konsep teori gastroenteritis a....
TRANSCRIPT
7
BAB II
KONSEP TEORI
GASTROENTERITIS
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal
yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit
yang pathogen (Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisi
dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi, alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995). Diare
adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah
dan atau tanpa lendir dalam tinja, terjadi secara mendadakdan berlangsung
kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Hadi
Sujono, 1999).
Dari ketiga pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya
yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen yang
berlangsung kurang dari tujuh hari.
B. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor Infeksi
8
a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai
berikut :
1) Infeksi Virus
a) Retovirus
Retovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada
bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah. Biasanya
timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat
ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada
saluran pencernaan/pernafasan.
2) Bakteri
a) Sigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September. Insiden
paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Dapat dihubungkan
dengan kejang demam. Gejala muntah tidak menonjol.
Terdapat sel polos dalam feses dan sel batang dalam darah.
9
b) Salmonella
Biasanya menyerang semua umur tetapi lebih tinggi di bawah
umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang
sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin
ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol,
terdapat sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam,
lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat
terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Biasanya bersifat invasis (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul kram
abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa, sering
didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen
yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai
apendicitis.
10
3) Infeksi Parasit
Cacing (ascaris, tricurus, oyyuris, strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi Parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltosa,
dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
c. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
besar).
d. Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri / flora usus dan
jamur terutama candida
(Suharyono 2003, Mansyoer Arif 2000, Ngastiyah 1997)
11
Gambar 1. Anatomi Sistem Pencernaan
12
Gambar 2. Fisiologi Sistem Pencernaan
13
Gambar 3. Anatomi Sistem Intestinal
C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
14
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari
berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
15
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu
bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu
bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran
otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari
otot halus).
16
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
17
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
18
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-
4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
19
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada
usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
20
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi
menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang
21
berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme
dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh
darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan
tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke
dalam sirkulasi umum.
22
12. Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-
10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu
pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan dalam pembuangan
limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal
dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
( Syarifuddin, 1999 )
D. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dilihat dari beberapa faktor penyebab antara lain :
1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan
Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang disebabkan
untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca gastrektomi,
vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial, divertikulosis,
kolitis ulerosa, poliposis dan endotriatis dapat mengakibatkan
perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan dinding
unsur menurun (normal 5–30x/menit) hal ini menyebabkan
perkembang biakan bakteri bertambah dalam rongga usus atau jika
23
pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus juga meningkat,
sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus,
makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan kolon, kolon
bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi hipersekresi
yang menambah keenceran tinja.
2. Faktor kelainan diluar saluran pencernaan
Kelainan diluar saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan diare
dibagi atas :
a) Faktor penyakit
Faktor penyakit seperti pankreatitis, uremia, dan penyakit kolagen.
Kelainan endokrin (hipertiroidisme, DM, penyakit addison).
Berdasarkan dari sifat dan karakteristik penyakit ini dalam keadaan
bereaksi, saluran pencernaan berespon terhadap relaksi penyakit
tersebut yang menyebabkan gangguan pegerakan usus bisa
menurun atau meningkat normal 5–30x/menit sehingga terjadi
hipersekresi oleh usus yang mengakibatkan diare.
b) Faktor psikologis / neurologis
Adanya rasa cemas dan takut akan mempengaruhi hipotalamus
yang dapat mengakibatkan penyerapan makanan, air dan elektrolit
terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan hiperperistaltaik pada
kolon sehingga terjadi penambahan jumlah cairan dalam kolon dan
mengakibatkan diare.
24
3. Faktor Infeksi
Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung akan
dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa
mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan
masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus
akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan
dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air,
dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan
diare.
4. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan
akan dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang
mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan
bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga
terjadi peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan
diare.
( Ngastiyah 2005, Syarifuddin 1999, Barbara C Long 1999 )
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan
25
empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering
defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering.
Bila terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala
takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba,
tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun,
karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi
asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam.
( Ngastiyah, 2005 )
26
F. Pathways Keperawatan
( Ngastiyah 2005, Syaifuddin 1994 , Barbara C Long 1999 )
Reaksi inflamasi Pergeseran cairan Kerusakan Rangsangan Saraf dan elektrolit ke rongga usus mukosa usus Parasimpatis Meningkat
Pada bagian darah tidak merata
Bagian sirkulasi
Perfusi jaringan
berkurang
Hipoksia sianosis
Syok
Inf. (Bakteri, Virus, Parasit) Mal Aborsi
makanan di usus makanan beracun faktor psikologis
Isi rongga usus meningkat
Tubuh Kehilangan cairan dan elektrolit
Gangguan eliminasi fekal
Kekurangan valume cairan dan elektrolit
Kehilangan ion kalsium, air
Asidosis Metabolik
Frekuensi BAB meningkat / diare
Pernapasan kusmaul
Pelepasan aldosteron menurun
Reabsobrsi
natrium dalam ginjal menurun
Produksi urin
menurun
Gagal ginjal
Penurunnan cairan
Dehidrasi
Feses bersifat asam
Gangguan integritas kulit
Motilitas usus terganggu
Hiperperistaltik
Bakteri tumbuh banyak
Metabolise
karbohidrat oleh bakteri
Gas, H2, CO2
Kembung
Gangguan rasa nyaman nyeri
akut
Iritasi mukosa usus
Anoreksia mual muntah
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
27
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan feses : makroskopis pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula (sugar intoleransi) biakan kuman untuk
mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai anti
biotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah : pemeriksaan darah perifer lengkap, analisis
gas darah dan elektrolit (terutama natrium,kalsium,kalium dan
protein serum pada diare yang disrtai kejang). Dapat terjadi
gangguan elektrolit dan gangguan asam basa,pH asam, clinictest
dapat (+) = diare osmotic. Leukosit >5 / LPB (birumetilen) =
disentri. Biakan dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri / terapi
.ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)
c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup, bila memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup.
d) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
( FKUI, 2000 )
28
H. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan Hipovomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikimia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi Gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2–5% dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kembali lambat, rewel, kehausan, kencing sedikit, suara
serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan 5–8% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kembali lambat, elastisitas kulit kurang, ubun-ubun cekung
(untuk bayi yang ubun-ubun besarnya belum menutup / usia kurang
dari 1 tahun), kelopak mata cekung, suara serak, anak cenderung diam
/ tidak rewel, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam
29
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8–10% dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis, keadaan umum buruk,
kejang, nafas cepat dan dalam.
(Mansjoer Arif, 1999)
I. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Cairan Per Oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan natrium klorida, hidro klorida,
kalium dan glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat
dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b) Cairan Parentral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi, yang
30
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari
Kemudian 125 ml/ KgBB /hari
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral
Kemudian 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3–10 kg
a. 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit
(infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit.
b. 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit
(infus set 1 ml = 20 tetes).
c. 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak
mau minum,teruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit
atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 2–5 tahun dengan berat badan 10–15 kg.
a. 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit
(infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/ kgBB/menit (1 ml
= 20 tetes).
31
b. 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak
tidak mau minum dapat diteruskan dengan intra vena 2
tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25
kg
a. 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit
(infus set 1 ml = 20 tetes)
b. 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral
c) Pemasangan NGT bila :
a). Kehilangan cairan berat
b). Gagal terapi dehidrasi oral
c). Gagal mencoba berulang kali saat akses intra vena
2. Diatetik
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada
penderita dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga
kesehatan penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih
3. Medikamentosa
a) Obat anti sekresi
32
Asetosal : dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin : dosis 0,1 -1 mg/kgBB/hari
b) Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverin, ekstra
beladona, opium, ioperamid tidak diperlukan untuk mengatasi diare
akut hanya digunakan pada diare kronik
c) Obat anti biotic
Obat antibiotic tidak diperlukan untuk mengatasi diare kecuali bila
penyebabnya jelas, seperti :
1. Kolera : diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/kgBB/hari
2. Lampaylobacter diberikan critomisin 40–50 mg/kgBB/hari
Antibiotic lain dapat diberikan bila terdapat penyakit penyerta
seperti infeksi ringan (Otitis media akut, faringitis) diberikan
penicilin prokain 50.000 u/kgBB/hari, infeksi sedang (bronchitis)
diberikan penicilin prokain 90 mg/kgBB/hari, infeksi berat
(bronkopneumonia) diberikan penicillin dengan klorampenikal 75
mg/kgBB/hari.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian data dasar gastroenteritis yaitu :
a) Aktivitas / Istirahat
33
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, pembatasan
aktivitas sehubungan dengan efek proses penyakit
b) Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tidak
berdaya/tidak ada harapan, faktor stess akut/kronis misalnya :
hubungan keluarga, pengobatan yang mahal, faktor budaya,
peningkatan prevelensi pada populasi, menolak, perhatian
menyempit, depresi.
c) Eliminasi
Gejala : Episode diare yang tidak dapat disekresikan, hilang
timbul, sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau
busuk dan berlemak (steneatorea), melena, konstipasi hilang
timbul, riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urin).
d) Makanan / Cairan
Gejala : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak
toleran terhadap diare / sensitif misalnya produk susu / makanan
berlemak, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran
mukosa kering.
e) Hygiene
Gejala : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau
badan.
34
f) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran
kanan bawah: nyeri abdomen tengah, nyeri tekan menjalar ke
bagian periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan arthritis,
nyeri mata, fotopobia, iritasi, distensi abdomen.
g) Keamanan
Gejala : riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, peningkatan
suhu 39,6–40°C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur, lesi
mungkin tidak ada, misal eritemia (meningkatnya nyeri tekan,
kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka, pioderma,
gangrenosa, lesi tekan purulen / lepuh dengan batas keunguan pada
paha, kaki dan mata kaki.
h) Interaksi Sosial
Gejala : masalah berhubungan dengan peran sehubungan dengan
kondisi ketidakmampuan aktivitas secara sosial.
i) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus,
Pertimbangan : DRG (Diagnosa Related Group) menunjukkan rata-
rata lama dirawat : 7 hari
Rencana : bantuan dalam program diet
Pemulangan : bantuan dalam program diet, program obat,
dukungan psikologis.
( Doengoes, 1999 )
35
2. Diagnosa keperawatan
a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
pengeluaran cairan yang berlebih
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan tidak adekuat
c) Gangguan pola eliminasi fekal : diare berhubungan dengan
peningkatan peristaltik usus
d) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang
sering
e) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis
3. Fokus Intervensi
1) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
pengeluaran cairan ynag berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan terpenuhinya volume cairan tubuh
Kriteria Hasil : mukosa bibir lembab, turgor kulit kenyal, tidak ada
tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
a) Awasi masukan dan haluaran, karakteristik dan jumlah feses,
perkiraan kehilangan yang tidak terlihat seperti berkeringat,
ukur berat jenis urin, observasi oliguria
36
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan,
fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
b) Kaji Tanda Vital (Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam
dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan
c) Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari
aktivitas
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus
d) Berikan cairan parenteral dan tranfusi daran sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memadukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kekebalan
e) Awasi hasil laboratorium contoh elektrolit, masnesium, kalium
dan analisa gas darah
Rasional : menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan
terapi
f) Berikan obat sesuai indikasi
1) Antidiare
Rasional : menurunkan kehilangan cairan dari usus
2) Antiemetik , misal : trimetobinzamid (tigan), hidroksin
(vistaril), proktoperazin (compazin)
37
Rasional : digunakan untuk mengontrol mual dan muntah
pada eksaserbasi akut
3) Antipiretik, misal : asitamenofen (tynol)
Rasional : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya
pada usus yang gundul, area ulkus dan diare dapat juga
menimbulkan asidosis metabolik karena kehilangan
bikarbonat (HCO3)
4) Vitamin K (Mephiton)
Rasional : merangsang pembentukan protombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi dan menurunkan residu
perdarahan. ( Doengoes, 1999 )
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi
Kriteria Hasil : Berat badan ideal atau dalam rentang normal,
konjungtiva tidak anemis, membran mukosa bibir merah muda,
keseimbangan elektrolit
Intervensi :
a) Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian
Rasional : Mal nutrisi adalah kondisi gangguan minat yang
menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi
38
kognitif / pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi
meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis.
b) Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat
makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi/komentar.
Tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan.
Rasional : Pasien mendeteksi pentingnya beraksi terhadap
tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan
memberikan fokus pada makanan. Bila staf berespon secara
konsisten pasien dapat mulai mempercayai respon staf.
c) Berikan makanan sedikit tetapi sering dan makanan kecil
tambahan yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan
terlalu cepat setelah periode puasa
d) Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Rasional : Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan
merasa mengontrol lingkungan menyediakan makanan untuk
makan.
e) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan
Rasional :Memberikan catatan lanjut penurunan atau
peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi
tentang peningkatan atau penurunan.
39
f) Timbang berat badan dengan timbangan yang sama
Rasional : Meskipun beberapa program memungkinkan pasien
melihat hasil timbangan, ini memaksa isu kepercayaan pada
pasien yang biasanya tidak mempercayai orang lain
g) Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit
sesuai indikasi
Rasional : Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa
perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan
kontrol lingkungan dimana masukan makanan, muntah atau
eliminasi, obat dan aktivitas dapat dipantau. Ini juga
memisahkan pasien dari orang terdekat ( yang dapat sebagai
faktor pemberat ).
h) Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan
yang disukai bila ada.
Rasional : Memungkinkan fariasi sediaan makanan akan
memampukan pasien untuk mempunyai pilihan terhadap
makanan yang dapat dinukmati
i) Berikan obat sesuai indikasi
a. Ciprofeptadin ( periactin )
Rasional : Antagonis, serotonin dan hiostamin yang
digunakan dalam dosis tinggi untuk merangsang nafsu
makan, menurunkan penolakan makanan, dan melawan
40
depresi. Tidak tampak efek samping meskipun penurunan
mental, kesadaran dapat terjadi.
b. Antidepresan trisiklik misal : alavil, endep
Rasional : Menghilangkan depres dan merangsang nafsu
makan
( Doengoes, 1999 )
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang
sering
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan
integritas kulit klien dapat teratasi
Kriteria hasil : Tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal
Intervensi :
a) Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang
lembut bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama dan
taburi talk
Rasional : untuk mencegah perluasan iritasi
b) Beristik laken diatas perluk klien
Rasional : untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong
c) Gunakan pakaian yang longgar
Rasional : untuk memudahkan bebas gerak
d) Monitor data laboratorium
Rasional : untuk mengetahui luasan / PH faccer, elektrolit,
hematoksit, dll.
41
4) Gangguan pola eliminasi fekal : diare berhubungan dengan
peningkatan
peristaltik usus, iritasi, inflamasi dan malabsobsi usus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah
gangguan pola eliminasi fekal : diare dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Pola defekasi normal, konsistensi feses norma, meningkatkan
fungsi usus mendekati normal
Intervensi :
a) Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah
Rasional : diare sering terjadi setelah memulai diet
b) Dorong diet tinggi serat sesuai diet / bulk dalam batasan diet,
dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat
Rasional : meningkatkan konsistensi feses. Meskipun cairan
perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah
mempengaruhi diare
c) Batasi masukan lemak sesuai indikasi
Rasional : diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan
dan membatasi efek laksantif penurunan absobsi lemak
d) Observasi tanda sindrom dumping, misal : diare cepat,
berkeringat, mual, muntah dan kelemahan setelah makan
Rasional : pengosongan cepat makanan dari lambung dapat
mengakibatkan distress gaster dan mengganggu fungsi usus
42
e) Bantu perawatan peringeal sering, gunakan salep sesuai
indikasi
Rasional : iritasi anal, eksoriasi dan pruritus terjadi karena
diare. Pasien sering tak dapat mencapai area yang tepat
untuk membersihkan
f) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misal difenoksilat
dengan atropin ( lomotil )
Rasional : mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi
sampai tubuh mengalami perubahan akibat bedah
g) Awasi elektrolit serum
Rasional : Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko
ketidakseimbangan elektrolit dimana dapat menimbulkan
komplikasi lebih serius / mengancam
( Doengoes, 1999 )
5) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis
Tujuan :
Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH :
Skala nyeri 0, klien mengatakan nyeri berkurang, nadi 60 – 90 x /
menit, klien nyaman, merasa tenang tampak rileks
43
Intervensi :
a) Kaji karakteritas dan letak nyeri
Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
a) Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang
paling nyaman
Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
b) Beri kompres hangat diperut
Rasional : kompres hangat dapat digunakan untuk mengurangi
perasaan keras di perut
c) Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional : analgetik berfungsi untuk memblok syaraf yang
menimbulkan nyeri
( Doengoes, 1999 )