115080600111043_reka arya p_ocean drilling

24
TUGAS GEOLOGI LAUT MAKALAH OCEAN DRILLING Disusun oleh: REKA ARYA PRAPANDEGA 115080600111043 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: ahmad-hidayat

Post on 08-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ocean

TRANSCRIPT

TUGAS GEOLOGI LAUT

MAKALAH

OCEAN DRILLINGDisusun oleh:

REKA ARYA PRAPANDEGA

115080600111043

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

1. PENDAHULUANSistem peralatan pemboran lepas pantai pada prinsipnya adalah merupakan perkembangan dari sistem peralatan pemboran darat, maka metode operasi lepas pantai membutuhkan teknologi yang baru dan biaya operasi yang mahal, karena kondisi lingkungan laut berbeda dengan kondisi lingkungan darat.

Peralatan mutlak yang harus ada dalam operasi pemboran lepas pantai adalah sebuah strutur anjungan (platform) sebagai tempat untuk meletakkan peralatan pemboran dan produksi. Berbagai macam anjungan telah dibuat, seperti anjungan permanen (fixed) yang terdiri diatas kaki-kaki beton bertulang. Jenis ini umumnya digunakan pada laut dangkal dan pada lapangan pengembangan sehingga dapat sekaligus menjadi anjungan pemboran dan produksi.

Berbagai hambatan alam yang harus diatasi bagi pengoperasian unit lepas pantai. Hambatan tersebut antara lain : angin, ombak, arus dan badai. Khusus untuk unit terapung yang amat peka terhadap pengaruh kondisi laut, maka menciptakan peralatan khusus, yaitu peralatan peredam gerak oscilsi vertikal akibat ombak dan peralatan pengendalian posisi pada unit terapung. Untuk pengendalian posisi pada unit terapung dikenal dengan mooring system dan sistem pengendalian posisi dinamik . Sedangkan untuk mengatasi gerak vertikal keatas dan kebawah umumnya digunakan Drill String Compensator (DSC).

Operasi pemboran lepas pantai dimulai dari pengembangan teknologi pemboran darat dengan menggunakan casing conduktor yang ditanam atau dibor dan disemen, kemudian meningkat dengan digunakan mud-line suspention system, dan terus meningkat dengan menggunakan riser system. Penggunaan BOP konventional terus dimodifikasi agar mampu beroperasi di bawah air. Kondisi lingkungan laut berpengaruh terhadap pemilihan jenis platform.

1.2. PERALATAN PEMBORAN LEPAS PANTAI1.2.1. ANJUNGANJenis platform secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu Fixed platform dan Mobile platform.

1.2.1.1. Fixed PlatformFixed platform merupakan "daratan"buatan. Rig berada di platform sampai operasi pemboran selesai. Semua keperluan peralatan dan material berada di platform. Fixed platform banyak digunakan untuk operasi pemboran pada laut dangkal, misalnya laut Utara Jawa. Tetapi sekarang telah dikembangkan untuk laut dalam, misalnya di North Sea.

1.2.1.2. Mobile PlatformMobile platform dibagi lagi yaitu Bottom Supporting Platform dan Floating Platform.

1.Bottom Supported PlatformJenis-jenis anjungan pemboran lepas pantai yang termasuk dalam kategori Bottom Supported Platform antara lain adalah Drilling Barge, Sub-mersible Platform, dan Jack Up Platform.

Drilling BargeDrilling barge dioperasikan untuk pemboran di daerah rawa atau laut yang sangat dangkal. Barge ini duduk di dasar rawa atau laut, stabil tidak terpengaruh oleh cuaca dan pasang surut.

SubmersibleSubmersible sebenarnya floating platform. Bila dioperasikan pada laut dangkal,

submersible ini didudukkan pada dasar laut dan berfungsi sebagai drilling barge.

Jack-UpJack-up berbentuk semacam barge, berukuran besar dan tidak punya propeler sendiri sehingga untuk menuju ke lokasi harus ditarik dengan kapal tunda. Jack-up dilengkapi dengan kaki-kaki yang terdiri dari tiga, empat, lima kaki atau lebih. Pada posisi pemboran, kapal diangkat berdiri di atas kaki, cukup tinggi di atas air serta diatas jangkauan ombak. Kedalaman laut sesuai dengan panjang kaki jadi terbatas pemakaiannya.

Jack-up stabil, tidak terpengaruh oleh cuaca, arus dan ombak. Semua peralatan berada di atas kapal. Pada pemboran pengembangan, biasanya sebelum pemboran dimulai terlebih dahulu dipasang jacket, kemudian dipasang conductor dan ditumbuk. Pada pemboran explorasi biasanya digunakan mudline suspension, dan dari mud line suspension casing disambut ke atas sampai platform.

2. Floating PlatformJenis-jenis anjungan pemboran lepas pantai yang termasuk dalam kategori Floating Platform antara lain adalah Semi-submersible Platform, dan Drill Ship.

SemisubmersibleSemisubmersiible berbentuk semacam kapal dan pada umumnya tidak mempunyai propeler sendiri sehingga untuk menuju lokasi harus ditarik dengan kapal tunda. Karena sifatnya mengapung, sehingga dapat dipengaruhi arus, ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi masalah tersebut harus dijangkar.

Sistem penjangkaran ada dua macam, yaitu :

Conventional Mooring System

Dinamic Positioning

Untuk penyelesaian sumur dapat dilakukan :

Dengan Christmastree pada Platform

Dengan Christmastree di dasar laut.

Drill shipDrill ship merupakan bentuk kapal sepenuhnya dan dilengkapi dengan propeler sendiri. Karena sifatnya mengapung sehingga sangat dipengaruhi oleh arus, ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut harus dijangkar seperti submarsible. BOP dipasang di dasar laut dan untuk penyelesaian sumur dapat dilakukan :

a)Christmastree di dasar laut

b)Christmastree pada platform

1.2.2. Peralatan-Peralatan KhususPeralatan-peralatan khusus yang ada pada platform bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1.Peralatan khusus pada bottom supported platform

Mudline suspension system

2.Peralatan khusus pada Floating Rig

Subsea BOP stack

Control system dan accumulator

Riser system

Well Head

Motion Compensator

1.2.2.1. Sub-sea BOP StackBiasanya dipakai dengan jumlah yang lebih banyak dari pada di darat, dengan maksud untuk safety serta tidak memerlukan penggantian ram pada saat menurunkan casing.Ukuran serta pressure rating dan perlu diperhitungkan kedalaman laut. BOP lebih banyak berarti, lebih banyak pressure drop pada flowline dan hal lain perlu diperhitungkan padaproses well control. Untuk menghindari pressure drop pada flowline biasanya cairan untuk pengopeasian BOP tidak kembali ke tangki, tetapi langsung dibuang ke laut. Susunan kill dan choke manifold yang panjang serta laut yang dalam berpengaruh pada operasi dan prosedur well control.

1.2.2.2. Control System dan AccumulatorBOP dan semua kerangan dibuka dan ditutup secara hidrolis dan harus dapat bekerja dalam waktu singkat. Ada dua cara pengopeasian BOP, ialah secara hidrolis dan electric hydraulic system.

1.2.2.3. Riser SystemRiser system ini meliputi riser pipe, ball joint, slip joint, kill choke manifold dan hydraulic connector.

1.Riser PipeDigunakan untuk mengalirkan fluida lumpur ke permukaan didalam proses pemboran, serta memudahkan dalam memasukkan peralatan pemboran seperti pahat, kedalaman lubang bor.

2.Slip JointDipasang dibagian teratas dari riser pipe. Terdiri dari inner barrel, dimana diatasnya sering dipasang Deverter dan digantung pada kapal dengan bantuan riser tensider.

3.Ball JointDipasang di bawah riser di atas BOP Stack. Berfungsi untuk menghilangkan stress pada pipa riser. Ball joint kedua juga sering dipasang di bawah slip joint.

4.Hydraulic ConnectorBerfungsi untuk menghubungkan casing head dan well head dengan BOP Stack dengan riser system. Hydraulic connector dioperasikan dari permukaan secara hidrolis.

1.2.2.4. Well HeadSebagai pengganti well head dipakai serangkaian casing head untuk masing-masing casing. Masing-masing casing head mempunyai "HUG" yaitu tempat untuk memasang hydraulic connector dan mempunyai ulir kiri untuk menyambungkan dengan running tool pada waktu menurunkan casing dan juga untuk penemenan.

1.2.2.5. Motion CompensatorKapal bergerak vertikal secara terus menerus, karenaombakmaupunpasang surut. Pada bagian bawah atau pahat, gerakan ini harus dinetralisir agar beban pada pahat konstan. Untuk maksud tersebut maka dipakai motion compensator. Jadi travelling block dengan seluruh beban tetap tinggal di tempat. Meskipun kapal bergerak naik turun.

Ada tiga jenis compensator :

1.Bumper Sub.

2.Crown Block Compensator.

3.Travelling Block Compensator.

2. PEMBAHASANPotensi dan kekayaan alam Indonesia yang luar biasa, wilayah nusantara menjadi surga riset ilegal kapal asing. Tujuannya tidak lain adalah untuk kepentingan perusahaan, lembaga atau negara yang ingin menguasai bumi khatulistiwa. Banyak data dan potensi sumber daya alam dicuri karena ketidaktahuan dan ketidakpedulian bangsa ini.Kegiatan tersebut tanpa sadar membawa konsekuensi bocornya data negara yang seharusnya dirahasiakan. Informasi tentang medan laut dapat digunakan pihak asing untuk menentukan taktik dan strategi militer, jika mereka ingin menguasai wilayah Indonesia.

Sebenarnya negara telah memiliki peraturan kerjasama internasional di bidang penelitian dan pengembangan, dengan adanya PP (Peraturan Pemerintah) No 41 tahun 2006, tentang perizinan kegiatan penelitian dan pengembangan oleh pihak asing di Indonesia. Peraturan pemerintah ini menetapkan ketentuan, persyaratan, kewajiban dan larangan yang harus ditaati lembaga atau peneliti asing, mitra serta lembaga penjamin kegiatan penelitian. Peraturan tersebut harus dilaksanakan pemerintah untuk melindungi masyarakat, bangsa dan negara dari kemungkinan kerugian yang ditimbulkan penelitian pihak asing.

Namun, pemerintah sendiri tidak konsekuen menjalankan peraturan tersebut. Kondisi ini diperparah dengan terjadinya benturan antar peraturan yang ada. Sebagai contoh, Undang-undang No 22 tahun 2001 yang mengatur tentang minyak dan gas. Aturan ini memberikan peluang bagi pihak asing untuk melakukan kegiatan survei dan pemetaan lepas pantai dengan cara mudah, yaitu cukup memperoleh izin dari Dirjen Migas tanpa koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan, seperti yang diatur peraturan sebelumnya. Padahal, sudah sangat jelas bahwa penggunaan peneliti dan kapal asing harus mendapat persetujuan Security Clearance dari pihak Kementerian Pertahanan.

Birokrasi yang rumit serta panjangnya waktu untuk proses perizinan inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku (mitra kerja dan lembaga penjamin di Indonesia) pemenang tender mencari jalan pintas dengan cara mengambil celah-celah hukum agar survei laut tetap legal, tanpa melewati prosedur. Hal ini terjadi, karena bagi mereka yang dipikirkan adalah benefit yang harus diperoleh. Memotong jalur birokrasi berarti menghemat waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.

Menurut Deputi bidang pengembangan Kekayaan Alam, BPPT dari 60 cekungan minyak yang trekandung dalam alam Indonesia, sekitar 70% atau sekitar 40 cekungan terdapat dilaut. Dari 40 cekungan itu, 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedang 29 belum terjamah. Diperkirakan 40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 milyar barel setara minyak, namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti 7,5 milyar barel diantaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 milyar barel terkandung dilepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 milyar barel terdapat dilaut dalam.

Berdasarkan hasil kajian Team Evaluasi Cadangan Potensial (TECP), angka potensi sumberdaya migas per status 1 januari 1998 yang siap dieksplorasi adalah sebesar 120,62 milliar BOE (Barrels of oil Equivalent), terdiri atas 71,14 milliar barel minyak bumi dan 49,48 milliar BOE gas bumi atau 296,87 TSFC (Trillion Standard cubic Feet) terakumulasi pada 60 cekungan sedimen berumur tersier yang tersebar diseluruh Indonesia. Data yang diperoleh dari direktorat Jenderal Minyak dan Gas bumi DPE cadangan (potensi) minyak bumi Indonesia pada tahun 1998 sebesar 9,7 milliar barell dibandingkan dengan cadangan minyak bumi pada tahun 1995 yang hanya 9,1 milliar barell. Sekitar 57% dari 9,7 milliar barell tersebut atau 5,5 milliat barell berada diwilayah Sumatera Tengah.Pengeboran minyak lepas pantai termasuk ke dalam Eksplorasi atau pencarian minyak bumi. Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut. Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namum berada di dalam pori-pori batuan bercampur bersama air.

Secara ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:a) Batuan Sumber (Source Rock)

Yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih. batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.b) Tekanan dan Temperatur

Untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.

c) Migrasi

Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.d) Reservoar

Adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.e) Perangkap (Trap)

Sangat penting suatu reservoar di lindungi oleh batuan perangkap. tujuannya agar hidrokarbon yang ada di reservoar itu terakumulasi di tempat itu saja. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali. Perangkap dalam hidrokarbon terbagi 2 yaitu perangkap struktur dan perangkap stratigrafi.Kajian geologi merupakan kajian regional, jika secara regional tidak memungkinkan untuk mendapat hidrokarbon maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Jika semua kriteria di atas terpenuhi maka daerah tersebut kemungkinan mempunyai potensi minyak bumi atau pun gas bumi. Sedangkan untuk menentukan ekonomis atau tidaknya diperlukan kajian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan sifat fisik batuan. Maka penelitian dilanjutkan pada langkah berikutnya.

Dalam operasi pemboran atau pertambangan minyak lepas pantai tidak selalu berjalan dengan lancar. Adakalanya terjadi permasalahan/hambatan yang bisa mengakibatkan kerugian. Dimulai dari pemilihan lokasi sampai pada proses pengambilan minyak.

Berbagai dampak bisa saja terjadi, baik positif maupun negatif. Dampak negatif dari kegiatan ini adalah : dapat menimbulkan berbagai substansi, seperti sedimentasi dan pengaliran air asam tambang yang beracun pada kadar tertentu . Semua substansi tersebut akan keluar/dibuang melalui suatu daerah aliran sungai (DAS) menuju pesisir dan laut di mana sungai tersebut bermuara. Di samping terjadi sepanjang DAS, akumulasi akan substansi tersebut dapat terjadi dalam komponen ekosistem di daerah pesisir dan laut, dan pada kadar tertentu akan merusak ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut tentu saja akan berdampak luas pada berbagai aspek yang berhubungan dengan kehidupan manusia, karena manusia sangat tergantung pada eksositem dan sumberdaya tersebut. Misalnya, degradasi kualitas lingkungan sebagai tempat hidup yang sehat bagi masyarakat yang bermukim di daerah pesisir. Selain itu degradasi sumberdaya perikanan dan aspek pariwisata. Semuanya itu akan berdampak pada penurunan dan kerugian pada aspek ekonomi, baik untuk masa saat ini maupun di masa yang akan datang.

Di balik semua dampak negatif, sesunggunya ada peluang yang sagat besar bagi Indonesia karena bahan tambang akan selalu dibutuhkan oleh manusia, juga potensi geologis Indonesia yang sangat tinggi dan tentunya demand yang melonjak. Karena itu terkait dengan kendala dan peluang yang dihadapi oleh sektor pertambangan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar sektor pertambangan dapat tetap menjadi sektor yang penting khususnya dalam bidang kelautan, namun juga dapat tetap menjaga keberlanjutan sumberdaya dan kelestarian lingkungan lautan dan pesisir.

3. KESIMPULANUntuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam sektor Pertambangan khususnya pengeboran Minyak lepas pantai, maka perlu dilakukan beberapa hal antara lain1. Penetapan kawasan pertambangan untuk perlindungan lingkungan laut dengan mempertimbangkan aspek pengelolaan secara terpadu atas berbagai sumberdaya, fungsi dan estetika lingkungan, serta kualitas ruang

2. Perlunya percepatan pengesahan RUU Mineral dan Batubara yang mengatur pemanfaatan mineral dan batubara, sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan seluruh produk hukum yang berkenaan dengan sektor pertambangan yang sifatnya lintas sektoral baik pusat maupun daerah, mendorong peningkatan local expenditure dengan meningkatkan pemanfaatan produk dari industri-industri penunjang dalam negeri, mendorong pertumbuhan industri pengolahan produk mineral dalam negeri sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk mineral dan batubara nasional serta kebijakan satu pintu dalam perijinan untuk investasi sektor pertambangan

3. Hal hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah pusat secara lebih terpadu dan terkoordinasi sedangkan pemerintah daerah seharusnya difungsikan sebagai kooperator dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan laut. Mengingat dampak pencemaran dilaut dapat menyebar ke wilayah lain maka perlindungan lingkungan laut, perlu pula diatur di tingkat Regional.

Jenis-jenis Fixed Platform

Jenis-jenis Ship Platform

DAFTAR PUSTAKA

ANALISIS INDUSTRI MINYAK DAN GAS DI INDONESIA: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LM FEUIAshri, Muhammad, Perlindungan Lingkungan Laut dari Kegiatan Pertambangan Minyak Lepas Pantai : Memerlukan pengaturan Lintas Sektoral. Deskripsi Dokumen : http ://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=8092&lokasi=lokal. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) Tesis S2

Kusumastanto, Tridoyo, dan Tim Perumus, 2009. Kebijkan Kelautan Indonesia. Dewan Kelautan IndonesiaPP (Peraturan Pemerintah) No 41 tahun 2006, tentang perizinan kegiatan penelitian dan pengembangan oleh pihak asing di IndonesiaMulyadi.S, 2005. Ekonomi Kelautan. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada JakartaTeam Evaluasi Cadangan Potensial (TECP), angka potensi sumberdaya migas per status 1 januari 1998Undang-undang No 22 tahun 2001 yang mengatur tentang minyak dan gas

.