thesis akuntansi
DESCRIPTION
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIFPADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRIINFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROLDAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABELMODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATENJEMBRANA, BALI)TRANSCRIPT
TESIS
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF
PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI
INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL
DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN
JEMBRANA, BALI)
PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
TESIS
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF
PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI
INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL
DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN
JEMBRANA, BALI)
PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI
NIM 1291662017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF
PADA BUDGETARY SLACK DENGAN ASIMETRI
INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL
DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (STUDI PADA SKPD KABUPATEN
JEMBRANA, BALI)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTU NOVIA HAPSARI ARDIANTI
NIM 1291662017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 11 MARET 2015
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak Dr.Drs.I.D.G Dharma Suputra, MSi.,Ak
NIP 19550910 198403 1 001 NIP 19570110 198601 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 11 Maret 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 0692/UN14.4/HK/2015, Tanggal 4 Maret 2015
Ketua : Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak.
Anggota: Dr. Drs. I.D.G Dharma Suputra, MSi.,Ak.
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi.
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, MSi.
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi., Ak.
Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE, Msi.,Ak.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Putu Novia Hapsari Ardianti
NIM : 1291662017
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri
Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai
Variabel Moderasi (Studi pada SKPD Kabupaten Jembrana).
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 30 Maret 2015
Putu Novia Hapsari Ardianti
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri
Informasi, Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel
Moderasi (Studi pada SKPD Kabupaten Jembrana)”.
Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak. sebagai Dosen Pembimbing
Akademis sekaligus Pembimbing I beserta Bapak Dr. Drs. I.D.G Dharma Suputra,
Msi., Ak. sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan
dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
2. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.
3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
4. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman
Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu
Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini. 8. Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, Msi., Bapak Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE,
MSi.,Ak., beserta Ibu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi., sebagai Penguji
yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini kepada
penulis.
9. Seluruh pegawai dan staf SKPD Kabupaten Jembrana yang telah bersedia memberikan
data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Orang tua tercinta, Ayah Ir. I Ketut Swijana, MT. dan Ibu Ir. N.L.P Mei Ardiani, serta
adik tersayang I Made Joddy Dewangga Putra yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, dukungan moral, dan material kepada penulis.
vii
11. Sahabat-sahabat khususnya I Gusti Ayu Pradnya Dewi, Ni Made Rahindayati, Rahayu
Damayanti, Laksmi Cintya, Saka Sumarsana, Gede Bagus Brahma Putra, Desak
Nyoman Yuliantari, Lusi Adimakayani dan Mas Pramitasari, serta seluruh rekan-rekan
MAKSI Angkatan XI dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
kritik dan saran dalam penulisan tesis ini.
Denpasar, Maret 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY
SLACK DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF
CONTROL DAN KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
Diduga partisipasi penganggaran tidak selalu linear pengaruhnya pada
budgetary slack. Hal ini dikarenakan adanya faktor kontijensi, empat diantanya
adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah asimetri informasi, self esteem,
locus of control, dan kapasitas individu mampu memoderasi pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Budgetary slack adalah
perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan oleh agen dengan jumlah
estimasi yang terbaik dari perusahaan. Agen cenderung mengajukan anggaran
dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan
estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai.
Penganggaran partisipatif adalah hal yang sering dihubungkan dengan budgetary
slack. Namun, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak
konsisten terkait dengan pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack.
Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan
kontinjensi (contingency approach). Dalam penelitian ini diajukan variabel
asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai
variabel pemoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif pada budgetary
slack.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 110 pejabat eselon SKPD
Kabupaten Jembrana yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi (MRA).
Hasil yang diperoleh adalah variabel penganggaran partisipatif berpengaruh
positif pada budgetary slack. Variabel self esteem, dan locus of control
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack,
sedangkan variabel asimetri informasi dan kapasitas individu tidak mampu
memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Kata kunci: budgetary slack, penganggaran partisipatif, self esteem, locus of
control, kapasitas individu
viii
ABSTRACT
THE EFFECT OF PARTICIPATORY BUDGETING ON BUDGETARY
SLACK WITH ASYMMETRY INFORMATION , SELF ESTEEM , LOCUS
OF CONTROL AND INDIVIDUAL CAPACITY AS MODERATING
VARIABLE
( A STUDY ON JEMBRANA LOCAL GOVERMENT SKPD’S,BALI)
Budgetary participation not always has a linear effect on budgetary slack.
This is because the contingency factors, four of them are asymmetry information,
self-esteem, locus of control, and individual capacity. The research aimed to
determine whether asymmetry information, self esteem, locus of control, and
individual capacity capability to moderate the effects of participatory budgeting
on budgetary slack. Budgetary slack is the difference between the amounts of the
budget that was reported by the agents with the best estimate of the number of
companies. Agents tend to make the budget by decreasing the revenue and
increasing the cost compared with the best estimate of the proposed, so that the
target would be easier to achieve. Participatory budgeting is often associated with
budgetary slack. However, several previous studies have shown inconsistent
results related to the effect of budget participation on budgetary slack. The
difference in the results of the study can be completed through a contingency
approach. This research uses asymmetry information, self-esteem, locus of control
and individual capacity as the moderating variable in the relationship between
participatory budgeting on budgetary slack.
The data was collected using questionnaire. The amount of samples in this
research were 110 echelon SKPD’s Jembrana selected by purposive sampling
method. The analysis technique used regression analysis moderation. The result
showed that participatory budgeting had a positive effect on budgetary slack. Self-
esteem and locus of control weaken the effect of participatory budgeting on the
budgetary slack, while asymmetry information and individual capacities are not
be able to moderate the effect of participatory budgeting on budgetary slack.
Keywords: Budgetary Slack, Asymmetry Information, Self Esteem, Locus Of
Control, Individual Capacity.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……………………………………........ i
PERSYARATAN GELAR …………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………….... iii
PENETAPAN PANITIA
PENGUJI …………………………………………. iv
SURAT PERNYATAAN
BEBAS PLAGIAT …………………………………………. v
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………. vi
ABSTRAK …………………………………………. vii
ABSTRACT …………………………………………. viii
DAFTAR ISI ……………………………………….... ix
DAFTAR TABEL ………………………………...…......... xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………….... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan.......................................................................... 10
2.2 Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah (APBD).... 15
2.2.1 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).................................................... 16
2.3 Pendekatan Teori Kontijensi..................................................... 17
2.4 Senjangan Anggaran.................................................................. 19
2.5 Penganggaran Partisipatif.......................................................... 20
2.6 Asimetri Informasi..................................................................... 21
2.7 Self Esteem................................................................................ 22
2.7.1 Ciri-Ciri Self Esteem.......................................................... 23
2.8 Locus Of Control....................................................................... 24
2.9 Kapasitas Individu.................................................................... 26
2.10 Penelitian Terdahulu................................................................. 27
x
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka berpikir........................................................................ 29
3.2 Konsep penelitian........................................................................ 31
3.3 Hipotesis penelitian..................................................................... 32
3.3.1 pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack................................................................................... 32
3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh
peng anggaran partisipatif pada budgetary slack................ 33
3.3.3 Kemampuan self esteem memoderasi penganggaran
partisipatif pada budgetary slack................................ 34
3.3.4 Kemampuan locus of control memoderasi penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.................................... 35
3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi penganggaran
partisipatif pada budgetary slack........................................ 35
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 37
4.2 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian..................................... 38
4.3 Data Penelitian............................................................................. 39
4.3.1 Jenis Data............................................................................ 39
4.3.2 Sumber Data....................................................................... 39
4.3.3 Metode Penentuan Sampel................................................. 39
4.4 Variabel Penelitian....................................................................... 43
4.4.1 Identifikasi Variabel........................................................... 43
4.4.2 Definisi Operasional Variabel............................................ 44
4.5 Metode Pengumpulan Data......................................................... 48
4.6 Instrumen Penelitian................................................................... 48
4.6.1 Skala Pengukuran.............................................................. 48
4.6.2 Uji Reliabilitas dan Validitas............................................. 49
4.7 Teknik Analisis Data................................................................... 50
4.7.1 Uji Asumsi Klasik............................................................... 50
4.7.1.1 Uji Normalitas.......................................................... 50
4.7.1.2 Heteroskedastisitas................................................ 51
4.7.2 Analisis Regresi................................................................... 51
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Responden…………………………………............54
5.2 Karakteristik Responden……………………………………..55
5.3 Hasil Analisis Data………………………………………...... 57
5.3.1 Statistik Deskriptif ……………………………............. 57
xi
5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………....... 58
5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik……………………….........… 60
5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis…….... 61
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack.. ....66
6.2 Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack …………………….............67
6.3 Self Esteem Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack..............................................68
6.4 Locus of Control Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack …………………….............69
6.5 Kapasitas Individu Memoderasi Pengaruh Penganggaran
Partisipatif pada Budgetary Slack…………………………… 70
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan………………………………………………............71
7.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian..…………………………..72
DAFTAR RUJUKAN...........................................................................................73
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah
Kabupaten Jembrana Tahun Anggaran 2007-2013........................................ 3
1.2 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)................. 3 4.2 Nama- Nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural di
Lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana........................................................ 41
4.3 Jumlah Sampel Penelitian................................................................................. 42
4.4 Indikator Penilaian Variabel............................................................................ 47
5.1 Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner .......................... 54
5.2 Karakteristik responden ...................................................................... 56
5.3 Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian..................................... 57
5.4 Statistik deskriptif ............................................................................... 57
5.5 Hasil uji reliabilitas instrumen ............................................................ 59
5.6 Hasil uji normalitas .............................................................................. 60
5.7 Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................ 61
5.8 Hasil analisis regresi moderasi (MRA) ............................................... 62
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 : Kerangka Berpikir …………………………………………... 30
3.2 : Konsep Penelitian ………………………………………….. 31
4.1 : Rancangan Penelitian …………………………………….... 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Ringkasan hasil penelitian sebelumnya .................................................. 1
2. Kuesioner ............................................................................................... 8
3. Statistik deskriptif .................................................................................. 13
4. Hasil uji validitas ................................................................................... 14
5. Hasil uji reliabilitas ................................................................................ 20
6. Hasil uji normalitas ................................................................................ 22
7. Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................... 23
11. Hasil analisis regresi moderasi (MRA) .................................................. 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggaran adalah unsur yang sangat penting dalam perencanaan,
koordinasi dan pengendalian perusahaan, yang berisikan rencana kegiatan di
masa datang dan mengindikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan
(Hansen dan Mowen,1997; Nouri, 1996). Penganggaran dalam organisasi sektor
publik merupakan suatu proses politik, dimana anggaran merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program
yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2002).
Kabupaten Jembrana telah mengalami reformasi penganggaran sejak
diberlakukannya otomoni daerah yang diatur dalam UU No.32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah. Reformasi penganggaran ini merupakan perubahan
dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke sistem anggaran
berbasis kinerja (performance budget system) (Sandrya, 2013). Sistem anggaran
berbasis kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional dan
menggunakan kinerja sebagai tolok ukur (Mahsun, 2007). Penilaian kinerja
berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong agen
melakukan senjangan anggaran (budgetary slack) demi jenjang karir yang lebih b
aik di masa mendatang.
Budgetary slack banyak terjadi pada tahap perencanaan dan persiapan
anggaran daerah, karena penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh
2
kepentingan eksekutif dan legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan
masyarakat (Kartiwa,2004). Dalam hal ini, eksekutif sebagai agen melakukan
penyusunan anggaran yang akan disahkan oleh legislatif yang bertindak sebagai
prinsipal.
Budgetary slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan
oleh agen dengan jumlah estimasi yang terbaik dari perusahaan (Anthony dan
Govindaradjan, 2007). Agen cenderung mengajukan anggaran dengan
merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi
terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah tercapai. Hilton
dalam Hermanto (2003) menyatakan ada tiga alasan utama agen melakukan
budgetary slack: (a) orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka
akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka mencapai anggarannya; (b)
budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika
tidak ada kejadian yang tidak terduga, maka agen tersebut dapat
melampaui/mencapai anggarannya; (c) rencana anggaran selalu dipotong dalam
proses pengalokasian sumber daya (Falikhatun, 2007). Hal ini dapat berdampak
buruk pada organisasi sektor publik yang menyebabkan bias dalam evaluasi
kinerja agen terhadap unit pertanggungjawaban.
Dilihat pada tabel 1.1, kabupaten Jembrana merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dibandingkan
dengan Kabupaten lainnya di Propinsi Bali, namun Kabupaten Jembrana selalu
bisa mencapai target anggaran pendapatan dan belanja daerahnya (Prasojo et all,
2005).
3
Tabel 1.1
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Kabupaten /kota Jumlah pendapatan daerah
(Rp)
Jumlah belanja daerah
(Rp)
JJembrana 745.334,983 718.538,444
Tabanan 1.253.026,819 1.198.702,307
Badung 2.954.662,971 2.755.459,722
Gianyar 1.248.415,648 1.192.027,629
Klungkung 711.405,235 665.548,503
Bangli 702.229,030 652.343,659
Karangasem 1.041.577,611 1.078.485,761
Buleleng 1.390.657,293 1.413.380,933
Denpasar 1.547.605,213 1.537.883,625
Sumber: Bapeda Provinsi Bali (data diolah 2014)
Tabel 1.2
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Dearah
Kabupaten Jembrana
Tahun Anggaran 2007-2013 (dalam jutaan rupiah) Tahun Anggaran
Pendapatan
Asli
Daerah (Rp)
Realisasi
Pendapatan
Daerah (Rp)
Persentase
pencapaian
(%)
Anggaran
Belanja
Daerah (Rp)
Realisasi
Belanja
Daerah (Rp)
Persentase
pencapaian(
%)
2007 14.989,35 16.975,88 113,25% 430.728,50 392.380,64 91,10%
2008 19.523,66 21.235,51 108,77% 500.248,97 445.271,55 89.01%
2009 20.755,68 33.952,88 163,58% 514.245,61 479.134,81 93,17%
2010 32.824,81 41.996,03 127,93% 550.991,34 496.307,78 90,07%
2011 36.247,62 41.330,60 114,02% 615.427,63 546.848,47 88,85%
2012 51,525,70 46.470,11 90,19% 728.713.20 664.723,06 91,21%
2013 63,525,47 68,485,48 107,80% 797.854.89 718.538.44 90,05%
Sumber: Pemerintah Kabupatem Jembrana (data diolah 2013)
Perkembangan anggaran pendapatan asli daerah dan belanja daerah
Kabupaten Jembrana tahun anggaran 2007-2013 dapat dilihat pada table 1.2,
angka realisasi pendapatan daerah cenderung lebih tinggi dibandingkan angka
anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan dan angka realisasi belanja daerah
yang lebih rendah dibanding dengan anggaran belanja daerah dari tahun ke tahun.
Fraud yang ditunjukkan dalam tabel diatas dapat diduga terjadi budgetary slack,
dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya sehingga selalu bisa
tercapai dan kinerjanya dinilai baik.
4
Proses penggangaran dapat dilakukan dengan metode top down, bottom
up, dan penganggaran partisipatif (Hapsari,2011). Penganggaran partisipatif inilah
yang sering dihubungkan dengan budgetary slack. Hasil penelitian Lowe dan
Shaw (1968), Young (1985) dan Lukka (1988) menunjukkan bahwa partisipasi
penganggaran memiliki pengaruh positif dan dapat meningkatkan terjadinya
budgetary slack, karena individu-individu berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran mencari kemudahan
dalam pencapaian anggaran yang ditetapkan dan menginginkan penghargaan atas
pencapaian target anggaran tersebut. Namun, beberapa penelitian lain
menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dimana penelitian yang dilakukan oleh
Onsi (1973), Camman (1976), Merchant (1985) dan Dunk(1993) mengungkapkan
bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi budgetary slack,
karena agen membantu memberikan informasi kepada prinsipal tentang prospek
masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih akurat. Adanya
partisipasi dalam penganggaran ini diharapkan mampu membantu jalannya
penganggaran agar mencapai hasil yang baik.
Hasil penelitian yang berlawanan ini mungkin karena ada faktor lain yang
juga berpengaruh terhadap hubungan antara penganggaran partisipatif dan
senjangan anggaran (Latuheru,2005). Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat
diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach). Hal ini
dilakukan dengan memasukkan variabel lain yang mungkin mempengaruhi
hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary slack (Govindarajan
,1986). Dalam penelitian ini diajukan variabel asimetri informasi, self esteem,
5
locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi hubungan
antara penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Asimetri informasi adalah suatu kondisi apabila prinsipal tidak
mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen baik itu dalam kinerja
aktual, motivasi dan tujuan, sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi
bawahan terhadap hasil aktual perusahaan atau organisasi (Anthony dan
Govindaradjan, 2007). Adanya asimetri informasi ini sering kali dimanfaatkan
oleh agen dengan tidak memberikan seluruh informasi yang dimilikinya dan
membuat anggaran yang lebih mudah dicapai sehingga terciptalah budgetary
slack.
Self Esteem merupakan suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan
evaluasi diri secara keseluruhan. Seseorang dengan Self Esteem yang tinggi
dimana mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang
dengan Self Esteem rendah merasa kurang baik dengan dirinya. Orang yang
memiliki Self Esteem tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai
seorang yang penting, berharga, berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi
yang mempekerjakan mereka (Hapsari,2011). Hasil penelitian Belkoui (1989),
Nugrahani dan Sugiri (2004) membuktikan secara empiris bahwa agen yang
memiliki self esteem rendah memiliki peluang lebih tinggi dalam membuat
budgetary slack.
Locus of control menurut Mustikawati (1999) dalam Sinaga (2013)
didefinisikan sebagai tingkatan keyakinan seseorang terhadap kemampuan
mengontrol nasibnya sendiri. Seseorang yang tidak memiliki locus of control yang
6
baik akan gagal menjalankan tugasnya dalam melakukan penyusunan anggaran.
Hal ini tentu saja menjadi indikasi gagalnya partisipasi anggaran yang pada
gilirannya akan berdampak pada penurunan kinerja dan rendahnya pencapaian
sehingga berakibat timbulnya budgetary slack (Sinaga,2013). Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitian yang di lakukan oleh Adi dan Mardiasmo (2002)
yang menunjukkan bahwa locus of control berpengaruh terhadap budgetary slack.
Organisasi birokrasi dalam era otonomi daerah perlu mempersiapkan
tenaga kerja atau aparatur yang memiliki kemampuan dalam bekerja, baik dari
segi pendidikan, pelatihan maupun pengalaman, loyalitas kepentingan dan
memiliki keterkaitan kepentingan (Sandrya,2013). Dengan disiapkannya kapasitas
individu yang baik diharapkan mampu menurunkan terjadinya kesalahan kerja
dan kecurangan dalam bekerja yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Yuhertiana (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu yang
memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya dengan
baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, penelitian ini
fokus pada pengaruh kinerja individu dan karakteristik personal yang
berpartisipasi pada penyusunan anggaran sehubungan dengan sistem anggaran
berbasis kinerja, dengan menggunakan variabel asimetri informasi, self esteem,
locus of control, dan kapasitas individu, sedangkan pada penelitian sebelumnya
lebih banyak menguji pengaruh peran organisasi dalam partisipasi anggaran pada
budgetary slack, dengan menggunakan variabel komitmen organisasi, budaya
organisasi dan ketidakpastian lingkungan.
7
Berdasarkan latar belakang diatas yang ditunjang oleh hasil penelitian-
penelitian terdahulu dan data APBD dari Kabupaten Jembrana, maka peneliti
termotivasi untuk menguji pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack dengan faktor kontijensi yaitu asimetri informasi, self esteem, locus of
control, dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Jembrana, Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang masalah, maka terdapat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah penganggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack?
2) Apakah asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack?
3) Apakah self esteem memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack?
4) Apakah locus of control memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack?
5) Apakah kapasitas individu memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh bukti secara empiris dan untuk mengetahui:
1) Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
2) Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
3) Kemampuan self esteem memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack.
4) Kemampuan locus of control memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
5) Kemampuan kapasitas individu memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi
SKPD Kabupaten Jembrana sebagai pertimbangan dalam rangka
menurunkan tingkat terjadinya budgetary slack dalam penyusunan
anggaran, dimana dengan memahami karakteristik dan kemampuan
personal pegawai SKPD Jembrana akan membantu dalam proses
pemilihan individu yang akan dilibatkan secara langsung dalam proses
penyusunan anggaran.
9
2) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi,
wawasan, dan pengetahuan, serta dapat dijadikan refrensi bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
masalah budgetary slack.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan
Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan
agency theory. Teori keagenan dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang
menjelaskan mengenai kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak
sebagai principal menunjuk orang lain sebagai agen untuk melakukan jasa untuk
kepentingan prinsipal termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan
keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).
Praktik budgetary slack dalam perspektif agency theory dipengaruhi oleh
adanya konflik kepentingan antara agen dengan principal yang timbul ketika
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya.
Arifah (2012) mengutip Eisenhard (1989) menyebutkan ada beberapa
asumsi yang muncul terkait teori keagenan antaranya:
1) Asumsi mengenai sifat manusia yang cenderung mengutamakan
kepentingan diri sendiri (self interest), keterbatasan rasionalitas
2) atau daya pikir terhadap masa depan, dan cenderung untuk
menghindari risiko.
3) Asumsi mengenai keorganisasian, konflik antar anggota organisasi,
efisiensi dan asimetri informasi antara prinsipal dan agen.
11
4) Asumsi mengenai informasi, informasi dianggap sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan.
Jika agen yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran
mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal, akan memungkinkan agen
memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu kepentingan
perusahaan. Namun, sering keinginan prinsipal tidak sama dengan bawahan
sehingga menimbulkan konflik diantara mereka. Hal ini dapat terjadi misalnya,
jika dalam melakukan kebijakan pemberian rewards perusahaan kepada bawahan
didasarkan pada pencapaian anggaran. Bawahan cenderung memberikan
informasi yang bias agar anggaran mudah dicapai dan mendapatkan rewards
berdasarkan pencapaian anggaran tersebut (Darlis,2000). Kondisi ini jelas akan
menyebabkan terjadinya budgetary slack.
Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan
non publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan
jumlah dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang
menggunakan dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan,
anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor
memiliki kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen
(Sandrya,2013)
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran sektor publik meliputi
eksekutif, legislatif, dan masyarakat. Hubungan keagenan dalam penganggaran
daerah, adalah:
12
1) Hubungan Keagenan antara Masyarakat (Publik atau Voters) dan Legislatif
Legislatif adalah lembaga perwakilan rakyat yang keberadaannya
telah dipilih oleh rakyat (voters). Rakyat berdasarkan asas demokrasi
adalah prinsipal utama dan legislatif berperan sebagai agen yang mewakili
rakyat sebagai prinsipal. Rakyat melakukan pengawasan terhadap DPR
dengan cara social pressure, yaitu rakyat berperan sebagai parliament
watch, media dan aksi langsung dengan kekuatan massa melalui
demonstrasi (Kencana, 2010). Legislatif berperan penting dalam
penganggaran daerah, karena DPRD adalah pengesah APBD dalam tahap
ratifikasi. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999, DPRD dan Gubernur,
Bupati atau Walikota menetapkan APBD. Sehingga, DPRD perlu untuk
mendengarkan aspirasi rakyat melalui berbagai komponen yang mewakili
rakyat, yaitu: Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi,
kuesioner, kotak pos, media massa, dan lain sebagainya (Kencana, 2010).
Masalah keagenan antara legislatif dengan rakyat adalah legislative
akan membela kepentingan rakyat atau pemilihnya, tetapi seringkali tidak
terjadi karena pendelegasian kewenangan rakyat atau pemilih dengan
legislatornya tidak ada kejelasan aturan konsekuensi kontrol keputusan
yang disebut abdikasi (abdication). Lupia dan Mc.Cubbins (2000) dalam
Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa abdikasi terjadi karena
pemilih (voters) tidak ingin mempengaruhi legislatif yang mereka pilih,
sedangkan legislatif tidak memiliki banyak waktu dan pengetahuan untuk
mengetahui semua kebutuhan rakyat. Sehingga, legislatur cenderung
13
melakukan political corruption dalam proses penyusunan anggaran dan
menimbulkan administration corruption. Legislatif akan memaksimalkan
utilitasnya (self interest) dalam pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan rakyat (Garamvalvi, 1997; Abdullah, 2006).
2) Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Eksekutif (Pemerintah Daerah)
Hubungan keagenan antara legislatif dan eksekutif berdasarkan UU
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terjadi perubahan posisi
luasnya kekuasaan antara legislatif sebagai prinsipal terhadap eksekutif
sebagai agen. DPRD tidak menjadi satu kesatuan dengan Kepala Daerah
beserta perangkatnya. Hubungan keagenan terjadi dalam konteks
pembuatan kebijakan, yang mana legislatif memberikan kewenangan
kepada agen untuk membuat usulan kebijakan baru dan berakhir setelah
usulan tersebut diterima atau ditolak. Fungsi DPRD adalah mengawasi
pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota, pelaksanaan APBD, pelaksanaan kebijakan
daerah dan pelaksanaan kerjasama internasional di daerah. Sedangkan,
kepala daerah memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas
terselenggaranya pemerintahan, serta meningkatkan kepuasan rakyat.
Kinerja kepala daerah dinilai dari keberhasilan berbagai program
pemerintahan dan kebijakan pada realisasi APBD dalam laporan
pertanggungjawaban kepada DPRD (Kencana, 2010).
Masalah keagenan dalam hubungan legislatif dan eksekutif adalah
legislatif cenderung melakukan “kontrak semu” dengan eksekutif, karena
14
memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power) (Kencana, 2010).
Legislatif mengutamakan kepentingan pribadi secara jangka panjang demi
menjaga kesinambungan dan nama baik politisi atau anggota dewan.
Sedangkan, eksekutif cenderung melakukan budgetary slack karena
memiliki keunggulan informasi (asimetri informasi) dan untuk
mengamankan posisinya di pemerintahan. Eksekutif akan mengusulkan
anggaran belanja yang lebih besar dan target anggaran yang lebih rendah,
agar lebih mudah dicapai ketika realisasi dilaksanakan.
3) Hubungan Keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan
KepalaDinas/Kantor/Badan
Hubungan keagenan antara Kepala Daerah (Bupati) dan Kepala
Dinas/Kantor/Badan adalah Kepala Daerah (Bupati) berperan sebagai
prinsipal dan Kepala Dinas/Kantor/Badan sebagai agen. Eksekutif akan
menyampaikan dokumen rancangan APBD kepada legislatif untuk diteliti
dan disahkan. Kepala daerah berorientasi pada penetapan sistem
pengendalian manajemen yang mengatur Dinas/Kantor/Badan, serta
mendukung keberhasilan reformasi anggaran, keuangan dan sistem
akuntansi daerah. Dinas/Kantor/Badan akan mengajukan daftar usulan
kegiatan daerah dan daftar usulan proyek daerah yang akan dibahas oleh
panitia anggaran daerah. Perangkat daerah (Dinas/Kantor/Badan)
bertanggung jawab dalam pelayanan masyarakat (Kencana, 2010).
Kencana (2010) mengutip pernyataan Mardiasmo (2001) bahwa slack
yang diciptakan oleh perangkat daerah cenderung merupakan slack yang
15
positif, karena menjaga hubungannya dengan kepala daerah dan
mengamankan pekerjaan dan posisi atau jabatan di pemerintahan.
2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk
mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah
mengeluarkan UU No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri
No.13/2006, Peraturan Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012
sebagai pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan
penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan
UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan
pengelolaan keuangan Negara. Salah satu penanggulangan yang dilakukan
pemerintah pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan
menerapkan sistem penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis
Kinerja (ABK). Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan
APBD di organisasi sektor publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses
pembangunan yang efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu
penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk
menggantikan sistem anggaran tradisional (traditional budget system). Proses
16
pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan
kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama
penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran
kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun
kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun,
dkk.,2007).
2.2.1 Prinsip Penyusunan APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan
Permendagri No.37/2012 adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun anggaran daerah meliputi masa satu
tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Prinsip penyusunan APBD berdasarkan
pada Permendagri No.37/2012 adalah:
1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah
daerah;
2) APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal;
3) Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, yaitu memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi yang
seluas-luasnya tentang APBD;
17
4) Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;
5) APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan;
6) Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
2.3.Pendekatan Kontijensi
Pendekatan kontijensi merupakan sebuah aplikasi konsep yang
menyatakan bahwa tidak ada suatu sistem kontrol terbaik yang dapat diterapkan
untuk semua organisasi dan penerapan sistem yang tepat harus memandang
adanya keterlibatan variabel konstektual dimana organisasi tersebut berada. Teori
kontinjensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi
manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk
berbagai macam tujuan dan untuk menghadapi persaingan (Otley, 1980).
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada
ketidakkonsistenan hasil penelitian. Hasil penelitian Camman,1976; Dunk, 1993;
Merchant, 1985; Onsi,1973 menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi agen
dalam proses penyusunan anggaran akan mengurangi kecenderungan untuk
menciptakan budgetary slack. Hal ini terjadi karena agen membantu memberikan
informasi pribadi tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun
menjadi lebih akurat. Sedangkan peneliti lain (Lowe dan Shaw, 1968; Lukka,
1988; Young,1985) mendapatkan bukti empiris bahwa partisipasi anggaran justru
menyebabkan manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran cenderung
untuk melakukan senjangan anggaran.
18
Govindarajan (1986) mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan
perbedaan dari berbagai hasil temuan tersebut, dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kontijensi (contingency approach). Beberapa penelitian
dalam bidang akuntansi manajemen melalui pendekatan kontinjensi bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel-variabel kontekstual dengan desain sistem
akuntansi manajemen dan untuk mengevaluasi keefektifan hubungan antara dua
variabel (hubungan antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack) dengan
menggunakan variabel kontekstual sebagai variable moderating (Latuheru, 2005).
Dalam pendekatan kontinjensi (contingency approach) dianggap bahwa
pembuatan dan penggunaan desain sistem pengendalian manajemen (termasuk
penganggaran) yang efektif tidaklah berlaku secara universal (Merchant, 1981).
Keefektifannya bergantung kepada berbagai faktor kontekstual yang selalu
dikenal dengan faktor-faktor kontinjensi, seperti ketidakpastian lingkungan,
teknologi yang diadopsi, budaya organisasi, dan karakter personal. Sistem
pengendalian manajemen, seperti partisipasi penganggaran perlu digeneralisasi
dengan mempertimbangkan faktor perilaku individu (manager) dalam
melaksanakan aktivitas apakah melakukan perilaku yang menyimpang (perilaku
dysfunctional), sehingga perlu adanya faktor kontijensi karakter personal antara
lain adalah self esteem, locus of control, dan kapasitas individu.
Hapsari (2011) menyatakan bahwa self esteem dan kapasitas individu
mampu menjadi faktor kontijensi pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack, karena dengan adanya keyakinan diri pada para manajer dimana
mereka menganggap mampu memberikan kontribusi yang positif dan memiliki
19
banyak hal yang dapat dibanggakan untuk kemajuan organisasi secara nyata akan
menurunkan budgetary slack yang terjadi saat para manajer diikutsertakan dalam
proses penyusunan anggaran. Berdasarkan hal tersebut penting untuk menyiapkan
individu yang memiliki self esteem yang tinggi dan kapasitas individu yang baik
untuk diikutsertakan dalam penyusunan anggaran.
Penelitian Sinaga (2013) menyatakan hasil bahwa locus of control mampu
menjadi faktor kontijensi hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary
slack. Apabila manajer memiliki internal locus of control, dia akan yakin akan
kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan maka penggunaan
anggaran partisipatif akan menimbulkan kepuasan kerja manajer dan diharapkan
akan meningkatkan kerja manajer, sehingga mampu menurunkan terjadinya
budgetary slack.
2.4 Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack)
Kesenjangan Anggaran (budget slack) adalah perbedaan antara jumlah
anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari
organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2007). Bawahan melakukan budget slack
dengan merendahkan pendapatan atau menaikkan biaya dibandingkan dengan
estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target anggaran akan lebih mudah
tercapai. Budget slack timbul karena keinginan dari atasan dan bawahan yang
tidak sama terutama jika kinerja bawahan dinilai berdasar pencapaian anggaran.
Apabila bawahan merasa insentifnya tergantung pada pencapaian sasaran
20
anggaran, maka mereka akan menciptakan budget slack melalui proses partisipasi
(Schiff dan Lewin, 1970; Chow dan Waller, 1988)
Budget slack juga didefinisikan sebagai suatu perilaku yang disfungsional
bahkan tidak jujur, karena manajer berusaha untuk memuaskan kepentingannya
dan menyebabkan meningkatnya biaya organisasi (Stevens, 1996). Oleh karena
itu, manajer secara moral menilai budget slack sebagai sesuatu yang negatif.
Hobson dkk (2011) mengeksplorasi argumen ini dan mengungkapkan bahwa
skema pembayaran slack-inducing (insentif) dan nilai-nilai personal mendorong
manajer menilai budget slack sebagai perilaku tidak etis.
2.5 Penganggaran Partisipatif
Brownell (1982) mengatakan penganggaran partisipatif merupakan suatu
proses dimana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai
pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan
kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka.
(Falikhatun, 2007).
Adapun karakteristik dari pertisipasi dalam penyusunan anggaran dapat
dilihat dari beberapa faktor Sumarno (2005:203), yaitu :
a. Pengaruh yang besar dalam partisipasi pengukuran anggaran
b. Pengaruh dalam revisi penyusunan anggaran
c. Pengaruh mengenai pendapat/usulan dalam penetapan anggaran
d. Keyakinan dalam memutuskan suatu anggaran
e. Pentingnya kontribusi usulan atau pemikiran dalam penyusunan anggaran
f. Keikutsertaan dalam kegiatan penyusunan anggaran.
21
Dari beberapa definisi mengenai partisipasi anggaran maka disimpulkan
bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan dan
pengaruh individu dalam proses penyusunan anggaran. Maka proses anggaran secara
partisipasi sangat dibutuhkan. Dengan adanya penyusunan anggaran secara partisipasi
dapat terjadi pertukaran informasi baik antara atasan dengan bawahan maupun level
manajemen yang sama.
2.6 Asimetri Informasi
Asimetri informasi adalah prinsipal atau pemegang kuasa anggaran
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada agen atau pelaksana
anggaran mengenai unit tanggung jawabnya, atau sebaliknya. Bila kemungkinan
pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari
atasan/pemegang kuasa anggaran kepada pelaksana anggaran mengenai
pencapaian target anggaran yang disepakati. Sebaliknya, bila kemungkinan kedua
terjadi, pelaksana anggaran akan menyatakan target yang lebih rendah daripada
yang dimungkinkan dicapai.
Young (1985) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi dapat
menyebabkan bawahan untuk melebih-lebihkan kebutuhan sumber daya mereka
atau mengecilkan kemampuan kerja mereka. Sehingga, interaksi antara anggaran
partisipatif dengan asimetri informasi dapat menyebabkan terjadinya budgetary
slack. Secara teoritis, asimetri informasi dapat dikurangi melalui monitoring dan
desain sistem informasi yang lebih baik.
22
2.7 Self Esteem
Self Esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi
diri secara keseluruhan. Self Esteem diukur dengan pernyataan positif dan negatif.
Pernyataan positif pada survey Self Esteem adalah “saya merasa bahwa saya
adalah seseorang yang sangat berarti, seperti orang lainnya, sedangkan pernyataan
pernyataan yang negatif adalah “saya merasa bahwa saya tidak memiliki banyak
hal untuk dibanggakan”. Orang yang sepakat dengan pernyataan positif dan tidak
sepakat dengan pernyataan negatif memiliki Self Esteem yang tinggi dimana
mereka melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Orang yang dengan
Self Esteem rendah tidak merasa baik dengan dirinya. Para peneliti
mendefinisikan Self Esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh
individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam
konteks organisasi. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi cenderung
memandang diri mereka sendiri sebagai sebagai orang yang penting, berharga,
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka
(Kreitner&Kinicki, 2003). Dengan demikian jika seseorang merasa dirinya begitu
penting, berharga dan berpengaruh maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan
yang dilakukannya karena apa yang dilakukannya berhasil dan menciptakan hasil
yang optimal.
Pernyataan Coopersmith yang dikutip oleh Sulistyaningsih (1995)
menyatakan bahwa dengan self esteem individu dapat mengevaluasi dirinya
sehingga membuatnya mampu untuk menghargai diri sendiri, hal ini
menimbulkan suatu sikap yang disetujui atau dan tidak disetujui dan
23
mengindikasikan perluasan rasa percaya akan kemampuannya, kesuksesannya,
dan keberartiannya. Singkatnya, Self Esteem adalah suatu pendapat pribadi yang
diekspresikan dalam sikap-sikap individu yang berpatokan pada dirinya sendiri.
Saifuddin Azwar menyatakan bahwa Self Esteem merupakan dasar
pembentukan konsep diri. Dikatakan oleh bechman dan O Malley bahwa konsep
diri yang positif akan membuat individu lebih ambisius, lebih antusias, dan
meletakkan aspirasinya pada level yang tinggi. Self Esteem bukanlah faktor yang
dibawa sejak lahir, namun merupakan faktor yang dipelajari, dan terbentuk
sepanjang pengalaman hidup individu dalam relasinya dengan diri sendiri maupun
dengan individu yang lain (Sulistyaningsih, 1995).
2.7.1. Ciri-Ciri Self Esteem
Sulistyaningsih (1995) mengutip Coopersmith, bahwa ada tiga tingkatan
dalam Self Esteem dan tiap tingkatan punya ciri-ciri yang berbeda. Seseorang
dengan Self Esteem tinggi mempunyai ciri-ciri aktif, ekspresif, bebas
mengungkapkan pendapat, cenderung sukses dalam bidang akademik maupun
bidang sosial, mau menerima kritik dan perbedaaan pendapat, mempunyai
perhatian yang cukup terhadap lingkungannya, optimistik dan mempunyai tingkat
kecemasan yang relatif rendah.
Pada tingkat menengah, terdapat ciri-ciri yang hampir sama dengan tinggi,
tetapi orang yang memiliki Self Esteem tingkat menengah menunjukan
kebimbangan dalam menilai dirinya sendiri sehingga dukungan sosial masih
sangat dibutuhkan.
24
Pada tingkatan yang rendah Self Esteem menunjukan ciri-ciri rendah diri,
takut terhadap pendapat yang bertentangan dengan dirinya, kurang aktif dan
ekspresif bahkan cenderung merasa dirinya terisolasi dan tidak dicintai, dalam
aktivitas sosial lebih suka sebagai pendengar dan pengikut, kurang dapat
menerima kritik, sering melaumun dan mudah tersinggung.
Pernyataan Nuryati Atamimi yang dikutip oleh Sulistyaningsih (1995)
juga mencatat pandapat dua ahli yaitu De ViestaF. J. Dan G. T. Thompson bahwa
orang-orang dengan Self Esteem yang tinggi cenderung untuk melihat dirinya
sebagai orang yang berhasil secara relatif bebas dari kecemasan dan sintom
psikomatis, yakni akan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan percaya
bahwa usaha-usaha yang dilakukannya akan mendapatkan hasil. Mereka mudah
menerima orang lain seperti orang lain menerima dirinya, serta lebih mandiri
daripada mereka yang memiliki Self Esteem yang rendah.
2.8 Locus of Control
Rotter (1990) mendefinisikan locus of control sebagai suatu variabel
kepribadian tentang keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol
nasib (destiny) dirinya sendiri. Konsep Locus of control didasarkan pada teori
pembelajaran sosial (theory social learning) (Reiss dan Mitra, 1998). Teori
pembelajaran sosial menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh individu dari berbagai
macam perilaku potensial yang tersedia untuk mereka (Phares, 1976 dalam Reiss
dan Mitra, 1998). Locus of control didefinisikan Mac Donald (1973) dalam Tsui
dan Gul (1996) sebagai sejauh mana seseorang merasakan hubungan kontijensi
25
antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Seseorang yang percaya bahwa
mereka memiliki pengendalian atas takdir mereka disebut internal. Dalam hal ini,
mereka mempercayai bahwa pengendalian itu terletak dalam diri mereka sendiri.
Dilain pihak, eksternal adalah orang yang percaya bahwa hasil mereka ditentukan
oleh agen atau faktor ekstrinsik diluar mereka sendiri. Sebagai contoh, oleh takdir,
keberuntungan, kekuatan yang lain atau sesuatu yang tidak dapat diprediksi.
Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku seorang manajer
dalam penyusunan anggaran akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of control-
nya. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa
suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran
dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya, orang dengan
eksternal locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar
kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan,
dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Penelitian
Singer dan Singer (2001) mencoba untuk mengungkapkan eskalasi ko mitmen
yang berbeda-beda pada individu yang sensitizer dan repressor dan individu yang
internal locus of control dan external locus of control. Hasil mengungkapkan
bahwa individu yang repressor cenderung mengalami eskalasi lebih besar
daripada individu yang sensitizer, demikian juga dengan individu yang cenderung
internal locus of control mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang
cenderung external locus of control.
26
2.9 Kapasitas Individu
Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik
melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan
pelatihan merupakan investasi sumberdaya manusia yang dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja
seseorang. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang telah
ditempuh seseorang di bangku sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum
pendidikan yang baku dan waktu yang relatif lama biasanya dapat membekali
seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan umum.
Pelatihan merupakan pendidikan yang diperoleh seorang karyawan di
instansi terkait dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan
atau dunia kerja. Pelatihan biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat
dengan tujuan untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Sedangkan,
pengalaman adalah pendidikan yang diperoleh sesorang selama bekerja di
instansinya. Pengalaman seorang pegawai berkaitan dengan kondisi psikologis
seseorang yang sudah handal dalam melaksanakan pekerjaan karena
pengalamannya dalam beberapa tahun (Simanjuntak, 2011).
Menurut David (1964) yang dikutip oleh Nasution (2011) kinerja
seseorang merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Motivasi
merupakan perpaduan antara sikap dan kondisi, sedangkan kemampuan
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan produktifitas kerja dan
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Individu yang
27
memiliki pengetahuan yang cukup adalah individu yang berkualitas dan mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya.
2.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai budgetary slack telah dilakukan oleh banyak peneliti
dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil-hasil penelitian terdahulu
dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 2.2 (Lampiran 1).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lowe dan Shaw (1968), Merchant
(1981), Young (1985), Andriyani dan Hidayati (2010), Nasution (2010) dan
penelitian-penelitian lainnya menunjukkan bahwa anggaran partisipatif yang
tinggi dapat menyebabkan budgetary slack. Hasil-hasil tersebut berbeda dengan
penelitian Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Camman (1976), Minan (2005),
Utomo (2006), Supanto (2010), Schoute dan Wiersma (2011), dan penelitian-
penelitian lainnya yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi dapat
mengurangi terjadinya budgetary slack. Sebaliknya, jika anggaran partisipatif
menurun, maka dapat meningkatkan budgetary slack.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong
peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan
antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Tujuannya adalah untuk
mengetahui pengaruh variabel kontijensi dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan tersebut. Penelitian ini mereplikasi penelitian Sandrya (2013) dengan
menggunakan satu variabel kontijensi yang sama yaitu kapasitas individu dan
28
menambahkan variabel kontijensi lainnya yaitu asimetri informasi, self esteem,dan
locus of control.
29
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan hasil dari abstraksi dan sintesis teori dari
kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. Pembentukan
kerangka berpikir bertujuan untuk menjawab dan memecahkan persoalan
penelitian, yaitu penyusunan hipotesis penelitian yang merupakan dugaan
sementara. Dalam membentuk kelompok teori yang akan dikemukakan pada
kerangka berpikir untuk membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya (Sugiono,2010;31). Selanjutnya dilakukan pengujian
statistik terhadap variabel tersebut. Dari hasil pengujian statistik akan diketahui
apakah penelitian ini mendukung teori dan studi empiris yang telah ada
sebelumnya.
Isu budgetary slack telah dibahas oleh beberapa peneliti dengan hasil
yang tidak konsisten dan berdasarkan data Anggaran Belanja Asli dan Belanja
Daerah Kabupaten Jembrana, sehingga peneliti termotivasi untuk memasukkan
variabel pemoderasi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara
penganggaran partisipatif dengan budgetary slack. Variabel moderasi yang
digunakan adalah asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas
individu yang mungkin mempengaruhi penganggaran partisipatif dan budgetary
slack.
30
Berikut ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian yang disajikan pada
Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BUDGETARY SLACK
DENGAN ASIMETRI INFORMASI, SELF ESTEEM, LOCUS OF CONTROL DAN
KAPASITAS INDIVIDU SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(STUDI PADA SKPD KABUPATEN JEMBRANA, BALI)
Kajian Teoretis
1. Teori
keagenan
(agency
theory)
sebagai grand
theory
2. Pendekatan
Teori kontijensi
sebagai teori
pendukung
Kajian Empiris Penelitian terdahulu :
1.Artikel asing: Lowe dan Shaw (1968), Schift dan Lewin
(1970), Onsi (1973), Camman (1976), Collin (1978), Baiman
(1982), Young (1985), , Lukka (1988), Siegel dan Marconi
(1989), Dunk ( 1993), Dunk dan Perera (1997), Douglas dan
Wier (2000), Martjin dan Wiersma (2011), Nouri dan Parker
(1996),dll
2.Artikel Indonesia (nasional): Wartono (1998), Supomo dan
Indriantoro (1998), Yuwono (1999), Latuheru (2005), Hafsah
(2005), Minan (2005), Utomo (2006), Sari (2006), Nasution
(2011), Hapsari (2011), Sandrya (2013), Sinaga (2013) , dll
Hipotesis:
H1: Penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack.
H2: Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.
H3: Self esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack.
H4: Locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.
H5: Kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.
Pengujian Hipotesis
Pengujian H1, H2, H3, H4, dan H5 menggunakan analisis regresi moderasi dengan
metode interaksi (Moderated Regression Analysis/MRA)
Uji model: uji statistik F (F-test)
Uji hipotesis: uji statistik t atau uji parsial (t-test)
Pembahasan Hasil
Kesimpulan dan saran
31
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan konsep berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian
disusun konsep penelitian yang merupakan hubungan logis dari landasan teori dan
kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kerangka konsep
menunjukkan semua variabel yang berpengaruh pada penelitian. Konsep
penelitian dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.2 sebagai berikut:
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
Gambar 3.2 mendeskripsikan pengaruh variabel independen yaitu
penganggaran partisipatif pada budgetary slack sebagai variabel dependen dengan
asimetri informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai
variabel moderasi.
Penganggar
an
partisipatif
Budgetary
Slack
Asimetri
Informasi
Self
Esteem
Locus of
Control
Kapasitas
Individu
32
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack
Sistem anggaran berbasis kinerja yang kini diberlakukan adalah
reformasi dari sistem anggaran berbasis tradisional yang menggunakan
kinerja sabagai tolok ukur keberhasilan suatu organisasi dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Namun, penilaian kinerja
berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran daerah menimbulkan
terjadinya budgetary slack. Agen cenderung mengajukan anggaran dengan
merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan
estimasi terbaik dari yang diajukan, sehingga target akan lebih mudah
tercapai, hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
penghargaan atas target yang telah dicapai. Selain itu, tahap perencanaan
dan persiapan anggaran daerah sering menimbulkan budgetary slack, karena
penyusunan anggaran seringkali didominasi oleh kepentingan eksekutif dan
legislatif, serta kurang mencerminkan kebutuhan masyarakat (Kartiwa,
2004). Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Lowe dan Shaw (1968),
Merchant (1981), Young (1985), Antie dan Eppen (1985), Andriyani dan
Hidayati (2010), dan Nasution (2011) dan penelitian lainnya yang
menyatakan bahwa penganggaran partisipatif meningkatkan terjadinya
budgetary slack. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan:
H1: Penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack.
33
3.3.2 Kemampuan asimetri informasi memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Berdasarkan teori keagenan, manusia akan bertindak opportunistik
yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi.
Agen akan termotivasi untuk meningkatkan kompensasi di masa mendatang
guna meningkatkan kinerjanya, sedangkan prinsipal termotivasi untuk
meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya. Prinsipal tidak dapat memonitor
kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen mengetahui informasi penting
mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan organisasinya secara
keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi yaitu
ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen.
Asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen yang
berpartisipasi dalam penganggaran dapat menimbulkan budgetary slack.
Karena, kinerja yang dinilai dari tingkat pencapaian anggaran menjadi
motivasi agen untuk melakukan asimetri informasi untuk memudahkan
pencapaian anggaran. Teori ini didukung oleh Young (1985), Utomo
(2006), Djasuli dan Fadilah (2011) bahwa interaksi penganggaran
partisipatif dan asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan pada
budgetary slack. Menurut Anthony dan Govindarajan (2001) dalam
Falikhatun (2007), eksekutif sebagai agen cenderung melakukan budgetary
slack, karena bertujuan untuk mengamankan posisinya di pemerintahan.
Sedangkan, legislatif sebagai principal cenderung melakukan kontrak semu
dengan eksekutif. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat
dihipotesiskan:
34
H2: Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack.
3.3.3 Kemampuan self esteem memoderasi penganggaran partisipatif pada
budgetary slack
Penciptaan slack dalam anggaran memiliki dampak negatif bagi
perusahaan. Slack diciptakan penyusun anggaran untuk mengamankan
jabatan, mendapatkan bonus, ataupun mendapatkan promosi dari atasan,
oleh karena itu slack dalam anggaran seharusnya dihindari atau sekurang-
kurangnya diminimalkan oleh perusahaan. Orang yang memiliki Self Esteem
tinggi diharapkan mampu untuk mengurangi Budgetary Slack. Mereka
cenderung memandang dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh,
maka timbul kepercayaan diri atas pekerjaan yang dilakukannya karena ia
memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan
menciptakan hasil yang optimal. Pemenuhan tingkat aspirasi mereka lebih
pada kinerjanya bukan pada tujuan pribadinya. Hal ini didukung oleh
penelitian Belkoui (1989) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) serta
penelitian Nugrahani dan Sugiri (2004) sendiri, yang sama-sama
memberikan bukti empiris bahwa karyawan yang memiliki Self Esteem
rendah cenderung lebih tinggi dalam membuat budgetary slack.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan:
H3 : Self Esteem memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack
35
3.3.4 Kemampuan locus of control memoderasi penganggaran partisipatif
pada budgetary slack
Pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack dapat
diperkuat dan diperlemah oleh locus of control. Menurut Robbins (1996)
dalam Sinaga (2013) locus of control adalah sampai sejauh mana orang
yakin bahwa mereka menguasai nasib mereka sendiri. Dunk dan Nouri
(1998) mengemukakan bahwa bila manager berpandangan bahwa faktor
penentu berada dalam kendali individu (internal locus of control), maka
manajer akan berusaha secara optimal untuk mempengaruhi organisasi agar
dapat mencapai target yang ditentukan. Sebaliknya, bila manager
berpandangan bahwa faktor pengendali berada diluar kendali organisasi
(eksternal locus of control), maka manajer akan merasa tidak berdaya untuk
menggerakkan organisasi mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam
anggaran. Dengan demikian, manajer akan termotivasi untuk menciptakan
budgetary slack serta tindakan penyimpangan lainnya untuk memungkinkan
tercapainya sasaran organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dihipotesiskan:
H4 : Locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif
pada budgetary slack
3.3.5 Kemampuan kapasitas individu memoderasi penganggaran partisipatif
pada budgetary slack
Pemerintah daerah dalam era otonomi daerah dihadapkan pada
tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan profesionalisme birokrasi.
36
Sehingga, pemerintah daerah perlu untuk mempersiapkan tenaga kerja atau
aparatur yang profesional dalam bekerja. Kapasitas individu dari aparatur
daerah dapat terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui
pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman. Hal ini juga penting bagi
pemerintah daerah dalam menghadapi dan mengantisipasi ketidakpastian
lingkungan, terutama isu budgetary slack. Menurut Yuhertiana (2004),
inidvidu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan
sumber daya dengan baik, sehingga dapat menurunkan budgetary slack.
Tetapi, Sari (2006), Nasution (2011) dan Hapsari (2011) menyatakan hal
yang berbeda bahwa kapasitas individu yang meningkat justru
memunculkan budgetary slack dan sebagai konsekuensi yang muncul dalam
penyusunan anggaran. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
dihipotesiskan:
H5: Kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan rencana dari struktur penelitian yang
mencakup tahapan-tahapan penelitian mulai dari latar belakang masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian pustaka serta penelitian-penelitian sebelumnya
untuk dapat merumuskan suatu hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya adalah
mempersiapkan data penelitian dan pengujian hipotesis sehingga dapat ditarik
kesimpulan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat praktis bagi
pemerintah daerah dalam menyikapi isu budgetary slack akibat dari adanya sistem
anggaran berbasis kinerja. Populasi pada penelitian ini adalah pejabat struktural
yang terdiri dari Eselon II, III, dan IV di Kabupaten Jembrana. Sampel dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan yang digunakan
adalah metode survei berupa kuesioner. Semua hipotesis penelitian diuji
menggunakan analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression
Analysis/MRA) dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and
Service Solutions) 20.0 for windows. Data yang diperoleh akan disajikan dalam
bentuk pembahasan dan interpretasi hasil, diberi kesimpulan dan saran.
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
38
Gambar 4.1
Rancangan Penelitian
4.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana. Waktu penelitian adalah pada bulan Juni –
Oktober 2014, karena pemerintah daerah akan menyampaikan Kebijakan Umum
APBD tahun anggaran 2015 pada pertengahan bulan Juni tahun 2014.
Masalah Penelitian
Hipotesis Penelitian
Variabel Penelitian
Instrumen Penelitian: Kuesioner
Desain sampel:
-populasi
-sampel
-responden
- Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesionerTeknik
pengambilan sampel: teknik purposive sampling
Pengolahan data dan analisis
Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data
Simpulan dan saran
39
4.3 Penentuan Sumber Data
4.3.1 Data menurut sumbernya
Menurut sumbernya, data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder (Sugiyono, 2009:137).
1) Data primer diperoleh dari daftar pernyataan dalam bentuk kuesioner yang
diberikan secara langsung kepada responden. Hasil yang diperoleh akan
diolah dalam bentuk pembahasan, kesimpulan dan saran.
2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data APBD tahun anggaran
2007-2013 di Kabupaten Jembrana, Jumlah pejabat struktural di SKPD
Kabupaten Jembrana.
4.3.2 Data menurut sifatnya
Berdasarkan sifatnya, data dibagi menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif (Sugiyono, 2009:14). Penelitian ini hanya menggunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka (Sugiyono, 2009:
14). Data kuantitatif berupa informasi mengenai laporan APBD tahun 2007-2013
Kabupaten Jembrana, jumlah pejabat strutural Eselon II, III, dan IV di Kabupaten
Jembrana, data yang diperoleh dari pernyataan responden yang dinyatakan dalam
angka-angka meliputi skor nilai dari jawaban responden dalam kuesioner
penelitian
4.3.3 Populasi dan Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural, terdiri dari Eselon
II, III, dan IV yang masih aktif tugas sampai bulan Desember 2014 yang
berjumlah 466. Sampel pada penelitian ini adalah pejabat struktural yang
40
berpartisipasi dalam penganggaran daerah. Metode pengumpulan data
menggunakan metode survei berupa kuesioner, yaitu daftar pernyataan tertulis
yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Nama-nama SKPD dan
jumlah jabatan struktural di SKPD Kabupaten Jembrana berdasarkan Eselon
perangkat daerah dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pejabat struktural di lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana berdasarkan
eselon perangkat daerah pada Tabel 4.2, antara lain:
1) Pejabat Eselon II (Eselon II/a dan II/b) sebanyak 22, terdiri dari Sekretaris
Daerah, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Inspektorat, dan Kepala
Badan Daerah.
2) Pejabat Eselon III (Eselon III/a dan III/b) sebanyak 101, terdiri dari Kepala
Bidang pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Inspektorat, Sekretaris pada
Badan Daerah, Dinas Daerah dan Kepala Bagian di lingkungan Sekretaris
Daer ah Kabupaten Jembrana.
3) Pejabat Eselon IV (Eselon IV/a dan IV/b) sebanyak 343, terdiri dari Kepala
Seksi dan Kepala Sub. Bagian.
41
Tabel 4.2
Nama-nama SKPD dan Jumlah Jabatan Struktural
di Lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana
No. SKPD
ESELON
Jumlah II III IV
A B A B A B
1 Sekretariat Daerah 1 6 8 - 24 - 39
2 Sekretariat DPRD - 1 4 - 8 - 13
3 Inspektorat - 1 4 - 12 - 17
4 Badan Perencanaan Pembangunan dan
Penanaman Modal
- 1 1 4 11 - 17
5 Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan
- 1 1 6 21 - 29
6 Dinas Kesehatan - 1 1 4 15 - 21
7 Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
- 1 1 4 13 - 19
8 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika
- 1 1 3 12 - 17
9 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil - 1 1 3 12 - 17
10 Dinas Pekerjaan Umum - 1 1 4 15 - 21
11 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi
- 1 1 3 12 - 17
12 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Peternakan
- 1 1 4 15 - 21
13 Dinas Kelautan, Perikanan, dan
Kehutanan
- 1 1 4 15 - 21
14 Dinas Pendapatan - 1 1 4 15 - 21
15 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) - 1 1 4 11 - 17
16 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Daerah
- 1 1 4 11 - 17
17 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik - - 1 - 4 - 5
18 Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan
- - 1 - 4 - 5
19 Kantor Perpustakaan dan Arsip - - 1 - 4 - 5
20 Kantor Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana
- - 1 - 4 - 5
21 Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu - - 1 - 4 - 5
22 Rumah Sakit Umum - - 1 4 9 - 14
23 Satuan Polisi Pamong Praja - - 1 - 1 6 8
24 Kecamatan ( 5 Kecamatan) - - 5 5 20 15 45
25 Kelurahan (10 Kelurahan) - - - 10 40 50
Jumlah: 1 21 41 60 282 61 466
Sumber: SekDa Kabupaten Jembrana 2014
42
Tabel 4.3
Jumlah Sampel Penelitian
No. SKPD
ESELON
Jumlah II III IV
A B A B A B
I Jumlah Populasi 1 21 41 60 282 61 466
II Jumlah Eselon yang tidak ikut
berpartisipasi dalam penganggaran
- 5 10 46 244 51 356
III Jumlah Eselon yang ikut
berpartisipasi dalam penganggaran
1 16 31 14 38 10 110
Rincian sampel:
1
Badan Perencanaan Pembangunan dan
Penanaman Modal
- 1 1 1 1 - 4
5 Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan
- 1 1 1 1 - 4
6 Dinas Kesehatan - 1 1 1 1 - 4
7 Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
- 1 1 1 1 - 4
8 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika
- 1 1 1 1 - 4
9 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil - 1 1 1 1 - 4
10 Dinas Pekerjaan Umum - 1 1 1 1 - 4
11 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi
- 1 1 1 1 - 4
12 Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Peternakan
- 1 1 1 1 - 4
13 Dinas Kelautan, Perikanan, dan
Kehutanan
- 1 1 1 1 - 4
14 Dinas Pendapatan - 1 1 1 1 - 4
15 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) - 1 1 1 1 - 4
16 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Daerah
- 1 1 1 1 - 4
17 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik - - 1 - 1 - 2
18 Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan
- - 1 - 1 - 2
19 Kantor Perpustakaan dan Arsip - - 1 - 1 - 2
20 Kantor Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana
- - 1 - 1 - 2
21 Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu - - 1 - 1 - 2
22 Rumah Sakit Umum - - 1 1 1 - 3
23 Satuan Polisi Pamong Praja - - 1 - 1 - 2
24 Kecamatan ( 5 Kecamatan) - - 5 - 5 - 10
25 Kelurahan (10 Kelurahan) - - - 10 10 20
Jumlah sampel: 1 16 31 14 38 10 110
17 45 48 110
43
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu metode
pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang
ditetapkan. Kriteria dalam penelitian ini adalah pejabat Eselon II/III/IV (kepala
badan/kepala dinas/kepala bagian/kepala kantor/kepala sub bagian/sekertaris pada
badan daerah) yang ikut serta berpartisipasi secara langsung dalam proses
penyusunan anggaran. Kriteria ini digunakan karena tidak semua pejabat eselon
ikut serta dalam penganggaran, sehingga digunakan kriteria untuk menghindari
terjadinya kesalahan penentuan sampel. Jumlah sampel berdasarkan pada Tabel
4.3 diperoleh sebanyak 110 orang sebagai sampel penelitian.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang dianalisis pada penelitian ini berdasarkan
rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:
1) Variabel Bebas/Independen
Variabel bebas atau independen yang dianalisis pada penelitian ini adalah
penganggaran partisipatif.
2) Variabel Terikat/Dependen
Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah budgetary slack.
3) Variabel Moderasi (Moderating Variable)
Variabel moderasi pada penelitian ini adalah asimetri informasi, self
esteem, locus of control, dan kapasitas individu.
44
4.4.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:
1) Penganggaran Partisipatif
Penganggaran partisipatif adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh
individu yaitu para pejabat struktural yang terlibat dalam penganggaran
daerah. Penganggaran partisipatif (PA) diukur dengan 3 indikator, yaitu:
(a) Keikutsertaan dalam penyusunan usulan kegiatan, (b) Keterlibatan
dalam pembahasan usulan dengan tim anggaran, dan (c) Kontribusi dalam
penyusun ananggaran. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
kuesioner yang diadaptasi dari penelitian Milani (1975) pada Adrianto
(2008), terdiri dari 5 pertanyaan.
2) Budgetary Slack
Budgetary slack adalah usaha masing-masing pejabat struktural dalam
penganggaran daerah yang termotivasi untuk mencapai target yang lebih
mudah. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan
oleh Begum (2009) pada Sandrya (2013) di organisasi sektor publik.
Indikator budgetary slack (BS) adalah jumlah anggaran pendapatan yang
dibuat lebih rendah dari seharusnya dan jumlah anggaran belanja yang
dibuat lebih tinggi dari seharusnya, terdiri dari 5 pernyataan.
3) Variabel Moderasi
(1) Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya budgetary slack. Kesempatan berpartisipasi digunakan agen
45
untuk membuat budgetary slack guna meningkatkan kinerjanya. Indikator
asimetri informasi (AI) diukur dengan 4 indikator, yaitu: (a) Kecukupan
informasi, (b) Kualitas informasi yaitu informasi yang mampu memenuhi
kebutuhan kualitas informasi, (c) Kuantitas informasi yaitu informasi yang
mampu memenuhi kebutuhan banyaknya informasi, dan (d) Pemahaman
informasi. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh
Novita, dkk., (2009) di organisasi sektor publik, terdiri dari 6 pernyataan.
(2) Self Esteem
Self esteem merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
budgetary slack. Orang yang memiliki Self Esteem tinggi diharapkan mampu
untuk mengurangi Budgetary Slack. Mereka cenderung memandang dirinya
begitu penting, berharga dan berpengaruh, maka timbul kepercayaan diri atas
pekerjaan yang dilakukannya karena ia memiliki keyakinan bahwa apa yang
dilakukannya akan berhasil dan menciptakan hasil yang optimal. Instrumen
penelitian berupa kuisioner yang dikembangkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Rosenberg (1965) dan telah diterjemahkan oleh Azwar (
2003), terdiri dari 10 pertanyaan.
(3) Locus Of Control
Locus of control merupakan tingkatan dimana seseorang menerima
tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka.
Indikator Locus of control (LC) diukur dengan 3 indikator, yaitu: (a)
Kepercayaan akan adanya takdir, (b) Kepercayaan diri, (c) Usaha/kerja
46
keras. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dikembangkan oleh
Sinaga (2013), terdiri dari 8 pertanyaan.
(4) Kapasitas Individu
Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari proses
pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, pelatihan dan
pengalaman. Indikator Kapasitas Individu (KI) diukur dengan 3 indikator,
yaitu: (a) Pendidikan, (b) Pelatihan, dan (c) Pengalaman. Instrumen
kapasitas individu berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Sari (2006),
terdiri dari 7 pernyataan.
47
Definisi operasional dan indikator variabel secara ringkas dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Indikator Penilaian Variabel
Variabel Indikator Jumlah
pertanyaan Anggaran Partisipatif (PA) - Keterlibatan dalam penyusunan usulan
kegiatan
- Keterlibatan dalam pembahasan
usulan dengan Tim Anggaran
- Kontribusi dalam pembahasan
anggaran (Supriyatno, 2010)
1
2
2
Asimetri informasi (AI) - Kecukupan informasi
- Kualitas informasi
- Kuantitas informasi
- Pemahaman informasi (Novita, dkk.,
2009)
1
1
1
3
Self Esteem (SE) - Pengendalian diri
- Keyakinan untuk sukses dalam
menyelesaikan tugas dan berhadapan
dengan orang lain
- Kepercayaan diri
( A.H Eagly, 2003)
3
3
4
Locus of Control (LC) - Kepercayaan akan adanya takdir
- Kepercayaan diri
- Usaha/kerja keras
( Rotler dalam Robbins,1998)
3
3
2
Kapasitas Individu (KI) - Pendidikan
- Pelatihan
- Pengalaman
(Sari, 2006)
3
2
2
Budgetary slack (BS) - Jumlah anggaran pendapatan yang
dibuat lebih rendah dari seharusnya;
- Jumlah anggaran belanja yang dibuat
lebih tinggi dari seharusnya.
(Begum, 2009)
3
3
Sumber data diolah: 2014
48
4.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei berupa
kuesioner, yaitu dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011;135). Kuesioner yang
disebarkan berupa daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai
penganggaran partisipatif, budgetary slack, asimetri informasi, self esteem, locus
of control, dan kapasitas individu. Masing-masing variabel tersebut disiapkan
dengan jumlah pernyataan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kuesioner
disertai surat pemohonan untuk menjadi responden diberikan secara langsung.
Jika ada halangan tertentu, responden diberikan kebijakan berdasarkan
kesepakatan antara peneliti dengan responden.
4.6 Instrumen Penelitian
4.6.1 Skala Pengukuran
Pengukuran masing-masing varabel menggunakan skala Likert lima
poin, yaitu: Skor 1= sangat tidak setuju (STS); Skor 2= tidak setuju (TS);
Skor 3= ragu-ragu (RR); Skor 4= setuju (S); dan Skor 5= sangat setuju (SS).
Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data ordinal. Data ordinal
adalah data kualitatif yang menggunakan angka sebagai symbol data
kualitatif atau bukan angka sebenarnya dan dalam prosedur statistik, seperti:
regresi, uji t dan lain sebagainya, mengharuskan data berskala interval.
Tahap awal yang akan dilakukan adalah mengolah data dengan merubah
data ordinal menjadi data interval menggunakan Method Successive Interval
49
dengan bantuan program Excel. Method Successive Interval merupakan
proses mengubah data ordinal menjadi data interval (Sarwono dan Budiono,
2012).
4.6.2 Uji Reliabilitas dan Validitas
Uji reliabilitas dan uji validitas dilakukan dengan bantuan program
SPSS (Stastistival Product and Service Solutions) 20.0 for windows.
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2011;119).
Uji reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan melihat Cronbach’s
Alpha. Instrumen yang reliabel berarti bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Variabel
dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70
(Ghozali, 2011;48). Instrumen yang reliabel belum tentu valid dan
instrumen yang valid belum tentu reliabel, sehingga reliabilitas instrum en
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono,
2011;120).
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid/sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mendapatkan apa yang hendak diukur. Instrumen yang tidak valid atau bias
akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Uji validitas dapat dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi pada hasil analisis korelasi bivariate pada
kolom Corelations (Ghozali, 2011;55).
50
4.7 Teknik Analisis Data
4.7.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pelanggaran asumsi klasik atau tidak, karena merupakan persyaratan
statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang
berbasis ordinary least square (OLS). Estimasi yang tidak sahih atau valid
biasanya terjadi karena adanya penyimpangan terhadap asumsi tersebut.
Pengujian asumsi klasik meliputi uji Normalitas dan uji Heteroskedastisitas
4.7.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual
terdistribusi Normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data yang Normal atau mendekati Normal. Ada dua cara yang
dapat digunakan, yaitu:
(a) Analisis grafik, yaitu: dengan melihat Normal Probability Plot, yaitu
membandingkan distribusi komulatif dari data observasi dengan
distribusi yang mendekati Normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika data berdistribusi Normal, maka garis yang
menggambarkan data observasi akan mengikuti garis diagonalnya
(Ghozali, 2011;34).
(b) Analisis statistik, yaitu uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Uji ini dilakukan dengan membandingkan dis tribusi
51
kumulatif relatif hasil observasi dengan distribusi kumulatif relatif
teoretisnya. Data populasi dapat dikatakan berdistribusi Normal bila
koefisien Asymp. Sign. (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 (Ghozali,
2011;33)
4.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2011;105). Model regresi
yang baik adalah tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau
mempunyai variance yang homogen. Jika suatu model regresi
mengandung gejala heteroskedastisitas, maka akan memberikan hasil yang
menyimpang. Uji ini dapat dianalisis melalui Uji Glejser dengan melihat
tingkat signifikan berada di atas 0,05 maka model regresi bebas dari
masalah heteroskedastisitas.
4.7.2 Analisis Regresi
Model analisis data dan uji hipotesis dalam penelitian ini adalah
model analisis regresi moderasi interaksi (Moderated Regression
Analysis). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack, serta mengetahui
pengaruh asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan kapasitas
individu yang memoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif
dengan budgetary slack. Analisis regresi ini merupakan aplikasi khusus
52
regresi linier berganda yang mana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
independen). Bentuk regresi ini dirancang untuk menentukan hubungan
antar dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga (variabel
moderasi) (Suliyanto, 2011). Secara sistematis diperoleh persamaan
regresi:
Y = a + b1PA + b2AI + b3SE+ b4LC + b5KI + b6 PA xAI + b7 PA xSE +
b8 PA xLC + b9 PA xKI + e……………….…..……………………. (1)
Keterangan:
Y : Budgetary Slack
PA : Penganggaran Partisipatif
AI : Asimetri Informasi
SE: Self Esteem
LC: Locus of control
KI : Kapasitas Individu
a : Konstanta
b1- b9 : Koefisien Regresi
PA xAI: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan asimetri
informasi
PA xSE: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan self esteem
PA xLC:Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan locus of control
PA xKI: Interaksi antara penganggaran partisipatif dengan kapasitas
individu
e : error atau variabel pengganggu
Berdasarkan analisis regresi, kemudian diamati Goodness of Fit-nya yaitu:
koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis (Uji t).
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1) Koefisien determinasi
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi
53
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
terikatnya (Suliyanto, 2011:55).
2) Uji kelayakan model (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel terikat ma ka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan
dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu
dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi F ≤ α =
0,05 maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya F > α = 0,05 maka model persamaan regresi tidak masuk dalam
kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:67).
3) Uji hipotesis (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis atau pengaruh secara parsial
(per variabel bebas) terhadap variabel terikat (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini
dapat dilakukan dengan mengamati hasil regresi yang diolah menggunakan
program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas dengan α = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t ≤ 0,05 maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima (Suliyanto, 2011:67).
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Responden
Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa kuesioner
dengan responden berdasarkan jabatan struktural Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Jembrana yang ikut serta dalam
penganggaran daerah. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan
teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian. Ringkasan
penyebaran dan pengambilan kuesioner penelitian disajikan pada Tabel 5.1
berikut ini:
Tabel 5.1
Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner
Keterangan Jumlah kuesioner
Jumlah populasi 466
Jumlah sampel 110
Kuesioner yang dikirim 110
Kuesioner yang direspon 105
Kuesioner yang tidak direspon 5
Kuesioner yang tidak dapat digunakan 3
Kuesioner yang dapat digunakan 102
Tingkat pengembalian (respon rate)= x 100% = 95,45%
Tingkat pengembalian yang digunakan (usable respon rate)
= x100% =92,7 %
Berdasarkan tabel di atas, kuesioner yang dikirim adalah sebanyak 110 kuesioner.
Kuesioner yang direspon sebanyak 105 kuesioner atau sebesar 95,45%, dan 3
kuesioner yang tidak dapat digunakan. Sehingga, kuesioner yang dapat digunakan
55
adalah sejumlah 102 kuesioner atau sebesar 92,7% dari seluruh kuesioner yang
dikirim.
5.2 Karakteristik Responden
Data karakteristik responden merupakan data responden yang dikumpulkan
untuk mengetahui profil responden penelitian. Karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, serta tingkat pendidikan
responden. Pengukuran tersebut diperoleh melalui data yang diperoleh dari
kuesioner yang kembali. Karakteristik responden dijelaskan dalam Tabel 5.2
sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini sebagian
besar terdiri dari responden yang berusia antara 40 sampai dengan 50 Tahun
dengan persentase sebesar 50%, sehingga diharapkan responden sudah memiliki
kematangan dalam berpikir dan dapat lebih objektif dalam menjawab pertanyaan
kuesioner. Responden sebagian besar memiliki pengalaman berpartisipasi dalam
penganggaran selama 1 sampai 2 Tahun dengan persentase 34,31% , dengan
tingkat pendidikan S1 sebesar 62,75%, dengan pengalaman berpartisipasi dan
tingkat pendidikan yang baik diharapkan responden mampu menyusun anggaran
dengan baik. Selain itu, responden sebagian besar merupakan pejabat eselon III
dengan persentase 44,12%, artinya sebagian besar responden merupakan kepala
bidang atau kepala bagian di lingkungan SKPD Kabupaten Jembrana yang
memiliki informasi paling banyak mengenai keuangan SKPD sesuai dengan
bidang dan bagian pertanggungjawabannya, sehingga diharapkan mampu
56
memberi informasi yang baik dalam proses penyusunan anggaran, serta mampu
menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden
Keterangan Frekuensi Persentase
Umur
30-40 Th
40-50 th
> 50 th
12
51
39
11,76%
50,00%
39,24%
Total: 102 100,00%
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
67
35
65,69%
34,31%
Total: 102 100,00%
Tingkat pendidikan
SMA
D3/Akademi
Sarjana (S1)
Pascasarjana (S2)
-
-
64
38
-
-
62,75%
37,25%
Total: 102 100,00%
Pengalaman
>1 tahun
1-2 tahun
3-4 tahun
4 tahun
Lebih dari 4 tahun
-
35
27
8
32
-
34,31%
26,47%
7,84%
31,37%
Total: 102 100,00%
Jabatan
Pejabat Eselon II
Pejabat Eselon III
Pejabat Eselon IV
14
45
43
13,73%
44,12%
42,15%
Total: 102 100,00%
57
5.3 Hasil Analisis Data
5.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan
informasi tentang karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai minimum,
maksimum, mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan
cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu
distribusi data, sedangkan standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang
diteliti dengan nilai rata-ratanya. Statistik deskriptif dalam penelitian ini ditunju
kkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.3 Klasifikasi Rata-Rata Deskripsi Data Penelitian
Sumber: Umar (2004)
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif
Varia
bel
N Minimum Maksim
um
Rata-Rata Frekuensi
jawaban
Keterangan Standar
Deviasi
PA 102 18,00 25,00 22,1176 4,4235 Sangat tinggi 1,96148
AI 102 22,00 30,00 26,7843 4,4640 Sangat tinggi 2,82712
SE 102 24,00 39,00 31,6863 3,1686 Cukup tinggi 3,38307
LC 102 17,00 40,00 35,0882 4,3860 Sangat tinggi 3,47296
KI 102 13,00 20,00 17,4608 4,3652 Sangat tinggi 1,95327
BS 102 16,00 25,00 21,7059 3,6177 Tinggi 2,43972
Sumber: Lampiran 3 (data diolah), 2015
1,00-1,8 Sangat Rendah
1,81-2,6 Rendah
2,61-3,4 Cukup tinggi
3,41-4,2 Tinggi
4,21-5 Sangat Tinggi
58
Berdasarkan Tabel 5.3 statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum untuk
variabel penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of
control, kapasitas individu, dan budgetary slack masing-masing sebesar 18,00;
22,00; 24,00; 17,00; 13,00; 16,00 dan nilai maksimumnya masing-masing sebesar
25,00; 30,00; 39,00; 40,00; 20,00; 25,00. Mean variabel penganggaran partisipatif
adalah 22,1176 berarti rata-rata penilaian responden pada penganggaran
partisipatif sebesar 22,1176. Berdasarkan frekuensi jawaban yang diperoleh, dapat
dilihat bahwa responden memiliki partisipasi penganggaran sangat tinggi dengan
nilai sebesar 4,4235; asimetri informasi yang sangat tinggi dengan nilai 4,4640;
self esteem yang cukup tinggi dengan nilai 3,1686; locus of control yang sangat
tinggi dengan nilai 4,3860, kapasitas individu yang sangat tinggi dengan nilai
4,3652; serta tingkat terjadinya budgetary slack adalah tinggi dengan nilai 3,6177.
Standar deviasi sebesar 1,96148 berarti terjadi penyimpangan nilai
penganggaran partisipatif terhadap nilai rata-ratanya sebesar 1,96148. Rata-rata
untuk variabel asimetri informasi, self esteem, locus of control, kapasitas individu,
dan budgetary slack masing-masing adalah 26,7843; 31,6863; 35,0882; 17,4608;
21,7059 sedangkan standar deviasinya masing-masing adalah 2,82712; 3,38307;
3,47296; 1,95327; 2,43972.
5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian
5.3.2.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut
59
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2009:172). Penelitian ini menggunakan korelasi pearson correlation dengan
bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) untuk mengukur
validitas instrumen. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total. Biasanya syarat
minimum suatu kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r ≥ 0,30
(Sugiyono, 2009: 178).
Berdasarkan Lampiran 4 dapat diketahui bahwa instrumen-instrumen pada
setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid dan dapat dipakai untuk
melakukan penelitian atau menguji hipotesis penelitian karena nilai pada pearson
correlations setiap instrumen lebih besar rkritis (0,30).
5.3.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan bentuk uji kualitas data apakah kuesioner dapat
diandalkan atau reliable. Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 5.4, dimana masing-masing butir pertanyaan memiliki
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 yang artinya semua instrumen penelitian
dinyatakan reliable.
Tabel 5.5 Hasil uji reliabilitas instrumen
No. Variabel Jumlah item cronbach’s
alpha
Keterangan
1 PA 5 0,744 Reliabel
2 AI 6 0,892 Reliabel
3 SE 10 0,655 Reliabel
4 LC 8 0,871 Reliabel
5 KI 4 0,697 Reliabel
6 BS 5 0,635 Reliabel
Sumber: Lampiran 5 (data diolah), 2015
60
5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
1) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi
terpenuhi atau tidaknya uji normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap
variabel lebih besar dari atau sama dengan 0,05 maka berdistribusi normal,
sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil dari 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal (Ghozali, 2009:32). Berdasarkan tabel 5.5 diketahui nilai
signifikansi sebesar 0,432 > 0,05. Hal ini berarti model regresi berdistribusi
normal.
Tabel 5.6 Hasil uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,432
Sumber: Lampiran 6 (data diolah), 2015
2) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Metode ini dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun
61
variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terkait (nilai
absolute ei), maka tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125). Hasil uji
heteroskedastisitas disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.7 Hasil uji heteroskedastisitas
Model T Sig.
1 (Constant) -1,224 0,224
2 PA -0,534 0,595
3 AI -1,904 0,060
4 SE 0,748 0,457
5 LC 1,789 0,077
6 KI -0,953 0,343
7 AP*AI 1,721 0,089
8 AP*SE -0,223 0,824
9 AP*LC -1,789 0,77
10 AP*KI 0,932 0,354
Sumber: Lampiran 7 (data diolah), 2015
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa variabel bebas tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dari model regresi yang
digunakan karena signifikansi setiap variabel bebas lebih besar dari taraf nyata (α)
yaitu 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda dengan metode interaksi (Moderated Regression Analysis).
Berdasarkan Tabel 5.7 maka dapat disusun persamaan regresi:
Y = a + b1PA + b2AI + b3SE+ b4LC + b5KI + b6 PAxAI + b7 PAxSE +
b8PAxLC + b9PA xKI + e……………….…..…………………….
= -34,916 + 3,428 PA + 1,025 AI + 0,689 SE + 2,961 LC – 5,224 KI – 0,065
PAxAI - 0,059 PAxSE – 0,153 PAxLC + 0,287 PAxKI + e
62
Berdasarkan atas persamaan regresi yang didapatkan, apabila nilai koefisien
regresi penganggaran partisipatif, asimetri informasi, self esteem, locus of control,
dan kapasitas individu serta interaksinya bernilai nol, maka nilai koefisien
budgetary slack sebesar -34,916. Hal ini menunjukan bahwa apabila dalam suatu
SKPD tidak mengimplementasikan sistem penganggaran partisipatif serta
didalamnya tidak ada asimetri informasi, self esteem, locus of control, dan
kapasitas individu beserta interaksinya maka pada SKPD tersebut tidak terjadi
budgetary slack. Persamaan tersebut juga menunjukan pengaruh positif variabel
penganggaran partisipatif (PA), dan interaksi penganggaran partisipatif dengan
kapasitas individu (PA*KI). Sedangkan interaksi penganggaran partisipatif
dengan asimetri informasi (PA*AI), partisipasi penganggaran dengan self esteem
(PA*SE), dan penganggaran partisipatif dengan locus of control (PA*LC)
mempunyai pengaruh negatif pada budgetary slack (BS).
Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Moderasi (MRA)
Variable Unstandardized coefficients Sig
B
(constant) -34,916 0,002
PA 3,428 0,000
AI 1,025 0,001
SE 0,689 0,081
LC 2,961 0,000
KI -5,224 0,001
PA*AI -0,065 0,005
PA*SE -0,059 0,031
PA*LC -0,153 0,001
PA*KI 0,287 0,002
Adjusted (R2) 0,610
Signifikansi F 0,000
Sumber: Lampiran 8 (data diolah), 2015
63
Analisis regresi linear berganda dengan metode interaksi (Moderated
Regression Analysis) mengamati goodness of fit (uji kecocokan) dengan melihat
koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t)
yaitu sebagai berikut.
1) Koefisien Determinasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,645. Hal ini
mengandung pengertian bahwa 64,5 persen variasi perubahan variabel budgetary
slack mampu dijelaskan oleh variabel penganggaran partisipatif, asimetri
informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu, sedangkan sisanya
sebesar 35,5 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam
model.
2) Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program komputer Statistical Package
for Social Science (SPSS) nilai signifikansi F = 0,000 < alpha = 0,05. Hal ini
berarti model yang digunakan pada penelitian ini adalah layak (fit).
3) Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh
terhadap variabel terikat. Hasil pengujian secara parsial masing-masing sebagai
berikut.
64
1) Pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai signifikansi t = 0,000 <
alpha = 0,05 dan nilai beta sebesar 3,428,. Jadi H1 diterima, dimana hal ini
menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack.
2) Kemampuan asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,005 < alpha =
0,05; namun nilai beta sebesar -0,065 menunjukkan arah negatif yang
berlawanan dengan hipotesis, sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran
pastisipatif pada budgetary slack.
3) Kemampuan self esteem dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,059 dan nilai
signifikansi t = 0,031 < alpha = 0,05. Jadi H1 diterima yang berarti Self esteem
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
4) Kemampuan locus of control dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai beta sebesar -0,153 dan nilai
signifikansi t = 0,001 < alpha = 0,05. Jadi H1 diterima yang berarti locus of
65
control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack.
5) Kemampuan kapasitas individu dalam memoderasi pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,002 < alpha =
0,05.; namun nilai beta sebesar 0,287 menunjukkan arah po sitif yang
berlawanan dengan hipotesis, sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran
pastisipatif pada budgetary slack.
66
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack
Hasil pengujian atas hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh pada budgetary slack.
Koefisien regresi bernilai 3,428 menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif
berpengaruh positif pada bugetary slack. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak individu yang berpartisipasi dalam penganggaran maka semakin tinggi
pula peluang terjadinya budgetary slack. Penganggaran partisipatif adalah proses
yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan
mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas
pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982)
Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya,
Andriyani dan Hidayati (2010) menemukan bahwa penganggaran partisipatif
berpengaruh positif pada budgetary slack. Penganggaran partisipatif merupakan
salah satu faktor yang menimbulkan budgetary slack, setiap individu yang terlibat
dalam proses penyusunan anggaran seringkali mencari kemudahan dalam
pencapaian anggaran yang ditetapkan, sehingga setiap individu tersebut
melakukan budgetary slack dengan cara meninggikan biaya atau menurunkan
pendapatan dari yang seharusnya, supaya anggaran mudah dicapai (Anthony dan
Govindarajan, 2005).
67
Menurut Becker dan Green (1962) dalam Muhammad (2001) penganggaran
partisipatif dapat merusak motivasi bawahan dan menurunkan usaha pencapaian
tujuan organisasi jika terdapat kecacatan dalam goal setting. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu siapa yang seharusnya dilibatkan dalam penyusunan
anggaran dan keputusan-keputusan apa saja yang memerluakan partisipasi.
Kelemahan yang lain yaitu dapat menciptakan partisipasi semu yaitu agent
seakan-akan berpartisipasi tapi kenyataannya tidak, agent biasanya hanya
dikumpulkan dan diminta menandatangani anggaran yang telah disusun. Hal ini
dapat menurunkan motivasi dan semangat kerja agent.
6.2 Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif
pada Budgetary Slack
Asimetri informasi memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack dirumuskan dalam hipotesis kedua (H2). Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa Ho diterima, dan H1 ditolak. Hal ini terjadi karena nilai beta
memiliki arah yang berlawanan dengan hipotesis yaitu bernilai negatif sebesar -
0,065. Berdasarkan hal tersebut, maka asimetri informasi tidak mampu
memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian
Falikhatun (2007) dan Pello (2014) yang menyatakan bahwa asimetri informasi
tidak mampu memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya asimetri informasi dalam
organisasi sektor publik sangat kecil karena adanya peraturan yang jelas mengenai
68
tugas dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait informasi yang
dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada atasannya (Falikhatun,2007).
6.3 Self Esteem Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada
Budgetary Slack
Hipotesis ketiga (H3) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah self
esteem mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary
slack. Koefisien regresi bernilai -0,059 menunjukkan bahwa variabel self esteem
memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Jika self
esteem yang dimiliki oleh individu yang berpartisipasi dalam penganggaran
tinggi, maka kemungkinan terjadinya budgetary slack akan menurun.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hapsari (2011) yang
menemukan bahwa self esteem mampu mengurangi budgetary slack. Para peneliti
mendefnisikan self esteem dalam organisasi sebagai nilai yang dimiliki oleh
individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam
konteks organisasi. Orang yang memiliki self esteem tinggi cenderung
memandang diri mereka sendiri sebagai sebagai orang yang penting, berharga,
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakan mereka
(Kreitner&Kinicki, 2003). Dengan demikian self esteem mampu memperlemah
pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena jika seseorang
merasa dirinya begitu penting, berharga dan berpengaruh maka timbul
kepercayaan diri bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil dan menciptakan
hasil yang optimal.
69
6.4 Locus of Control Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif
pada Budgetary Slack
Hipotesis keempat (H4) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah locus
of control mampu memoderasi pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack. Koefisien regresi bernilai -0,153 menunjukkan bahwa variabel
locus of control memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack. Hal ini berarti, semakin semakin tinggi locus of control yang
dimiliki, maka semakin kecil kecendrungan partisipasi bawahan dalam
penganggaran dapat meningkatkan budgetary slack.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sari (2006) yang menemukan
bahwa locus of control mampu memoderasi pengaruh penganggaran patisipatif
pada budgetary slack. Dimana, apabila setiap individu yang terlibat dalam proses
penyusu nan anggaran memiliki locus of control internal yang baik, maka individu
tersebut tidak akan melakukan budgetary slack. Hal ini disebabkan karena setiap
individu yang memiliki locus of control internal yang baik akan mengetahui
konsekuensi apa yang akan diterimanya apabila melakukan budgetary slack (Sari,
2006). Setiap individu yang berpartisipasi dalam penganggaran dengan locus of
control internal yang baik akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena
apapun hasil dari pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan
bertanggungjawab atas kinerjanya, dan tidak akan melakukan budgetary slack.
Sehingga, adanya locus of control dapat memperlemah pengaruh antara
penganggaran partisipatif pada budgetary slack.
70
6.5 Kapasitas Individu Memoderasi Pengaruh Penganggaran Partisipatif
pada Budgetary Slack
Hipotesis kelima (H5) yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
kapasitas individu memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada
budgetary slack. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima, dan
H1 ditolak. Hal ini terjadi karena nilai beta memiliki arah yang berlawanan
dengan hipotesis yaitu bernilai positif sebesar 0,287. Berdasarkan hal tersebut,
maka kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sandrya (2013) yang
menyatakan bahwa kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack, karena kapasitas individu
merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan individu dan tidak dapat
digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam melakukan budgetary slack.
Maskun (2008) berpendapat bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin positif pandangannya pada budgetary slack. Berdasarkan data yang
diperoleh, sebagian besar perangkat daerah mempunyai tingkat pendidikan strata
1 (S1) yaitu sejumlah 62,75 persen, dan berpendidikan pascasarjana sejumlah
31,37 persen, dimana responden yang mayoritas berpendidikan tinggi cenderung
memiliki kemampuan untuk bertindak secara rasional dan profesional, sehingga
lebih berani untuk mengutarakan pendapatnya kepada atasan.
71
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack dengan asimetri informasi, self esteem, locus of
control dan kapasitas individu sebagai variabel pemoderasi di SKPD Kabupaten
Jembrana, Bali dapat disimpulkan bahwa:
1) Variabel penganggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary
slack, hal ini bermakna bahwa semakin tinggi partisipasi bawahan dalam
penganggaran akan menciptakan budgetary slack yang tinggi.
2) Variabel asimetri informasi tidak mampu memperkuat pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack disebabkan oleh
kemungkinan adanya asimetri informasi dalam organisasi sektor publik
sangat kecil karena adanya peraturan yang jelas mengenai tugas. Hal ini
dan kewajiban setiap aparat termasuk aturan yang terkait informasi yang
dimiliki oleh bawahan yang harus dilaporkan kepada atasannya
3) Variabel self esteem mampu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack. Hal ini mengindikasikan bahwa
seseorang self esteem yang tinggi pasti akan merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak akan melakukan budgetary slack.
4) Variabel locus of control mampu memperlemah pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack. Setiap individu yang berpartisipasi
72
dalam penganggaran dengan locus of control internal yang baik akan
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, karena apapun hasil dari
pekerjaannya entah baik atau buruk mereka akan bertanggung jawab atas
kinerjanya tersebut, sehingga locus of control akan mengurangi terjadinya
budgetary slack
5) Variabel kapasitas individu tidak mampu memperlemah pengaruh
penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Kapasitas individu
merupakan perpaduan dari kemampuan dan keterampilan individu dan
tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat motivasinya dalam
melakukan budgetary slack.
7.2 Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode
pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik
kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan
persepsi antara responden dan peneliti berkaitan dengan pernyataan yang terdapat
dalam kuesioner, penelitian ini hanya menghubungkan antara penganggaran
partisipatif dan budgetary slack, serta penelitian ini hanya menggunakan asimetri
informasi, self esteem, locus of control dan kapasitas individu sebagai variabel
pemoderasi.
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka
masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian
73
yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa
saran yang dapat disampaikan.
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penganggaran partisipatif
berpengaruh pada budgetary slack, sehingga perlu dilakukan pengendalian
internal yang lebih memadai dalam pelaksanaan anggaran di SKPD
Kabupaten Jembrana. Dengan lebih selektif dalam menentukan individu
yang ikut berpartisipasi dalam penganggaran.
2) SKPD Kabupaten Jembrana harus meningkatkan transparansi kepada
publik dengan mempublikasikan laporan keuangan maupun informasi-
informasi yang berkaitan dengan SKPD Kab. Jembrana, sehingga tidak
ada asimetri informasi.
3) SKPD Kabupaten Jembrana harus lebih selektif dalam memilih pejabat
yang nantinya akan berpartisipasi dalam penyusunan anggaran yaitu yang
memilik self esteem, locus of control yang tinggi. Karena dengan memiliki
self esteem, locus of control internal yang tinggi seseorang akan merasa
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang optimal, sehingga
menurunkan terjadinya budgetary slack.
4) Penelitian selanjutnya dapat menemukan variabel-variabel baru yang dapat
berpengaruh pada budgetary slack, maupun menemukan variabel-variabel
lain seperti pengendalian internal, pengawasan atasan, ataupun
transparansi anggaran yang dapat memoderasi hubungan antara
penganggaran partisipatif dan budgetary slack.
74
DAFTAR RUJUKAN
Adi , Hendrika C Tri dan Mardiasmo. 2002. “Analisis Pengaruh Strategi Institusi,
Budaya Institusi, dan Conflict of interest terhadap Budgetary Slack”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.17, No.1.
Adrianto, Yogi. 2008. “Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial dengan kepuasan kerja, job relevenant information
dan kepuasan kerja sebagai variabel moderating (studi empiris pada rumah sakit
swasta di Wilayah Kota Semarang)” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro
Andriyani, Lilik., dan Hidayati, L.A.2010. “Pengaruh Komitmen Organisasi
Terhadap Hubungan Antara Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi
Anggaran Dengan Senjangan Anggaran, Studi Kasus Pada Pemerintahan
Kabupaten Magelang” (tesis). Universitas Muhammadyah Malang
Anthony, R.N., dan V. Govindarajan. 2007. Management Control Syste., McGraw
Hill, New York.
Antle, R. dan Eppen, G, D. 1985. “Capital Rationing and Organizational Slack in
Capital Budgeting”. Management Science 31 (February). Pp.163-174
Arifah, Dista. 2012. “Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik”.
Prestasi Vol. 9 No.1-Juni 2012. ISSN 1411-1497. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sultan Agung Semarang.
Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikolog”. Edisi IV. Pustaka Pelajar
Yogyakarta
Baiman, S. 1982. “Agency Research in Management Accounting: A Survey”.
Journal of Accounting Literature 1 (spring). hal. 154-213.
Begum, Amaliah. 2009. “Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap
Kesenjangan Anggaran Dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi,
Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Serang” (tesis). Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia
Belkoui, Ahmed. 1989. Behavioral Accounting. Connecticut: Quorum Books.
Brownell, P. 1982. “The Role of Accounting Data in Performance Evaluation,
Budgetary Participation, and Organizational Effectiveness”. Journal of
Accounting Research, Vol. 20. Pp. 12-27.
Brownell, P., dan M. McInnes. 1986. “Budgetary Participation, Motivation, and
Managerial Performance”. The Accounting Review, Vol. 61 (4). Pp. 587-600.
75
Camman, C. 1976. “Effects of the Use of Control System”. Accounting,
Organizations, and Society. Vol. 4. Hal. 301-313.
Chow, C. W., J. C. Cooper, dan W. S. Waller. 1988. “Participative budgeting:
Effects of a Truth-Inducing Pay Scheme and Information Asymmetry on Slack
and Performance”. The Accounting Review, Vol. 63. Pp. 111–122.
Darlis, Edfan. 2000. ”Analisis Pengaruh Komitmen Organisasional dan
Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan
Senjangan Anggaran” (tesis). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Desmiyati. 2009. “ Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Senjangan
Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating”. Pekbis
Jurnal. Vol 1, No. 2. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Djasuli, M., dan Fadilah, N, I. 2009. “Efek Interaksi Informasi Asimetri, Budaya
Organisasi, Group Cohesiveness dan Motivasi Dalam Hubungan Kausal Antara
Budgeting Participation dan Budgetary Slack”. ISSN: 1858-2559. Proceeding
PESAT ( psikologi, ekonomi, sastra, arsitektur dan sipil). Vol. 4, Oktober 2011.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Dunk, A.S., 1993, “The Efects of Budget Emphasis and Information Asymmetry
on The Relation Between Budgetary Participation and Slack”. The Accounting
Review, Vol. 68 (2). Pp. 400-410.
Dunk, A.S., dan H. Nouri. 1998. “Antecedents of Budgetary Slack: A Literature
Review and Synthesis”. Journal of Accounting Literature, Vol.17. Pp. 72-96.
Dunk, Alan S. dan Hector Perera. 1996. “The Incidence of Budgetary Slack: A
Field Study Exploration”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, No.
10 (5), 649-664.
Douglas,P.C, and Wler, Benson. 2000. “Integrating Ethical Dimensions Into A
Model Of Budgetary Slack Creation”. Journal Of Business Ethics, vol 28
Dwi, Christine,K.S dan Agustina, Lidya. 2010.”Pengaruh Participation Budgeting,
Information Asimetry dan Job Relevant Information Terhadap Budget Slack pada
Institut Pendidikan (Studi pada Institut Pendidikan Universitas Maranatha)”.
Jurnal Akuntansi, Vol2 No.2
Falikhatun. 2007. “Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan Group
Cohesiveness dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan Budgetary
Slack”. Symposium Nasional Akuntansi X.
Fitri, Yulia. 2007. “Senjangan Anggaran: Pengaruh Informasi Asimetri,
Partisipasi Anggaran, Dan Komitmen Organisasi (Studi Empiris Pada Universitas
76
Swastadi Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo. Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Govindarajan, V. 1986. “Impact of Participation in the Budgetary Process on
Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contingency
Perspective”. Decision Science 17. Hal. 496-516.
Hansen, D.R., dan M.M. Mowen. 1997. Management Accounting, International
Editions, McGraw-Hill.
Hapsari, Yuliana, I. 2011. “Pengaruh Kapasitas Individu Terhadap Budgetary
Slack dengan Self Esteem sebagai variabel Pemoderasi” (tesis). Yogyakarta
Hartono, Jogiyanto. 2007. Metode Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta.
Hopwood A.G., 1972. “An Empirical Study of The Role of Accounting Data in
Performance Evaluation”. Journal Accounting Research. Vol. X. 156-193
Kartiwa, H.A. 2004. “Proses Penyusunan Anggaran (APBD) dan Arah Kebijakan
Umum. Makalah. Sukabumi, 8 Desember 2004
Kencana, I.K.A.W.2010. “Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah terhadap Belanja Pemda pada Kabupaten/Kota di Bali” (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
Kreitner, Robert, dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Terjemahan:
Erly Suandy, edisi pertama. Penerbit salemba empat: Jakarta.
Latuheru, Belianus Patria. 2005. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap
Senjangan Anggaran dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Moderating”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol 7. Hal. 117-130.
Lawler, E & Hall, D. 1970. "Relationship of Job Characteristic to Job
Involvement, Satisfaction and Intricsic Motivation". Journal of Applised
Psychology. pp. 305-312
Little, H.T,. Magner, N.R., dan Welker,. R.B.2002. “The Fairness of Formal
Budgetary Procedures and Their Enactment: Relationship with manager
behavior”. Group & Organization Management 27.2
Lowe, E. A. dan R. W. Shaw. 1968. “An Analysis of Managerial Biasing:
Evidence From a Company’s Budgeting Proses”. The Journal of Management
Studies 5. Oktober. hal 304-315.
77
Lukka, K. 1988. “Budgetary Biasing in Organizations: Theoritical Framework and
Empirical Evidence”. Accounting, Organization, and Society 13. hal. 281-301.
Mahsun, Mohamad., Sulistyowati, Firma., dan Purwanugraha, H.A. 2007.
Akuntansi Sektor Publik. Edisi kedua. Yogyakarta. BPFE.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Martjin, Schoute, and Wiersma, Eelke. 2011. “Hubungan antara tujuan
penggunaan anggaran dan senjangan anggaran”. Marc J, Epstein, John Y. Lee
(ed). (Kemajuan Dalam Akuntansi Manajemen, Volume 19), emerald group
Limited
Merchant, K.A. 1981. “The Design of Corporate Budgeting System: Influences on
Managerial Behaviour and Performance”. The Accounting Review, October: 813-
829.
Merchant, K. A. 1985. “Budgeting and Propersity to Create Budgetary Slack.”
Accounting, organization, and Society. 10. Hal. 201-210.
Maskun, Ali. 2008. “Analisi Faktor Etika, Budaya Demokrasi, Tekanan Sosial,
Dan Kapasitas Individu Terhadap Budgetary Slack (Senjangan Anggaran) (Kajian
Perilaku Eksekutif Dalam Proses Penyusunan Anggaran Di Badan Koordinator
Wilayah II Jatim)”. Terakreditasi Dirjen Dikti (2008)
Murray Dennis. 1990. “The Performance Effects of Participatice Budgeting: An
Integration on Intervening & Moderating Variables”. Behavior Research in
Accounting. Vol 2.
Mustikawati, Renny. 1999. “Pengaruh Locus of Control dan Budaya Paternalistik
Terdadap Keefektifan Penganggaran Partisipasif dalam Peningkatan Kinerja
Manajerial”. Jurnal Bisnis Akuntansi, Vol.1 No.2 hal 96-119
Nasution, E.Y.2011. “Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Anggaran Dan
Kesenjangan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat”
(Tesis). Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Nugrahani, Tri Siwi., Sugiri, Slamet. 2004. “Pengaruh Reputasi Etika dan Self
Esteem pada Budgeting Slack”. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar.
Nouri, H., dan R.J. Parker. 1996. “The Effect of Organizational Comitment on
Relation Between Budgetary Participation and Budgetary Slack”. Behavioral
Research in Accounting, Vol 8. Pp. 74-89.G
Novita, Dina, Sam, Iskandar, dan Jumaili, Salham. 2009. “Analisis Pengaruh
Partisipasi Penganggaran, Informasi Asimetri, Komitmen Organisasi Terhadap
78
Budgetary Slack di PDAM Tirta Mayang Kota Jambi”. Jurnal Cakrawala
Akuntansi, Vol 1 no 1
Onsi, M, 1973, “Factor Analysis of Behavioral Variables Affecting Budgetary
Slack”. The Accounting Review, Vol. 48. Pp. 535-548.
Otley, D. T. 1980. “The Contingency Theory of Management Accounting:
Achivement and Prognosis”. Accounting, Organizational Behaviour, Heinemann:
London.
Pello, Elizabeth Vyninca. 2014. “Pengaruh Asimetri Informasi Dan Locus Of
Control Pada Hubungan Antara Penganggaran Partisipatif Dengan Senjangan
Anggaran”. (tesis). Program pascasarjana Universitas Udayana.
Prasojo, Eko., Kurniawan, Teguh., Hazan, Azwar. 2005. “Efisiensi Anggaran
sebagai Faktor Kunci Keberhasilan dalam Pelaksanaan Program Inovasi di
Kabupaten Jembrana. Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya, Vol. V, No. 2, Maret-Agustus 2005, hal 77-189
Reiss, Michelle C., dan Kaushik Mitra. 1998. “The Effect of Individual Difference
Faktors on the Acceptibility of Ethical and Unethical Workplace Behaviors”.
Journal of Business Ethics 17: 1581-1593.
Reysa, Annastasya. 2011. “Interaksi asimetri informasi, kultur organisasi, dan
group cohesiveness antara partisipasi anggaran dan budgetary slack di PDAM
Delta Tirta Sidoarjo”. (tesis). Jawa timur: Universitas Pendidikan Nasional
Veteran.
Robbins, S.P. dan Judge, T.A 2008. Perilaku Organisasi (Organizational
Behaviour). Buku 2. Edisi 12. Jakarta. Salemba Empat
Rotter, J.B .1990. “Internal Versus External Control of Reinforcement”. American
Psychologist, Vol. 45 No.4
Sandrya, Luh Putu. 2013. “Analisis Pengaruh Anggaran Partisipatif Pada
Budgetary Slack Dengan Asimetri Informasi, Komitmen Organisasi, Budaya
Organisasi, Dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Pemoderasi. (Studi kasus
Pada Skpd Di Kabupaten Badung, Bali)”. (tesis). Program pascasarjana
Universitas Udayana.
Sari, Shinta Permata. 2006. Pengaruh Kapasitas Individu yang Diinteraksikan
dengan Locus of Control Terhadap Budgetary Slack. Surakarta. Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Sarwono, Jonathan, dan Budiono, Herlina. 2012. Statistik Terapan. Aplikasi untuk
Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi (menggunakan SPSS, AMOS, dan Excel).
Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
79
Schiff, M., dan A.Y. Lewin, 1970, “The Impact of People on Budgets”.
Accounting Review, Vol 45. Pp. 259-268.
Siegel dan R. Marconi. 1989. Behavioral Accounting, South-Western Publishing,
Ohio.
Sinaga, M.T. 2013. “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap
SenjanganAnggaran Dengan Locus Of Control Dan Organisasi Sebagai Variabel
Pemoderasi”. (tesis). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Singer, Ming dan Singer, Alan E. 2001. “Individual Differences and The Escala
tion of Commitment Paradigma”. The Journal of Social Psychology.
Simanjuntak, Payaman, J. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universita Indonesia.
Stevens, D.E., 2002, “The Effects of Reputation and Ethics on Budgetary Slack”.
Journal Management Accounting Research, Vol.14. Pp. 153–171.
Sudarba, I.K. 2010. ”Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang
Anggaran Pada Pengawasan Keuangan Di Kabupaten Badung”. (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke-18. Bandung.
ALFABETA
Sulistyaningsih, F.C. 1995. “Pengaruh Self Esteem Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Dan Sikap Kreatif Remaja” (Skripsi., Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Supanto. 2010. “Analisis Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary
Slackdengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi Sebagai
Pemoderasi” (Tesis). Program Pascasarjana. UniversitasDiponegoro: Semarang.
Supomo, Bambang, dan Indriantoro, Nur. 1998. “Pengaruh Struktur Dan Kultur
Organisasional Terhadap Keefektifan Anggaran Partisipasi Dalam Peningkatan
Kinerja Manajerial: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”.
Kelola no. 18/VII: 61-84
Supriyanto. 2010. “Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary Slack
dengan Informasi Asimetri, Motivasi, Budaya Organisasi Sebagai Pemoderasi
(Studi Kasus pada Politeknik Negeri Semarang)” (tesis). Universitas Diponegoro
Semarang.
Tsui, J.S.L. dan F.A. Gul. 1996. “Auditors’ Behavior in an Audit Conflict
Situation: A Research Note on the Role of Locus of Control and Ethical
Reasoning”. Accounting, Organizations and Society, Vol 21 No. 1
80
Yuhertiana, Indrawati. 2004. “Kapasitas Individu dalam Dimensi Budaya,
Keberadaan Tekanan Sosial dan Keterkaitannya dengan Budgetary Slack”.
Wacana, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.
Young, S.M. 1985. “Participative Budgeting: The Effects of Risk Aversion and
Symmetric Information on Budgeting Slack”. Journal of Accounting Research,
Vol. 23 (2). Pp. 829–842.
1
1
Lampiran 1
Penelitian-penelitian sebelumnya
Nama (tahun) Variabel Teknik analisis data Hasil
Lowe dan shaw (1968)
survey (perusahaan retail di
300 toko dan 400 toko di
setiap pasar local)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack
Schift dan lewin (1970)
kuesioner
(tiga divisi independen dari
100 perusahaan)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada
budgetary slack
Onsi (1973)
kuesioner
(107 manajer/dari 7
perusahaan manufaktur)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - budgetary slack menurun sejak partisipasi
mengarah pada komunikasi positif
- anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada
budgetary slack
Camman (1976) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif dapat mengurangi terjadinya
budgetary sluck
Collin (1978) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif berpengaruh tidak signifikan
pada budgetary slack
- korelasi negative antara motivasi slack dan
motivasi untuk mencapai target anggaran
Baiman (1982) - budgetary slack
- anggaran
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif cenderung mengurangi
budgetary slack
2
partisipatif
Young (1985)
Empiris (43 pelajar)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
analisis regresi
berganda
- anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack
- asimetri informasi berpengaruh positif pada
budgetary slack
Antie dan Eppen (1985) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif akan menciptakan budgetary
slack
Lukka (1988) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack
Siegal dan Marconi (1989) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
Analisis regresi
linier sederhana - anggaran paritisipatif memungkinkan terjadinya
budgetary slack
Dunk (1993)
Kuesioner
(79 manajer di perusahaan
manufakur)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- penekanan
anggaran (budget
emphasis)
analisis regresi
berganda - anggaran partisipatif, asimetri informasi dan
penekanan anggaran berpengaruh negatif pada
budgetary slack
- anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada
budgetary slack
- asimetri informasi berpengaruh positif pada
hubungan anggaran partisipatif dan budgetary
slack
- jika budget emphasis tinggi, maka budgetary slack
akan tinggi atau sebaliknya
Dunk dan Perera (1997) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- Analisis
regresi linier
sederhana
- anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgeraty slack
3
Falikhatun
(2007)
kuesioner
(middle management level
di RSUD se-Jawa tengah
(masa jabatan paling
sedikit satu tahun)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- budaya organisasi
- grup cohesiveness
(kovesivitas
kelompok)
Analisis regresi
moderasi (MRA) - anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan
pada budgetary slack
- asimetri informasi dan grupcohesiveness
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
- budaya organisasi (employee oriented) tidak
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
Fitri (2007)
Kuesioner
(43 sampel pembantu
dekan II, dan dilakukan
secara proposional)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- komitmen
organisasi
Path Analysis - anggaran partisipatif berpengarub negatif tetapi
signifikan pada budgetary slack melalui asimetri
informasi dan k omitmen organisasi
- anggaran partisipatif berpengaruh positif dan
signifikan pada komitmen organisasi
- asimetri informasi, anggaran partisipatif, dan
komitmen organisasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap budgetary slack
- asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan
terhadap budgetary slack
- asimetri informasi berpengaruh negatif dan
signifikan pada anggaran partisipatif dan
komitmen organisasi
- komitmen organisasi melalui asimetri informasi
dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack
Maskun (2008)
Kuesioner
Badan koordinator wilayah
II jawa timur
- etika
- budaya birokrasi
- tekanan social
- kapasitas individu
- budgetary slack
Path Analysis - etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap
budgetary slack
- etika berpengaruh negative pada budgetary slack
melalui kapasitas individu
- budaya birokrasi berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack
4
- budaya birokrasi berpengaruh negatif pada
budgetary slack melalui kapasitas individu
- budaya birokrasi berpengaruh psoitif dan
signifikan pada budgetary slack melalui tekanan
social
- budaya birokrasi tidak berpengaruh signifikan pada
budgetary slack melalui tekanan social dan
kapasitas individu
Novita, dkk. (2009)
Kuesioner
(27 manajer dan 2 staf di
devisi/unit PDAM tirta
mayang kota jambi)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- komitmen
organisasi
Analisis regresi
berganda - anggaran partisipatif tidak berpengaruh signifikan
pada budgetary slack
- anggaran partisipatif, asimetri informasi dan
komitmen organisasi berpengaruh secara simultan
pada budgetary slack
Sudarba (2010)
Kuesioner
(studi kasus pada SKPD di
kabupaten tabanan)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- komitmen
organisasi
- ketidakpastian
lingkungan
Analisis regresi
berganda - anggaran partisipatif yang tinggi akan
meningkatkan budgetary slack
- komitmen organisasi dan ketidakpastian
lingkungan berpengarub signifikan pada budgetary
slack
Supanto (2010)
Kuesioner
(studi kasus pada
Politeknik Negeri
Semarang)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- motivasi
- budaya organisasi
Analisis regresi
moderasi (MRA) - anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack
- asimetri informasi dapat memoderaasi pengaruh
anggaran partisipatif pada budgetary slack
- motivasi dan budaya organisasi tidak dapat
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
Nouri dan Parker (1996)
Kuesioner
- komitmen
organisasi
analisis regresi
berganda - tingkat komitmen organisasi dapat mempengaruhi
budgetary slack
5
(139 manajer perusahaan
multinasional dari industry
minyak)
- anggaran
partisipatif
- budgetary slack
- tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan
mengurangi budgetary slack
- tingkat komitmen organisasi yang rendah akan
meningkatkan budgetary slack
Minan (2005)
Kuesioner (37 pimpinan
menengah di perguruan
tinggi swasta kota medan)
- komitmen
organisasi
- anggaran
partisipatif
- budgetary slack
analisis regresi
berganda - anggaran partisipatif tidak berpengaruh pada
budgetary slack
- komitmen organisasi tidak berpengaruh pada
hubungan antara anggaran partisipatif dengan
budgetary slack
Hafsah (2005)
Kuesioner
(perusahaan go public di
sumatera utara)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- komitmen
organisasi
analisis regresi
moderasi
(MRA)
- asimetri informasi bukan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
- komitmen organisasi bukan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
Latuheru (2005)
Kuesioner
(kawasan industri di
Maluku)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- komitmen
organisasi
analisis regresi
berganda - interaksi komitmen organisasi dan anggaran
partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan
pada budgetary slack
Sari (2006)
Kuesioner
(45 manajer di perhotelan
Surakarta)
- kapasitas individu
- budgetary slack
- locus of control
analisis regresi
moderasi
(MRA)
- kapasitas individu berpengaruh positif pada
budgetary slack dengan locus of control sebagai
variabel moderasi
- kapasitas individu berpengaruh positif pada
budgetary slack
Desmiyati (2009)
Kuesioner
(pejabat eselon III dan IV
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
analisis regresi
berganda - anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan
signifikan pada budgetary slack
- interaksi anggaran partisipatifdan komitmen
6
di pemda kabupaten
indargiri hulu)
- komitmen
organisasi
organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada
budgetary slack
Andriyani dan Hidayati
(2010)
Kuesioner
(pemda magelang)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- kejelasan sasaran
anggaran
- komitmen
organisasi
analisis regresi
berganda - anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack
- komitmen organisasi berpengaruh positif pada
budgetary slack
- kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif
pada budgetary salck
Nasution (2011)
Kuesioner
(64 orang pegawai pada
satuan kerja perangkat
daerah (SKPD)
di kabupaten langkat)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- kapasitas individu
- komitmen
organisasi
Analisis regresi
berganda - kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen
organisasi, dan budgetary slack saling
mempengaruhi
- indikator paling dominan dalam menentukan
kapasitas individu, anggaran partisipatif, komitmen
organisasi, dan budgetary slack adalah inisiatif
Reysa (2011)
Kuesioner
(68 responden PDAM Tirta
sidoarjo)
- budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- asimetri informasi
- budaya organisasi
- grup cohesiveness
Analisis regresi
moderasi (MRA) - anggaran partisipatif berpengaruh positif pada
budgetary slack
- asimetri informasi merupakan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
- budaya organisasi merupakan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
- grup cohesiveness merupakan variabel yang
memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack
Hapsari (2011) - budgetary slack
- kapasitas individu
Analisis
regresi - kapasitas individu berpengaruh positif dan
signifikan pada budgetary slack
7
- self esteem moderasi
(MRA) - interaksi antara kapasitas individu dengan self
esteem berpengaruh negatif dan signifikan pada
budgetary slack
Sandrya (2013) - budgetary slack
- anggaran
partisipatif
- kapasitas individu
- komitmen
organisasi
- budaya organisasi
Analisis
regresi
moderasi
(MRA)
- anggaran partisipatif berpengaruh positif terhadap
budgetary slack
- interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri
informasi berpengaruh positif pada budgetary slack
- interaksi anggaran partisipatif dengan komitmen
organisasi berpengaruh negatif pada budgetary
slack
- interaksi anggaran partisipatif dengan budaya
organisasi berpengaruh negatif pada budgetary
slack
- interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas
individu berpengaruh positif pada budgetary slack
Sinaga (2013) -Partisipasi Anggaran
- Senjangan Anggaran
-Locus Of Control Dan
-Budaya Organisasi
Analisis regresi
moderasi (MRA)
- Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan
negatif terhadap senjangan
- Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan
negatif terhadap senjangan anggaran. Pengaruh
tersebut akan semakin kuat pada saat individu
menganut Locus of control internal
- Budaya organisasi yang berorientasi pada orang
tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.
8
Lampiran2
Denpasar, 2014
Lampiran:
Hal : Permohonan Menjadi Responden
Kepada
Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/ i
..........................................................
..........................................................
di –
Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan tugas akhir (tesis) sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Magister Akuntansi, maka dengan ini saya:
Nama : Putu Novia Hapsari Ardianti
Nim : 1291662017
Jurusan : Program Pasca Sarjana
Fakultas/Universitas : Ekonomi/Universitas Udayana
Melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penganggaran Partisipatif
pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi, Self Esteem, Locus Of
Control dan Kapasitas Individu Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi kasus
pada Skpd Kabupaten Jembrana, Bali)”
Untuk kepentingan penelitian ini, saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini sesuai petunjuk dengan lengkap
dan jujur. Kuesioner ini nantinya akan saya gunakan semata-mata untuk keperluan
ilmiah. Sesuai dengan etika penelitian, saya berjanji akan menjaga kerahasiaan
identitas responden dan isi kuesioner ini.
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas kerjasama dan
partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Putu Novia Hapsari Ardianti
NIM. 1291662017
9
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Asimetri Informasi,
Self Esteem, Locus Of Control dan Kapasitas Individu sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi pada Skpd Kabupaten Jembrana, Bali)
I. IDENTITAS RESPONDEN
Umur :..................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki atau Perempuan *)
Masa Jabatan :................................. tahun ...............bulan
Jabatan :...................................................................
Unit Kerja :...................................................................
NB: *) Beri tanda check ( ) di dalam kotak yang tersedia.
Mohon jawab pertanyaan berikut ini dengan melingkari salah satu dari a sampai
dengan e.
1. Apa tingkat pendidikan formal terakhir yang berhasil Bapak/Ibu selesaikan?
a. SMP
b. SMU
c. D3/Akademi
d. S1
e. Pascasarjana (S2/S3)
2. Dalam setahun terakhir, sudah berapa kali Bapak/Ibu mengikuti pelatihan tentang
anggaran?
a. Belum Pernah
b. 1-2 kali
c. 3-4 kali
d. 4 kali
e. Lebih dari 4 kali
3. Bapak/Ibu memiliki pengalaman berapa tahun terkait dengan keikutsertaan dalam
proses penganggaran selama menduduki jabatan (minimal unit kerjanya)?
a. Kurang dari 1 tahun
b. 1-2 tahun
c. 3-4 tahun
d. 4 tahun
e. Lebih dari 4 tahun
10
II. Persepsi Responden
Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban yang
menunjukkan:
Sangat Sedikit
(SS)
Sedikit
(S)
Sedang
(SD)
Banyak
(B)
Sangat Banyak
(SB)
1 2 3 4 5
No. Pertanyaan Jawaban
STS TS RR S SS
1 Saya terlibat dalam penyusunan rencana kegiatan anggaran
di wilayah pertanggungjawaban saya
2 Saya mempunyai pengaruh dalam penentuan jumlah akhir
dari anggaran wilayah pertanggungjawaban saya
3 Saya selalu memprakarsai adanya diskusi dalam
penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA)
3 Pengaruh usulan dan pemikiran saya terhadap anggaran
akhir dipertimbangkan
5 Kontribusi saya di wilayah pertanggungjawaban saya
sangat penting
Untuk pertanyaan ini Mohon dijawab pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√)
pada kolom jawaban yang menunjukkan:
Sangat Tidak Setuju
(STS)
Tidak Setuju
(TS)
Ragu-ragu
(RR)
Setuju
(S)
Sangat Setuju
(SS)
1 2 3 4 5
No. Pertanyaan Jawaban
STS TS RR S SS
6 Informasi yang diperlukan untuk perencanaan
program/kegiatan SKPD selama ini sudah sesuai dengan
kebutuhan
7 Informasi yang diberikan oleh pegawai dalam proses
penyusunan anggaran, bertujuan agar target anggaran
tercapai
8 Pegawai harus memeliki keahlian dalam bidangnya
9 Secara teknis, pegawai mengetahui pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya
10 Pegawai mengetahui dengan pasti kinerja potensial pada
bidang yang menjadi tanggung jawabnya
11 Latar belakang pendidikan dan pengetahuan harus sesuai
dengan bidang tugas yang dibebankan
12 Saya merasa bahwa diri saya cukup berharga,
11
setidaktidaknya sama dengan orang lain
13 Seringkali kita bisa memutuskan apa yang akan kita
perbuat dengan cara melemparkan/mengundi dengan
mata uang logam.
14 Saya orang yang gagal
15 Saya percaya bahwa berhasil atau tidaknya suatu
pekerjaan bergantung pada kemauan saya sendiri
16 Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada
diri saya
17 Saya menerima keadaan diri saya seperti apa adanya
18 Saya percaya bahwa saya dapat mengendalikan hidup
saya melalui kerja keras dan usaha saya saya sendiri
19 Saya berharap saya dapat lebih dihargai
20 Saya sering merasa tidak berguna
21 Kadang-kadang saya merasa diri saya tidak baik.
22 Sebenarnya, tidak ada yang disebut keberuntungan
23 Saya rasa banyak hal-hal yang baik dalam diri saya
24 Bagi saya memperoleh apa yang saya inginkan sama
sekali tidak ada hubungannya dengan kemujuran
25 Saya mampu menghadapi situasi penuh tekanan
27 Saya mampu mengerjakan sesuatu seperti apa yang
dapat dilakukan orang lain
28 Apabila saya membuat rencana, saya hampir selalu
yakin bahwa saya bisa menjalankan rencana tersebut.
29 Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.
30 Untuk berhasil orang harus berusaha keras,
keberuntungan tidak ada peranannya dalam hal ini.
35 Pegawai mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan dalam
proses penyusunan anggaran
36 Tingkat pendidikan berpengaruh dalam penyelesaian tugas
37 Pegawai perlu mengikuti diklat agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya
38 Pegawai mengetahui hal apa yang dapat dicapai pada
bidang yang menjadi tanggung jawabnnya
39 Jumlah anggaran pendapatan asli daerah/ PAD (pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah) ditentukan
lebih rendah dari seharusnya
40 Jumlah anggaran dana perimbangan (dana bagi hasil
pajak/bagi hasil bukan pajak, dana lokasi umum, dan dana
alokasi khusus) ditentukan lebih rendah dari seharusnya
41 Jumlah anggaran lain-lain pendapatan daerah yang sah
(dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah
lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya, dan
dana insentif daerah) ditentukan lebih rendah dari
12
seharusnya.
42. Jumlah anggaran belanja tidak langsung (belanja pegawai,
subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil kepada
provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa, bantuan
keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah
desa, dan belanja tidak terduga) ditentukan lebih tinggi dari
seharusnya
43. Jumlah anggaran belanja langsung (belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, dan belanja modal) ditentukan
lebih tinggi dari seharusnya.
TERIMAKASIH
13
Lampiran 3
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
102 16,00 25,00 21,7059 2,43972
102 18,00 25,00 22,1176 1,96148
102 22,00 30,00 26,7843 2,82712
102 24,00 39,00 31,6863 3,38307
102 27,00 40,00 35,0882 3,47296
102 13,00 20,00 17,4608 1,95327
102
BS
PA
AI
SE
LoC
KI
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
14
Correlations
1 -,009 ,333 ,193 ,075 ,401*
,962 ,072 ,306 ,692 ,028
30 30 30 30 30 30
-,009 1 ,353 ,313 ,691** ,685**
,962 ,056 ,092 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30
,333 ,353 1 ,612** ,437* ,787**
,072 ,056 ,000 ,016 ,000
30 30 30 30 30 30
,193 ,313 ,612** 1 ,513** ,785**
,306 ,092 ,000 ,004 ,000
30 30 30 30 30 30
,075 ,691** ,437* ,513** 1 ,802**
,692 ,000 ,016 ,004 ,000
30 30 30 30 30 30
,401* ,685** ,787** ,785** ,802** 1
,028 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
PA
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 PA
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Lampiran 4
UJI VALIDITAS
Variabel PA (X1)
15
Correlations
1 ,579** ,738** ,544** ,476** ,958** ,879**
,001 ,000 ,002 ,008 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30
,579** 1 ,535** ,394* ,699** ,583** ,755**
,001 ,002 ,031 ,000 ,001 ,000
30 30 30 30 30 30 30
,738** ,535** 1 ,659** ,553** ,718** ,862**
,000 ,002 ,000 ,002 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30
,544** ,394* ,659** 1 ,408* ,599** ,771**
,002 ,031 ,000 ,025 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30
,476** ,699** ,553** ,408* 1 ,503** ,717**
,008 ,000 ,002 ,025 ,005 ,000
30 30 30 30 30 30 30
,958** ,583** ,718** ,599** ,503** 1 ,895**
,000 ,001 ,000 ,000 ,005 ,000
30 30 30 30 30 30 30
,879** ,755** ,862** ,771** ,717** ,895** 1
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
AI
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 AI
Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel AI (X2)
16
Correlations
1 ,610** ,198 ,096 -,176 ,072 -,160 ,224 ,147 -,017 ,461*
,000 ,295 ,612 ,353 ,707 ,399 ,235 ,440 ,928 ,010
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,610** 1 ,123 ,215 -,382* ,151 -,150 ,279 ,138 -,345 ,385*
,000 ,518 ,255 ,037 ,427 ,430 ,135 ,467 ,062 ,036
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,198 ,123 1 -,011 ,339 -,288 -,068 -,040 ,177 ,042 ,387*
,295 ,518 ,954 ,066 ,122 ,721 ,834 ,350 ,826 ,034
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,096 ,215 -,011 1 -,041 ,164 ,145 -,060 ,470** -,121 ,458*
,612 ,255 ,954 ,828 ,386 ,444 ,752 ,009 ,523 ,011
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-,176 -,382* ,339 -,041 1 ,014 ,339 ,124 ,088 ,469** ,446*
,353 ,037 ,066 ,828 ,940 ,067 ,512 ,643 ,009 ,013
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,072 ,151 -,288 ,164 ,014 1 ,141 -,110 ,050 ,183 ,367*
,707 ,427 ,122 ,386 ,940 ,458 ,563 ,793 ,333 ,046
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-,160 -,150 -,068 ,145 ,339 ,141 1 ,302 ,262 ,272 ,444*
,399 ,430 ,721 ,444 ,067 ,458 ,105 ,162 ,145 ,014
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,224 ,279 -,040 -,060 ,124 -,110 ,302 1 ,225 ,125 ,386*
,235 ,135 ,834 ,752 ,512 ,563 ,105 ,232 ,511 ,035
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,147 ,138 ,177 ,470** ,088 ,050 ,262 ,225 1 ,060 ,539**
,440 ,467 ,350 ,009 ,643 ,793 ,162 ,232 ,751 ,002
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-,017 -,345 ,042 -,121 ,469** ,183 ,272 ,125 ,060 1 ,385*
,928 ,062 ,826 ,523 ,009 ,333 ,145 ,511 ,751 ,036
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,461* ,385* ,387* ,458* ,446* ,367* ,444* ,386* ,539** ,385* 1
,010 ,036 ,034 ,011 ,013 ,046 ,014 ,035 ,002 ,036
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
X3.10
SE
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 SE
Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel SE (X3)
17
Correlations
1 ,307 ,484** ,596** ,377* ,901** ,184 ,754** ,810**
,099 ,007 ,001 ,040 ,000 ,329 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,307 1 ,367* ,309 ,489** ,466** ,713** ,489** ,695**
,099 ,046 ,096 ,006 ,009 ,000 ,006 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,484** ,367* 1 ,228 ,289 ,511** ,508** ,722** ,695**
,007 ,046 ,225 ,122 ,004 ,004 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,596** ,309 ,228 1 ,514** ,567** ,309 ,395* ,696**
,001 ,096 ,225 ,004 ,001 ,096 ,031 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,377* ,489** ,289 ,514** 1 ,422* ,342 ,400* ,653**
,040 ,006 ,122 ,004 ,020 ,064 ,029 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,901** ,466** ,511** ,567** ,422* 1 ,219 ,675** ,835**
,000 ,009 ,004 ,001 ,020 ,246 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,184 ,713** ,508** ,309 ,342 ,219 1 ,342 ,603**
,329 ,000 ,004 ,096 ,064 ,246 ,064 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,754** ,489** ,722** ,395* ,400* ,675** ,342 1 ,818**
,000 ,006 ,000 ,031 ,029 ,000 ,064 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
,810** ,695** ,695** ,696** ,653** ,835** ,603** ,818** 1
,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
X4.7
X4.8
LoC
X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X4.8 LoC
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel LoC (X4)
18
Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel KI (X5)
Correlations
1 ,210 ,607** ,524** ,823**
,266 ,000 ,003 ,000
30 30 30 30 30
,210 1 ,381* ,347 ,636**
,266 ,038 ,060 ,000
30 30 30 30 30
,607** ,381* 1 ,132 ,704**
,000 ,038 ,486 ,000
30 30 30 30 30
,524** ,347 ,132 1 ,729**
,003 ,060 ,486 ,000
30 30 30 30 30
,823** ,636** ,704** ,729** 1
,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
X5.1
X5.2
X5.3
X5.4
KI
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 KI
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
19
Correlations
1 ,549** ,565** ,452* ,318 ,809**
,002 ,001 ,012 ,087 ,000
30 30 30 30 30 30
,549** 1 ,229 ,250 ,354 ,610**
,002 ,224 ,182 ,055 ,000
30 30 30 30 30 30
,565** ,229 1 ,157 ,430* ,573**
,001 ,224 ,408 ,018 ,001
30 30 30 30 30 30
,452* ,250 ,157 1 ,216 ,792**
,012 ,182 ,408 ,251 ,000
30 30 30 30 30 30
,318 ,354 ,430* ,216 1 ,552**
,087 ,055 ,018 ,251 ,002
30 30 30 30 30 30
,809** ,610** ,573** ,792** ,552** 1
,000 ,000 ,001 ,000 ,002
30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Y1.5
BS
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 BS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Lampiran 4 (Lanjutan)
UJI VALIDITAS
Variabel BS (Y1
21
20
Lampiran 5
HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel PA (X1)
Reliability Statistics
,744 5
Cronbach's
Alpha N of Items
Variabel AI (X2)
Reliability Statistics
,892 6
Cronbach's
Alpha N of Items
Variabel SE (X3)
Reliability Statistics
,655 10
Cronbach's
Alpha N of Items
Variabel LoC (X4)
Reliability Statistics
,871 8
Cronbach's
Alpha N of Items
21
Lampiran 5 (Lanjutan)
HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel KI (X5)
Reliability Statistics
,697 4
Cronbach's
Alpha N of Items
Variabel BS (Y1)
Reliability Statistics
,635 5
Cronbach's
Alpha N of Items
21
22
Lampiran 6
HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
102
,0000000
1,81891329
,086
,057
-,086
,872
,432
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
23
Lampiran 7
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Coefficientsa
-1,177 ,961 -1,224 ,224
-,081 ,152 -,056 -,534 ,595
-,312 ,164 -1,202 -1,904 ,060
,099 ,132 ,311 ,748 ,457
,743 ,416 3,519 1,789 ,077
-,808 ,848 -1,977 -,953 ,343
,020 ,012 1,823 1,721 ,089
-,002 ,008 -,155 -,223 ,824
-,042 ,024 -3,955 -1,789 ,077
,045 ,048 2,434 ,932 ,354
(Constant)
PA
AI
SE
LoC
KI
Int. PA.AI
Int. PA.SE
Int. PA.LoC
Int. PA.KI
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Abs_Resa.
25
24
Variables Entered/Removedb
Int. PA.KI, SE, LoC, AI,
PA, KI, Int. PA.AI, Int. PA.
SE, Int. PA.LoCa
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: BSb.
ANOVAb
606,854 9 67,428 18,565 ,000a
334,153 92 3,632
941,007 101
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI, Int. PA.AI, Int. PA.SE, Int. PA.
LoC
a.
Dependent Variable: BSb.
Lampiran 8
HASIL MODERATED REGRESSION ANALYSIS
Model Summary
,803a ,645 ,610 1,90581
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Int. PA.KI, SE, LoC, AI, PA, KI,
Int. PA.AI, Int. PA.SE, Int. PA.LoC
a.
25
Coefficientsa
-34,916 11,105 -3,144 ,002
3,428 ,793 3,218 4,323 ,000
1,025 ,310 1,400 3,304 ,001
,689 ,391 ,769 1,762 ,081
2,961 ,766 4,969 3,864 ,000
-5,224 1,569 -4,534 -3,330 ,001
-,065 ,022 -2,060 -2,898 ,005
-,059 ,027 -1,724 -2,189 ,031
-,153 ,044 -5,058 -3,501 ,001
,287 ,089 5,511 3,214 ,002
(Constant)
PA
AI
SE
LoC
KI
Int. PA.AI
Int. PA.SE
Int. PA.LoC
Int. PA.KI
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: BSa.
Lampiran 8 (Lanjutan)
HASIL MODERATED REGRESSION ANALYSIS