bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu, hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lainnya. Istilah “komunikasi massa” sendiri muncul pertama kali pada akhir t ahun 1930 dan memiliki banyak pengertian, sehingga sulit bagi para ahli menejemahkan definisi komunikasi massa itu sendiri. Kata „massa‟ sendiri memiliki arti menggambarkan suatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara „komunikasi‟ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesan (Morrisan, 2002: 7). Perkembangan Teknologi Media Massa telah banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Banyak tayangan televisi yang menimbulkan permasalahan sosial. Secara perlahan tayangan televisi membentuk budaya- budaya kekererasan, bila media massa masih menjadi sebuah industri yang mencari keuntungan maka dapat dipastikan akan terjadi perubahan besar yang akan ada di masyarakat. dan budaya kekerasan akan menjadi hal baru.

Upload: vodang

Post on 09-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

yang bekerja dalam skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan

melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media

massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang

lalu, hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan

lainnya.

Istilah “komunikasi massa” sendiri muncul pertama kali pada akhir tahun

1930 dan memiliki banyak pengertian, sehingga sulit bagi para ahli

menejemahkan definisi komunikasi massa itu sendiri. Kata „massa‟ sendiri

memiliki arti menggambarkan suatu (orang atau barang) dalam jumlah besar,

sementara „komunikasi‟ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti,

pengiriman dan penerimaan pesan (Morrisan, 2002: 7).

Perkembangan Teknologi Media Massa telah banyak berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat. Banyak tayangan televisi yang menimbulkan

permasalahan sosial. Secara perlahan tayangan televisi membentuk budaya-

budaya kekererasan, bila media massa masih menjadi sebuah industri yang

mencari keuntungan maka dapat dipastikan akan terjadi perubahan besar yang

akan ada di masyarakat. dan budaya kekerasan akan menjadi hal baru.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

2

Televisi adalah Media Komunikasi yang paling banyak berpengaruh bagi

kehidupan manusia, selain itu, televisi juga memiliki kelebihan dalam menarik

perhatian masyarakat dibandingkan dengan media massa lainnya, karena

disampaikan selain cepat dengan media yang sifatnya audio visual. dan juga dapat

menjangkau ruang yang luas yang cukup tinggi. karena sifat yang audio visual ini

televisi dapat ditonton dan dinikmati oleh berbagai kalangan baik tua, muda, dan

anak-anak.1

Tayangan adalah sajian audio visual berupa informasi pemberitaan, acara

rekayasa realita ataupun produksi cerita fiksi (mcQuail, 1996:70). dalam tayangan

yang dibagi lagi menjadi beberapa bagian acara dan berita adalah informasi baru

atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk

cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang

banyak2. Dan berita merupakan salah satu program di televisi yang menyajikan

berbagai informasi.

Kemudian dikutip dari buku terjemahan Here’s the News yang ditulis oleh

Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian

yang baru, penting, dan bermakna (signifikan), yang berpengaruh pada para

pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita

tersebut mengandung unsur-unsur seperti Baru dan penting, Bermakna dan

berpengaruh, menyangkut hidup orang banyak, relevan dan menarik. (Sumadiria,

2005:64). Berbagai tipe berita yang disajikan, pemberitaan kriminal kekerasan,

1 Elvinaro ardianto, lukiati komala, siti karlina, komunikasi massa, september 2007

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Berita di unduh pada tgl : 5 juni 2012 pukul 08.15

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

3

atau bencana merupakan salah satu isi berita yang ditayangkan televisi dan

mendapat perhatian yang banyak oleh masyarakat.

Dalam hal ini media memegang peranan penting dalam sebuah

pemberitaan kriminal yang disampaikan ke masyarakat mengenai informasi,

dalam hal ini informasi tentang kriminalitas yang terjadi. Maka hal ini pun

berdampak berbeda dalam memaknai pemberitaan tersebut oleh masyarakat.

Karena sebuah terpaan media yang definisinya adalah kegiatan menerima

(membaca, mendengar, menonton) pesan media secara pasif maupun aktif3.

Rangkaian acara televisi yang salah yang beragam jenis antara lain

hiburan, musik, dan berita. Dan berita merupakan program televisi yang

menginformasikan kejadian ataupun peristiwa yang tengah berlangsung. Oleh

karena itu berita televisi merupakan salah satu program yang penting untuk dilihat

untuk masyarakat agar mengetahui informasi kekinian ataupun yang sedang ramai

terjadi di masyarakat.

Pemberitaan dibagi kepada beberapa bagian lagi, antara lain News

Feature, Hard news, dan Soft news, dan kategori berita kriminal tergolong dengan

Hard news karena merupakan sajian berita yang aktual dalam segi kejadian, dan

terus di-update keberadaan beritanya di televisi, dan beberapa kasus kriminal di

televisi yang diberitakan kadang memiliki pesan dan isi yang berbeda dalam

penyajian beritanya walaupun dalam segi pemberitaan topik beritanya sama.

Berita dalam hal ini merupakan salah satu aspek yang penting dalam

membangun opini dan membantu wawasan dan informasi masyarakat,

3 http://digilib.petra.ac.id/docs/komunikasi.jurnal/197663kom.hmlt/ di unduh pada tgl 5 juni 10.00

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

4

berdasarkan hasil wawancara singkat tanggal 15 september 2012 dari traffic

Program kompas tv mengenai informasi berita yang ditayangkan setiap harinya

“..Dalam setiap stasiun televisi memiliki program berita, tapi penayangannya

berita dalam setiap waktunya bisa di tayangkan lebih dari 6 kali dalam satu hari,

karena di tayang ulang pada setiap breaking news, dan ditampilkan beberapa di

program berita utama..”4

Oleh karena itu dalam setiap penayangan di stasiun televisi saja bisa lebih

dari 6 kali penayangan, dan biasanya setiap berita di distribusikan ulang kepada

stasiun televisi lain sehingga kemungkinan besar masyarakat yang melihat

seringnya berita akan terkena dampak terpaan media, dan terpaan media dapat

juga diartikan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau

media secara keseluruhan (Mulyana, 2004:66). Dan terpaan media yang dalam hal

ini merupakan media televisi dalam sebuah pemberitaannya tentang kriminalitas.

Untuk itu sebuah terpaan media televisi dapat diukur antara lain dengan

indikator frekuensi penayangan, isi berita, dan durasi penayangan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Horrigan5 yang menyatakan terdapat dua hal mendasar untuk

mengetahui intensitas pemanfaatan media, yakni frekuensi penayangan, isi berita,

dan durasi penayangan.

Intensitas penayangan adalah tingkatan seberapa sering khalayak melihat

berita tersebut, karena lebih sering orang tersebut melihat maka akan berbeda

makna perspektif dari orang tersebut dalam menyikapi berita tersebut, isi berita

merupakan cara penyajian dan media televisi saat ditayangkan kepada khalayak,

4 Wawancara dengan Hardimen Koto tgl 11 agustus 2012 .

5 http://www.peinternet.org

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

5

isi berita ini dipengaruhi dari budaya media sendiri, berbeda stasiun televisinya

maka akan berbeda pula dalam penyajian isi berita yang disampaikan.6

Durasi dari sebuah pemberitaan juga sangat mempengaruhi dalam

pemaknaan perspektif yang timbul dalam khalayak, karena dalam melihat

tayangan yang sepintas dibanding tayangan lama dengan isi berita yang menarik

akan menjadikan pemaknaan pemberitaan sebuah stasiun televisi yang

memberikan informasi tersebut kepada khalayak.

Masyarakat kota Bandung mungkin sudah mengetahui di era 1980-an

nama geng motor mulai mencuat meski belum terlalu diekspos oleh media saat itu

keberadaanya, akan tetapi koloni-koloni geng motor kecil mulai merayap

merekrut anggotanya nya, sebut saja XTC (Exalt To Cuitus) dan MoonRaker geng

motor yang pertama hadir di Bandung di tahun 1982 Nama “Moonraker” diambil

dari salah satu judul film James Bond yang kondang ketika itu. Awalnya mereka

mengusung bendera berwarna putih-biru-merah dengan gambar palu arit di

tengahnya. Namun, karena pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi

tertentu yang identik komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu

mengganti bendera kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar

kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah

kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem

keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat

program-program kerja, Kemudian XTC (Exalt To Coitus) yang diprakarsai oleh

7 pemuda Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama

6 http://kacajendela.wordpress.com/category/sosial-komunikasi-budaya/page/2/ : di unduh pada tgl

28 agustus 2012

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

6

semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-

biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan

solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang,

maka yang lainnya akan membela.7

Geng motor yang mempunyai prinsip “Raja Jalanan” yang saling

memperebutkan daerah kekuasan di Bandung ini pada tahun 2008 mulai mencuat

kepermukaan publik dan di ekspos televisi melalui tayangan pemberitaan, dan dan

lebih lagi beberapa televisi tidak hanya menyangkan pemberitaan kekerasan di

jalanan yang dilakukan geng motor saja akan tetapi cara perekrutan anggota geng

motor.

Perspektif yang timbul dalam masyarakat akan sebuah pemberitaan geng

motor menimbulkan kecemasan publik, dan membuat sebuah ketakutan tersendiri

dalam masyarakat khusunya kota Bandung, dan permasalahan kecemasan adalah

bentuk kecemasan yang lebih berat dari perasaan cemas biasa, kecemasan ini

timbul lebih kuat, lebihh sering atau lebih lama dan dapat menjadi sebuah

kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan jika terus menerus mendapatkan

informasi yang ditayangkan televisi dalam hal ini pemberitaan kriminal.

Selain itu data Kapolsek kota Bandung yang dilansir pada website

resminya pada tahun 20118 angka kriminalitas yang terjadi pada pengguna

kendaraan bermotor di kota Bandung dari bulan Maret hingga November

sebanyak 26 kasus.

7 Sejarah singkat Geng Motor dikutip dari Majalah : Playboy Indonesia, Mulyani Hasan april 27,2007

8 http://www.lodaya.web.id/?p&%=573.hmlit di unduh pada tgl 5 juni 12.34

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

7

Jumlah kekerasan tertinggi ada pada penyerangan di jalan raya sebanyak

18 kasus, kemudian 6 kasus terjadi penyerangan pada fasilitas umum, kasus

terjadi penyerangan disertasi penjambretan, dan 2 kasus terjadi pada wilayah

tempat tinggal masyarakat. Angka ini terbilang cukup menurun dibanding kasus

tahun 2010 lalu yang sebanyak 32 kasus penyerangan. Akan tetapi angka ini

masih cukup mengkhawatirkan karena dinilai belum terjadi pengurangan

signifikan dan usaha meredam perilaku kriminalitas yang dilakukan oleh Polsek

kota Bandung.

Angka kriminalitas oleh geng motor juga dipengaruhi oleh gender,

perempuan dalam hal ini merupakan kaum yang lemah dan seringkali tidak

memiliki kempampuan bertahan sangat kurang terhadap terhadap perilaku

kejahatan seperti di lansir pada harian kompas dalam wawancara dengan Anggota

Komisioner Sub Komisi Pendidikan Komnas Perempuan, Yustina Rostiawati, di

Jakarta

"Kekerasan geng motor terhadap perempuan ini tidak mudah, dan sangat sensitif.

Dan, kalau kita lihat angka 21 kali kekerasan dalam tahun 2010 sekarang ini,

hanya yang ke lembaga pelayanan saja diketahui. Memang seperti gunung es,

yang kelihatan pucuknya saja,"

Beliau mengatakan, hal tersebut terjadi karena kadang aparat keamanan justru

melakukan pembiaran ketika ada laporan kriminalitas oleh geng motor terhadap

perempuan.

"Masalahnya, ketika dia meminta pertolongan saat diserang geng motor, justru

menjadi korban kembali, seperti peristiwa perkosaan, malah disangsikan dan

dinyatakan salahnya sendiri mengundang untuk diperlakukan kekerasan. Kalau

sudah begitu, sangat susah bagi perempuan untuk mendapat perlindungan,"9

9 di kutip dari harian kompas Rabu, 7 Maret 2012 dengan judul : 2011, Kekerasan pada Perempuan Semakin Parah

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

8

Pengguna sepeda motor yang seringkali menjadi korban kriminalitas saat

malam hari, memang tidak bisa dihindarkan, karena sepeda motor juga merupakan

kendaraan utama yang dijadikan kendaraan di masyarakat selain harganya yang

tidak terlalu mahal, mudah dikendarai, dan juga irit dalam penggunaan bahan

bakar minyak, karena salah satu alasan ini pula masyarakat lebih memilih untuk

menggunakan sepeda motor.

Dewasa ini juga pengguna sepeda motor tidak hanya didominasi kaum pria

saja, akan tetapi perempuan juga menjadi hal lumrah untuk mengendarai sepeda

motornya sendiri, karena di motori dengan berbagai alasan seperti mandiri,

kecepatan dalam waktu tempuh perjalanan, hingga masih banyaknya pemikiran

masyarakat yang kurang mempercayai transportasi umum di kota Bandung yang

tersedia dari mulai masalah keamanan, hingga kenyamanan, jadi perempuan

dewasa ini lebih memilih mengendarai sepeda motor.

Pengguna sepeda motor beragam dan selalu ada wadah kreatif untuk

mengumpulkan kegiatan tersebut, adalah Wonderwoman Scoopy Indonesia

Bandung adalah satu club motor yang besar dan berpusat di kota Bandung,

anggota club motor ini dikhususkan bagi para wanita “biker” yang mempunyai

motor honda scoopy, dan hobi jalan-jalan menggunakan motor Honda Scoopy-

nya. Wonderwoman Scoopy Indonesia tersebar luas di seluruh Indonesia dan

memiliki berbagai Chapter Club antara lain Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya,

Lampung, dan Medan. Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung seringkali

mengadakan acara touring dalam kota akan tetapi acara touring ini lebih sering

diadakan malam hari, yang tingkat kriminalitasnya sebenarnya cukup tinggi dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

9

berbahaya, apalagi dalam masalah gender yang seringkali menurut data yang

dijelaskan tadi.

Kemudian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kultivasi

(cultivation theory) dari George Gerbner. Teori kultivasi adalah sebuah teori yang

memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari

persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari

konsumsi akan pesan-pesan media, kemudian teori kultivasi pada dasarnya

menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi

membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat

menakutkan”(morrisan:2002:106). Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka

bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan

acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan

sehari-hari”.

Proses kultivasi dari penonton yang berdasarkan sebuah tayangan televisi

dan penonton yang terjerumus dalam brainstorming televisi dikarenakan

seringnya melihat tayangan televisi (Intensitas) dan muatan tayangan yang dibawa

televisi sendiri, yang kemudian proses kultivasi yang berdampak mengubah pola

pikir dan mensusgesti nilai-nilai penonton yang menyaksikan, jika dalam

tayangan tersebut lebih banyak mengandung kekerasan maka akan mengubah

mindset seseorang menimbulkan ketakutan berlebihan ataupun kecemasan

terhadap sesuatu yang belum terjadi pada dirinya.(Satya Bharata:2011:303)10

10

Satya Bharata dalam buku Mesin pencuci otak”menggugat tayangan televisi” 2011

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

10

Faktor realitas imitative yang dipengaruhi televisi yang menjadi mesin

pencuci otak masyarakat, dan memberikan tayangan dapat merubah sikap yang

melihat tayangan tersebut baik dengan durasi beberapa detik seperti iklan, ataupun

tayangan yang hanya hitungan menit seperti newsflash, ataupun berdurasi lebih

berjam-jam seperti film.(Payoga, 2011:59) dan definisi Sikap adalah keadaan

mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan

situasi yang berkaitan dengannya (G.W. Allport, 1935:10).

Masih menurut G.W Allport, ada 3 hal penting dalam pembentukan sikap

masa adolescence: Media massa, Kelompok sebaya (peer), Kelompok yang

meliputi lembaga sekolah,lembaga keagamaan, organisasi kerja, dan sebagainya.

jadi faktor media massa dalam hal ini televisi tidak diragukan lagi bisa menjadi

pengubah sikap masyarakat dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor, dan

bisa menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan dalam

latar belakang di atas, maka penulis tertarik sekali untuk meneliti media massa

dalam hal ini televisi yang menjadi “kotak ajaib pencuci otak manusia” yang bisa

mempengaruhi sikap kecemasan masyarakat, maka penulis mengambil judul

penelitian “Hubungan Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan

Tingkat Kecemasan Perempuan Pengguna Sepeda Motor”

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

11

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dirumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah ada Hubungan Signifikan dalam Tayangan

Pemberitaan Geng Motor di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan

Pengguna Sepeda Motor”.

1.3 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara intensitas perempuan pengguna sepeda motor

dalam mengkonsumi tayangan pemberitaan geng motor dengan tingkat

kecemasan pengguna sepeda motor?

2. Adakah hubungan antara jenis isi berita dalam tayangan pemberitaan geng

motor di televisi dengan dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna

sepeda motor?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hal dibawah ini:

1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas perempuan pengguna

sepeda motor dalam melihat tayangan pemberitaan geng motor dengan

tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.

2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis isi berita tayangan

pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan

pengguna sepeda motor.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

12

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian ilmiah di

bidang ilmu komunikasi, khususnya di bidang komunikasi massa yaitu dalam hal

terpaan media televisi yang merupakan salah satu media yang memiliki andil kuat

dalam mempengaruhi sifat masyarakat, dan juga mengembangkan ilmu dalam

tingkat kecemasan yang dikaji dalam ilmu komunikasi.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Diharapkan memberi menjadi referensi bagi dunia pertelevisian di

indonesia, mengenai efek dari media massa terhadap masyarakat. Agar

pengemasan sebuah berita lebih menarik dan baik dari segi isi dan penyajian

sebuah materi, karena media televisi pada saat ditayangkan bisa disaksikan

langsung jutaan pasang mata di seluruh Indonesia.

1.6 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini terbagi tiga yaitu kerangka teoritis, konseptual, dan

operasional dan penjabarannya seperti dibawah ini:

1.6.1 Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang

dijadikan landasan serta asumsi-asumsi teoritis yang mana dari teori tersebut yang

akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti, dan teori yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

13

digunakan pada penelitian ini adalah Teori Kultivasi (Culitivation Theory) oleh

George Gerbner. Adapun Teori kultivasi adalah sebuah teori yang

memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari

persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari

konsumsi akan pesan-pesan media (West & Turner: 2007: 407).

Teori Kultivasi mengajukan tiga asumsi dasar untuk mengedepankan

gagasan bahwa realitas yang diperantai oleh TV menyebabkan khalayak

menciptakan realitas sosial mereka sendiri yang berbeda dengan realitas

sebenarnya, ketiga asumsi dasar teori kultivasi ini adaah TV adalah media yang

sangat berbeda, TV membentuk cara berpikir dan berinteraksi, serta pengaruh TV

yang bersifat terbatas(Morrisan: 2010: 107).

Asumsi teori kultivasi dibagi tiga bagian yaitu:

1. Asumsi yang pertama adalah analisis kultivasi menggarisbawahi keunikan

dari keunikan dari televisi. Televisi tidak membutuhkan kemampuan untuk

membaca, sebagaimana dengan media cetak. tidak seperti radio, televisi

tidak membutuhkan mobilitas, sebagaimana pergi ke tempat bioskop atau

teater. Televisi adalah satu-satunya medium yang pernah diciptakan yang

tidak memiliki batas usia, maksudnya adalah orang dapat

menggunakannya dalam tahun-tahun awal dan akhir kehidupan mereka,

dan juga tahun-tahun diantaranya.

2. Asumsi yang kedua berkaitan dengan dampak televisi. Gerbner & Gros

(1972) menyatakan bahwa subtansi dari kesadaran yang dikultivasi oleh

TV tidak merupakan sikap dan opini yang lebih spesifik dibandingkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

14

asumsi-asumsi yang lebih mendasar mengenai fakta-fakta kehidupan dan

standar penilaian yang mendasari penarikan kesimpulan. maksudnya

adalah TV tidak lebih kurang meyakinkan mengenai seperti apa dunia

sebenarnya. Analisis kultivasi tidak menyatakan mengenai apa yang akan

kita lakukan berdasarkan menonton televisi yang penuh dengan kekerasan,

melainkan teori ini mengasumsikan bahwa menonton televisi yang penuh

dengan kekerasan akan membuat kita merasa takut karena televisi

menanamkan di dalam diri kita gambaran dunia yang kejam dan

berbahaya.

3. Asumsi ketiga menyatakan bahwa dampak dari televisi terbatas. Hal ini

mungkin terdengar aneh, apalagi melihat fakta bahwa televisi tersebar

sangat luas tetapi, kontribusi kepada budaya yang dapat diamati, diukur,

dan independen relatif kecil. Gerbner menggunakan analogi zaman es

membedakan analisi kultivasi dari pendekatan dampak yang terbatas.

Analogi zaman es (ice age analogi) menyatakan bahwa “sebagaimana

pergeseran temperatur rata-rata sebanyak beberapa derajat dan

mengakibatkan zaman es, atau hasil akhir pemilihan umum dapat

ditentukan dengan batas yang tipis, demikian pula dampak yang relatif

kecil namun tersebar luas dapat membuat perbedaan besar” (West

&Turner, 2008:88).

Jadi pernyatan tersebut posisi yang menyatakan bahwa televisi tidak

memiliki suatu dampak besar, melainkan mempengaruhi dampak yang

berkelanjutan dan terbatas.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

15

Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa bahwa pada dasarnya

ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling

bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy

viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap

harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak “the

television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka

yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya.

Kemudian bagaimanakah televisi memberikan kontribusi pada konsepsi

penonton mengenai realitas sosial sehingga kecemasan timbul akibat dari

penayangan pemberitaan tersebut?. Proses Kultivasi terjadi dalam dua cara yaitu :

1. Mainstreaming terjadi ketika, penonton kelas berat, simbol-simbol televisi

mendominasi informasi lainnya dan ide mengenai dunia. Karena

menonton televisi terlalu banyak, konstruksi realitas sosial seseorang

bergerak kearah mainstream, bukan mainstream dalam artian politik, tetapi

realitas ektertnal manapun yang dapat diukur dan objektif. Mainstreaming

bisa juga diartikan kecenderungan para penonton kelas berat untuk

menerima realitas budaya dominan yang ditampilkan di televisi walaupun

hal ini sebenarnya berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya.

2. Media Resonansi, terjadi ketika hal-hal di dalam televisi, dalam kenyataan

kongruen

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

16

1.6.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep

yang terkandung di dalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk

mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam

fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep

tersebut. Penurunan variabelnya berdasarkan data empiris yang diturunkan kepada

variabel, dalam hal ini Gerbner dalam Ardianto (2007:7) dan teori kultivasi

didasari pada penggunaan media televisi, penggunaan media dalam efek kultivasi

yaitu dari penggunaan media dari jumlah waktu dalam menggunakan media, dan

berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang

dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 1989:89) maka

penurunan sub-sub variabel menjadi indikator adalah sebagai berikut:

Variabel X : Tayangan Pemberitaan Geng Motor di televisi

Sub Variabel XI : Intensitas

Tingkat mengkonsumsi media (terpaan media) berkaitan dengan seberapa

sering mengkonsumsi media dan intensitas komunikasi.

Indikator:

1. Frekuensi: Frekuensi yang dimaksud adalah seberapa sering Anggota

Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung melihat tayangan pemberitaan

geng motor.

2. Durasi: Lamanya menonton tayangan program berita geng motor. Yang

dimaksud adalah menyaksikan tayangan pemberitaan geng motor sampai tuntas

dalam setiap penayangan pemberitaan geng motor di televisi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

17

Sub Variabel X2: Isi Pesan Media Televisi

- Kejelasan informasi media televisi

- Kelengkapan informasi media televisi

- Keakuratan informasi media massa

Indikator:

1. Kejelasan informasi media televisi: seberapa jelas media menyampaikan

topik yang diinformasikan dalam acaranya baik melalui isi, bobot, dan

penggunaan bahasa yang baik dalam menyampaikannya.

2. Kelengkapan informasi: seberapa lengkap media menyampaikan

kelengkapan informasi kepada khalayak 5W 1H

(what,when,who,why,where,how) menjadi tolak ukur kelengkapan berita

saat disajikan kepada khalayak.

3. Keakuratan informasi media massa: seberapa akurat pemberitaan yang

disampaikan kepada khalayak baik sumber didapatkan informasinya, dan

pemberitaan yang ditayangkan dapat dipercaya.

Variabel Y: “tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor”

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak mengalami

gangguan dalam menilai realitas, perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-

batas normal. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal. Kecemasan dikategorikan dalam lima tingkatan, yaitu tidak ada

kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik

(Hawari, 2006:56).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

18

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah tidak

ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan

panik dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

DASS (Depression Anxiety Stress Scales). Tingkatan cemas pada instrumen ini

berupa tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan

berat, dan panik. Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan

stres.

Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14

item pertanyaan.(lovibond,1995:2-4)11

Instrumen ini merupakan instrumen baku

yang banyak digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengukur tingkat

kecemasan pada suatu populasi karena dinilai sesuai dan mewakili beberapa tolak

ukur tingkat kecemasan, dan instrumen yang telah baku yang telah ditulis 42 item

pertanyaan telah diuji dalam jangka waktu yang lama dan telah terbukti

keabsahannya.(Hawari:2006,56-57)

Pada Variabel Y indikator yang digunakan adalah DASS (Depression

Anxiety Stress Scale) yaitu tingkatan cemas pada instrumen ini berupa kecemasan

normal, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan

sangat berat. Penjabarannya seperti dibawah ini:

1. Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele

2. Saya merasa bibir saya sering kering

3. Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif

11

(Lovibond, 1995). avaible at : www.psy.unsw.edu.au/dass

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

19

4. Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah

atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik

sebelumnya)

5. Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan

6. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi

7. Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟)

8. Saya merasa sulit untuk bersantai

9. Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya

merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini

berakhir

10. Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan

11. Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal

12. Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas

13. Saya merasa sedih dan tertekan

14. Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami

penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu)

15. Saya merasa lemas seperti mau pingsan

16. Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal

17. Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia

18. Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung

19. Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat),

padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik

sebelumnya

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

20

20. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

21. Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat

22. Saya merasa sulit untuk beristirahat

23. Saya mengalami kesulitan dalam menelan

24. Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya

lakukan

25. Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan

aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah)

26. Saya merasa putus asa dan sedih

27. Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah

28. Saya merasa saya hampir panik

29. Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal

30. Saya takut bahwa saya akan „terhambat‟ oleh tugas-tugas sepele yang

tidak biasa saya lakukan

31. Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun

32. Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang

sedang saya lakukan

33. Saya sedang merasa gelisah

34. Saya merasa bahwa saya tidak berharga

35. Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk

menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan

36. Saya merasa sangat ketakutan

37. Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

21

38. Saya merasa bahwa hidup tidak berarti

39. Saya menemukan diri saya mudah gelisah

40. Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik

dan mempermalukan diri sendiri

41. Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan)

42. Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres.

Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14 item

pertanyaan (Lovibond, 1995). Skala DASS ini direkomendasikan berdasarkan

wawancara peneliti oleh narasumber untuk skala pengukuran tingkat kecemasan

yang digunakan untuk penelitian non-medik dan terbilang awam, serta penlitian

ini bersifat sosial, dan narasumber memberi anjuran Pertanyaan 14 item mengenai

kecemasan dari DASS selain melalui data empiris jurnal Lovibond diperoleh

kembali 8 item dari tingkat kecemasan yan telah direkomendasikan, wawancara

dilakukan dengan narasumber Dra. Rini Hildayani, Psi, M.Si salah satu psikolog

kejiwaan di Rs. Marzoeki Mahdi Bogor.

1.6.3 Kerangka Operasional

Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja

yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan

diantara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator

untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

22

1.6.1.1 Definisi Operasional

Sesuai dengan teori kultivasi oleh George Gerbner serta berdasarkan

permasalahan yang akan diteliti maka dapat dirumuskan keterkaitan konsep

penelitian dengan teori yang digunakan sebagai berikut:

1. Variabel X : “Tayangan Pemberitaan Geng Motor di Televisi”

Sub Variabel X1 : Intensitas

Indikator:

- Frekuensi Penggunaan Media Televisi

- Durasi penggunaan Media Televisi per-hari

Sub Variabel X2: Isi Pesan Media Televisi

- Kejelasan Informasi Media Televisi

- Kelengkapan Informasi Media Televisi

- Keakuratan Informasi Media Mass

2. Variabel Y: Tingkat Kecemasan Pengguna Sepeda Motor saat

Malam Hari

Diukur dengan DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yaitu

tingkatan cemas pada instrumen ini berupa kecemasan normal, kecemasan

ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan sangat berat.

Terdiri dari 42 item pertanyaan untuk depresi, kecemasan, dan stres.

Sedangkan pertanyaan atau kuesioner mengenai kecemasan terdiri dari 14

item pertanyaan (Lovibond, 1995). Data hasil wawancara Dra. Rini

Hildayani, Psi, M.Si pertanyaan 14 poin dari instrumen pengukur tingkat

kecemasan DASS adalah sebagai berikut:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

23

No PERNYATAAN

1 Saya merasa bibir saya sering kering

2 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau

tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya)

3 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan

4 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi

5 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟)

6 Saya merasa sulit untuk bersantai

7 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa

sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir

9 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal

10 Saya merasa sedih dan tertekan ketika

11 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan

(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu)

12 Saya merasa lemas seperti mau pingsan

13 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal

temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya

14 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas

Tabel 1.1

14 Pertanyaan untuk dimasukan ke dalam angket aturannya sudah baku

berdasar jurnal lovibond, dan ditegaskan kembali melalui wawancara empiris

yang dilakukan oleh narasumber ahli yang terpecaraya di atas, kemudian dari 14

pertanyaan dikurangi kembali agar pertanyaan lebih sesuai dengan pembahasan

tentang tayangan pemberitaan geng motor televisi dengan tingkat kecemasan

pengendara sepeda motor perempuan, dan diperoleh 8 pertanyaan tentang tingkat

kecemasan.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

24

1.6.1.2 Model Penelitian

Tidak Ya

Ya Tidak

Tayangan

Pemberitaan

Tingkat

Kecemasan

Sesuai Tolak

Bertindak

Berakhir

(Stop)

Ganti Tema

Penelitian

Evaluasi

Umpan Balik

Bertindak

Terapkan

Prioritas

Lihat situasi

Cek Sumber

untuk

Tetapkan

Sumber

Fokus Luas/

Sempit

Konsultasi

dengan Sumber

Tutup

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

25

1.6.4 Bagan Kerangka Penelitian

1.7 Hipotesis

1.8

1.7 Hipotesis

Gambar 1.1

JUDUL PENELITIAN

Hubungan Pemberitaan Geng

Motor di televisi dengan

Tingkat Kecemasan Perempuan

Pengguna Sepeda Motor

TEORI YANG DIGUNAKAN

Teori Kultivasi

(Cultivation Theory)

ASUMSI DASAR

Teori kultivasi didasari pada penggunaan media televisi, penggunaan media

dalam efek kultivasi yaitu dari penggunaan media dari jumlah waktu dalam

menggunakan media, dan berbagai hubungan antara individu konsumen

media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara

keseluruhan (Rakhmat, 1989:89)

RUMUSAN MASALAH

Apakah ada Hubungan signifikan Pemberitaan Geng

Motor di televisi dengan Tingkat Kecemasan Perempuan

Pengguna Sepeda Motor

VARIABEL X

“Tayangan Pemberitaan Geng Motor di televisi”

Sub Variabel X1 : Intensitas

Indikator :

- Frekuensi Penggunaan Media Televisi

- Durasi penggunaan Media Televisi per-hari

Sub Variabel X2 : Isi Pesan Media Televisi

- Kejelasan Informasi Media Televisi

- Kelengkapan Informasi Media Televisi

- Keakuratan Informasi Media Massa

.

Variabel Y

Tingkat Kecemasan

DASS

(Depression Anxiety Stress Scale)

(lovibond, 1995:2-4)

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

26

1.7 Hipotesis

1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian, akan tetapi besar

kemungkinan untuk menjadi jawaban yang benar. Hipotesis ini dibutuhkan

sebagai penjelasan problematik yang dicari pemecahannya (Surakhmad, 1990:63).

Maka berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat diatas, maka penjabaran

hipotesisnya sebagai berikut dibawah ini:

1.7.1 Hipotesis Major

H1: Ada hubungan signifikan antara pemberitaan geng motor di televisi dengan

tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.

H0: Tidak ada hubungan signifikan pemberitaan geng motor di televisi dengan

tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.

1.7.2 Hipotesis Minor

H1: Ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng motor di

televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor

H0: Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng

motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.

H1: Ada hubungan signifikan antara isi pesan dalam pemberitaan geng motor di

televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.

H0 : Tidak ada hubungan signifikan antara intensitas dalam pemberitaan geng

motor di televisi dengan tingkat kecemasan perempuan pengguna sepeda motor.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

27

1.8 Metodologi Penelitian

1.8.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survey, dengan pendekatan studi

korelasional. Studi korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara

variabel-variabel. Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta ada tidak arti

hubungan itu. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan

untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat

menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel ini.

Studi korelasional digunakan untuk mengukur hubungan diantara berbagai

variabel, Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel

bebas, , dan Meratakan jalan untuk membuat rancangan eksperimental (Azwar,

2001: 31).

Dalam penelitian ini, individu-individu yang dipilih adalah mereka yang

menampakan perbedaan dalam beberapa variabel penting yang sedang diteliti.

Riset korelasi bertujuan untuk mencari hubungan. Jika dua variabel saja yang kita

hubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana. Maka dari itu, penelitian ini

bersifat korelasi sederhana karena variabel yang digunakan hanya dua yaitu

hubungan antara pemberitaan geng motor di televisi dengan tingkat kecemasan

perempuan pengguna sepeda motor.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

28

1.8.2 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan mengenai masalah yang ada

dalam penelitian ini, untuk mengambil data primer untuk kepentingan penelitian.

Pengumpulan data dengan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh

data yang diperlukan. Dan dengan penjelesan penelitian ini menggunakan data

utama berasal dari angket (kuesioner). Namun apabila ada data khusus yang lain

peneliti menggunakan pendekatan berupa wawancara, observasi, dan studi

pustaka. Dan berikut ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

dijelaskan secara rinci:

1. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2008 : 142 ). Pertanyaan penelitian yang telah disusun

berkaitan dengan pemberitaan geng motor di televisi kemudian

disampaikan melalui media tayangan televisi, dengan responden anggota

Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung yang menyaksikan

pemberitaan geng motor di televisi.

2. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan narasumber yang

berkaitan atau terlibat langsung dalam penelitian ini untuk memperoleh

data yang diperlukan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada

beberapa anggota WSI Bandung wawancara seputar topik penelitian dan

mengajukan beberapa pertanyaan pendukung dari penelitian ini.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

29

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan pencarian data penunjang yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti penulis. Data tersebut diperoleh dari studi

ke perpustakaan dan mengambil buku dan penelitian sebelumnya yang

berkaitan dengan masalah penelitian ini. Maupun melalui media internet

sebagai referensi, untuk membantu literatur pengerjaan masalah

penelitian yang diteliti.

4. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap suatu peristiwa,

gejala atau proses yang sifatnya observasi (dapat diamati) sesuai dengan

tujuan penelitian. Menurut Karl Weick, observasi adalah pemilihan,

pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan

suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-

tujuan empiris (Rakhmat, 2007:83). Dalam penelitian ini, segala sesuatu

yang dilakukan dengan pengamatan langsung yang diobservasi di

beberapa kegiatan WSI Bandung yang secara rutin diadakan tiap

minggu.

1.8.2.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data penting atau utama yang menjadi landasan bagi peneliti.

Kredibilitas pelatih adalah variabel X yang meliputi kemampuan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

30

pelatih. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket berisi

pertanyaan-pertanyaan yang sangat berhubungan dengan variabel-

variabel yang diteliti kepada responden. Data tersebut dibagi menjadi

dua kelompok:

a. Data Responden, yaitu data yang digunakan sebagai bahan

analisis pembanding pada table bebas dan terikat dalam melihat

gejala-gejala diluar variabel bebas dan terikat. Data responden

meliputi hal-hal sebagai berikut: Tingkat konsumsi media, usia

responden, dan pendidikan terakhir responden.

b. Data Penelitian, yaitu data yang berkaitan dengan variabel X,

terpaan media televisi dalam tayangan pemberitaan geng motor

dengan hubungan tingkat kecemasaan wanita pengguna sepeda

motor.

2. Data Sekunder

Data yang didapat melalui sumber-sumber lain yang dapat

menunjukkan penelitian yang terdiri dari wawancara, observasi, dan studi

pustaka.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

31

1.9 Populasi dan Sampel

Sebagai syarat penelitian agar valid dikumpulkan responden yang berasal

dari sebuah populasi dan dikerucutkan lagi jumplah populasi tersebut menjadi

sampel, dan keterangannya dijelaskan sebagai berikut ini.

1.9.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Wonderwoman

Scoopy Indonesia Bandung, karena untuk mendapat data pasti perempuan yang

menggunakan sepeda motor dan berkendara di wilayah Kota Bandung dan

sekitarnya, adapun total anggota yang berjumlah 78 member aktif12

,

Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung sendiri merupakan club motor yang

bersifat nasional dan berkegiatan touring di seluruh indonesia.

Wonderwoman Scoopy Indonesia di kota Bandung yang total membernya

78 orang di kota Bandung terbagi 3 Chapter, Wonderwoman Scoopy Indonesia

Bandung melakukan touring lebih sering saat waktu malam berkisar di atas pukul

20.00 ke atas karena alternatif jalan lebih sepi dan lengang dipilih untuk konvoi

kepada daerah yang dituju dan berikut tabel dibawah merupakan total data

member Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung.

12 Data diambil dari Data Gathernas WSI Bandung, wawancara dengan Ketua WSI Bandung tgl. 17 juni

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

32

Jumlah anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung

Chapter Jumlah Member

Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter

Bandung Utara 25

Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter

Bandung Barat 23

Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung Chapter

Cimahi 27

Tabel 1.2

Data diambil dari Data Gathnas WSI Bandung, wawancara dengan Ketua WSI Bandung tgl. 17

juni 13

1.9.2 Sampel

Sampel adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Digunakan apabila ukuran populasinya

relatif besar. Sampel yang diambil dari sebuah populasi harus benar-benar

mewakili populasinya, sehingga data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat

digunakan untuk menaksir ciri-ciri karakteristik populasinya.

Penarikan sampel dari populasi yang ada menggunakan teknik random

sederhana, karena populasi relatif kecil dan jelas beberapa individu yang harus

diambil, adapun syarat teknik random sederhana adalah sebagai apabila

memenuhi persyaratan berikut:

Populasinya jelas, baik dari segi scope maupun ukurannya (populasinya

tidak tak terbatas).

Sifat populasinya homogen dan tidak terlalu tersebar secara geografis.

13

Data yang berjumlah 75 orang tersebut telah dikurangi 3 orang yang tidak menyaksikan tayangan pemberitaan Geng

Motor di televisi, karena dilakukan pra-survey dengan sebelumnya.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

33

Tersedia Kerangka Sampling (Sampling Frame) atau memungkinkan

untuk dibuatkan Kerangka Sampling.

Tidak ada unsur populasi yang terdaftar dua kali atau lebih dalam

Kerangka Sampling.

Kerangka sampling adalah daftar dari semua unsur sampling dalam

populasi sampling.14

Maka untuk menentukan berapa besar sampel dari populasi digunakanlah

Rumus Slovin dengan ketentuan populasi < 500. Dalam 78 orang jumlah member

yang ada peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu untuk mengetahui setiap

individu yang telah melihat pemberitaan geng motor di televisi, dan setelah

menyebarkan kepada seluruh anggota Wonderwoman Scoopy Indonesia Bandung

di tengah mubes yang mereka adakan pada 17 juni, di dapatkan data sebanyak 75

orang yang pernah menyaksikan langsung pemberitaan geng motor di televisi,

maka populasi penelitian yang sebanyak 75 kemudian selanjutnya peneliti

menggunakan rumus slovin untuk mengambil populasi penelitian sebagai sampel

yaitu dijabarkan sebagai berikut :

Rumus Slovin:

N

n =

1 + Ne²

Keterangan;

14 Catatan kuliah MPK Kuantitatif dan PPT oleh dadang sugiana/materi kuliah mpk 2010

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

34

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang ditololerir, misalnya 5%.

Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%,

2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.

75

n =

1 + 75 . 0,05²

Jadi nilai n adalah 63

Selanjutnya dilakukan pengocokan nomer sampel yang akan diteliti untuk

menerima angket yang akan diberikan, adapun no.7,9, dan 39 tidak masuk dalam

list karena tidak melihat tayanga pemberitaan Geng Motor ditelevisi, sehingga

tidak masuk kedalam daftar pengundian. Kemudian setelah pengundian nomer

sampel selesai maka hasilnya seperti ini :

No. Nama Chapter

12 Noviyanti Chapter Bandung Utara

46 Dwi Chapter Bandung Barat

31 Qonita Chapter Bandung Barat

5 Tasya Chapter Bandung Utara

63 Febilla Chapter Cimahi

26 Tiara Chapter Bandung Utara

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

35

6 Herlinda Chapter Bandung Utara

8 Adelina Chapter Bandung Utara

47 Riantika Chapter Bandung Barat

38 Arnita Chapter Bandung Barat

57 Tyara A. Chapter Cimahi

4 Putriyana Chapter Bandung Utara

21 Fauziah Chapter Bandung Utara

75 Putri Chapter Cimahi

24 Shabrina Chapter Bandung Utara

43 Yusifani Chapter Bandung Barat

15 Martha Chapter Bandung Utara

69 Ririn Chapter Cimahi

72 Indah Chapter Cimahi

20 Rosyati Chapter Bandung Utara

27 Sandy Chapter Bandung Utara

60 Putli Chapter Cimahi

2 Amalia Chapter Bandung Utara

35 Siska P. Chapter Bandung Barat

55 Larasati C. Chapter Cimahi

29 Karina Nur Chapter Bandung Barat

28 Tiara N. Chapter Bandung Barat

11 Nuraini Chapter Bandung Utara

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

36

66 Esta Chapter Cimahi

73 Tiara M. Chapter Cimahi

19 Citra Chapter Bandung Utara

40 Annisa Chapter Bandung Barat

52 Ayu K. Chapter Bandung Barat

71 Syifa Chapter Cimahi

62 Riri Chapter Cimahi

1 Ines T. Chapter Bandung Utara

50 Inneke Chapter Bandung Barat

54 Nindia Chapter Cimahi

53 Dian D. Chapter Cimahi

18 Ratna I. Chapter Bandung Utara

70 Eliza A. Chapter Cimahi

23 Yulia R. Chapter Bandung Utara

61 Yunita E.K. Chapter Cimahi

3 Istyhatono Chapter Bandung Utara

16 Oslanda P. Chapter Bandung Utara

41 Fujia Chapter Bandung Barat

56 Adinda M. Chapter Cimahi

65 Saraswati Chapter Cimahi

30 Firdha P. Chapter Bandung Barat

10 Anis Chapter Bandung Utara

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

37

8 Adelina F. Chapter Bandung Utara

13 Dita Chapter Bandung Utara

58 Meulisa Chapter Cimahi

59 Dinar P. Chapter Cimahi

17 Herika Chapter Bandung Utara

25 Riska Chapter Bandung Utara

53 Dian D. Chapter Cimahi

32 Mutiara T. Chapter Bandung Barat

34 Dewi Y.S Chapter Bandung Barat

48 Astri A. Chapter Bandung Barat

51 Dhini S. Chapter Bandung Barat

33 Ikka N. Chapter Bandung Barat

15 Tabel 1.3

1.9.3 Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, untuk menguji data yang dipakai dalam penelitian,

peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas:

1.9.3.1 Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data

penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin

15 Tabel lengkap anggota ada pada lampiran, daftar anggota diambil dari data WSI Bandung tgl 17 Juni 2012

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

38

diukurnya (Singarimbun, 2006: 124). Validitas menunjukkan ketepatan

pengukuran.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahan suatu instrumen. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukan mana data yang terkumpul tidak menyimpang

dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006:168).

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yaitu untuk mengukur

sejauh mana instrumen yang dipakai mampu mengemukakan seluruh aspek yang

membangun kerangka konsep penelitian. Langkah- langkah yang dilakukan

adalah:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep-konsep yang akan diukur

2. Melakukan uji coba alat ukur pada sejumlah responden

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total

melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Spearman

RUMUS :

rs = )1n(n

d61

2

2

i

; …..…..…..(1) . Jika tidak terdapat nilai X dan Y yang

sama.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

39

rs =

22

2

i

22

yx2

dyx;…..(2). Jika terdapat angka yang sama pada

variabel X atau Y.

Keterangan :

rs = Nilai Koefisien Korelasi Spearman

d2 =

Selisih atau beda antara range x dan range y pada pasangan data tertentu.

N = Ukuran sampel/Jumlah responden

1.9.3.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terdapat kelompok subjek yang sama

diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah (Azwar, 2003 : 4).

Menurut Rakhmat, reliabilitas berarti memiliki sifat yang dapat dipercaya.

Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali

oleh peneliti yang sama atau peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama

(Rakhmat, 2007: 17).

Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dengan skala ordinal, digunakan

teknik Spearman-brown atau teknik belah dua. Langkah kerjanya sebagai berikut:

1. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung

validitasnya

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

40

2. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan

3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan

4. Mengkorelasi skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua

dengan menggunakan teknik korelasi product moment

5. Mencari reliabilitas keseluruhan item, dengan cara mengkoreksi angka

korelasi yang diperoleh dengan memasukkan kedalam rumus

Keterangan :

R 11 adalah nilai reliabilitas

R b adalah nilai koefisien korelasi

1.8.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

data kuantitatif dengan menghitung sebuah nilai statistik. Salah satu fungsi

statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya

menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Data yang

diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif,

sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisa statistik inferensial.

1. Analisis deskriptif, memaparkan jawaban dari responden atas sejumlah

pertanyaan yang diajukan dalam angket ke dalam bentuk tabel tunggal

dan tabel silang untuk memberikan gambaran situasi yang terjadi.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

41

Analisis deskriptif merupakan uraian berapa penggambaran untuk

menjelaskan jawaban-jawaban yang diberikan responden.

2. Analisis Statistik Inferensial merupakan teknik statistik yang digunakan

untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk

populasi (Sugiyono, 2008:169-170).

Rank Spearman dimaksud untuk mencari indeks korelasi antara dua

variabel yang menggunakan skala ordinal sehingga objek atau dua variabel yang

menggunakan skala ordinal sehingga obyek-obyek atau individu-induvidu yang

dipelajari dapat di ranking dalam dua rangkaian berurut (Siegel, 1992:250).

Rumus uji korelasional Rank Spearman sr (Siegel, 1992:256) adalah:

22

222

.2 yx

dyxrs

Dimana:

t = Banyaknya data berpangkat sama pada satu ranking tertentu

n = Jumlah sampel

sr = Koefisien korelasi rank spearman

T = Faktor koreksi

Karena

YXYYxxyxdd

, karena

YX dalam rank, dapat

kita tulis:

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

42

nn

di

r

N

is

3

1

26

1

Dimana:

sr = Koefisien Korelasi Rank Spearman

n = banyaknya sampel

di = selisih antara rank X dan rank Y

Keeratan hubungan antara variabel tersebut dinyatakan dengan nilai: -1<

sr <1

1sr , artinya terdapat korelasi negatif sempurna antara variabel.

1sr , artinya terdapat korelasi positif sempurna antara kedua variabel.

0sr , artinya terdapat korelasi yang lemah, atau tidak ada hubungan sama

sekali antara kedua variabel.

Kriteria pengujian hipotesisnya adalah jika sampel besar, apabila N

adalah 10 atau lebih, signifikansi suatu sr yang kita hasilkan di bawah hipotesis-

nol dapat diuji dengan N besar, harga yang didefinisikan dengan rumus:.

21

2

s

sr

Nrt

Dimana:

t = banyaknya data berpangkat sama pada satu ranking tertentu

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/210110/2010/210111100105_1_1438.pdfIstilah „media massa‟ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi

43

N= Jumlah populasi

sr = koefisien korelasi rank spearman

Rumus ini, berdistribusi student‟s t dengan db= N-2. Dengan demikian

kemungkinan yang berkaitan, dibawah oHdengan sembarang harga yang

seekstrem harga sr observasi dapat ditentukan dengan menghitung t yang

berkaitan dengan harga itu.

1.9.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah di lakukan di basecamp YSI

Bandung yang bertempat di Jl.Prof eyckman no.3 Cafe Prins. Pengamatan

dilakukan selama lima bulan, terhitung mulai tanggal 10 Juni 2012 yaitu sejak pra

penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai pada tahap

penulisan laporan dan pengambilan kesimpulan, penyebaran angket, dan

penelitian yang dilakukan dengan berjangka, Senin-Jum‟at disebarkan saat

anggota member berkumpul di cafe prins, dan hari Sabtu malam di sebarkan saat

WSI Bandung berkumpul sebelum melakukan konvoi ke beberapa bagian kota

Bandung.