Bukhari). Subhanalah… bagaimana kal

Pengertian Pembangunan dan Pembaharuan Hukum Nasional Indonesia

Istilah pembangunan selalu ingin dimaknai sebagai perubahan, yang dilakukan

melalui bermacam cara dengan tujuan mencapai suatu keadaan yang lebih baik dari pada

sebelumnya. Didalam hukum istilah pembangunan sering diistilahkan sebagai revisi yang dapat

dilakukan baik secara menyeluruh ataupun sebagian sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

zaman. Kedua istilah ini sering rancu bila diartikan, walaupun keduanya dalam pelaksanaannya

sulit dibedakan. Berikut ini dikutip beberapa pendapat tentang pembangunan hukum.

1. Menurut J.C.T. simorangkir

Pembangunan hukum dapat berarti membangun sesuatu yang tadinya “diam”,”tidur”.

Jadi, misalnya “ tidak berfungsi” lalu menjadikannya jadi “bangun” dan “ berdiri tegak”.

Adapun pembaharuan hukum ( memperbaharui) lebih menonjolkan segi penggantian

yang lama dengan yang baru, mengganti hukum yang tidak atau kurang sesuai dengan

hukum yang lebih sesuai dengan perkembangan dari kemajuan zaman.

2. Menurut Ismail Saleh( kompas, 1989) pembangunan hukum mengandung tiga dimensi

berikut ini.

1. Dimensi pemeliharaan, yaitu suatu dimensi untuk memelihara tatanan hukum yang ada,

walaupun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan. Sebagian besar dari

hukum yang berlaku di masa pemerintahan Hindia Belanda masih tetap berlaku dewasa

ini, karena kita belum dapat menciptakan suatu tata hukum nasioanal sendiri. Dalam

Page 9: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

melaksanakan ketentuan hukum yang masih berlaku tersebut, hendaknya kita tidak

semata- mata berpegang pada pasal – pasal yang merupakan huruf – huruf mati, tetapi

harus berpijak pada situasi dan keadaan yang sudah berubah.

2. Dimensi pembaharuan, yaitu suatu dimensi yang merupakan usaha untuk lebih

meningkatkan dan menyempurnakan pembangunan hukum nasioanal. Mengenai hal ini,

dianut kebijaksanaan bahwa pembangunan hukum nasional, di samping pembentukan

peraturan perundang – undangan yang baru, akan dilakukan pula usaha menyempurnakan

peraturan perundang undangan yang telah ada, sehingga sesuai dengan kebutuhan baru

dibidang – bidang yang bersangkutan. Usaha mengubah/ menyempurnakan undang –

undang yang ada di bidang – bidang tertentu memberikan keuntungan bahwa peraturan

perundang – undangan tersebut tidak perlu dibongkar dalam keseluruhannya, tetapi yang

disempurnakan hanya bagian – bagian tertentu yang tidak cocok dan tidak sesuai lagi

dengan keadaan.

3. Dimensi penciptaan, yaitu dimensi dinamika dan kreatifitas. Perkembangan yang pesat

dibidang social, politik, dan ekonomi dunia yang dampaknya sangat besar, terasa didalam

kita melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, khususnya

didalam bidang ekonomi telah melahirkan gagasan – gagasan baru pula.

3. Menurut Padmo Wahyono

Membangun hukum berarti membentuk suatu tata hukum, beserta perangkat yang

berkaitan dengan tegaknya kehidupan tata hukum tersebut. Oleh karena itu, menurut

pendapatnya, membangun hukum di Indonesia pada masa yang akan datang bukanlah

sekedar berdasarkan teori hukum yang universal dan canggih, melainkan sangat

dipengaruhi oleh pandangan hidup kelompok ( yang nyata), sehingga diperoleh suatu

hukum yang hidup, dalam arti sesuai dengan aspirasi masyarakat, sehingga tidak

menumbuhkan “ yuristen recht”.

4. Albert Hasibuan

Mengatakan bahwa pembangunan hukum yang dilakukan tanpa direncanakan dan hanya

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarkat sesaat, menyebabkan hukum tidak

mungkin berfungsi sebagai sarana perubahan dan pendidikan masyarakat. Tanpa

perencanaan bukanlah hidup yang mengarahkan masyarakat, akan tetapi masyarakat yang

mengarahkan hukum.

Page 10: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

5. Menurut Drs. Imam Kabul(2005:90)

Pembangunan hukum dalam rangka perwujudan pemerintahan yang baik mengandung

pengertian substantive bahwa keseluruhan proses yang dilakukan untuk itu haruslah

mengikuti dan selalu berada dalam kondisi sesuai dengan aturan hukum. Mengikuti dan

sesuai bermakna menempatkan permasalahan hak dan kewajiban pada posisi seimbang.

Sehingga dengan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembangunan hukum adalah membentuk suatu tata hukum yang baru beserta perangkat yang

berkaitan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai perkembangan zaman. Sedangkan

pembaharuan usaha meningkatkan dan penyempurnaan ataupun bisa mengganti hukum yang

lama dengan hukum yang baru demi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan zaman.

Tujuan Pembangunan Hukum Nasional Indonesia

Hukum adalah ibarat payung bagi setiap langkah Negara dan pemerintah, untuk

kesadaran etika dan moral bernegara hukum haruslah ditegakkan. Untuk itulah menimbulkan

kesadaran untuk membangun hukum bagi bangsa Indonesia. Berikut adalah beberapa tujuan

pembangunan hukum Indonesia yang dikutip dari Prof Dr.B.S mulyana(1996:165) dalam

bukunya yang berjudul perencanaan pembangunan nasional,

1. Memantapkan dan mengamankan pelaksanaan pembangunan dan hasil – hasilnya.

2. Menciptakan kondisi yang lebih mantap sehingga setiap anggota masyarakat dapat

menikmati iklim kepastian dan ketertiban hukum.

3. Member dukungan dan pengarahan kepada upaya pembangunan untuk mencapai

kemakmuran yang adil dan merata.

4. Menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional dan rasa tanggung jawab social

dari seluruh masyarakat.

5. Menjadikan hukum pengayom yang member rasa aman dan tentram kepada masyarakat

6. Membantu menciptakan lingkungan dan iklim yang dapat mendorong prakarsa dan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

7. Membantu tercapainya stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Kesadaran untuk

Kesadaran untuk membangun hukum yang lebih baik di tanah air juga tertuang

didalam Garis – Garis Besar Haluan Negara(GBHN) tahun 1999 – 2004 Bab IV Arah

kebijakandibidang hukum yang terdiri atas:

Page 11: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

1. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarkat untuk terciptanya kesadaran

dan kepatuhan hukum dalam rangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.

2. Menata system hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan

menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaruhi perundang – undangan

warisan colonial dan hukum nasioanal yang diskriminatif, termasuk ketidak adilan gender

dan ketidak sesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi

3. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan

dan kebenaran, supremasi hukum serta menghargai hak asasi manusia

4. Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang berkaitan dengan hak asasi

manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang –

undang.

5. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum, termasuk

Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk meneumbuhkan kepercayaan masyarakat

dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum pendidikan,

serta pengawasan yang efektif.

6. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan

pihak manapun.

7. Mengembangkan peraturan perundang – undangan yang mendukung kegiatan

perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan

nasional.

8. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, murah, dan terbuka, serta bebas

korupsi, kolusi dan nepotisme dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan

kebenaran.

9. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan,

penghormatan, dan penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan.

10. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan hak asasi

manusia yang belum ditangani secara tuntas.

Demikianlah berbagai macam tujuan pembangunan hukum nasional Indonesia,

yang secara umum tujuan pembangunan hukum nasional Indonesia itu adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai

dengan kemajuan dan perkembangan zaman.

Page 12: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Sumber – Sumber Pembangunan Hukum Nasional Indonesia

Pancasila merupakan sumber hukum Indonesia. Pernyataan itu menjelaskan

bahwa hukum di Indonesia itu mengacu pada pancasila atau dengan kata lain Negara hukum

Indonesia mempunyai hubungan yang erat dengan pancasila. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa sumber hukum nasional Indonesia juga berasal dari pancasila, hal ini disebabkan apa

yang tertuang dalam pancasila merupakan substansi yang membentuk Indonesia Negara hukum.

Dengan berpedoman bahwa Negara hukum Indonesia identik dengan pancasila , maka

Indonesia memiliki norma – norma sekaligus asas hukum yang tertuang dalam pancasila.

Sehingga untuk membuat hukum Indonesia tidak boleh keluar dari lima elemen pancasila yang

sudah ada. Jika didalam hukum ada yang tidak sesuai dengan lima elemen pancasila tesebut

secara otomatis bukanlah norma atau asas hukum Indonesia. Sehingga didalam pembangunan

dan pembaharuan hukum haruslah memperhatikan kelima elemen tersebut sebelum dibentuknya

sebuah system hukum yang baru, jika dalam pembangunan atau pembaharuan hukum Indonesia

yang menyimpang dari nialai – nilai pancasila maka secara otomatis tidak mungkin dapat

diterima oleh bangsa Indonesia, hal ini disebabkan nilai – nilai pancasila diambil dari adat

kebiasaan bangsa Indonesia yang sudah terjadi “ kontrak social”. Jadi pancasila adalah rambu –

rambu bagi pembangunan dan pembaharuan hukum nasional Indonesia.

Pembangunan Hukum Dalam Praktek Kenegaraan

Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum , sehingga dengan

demikian Negara bisa berbuat jika hukum memberikan wewenang untuk itu dan jika tidak maka

Negara tidaklah boleh berbuat. Kesadaran untuk membangun hukum yang sudah dijelaskan

didalam tujuan hukum diatas tadi didalam praktiknya masih belum jelas, yakni hukum yang

mana yang hendak dibangun itu, bagaimana pembangunan itu hendak dilakukan, serta dari mana

hukum itu dimulai. GBHN lebih mengemukakan latar belakang mengapa pembangunan hukum

itu merupakan prioritas. (Imam Kabul 2005:57) Dibandingkan dengan GBHN, Program

Pembangunan Nasional(propernas) 2001 – 2005, arah pembangunan hukum lebih jelas. Didalam

isinya menguraikan tentang masalah dan tantangan demikian pula strategi yang dicanangkan

misalnya:

1. Penyempurnaan dan pembaharuan perundang – undangan dan Pengembangan budaya

hukum.

Page 13: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

2. Pemberdayaan Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegak Hukum lainnya

3. Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Strategi dalam propernas 2001-2005 dikuti pula oleh program-program berupa:

1. Program penyusunan dan pembentukan peraturan perundang – undangan

2. Program pemberdayaan lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya

3. Program penuntasan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme serta pelanggaran HAM.

4. Program penyadaran hukum.

Dari beberapa poin yang tertuang didalam Propernas 2001-2005 itu seakan

memberi harapan pembangunan hukum itu dapat tercapai atau setidaknya ada struktur yang jelas

bagaimana hukum itu hendak dibangun. Akan tetapi itu hanya masih sebatas teori saja, dengan

teori yang bagus apakah didalam praktiknya pembangunan hukum tersebut dapat terlaksana

dengan baik, itu tergantung dari para pelaku pembangunan hukum itu sendiri. Akan tetapi yang

terjadi di Indonesia adalah antara teori dan praktek pasti selalu bersimpangan. Untuk itulah untuk

mengontrol apakah antara teori dan praktek dapat terlaksana sesuai dengan harapan maka disini

diperlukan sebuah evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilaksanakan melaui pencermatan tentang

bagaimana aspek pembangunan dilaksanakan dengan titik tolak strategi pembangunan hukum

bagaimana yang dipilih. Jika pilihan itu beraspek pembaharuan maka titik tolak terletak pada

aturan-aturan dan nilai- nilai yang telah ada sebelumnya. Jika pembangunan itu berwujud

sebagai penciptaan, maka aspek yang terkandung cenderung bernuansa penemuan.

1. Amandemen UUD 1945

TINDAKAN PENGGUSURAN PEDAGANG KAKI LIMA DILIHAT DARI PERSPEKTIF HAM

MAKALAHUntuk memenuhi tugas mata kuliah

Hak-Hak Azasi Manusiayang dibimbing oleh Bpk Nuruddin Hady

Oleh :Kelompok III

Page 14: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

1. Pujo Dwi NugRoho (108811410320)2. Bayu Rahman Abadi (208811416025)3. Malia Ulfa (208811416011)4. Angga Dwi Saputra (208811416024)5. Ermawati (208811416028)6. Eri Hendro Kusuma (208811416031)7. Arafiah Nurmita (208811416033)8. Hidayati (208811419643)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

PRODI PPKnMaret 2010

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan alhamdulillahirobbilalamin penulis panjatkan puji syukur

kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, serta sholawat serta salam

semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabat – sahabtanya.

Dengan terealisasinya makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan

akibat terbatasnya pengetahuan penulis. Namun karena keridhoaNya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, tulisan ini juga dapat terselesaikan karena mendapt bantuan

dari beebrapa pihak yang telah membantu dan menyumbangkan pengetahuan serta

dukungan morilnya. Seiring dengan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga ingin

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat didalam penulisan mini

riset ini.

Page 15: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Akhir kata penulis mohon maaf bila dalam karya ini terdapat banyak kesalahan

dan kekurangan. Namun harapan penulis semoga karya ini dapat diambil manfaatnya.

Malang,26 Maret 2010

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hak asasi manusia ( HAM ) adalah hak – hak yang melekat pada setiap manusia yang

sudah di bawa sejak lahir sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah Nya yang wajib di hormati, di junjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,

pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat

manusia. Pedagang kaki lima( PKL) merupakan usaha kecil dengan modal yang seadanya

dan tempat yang apa adanya juga, di kota-kota besar keberadaan Pedagang Kaki Lima

(PKL) merupakan suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil, yang mana mereka

berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Pedagang Kaki Lima ini

timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan perekonomian dan pendidikan yang tidak

merata diseluruh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia ) ini. PKL ini juga timbul dari

akibat dari tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki

Page 16: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

kemampuan dalam berproduksi.

Keberadaan pedagang kaki lima ( PKL) di beberapa daerah di Indonesia sering di

anggap sampah oleh kalangan elit pemerintahan, keberadaan mereka sering dianggap biang

kemacetan, kesemerawutan, kumuh, dan kotor serta dianggap sebagai tempat pemerasan dan

pungutan liar. Dengan alasan demikian itu, elit pemerintahan sering melakukan tindakan

penggusuran terhadap pedagang kaki lima. Alasan penggusuran selanjutnya yang sering

digunakan pemerintah adalah masalah penertiban dan keindahan kota. Padahal alasan ini

justru sering digunakan pemerintah sebagai topeng untuk membuat kebijakan yang memihak

para investor besar. Sedangkan di beberapa daerah di Indonesia juga bisa membuat para

usaha kaki lima ditata dengan baik dan bersih karena ada perencanaan dan manajemen kota

yang sangat baik.

Fenomena penggusuran PKL ini sering terjadi pandangan atau penafsiran yang

berbeda - beda bila dilihat dari perspektif HAM, ada yang pro terhadap penggusuran PKL

untuk mereka yang mempunyai kepentingan, akan tetapi juga sangat banyak sekali yang

kontra terhadap penggusuran PKL, karena dianggap telah menyimpang dari nilai – nilai

kemanusiaan. Untuk itu makalah ini akan menganalisa lebih jauh mengenai pokok – pokok

permasalahan itu kedalam pembahasan yang kami tuangkan melalui beberapa rumusan

masalah.

2. Rumusan Masalah :

1. Apakah penggusuran pedagang kaki lima itu melanggar Hak Asasi Manusia?

2. Apakah tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah penggusuran

padagang kaki lima?

3. Tujuan Penulisan :

1. Untuk mengetahui penggusuran pedagang kaki lima itu melanggar Hak Asasi Manusia.

2. Untuk mengetahui tindakan pemerintah dalam mengatasi masalah penggusuran padagang

kaki lima.

Page 17: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

BAB II

PEMBAHASAN

1. Apakah penggusuran pedagang kaki lima itu melanggar Hak Asasi Manusia?

Konsepsi masalah untuk PKL

Tidakkah pemerintah punya aturan yang adil bagi PKL dengan alasan mengganggu

kepentingan umum, keindahan pemandangan kota, dan kemacetan jalan, pemerintah harus

mengorbankan hak mereka untuk mencari nafkah . Konsep pembangunan yang menjadi

topeng pemerintah untuk main gusur sembarangan inilah yang menjadi tanda tanya besar di

dalam benak kita pada saat ini.

Kepentingan umum sering menjadi alasan utama pemerintah untuk menggusur PKL

yang dianggapnya sebagai kepentingan pribadi, sebenarnya profesi PKL tidak bisa dilihat

sebagai kepentingan pribadi, karena menyangkut kesejahteraan ribuan rakyat. PKL juga

menjadi sarana alternative bagi kalangan kelas bawah untuk mendapatkan kebutuhannya.

Page 18: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Karenanya, tidak boleh secara sepihak menafsirkan PKL sebagai kepentingan pribadi apalagi

dengan alasan pembangunan Mall yang jelas hanya bisa menguntungkan kalangan tertentu

(investor). Para PKL dianggap menganggu kelancaran dan divonis untuk pindah semata

untuk memuluskan kepentingan para investor yang lebih besar. Padahal kalau kita melihat

fakta real yang ada di lapangan maka ketika Mall megah berdiri kemacetan malah sulit

dihindari.

Apa lagi Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar sebagai pemeluk agama

islam di dunia, sedangkan kita tahu bahwa agama islam merupakan agama yang sangat

menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan. Islam selalu mendahulukan kepentingan umum

dari pada kepentingan pribadi semata. Mengenai hal itu beberapa ulama merumuskannya

dalam beberapa kriteria, yaitu:

1. Sesuatu yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat, bukan

kelompok tertentu.

2. Manfaatnya harus betul-betul nyata bukan hanya perkiraan.

3. Harus selaras dengan prinsip melindungi agama, jiwa, harta, kehormatan, dan akal.

4. Kepentingan umum tidak boleh dilaksanakan apabila harus mengorbankan kepentingan

umum yang lebih besar.

Dengan melihat seperti itu sebenarnya sudah dapat disimpulkan bahwa jika

penggusuran PKL semata – mata untuk pembangunan sebuah mall sama saja dengan

membuat masalah baru yang lebih besar dari sebelumnya.Alasan penggusuran selanjutnya

yang sering digunakan pemerintah adalah masalah penertiban dan keindahan kota. Padahal

alasan ini justru sering digunakan pemerintah sebagai topeng untuk membuat kebijakan yang

memihak para investor besar. Pedagang kaki lima dianggap penjahat, perusak lingkungan

dan keindahan, kemudian dianggap biang kemacetan, kesemerawutan, kumuh, dan kotor

serta dianggap sebagai tempat pemerasan dan pungutan liar.Harus diakui, memang banyak

PKL yang nyata melanggar kepentingan umum dan membuat kemacetan. Dan juga tidak bisa

dipungkiri jika banyak sekali bahkan di tiap jalan-jalan utama , di depan toko-toko , rumah-

rumah , ditutupi oleh para pedagang kaki lima.Yang mempunyai rumah harus mengalah, para

Page 19: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

pedagang kaki lima itu tidak peduli apakah pemilik rumah pulang dan harus masuk dengan

kendaraannya , baik mobil atau motor, sehingga mereka tidak dapat menyimpan bahkan

mobil atau motornya di rumah sendiri karena setiap hari terhalang oleh para pedagang itu.

Para pedagang itu ada yang berjualan dari pagi sampai sore, ada juga yang berjualan dari sore

sampai malam hari.

Toko-toko yang membayar pajak Negara yang jelas-jelas kontribusinya pada pendapatan

daerah menjadi dirugikan karena para pedagang kaki lima yang berjualan barang yang sama

dengan para pemilik toko yang harus bayar pajak dan karyawan, sehingga mematikan usaha

mereka. Rata-rata para pemilik toko dan rumah yang dihalangi adalah WNI keturunan Cina

yang sering mendapatkan perlakuan rasialis , warga minoritas yang lemah yang seharusnya

mendapatkan perlindungan dari mayoritas termasuk pemda dan aparatnya.

Pada kasus ini, PKL harus diajak pindah dengan santun, bukan dengan kekerasan dan

dilakukan jika sudah memenuhi kriteria di atas. Seperti, pembangunan untuk transportasi,

pendidikan, tempat ibadah asalkan benar-benar untuk kesejahteraan masyarakat secara

menyeluruh, bukan keuntungan segelintir golongan (investor besar).Pada kasus tersebut,

tidak hanya berhenti pada pemindahan saja, tetapi diharuskan ada jaminan ganti rugi yang

memadai. Yakni, mengganti dengan kemaslahatan yeng lebih besar atau minimal sama.

Faktanya, pemerintah sering kali tidak mengganti rugi atau merelokasi ke tempat yang layak.

Akibatnya, para PKL memberontak. Salahkah mereka? Pada masalah ini, Islam sangat

menghormati hak milik seseorang.

Hak-hak PKL ketika dilakukan pembongkaran

Fenomena dalam pembongkaran para PKL ini sangat tidak manusiawi. Pemerintah

selalu menggunakan kata penertiban dalam melakukan pembongkaran. Sangat disayangkan

ternyata didalam melakukan penertiban sering kali terjadi hal-hal yang ternyata tidak

mencerminkan kata-kata tertib itu sendiri. Kalau kita menafsirkan kata penertiban itu adalah

suatu proses membuat sesuatu menjadi rapi dan tertib, tanpa menimbulkan kekacauan atau

masalah baru.Pemerintah dalam melakukan penertiban sering kali tidak memperhatikan, serta

selalu saja merusak hak milik para pedagang kaki lima atas barang-barang dagangannya.

Padahal hak milik ini telah dijamin oleh UUD 45 dan Undang-Undang nomor 39 tahun 1999

Page 20: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

mengenai Hak Asasi Manusia. Diantaranya berbunyi sebagai berikut :

o Pasal 28 G ayat (1) UUD 45, berbunyi : “ setiap orang berhak atas perlindungan diri

pribadi; keluarga; kehormatan; martabat; dan harta benda yang dibawah kekuasaannya , serta

berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”

o Pasal 28 H ayat (4) UUD 45, berbunyi : “ setiap orang berhak mempunyai hak milik

pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang.”

o Pasal 28 I ayat (4) UUD 45, berbunyi : “ perlindungan; pemajuan; penegakan; dan

pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab Negara terutama pemerintah.”

Sedangkan didalam Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 mengenai HAM, berbunyi

sebagai berikut :

o Pasal 36 ayat (2) berbunyi :

“ tidak seorang pun boleh dirampas hak miliknya dengan sewenang-wenang.”

o Pasal 37 ayat (1) berbunyi : “ pencabutan hak milik atas sesuatu benda demi kepentingan

umum; hanya dapat diperbolehkan dengan mengganti kerugian yang wajar dan segera

diperbolehkan dengan mengganti kerugian yang wajar dan serta pelaksanaannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang ada.”

o Pasal 37 ayat (2) berbunyi :“ apabila ada sesuatu benda berdasarkan ketentuan hukum

demi kepentingan umum harus dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik itu untuk selama-

lamanya maupun untuk sementara waktu, maka hal itu dilakuakan dengan mengganti

kerugian.”

o Pasal 40 berbunyi: “ setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang

layak.”

Pemerintah didalam melakukan penertiban harusnya memperhatikan dan menjunjung

tinggi hak milik para PKL atas barang dagangannya. Ketika pemerintah melakukan

pengrusakan terhadap hak milik para PKL ini, maka ia sudah melakukan perbuatan

Page 21: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

melanggar hukum, yakni ketentuan yang terdapat dalam hukum pidana dan juga ketentuan

yang terdapat didalam hukum perdata.

Adapun ketentuan yang diatur didalam hukum pidana adalah :

Pasal 406 ayat (1) KUHPidana berbunyi : “ Barang siapa dengan sengaja dan dengan

melawan hak membinasakan, merusakkan, membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi atau

menghilangkan sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain,

dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan.”

Sedangkan ketentuan yang diatur didalam Hukum Perdatanya adalah

Pasal 1365 berbunyi : “ Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada

orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut.”

Bagaimana kita mau menegakkan suatu hukum dan keadilan, ketika cara (metode)

yang dipergunakan justru melawan hukum. Apapun alasannya PKL ini tidak dapat

disalahkan secara mutlak. Harus diakui juga memang benar bahwa PKL melakukan suatu

perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan yang ada didalam peraturan daerah. Akan tetapi

pemerintah juga telah melakukan suatu perbuatan kejahatan ketika ia melakukan

pengrusakan atas hak milik barang dagangan PKL, dan pemerintah juga harus mengganti

kerugian atas barang dagangan PKL yang dirusak.

Pemerintah belum pernah memberikan suatu jaminan yang pasti bahwa ketika para

PKL ini di gusur, mereka harus berjualan di tempat seperti apa. Jangan-jangan tempat yang

dijadikan relokasi para PKL tersebut, ternyata bukanlah suatu pusat perekonomian. Sekarang

ini penguasaan pusat kegiatan perekonomian justru di berikan pada pasar-pasar hipermart

atau pasar modern dengan gedung yang tinggi serta ruangan yang ber AC. Para pedagang

kecil hanya mendapatkan tempat pada pinggiran-pinggiran dari kegiatan perekonomian

tersebut

Dengan demikian,Pandangan Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap penggusuran

pedagang kaki lima atau sering disebut dengan PKL ini dapat dilihat dari 2 pengertian, yaitu

dilihat dari sisi PKL itu sendiri dan Pemerintah. Perda K3(Kebersihan, Keindahan, dan

Page 22: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

Ketertiban) menyebutkan bahwa terdapat pelarangan Pedagang Kaki Lima untuk berdagang

di daerah-daerah yang sudah ditentukan, yaitu berjualan di trotoar, jalur hijau, jalan, dan

badan jalan, serta tempat-tempat yang bukan peruntukkannya, maka sesuai dengan Perda di

atas merupakan suatu pelanggaran bagi para Pedagang Kaki Lima sehingga perlu untuk

menertibkannya. Selanjutnya tindakan pemerintah untuk menertibkan para PKL ini yaitu

dengan melakukan penggusuran PKL dengan merusak barang-barang (harta benda )milik

PKL dan tanpa mengganti lokasi tempat untuk berdagang yang sesuai (daerah

perekonomian) ini dapat disebut sebagai Pelanggaran HAM karena itu merupakan tindakan

asosial, dimana dalam melakukan penggusuran tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi

terhadap PKL yaitu penderitaan.

2. Tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah penggusuran

padagang kaki lima.

Pedagang Kaki Lima ini timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan

perekonomian dan pendidikan yang tidak merata diseluruh NKRI (Negara Kesatuan

Republik Indonesia ) ini. PKL ini juga timbul dari akibat dari tidak tersedianya lapangan

pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam berproduksi. Pemerintah

dalam hal ini sebenarnya memiliki tanggung jawab didalam melaksanakan pembangunan

bidang pendidikan, bidang perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan. Ketentuan ini

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang tertinggi yaitu UUD 1945. Diantaranya

adalah :

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :

“ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.”

Pasal 31 UUD 1945 :

(1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.

(2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.

Page 23: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional,

yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari anggaran

pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat

manusia.

Pasal 33 UUD 19 45 :

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,

serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 34 UUD 1945 :

(1) Fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh Negara

(2) Negara mengembangkan system jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak.

Dengan adanya pengaturan mengenai tanggung jawab pemerintah dalam UUD 45, hal

Page 24: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

ini menunjukkan bahwa Negara kita adalah Negara hukum. Segala hal yang berkaitan dengan

kewenangan, tanggung jawab, kewajiban, dan hak serta sanksi semuanya diatur oleh hukum.

Akan tetapi ternyata ketentuan-ketentuan diatas hanya berkutat pada kertas saja.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai tanggung jawab pemerintah dalam bidang

pendidikan, perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan belum pernah terealisasi

secara sempurna. Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya jumlah rakyat miskin di

Indonesia . Kemiskinan ini diakibatkan oleh tidak adanya pemerataan kemajuan

perekonomian, peningkatan kwalitas pendidikan dan penyediaan lapangan pekerjaan oleh

pemerintah. Data terakhir dari jumlah rakyat miskin di Indonesia adalah 18 juta keluarga,

jika setiap keluarga terdiri dari 3 orang, itu berarti terdapat sekitar 54 juta jiwa penduduk

Indonesia termasuk kategori miskin (sumber Badan Pusat Statistik). Jumlah ini masih yang

terdata, bagaimana dengan orang-orang miskin yang tidak terdata, mungkin jumlahnya akan

semakin besar.

Mengapa rakyat miskin ini sangat besar jumlahnya ? Padahal pemerintah telah diberi

tangung jawab oleh UUD 1945. Permasalahan ini timbul diakibatkan oleh adanya watak atau

mental para birokrat kita yang korupsi. Sudah banyak sekali dana baik itu dari RAPBN

(Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), RAPBD (Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daearah) atau bantuan dari Negara-negara maju didalam

menuntaskan masalah kemiskinan. Dana-dana tersebut banyak yang tidak jelas

penggunaannya, banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang penggunaannya hanya

untuk memperkaya para pihak birokrat saja.

Jadi sangat wajar sekali fenomena Pedagang Kaki Lima ini merupakan imbas dari

semakin banyaknya jumlah rakyat miskin di Indonesia . Mereka berdagang hanya karena

tidak ada pilihan lain, mereka tidak memiliki kemampuan pendidikan yang memadai, dan

tidak memiliki tingkat pendapatan ekonomi yang baik dan tidak adanya lapangan pekerjaan

yang tersedia buat mereka. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan

untuk membiayai keluarganya ia harus berdagang di kaki lima . Pilihan sebagai pedagang

kaki lima ini disebabkan karena pekerjaan ini sesuai dengan kemampuan mereka, yaitu

modalnya tidak besar, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, dan mudah untuk di

Page 25: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

kerjakan.

Di NKRI ini belum ada undang-undang yang khusus mengatur Pedagang Kaki lima .

Padahal fenomena pedagang kaki lima sudah merupakan permasalahan yang pelik dan juga

sudah merupakan permasalahan nasional, karena disetiap kota pasti ada pedagang kaki

limanya. Pengaturan mengenai Pedagang Kaki Lima ini hanya terdapat dalam peraturan

daerah (perda). Perda ini hanya mengatur tentang pelarangan untuk berdagang bagi PKL di

daerah-daerah yang sudah ditentukan. Namun mengenai hak-hak PKL ini tidak diatur

didalam perda tersebut. Untuk kota Bandung , ketentuan mengenai PKL ini diatur didalam

Perda no 03 2005 jo. Perda no.11 tahun 2005.

Perlindungan hukum bagi Pedagang Kaki Lima

Walaupun tidak ada pengaturan khusus tentang hak-hak Pedagang Kaki Lima, namun

kita dapat menggunakan beberapa produk hukum yang dapat dijadikan landasan

perlindungan bagi Pedagang Kaki Lima. Ketentuan perlindungan hukum bagi para Pedagang

Kaki Lima ini adalah :

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :

“ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.”

Pasal 11 UU nomor 39/199 mengenai Hak Asasi Manusia :

“ setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang

secara layak.”

Pasal 11 UU nomor 39/199 mengenai Hak Asasi Manusia:

(1) “ Setiap warga Negara, sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan, berhak atas

pekerjaan yang layak.

(2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang di sukainya dan ……….”

Pasal 13 UU nomor 09/1995 tentang usaha kecil :

Page 26: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

“ Pemerintah menumbuhkan iklim usaha dalam aspek perlindunga, dengan menetapkan

peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk :

a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang

pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, dan

lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima , serta lokasi lainnya.

b. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

Dengan adanya beberapa ketentuan diatas, pemerintah dalam menyikapi fenomena

adanya pedagang kaki lima, harus lebih mengutamakan penegakan keadilan bagi rakyat

kecil.Walaupun didalam Perda K3 (Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban) terdapat

pelarangan Pedagang Kaki Lima untuk berjualan di trotoar, jalur hijau, jalan, dan badan

jalan, serta tempat-tempat yang bukan peruntukkannya, namun pemerintah harus mampu

menjamin perlindungan dan memenuhi hak-hak ekonomi pedagang kaki lima .

BABIII

Page 27: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

PENUTUP

KESIMPULAN

Penggusuran pedagang kaki lima (PKL) dapat dilihat dari 2 pengertian, yaitu Pelanggaran

bagi para Pedagang kaki lima (sesuai dengan Perda K3) dan merupakan pelanggaran Hak

Asasi Manusia oleh pemerintah untuk menertibkan para PKL jika melakukan

penggusuran PKL dengan merusak barang-barang (harta benda )milik PKL dan tanpa

mengganti lokasi tempat untuk berdagang yang sesuai daerah perekonomian.

Tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah penggusuran padagang

kaki lima, yaitu dengan melakukan perlindungan hukum terhadap para pedagang kaki

limaantara lain terdapat dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, Pasal 11 UU nomor 39/199

mengenai Hak Asasi Manusia, Pasal 11 UU nomor 39/199 mengenai Hak Asasi Manusia,

Pasal 11 UU nomor 39/199 mengenai Hak Asasi Manusia, dan Pasal 13 UU nomor

09/1995 tentang usaha kecil.

SARAN

Jika memang diharuskan untuk melakukan penggusuran terhadap Pedagang Kaki Lima

dengan alasan demi kapentingan negara dengan lain kata “tidak memihak kepada para

investor besar”, maka penggusuran harus dilakukan sesuai dengan prosedur antara lain,

yaitu mengganti lokasi tempat untuk berdagang bagi PKL di daerah perekonomian dan

penggusuran dilakukan tanpa merusak atau menghancurkan barang-barang (harta benda)

milik PKL.

Pemerintah harus lebih menegakkan perlindungan hukum terhadap Pedagang Kaki Lima

dan mengutamakan penegakan keadilan bagi rakyat dan harus mampu menjamin

perlindungan dan memenuhi hak-hak ekonomi pedagang kaki lima.

Page 28: DEGRADASI NILAI Pancasila by Arya

DAFTAR PUSTAKA

www.suarakarya-online-com/news.html

www.komnasham.go.id/portal/files

www.wikipedia.com

http://www.padangkini.com/berita/single.php?id=3313

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1320979