bab i versi 2.docx

35
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan Matra merupakan upaya kesehatan khusus yang diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna. Keperawatan merupakan Suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- sosial-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Keperawatan dalam konteks kesehatan matra/ kesehatan lapangan, merupakan bentuk khusus pelayanan keperawatan yang difokuskan kepada penanganan masalah keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat, serta muncul sebagai akibat lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Upload: iip-sanes-saepudin

Post on 10-Dec-2015

103 views

Category:

Documents


45 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I versi 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan Matra merupakan upaya kesehatan khusus yang

diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam

lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna.

Keperawatan merupakan Suatu bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual

yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat,

baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.

Keperawatan dalam konteks kesehatan matra/ kesehatan lapangan,

merupakan bentuk khusus pelayanan keperawatan yang difokuskan kepada

penanganan masalah keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga,

masyarakat, serta muncul sebagai akibat lingkungan matra yang serba berubah

secara bermakna

B. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami tentang pelaksanaan penanggulangan

bencana dan management dalam bencana.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep biomekanikal

trauma yang mengakibatkan luka, fraktur, ruptur pembuluh darah dan

tendon.

b. Untuk mengetahui tentang resiko gangguna fungsi vital dan ancaman

kematian yang dapat terjadi pada korban bencana.

c. Untuk mengetahui langkah initial assessement pada korban bencana.

d. Agar mahasiswa mampu memberikan penanganan korban di

lapangan.

e. Untuk mengetahui reevaluasi korban setelah dilakukan penanganan.

Page 2: BAB I versi 2.docx

f. Untuk mengetahui rencana evakuasi dan hospitalisasi

g. Agar mahasiswa dapat menganalisis penyebab bencana dan

dampaknya terhadap kehidupan individu/korban bencana.

h. Untuk dapat mengidentifikasi antemortem dan post mortem.

C. METODE PENULISAN

Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-

sumber pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet,

Jurnal dan beberapa literatur yang ada. Kemudian kami saling

menghubungkan satu sama lain dalam pembahasan sehingga menjadi

karangan lengkap, objektif dan akurat.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,

metode penulisan dan sistematika penulisan

2. Bab II yaitu pembahasan mengenai Tinjauan Teori dan pembahasan kasus

simuasi penanggulangan bencana.

3. Bab III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 3: BAB I versi 2.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR

1. Biomekanikal trauma yang mengakibatkan luka, fraktur, ruptur pembuluh

darah dan tendon.

a. Definisi Biomekanik

Menurut Kamus Kesehatan (2010), biomekanik adalah

penggunaan kekuatan mekanik pada organisme hidup

dan penyelidikan efek interaksi-interaksi kekuatan tubuh atau

sistem; termasuk kekuatan yang timbul dari dalam dan luar.

Pate dkk (1984) mengemukakan bahwa; ”biomekanika adalah

suatu subdisiplin ilmu yang berhubungan dengan aplikasi dari prinsip-

prinsip ilmu fisika yang mempelajari gerak pada setiap bagian dari

tubuh manusia (Pate, 1984).

Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi

sistem biologi dengan menggunakan pengetahuan dan metode

makanika (Hatze, 2005).

Biomekanik trauma adalah proses/mekanisme kejadian

kecelakaan pada saat sebelum, saat dan sesudah kejadian (BTLS,

2011).

b. Fungsi Biomekanik

Keuntungan mempelajari biomekanik adalah dapat

memprediksi kemungkinan bagian tubuh atau organ yang terkena

cedera. Pengetahuan akan biomekanik trauma penting karena akan

membentu dalam mengerti akibat yang ditimbulkan trauma dan

waspada terhadap jenis perlukaan tertentu.

Biomekanika trauma penting dipelajari karena akan membantu

dalam :

1) Akibat yang ditimbulkan trauma

Page 4: BAB I versi 2.docx

2) Waspada terhadap jenis perlukaan yang diakibatkan trauma.

c. Klasifikasi Trauma

Mekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

tumpul, tembus, termal dan ledakan (Blast Injury). Pada semua kasus

diatas terjadi pemindahan energi (Transfer energy) kejaringan, atau

dalam kasus trauma thermal terjadi perpindahan energi (panas /dingin)

kejaringan.

Pemindahan energi (transfer energy) digambarkan sebagai

suatu gelombang kejut yang bergerak dengan kecepatan yang

bervariasi melalui media yang berbeda-beda. Teori ini berlaku untuk

semua jenis gelombang seperti gelombang suara, gelombang tekanan

arterial, seperti contoh shock wave yang dihasilkan pada hati atau

korteks tulang pada saat terjadi benturan dengan suatu objek yang

menghasilkan pemindahan energi. Apabila energi yang dihasilkan

melebihi batas toleransi jaringan, maka akan terjadi disrupsi jaringan

dan terjadi suatu trauma.

1) Trauma Tumpul

Penyebab terbanyak dari trauma tumpul adalah kecelakaan

lalu lintas. Namun, pada kasus ini yang terjadi adalah kecelakaan

pesawat yang menabrak gedung FIKES di kampus UPNVJ Limo,

maka penderita yang berada didalam pesawat akan mengalami

beberapa benturan (collision) berturut-turut sebagai berikut :

a) Primary Collision

Terjadi pada saat pesawat baru menabrak, dan penderita masih

berada pada posisi masing-masing. Tabrakan dapat terjadi

dengan cara :

a. Tabrakan depan (frontal)

b. Tabrakan samping (T-Bone)

c. Tabrakan dari belakang

d. Terbalik (roll over)

Page 5: BAB I versi 2.docx

b) Secondary Collision

Setelah terjadi tabrakan penderita menabrak bagian dalam

pesawat. Perlukaan yang mungkin timbul akibat benturan akan

sangat tergantung dari arah tabrakan.

c) Tertiary Collision

Setelah penderita menabrak bagian dalam pesawat, organ yang

berada dalam rongga tubuh akan melaju kearah depan dan

mungkin akan mengalami perlukaan langsung ataupun terlepas

(robek) dari alat pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut.

d) Subsidary Collision

Kejadian berikutnya adalah kemungkinan penumpang pesawat

yang mengalami tabrakan terpental kedepan atau keluar dari

mobil. Selain itu barang- barang yang berada dalam mobil

turut terpentan dan menambah cedera pada penderita.

2) Trauma ledakan (Blast Injury)

Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari

suatu bahan dengan volume yang relatif kecil, baik padat, cairan atau

gas, menjadi produk-produk gas. Produk gas ini yang secara cepat

berkembang dan menempati suatu volume yang jauh lebih besar dari

pada volume bahan aslinya. Bilamana tidak ada rintangan,

pengembangan gas yang cepat ini akan menghasilkan suatu

gelombang tekanan (shock wave). Trauma ledakan dapat

diklasifikasikan dalam 3 mekanisme kejadian trauma yaitu primer,

sekunder dan tersier.

a) Trauma ledak primer

Merupakan hasil dari efek langsung gelombang tekanan dan

paling peka terhadap organ – organ yang berisi gas. Membrana

timpani adalah yang paling peka terhadap efek primer ledak dan

mungkin mengalami ruptur bila tekanan melampaui 2 atmosfir.

Jaringan paru akan menunjukan suatu kontusi, edema dan

rupture yang dapat menghasilkan pneumothoraks.

Page 6: BAB I versi 2.docx

Ruptur alveoli dan vena pulmonaris dapat menyebabkan emboli

udara dan kemudian kematian mendadak. Pendarahan intraokuler

dan ablasio retina merupakan manifestasi okuler yang biasa terjadi,

demikian juga ruptur intestinal.

b) Trauma ledak sekunder

Merupakan hasil dari objek-objek yang melayang dan kemudian

menmbentur orang disekitarnya.

c) Trauma ledak tersier

Terjadi bila orang disekitar ledakan terlempar dan kemudian

membentur suatu objek atau tanah. Trauma ledak sekuder dan

tertier dapat mengakibatkan trauma baik tembus maupun tumpul

secara bersamaan.

3) Trauma Tembus (Penetrating Injury)

a) Senjata dengan energi rendah (Low Energy)

Contoh senjata dengan energi rendah adalah pisau dan alat

pemecah es. Alat ini menyebabkan kerusakan hanya karena ujung

tajamnya. Karena energi rendah, biasanya hanya sedikit

menyebabkan cidera sekunder. Cedera pada penderita dapat

diperkirakan dengan mengikuti alur senjata pada tubuh. Pada luka

tusuk, wanita mempunyai kebiasaan menusuk kebawah, sedangkan

pria menusuk keatas karena kebiasaan mengepal.

Saat menilai penderita dengan luka tusuk, jangan diabaikan

kemungkinan luka tusuk multipel. Inspeksi dapat dilakukan

dilokasi, dalam perjalanan ke rumah sakit atai saat tiba di rumah

sakit, tergantung pada keadaan disekitar lokasi dan kondisi pasien.

b) Senjata dengan energi menengah dan tinggi (medium and high

energy)

Senjata dengan energi menengah contohnya adalah pistol,

sedangkan senjata dengan energi tinggi seperti senjata militer dan

senjata untuk berburu. Semakin banyak jumlah mesiu, maka akan

semakin meningkat kecepatan peluru dan energi kinetiknya.

Kerusakan jaringan tidak hanya daerah yang dilalui peluru tetapi

Page 7: BAB I versi 2.docx

juga pada daerah disekitar alurnya akibat tekanan dan regangan

jaringan yang dilalui peluru. Peluru akibat senjata energi tinggi dan

menengah juga menyebabkan kavitasi / rongga yang lebih besar

dari lubang masuknya. Untuk senjata dengan energi menengah

biasanya menyebabkan kavitasi 3-6 kali dari ukuran frontal peluru,

sedangkan untuk energi tinggi akan lebih besar lagi, demikian juga

kerusakan jaringan yang ditimbulkannya akan lebih besar lagi.

Hal-hal lain yang mempengaruhi keparahan cidera adalah

hambatan udara dan jarak. Tahanan udara akan memperlambat

kecepatan peluru. Semakin jauh jarak tembak, akan semakin

mengurangi kecepatan peluru, sehingga kerusakan yang

ditimbulkannya akan berkurang. Sebagian kasus penembakan

dilakukan dari jarak dekat dengan pistol, sehingga memungkinkan

cedera serius cukup besar.

d. Biomekanikal trauma yang mengakibatkan luka, fraktur, ruptur

pembuluh darah dan tendon.

1) Tabrakan Kendaraan

a) Tabrakan depan / Frontal

Benturan frontal adalah tabrakan / benturan dengan

benda didepan kendaraan, yang secara tiba-tiba mengurangi

kecepatannya, sehingga secara tiba-tiba kecepatannya

berkurang. Pada suatu tabrakan frontal dengan penderita

tanpa sabuk pengaman, penderita akan mengalami beberapa

fase sebagai berikut :

Fase 1

Bagian bawah penderita tergeser kedepan, biasanya lutut

akan menghantam dash board dengan keras yang

menimbulkan bekas benturan pada dashboard tersebut.

Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

a. Patah tulang paha karena menahan beban berlebihan

b. Dislokasi sendi panggul karena terdorong kedepan

sehingga lepas dari mangkuknya.

Page 8: BAB I versi 2.docx

c. Dislokasi lutut atau bahkan Patah tulang lutut karena

benturan yang keras pada dash board

Fase 2

Bagian atas penderita turut tergeser kedepan sehingga dada

dan atau perut akan menghantam setir.

Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

a. Cedera abdomen sampai terjadinya perdarahan dalam

karena terjadinya perlukaan/ruptur pada organ seperti

hati, limpa, lambung dan usus.

b. Cedera dada seperti patah tulang rusuk dan tulang dada.

c. Selain itu ancaman terhadap organ dalam rongga dada

seperti paru-paru, jantung, dan aorta.

Kepala hiperfleksi fraktur servikal

Page 9: BAB I versi 2.docx

Fase 3

Tubuh penderita akan naik, lalu kepala membentur kaca

mobil bagian depan atau bagian samping.

Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

a. Cedera kepala (berat, sedang, ringan)

b. Patah tulang leher (fraktur servikal)

Fase 4

Setelah muka membentur kaca, penderita kembali terpental

ketempat duduk. Perlu mendapat perhatian khusus apabila

kursi mobil tidak tersedia head rest karena kepala akan

melenting dibagian atas sandaran kursi. Kondisi akan

semakin parah apabila penderita terpental keluar dari

kendaraan

Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

a. Patah tulang belakang (servikal-koksigis) karena proses

duduk yang begitu cepat sehingga menimbulkan beban

berlebih pada tulang belakang.

b. Patah tulang leher karena tidak ada head rest

c. Multiple trauma apabila penderita terpental

d. keluar dari kendaraan.

Page 10: BAB I versi 2.docx

b) Tabrakan dari belakang (Rear Collition)

Tabrakan dari belakang mempunyai biomekanik

tersendiri. Biasanya tabrakan seperti ini terjadi ketika

kendaraan berhenti atau pada kendaraan yang kecepatannya

lebih lambat. Kendaraan tersebut berikut penumpangnya

mengalami percepatan (akselerasi) kedepan oleh perpindahan

energi dari benturannya. Badan penumpang akan

terakselerasi kedepan sedangkan kepalanya seringkali tidak

terakselerasi sehingga akan mengakibatkan hiperekstensi

leher. Hal ini akan diperparah apabila sandaran kursi

kendaraan tidak memiliki head rest sehingga struktur penunjang

leher mengalami peregangan yang berlebihan dan menyebabkan

terjadinya whiplash injury (gaya pecut).

Gambar : Scenario of Whiplash Injury

Kemungkinan cedera yang akan terjadi : Fraktur Servical

c) Tabrakan dari samping (Lateral

Collition)

Tabrakan samping

seringkali terjadi diperempatan

yang tidak memiliki rambu-rambu

lalulintas. Benturan lateral adalah

tabrakan / benturan pada bagian

samping kendaraan, yang

mengakselerasi penumpang

menjauhi titik benturan. Benturan seperti ini adalah penyebab

Page 11: BAB I versi 2.docx

kematian kedua setelah

benturan frontal . 31 %

dari kematian karena

tabrakan kendaraan

terjadi sebagai akibat

dari tabrakan / benturan

lateral. Banyak tipe

trauma yang terjadi pada

tabrakan lateral sama dengan yang terjadi pada ttabrakan

frontal. Selain itu trauma kompreasi pada tubuh dan felvis juga

sering terjadi. Trauma internal terjadi pada sisi yang sama

dimana lokasi yang tertabrak, seberapa dalam posisi melesaknya

kabin penumpang, posisi penumpang / pengemudi, dan

lamanya. Pengemudi yang tertabrak pada posisi pengemudi

kemungkinan terbesar mengalami trauma pada sisi kanan

tubuhnya demikian juga sebaliknya pada penumpang.

Kemungkinan cedera yang akan terjadi :

a. Fraktur servical

b. Fraktur iga

c. Trauma paru

d. Trauma hati / limpa

e. Trauma pelvis

f. Trauma skeletal

d) Terbalik (Roll Over)

Pada kendaraan yang terbalik, penumpangnya dapat

mengenai / terbentur pada semua bagian dari kompartemen

penumpang. Jenis trauma dapat diprediksi dengan mempelajari

titik benturan pada kulit penderita.sebagai hukum yang umum,

dalam kejadian terbaliknya kendaraan maka terjadi beberapa

gerakan yang dahsyat, dapat menyebabkan trauma yang serius.

Ini lebih berat bagi penumpang yang tidak memakai sabuk

pengaman. Dalam menangani kasus seperti ini harus lebih

Page 12: BAB I versi 2.docx

berhati-hati karena semua bagian bisa mengalami cedera baik

yang kelihatan atau tidak kelihatan.

Kemungkinan cedera yang akan terjadi:

a. Multiple trauma

b. Waspadai kemungkinan cedera tulang belakang dan fraktur

servikal

e) Terlempar keluar (ejeksi)

Trauma yang dialami penumpang dapat lebih berat bila

terlempar keluar dari kendaraan. Kemungkinan terjadinya

trauma meningkat 300 % kalau penumpang terlempar keluar.

Petugas gawat darurat yang

memeriksa penderita yang

terlempar keluar harus lebih

teliti dalam mencari trauma

yang tidak tampak.

Kemungkinan cedera yang

akan terjadi :

a. Multiple trauma

b. Trauma kepala

c. Trauma organ dalam

d. Fraktur servikal

Page 13: BAB I versi 2.docx

2) Tabrakan / benturan organ (perlukaan organ)

Ketika terjadi tabrakan / benturan selain tubuh yang

membentur /menabrak, organ bagian dalam pun turut menabrak

dinding tubuh dan sebagian mengalami kompresi.

Organ dalam tubuh dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a) Organ solid, seperti : Otak, hati, limpa, jantung dan paru-paru

b) Organ berrongga, seperti : usus dan lambung

Ketika terjadi benturan / tabrakan organ-organ tersebut dapat

mengalami perlukaan. Perlukaan organ dalam dapat terjadi melalui

mekanisme :

a) Benturan langsung

Trauma organ dalam terjadi ketika terjadi benturan

langsung terhadap pelindung

organ tersebut. Misalnya

benturan terhadap kepala dapat

mengakibatkan perlukaan pada

otak berupa memar atau

robekan. Pada kasus lain otak

menghantam dinding / tulang

tengkorak yang mengakibatkan

terjadinya perdarahan pada otak.

b) Decceleration dan acceleration injury

Pada decceleration injury ketika terjadi benturan organ

dalam melaju kedepan (pada

tabrakan frontal) dan robek

pada ikatan yang

mengikatnya. Sebagai contoh

jantung akan terlepas dari

ikatannya dan terjadi ruptur

aorta. Sedangkan pada

acceleration injury contohnya

adalah wiplash injury pada benturan / tabrakan dari belakang.

Page 14: BAB I versi 2.docx

c) Trauma kompresi

Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan

berhenti bergerak, sedangkan

bagian dalam tetap bergerak

kedepan. Organ-organ terjepit

dari belakang oleh bagian

belakang dinding

torakoabdominal dan kulumna

vetrebralis, dan didepan oleh

struktur yang terjepit.

Pada organ yang berongga

dapat terjadi apa yang disebut dengan efek kantong kertas (paper

bag effect) yaitu seperti mainan anak-anak dimana kantong kertas

ditiup dan ditutup lalu dipukul untuk mendapat efek ledakan.

Organ berongga tersebut usus dan lambung.

d) Trauma karena sabuk pengaman

Sabuk pengaman sudah terbukti dalam memberikan

pertolongan menyelamatkan

penumpang. Jika digunakan

dengan benar sabuk pengaman

mengurangi kematian sampai 65-

75 % dan mengurangi trauma berat

sampai dengan sepuluh kali.

Tekanan safety belt pada

perut bisa mengakibatkan rupture

organ dalam perut. Oleh karena itu dalam melepas sabuk

pengaman harus hati-hati, jangan melepas secara mendadak.

Karena sabuk pengaman bisa berfungsi sebagai tampon. Apabila

dibuka secara mendadak artinya tampon dibuka sehingga akan

terjadi perdarahan hebat.

Page 15: BAB I versi 2.docx

e) Trauma pada pejalan kaki

Di Amerika Serikat lebih dari 7000 pejalan kaki meninggal

setiap tahun setelah tertabrak kendaraan bermotor, 110.000 korban

lainnya mengalami trauma serius setelah tabrakan tersebut. Trauma

yang dialami pejalan kaki pada umumnya meliputi kepala, thorak,

dan ekstremitas bawah. Terdapat 3 fase benturan yang dialami pada

saat pejalan kaki tertambrak :

a. Benturan dengan bemper

Tinggi bemper versus ketinggian penderita merupakan faktor

kritis dalam trauma yang terjadi. Pada orang dewasa dengan

posisi berdiri, benturan awal dengan bemper biasanya mengenai

tungkai, lutut dan pelvis. Anak – anak lebih mungkin terkena

pada bagian abdomen dan dada.

b. Benturan dengan kaca depan dan tutup mesin

Pada fase ini pejalan kaki melayang diatas mobil dan kemudian

membentur tutup mesin dan kaca depan kendaraan. Kejadian ini

mengakibatkan trauma dada dan kepala dengan tingkat

keparahan sesuai dengan kerasnya benturan.

c. Benturan dengan tanah / ground

Benturan dengan tanah mengakibatkan beberapa truma yaitu

fraktur servikal dan tulang belakang, trauma kepala dan

kompresi organ.

2. Resiko gangguan fungsi vital dan ancaman kematian yang dapat terjadi

pada korban bencana.

3. Langkah initial assessement pada korban bencana.

4. Penanganan korban di lapangan.

5. Reevaluasi korban setelah dilakukan penanganan.

6. Rencana evakuasi dan hospitalisasi

7. Analisis penyebab bencana dan dampaknya terhadap kehidupan

individu/korban bencana.

Page 16: BAB I versi 2.docx

8. Mengidentifikasi antemortem dan post mortem.

a) Ante Mortem

Dilakukan pembatasan area dengan menggunakan garis batas polisi

sehingga area TKP tidak terganggu dan dapat dilakukan labelling pada

korban dan dokumen misalnya dengan menggunakan nomor. (fase

scene of incident).

Ante mortem adalah data-data fisik khas korban sebelum

meninggal misalnya dari akaian atau aksesoris yang terakhir kali di

gunakan, barang bawaan, tanda lahir, tato, bekas lukka, cacat tubuh,

foto iri, berat badan, tinggi badan, serta sempel DNA. Data ini

biasanya di dapat dari keluarga, ataupun dari instansi dimana korban

pernah berhubungan selama hidup, misalnya keluarga memberikan

data fisik korban yang meliputi umur, warna kulit, ciri fisik, seperti

sidik jari, tanda lahir atau susunan gigi berdasarkan data dari dokter

gigi jika yang bersangkutan pernah melakukakan pemeriksaan gigi .

semua data ini akan di bandingkan dengan data pos mortem.

Page 17: BAB I versi 2.docx

b) Post Mortem

Data pos mortem adalah data data fisik yang di peroleh melalui

personal identifikasi setelah korban meninggal misalnya sidik jari,

golongan darah, konstruksi gigi, dan foto diri korban pada saat di

temukan lengkap dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan

sekitarnya termasuk isi kantong. Selain foto diri ada juga foto rontgen

ini untuk mengetahui apakah ada ciri khusus misalnya berupa pen

penyambung tulang. Ciri fisik yang spesifik akan sangat membantu

identifikasi korban.

Kemudian data – data dari ante dan post mortem di cocokan,

apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi

dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap disimpan sampai

di temukan data ante mortem yang sesuai, sebaliknya bila data yang

dibandingkan cocok maka identifikasi dikatakan positif

( reconcilliation) selanjutnya jenazah deserahkan pada pihak keluarga

untuk segera dimakamkan (returning to the family).

B. KASUS/SKENARIO SIMULASI PENANGGULANGAN BENCANA

1. Tinjauan Kasus

Pada hari senin, 15 September 2015, jam 09.00WIB terjadi becana

kecelakaan pesawat yang menimpa gedung FIKES di kampus UPNVJ

Limo degan posisi jatuhnya pesawat meukik. Pesawat merupakan pesawat

latihan degan jenis pesawat cassa yag diterbangkan olerh seorang siswa

penerbang, pada saat kejadian mahasiswa tingkat 2 sedang dalam kegiatan

tutorial di lantai 2, sementara siswa ada yang sedang bermain futsal di

lapanga dan berdiskusi di gazebo. Kejadian begitu cepat da tiba – tiba

sehingga personil tidak siap dan panik. korban jatuh berhamburan

terutama mahasiswa yang ada di lapangan , mahasiswa yang sedang tutor

di lantai 2, staf dosen yang sedang berada diruangan lantai 1. Petugas yang

selamat melaporkan kepada petugas bencana FIKES sehingga tim segera

datang dengan ambulance. Pada saat pendataan korban ditemukan:

Page 18: BAB I versi 2.docx

1) 10 korban dilantai 2 dari mahasiswa yang sedang kuliah ( 5 orang luka

berat, 5 orag luka ringan)

2) Kemungkinan sekitar 20 korban mengalami luka baik luka berat, ringan

maupun yang meninggal dilapangan

3) Semua korban belum mendapat pertolongan

Dari hasil triage di lapangan di dapatkan: 5 orang meninggal, 9 orang luka

berat ( patah tulang dan cidera kepala), tidak sadarkan diri 3 orang, 8 orang

luka sedang dan 5 orang luka berat.

2. Skenario Penanggulangan Bencana Oleh Kelompok II

Saat mendengar laporan dari petugas yang selamat Satgas bencana

FIKES segera datang dengan ambulance, tim melakukan koordinasi

dengan Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Petugas Satgas yang

berjumlah 25 orang membuat menjadi 3 tim yaitu tim TKP, tim posko dan

tim evakuasi. Dari 25 orang mahasiswa di bagi menjadi: 3 orang triage, 6

orang TKP, 9 orang evakuasi, dan 7 orang di posko.

Tiba di tempat kejadian tim Satgas becana FIKES mendirikan posko.

Petugas triage segera memasang bedera trige merah,kuning, hijau dan

hitam. Petugas triage segera memanggil korban degan cara” Bapak Ibu

yang masih bisa mendengar suara saya, harap berjalan menuju saya”

korban yang masih bisa merespon dan berjalan kearah petugas

dikategorikan bendera hijau.

Dari hasil triage didapat:

1. 12 orang mengalami henti nafas, luka berat cidera kepala berat, fraktur

servikal, patah tulang terbuka dengan perdarahan hebat, luka terbuka

pada daerah dada dan beberapa orang tidak sadarkan diri. (merah)

2. 8 orang luka sedang: patah tulang tertutup dan terbuka tanpa

perdarahan hebat (kuning)

3. 5 orang luka ringan: luka lecet, memar (hijau)

4. 5 orang meninggal (hitam)

Page 19: BAB I versi 2.docx

Initial assesment

Penolong memakai pelindung diri (masker, hadscoon), Waktu

penanganan pasien di TKP bervariasi tergantung dari kondisi korban .

Rata-rata untuk korban dengan bendera merah petugas memerlukan waktu

sekitar 15 menit sampai dengan stabil dibawa ke posko, korban dengan

bendera kuning petugas memerlukan waktu 5 menit, untuk korban dengan

bendera hijau, korban bisa langsung menuju sendiri ke posko atau di

bopong petugas, sehingga penanganan dilakukan langsung diposko,

korban meninggal dilakukan pendataan di ruang post mortem di posko

sampai dengan ada data ante mortem dari keluarga, sehingga fase dari

mulai korban ditemukan sampai dengan fase debriefing memerlukan

waktu yang tidak sama antara satu korban dengan korban yang lain.

Pada triage merah untuk pasien dengan heti nafas tindakan yang

dilakukan adalah memindahkan korban pada area yang aman dari

reruntuhan dan datar. Kami menemukan beberapa korban yang megalami

cidera kepala dan fraktur servikal. Kami terlebih dahulu menilai ABC

setelah itu kami mengamankan daerah servikal dengan menggunakan

neckcollar kemudian di sebelah kiri dan kanan kepala kami letakan bantal

pasir. mengecek kesadaran dengan cara kualitatif (Alert, verbal. Paint,

Unrespon), lakukan penilaian pasien terhadap airway, breathing dan

circulation untuk pasien-pasien yang mengalami henti napas dan henti

jantung dilakukan CPR dengan diawali kompresi 30:2 di daerah

midsternum dengan kedalaman 5cm dengan kecepatan 100x/menit

dilakukan selama 5 siklus sekitar 2 menit, setelah 5 siklus dievaluasi

ulang, apabila nadi karotis tidak ada napas tidak ada, maka teknik diulangi

dimulai dengan kompresi, apabila nadi karotis ada napas tidak ada maka

lanjutkan ventilasi, 1 ventiasi selama 6 detik, dan apabila nadi karotis

teraba napas ada posisikan pasien dengan posisi mantap.

Pada kasus cidera kepala berat dan fraktur servikal maka pasie

dilakukan penanganan pemasagan neck collar, terdahulu jelaskan kepada

pasien tentang kegunaan dari pemasangan neck collar, kemudian siapkkan

Page 20: BAB I versi 2.docx

neck collar sesuai ukuran leher pasien, hindari posisi tengkurap dan

trendelenburg, posisikan pasien dalam keadaan terlentang, dengan posisi

leher segaris atau anatomi, pemasangan harus dilakukan oleh 2 orang,

dengan cara pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian

kanan kepala mulai dari mandibula kearah temporal, demikian juga bagian

sebelah kiri dengan tangan yang lain dengan cara yang sama, kemudian

petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan kebagian

belakang leher dengan sedikit melewati leher, letakkan bagian neck collar

yang bertekuk tepat pada dagu, kemudian rekatkan 2 sisi neck collar satu

sama lain, bila ada bantal pasir pasang bantal pasir dikedua sisi kepala

pasien. cara dan alat untuk mengevakuasi korban.

Untuk korban yang mengalami luka terbuka dan perdarahan hebat

kami lakukan balut tekan dengan cara cek pulse, motorik, sensorik terlebih

dahulu. Kemudian letakkan kassa pada daerah perdarahan, letakan benda

keras diatas kassa kemudian balut kembali dengan elastis perban

kemudian cek kembali pulse, motorik, sensorik, bila terdapat tanda

nekrosis longgarkan balutan selama 5-10 menit dan biarkan terjadi

perdarahan, korban fraktur yang kami temukan cukup banyak yaitu 8

orang, 4 orang degan fraktur terbuka dan 4 orang dengan fraktur tertutup,

kami melakukan pembidaian dengan meggunakan prisip pembidaian yaitu

memeriksa pulsasi,motorik, sensorik sebelum memasang bidai, melakukan

traksi (menarik) manual secara perlahan, menutup luka terbuka dengan

kassa atau kain steril, memasang bidai dengan memfiksasi 2 sendi yang

berdekatan (sendi atas dan sendi bawah) memeriksa kembali pulse,

motorik, sensorik.

Pada triage hitam korban-korban yang meninggal dunia (bendera

hitam) dibawa keposko untuk didata. Data post mortem adalah data yang

didapatkan dari korban setelah meninggal, diantaranya adalah sidik jari,

DNA, kontuksi gigi, dan properti yang dipakai korban saat kejadian. Data

tersebut dicocokan dengan antemortem yang didapatkan dari keluarga

Page 21: BAB I versi 2.docx

ataupun perusahaan yang berhubungan dengan korban yang meliputi: foto,

tanda lahir, cacat fisik, tato, bekas luka, BB, TB.

Sementara tim yang berada diposko berkoordinasi untuk menyiapkan

membangun posko pengungsian dan fasilitas sanitasi, dapur sehat. Setelah

korban tiba diposko dilakukan reevaluasi dengan prinsip penilaian

meliputi airway, berathing, circulation, disability, esprosure bila tindakan

dilapangan yang masih perlu ditangani dilanjutkan penanganan diposko

sampai pasien benar-benar stabil dan aman untuk dievakuasi, evakuasi

dilakukan dengan cara koordinasi dengan puskesmas atau rumah sakit

terdekat yang mempunyai fasilitas untuk melakukan penanganan tindakan

lanjut seperti operasi dan perawatan intensif. Dengan teknik komunikasi

sesuai prosedur yang meliputi situasi latar belakang analisa dan

rekomendasi. Cara mengevakuasi korban yang dilakukan menggunakan

tandu dan ambulance ke rumah sakit pemerintah terdekat di daerah Limo

dan sekitarnya.

Page 22: BAB I versi 2.docx

BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Mahasiswa diharapkan dengan mudah memahami problema bencana yang di

hadapi oleh para tim medis, dan dapat menagulangi bencana dengan upaya –

upaya pencegahan dan pertolongan. Sehingga dapat meminimalisir korban

dalam suatu bencana.