kelompok 2. makalah gastroenteritis

29
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS Diususun Oleh : KELOMPOK II RISA FARIYANA I1B110002 RIZKY WAHYU WANABAKTI I1B110213 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: nisya-andesita-h

Post on 11-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GASTROENTERITIS

Diususun Oleh :

KELOMPOK II

RISA FARIYANA I1B110002

RIZKY WAHYU WANABAKTI I1B110213

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2013

Page 2: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

I. PENDAHULUAN

Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak-anak.

Diperkirakan pada anak setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis

akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien

berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun

1,5% merupakan pasien dewasa yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis.

Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada

anak-anak atau usia lanjut, di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan

terhadap dehidrasi sedang sampai berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara

berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.

Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih

merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari

daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu

termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke

puskesmas.

Data Departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kematian diare

diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur

dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka

kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita.

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia, pada 2008

penyakit diare menempati urutan kedua penyakit mematikan yang berasal dari

penyakit infeksi. Jumlah penderita diare di Indonesia pada tahun itu mencapai 4%

dan angka kematiannya mencapai 3,8%. Pada bayi, diare menempati urutan tertinggi

sebagai penyebab kematian dengan angka mencapai 9,4% dari seluruh kematian

bayi.

Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman

pemberantasan penyakit diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan

angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Penyebab utama

kematian pada penyakit diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan

elektrolitnya melalui tinjanya. Di negara berkembang prevalensi yang tinggi dari

Page 3: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan

protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.

II. KONSEP DASAR

A. Definisi

Gastroenteritis biasa disebut diare adalah penyakit yang ditandai dengan

terjadinya perubahan bentuk dan konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan

cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. ( Ratna Dewi Pudiastuti ,2011).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk

tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI,2007).

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus

yang menyebabkanbuang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih

dari 200 gram atau 200ml/24jam . (Sowden,et all.2005).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang

disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit yang pathogen.

(Whaley & Wong’s,2000).

Mary E. Muscari (2005) mengungkapkan bahwa diare merupakan pengeluaran

feses yang sering, berupa cairan abnormal, dan encer.

Diare adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko

mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses tidak berbentuk. (Lynda Juall

Carpenito, 2001).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, gastroenteritis adalah peradangan yang

terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih

banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen

dan gangguan kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan ditandai dengan

Buang Air Besar cair lebih dari lima kali serta dapat terjadi mual dan muntah.

Page 4: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

B. Etiologi

1. Faktor Infeksi

- Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis)

dan jamur (C. albicans).

- Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,

ensefalitis dan sebagainya.

2.Faktor Malabsorbsi

- Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa

merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu

dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

3.Faktor Makanan

- Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi

terhadap jenis makanan tertentu.

4.Faktor Psikologis

- Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

C. Patofisiologi

1.Proses perjalanan penyakit

- Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus

enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,

Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).

Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat

pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Page 5: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang

lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan

minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik

(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu

menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air

dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang

mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri

adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam

basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

Menurut perjalanan penyakit dikatagorikan :

Akut:      Jika < 1 minggu

Berkepanjangan:      Antara 7 – 14 hari

Kronis:       Jika> 14 hari

2.Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

- Dehidrasiisotonik

Pada dehidrasi isotonic (isonatermia), terjadi kehilangan air dan natrium

secara proporsional (natrium serum 130-150 mmol/L). pertahankan konsentrasi

cairan tubuh dan osmolalitas dalam batas normal. Dengan demikian, tidak ada

perbedaaan tekanan osmotic anatara cairan intraseluler dengan ekstraseluer dan

kehilangan cairan terbatas pada cairan ekstraseluler.

- Dehidrasihipotonik

Pada dehidrasi hipotonik (hiponatremia), natrium yang hilang lebih banyak

dibandingkan airnya (natrium serum <130mmol/L).Cairan yang sebenarnya hilang

bersifat hipertonik sehingga cairan ekstraseluler mula-mulam enjadi hipotonik

dibanding cairan intraseluler. Peningkatan volume intraseluler akan menyebabkan

Page 6: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

peningkatan volume dalam otak dan kadang-kadang menimbulkan kejang,

sedangkan kehilangan cairan ekstraseluler yang nyata menyebabkan syok yang

lebih besar untuk setiap unit air yang hilang.

- Dehidrasihipertonik

Pada dehidrasi hipertonik (hipernatermia, terdapat kehilangan cairan dan

natrium yang tidak proporsional (natrium serum <150 mmol/L).Cairan yang

hilang hipotonik, biasanya karena kehilangan cairan insensible yang tinggi

(demam yang tinggi atau lingkungan yang panas dan kering, poliuriapada diabetes

insipidus atau diare rendah natrium yang kadang-kadang diperberat dengan

pemberian diet yang terlalu encer atau kandungan protein yang tinggi).Mula-mula

cairan ekstraselular menjadi hipotonik dibandingkan intraseluler sehingga terjadi

pergeseran air dari ruang intaseluler ke ekstraseluler. Meskipun tanda-tanda akibat

kehilangan cairan ekstraseluler per unit cairan yang hilang berkurang, air yang

tertarik keluar dari otak dan pelisutan jaringan serebral dapat menyebabkan

pendarahan dibeberapa bagian otak dan menimbulkankejang.

b. Renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan

kecil, tekanan darah menurun, lemas, kesadaran menurun (apatis, somnolen,

sopor).

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia,

perubahan elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim

lactase.

f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

g. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik) tampak pucat dengan

pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Pada awalnya muntah

dapat menyebakan alkalosis metabolik disertai peningkatan pH dan bikarbonat

(HCO3). Muntah yang lama dapat menyebabkan kehilangan basa dan dapat terjadi

asidosis metabolik. Diare dapat menyebabkan asidosis metabolik disertai

penurunan pH dan HCO3. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak

Page 7: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

dapat dikeluarkan (karena oliguria/ anuria), perpindahan ion natrium dan cairan

ektrasel kedalam intrasel dan penimbunan asam laktat (anoreksia jaringan).

D.Pathway dan Masalah Keperawatan

Merangsang pusat

pengaturan suhu

Hipertermi

Membutuhkan perawatan di rumah sakit

Hospitalisasi

Cemas

Bakteri/ mikroorganisme masuk ke dalam saluran

intestinal

Eksotoksin

Merusak sel mukosa intestinal

Mengganggu absorbsi

usus

Sekresi berlebihan cairan dan elektrolit

Feces mengandung

cairan

Peningkatan isi rongga usus

Dehidrasi

Syok hipovolemik

Kematian

Inflamasi pada lambung

Mual muntah

Nafu makan

menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Diare

Kehilangan cairan dan elektrolit

Kurang volume

cairan

Stres, ketakutan, cemas

Merangsang saraf parasimpatis usus

Meningkatkan motilitas

usus

Hperperistaltik

Penyerapan pada kolon berkurang

Feces banyak

mengandung air

Sering BAB

Feces mengandung asam laktat

Iritasi kulit dan anus

Gangguan integritas kulit

Page 8: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada gastroenteritis adalah kultur tinja,

pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin dan glukosa serta pemeriksaan tinja yang

meliputi pH, leukosit ,ada tidaknya darah dalamtinja

1)      Riwayat alergi pada obat-obatan

2)      kultur feses (untuk menentukan patogen)

3)      Pemeriksaan Elektrolit, BUN, kreatinin dan tinja

4)      Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa

5) Hematest feses (untuk memeriksa adanya darah)

6) Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus,

7) Antigen imunoessai enzim (untuk memastikan rotavirus),

8) Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit.

9) Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi, organisme shigella

keluar melalui urin),

10) DL (untuk menentukan penyebab).

F. Manifestasi Klinis

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair,

mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi

asam.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila telah banyak

kehilangan air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi

ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan

bibir kering.

Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997) dikutip dari Suriadi

dan Yuliani (2001):

a. Dehidrasi ringan: berat badan menurun 3-5% dengan volume cairan yang hilang <

50 ml/ kg BB.

Page 9: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

b. Dehidrasi sedang: berat badan menurun 6-9% dengan volume cairan yang hilang

50-90 ml/ kg BB.

c. Dehidrasi berat: berat badan menurun > 10% dengan volume cairan yang hilang

>100 ml/ kg BB.

G. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Bayi (0 – 1 Tahun)

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian

tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh

kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000, dikutip dari A. Aziz Alimul

Hidayat, 2005).

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang

dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan berlainan

dalam satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan tersebut merupakan suatu

kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh akan tetapi masih saling

berhubungan satu dengan yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi

perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun

individu, sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan

bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi mulai dari pertumbuhan

dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa

pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran

besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.

Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari

kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung,

membaca dan lain-lain, sedangkan perkembangan secara emosional anak dapat

dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak.

- Pertumbuhan dan perkembangan usia 8-12 bulan

Pada usia ini pertumbuhan BB dapat mencapai 3 kali BB lahir apabila

mencapai usia satu tahun dan pada pertambahan BB per bulan sekitar 350-450 gram

pada usia 7-9 bulan dan 250-350 gram/ bulan pada usia 10-12 bulan apabila dalam

Page 10: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

pemenuhan gizi yang baik dna pertumbuhan TB sekitar 1,5 kali TB pada saat lahir,

pada usia satu tahun penambahan TB tersebut masih stabil dan diperkirakan TB

akan mencapai 75 cm.

Secara umum perkembangan bayi pada tahun pertama adalah terjadi

peningkatan beberapa organ fisik/ biologis seperti ukuran panjang badan pada tahun

pertama penambahan kurang lebih (25-30 cm), peningkatan jaringan subkutan,

perubahan pada fontanel anterior menutup pada usia 9-18 bulan perubahan pada

lingkar kepala dan lingkar dada, di mana lingkar kepala sama besar dan pada usia

satu tahun terjadi perubahan, pada akhir tahun pertama terjadi perubahan berat otak

anak menjadi 25% berat otak orang dewasa, pertumbuhan gigi dimulai dari gigi

susu pada umur 5-9 bulan.

- Perkembangan, Motorik, Bahasa dan Adaptasi Sosial

Pada perkembangan motorik kasar dapat terjadi kemampuan diawali dengan

duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2

detik dan berdiri sendiri. Kemudian pada motorik halus mencari atau meraih benda

kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan

mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dna mampu

menaruh benda atau kubus ketempatnya.

Pada perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa mama yang

belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik , dapat

mengucapkan 1-2 kata, sedangkan perkembangan adaptasi sosial dimulai

kemampuan untuk bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum

dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, main-main bola atau lainnya dengan

orang.

H. Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang terjadi karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk dirawat di rumah sakit, menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Penyebab

hospitalisasi pada anak adalah psikososial berpisah dengan orang tua, anggota

keluarga lain, teman, rasa cemas, penyebab fisiologis dan gangguan fungsi (kurang

Page 11: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

tidur, nyeri, imobilisasi, tidak dapat mengontrol diri, lingkungan asing, kebiasaan

sehari-hari berubah dan pemberian obat).

Reaksi anak saat dirawat di rumah sakit pada bayi (0-1 tahun), stress bila

berpisah dengan orang tua yang berarti baginya, bayi kurang dari 6 bulan belum

dapat mengungkapkan apa yang dirasakan, sedangkan bayi 8 bulan atau lebih akan

merasakan stranger anxiety. Kecemasan saat berpisah, respon perilaku yang

ditimbulkan, dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase protes, fase putus asa dan fase

menyesuaikan. Fase protes berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari dengan

menunjukan perilaku nenangis kuat, berhenti bila lelah, menjerit mencari orang tua

dengan pandangan mata, menolak dan menghindari orang yang tidak dikenal,

menendang, menggigit, memukul dan mencakar. Fase putus asa (despair) atau

menolak (denial), anak akan berhenti menangis, tidak aktif, menarik diri, sedih, tidak

interest, tidak mau berbicara, tingkah laku kembali pada perkembangan sebelumnya,

anak menolak untuk beraktifitas makan dan minum. Fase menyesuaikan diri

(detachment) rasa interest dengan lingkungan meningkat dan tidak mau berinteraksi

dengan orang yang tidak dikenal.

I. Terapi

1. Terapi

a. Cairan per oral.

Penanganan fokus pada penyebab. Pada klien dengan dehidrasi ringan dan

sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO,

K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,

atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan

garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas

adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah

dehidrasi lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat

badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai

dengan umur.

Page 12: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

2. Diatetik ( pemberian makanan ).

Terapi diatetik dalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien

dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Pada

bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI. Makanan harus

diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk

pada status gizi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu memberikan bahan makanan

yang mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus

bersih.

3. Obat-obatan.

a. Obat anti sekresi

b. Obat anti spasmolitik

c. Obat antibiotik: umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila

penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari. Juga

diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis, bronkhitis atau

BrPn

Obat-obat antidiare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat,

kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin

dan klorpromazin. Tidak satupun obat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata

untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-

oba ini tidak boleh diberikan pada anak-anak < 5 tahun.

J. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data dan penentuan

masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan

observasi. Pengkajian meliputi:

1. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)

2. Riwayat keperawatan: pada awal serangan, anak cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat, anoreksia, kemudian timbul diare. Keluhan utama: Feses semakin cair,

muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB

menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, mata cekung, tonus otot dan tugor

Page 13: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4

kali dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu mencakup riwayat penyakit yang diderita klien dan

riwayat pemeriksaan imunisasi.

4. Riwayat psikososial keluarga dirawat akan menjadi stessor anak itu sendiri

maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang itu tidak mengetahui

prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari, mereka akan bereaksi dengan

marah dan merasa bersalah.

5. Kebutuhan dasar yang perlu digali adalah pola eliminasi seperti BAB lebih dari 4

kali sehari dan BAK sering: pola nutrisi diawali dengan mual, muntah, anoreksia,

menyebabkan penurunan berat badan pasien. Pola tidur dan istirahat, akan

terganggu karena adanya distensi abdomen yang menimbulkan rasa tidak nyaman,

dan pola hygiene, kebiasaan mandi anak setiap hari.

6. Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada anak keadaan umum tampak lemah,

kesadaran composmentis sampai dengan koma, suhu tubuh meningkat, nadi cepat

dan lemah, pernapasan agak cepat, pemeriksaan sistematis. Inspeksi: mata cekung,

ubun-ubun cekung, anus kemerahan. Palpasi: turgor kulit kering, perkusi: adanya

distensi abdomen. Auskultasi: bising usus meningkat.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan

encer.

2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

3. Risiko infeksi pada orang lainberhubungan dengan terinfeksi kuman diare atau

kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya

intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.

6. Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan

kondisi sakit.

Page 14: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

L. Intervensi Keperawatan

- Intervensi Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan

encer.

Tujuan: Meningkatkan hidrasi, keseimbangan cairan dan elektrolit dapat

dipertahankan dalam batas normal.

Kriteria hasil: Pengeluaran urine sesuai, pengisisan kembali kapiler (capillery

refill) kurang dari dua detik, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, dan

berat badan tidak menunjukkan penurunan.

Intervensi:

a.Kaji status hidrasi; ubun-ubun, mata, turgoe kulit dan membran mukosa.

b.Kaji pengeluaran urine; gravitasi atau berat jenis urine (1.005-1.020) atau

sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam.

c.Kaji pemasukan dan pengeluaran urine.

d.Monitor tanda-tanda vital.

e.Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Hematokrit, pH, dan

serum albumin.

f.Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan

parenteral bila indikasi).

g.Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.

h.Anak diistirahatkan.

2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

Tujuan: Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit, kulit utuh.

Kriteria hasil: kulit utuh dan tidak lecet.

Intervensi:

a.Kaji kerusakan kulit atau iritasi disetiap buang air besar.

b.Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk membersihkan

anus setiap buang air besar.

c.Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.

d.Ganti popok/ kain apabila lembab atau basah.

Page 15: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

e.Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal.

3. Risiko infeksi pada orang lainberhubungan dengan terinfeksi kuman diare atau

kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.

Tujuan: Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi.

Kriteria hasil: tidak terjadi penularan diare pada orang lain.

Intervensi:

a.Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung.

b.Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan pada tempat

yang khusus.

c.Gunakan standar pencegahan universal (seperti; gunakan sarung tangan dan

lain-lain)

d.Tempatkan pada ruangan yang khusus.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya

intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.

Tujuan: Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum.

Kriteria hasil: Berat badan dalam batas normal, dan tidak terjadi kekambuhan

diare.

Intervensi:

a.Timbang berat badan anak setiap hari.

b.Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).

c.Setelah rehidrasi, berikan minum oral dengan sering dan makanan yang sesuai

dengan diit dan usia atau berat badan anak.

d.Hindari minuman buah-buahan.

e.Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.

f.Bagi bayi, ASI tetap diteruskan.

g.Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa.

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.

Tujuan: Meningkatkan pengetahuan orang tua.

Kriteria hasil: Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.

Page 16: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

Intervensi:

a.Kaji tingkat pemahaman orang tua.

b.Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare.

c.Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari

kontaminasi.

d.Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.

e.Jelaskan pentingnya kebersihan.

6. Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan

kondisi sakit.

Tujuan: Menurunkan rasa takut/ cemas pada anak dan orang tua.

Kriteria hasil: orang tua aktif merawat anak, bertanya dengan perawat atau

dokter tentang kondisi dan klarifikasi, dan anak tidak menangis.

Intervensi:

a.Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas;

dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati, dan sentuhan terapeutik.

b.Gunakan komunikasi terpeutik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.

c.Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua.

d.Libatkan orang tua dalam perawatan anak.

e.Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan.

- Pelaksanaan Keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

dengan melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini, perawat

harus mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan

pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman

tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.

Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis

mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, A.A. A, 2008: hal. 122).

Page 17: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

- Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria

hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Carol, 1998). Kemampuan yang harus

dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi

keperawatan, kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai

serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu:

1.Evaluasi formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan

intervensi dengan respon segera.

2.Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status

klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap

perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang

mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak

tercapai atau tercapai sebagian.

a.Tujuan tercapai

Tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan

yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

b.Tujuan tercapai sebagian

Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara

keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya,

seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah makan

bahkan kadang-kadang muntah.

c.Tujuan tidak tercapai

Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearah

kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

Page 18: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

DAFTAR PUSTAKA

            Brunner dan Suddarth,  2002,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 2, Volume 1, EGC, Jakarta

            Carpenito, I.J, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester, SKP, Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

            Doengoes, ME, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, Jakarta

            Hardja Saputra, 2002, Daftar Obat di Indonesia, Edisi 10, Grafidian Medipress

            Kim, M.J, dkk, 2003, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 5, EGC, Jakarta

Page 19: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONSEP DASAR

A.Definisi…………………………………………………………………….

B.Etiologi…………………………………………………………….............

C.Patofisiologi…………………………………………………………….....

D.Pathway dan Masalah Keperawatan………………………………………

E.Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………...

F.Manifestasi Klinis………………………………………………………....

G.Konsep Pertumbuhandan Perkembangan Anak Usia Bayi (0-1 Tahun)…..

H.Konsep Hospitalisasi Pada Anak………………………………………….

I.Terapi……………………………………………………………………...

J.Pengkajian Keperawatan………………………………………………….

K.Diagnosa Keperawatan……………………………………………………

L.Intervensi Keperawatan…………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Kelompok 2. Makalah Gastroenteritis