bab i pendahuluan latar belakang thesis ini akan...

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Thesis ini akan mengkaji pengembangan kapasitas kelembagaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen yang dilakukan melalui pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPT- PK). Pengembangan kapasitas memainkan peranan penting dalam menunjang performa institusi menjadi lebih efektif, efisien dan responsif seperti dijelaskan Merilee S. Grindle (1997: 6) 1 : Capacity building is intended to encompass a variety strategies that have todo with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness of government peformance. Pengembangan kapasitas dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan merupakan hal yang krusial karena kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah berjalan di Indonesia berdasarkan update angka tingkat kemiskinan yang dikeluarkan BPS belum mampu menurunkan angka kemiskinan sesuai target yang diharapkan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2009-2014 menargetkan kemiskinan tahun 2014 sebanyak 8-10 persen dari total penduduk Indonesia. Namun, proyeksi terakhir mengarah 10,54-10,75 persen 2 .Sementara itu yang terjadi di Kabupaten Sragen angka kemiskinan yang ada masih cukup tinggi. 1 Merilee S. Grindle . Getting Good Government Capacity Building in The Public Sectors of Developing Countries.1997. Harvard University Press 2 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/20/0713236/Pemerintah.Gagal.Pangkas.Kemiski nan 1

Upload: tranxuyen

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Thesis ini akan mengkaji pengembangan kapasitas kelembagaan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen yang dilakukan melalui

pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPT-

PK). Pengembangan kapasitas memainkan peranan penting dalam menunjang

performa institusi menjadi lebih efektif, efisien dan responsif seperti

dijelaskan Merilee S. Grindle (1997: 6)1 :

Capacity building is intended to encompass a variety strategies that have todo with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness of government peformance.

Pengembangan kapasitas dalam kegiatan penanggulangan

kemiskinan merupakan hal yang krusial karena kegiatan penanggulangan

kemiskinan yang sudah berjalan di Indonesia berdasarkan update angka

tingkat kemiskinan yang dikeluarkan BPS belum mampu menurunkan

angka kemiskinan sesuai target yang diharapkan. Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2009-2014 menargetkan kemiskinan tahun 2014

sebanyak 8-10 persen dari total penduduk Indonesia. Namun, proyeksi

terakhir mengarah 10,54-10,75 persen2.Sementara itu yang terjadi di

Kabupaten Sragen angka kemiskinan yang ada masih cukup tinggi. 1 Merilee S. Grindle . Getting Good Government Capacity Building in The Public Sectors of Developing Countries.1997. Harvard University Press 2http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/20/0713236/Pemerintah.Gagal.Pangkas.Kemiskinan

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

2

Berdasarkan data BPS, Pada tahun 2012 angka kemiskinan di Kabupaten

Sragen adalah 16,72% lebih besar dari rata-rata angka kemiskinan di Jawa

Tengah yaitu sebesar 14,98%, apalagi jika dibandingkan dengan angka

nasional yaitu sebesar 11,6%3 . Maka sebagai bentuk pengembangan

kapasitas dalam penanggulangan kemiskinan, khususnya dalam hal

kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sragen di bawah kepemimpinan Bupati

Agus Fatchurahman menggagas dibentuknya Unit Pelayanan Terpadu

Penanggulangan Kemiskinan (UPT-PK).

Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

mendasar yang menentukan efektifitas penanggulangan kemiskinan. Terkait

dengan kelembagaan penanggulangan kemiskinan, secara nasional pada tahun

2001 -2002 melalui Keppres No 124/2001 jo. No 8/2002 jo.No 34/2002

dibentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan (Keanggotaan terdiri dari 11

menteri dan 1 kepala badan serta anggota non pemerintah lainnya). Kemudian

pada tahun 2005 disempurnakan melalui perpres No 54 /2005 tentang

pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (Keanggotaan

terdiri dari 19 Menteri dan 3 Kepala Badan serta anggota non pemerintah

lainnya. Kemudian pada tahun 2005 disempurnakan melalui perpres No

54/2005 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

(keanggotaan terdiri dari 19 menteri dan 3 kepala badan serta anggota non

pemerintah lainnya). Pada tahun 2009 disempurnakan melalui Perpres No

13/2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (keanggotaan

3 Sragen dalam Angka Tahun 2013,Bappeda Sragen

Page 3: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

3

terdiri dari 24 Menteri dan 3 Kepala Badan serta anggota non pemerintah

lainnya).

Hingga akhirnya pada tahun 2010 melalui Perpres No 15/2010 tentang

percepatan Penanggulangan Kemiskinan mengamanatkan pembentukan Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di Pusat dan Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di daerah.

Tim ini merupakan tim lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan

di tingkat provinsi, Kabupaten dan Kota untuk melakukan percepatan

Penanggulangan Kemiskinan di masing masing tingkat daerah yang

bersangkutan. Adapun struktur kelembagaan TKPKD kemudian diatur dalam

Permendagri No. 42 Tahun 2010.

TKPK di daerah ini merupakan lembaga yang bertugas melakukan

koordinasi dan pengendalian dari pelaksanaan program program kemiskinan

di daerah. Keberadaannya perlu dibentuk didaerah karena sejak otonomi

daerah peran pemerintah daerah (pemda) dalam penanggulangan kemiskinan

menjadi sangat signifikan. Sejumlah kebijakan pelayanan publik yang secara

langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat sejak itu diserahkan ke

tangan pemerintah daerah dalam upaya bersama untuk mengurangi

kemiskinan.

Adapun yang terjadi di Kabupaten Sragen, TKPK daerah yang telah

dibentuk kurang berfungsi optimal dan masih terbatas dalam fungsi

administratif. Fungsi Koordinasi yang didalamnya diharapkan terjadi

Page 4: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

4

harmonisasi dan sinkronisasi program belum dapat berjalan sesuai harapan.

Hal ini disebabkan keterbatasan anggaran serta personil yang terdiri dari

pejabat pemerintah di SKPD terkait banyak disibukan dengan tugas dan

fungsi pokok masing masing.4 Rapat koordinasi TKPKD yang melibatkan

banyak Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) telah dilaksanakan di

Kabupaten Sragen sebanyak 2 kali dalam setahun, dan mampu merumuskan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SKPD) namun yang terjadi

setelahnya, adanya kecenderungan SKPD terkait kembali dengan rutinitas

tugas pokok fungsi di SKPD nya masing masing dan melupakan tugas

tambahan terkait penanggulangan kemiskinan yang diamanatkan dalam rapat

koordinasi TKPKD sebelumnya5. Hal inilah yang menyebabkan peran

kelembagaan TKPKD di Kabupaten Sragen masih bersifat administratif dan

belum optimal. Hasilnya penanggulangan kemiskinan di Sragen masih

banyak yang bersifat parsial dan belum terkoordinasi dengan baik terutama

dalam hal pendataan KK Miskin.

Permasalahan dalam penanggulangan kemiskinan yang dihadapi

Pemerintah Kabupaten Sragen dari tahun ke tahun adalah belum

terintegrasinya (terpadu) pelaksanaan program program penanggulangan

kemiskinan yang ada6. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian PSSAT (Pusat

studi sosial Asia Tenggara) UGM tentang evaluasi efektivitas program

pengentasan kemiskinan di 15 kabupaten/ kota di Indonesia dimana

4 Hasil wawancara dengan Kepala UPT-PK Sragen 5 Hasil wawancara dengan Kabid Sosial Bappeda Sragen selaku salah satu Pokja dalam struktur TKPKD 6 Hasil wawancara dengan Kepala UPTPK Sragen

Page 5: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

5

menyebutkan bahwa lembaga lembaga yang bergerak dalam penanggulangan

kemiskinan baik pusat maupun daerah masih tetap memeragakan model

kebijakan yang tidak koordinatif dan parsial, baik dalam hal aturan, acuan,

kriteria penerima manfaat, dan pengelolaannya. Dampaknya adalah

implementasi program pengentasan kemiskinan belum bisa lepas dari

persoalan-persoalan usang seperti: ego sektoral, overlapping, ambiguitas

prosedur dan persolan sejenis yang menyulitkan proses penyaluran bantuan

secara efektif7.

Sebelum didirikan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan pelaksanaan program penangulangan kemiskinan masih tersebar

dan bediri sendiri sendiri baik yang ada di masing masing Satuan kerja

Pemerintahan Daerah (SKPD) maupun yang dilakukan pihak swasta melalui

CSR. Contohnya dalam hal bantuan bedah rumah ditangani oleh delapan

SKPD yang berbeda yaitu Dinas Pekerjaan Umum, BKBPMD, Bapeluh ,

Dinas Sosial dan Bappeda. Tiap SKPD memiliki data penerima bantuan yang

berbeda-beda sesuai dengan kriteria masing masing dan belum terintegrasi

dengan baik. Hal ini tentunya membawa permasalahan lanjutan dalam hal

efektivitas penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen.

Pertama masyarakat miskin kesulitan dalam hal memperoleh

informasi yang benar untuk mengadukan permasalahan kemiskinannya

karena tidak terintegrasinya program kemiskinan yang ada. Untuk satu jenis

7 hasil penelitian yang diadakan oleh PSSAT (Pusat studi sosial Asia Tenggara) UGM tentang evaluasi efektivitas program pengentasan kemiskinan di 15 kabupaten/ kota di Indonesia yang diadakan oleh selama satu tahun dari pertengahan 2011- pertengahan 2012

Page 6: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

6

bantuan seperti bedah rumah dikelola berbagai macam SKPD tentunya

dengan aturan, acuan, kriteria penerima manfaat, dan pengelolaan yang

berbeda dan belum terkoordinasi dengan baik. Kedua dalam hal birokrasi

pelayanan yang panjang dan berbelit. Masyarakat miskin yang ingin

mengurus layanan kesehatan harus ke Dinas Kesehatan, jika ingin mengurus

layanan pendidikan atau beasiswa siswa miskin harus ke dinas pendidikan.

Hal ini belum lagi ditambah dengan permasalahan lapangan seperti

kurangnya persyaratan, yang membuat KK Miskin harus bolak balik dan

tentunya memakan biaya yang tidak sedikit. Sebagai contoh untuk

mendapatkan Surat keterangan Tidak Mampu (SKTM) , dalam rangka

memperoleh bantuan pembebasan biaya pengobatan , masyarakat miskin

harus keluar-masuk 8 (delapan) kantor yaitu RT, kantor Desa, Puskesmas,

Kantor Kecamatan, Kantor KBPMD, DKK, BAPPEDA , Kembali lagi ke

DKK untuk menerima surat tersebut. Begitu pula untuk mendapatkan Surat

Bebas Biaya Pendidikan, seorang siswa miskin harus melalui 6 (enam) kantor

yaitu (RT,RW, kantor Desa, Kecamatan,KBPMD,Dinas Pendidikan).

Ketiga pelaksanaan program penanggulangan Kemiskinan yang tidak

terpadu dan parsial, baik dalam hal aturan, acuan, kriteria penerima

manfaat, dan pengelolaannya mengakibatkan data yang tidak seragam /

unified antara seluruh program penanggulangan kemiskinan yang ada.

Akibatnya tentu adalah permasalahan keempat yaitu bantuan yang tidak tepat

sasaran karena tiap SKPD memiliki acuan data sendiri tanpa adanya

instrumen yang valid untuk verifikasi maupun validasi data dari pemohon

Page 7: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

7

bantuan. Permasalahan yang kelima adalah dalam hal pendataan yang tidak

seragam , belum adanya database kemiskinan tunggal serta data penerimaan

bantuan yang sudah diterimakan kepada pemohon bantuan yang bisa diakses

secara terbuka. Maka sebagai bentuk peningkatan kapasitas pemerintah

Kabupaten Sragen dalam menanggulangi permasalahan dalam

penanggulangan kemiskinan diatas dibentuk Unit Pelayanan Terpadu

Penanggulanagan Kemiskinan (UPT-PK).

Seperti dijelaskan oleh Bupati Sragen Agus Fatchurrahman, SH,8 latar

belakang berdirinya UPTPK Sragen disebabkan pelayanan kemiskinan yang

selama ini ada belum terintegrasi dan sifatnya masih parsial yang dilakukan

di berbagai SKPD (satuan kerja perangkat daerah). Sementara keberadaan

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) sendiri yang

telah dibentuk sebelumnya di Kabupaten Sragen belum menjawab kebutuhan

riil serta masih bersifat administratif dan tidak fokus. Dengan kondisi

tersebut, masyarakat miskin harus mendatangi ke berbagai satker untuk

mendapatkan pelayanan kemiskinan. Disamping itu, belum adanya single

database, sehingga update dan terintegrasinya data kemiskinan kerap

mengalami eror. Karena perlu adanya Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang secara khusus melayani kemiskinan secara terpadu.

Pelayanan terhadap KK Miskin yang masih ditangani secara parsial

oleh SKPD dengan database yang berbeda beda sebelum dibentuk UPT-PK

tentunya membuat penanganan penanggulangan Kemiskinan masih

8 http://www.sragenkab.go.id/berita/berita.php?id=9669

Page 8: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

8

terkendala. Hal ini disebabkan banyak ditemui bantuan kemiskinan yang

tidak tepat sasaran. Padahal fungsi birokrasi lokal atau daerah dalam

melaksanakan fungsi kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan

dilakukan melalui fungsi pelayanan, pengaturan, pembinaan , perwakilan,

perencanaan dan korrdinasi dalam rangka sosialisasi (pendidikan) masyarakat

agar partisipasi sosial tumbuh berkembang (Davey dalam Supriyatna, 1997 :

29). Struktur birokrasi pemerintahan menghendaki adanya debirokratisasi

yang efektif dalam melaksanakan fungsi pelayanan yang terdesentralisasi

yang dilakukan oleh pemerintahan daerah (Bowman danHamton dalam

Supriyatna, 1997 : 29). Termasuk didalamnya pelayanan kepada kepada KK

Miskin.

Pelayanan terhadap KK Miskin dengan model satu pintu di UPT-PK

serta didalamnya juga terdapat fungsi Survey dan Validasi yang merupakan

suatu terobosan mengatasi permasalahan data yang tidak seragam dan

bantuan yang tidak tepat sasaran. Pelayanan terhadap KK Miskin dengan

model satu pintu di UPT-PK dan penajaman fungsi yaitu fungsi Survey dan

Validasi merupakan suatu bentuk penguatan kelembagaan dalam

penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Sragen. Selama ini sering terjadi

dilapangan penyaluran bantuan kepada keluarga miskin yang tidak tepat

sasaran. Seperti yang terlihat dalam kenyataan di lapangan menunjukkan

bahwa banyak warga yang sebenarnya mampu secara ekonomi justru

mendapatkan bantuan, sementara warga yang benar-benar miskin tidak

Page 9: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

9

tercatat dalam data penerima bantuan. Ketika penyaluran bantuan ini salah

sasaran yang terjadi penanggulangan kemiskinan tidak dapat berjalan optimal.

Walaupun berdasarkan data update BPS menunjukan hampir setiap

tahun terdapat penurunan dalam jumlah KK miskin di Kabupaten Sragen,

seperti yang terlihat pada tahun 2008 jumlah peduduk kategori miskin di

Kabupaten Sragen berjumlah sebesar 20,83% (177.112 jiwa), tahun 2009

sebesar 19,7% (167.299 jiwa), tahun 2010 sebesar 17,49% (149.700 jiwa),

tahun 2011 sebesar 17,95% (154.260 jiwa), dan pada tahun 2012 sebesar

16,72% (142.778 jiwa). (Bappeda Kab. Sragen, 2013: 3). Angka itu,

mengalami penurunan sekitar 1,3% per tahun sejak tahun 2004. Kemiskinan

tahun 2004 masih berada pada posisi 225.100 jiwa. Namun jika

dibandingkan dengan angka kemiskinan di Jawa Tengah (14,98% pada tahun

2012) dan nasional (11,6% pada tahun 2012), maka Kabupaten Sragen perlu

mengupayakan suatu program penanggulangan kemiskinan yang efektif.

Kabupaten Sragen menarik untuk diteliti karena kabupaten ini merupakan

kabupaten dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi.

Di Jawa Tengah, dari 35 kabupaten/kota yang ada, angka kemiskinan

di Kabupaten Sragen menempati urutan 27, artinya Kabupaten Sragen adalah

kabupaten/kota termiskin ke-9 di Jawa Tengah di bawah Wonosobo,

Kebumen, Rembang, Purbalingga, Brebes, Banyumas, Pemalang, dan

Banjarnegara. Bahkan di wilayah Subosukawonosraten angka kemiskinan di

Kabupaten Sragen adalah yang paling tinggi (Surakarta 12,01%, Boyolali

Page 10: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

10

13,88%, Sukoharjo 10,16%, Karanganyar 14,07%, Wonogiri 14,67%, Sragen

16,72%, dan Klaten 16,71%). (Bappeda Kab. Sragen, 2013: 5).

Wegelin dan Borgman (1995 : 4)9 menjelaskan beberapa peran

penting yang dapat dilakukan oleh pemerintahan daerah / municipal dalam

penanggulangan kemiskinan yaitu sebagai berikut :

“In principle municipal government level can play an important role because it is responsible for the provision of municipal services (and for their coordination), for facilitating community initiatives and for issuing building permits and related licences for commercial and transport activities. The Urban Management Programme has identified the following broad urban poverty alleviation intervention areas at municipal level: regulatory framework, access to municipal services, employment creation, protection from crime and natural disasters dan coordination and integration”.

Suatu pemerintahan lokal sangat berperan dalam mengatur kerangka

peraturan yang dibutuhkan, akses kepada pelayanan di daerah, penciptaan

ketenagakerjaan, perlindungan therhadap kriminal dan bencana alam serta

aspek koordinasi dan integrasi. Akses terhadap pelayanan kepada seluruh

warga masyarakat di daerah termasuk KK Miskin menjadi hal yang penting

untuk dilakukan oleh daerah. Hal inilah yang ingin dicapai oleh pemerintah

Kabupaten Sragen melalui pendirian UPT-PK yaitu memudahkan akses

pelayanan terhadap KK Miskin serta penajaman fungsi dari akses pelayanan

melalui pembentukan UPT-PK di Kecamatan.

Fungsi UPT-PK untuk survey dan validasi data KK Miskin kemudian

menyusun suatu single database yang unified diharapkan mampu

9 Emiel A. Wegelin and Karin M. Borgman. 1995. Options for municipal interventions in urban poverty alleviation dalam Jurnal Environment and Urbanization 1995 7: 131 diakses dari http://eau.sagepub.com

Page 11: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

11

meminimalisir masalah ini. Hal inilah yang akan penulis kaji lebih lanjut

yaitu terkait pengembangan kapasitas kelembagaan penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Sragen dengan melakukan studi kasus pada Unit

Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen.

Terkait dengan data KK Miskin di Kabupaten Sragen, terdapat selisih

jumlah antara jumlah Jiwa Miskin menurut PPLS (Pendataan Program

Perlindungan Sosial) BPS dan data yang dimiliki oleh TNP2K yang di daerah

dikelola oleh TKPKD.

Tabel 1.1 : DATA KK MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN

No Program / Kegiatan Jumlah

1. Jumlah Penduduk 2011 887.715 Jiwa

2. Jiwa Miskin menurut PPLS BPS 2011 349.027 Jiwa

3. KK Miskin menurut TNP2K 87.768 KK

4. Jiwa Miskin menurut TNP2K 308.783 Jiwa

Sumber : UPTPK

Terlihat adanya perbedaan data yang dirilis oleh BPS dan TNP2k.

Perbedaan ini diakibatkan tidak adanya suatu single data base. Dengan

adanya selisih dalam hal jumlah KK Miskin menurut PPLS BPS 2011 dan

TNP2K mengakibatkan yang terjadi di lapangan adalah inclusion error dan

exclusion error. Inclusion error adalah seseorang yang seharusnya tidak

termasuk target namun mendapatkan fasilitas program penanggulangan

kemiskinan. Sedangkan exclusion error adalah seseorang yang harusnya

Page 12: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

12

masuk target namun tidak mendapatkan fasilitas penanggulangan kemiskinan.

Hal ini terlihat dalam penyaluran BLSM yang kerap ditemui masalah salah

sasaran dalam penyaluran bantuan.

Proses survey dan evaluasi yang dilakukan UPTPK terhadap data KK

Miskin sesuai PPLS BPS 2011 sendiri menghasilkan temuan di lapangan

masih banyak terjadi inclusion error dan exlusion error. Pada tahun 2013,

sebanyak 4.426 dari total 69.420 penerima bantuan langsung sementara

masyarakat (BLSM) se-Kabupaten Sragen tidak sesuai verifikasi data beras

miskin (raskin) 2013 karena berbagai alasan. Oleh karena itu Pemerintah

Kabupaten (Pemkab) Sragen memutuskan mengalihkan 4.426 penerima

BLSM kepada warga lain yang berhak. Hasil verifikasi yang dilakukan

menyatakan mereka meninggal, pindah rumah dan sudah meningkat derajat

kesejahteraannya. Oleh karena itu mereka tidak akan menerima BLSM tahun

2013. Selanjutnya BLSM mereka akan dialihkan kepada warga lain yang

belum masuk data raskin yang digunakan pemerintah pusat tetapi masuk

raskin tahun 2013 milik Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan (UPTPK)10. Disinilah fungsi UPT-PK terlihat, verifikasi yang

dilakukan mampu mengurangi resiko salah sasaran dalam penyaluran

bantuan. Karena UPT-PK memiliki personil yang siap melakukan verifikasi

dan validasi KK Miskin serta menginput data yang ada dalam suatu basis data

yang terintegrasi dengan semua SKPD menggunakan sistem informasi

manajemen (SIM) bernama SIM Saraswati. Data yang terdapat dalam SIM 10 http://www.harianjogja.com/baca/2013/06/28/4-426-penerima-blsm-dialihkan-karena-tak-sesuai-data-raskin-420840

Page 13: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

13

Saraswati ini bisa diakses oleh SKPD yang berkaitan dengan kegiatan

penanggulangan kemiskinan dan menjadi acuan bagi penyaluran semua

bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen. Dengan adanya proses survey dan

validasi oleh UPTPK terhadap permohonan KK miskin ini, maka diharapkan

akan menghasilkan data yang valid dan terciptanya single database.

Pembentukan sebuah Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan dengan pola satu pintu ini adalah bentuk pengembangan

kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen dan

pertama di Indonesia. Unit ini berfungsi untuk dapat mempermudah

pelayanan kepada kaum miskin. Dengan terbentuknya UPT-PK tersebut,

semua bentuk pelayanan kepada masyarakat miskin dilayani lewat unit

terpadu ini. Mulai dari layanan program bantuan pendidikan, kesehatan,

ekonomi dan sosial dilayani oleh unit ini secara terpadu dan satu pintu dan

saat ini telah tersebar di 20 kecamatan di Kabupaten Sragen.

Salah satu tugas awal pembentukan unit pelayanan terpadu ini adalah

pengintegrasian data warga miskin di Sragen. Selama ini data kemiskinan

dari masing – masing satker masih simpang siur. Padahal pemerintah pusat

hanya percaya data dari Biro Pusat Statistik. Salah satu fungsi utama unit ini

yaitu integrasi data dari SKPD yang memiliki data dan program terkait

kemiskinan. UPTPK bermaksud menyatukan pelayanan kemiskinan yang

dilaksanakan berbagai SKPD kedalam suatu wadah yang representatif dan

profesional. Kementrian Sosial RI berencana menjadikan UPT-PK sebagai

Page 14: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

14

pilot project dan akan dilaksanakan di beberapa daerah

(www.sragenkab.go.id).

Keberadaan UPT-PK Sragen yang merupakan suatu inovasi

kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan ini telah menarik perhatian

dua kementrian yang kemudian menjadikan Kabupaten Sragen sebagai pilot

project program yang berhubungan dengan kegiatan penanggulangan

kemiskinan. Yang pertama dari Kementrian Sosial yang menjadikan

Kabupaten Sragen, Jawa Tengah sebagai kabupaten percontohan Pelayanan

Terpadu Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera (Pandu

Gempita). Sementara itu dari Kementrian PPN/ Bappenas Kabupaten Sragen

terpilih bersama dengan Kabupaten Sleman sebagai percontohan dari

program Implementasi Sistem Rujukan/ Pelayanan Terpadu Program

Perlindungan Sosial” tahun 2014 ini. (http://uptpk.sragenkab.go.id). Upaya

percepatan penurunan angka kemiskinan memerlukan koordinasi dan

intergrasi antar program baik di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah. Sistem rujukan/pelayanan terpadu diharapkan dapat mempermudah

proses integrasi tersebut hingga ke tingkat Kabupaten/Kota. Aplikasi ini akan

mempermudah perumusan kebijakan dan penyusunan program

penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial. Melihat komitmen yang

ditunjukan oleh Kabupaten Sragen dalam kegiatan penanggulangan

kemiskinan, maka banyak program dari pusat yang diimplementasikan di

Sragen sebagai pilot project. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam

Page 15: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

15

meningkatkan kelembagaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Sragen.

Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan

ini merupakan salah satu bentuk pengembangan kelembagaan dalam bidang

Penanggulangan Kemiskinan. Pengembangan kelembagaan merupakan

strategi penting agar suatu lembaga pemerintahan mampu: (1) menyusun

rencana strategis ditujukan agar organisasi memiliki visi yang jelas; (2)

memformulasikan kebijakan dengan memperhatikan nilai efisiensi,

efektivitas, transparansi, responsivitas, keadilan, partisipasi, dan

keberlanjutan; (3) mendesain organisasi untuk menjamin efisiensi dan

efektivitas, tingkat desentralisasi dan otonomi yang lebih tepat, dan (4)

melaksanakan tugas-tugas manajerial agar lebih efisien, efektif, fleksibel,

adaptif, dan lebih berkembang (Keban, 2000 : 7)11.

Konsep pengembangan kelembagaan (insitutional develoment ) tidak

dapat dipisahkan dengan pembangunan kelembagaan (Insitutional building).

Pembangunan kelembagaan adalah suatu perspektif tentang perubahan sosial

yang direncanakan dan dibina. Ia menyangkut inovasi –inovasi yang

menyiratkan perubahan perubahan kualitatif dalam norma norma dalam pola

pola kelakuan , dalam hubungan hubungan perorangan dan hubungan

hubungan kelompok, dalam persepsi persepsi baru mengenai tujuan tujuan

maupun cara cara. Dimana didalam pembangunan kelembagaan terdapat

11 Yeremias T Keban dalam jurnal “Good Governance” dan “Capacity Building” sebagai Indikator Utama dan Fokus Penilaian Kinerja Pemerintahan Tahun 2000 diakses dari http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/16063/427/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

16

konsep yang menentukan yaitu kepemimpinan,doktrin, program, sumberdaya

dan struktur intern (Esman, dalam easton 1986 : 23)12.

Namun sebagai suatu bentuk inovasi kelembagaan, menarik untuk

dikaji lebih jauh tentang kapasitas yang dimiliki oleh UPTPK dalam

mendukung kegiatan penanggulangan kemiskinan. Pengembangan kapasitas

(capacity buidling) seperti dijelaskan Merilee S. Grindle (1997: 6)13 :

Capacity building is intended to encompass a variety strategies that have todo with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness of government peformance.

Capacity building merupakan serangkaian strategi yang ditujukan

untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan responsivitas dari kinerja

pemerintahan. Grindle lebih jauh menjelaskan pengembangan kapasitas

memusatkan perhatian kepada dimensi: (1) pengembangan sumberdaya

manusia; (2) penguatan organisasi; dan (3) reformasi kelembagaan (lihat

Grindle, 1997: 1 - 28)14. Semua dimensi peningkatan kemampuan/kapasitas

dikembangkan sebagai strategi untuk mewujudkan nilai-nilai good

governance.

Pembentukan UPT-PK juga merupakan langkah Pemerintah

Kabupaten Sragen dalam mendukung reformasi birokrasi. Reformasi dalam

Birokrasi merupakan upaya penataan organisasi yang sering diartikan sebagai

Rightsizing; upaya untuk menciptakan kombinasi yang sesuai dari sumber

12 Easton. Joseph. W. (ed) 1986.Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional : dari. Konsep ke Aplikasi (penerjemah pandam Guritno dan Aldi Jeni). UI Press. 13 Merilee S. Grindle,op.cit.hlm 6 14 Ibid.,hlm 1-28

Page 17: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

17

daya manusia dan sumber daya lainnya pada lokasi yang tepat, waktu yang

tepat serta pekerjaan yang tepat untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan

pembiayaan yang telah ditentukan. Penataan dalam organisasi / lembaga

sering dilakukan sebagai pemisahan, penggabungan, dan penajaman tugas

dan fungsi, serta modernisasi organisasi; Penataan organisasi terkait

bagaimana struktur organisasi disusun, tugas dan fungsi dirumuskan, serta

bagaimana tumpang tindih, duplikasi dan size organisasi yang dikelola akan

menentukan seberapa efektif dan efesien sebuah lembaga yang ada.

Apakah dengan kapasitas yang dimiliki UPT-PK ini merupakan suatu

bentuk rightsizing dalam birokrasi yang mampu mengatasi permasalahan

dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen sebelumnya seperti

masalah koordinasi dan kualitas pelayanan terhadap KK Miskin serta

bagaimana keterkaitan kapasitas antar unsur kelembagaan yang

mempengaruhi kapasitas UPTPK dalam penanggulangan kemiskinan akan

penulis ulas dalam thesis ini.

Hal ini menarik untuk dianalisis karena UPT-PK Sragen ini

merupakan terobosan pemerintah Kabupaten Sragen dan pertama di

Indonesia. Pada tahun 2014 ini UPTPK Sragen masuk sebagai salah satu TOP

33 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik / SINOVIK dari Kemenpan dan RB.

Disamping itu Kabupaten Sragen melalui UPTPK juga ditunjuk oleh

Kementrian Sosial Kabupaten sebagai kabupaten percontohan Pelayanan

Terpadu Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera (Pandu

Gempita). Hasil kajian dalam penelitian ini akan membantu meningkatkan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

18

kapasitas kelembagaan dari Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan agar mampu berperan secara efektif dalam kegiatan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen dan dapat dijadikan

percontohan penanggulangan kemiskinan di daerah lain di Indonesia.

Berdasarkan argumen diatas, penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh

kapasitas kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Sragen studi kasus pada Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan di Kabupaten Sragen yang merupakan salah satu bentuk inovasi

kelembagaan dalam hal penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Pengembangan kapasitas telah menjadi faktor kunci yang penting

dalam mencapai tujuan pembangunan. Capacity building (pengembangan

kapasitas) menurut Merilee S Grindle (1997 : 6-22)15 merupakan upaya

yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam strategi

meningkatkan efficiency, effectiveness, dan responsiveness kinerja

pemerintah. Yakni efficiency, dalam hal waktu (time) dan sumber

daya(resources) yang dibutuhkan guna mencapai suatu outcome;

effectiveness berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang

diinginkan; dan responsiveness yakni bagaimana mensinkronkan antara

kebutuhan dan kemampuan untuk maksud tersebut. Lebih jauh Grindle

dan Eade (Nugraha, 2004)16 meyebutkan terdapat tiga strategi utama

15 ibid 16 Nugraha “Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) dalam mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Jurnal Ilmu Administrasi No 1 Volume 3 tahun 2004 diakses dari

Page 19: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

19

dalam pengembangan kapasitas yaitu 1.) Penguatan organisasi dan

manajemen , 2) Penyediaan Sumber Daya dan Sarana Prasarana dan 3).

Network.

Pengembangan kapasitas dalam kegiatan penanggulangan

kemiskinan merupakan hal yang krusial karena kemiskinan merupakan

persoalan mendasar di Indonesia. Kegiatan penanggulangan kemiskinan

yang sudah berjalan di Indonesia umumnya dan Sragen khususnya dengan

berbagai program melalui empat klaster yaitu Klaster I bantuan dan

perlindungan Sosial, Klaster II Pemberdayaan masyarakat, Klaster III

Kredit Usaha Rakyat dan Klaster IV Program pro Rakyat berdasarkan

data BPS belum secara efektif menurunkan angka kemiskinan. Salah satu

penyebabnya yaitu masalah ego sektoral , bidang dan urusan masih

mewarnai dalam penetapan program dan kegiatan penanggulangan

kemiskinan. Lembaga penanggulangan kemiskinan pun belum cukup berhasil

melakukan koordinasi lintas sektoral dan belum mampu membangun sinergi

antarpelaku pembangunan dalam mempercepat pengurangan kemiskinan.

Sehingga masyarakat miskin kesulitan dalam hal memperoleh informasi yang

benar untuk mengadukan permasalahan kemiskinannya karena tidak

terintegrasinya program kemiskinan yang ada. Untuk satu jenis bantuan

seperti bedah rumah dikelola berbagai macam SKPD tentunya dengan aturan,

acuan, kriteria penerima manfaat, dan pengelolaan yang berbeda dan

belum terkoordinasi dengan baik.

http://beta.stialanbandung.ac.id/images/stories/jurnal_administrasi/304-01nugroho.pdf

Page 20: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

20

Sementara itu birokrasi pelayanan kemiskinan dilapangan cenderung

panjang dan berbelit. Masyarakat miskin yang ingin mengurus surat rujukan

bantuan harus keluar-masuk 6 hingga 8 (delapan) kantor untuk memperoleh

surat rekomendasi bantuan. Bantuan yang tidak tepat sasaran kerap

ditemukan karena tiap SKPD memiliki acuan data sendiri tanpa adanya

instrumen yang valid untuk verifikasi maupun validasi data dari pemohon

bantuan. Selain itu belum adanya database kemiskinan tunggal serta data

penerimaan bantuan yang sudah diterimakan kepada pemohon bantuan yang

bisa diakses secara terbuka.

Sebagai respon atas segala permasalahan dalam penanggulangan

kemiskinan tersebut, Bupati Sragen menggagas pembentukan UPT-PK (Unit

Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan). Sebagai unit yang baru

berumur dua tahun, UPT-PK mampu menjadi salah satu top 33 Inovasi

Pelayanan Publik dari Kemenpan RI. Beberapa kunjungan dari

Kementrian Sosial RI, serta Bappenas dan beberapa lembaga dunia seperti

Unesco juga turut mengapresiasi keberadaan UPT-PK . Kemensos juga

akan menjadikan UPT-PK Sragen sebagai Pilot Project di beberapa

daerah. UPT-PK diharapkan mampu berperan secara efektif dalam kegiatan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen dan dapat dijadikan

percontohan penanggulangan kemiskinan di daerah lain di Indonesia.

Sebagai suatu bentuk unit baru dalam pemerintahan daerah Sragen

yang dibentuk dengan tujuan tersebut diatas, menarik untuk dikaji lebih

lanjut terkait kapasitas kelembagaan yang dimiliki UPT-PK. Berdasarkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

21

kapasitas kelembagaan yang ada , apakah UPTPK dapat mengatasi

permasalahan penanggulangan kemiskinan di kabupaten Sragen khususnya

dalam hal pelayanan publik penanggulangan kemiskinan dan koordinasi

penanggulangan kemiskinan. Dalam meneliti kapasitas kelembagaan,

terdapat tiga unsur yang merupakan elemen penting yaitu : 1)Penguatan

organisasi dan manajemen , 2) Penyediaan Sumber Daya dan Sarana

Prasarana dan 3). Network (Grindle, 1997 :23). Kapasitas kelembagaan

yang optimal akan membantu kegiatan pemerintahan berjalan efektif,

efisien dan berkelanjutan. Berdasarkan uraian di atas rumusan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

Berdasarkan kapasitas kelembagaan yang dimiliki, apakah keberadaan UPT-

PK dapat berperan dalam mengatasi permasalahan penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Sragen terutama dalam hal pelayanan publik

penanggulangan kemiskinan dan koordinasi penanggulangan kemiskinan ?

Pertanyaan Penelitian :

Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kapasitas kelembagaan UPTPK ditinjau dari aspek

kepemimpinan, sumberdaya, Program serta Stuktur Organisasi UPT-PK dalam

upayanya mendukung penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana kapasitas koordinasi UPT-PK dengan pihak internal pemerintah

serta dengan pihak eskternal di luar pemerintah dalam upayanya

menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Sragen?

Page 22: BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Thesis ini akan …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77904/potongan/S2-2015... · Kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan merupakan faktor

22

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :

menjelaskan kapasitas tiap tiap variabel kelembagaan seperti

kepemimpinan, Sumberdaya, program inovatif, struktur organisasi, serta

menjelaskan kapasitas koordinasi antara UPTPK dengan pihak internal

pemerintah serta dengan pihak eskternal di luar pemerintah dalam upayanya

menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Sragen.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmu

pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan upaya pemerintah daerah

dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen. Sementara

manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran

bagi pemerintah Kabupaten Sragen khususnya Unit Pelayanan Terpadu

Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen dalam meningkatkan

kapasitas kelembagaannnya agar mampu berperan secara efektif dalam

kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen.